Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DAN BUDI


PEKERTI
Untuk SMA Kelas XII

Dwi Rahayu, M.Pd


SMAN 1 Trimurjo
BAB I
BERPIKIR KRITIS
DAN BERSIKAP
DEMOKRATIS

Sumber : geralt, pixabay.com


Peta Konsep
• Memahami Bacaan Al-Qur’an
surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta hadits tentang
berpikir kritis dan demokratis

• Hikmah mempelajari surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta hadits tentang berpikir kritis dan demokr
• Mendemonstrasikan hafalan surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta
hadits tentang berpikir
kritis dan demokratis
• Menjelaskan prilaku yang mencerminkan isi kandungan surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta hadits
berpikir kritis dan demokratis
• Menganalisis isi kandungan surah Ali ‘Imran/3 ayat 190-191 dan 159 serta hadits tentang berpikir kritis dan d
Membaca Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
tentang Berpikir Kritis dan Demokratis
‫‪Membaca Q.S Ali ‘Imran/3 ayat 159‬‬

‫ﻣِنَ‬ ‫رَ ﺣْ َﻣ ٍﺔ‬ ‫َﻓ ِﺑﻣَﺎ‬


‫ب َﻻ ْﻧ َﻔﺿﱡوا ﻣِنْ ﺣَ ْوﻟِكَ ﻓ‬
‫ظًﺎ ﻏَ ﻠِﯾظَ ا ْﻟ َﻘ ْﻠ ِ‬
‫هلل ﻟِﻧْتَ َﻟ ُﮭ ْم َوﻟ َْو ُﻛﻧْتَ َﻓ ّ‬
‫ا ِ‬
‫‪Membaca Hadits tentang bersikap demokratis‬‬
‫ب ﻣُﻌَ ﺎ ِذ ْﺑ ِن ﺟَ ﺑَلٍ ‪ ،‬اَنﱠ رَ ﺳُول َ‬
‫ص‪ ،‬ﻣِنْ اَﺻْ ﺣَ ﺎ ِ‬
‫ﻋَ نْ اُﻧَﺎسٍ ﻣِنْ اَھْ لِ ِﺣ ْﻣ ٍ‬
‫هلل ﺻَ ﻠﱠﻰ ﷲُ ﻋَ َﻠ ْﯾ ِﮫ َوﺳَ ﱠﻠ َم َﻟﻣﱠﺎ اَرَ ادَ اَنْ َﯾﺑْﻌَ ثَ ﻣُﻌَ ﺎذًا ِاﻟَﻰ ا ْﻟ َﯾ َﻣ ِن ﻗَﺎل َ‪َ » :‬ﻛﯾْفَ َﺗﻘْﺿِ ﻲ اِذَ ا ﻋَ رَ ضَ َﻟ َك‬
‫ا َ‬
Asbabun Nuzul Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190-191
• Imam Thabrani dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata
: “Orang-orang Quraisy datang menemui orang-orang Yahudi dan mereka bertanya,
‘Bukti-bukti apakah yang dibawa oleh Nabi Musa kepada tuan-tuan?. Mereka
menjawab, ‘Tongkat dan tangannya yang putih bagi mata yang memandang’.
Kemudian mereka (orang-orang Quraisy) mendatangi orang-orang Nasrani, lalu
menanyakan kepada mereka, ‘Apa mukjizat Nabi Isa?’. Mereka menjawab,
‘Menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, orang yang berpenyakit kusta, bahkan
menghidupkan orang yang telah mati.” Setelah itu mereka menjumpai Nabi
Muhammad saw. dan berkata, ‘Mohonkanlan kepada Tuhanmu untuk kami agar
bukit Shafa ini dijadikan sebagai bukitemas. Maka Nabi pun memohon kepada
Allah, lalu diturunkan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190
• Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 191 tidak ada asbabun nuzul secara khusus, dan secara
umum mengikuti asbabun nuzul dalam Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 190
Analisis isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 190-191
a. Semua yang terjadi di alam semesta ini, termasuk penciptaan langit, bumi dan
pergantian malam dan siang merupakan bukti dan tanda kebesaran dan
kemahakuasaan Allah swt.
b. Tidak semua manusia di bumi ini mengakui dan menyadari terhadap kebesaran
dan kemahakuasaan Allah swt. kecuali orang-orang yang berakal.
c. Yang tergolong sebagai orang yang berakal, sehingga menyadari dan meyakini
kebesaran dan kemahakuasaan Allah swt. adalah orang-orang yang selalu
mengingat Allah swt. baik dalam keadaan berdiri maupun duduk atau berbaring.
d. Umat Islam hendaklah senantiasa memohon kepada Allah swt. agar diberikan
akal yang mampu menangkap makna setiap ciptaan Allah swt. sehingga dapat
terjauhkan dari ancaman api neraka.
Asbabun Nuzul Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 159

Sebab-sebab turunnya Surah Ali ‘Imran/3 ayat 159 sebagaimana diriwayatkan


oleh Ibnu Abbas r.a. bahwa setelah terjadi perang Badar, Rasulullah saw.
mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab r.a. untuk
meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang. Abu Bakar r.a.
berpendapat agar mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya dan
keluarganya membayar tebusan. Namun, Umar bin Khattab r.a. berpendapat
bahwa mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh adalah
keluarganya. Rasulullah saw. kesulitan dalam memutuskan. Kemudian turunlah
ayat ini sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar r.a.
Analisis Isi Kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat 159
a. Para ‘Ulama berkata, “Allah swt. memerintahkan kepada Nabi-Nya dengan
berbagai perintah secara berangsur-angsur. Allah swt. memerintahkan kepada
Nabi Muhammad saw. untuk memaafkan kesalahan mereka terhadap beliau.
Setelah mereka mendapat maaf, Allah swt. memerintahkan beliau untuk
memintakan ampun atas kesalahan mereka kepada Allah swt. setelah mereka
mendapat hal tersebut, mereka pantas untuk diajak bermusyawarah dalam
segala perkara.
b. Ibnu ‘Athiyah berkata, “Yang termasuk untuk dimusyawarahkan adalah kaidah
syariah dan penetapan hukum Islam. Dan Allah swt. memuji orang-orang yang
beriman karena mereka suka bermusyawarah”.
c. Firman Allah swt. “Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu”,
menunjukkan kebolehan ijtihad dalam semua perkara yang tidak ditemukan
sumbernya secara pasti dari Al-Qur’an dan hadits.
Analisis Isi Kandungan Hadits riwayat Abu Daud

a. Memberi contoh berpikir kritis dan demokratis dalam


menyelesaikan suatu persoalan.
b. Sikap kritis ditunjukkan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal,
sedangkan sikap demokratis ditunjukkan oleh sikap Rasulullah
saw.
c. Dalam menyelesaikan suatu persoalan hukum, rujukan (acuan)
yang dipergunakan adalah Al-Qur’an, hadits dan ijtihad seorang
mujtahid
Hikmah mempelajari isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 190-191

a. Allah swt. yang menciptakan langit tiang dan tidak pernah runtuh, fungsinya
sebagai naungan hidup manusia.
b. Allah swt. yang mengatur pergantian siang dan malam, dengan tujuan agar
bumi ini seimbang dan manusia dapat bekerja pada siang dan beristirahat
pada malam hari.
c. Allah swt. menciptakan langit, bumi, dan pergantian antara siang dan
malam sebagai sarana untuk berpikir dan berzikir kepada allah swt. berpikir
dengan menggunakan akal, sedangkan berzikir dengan menggunakan hati.
Hikmah mempelajari isi kandungan Q.S. Ali ‘Imran/3
ayat 159

a. Di dalam menyelesaikan segala persoalan yang menyangkut kepentingan orang


banyak, hendaklah diselesaikan dengan cara bermusyawarah.
b. Di dalam bermusyawarah, hendaklah dilakukan dengan sikap lemah lembut dan
jauh dari kekerasan, perdebatan, dan permusuhan, karena cara tersebut tidak
akan mampu mendatangkan hasil yang maksimal dan bermanfaat.
c. Apabila di dalam bermusyawarah dapat memperoleh keputusan terbaik melalui
musyawarah mufakat, hendaklah bersyukur kepada allah swt. dan memohon
kepada allah swt.,semoga keputusan tersebut dapat dilakukan dan
mendapatkan maslahat orang banyak.
Hikmah mempelajari isi kandungan
Hadits Abu Dawud

a. Di dalam bermusyawarah terhadap suatu persoalan


diperlukan pemikiran kritis, sehingga dapat diperoleh
keputusan yang terbaik
b. Keputusan terbaik adalah keputusan yang diambil dari
Al-Qur’an, sunnah, atau hasil ijtihad ulama
Sikap dan Perilaku yang Harus Dikembangkan
a. Manusia tunduk terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah swt
b. Sikap tunduk tersebut diwujudkan dalam bentuk berpikir dan berperilaku rendah hati dalam
kehidupan sehari-hari
c. Manusia dalam berpikir tidak boleh melampaui batas-batas kekuasaan Allah swt.
d. Memperbanyak zikir kepada Allah swt. dapat memupuk tumbuh dan berkembangnya keimanan
terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
e. Setiap ada persoalan, hendaklah umat Islam menyelesaikan dengan cara bermusyawarah
f. Di dalam bermusyawarah, umat Islam hendaklah melakukan secara lemah lembut dan menjauhkan
dari sikap kasar apalagi kekerasan
g. Apabila telah disepakati hasil musyawarah, maka harus bertawakkal kepada Allah swt.
h. Selalu bermusyawarah di dalam segala urusan yang sulit
i. Mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran yang kritis (cerdas) dengan berpegang teguh
kepada Al-Qur’an, hadits, atau hasil ijtihad
j. Setelah diperoleh keputusan dalam bermusyawarah, tetap memohon ridha dan tawakkal kepada
Allah swt.
Sikap dan Perilaku yang Harus Dijauhi
a. Manusia bersikap sombong dalam kehidupan sehari-hari
b. Manusia berpikir melampaui batas-batas kekuasaan Allah swt.
c. Melalaikan zikir kepada Allah swt.
d. Setiap ada persoalan, menyelesaikan dengan cara berpikir sendiri
e. Berperilaku kasar saat musyawarah
f. Mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran yang kritis (cerdas) setiap
anggota kelompok musyawarah tanpa berpegang teguh kepada Al-Qur’an, hadits
ataupun ijtihad ulama
Keterkaitan antara Sikap kritis dengan
Ciri-ciri Orang yang berakal (Ulil Albab)
sesuai pesan Q.S. Ali ‘Imran/3 ayat
• Takut kepada azab Allah swt. 190-191
Takut kepada Allah membuat seorang Ulil Albab tidak mau menghasilkan
konsep atau pemikiran yang tidak benar. Allah berfirman:
‫اَﻋَ ﱠد‬
‫ب ا ﱠﻟذِﯾنَ آ َﻣﻧُوا ﻗَدْ اَﻧْزَ ل َ ﷲُ ِا َﻟ ْﯾﻛُم‬
ِ ‫ﷲ ﯾَﺎ ا ُوﻟِﻲ ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
َ ‫ﺷدِﯾدًا ﻓَﺎ ﱠﺗﻘُوا‬
َ ‫ا هللُ َﻟ ُﮭ ْم ﻋَ ذَ اﺑًﺎ‬
“Allah menyediakan azab yang keras bagi mereka, maka bertaqwalah kepada Allah
wahai orang-orang yang mempunyai akal! (yaitu) orang-orang yang beriman.
Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan kepadamu”. (Q.S. At-Talaq/65: 10)
• Semangat belajar dari kitab suci dan sejarah
Kitab suci yang datang dari Allah dan sejarah pada masa lalu merupakan rujukan
penting untuk berpikir bagi seorang ulil albab. Allah berfirman:
ٌ‫ﻋِ ﺑْرَ ة‬ ‫ﻗَﺻَ ﺻِ ِﮭ ْم‬ ‫ﻓِﻲ‬ َ‫ﻛَﺎن‬ ْ‫َﻟﻘَد‬
‫ب ﻣَﺎ ﻛَﺎنَ ﺣَ دِﯾﺛًﺎ ُﯾ ْﻔﺗَرَ ى َو َﻟﻛِنْ ﺗَﺻْ دِﯾقَ ا ﱠﻟذِي َﺑﯾْنَ ﯾَدَ ْﯾ ِﮫ َو َﺗﻔْﺻِ ﯾل َ ُﻛل ﱢ ﺷَﻲْ ء‬ِ ‫ﻟ ِﺎ ُوﻟِﻲ ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yusuf/12: 111)
• Menyeimbangkan antara berzikir dengan berpikir
bagi seorang ulil albab, berzikir dan berpikir merupakan bagian yang tak
terpisah. Artinya kegiatan antara berzikir dan berpikir dilakukan dengan
seimbang. Apalagi dalam memahami alam semesta. Allah swt. berfirman:
(190) ‫ب‬ ِ ‫ت ِﻻ ُوﻟِﻲ ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬ ٍ ‫ض َواﺧْ ﺗ َِﻼفِ اﻟ ﱠﻠﯾْلِ َواﻟ ﱠﻧﮭَﺎرِ َﻵﯾَﺎ‬ ِ ْ‫ت َو ْاﻻَر‬
ِ ‫اِنﱠ ﻓِﻲ ﺧَ ﻠْقِ اﻟﺳﱠ ﻣٰ ٰو‬
َ‫ﯾَذْ ُﻛرُون‬ َ‫ا ﱠﻟذِﯾن‬
‫ض رَ ﱠﺑﻧَﺎ ﻣَﺎ ﺧَ َﻠﻘْتَ ھَذَ ا‬ ِ ْ‫ت َو ْاﻻَر‬ِ ‫هلل ﻗِﯾَﺎﻣًﺎ َوﻗُﻌُودًا َوﻋَ ﻠَﻰ ُﺟﻧُو ِﺑ ِﮭ ْم َو َﯾ َﺗ َﻔ ﱠﻛرُونَ ﻓِﻲ ﺧَ ﻠْقِ اﻟﺳﱠﻣٰ ٰو‬
َ ‫ا‬
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda )kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (190)
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Tuhan Kami, Tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci
Engkau, Lindungilah Kami dari azab neraka. (191) (Ali ‘Imran/3 ayat 190-191)
• Memperoleh hikmah dari Allah swt.
Seorang yang ulil albab memperoleh hikmah dari Allah swt. bentuk hikmah
tersebut adalah seorang ulil albab di samping memiliki wawasan yang luas, juga
berpikirnya selalu disesuaikan dengan nilai-nilai Al-Qur’an. Allah berfirman:
‫ﯾ ُْؤﺗِﻲ ا ْﻟﺣِﻛْ َﻣ َﺔ ﻣَنْ َﯾﺷَﺎ ُء َوﻣَنْ ﯾ ُْؤتَ ا ْﻟ ِﺣ ْﻛ َﻣ َﺔ َﻓﻘَدْ ا ُوﺗِﻲَ ﺧَ ﯾْرً ا َﻛﺛِﯾرً ا َوﻣَﺎ ﯾَذﱠ ﱠﻛ ُر‬
‫ب‬
ِ ‫ا ﱠِﻻ ا ُوﻟُو ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“Dia menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi
hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang
dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”. (Q.S.
Al-Baqarah/2: 269)
• Gemar mendalami ilmu
Ulil albab selalu menuntut ilmu, sehingga hilang keraguannya dari
kebenaran Islam dan mempunyai tekad untuk menegakkannya. Allah
berfirman:
‫َواﻟرﱠ اﺳِ ﺧُونَ ﻓِﻲ ا ْﻟ ِﻌﻠْمِ َﯾﻘُوﻟُونَ آ َﻣﻧﱠﺎ ِﺑ ِﮫ ُﻛل ﱞ ﻣِنْ ﻋِ ْﻧ ِد رَ ﱢﺑﻧَﺎ َوﻣَﺎ َﯾ ﱠذ ﱠﻛ ُر ا ﱠِﻻ‬
‫ب‬ِ ‫ا ُوﻟُو ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“… Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya
(Al-Qur’an) semuanya dari sisi Tuhan kami”. Tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran kecuali orang yang berakal”. (Q.S. Ali ‘Imran/3: 7)
• Mentauhidkan masyarakat
Masyarakat yang memiliki keyakinan dan perilaku syirik tidak akan
dibiarkan oleh seorang ulil albab. Sebaliknya, ia akan terus berusaha untuk
mentauhidkan-Nya. Allah berfirman:
‫ھَذَ ا ﺑ ََﻼ ٌغ ﻟِﻠﻧﱠﺎسِ َوﻟِ ُﯾﻧْذَ رُوا ِﺑ ِﮫ َوﻟِﯾَﻌْ َﻠﻣُوا اَ ﱠﻧﻣَﺎ ھ َُو ِا َﻟ ٌﮫ َوا ِﺣ ٌد َوﻟِﯾَذﱠ ﻛﱠرَ ا ُوﻟُو‬
‫ب‬
ِ ‫ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“Dan (Al-Qur’an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka
diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan
yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran”. (Q.S.
Ibrahim/14: 52)
• Selalu kritis
Seorang ulil albab selalu kritis terhadap pemikiran, sehingga dia hanya
mengikuti yang benar. Hatinya sudah dapat memfilter mana yang haq dan
yang batil. Allah berfirman:
‫ا ﱠﻟذِﯾنَ ﯾَﺳْ َﺗ ِﻣﻌُونَ ا ْﻟﻘ َْول َ َﻓ َﯾ ﱠﺗ ِﺑﻌُونَ اَﺣْ ﺳَ َﻧ ُﮫ ا ُو َﻟ ِﺋ َك ا ﱠﻟذِﯾنَ ھَدَ ا ُھ ُم‬
‫ب‬
ِ ‫ﷲُ َوا ُو َﻟ ِﺋ َك ُھ ْم ا ُوﻟُو ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“(yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan
mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat”. (Q.S. Az-Zumar/39: 18)
• Senantiasa mempertahankan kebenaran
Terhadap kebatilan yang semakin merajalela, seorang ulil albab selalu
mempertahankan kebenran walau hanya seorang diri. Allah berfirman:
‫ث ﻓَﺎ ﱠﺗﻘُوا‬
ِ ‫ﻗُلْ َﻻ ﯾَﺳْ ﺗَوِ ي اﻟْﺧَ ﺑِﯾثُ َواﻟ ﱠطﯾﱢبُ َوﻟ َْو اَﻋْ ﺟَ َﺑ َك َﻛﺛْرَ ةُ اﻟْﺧَ ﺑِﯾ‬
َ‫ب ﻟَﻌَ ﱠﻠ ُﻛ ْم ُﺗ ْﻔﻠِﺣُون‬
ِ ‫ﷲ ﯾَﺎ ا ُوﻟِﻲ ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
َ
“Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipu
banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah wahai
orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung”. (Q.S.
Al-Maidah/5: 100)
• Bersungguh-sungguh dalam menggali ilmu Allah swt.
menyelidiki dan mengamati semua rahasia wahyu (Al-Qur’an maupun
gejala-gejala alam), menangkap hukum-hukum yang tersirat di dalamnya,
kemudian menerapkannya dalam masyarakat demi kebaikan bersama.
Allah berfirman:
‫ت‬
ٍ ‫ض َواﺧْ ﺗ َِﻼفِ اﻟ ﱠﻠﯾْلِ َواﻟ ﱠﻧﮭَﺎرِ َﻵﯾَﺎ‬
ِ ْ‫ت َو ْاﻻَر‬
ِ ‫ﺳﻣٰ ٰو‬
‫اِنﱠ ﻓِﻲ ﺧَ ﻠْقِ اﻟ ﱠ‬
‫ب‬ِ ‫ِﻻ ُوﻟِﻲ ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal”. (Q.S. Ali
‘Imran/3: 190)
• Rajin bangun malam untuk sujud dan rukuk di hadapan Allah swt.
Seorang yang ulil albab senantiasa bermunajat kepada Allah swt. malam telah
sunyi dengan segala rintihan, permohonan ampun, dan pengaduan segala derita
serta fenomena perilaku manusia di muka bumi. Ulil albab sangat dekat dengan
Tuhannya. Allah berfirman:
ْ‫اَﻣﱠنْ ھ َُو ﻗَﺎﻧِتٌ آﻧَﺎءَ اﻟ ﱠﻠﯾْلِ ﺳَ ﺎ ِﺟدًا َوﻗَﺎ ِﺋﻣًﺎ ﯾَﺣْ ذَ ُر ْاﻵﺧِرَ َة َوﯾَرْ ﺟُو رَ ﺣْ َﻣ َﺔ رَ ﱢﺑ ِﮫ ﻗُل‬
‫ب‬ ِ ‫َھلْ ﯾَﺳْ ﺗَوِ ي ا ﱠﻟذِﯾنَ ﯾَﻌْ َﻠﻣُونَ َوا ﱠﻟذِﯾنَ َﻻ ﯾَﻌْ َﻠﻣُونَ ِا ﱠﻧﻣَﺎ َﯾﺗَذَ ﱠﻛ ُر ا ُوﻟُو ْاﻻَ ْﻟﺑَﺎ‬
“(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada
waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan
mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang
berakal sehat yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar/39: 9)

Anda mungkin juga menyukai