Anda di halaman 1dari 18

A.

Definisi pendidikan abad -21


Guru yang berkarakter sangat dibutuhkan mengingat ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang pesat dan semakin canggih, serta peranannya semakin besar
seiring dengan perkembangan zaman globalisasi. Akibat besarnya perubahan alam dan
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai ciri dari globalisasi itu
sendiri, maka suatu bangsa yang peradabannya tidak dipersiapkan hampir pasti akan
terpuruk. Oleh karena itu, pendidikan harus lebih berkualitas. Sebagai lembaga
pendidikan, sekolah harus memiliki empat C yang kadang disebut dengan 4C: kerjasama,
berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan bahwa salah satu ciri
masa globalisasi atau dikenal dengan era keterbukaan adalah perubahan pola pendidikan
yang kini terlihat pada abad ke-21. Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia
(SDM) yang saling menguntungkan dan pendidikan yang saling menguntungkan, seorang
guru harus menjalani langkah perubahan di abad kedua puluh satu, seperti mengubah
praktik-praktik konvensional (bersahabat) yang berpusat pada guru dan menjadi lebih
kreatif dan kreatif sehingga lebih berpusat pada siswa.
Guru yang diharapkan mampu mengembangkan potensi mutu pendidikan
tercantum dalam slogan Ki Hajar Dewantara yang termaktub di slogan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Tut Wuri Handayani), yaitu: Guru yang sering disebut
pendidik diwajibkan memiliki peran untuk mendorong siswa secara aktif dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan mampu menjadi model dalam
pembelajaran atau tauladan (leaner model), serta guru harus mengikuti perkembangan
arus pendidikan alakhir, yang sebenarnya guru dan murid mampu belajar bersama.
Terdapat modifikasi pada Kurikulum 2013, khususnya Permendikbud Nomor 20
Tahun 2016. Reformasi tersebut sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa karena
fokusnya pada keterampilan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan semua pihak,
terutama sekolah, dalam memastikan bahwa generasi muda dibekali dengan berbagai
keterampilan yang penting untuk kelangsungan hidup di abad kedua puluh satu. Setiap
orang harus memiliki keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan kontemporer agar dapat berpartisipasi secara bermakna dalam masa
globalisasi abad kedua puluh satu.
Revolusi industri keempat yang sering disebut dengan revolusi industri 4.0
merupakan tahapan pertumbuhan global ketika teknologi informasi telah menggantikan
pertanian sebagai andalan masyarakat modern. Semua orang mendapat manfaat karena
masa depan suatu bangsa bergantung pada kemampuan lulusannya untuk bersaing dalam
skala global dan memahami kemajuan teknis.
Sementara itu, pengertian pembelajaran abad 21 menurut para ahli adalah sebagai
berikut.
1) Galbreath
Pembelajaran Ini menggabungkan berbagai metode pembelajaran, termasuk
belajar dari instruktur, belajar dari siswa lain, dan belajar dari diri sendiri.
2) Rusman
Guru harus inovatif di abad kedua puluh satu dan mampu menggunakan komputer
serta teknologi informasi dan komunikasi lainnya dalam proses belajar mengajar.
3) Rohim, Bima, dan Julian
Peran guru sebagai perencana pembelajaran, penambahan komponen HOTS,
penggunaan berbagai teknik dan model pembelajaran, serta integrasi teknologi
sekolah menjadi empat pertimbangan utama dalam pembelajaran.

B. Karakteristik pendidikan abad-21


Dunia, khususnya Indonesia, telah mengalami transformasi yang signifikan pada
abad kedua puluh satu. Abad ini telah menyaksikan pergeseran pemikiran yang luas,
khususnya dalam penyebaran pengetahuan dan teknologi. Masyarakat memandang abad
kedua puluh satu sebagai abad pengetahuan, yang merupakan landasan bagi banyak
bidang, khususnya kehidupan sosial. Pola berpikir abad ke-21 sangat menekankan pada
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mengintegrasikan seluruh pengetahuannya
dengan situasi dunia nyata, memahami teknologi dan informasi, serta berkolaborasi dan
berkomunikasi secara efektif.
Ciri-ciri pendidikan abad 21 antara lain: kreativitas dan inovasi (creative and
Innovation), sifat berpikir kritis (the nature of critical thingking), integrasi pengetahuan
(knowledge integration), kemudahan akses terhadap informasi (easy access to
knowledge), dan semangat komunikatif dan kolaboratif (communicative and colaborative
spirit), menghargai perbedaan pendapat, dan pendidikan seumur hidup. Karakteristik
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kreatif dan Inovatif (creative and innovative)
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di abad kedua puluh satu
bukanlah suatu masalah atau kekhawatiran bagi para instruktur; Sebaliknya, hal
ini berfungsi sebagai model perbaikan awal di bidang pendidikan, khususnya bagi
mereka yang terlibat dalam membantu siswa mencapai potensi mereka
sepenuhnya. Jalan raya super untuk mengakses ilmu pengetahuan dan
menggunakan media modern dikenal dengan pendidikan abad ke-21. Seharusnya
guru lebih mudah menjelaskan isi sesuai dengan gagasan pendidikan abad 21,
artinya pembelajaran berpusat pada siswa, berkat kemajuan teknologi dan
kemudahan akses informasi. Hal ini menyiratkan bahwa pengajar hanya berfungsi
sebagai penghubung atau titik kontak bagi pengetahuan dasar siswa.
Pada abad yang disebut sebagai era teknologi, digital, atau industri,
pekerjaan guru menjadi lebih mudah jika dilaksanakan sesuai dengan
perkembangan pendidikan; Namun dapat menjadi masalah jika mereka tidak
mampu berkreasi dalam menggunakan metode yang dapat memudahkan siswa
dalam memahami suatu pelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil Catherine yang
menyatakan bahwa instruktur didesak untuk berbuat lebih banyak dalam
menumbuhkan lingkungan belajar yang inovatif dan dinamis agar anak tidak
bosan dan benar-benar suka belajar. Dengan kata lain, guru harus kreatif dan
inovatif agar dapat memaksimalkan proses belajar mengajar dalam satu sesi
sekaligus menumbuhkan potensi siswanya. Guru bukanlah panutan dan teladan
dalam proses pembelajaran.
2. Sifat berfikir kritis (the nature of critical thinking)
Dalam lingkungan yang lebih kompleks, diyakini bahwa instruktur dan
siswa pada khususnya tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari dan
mengelola informasi. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengalihkan
perhatiannya dari sekedar fokus pada teori ke penerapan yang lebih praktis. Guru
harus menanamkan mentalitas ini pada siswanya untuk membantu mereka
menjadi lebih mandiri dan untuk mempromosikan membaca di kalangan anak-
anak dan bahkan di masyarakat. Guru yang diharapkan mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (outcome) harus lebih berkualitas dan inovatif
dalam pendekatan pengajaran yang sesuai dengan standar pengajaran profesional.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sudriarja dalam bukunya bahwa
pendidik memegang kunci keberhasilan karena merekalah yang dapat mengontrol
jalannya mutu pendidikan suatu negara. Hal ini juga diperkuat dengan hasil
Stephanou dan Maria yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis
diajarkan kepada siswa untuk membantu mereka belajar dari pengalamannya
sendiri. Dengan kata lain, tugas pendidik tidak bisa begitu saja dihapuskan karena
tanpa mereka informasi tidak dapat tersampaikan dengan baik sesuai dengan
fungsinya (mendidik, mengendalikan, dan mendistribusikan).
3. Pengintegrasian Ilmu (integration of socience)
Sebenarnya Tuhan sudah lama mengajarkan tentang hikmah, namun hal
itu sudah mendarah daging dalam ajaran manusia. Sementara hal ini terjadi, Allah
menurunkannya kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang lain yang telah
dikandung melalui membaca dunia nyata melalui malaikat Jibril. Hal ini konsisten
dengan temuan Trelling dan Fadel, yang menunjukkan bahwa mengaitkan
pembelajaran dengan musik dan menyanyi benar-benar dapat membantu anak-
anak memahami konsep. Tugas guru adalah membantu siswa menjadi pembaca
yang lebih memadai tentang peristiwa dan kondisi yang dihadapi dalam apa yang
disebut “abad pengetahuan”, selain mendidik mereka.
Pengetahuan usia, yang sering disebut sebagai “age knowledge”,
umumnya tidak dianggap sebagai aset utama seorang guru, melainkan sebaliknya.
Untuk menumbuhkan keilmuwan para siswa secara efektif, fungsi guru yang
terkemuka dalam mendidik harus diperkuat. Selain itu, pendidikan di Indonesia
menawarkan kursus dalam mata pelajaran seperti Aljabar, Matematika, Bahasa
Indonesia, dan Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat dasar. Oleh karena itu, seorang
pendidik yang siap belajar harus mampu memahami berbagai topik (ilm) dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia dan menggunakan berbagai metode agar
tercipta lingkungan belajar yang kondusif.
4. Mudah mendapatkan informasi (easy to get knowledge)
Pilar dan latar belakang utama abad kedua puluh satu adalah kemajuan
teknologi dan media informasi. Manusia diperkenalkan dengan sistem pada abad
ke-21, yaitu teknologi seperti internet yang sering digunakan dalam aktivitas
sehari-hari. Penggunaan internet untuk pencarian informasi telah meningkat
secara signifikan, khususnya di Indonesia. Untuk mencapai pembelajaran
manusia, penggunaan teknologi harus tulus. Guru harus bisa memanfaatkan
teknologi dalam bekerja di kelas, sehingga tidak hanya menggunakan metode
konvensional.
Karakteristik ini menyebabkan perubahan kualitas hidup yang sangat
mendasar, perubahan yang diantisipasi akan mampu menyeimbangkan proses
pembelajaran, bukan sebaliknya yang dapat melemahkan karakter negara.
Kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi diperkirakan dapat mencapai
tujuan pendidikan. Pendidikan yang dianggap mampu meningkatkan taraf hidup
suatu bangsa harus dimaksimalkan sejalan dengan kemajuan informasi dan
teknologi.
5. Berjiwa komunikatif dan kolaboratif (communicative and collaborative spirit)
Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, mereka harus
mampu memupuk kolaborasi di antara mereka sendiri bahkan di abad ke-21 ini.
Komunikasi merupakan salah satu unsur yang mendorong berkembangnya
kemitraan kerjasama. Di abad ini, sangat penting bagi manusia untuk memiliki
bahasa, khususnya bahasa Inggris dan Arab, agar dapat berkomunikasi.
Komunikasi yang efektif digadang-gadang mampu memperluas wawasan. Siswa
harus diajarkan bahasa kedua ini agar mampu berkomunikasi dengan masyarakat
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Senada dengan hal tersebut, Trelling dan Fadel menegaskan bahwa orang
akan sukses ketika mereka berhasil menerapkan berbagai informasi pada berbagai
keadaan dan skenario yang sudah ada sebelumnya. Tujuan abad 21 adalah
membentuk jaringan atau ikatan kerjasama setelah mampu berkomunikasi
sehingga negara-negara dapat bersaing satu sama lain. Membangun kolaborasi
internasional tidak seperti berjabat tangan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi
miskomunikasi saat berkreasi atau bekerja dalam tim, individu terlebih dahulu
dilatih untuk memahami suku, budaya, dan kepercayaan.
6. Menghargai perbedaan pendapat (respect differences of opinion)
Ilmu pengetahuan (society) adalah nama yang diberikan untuk abad-21.
Pada abad kedua puluh satu, perbedaan pendapat mengenai gagasan tidak bisa
dihindari, namun pendidik perlu menanganinya dengan cerdas. Oleh karena itu,
diharapkan para pendidik dan mereka yang sedang mempertimbangkan untuk
menjadi pendidik mampu menyaring segala sudut pandang tanpa harus berkata
“tidak” kepada yang memilikinya. Salah satu landasan dalam mengembangkan
hubungan kolaboratif yang menghasilkan jaringan untuk berbagi informasi,
ekonomi, dan lain-lain adalah dengan menghormati perbedaan pendapat. Oleh
karena itu, meskipun terdapat perbedaan bahasa, suku atau warna kulit, budaya,
bahkan pandangan agama, setiap manusia harus mempunyai semangat yang besar
dalam menyaring informasi.
7. Membiasakan belajar sepanjang hayat (longlife education)
Hadits Nabi “Carilah Ilmu dari Buaian Sampai Kuburan” sudah
menyebutkan pendidikan sepanjang hayat. Meskipun pernyataan ini sudah ada
sejak lama, namun baru sekarang dipraktikkan. Pembelajaran di abad kedua puluh
satu harus diterapkan; Orang yang lebih tua harus belajar meskipun tidak seefektif
mengingat kembali apa yang dipelajari ketika masih muda. Belajar tidak
mengenal usia, oleh karena itu orang tua dan anak harus selalu membaca agar
dapat mengkaji materi secara tuntas. Agar siswa dapat mengkaji materi yang
dapat diakses pada abad yang dikenal dengan bidang kompetensi sumber daya
manusia, maka kebiasaan membaca harus ditanamkan dalam diri siswa.
Agar manusia bisa belajar sepanjang hidupnya dan tidak hanya semasa
muda, abad 21 diyakini akan mampu menjalankan perannya sebagai guru.
Manusia seharusnya bisa menjadi hamba di dalam Ard Allah karena belajar dapat
membantu mengurangi toksisitas bangsa. Manusia harus terus belajar tanpa
merasa bosan karena tanpa belajar tidak akan mampu mengamalkannya sendiri.
C. Konsep pendidikan abad-21
Keahlian teknologi, kemampuan literasi, kemampuan pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku semuanya terintegrasi dalam pembelajaran abad ke-21. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa saat ini harus menguasai lebih dari sekedar sains. Siswa juga harus memiliki
kejujuran moral, pendidikan, dan kemahiran teknologi.
Zaman terus berkembang. Di bidang pendidikan, permasalahan serupa juga
muncul. Saat ini pembelajaran pada abad kedua puluh satu disebut dengan pendidikan.
4C abad ke-21 komunikasi, kerja sama, pemikiran kritis dan pemecahan masalah, serta
kreativitas dan inovasi adalah inti dari kurikulum ini.
Namun tetap mempertimbangkan relevansi pendidikan saat ini dan perkembangan
teknologi, sosial, dan budaya yang terjadi. Pendidikan abad 21 berlangsung pada era
revolusi 4.0. Secara umum, kehidupan terus berkembang. Saat ini, banyak taktik, metode,
dan sumber pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran yang interaktif,
berbasis teknologi, dan berkaitan erat dengan kehidupan nyata adalah strategi yang paling
memenuhi tuntutan abad kedua puluh satu.
Pendidikan abad-21 meliputi pembelajaran berpikir yang menekankan pada
pengetahuan logis dan rasional, pembelajaran berbuat yang menekankan pemecahan
masalah, pembelajaran otonom yang menekankan pengembangan karakter, dan
pembelajaran hidup bersama. cara pandang yang lebih bertumpu pada gagasan belajar.
Kapasitas siswa untuk berpikir kritis, menerapkan seluruh pengetahuannya pada
keadaan praktis, memahami teknologi dan informasi, berhasil bekerja sama, dan
berkomunikasi secara efektif sangat dihargai dalam pola berpikir abad ke-21.
Oleh karena itu, 4C atau keterampilan yang wajib dimiliki di abad 21 antara lain
creativity and innovation, collaboration, communication, and critical thinking and
problem solving.
Pada abad ke-21, pembelajaran harus didasarkan pada HOTS (high order
thingking skills), atau kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Tujuan mendasar dari pembelajaran abad ke-21 adalah untuk mengembangkan
keterampilan belajar unik setiap siswa dan mendorong evolusi mereka menjadi
pembelajar seumur hidup, aktif, dan mandiri, oleh karena itu guru harus mengambil
posisi sebagai “pelatih pembelajaran”, yang sangat berbeda dari instruktur kelas
konvensional. .

D. Ciri Pembelajaran Abad 21


Tidak diragukan lagi, ciri-ciri pembelajaran setiap abad telah dimodifikasi untuk
mencerminkan perkembangan zaman.
1) Selalu memasukkan pengetahuan abad ke-21 ke dalam solusi setiap permasalahan
global.
2) Senantiasa bekerjasama sambil belajar dan bekerja sama dengan masyarakat yang
berbeda suku, ras, dan kepercayaan.
3) Memberikan prioritas utama pada pembicaraan terbuka dan menghormati
masyarakat.
4) Mengajarkan pentingnya kejujuran di dunia yang terdapat keberagaman latar
belakang bangsa dan budaya.
5) Siswa harus menjadi pusat pembelajaran.

E. Model Pembelajaran Abad 21


Model pembelajaran abad 21 dibuat untuk memaksimalkan potensi yang ada pada
peserta didik di tengah tantangan global seperti sekarang ini. Berikut ini model
pembelajarannya.
1) Model problem based learning
Pada model pembelajaran ini, Siswa diharapkan berpartisipasi aktif dalam proses
pemecahan masalah ilmiah model pembelajaran ini. Permasalahan yang diangkat
haruslah isu-isu yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari siswa di abad kedua
puluh satu. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan gagasannya dengan
siswa lain guna mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran bisa
tercapai, peserta didik diberi kesempatan untuk bertukar pendapat dengan peserta
didik lainnya.
2) Model project based learning
Model pembelajaran ini kapasitas siswa untuk menghasilkan karya orisinal
sebagai salah satu bentuk pemecahan masalah ditekankan. Pembelajaran
kolaboratif digunakan untuk memastikan bahwa semua siswa memahami tujuan
pembelajaran. Pentingnya 4C dalam pembelajaran abad 21 harus dipahami baik
oleh pengajar maupun siswa.

Guru dapat menyesuaikan dengan kebutuhan siswanya dengan menggunakan


model pembelajaran abad 21 yang dipandang mempunyai kemampuan memanfaatkan
teknologi dan cukup mudah beradaptasi untuk digunakan pada kelompok umur, tingkat
pendidikan, dan mata pelajaran yang berbeda. Diantara model pembelajaran yang
disebutkan adalah sebagai berikut ;

1) Discovery learning
Belajar melalui mencari, menyelidiki, menemukan, dan mendemonstrasikan.
Misalnya, pada saat ceramah, instruktur memberikan tugas kepada siswa untuk
meneliti isu-isu terkait banjir setempat. Siswa bekerja dalam kelompok untuk
mengumpulkan data dengan berbicara dengan penduduk setempat dan membaca
konten online (dengan instruksi sesuai usia). Mereka kemudian didorong untuk
mengembangkan kesimpulan, yang dilanjutkan dengan presentasi.
2) Pembelajaran berbasis proyek
Peserta dalam proyek merancang cara untuk mencapai tujuan, yang berbentuk
produk, di bawah bimbingan pertanyaan-pertanyaan sulit. Misalnya pertanyaan
seperti apa yang diajukan kepada siswa SMK Kewirausahaan tentang barang
inovasi yang dihasilkan dari bahan daerah yang memiliki nilai tambah ekonomi?
Siswa dapat mengikuti tahapan pembelajaran meliputi eksplorasi konsep,
pengembangan ide, realisasi ide menjadi prototipe produk, pengujian produk, dan
pemasaran produk. Siswa dapat memanfaatkan teknologi selama proses untuk
meneliti materi untuk upaya membangun ide, menggambar sketsa produk
menggunakan perangkat lunak tertentu, menguji barang dengan mengumpulkan
masukan pasar menggunakan survei Google, dan banyak lagi.
3) Pembelajaran berbasis masalah
Melalui penelitian dan kajian, pembelajaran dipusatkan pada permasalahan
dengan jawaban “terbuka”, yang memungkinkan ditemukannya beberapa solusi
terhadap kesulitan. Misalnya saja mengatasi permasalahan pencemaran udara
yang disebabkan oleh gas buang kendaraan bermotor. Siswa dapat menyelidiki
lingkungan menggunakan sumber daya nyata, materi yang telah disempurnakan
secara digital, dan contoh pemecahan masalah dunia nyata dari berbagai
perspektif. Dalam rangka pemecahan masalah, siswa diajarkan bagaimana
memunculkan ide-ide segar, imajinatif, berpikir kritis, berbagi, dan berinteraksi
dengan orang lain secara lebih terbuka.
4) Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed Learning/SDL)
SDL adalah suatu proses dimana siswa mengambil inisiatif belajar sendiri, baik
dengan atau tanpa bantuan pihak luar, dimulai dengan diagnosis kebutuhan
belajarnya sendiri, perumusan tujuan, identifikasi sumber daya, pemilihan dan
penerapan strategi pembelajaran, dan implementasi pembelajaran mereka sendiri.
Misalnya, guru mungkin bekerja dengan siswa untuk menentukan persyaratan
pembelajaran mereka atau memulai dengan menanyakan keterampilan apa yang
ingin mereka peroleh. Guru dapat membantu siswa dalam membuat tujuan-tujuan
penting yang dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka, seperti belajar
melukis dengan menggunakan software Corel Draw. Pembelajar mandiri
menemukan tutorial YouTube, berlatih, dan berbagi keterampilan mereka.
5) Pembelajaran kontekstual (melakukan)
Untuk membantu siswa memahami arti dari apa yang telah mereka pelajari,
instruktur menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman
sebelumnya yang telah mereka miliki. Hal ini dilakukan melalui pengintegrasian
mata pelajaran yang dipelajari dengan pengalaman dunia nyata siswa. Misalnya,
instruktur dapat menugaskan sekelompok siswa untuk melakukan penelitian
online guna menemukan bentuk tulang daun. Guru ingin siswanya dapat
memperoleh pengalaman yang sangat signifikan dan menghubungkan apa yang
mereka pelajari dengan situasi dunia nyata. Pengalaman langsung diperlukan
karena di PAUD dan sekolah dasar kelas bawah, siswa tidak dapat membedakan
variasi kekuatan dan kelenturan tulang daun dari setiap bentuk yang bervariasi.
6) Bermain peran dan simulasi
Siswa mungkin diminta untuk memerankan peran dan meniru tindakan, gerak
tubuh, pola, atau proses tertentu. Misalnya, ketika seorang guru memanfaatkan
video YouTube, siswa diinstruksikan untuk fokus pada alur cerita dan peran
tokoh-tokoh yang ada sebelum berlatih dengan tokoh yang dimainkannya. Buat
narasi Anda sendiri dan mainkan peran untuk pengalaman yang lebih rumit.
7) Pembelajaran kooperatif
Metode pembelajaran yang berbasis pemahaman konstruktivis adalah
pembelajaran kooperatif. Dengan tugas yang sama, siswa dalam kelompok kecil
berkolaborasi dan saling mendukung untuk menyelesaikan tugas. Artikel ini akan
membahas berbagai strategi pembelajaran kooperatif, empat strategi pertama
diciptakan oleh Robert Slavin (1991) yaitu STAD, TGT, TAI, dan CIRC.
8) Pembelajaran kolaboratif
melibatkan kerja dalam tim untuk menyelesaikan berbagai tugas untuk mencapai
tujuan bersama. Siswa yang semakin mendekati kedewasaan lebih cocok untuk
pembelajaran kolaboratif. Teknologi dapat digunakan untuk memfasilitasi
kolaborasi, seperti melalui diskusi elektronik, untuk memediasi dan memantau
interaksi antara masing-masing individu yang menerima tanggung jawab sendiri
dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan bersama. Guru, pelatih online,
pemimpin kelompok, dan mentor semuanya dapat bertindak sebagai fasilitator.
9) Diskusi kelompok kecil
Pembicaraan kelompok kecil berfokus pada keragaman pengetahuan dan
pengalaman serta pelatihan komunikasi kelompok kecil dengan tujuan
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa sehubungan dengan
mata pelajaran utama dan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Karena lebih banyak siswa yang berpartisipasi, pembicaraan kelompok kecil
berupaya untuk meningkatkan keterlibatan siswa. Kelompok diskusi terdiri dari
empat sampai lima orang. Pendekatan diskusi digunakan untuk mendidik
kemampuan berpikir kritis, negosiasi, kepemimpinan, dan kompromi.

F. Metode Pembelajaran Abad 21


Pembelajaran abad 21 bisa diimplementasikan dalam beberapa metode pembelajaran,
yaitu sebagai berikut.
1) SGD (small group discussion)
SGD adalah strategi pengajaran yang membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang. Agar setiap siswa dapat
memperoleh manfaat dari pembelajaran yang dilakukan, hal ini berupaya untuk
mengajarkan mereka bagaimana bertukar pikiran satu sama lain. Peran guru
dalam strategi pengajaran ini hanya sebatas sebagai pembimbing dan
pendamping.
2) RPL (role–play and simulation learning)
RPL adalah strategi pengajaran yang meminta siswa mengambil peran sebagai
aktor yang menyampaikan informasi.
Peserta menerima pelatihan tentang cara menggunakan teknologi terkini saat
tampil. Menggunakan kreasi Gunung Tangkuban Perahu sebagai ilustrasi. Oleh
karena itu siswa dapat memberikan demonstrasi video tentang hal itu. Setelah itu,
kelas dapat menonton video tersebut.

G. Contoh Pembelajaran Abad 21


Peserta diminta untuk membuat pupuk sampah organik sebagai pupuk alternatif
ramah lingkungan yang merupakan gambaran pembelajaran abad 21. Langkah-langkah
untuk mempraktikkan contoh tersebut adalah sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan masalah utama dalam memproduksi pupuk alternatif yang
dihasilkan dari sampah organik. Misalnya, penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan telah menyebabkan peningkatan pencemaran tanah. Penentuan alur
kerja dan perencanaan pembuatan produk dibantu oleh guru.
2) Guru membantu siswa membuat jadwal penyelesaian tugas, dimulai dengan
mengatur alur kerja dan menyiapkan bahan dan diakhiri dengan pengumpulan
hasilnya. Pembuatan pupuk tidak dapat diselesaikan dalam satu kali pertemuan,
sehingga kegiatan pembelajaran ini memerlukan waktu yang lebih lama. Setiap
kelompok harus menunjukkan cara pembuatan pupuknya di depan kelas pada saat
presentasi direncanakan. Kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya
mengenai produksi pupuk pada bagian ini.
3) Guru menawarkan evaluasi terhadap hasil yang dicapai masing-masing kelompok.
4) Guru mengevaluasi produksi pupuk pengganti yang dihasilkan dari sampah
organik.

Kesimpulannya, pembelajaran abad 21 menekankan pada perubahan mental dan


perilaku pada siswa agar selalu peduli terhadap permasalahan yang ada disekitarnya. Hal
ini dicapai dengan pemikiran kritis yang terus-menerus, fokus pada pemecahan masalah,
kreativitas, kerja sama tim, dan komunikasi yang terus-menerus dengan lingkungan.

Guru, yang berada di garis depan pendidikan, tidak hanya harus menjadi pembaca
yang cepat terhadap perubahan tetapi juga pembelajar yang cepat terhadap perubahan
tersebut. Guru harus mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran abad 21
yang relevan dengan kebutuhan siswa.

Para ahli pendidikan saat ini bekerja sangat keras untuk melakukan studi tentang
pembelajaran yang efisien dalam menghadapi perubahan zaman. Pendidikan STEM
adalah salah satu pendekatan yang mendapatkan daya tarik.

Science, Technology, Engineering dan Mathematics disebut sebagai STEM. Lilia


Halim (Pakar Pendidikan STEM, Universitas Kebangsaan Malaysia) menyatakan bahwa
pendidikan STEM adalah jenis pendidikan yang dapat membantu siswa menjadi lebih
kreatif, mandiri, dan mampu memecahkan masalah serta menghubungkan apa yang
mereka pelajari di kelas dengan situasi dunia nyata.

Kabar baiknya, pendidikan STEM dapat diterapkan di semua jenjang pendidikan,


mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dalam bukunya Science, Technology,
Engineering, and Mathematics (STEM) Education: Background, Federal Policy, and
Legislative Action, Kuenzi mengklaim bahwa anak-anak akan mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah, kemampuan berpikir inovatif, kemandirian, dan
literasi teknologi melalui studi STEM. Oleh karena itu, pendidikan STEM dinilai mampu
memenuhi kebutuhan revolusi 4.0 dan menghasilkan generasi yang mahir dalam
kemampuan abad 21.

Faktanya, pendidikan STEM telah diperkenalkan di luar negeri sejak tahun 1957,
namun belum dipraktikkan di sejumlah negara hingga tahun 2000an. Sejak awal
berdirinya, STEM telah mengalami sejumlah perubahan pendekatan, antara lain
pendekatan SILO (yang menyatakan bahwa keempat komponen tersebut saling
eksklusif), pendekatan tertanam (yang menyatakan bahwa Teknologi dan Rekayasa
mencakup komponen Sains dan Matematika), dan pendekatan tertanam (yang
menyatakan bahwa Teknologi dan Rekayasa mencakup komponen Sains dan
Matematika), dan pendekatan terpadu (yang menyatakan bahwa semua komponen saling
berhubungan).

Guru di negara berkembang (termasuk Indonesia) telah terpapar STEM oleh


pemerintah. Pengenalan yang lebih menyeluruh diperlukan karena pemahaman guru
tentang STEM merupakan komponen penting dalam penerapannya. Berdasarkan berbagai
penelitian, terlihat bahwa sebagian besar instruktur sudah mengetahui tentang STEM,
namun belum terbiasa memasukkannya ke dalam proses pembelajaran. Tujuan dari
pengenalan STEM dapat tercapai ketika instruktur memiliki pemahaman menyeluruh
tentang hal itu.

H. Jenis-Jenis Keterampilan yang Harus Dimiliki Guru di Era Teknologi Digital


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menunjukkan bahwa salah satu ciri era
globalisasi yang dikenal dengan era keterbukaan adalah perubahan pola pendidikan yang
kini terlihat pada abad ke-21. 3 Untuk dapat menciptakan sumber daya manusia (SDM)
yang saling menguntungkan dan pendidikan yang saling menguntungkan, seorang guru
harus menjalani langkah-langkah perubahan di abad kedua puluh satu, seperti mengubah
praktik-praktik konvensional (ramah) yang berpusat pada guru dan menjadi lebih kreatif
dan kreatif. itu lebih berpusat pada siswa. Motto Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Tut Wuri Handayani) yang diusung Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa guru harus mampu mengolah potensi pendidikan yang bermutu. Guru yang sering
disebut dengan pendidik diharapkan berperan dalam memotivasi peserta didik agar aktif
mengembangkan potensinya dan mampu menjadi teladan dalam pembelajaran. Guru juga
harus mengikuti perubahan sistem pendidikan saat ini, dimana guru dan siswa sebenarnya
bisa belajar bersama.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa pengajar harus mampu mengatur dan
mengikuti alur pendidikan sejalan dengan perkembangan zaman di samping berperan
sebagai teladan dalam ekspresi materi. Kemajuan yang dimaksud adalah kemajuan ilmu
pengetahuan terkini. Abad 21 dalam dunia pendidikan mengacu pada abad sebelumnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah cara hidup sepanjang abad terakhir.
Alasan mengapa abad ke-21 disebut demikian adalah karena memerlukan sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, institusi harus mampu memaksimalkan
potensi yang telah ada agar dapat menjadi ciri khas organisasi secara keseluruhan dan
menciptakan hasil yang lebih berkualitas.
Perubahan yang sangat penting terjadi pada abad ke-21, khususnya di bidang
pendidikan. Sekalipun keadaan telah berubah, pengajar harus menunjukkan bahwa
perubahan tersebut tidak menjadi penghalang dalam membina kemampuan dan potensi
anak yang dibesarkan di masa globalisasi. Pendidikan merupakan landasan kemajuan
suatu bangsa. Guru harus melakukan inovasi di dalam kelas karena tuntutan untuk
menghasilkan sumber daya manusia di abad ini cukup tinggi. Karena banyaknya literatur
dan penelitian mengenai topik pendidikan abad 21, sulit bagi para pendidik untuk
mempraktikkannya, sehingga menimbulkan permasalahan pada proses pembelajaran (di
kelas, lingkungan, dan institusi).
Berikut jenis keterampilan yang harus dimiliki agar sukses mencetak generasi
unggul bangsa:
1) Penguasaan Teknologi
Saat ini pemahaman dan penguasaan teknologi sangatlah penting. Harus diakui
bahwa penguasaan teknologi akan memberikan peluang bagi seseorang untuk
menghasilkan keajaiban dunia modern. Untuk dapat berbagi teknologi dengan
siswa, guru harus profesional di dalamnya. Penguasaan teknologi menjadi suatu
kebutuhan bagi para pengajar agar mampu membekali siswanya dan
menampilkan pembelajaran yang telah disampaikan, khususnya dengan
pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19. Dengan mempelajari teknik ini
siswa akan memperoleh kemampuan membuat model dan meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
2) Efektif dalam berkomunikasi. Memang mudah, tapi tidak semua orang pandai
melakukannya. Guru di abad kedua puluh satu harus mampu berkomunikasi
secara efektif karena mengajar memerlukan pengetahuan dan komunikasi.
Seorang guru harus berkomunikasi dengan siswanya untuk menyampaikan
informasi, dan ini melibatkan sarana komunikasi verbal dan nonverbal.
Keterampilan komunikasi yang baik dengan orang tua dan dosen harus ada selain
dengan siswa.
3) Mampu Mengendalikan Diri
Pepatah mengatakan “Ujian seorang guru adalah ujian kesabaran” pasti sudah
tidak asing lagi di telinga Anda. Kita semua tahu bahwa mengajar sering kali
melibatkan situasi yang tidak nyaman. Kenyataannya, banyak dari kita yang
bergumul secara internal antara kebutuhan untuk mengajar dan keinginan untuk
berdebat dengan siswa atau anggota staf lain.
Sikap dan emosi siswa sangat dipengaruhi oleh tuntutan zaman yang menuntut
banyak toleransi. Kemampuan tersebut diperlukan agar guru dapat melibatkan
siswa dengan baik dalam kegiatan pembelajaran dan memantau
perkembangannya. Memahami psikologi siswa Anda akan membantu Anda
menjadi lebih sabar.
4) Cepat Beradaptasi
Proses belajar mengajar tidak selalu berjalan sesuai harapan dan mudah.
Hambatan harus diatasi, dan dalam situasi ini instruktur harus mampu
melakukannya dengan menyesuaikan dan memahami kebutuhan siswanya dalam
keadaan yang tidak terduga.
Untuk menjadi guru yang fleksibel di abad kedua puluh satu, Anda sebenarnya
harus memiliki kemampuan mengajar. Perubahan harus dilakukan pada proses
pembelajaran, strategi pembelajaran, lingkungan belajar, dan teknologi. Proses
belajar mengajar tetap harus ditata dengan baik, meskipun dapat disesuaikan.
5) Berpikir Kritis
Sebagai guru, Anda akan menghadapi Anda akan menjumpai sejumlah murid di
berbagai lingkungan sebagai guru. Ini memang sulit dan sering kali sulit. Anda
harus menjadi pemikir yang tajam dalam situasi seperti ini untuk mengatasi
berbagai masalah. Pemikiran seperti ini dapat terjadi jika Anda secara teratur
memantau perilaku siswa, memperhatikan bahasa tubuh mereka, membuat
penilaian cepat terhadap mereka, memiliki pemahaman yang kuat terhadap
materi, memiliki tujuan pembelajaran, dan dapat menyediakan lingkungan belajar
yang positif.
6) Mentoring
Kemampuan mentoring merupakan sifat lanjutan yang harus dimiliki. Padahal,
memiliki kemampuan tersebut diperlukan untuk menjadi guru yang kompeten.
Mengapa? karena mentoring adalah metode belajar anak di kelas. Oleh karena itu,
guru harus mampu mendengarkan secara aktif, menyediakan waktu untuk hening,
membangun kepercayaan, memberikan arahan, dan memberikan umpan balik
kepada siswa.
7) Kreatif
Tantangan dalam mengajar yang sering muncul adalah menjaga minat belajar
siswa; Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pengajaran yang baru, menarik,
dan menarik. Oleh karena itu, proses pengajaran memerlukan daya cipta.
Terutama karena instruktur yang inovatif akan mengembangkan metode
pengajaran yang inovatif. Oleh karena itu, guru harus mampu menggunakan
strategi pengajaran yang orisinal. Ingatlah bahwa tidak ada dua siswa yang boleh
disatukan karena mereka masing-masing memiliki gaya dan kepribadian yang
unik.
8) Manajemen
Kita semua menyadari potensi kesuksesan dan dominasi dalam kehidupan bagi
mereka yang memiliki keterampilan berorganisasi, dan instruktur harus memiliki
kualitas tersebut. Karena mereka harus mengelola banyak pekerjaan berbeda,
mendidik anak, melaksanakan kurikulum, dan memenuhi tugas lainnya, guru
sekolah harus mampu mengatur semuanya secara efisien.
contoh keterampilan manajemen yang sangat baik? Berikut beberapa contohnya:
 Mengembangkan rencana pelajaran.
 Menjadwalkan pelajaran.
 Manajemen waktu.
 Manajemen kelas
9) Motivasi
Siswa mungkin dimotivasi oleh gurunya untuk mencapai potensinya. Pada abad
kedua puluh satu, kemampuan mengajar yang paling penting adalah motivasi ahli.
Motivasi siswa akan sangat meningkat dengan pengajaran yang efektif. Anda
mungkin melambung ke puncak profesi guru Anda dengan bantuan talenta-talenta
lembut ini.

10) Kolaborasi
Di era digital saat ini, kolaborasi menjadi hal yang krusial dalam industri
pendidikan. Kolaborasi di sekolah dapat membantu siswa mengembangkan
kepribadian yang lebih kuat dan kebiasaan sukses. Guru harus sangat terampil
dalam berkolaborasi untuk mengembangkan pengaturan yang sempurna ini.
Oleh karena itu, kemampuan merancang suatu proyek dan menginstruksikan
murid-muridnya untuk berpartisipasi di dalamnya merupakan bakat yang harus
dimiliki seorang guru. Instruktur kemudian dapat mengambil peran sebagai
seseorang yang menawarkan solusi ketika siswa menghadapi tantangan ketika
mencoba menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai