Anda di halaman 1dari 65

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
KAJIAN LITERATUR DAN DESAIN

A. Landasan Teori

1. Teori Perancangan Interior

a. Pengertian Perancangan
Desain adalah menggambar, merencanakan, membuat sketsa, atau
mengatur beberapa elemen individu untuk bekerja sama. (Syifaun Nafisah,
2003 : 2)
b. Pengertian Interior
Interior adalah bagian dalam gedung (ruang dan sebagainya) penataan
furnitur (dekorasi, dll.) di dalam bangunan (ruangan, dll.) (KBBI)
c. Pengertian Perancangan Interior
Perancangan Interior adalah perencanaan, penataan dan perancangan
sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau kegiatan yang
memenuhi kebutuhan manusia untuk mengekspresikan ide, kepribadian,
dan perasaan penghuninya. (D.K. Ching)
d. Komponen Interior
1) Lantai
Lantai adalah batasan bawah suatu ruangan yang membentang secara
horizontal. Lantai memiliki penanganan dalam pengaplikasiannya.
Baik secara bentuk, ketinggian, dan jenis material.
Y.B. Mangunwijaya mengutarakan bahwa lantai adalah bagian dasar
dari suatu bangunan,. Menurutnya lantai memiliki fungsi sama dengan
dinding atau penutup ruangan bagian bawah. Maka dilihat dari
pertimbangan tersebut lantai bisa dikerjakan menurut hukum fisika
biasa yang berlaku untuk dinding. (Y. B. Mangunwijaya, 2000, h.
329).
Syarat perancangan lantai dengan anak sebagai pengguna utama:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a) Permukaan lantai diseluruh ruang haruslah non slip / anti licin,


dengan tujuan keamanan. Karma secara psikologis sifat licin
dikategorikan sebagai bahaya.
b) Meskipun non slip permukaan lantai juga tidakk boleh kasar,
untuk meminimalisir luka jika terjatuh.
c) Menghindari leveling pada lantai dan ambang pintu. (Joseph
de Chiara, 1990)
Kebutuhan luasan lantai pada setiap kelas untuk proschool adalah 20-25
m2 untuk idealnya 20 anak. Setiap anak memerlukan luas lantai setidaknya
1,5 m2 - 2 m2. (Drs. Yan Dianto, 1991, h.57)
Berikut adalah beberapa material yang umumnya digunakan diarea
daycare dan preschool:
a) Vnyl tile
Memiliki kelebihan yaitu empuk, tidak licin, tidak mudah
kotor, dan mudah perawatannya.
b) Granito
Granito memiliki kelebihan mudah dalam perawatan, dapat
memantulkan 30% cahaya yang mengenainya.
c) Keramik
Memiliki kelebihan yaitu memiliki bentuk dan corak beragam,
tahan goresan, awet serta mudah dibersihkan.
d) Lantai kayu
Lantai kayu memiliki kelebihan yaitu pemasangannya yang
praktis, harga lebih terjangkau, mudah dalam perawatan,
memiliki warna beragam, terkesan hangat, non slip, kedap
suara dan dapat dijadikan sebagai iisolasi panas (Wahyu
Setyaningsih, 2004, h. 14).

2) Dinding
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dinding adalah sebuah pembatas antar ruang dengan bentuk vertikal


serta menjadi elemen yang dominan pada suatu bangunan.
Diaplikasikan menggunakan material, finishing, pencahayaan, dsb.
Dinding adalah penghalang / batas sirkulasi yang memisahkan satu
ruang dengan ruang lainnya, serta memberikan privasi visual maupun
akustik bagi penggunanya. (Ching D.K, Francis, 1996, h. 180).
Permukaan dinding secara keseluruhan hendaknya menggunakan
material yang halus, non slip, mudah dibersihkan, serta memiliki
kemampuan menyerap bunyi dengan baik (Neufert, 1995).
Dinding ruang kelas serta ruang bermain indoor sebaiknya
menggunakan material yang lembut. Material maupun bentuk yang
baik akan merangsang emosi dan persepi anak. Maka diperlukan
variasi desain yang menarik, sederhana dan selektif (Fowler, 1980,
h.107).
Suara anak yang meninggi adalah bentuk ekspresi emosional, maka
dibutuhkan dinding yang dapat menyerap suara tersebut, maupun
suara lain yang mengganggu (Fowler, 1980, h. 107).
Ketinggian dinding masif (tembok bata) sebaiknya tidak dibuat
mencapai ceiling, melainkan dipadukan dengan dinding kaca pada
bagian atasnya. Dengan ketinggian sejajar dengan mata orang dewasa,
agar orang dewasa bisa mengamati aktivitas anak didalamnya (Fowler,
1980, h. 101).
Ketinggian ruang kelas bergantung pada keadaan pencahayaan pada
siang hari dan hubungannya dengan faktor luar seperti bangunan lain,
vegetasi, dll. Pada ruangan selebar 6-8 m ideal ketinggialnnya adalah
3,25-2,75 m. (Drs. Van Dianto, 1991, h.3).

3) Atap
Atap adalah bagian paling atas pada suatu ruangan yang memiliki
fungsi sebagai pelindung atau penutup yang diaplikasikan
menggunakan beragam jenis material, bentuk, serta ketinggian.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ceiling merupakan elemen perlindungan fisik maupun psikologis


untuk apapun yang berada dibawahnya (Ching D.K, Francis, 1996, h.
192).
Pada ruang public ceiling idealnya dapat memenuhi beberapa syarat,
yaitu:
a) Mudah dalam pemeliharaan.

b) Dapat meredam suara dan menjadi aspek dekoratif.

c) Tahan kelembaban.

d) Memperlihatkan karakteristik ruangan.

e) Memperlihatkan unsur kemegahan bangunan.

f) Pemasangannya disesuaikan dengan sistem pencahayaan dan


penghawaan baik secara alami maupun buatan. (Suptandar,
1995)
Ceiling untuk ruangan dengan anak sebagai penggunanya, tidak hanya
sebagai aspek dekoratif melainkan dapat merangsang perkembangan
anak serta mendukung kegiatan di dalamnya. Penggunaan skylight
merupakan salah satu alternatif yang baik, selain berfungsi sebagai
elemen estetis, dapat pula mengoptimalkan pencahayaan alami.
(Perkins & Cocking, 1957, h.40)

4) Jendela
Jendela adalah salah satu bagian terang pada dinding sebagai penyatu
ruang. Jendela juga merupakan salah satu akses pengoptimalan
pencahayaan alami.
5) Pintu
Pintu adalah bukaan pada dinding yang memudahkan sirkulasi antar
ruang.
Pintu memiliki fungsi sebagai bukaan yang dibingkai, tidak menyentuh
atap atau dinding sebelahnya.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sebuah bukaan yang menghubungkan antar ruang, batas interaksi


manusia dari luar ke dalam, publik ke pribadi, ruang besar ke kecil,
dingin ke hangat.
6) Furnitur
Furnitur berasal dari kata fournir yang berarti furnish atau perabot
ruangan. Furniture juga menjadi perantara antara arsitektur dan
manusianya.
Saat ruang belajar dan bermain dirancang dengan dimensi yang tepat
serta perabot yang diatur dengan meminimalisir kekacauan dan atau
kerusakan akan memberikan kebebasan bergerak anak lebih mudah.
(Fowler, 1990, h.270).
Furniture yang mudah dibersihkan, mudah dirapihkan, fungsional, dan
praktis, serta tidak membatasi ruang gerak anak sangat diperlukan
untuk ruang bermain. ( Tate Allen, 1986, h. 113-114).
Penggunaan furniture (terutama meja dan kursi) sebaiknya disesuaikan
dengan usia anak sesuai dengan standar ergonominya. Dimaksudkan
agar setiap anak dapat berada dalam posisi yang nyaman. (Fowler,
1980, h.270).
Furniture untuk anak harus terbuat dari material yang ringan, kuat, tidak
mudah hancur atau patah, memiliki sudut yang tumpul, dan diberi
pengaman atau pelapis yang empuk dari bahan yang ringan dan estetis
(Griya Asri, 2002, h.56).
Tabel ukuran Usia (th) Keterangan
furniture anak:
Ukuran (cm)
45-50 2-3 Tinggi meja
50-52 3-6 Tinggi meja
25-30 2-3 Tinggi kursi
30-32 3-6 Tinggi kursi
100 2-6 Tinggi loker
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30 2-6 Tinggi loker


28-30,5 3-4 Tinggi toilet
5-8 Tinggi toilet
30,5-38 5-8 Tinggi toilet
Tabel 2. 1 Ukuran Furniture Anak

(Sumber: Drs. Yan Dianto, 1991, h. 60)

Penempatan Layout hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:


a) Menentukan area aktivitas

b) Area aktif, merupakan area yang memiliki frekuensi aktivitas


tinggi dan bersifat cepat.

c) Area pasif, merupakan area yang memiliki frekuensi aktivitas


rendah dan bersifat lebih lambat.

d) Bentuk kegiatan.

e) Memperhatkan ruang gerap pengguna. (Sunarko, 1996, h. 11)


Layout untuk furniture dapat mengikuti perencanaan umum ruang
(Pile, 1980, h.85).
Beberapa perabot yang dibutuhkan (Built in Equipment} pada area
pendidikan prasekolah adalah:
a) Sink

b) Book cases

c) Cupboard

d) Teacher locker

e) Display counter

f) Work Benches

g) Paper trays
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h) Filling cases (John E. Nichols, etc, 1956, h.275-276)

Ada beberapa kriteria furniture anak yang membedakan dengan


furniture manusia dewasa, antara lain:
a) Menggunakan skala ergonomis anak berumur 3-6 tahun

b) Memiliki bentuk lengkung dan sudut tumpul agar tidak


membahayakan anak

c) Menggunakan warna dan bentuk yang bervariasi agar anak tidak


bosan dan merangsang pertumbuhan anak.

d) Menggunakan material yang aman dan tidak mengandung racun /


zat kimia, tahan lama serta ringan / mudah dipindahkan.

e) Bila dimungkinkan bisa bersifat mulifungsi sebagai media


permainan. (Rida Dermawan, 2002, h, 12)
Standar Ergonomi
a) Dimensional anak
Menurut http://www.balita-anda.com/b-tb-rata.html, tinggi badan anak
usia prasekolah (dan usia 3-5 tahun) adalah:
Usia Tinggi (cm)

3 tahun 96,00
4 tahun 103,5
5 tahun 109,00
Tabel 2. 2 Tinggi Badan Anak Usia 3-5 tahun

(Sumber: http://www.balita-anda.com/b-tb-rata.html)
b) Menurut buku Dasar-dasar Arsitektur karangan Drs. Yan Dianto,
tinggi badan anak usia prasekolah (5-6 tahun) adalah:
Usia Tinggi (cm)
5 tahun 111,8
6 tahun 116,8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2. 3 Tinggi Badan Anak Usia 5-6 tahun

(Sumber : Dasar-dasar Arsitektur, 1988, h.2)


c) Standar ergonomi pada anak usia 3-5 tahun.

Gambar 2. 1 Standar Ergonomi Pada Anak Usia 3-5 tahun

(Sumber: Ernst Neufert, 1993, h.132)


d) Standar ergonomi pada anak usia 5-7 tahun

Gambar 2. 2 Standar Ergonomi Pada Anak Usia 5-7 tahun

(Sumber: Ernst Neufert, 1993, h. 132)


e) Standar ergonomi pada anak usia 5-8 tahun

Gambar 2. 3 Standar Ergonomi Pada Anak Usia 5-8 tahun


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Sumber: Ernst Neufert, 1993, h. 132)


Dimensi Furniture
a) Dimensi fasilitas umum dalam ruang kelas
Jenis Furniture Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm)
Meja besar 120 75 47
Meja kecil 60 40 47
Kursi 32/35 27/30 27/30
Rak alat 150 40 65
Loker anak 30 35 30
Lemari obat 40 30 60
Papan tulis 120 90 -
Papan panel 80 60 -
Softboard 120 90 -
Tabel 2. 4 Dimensi fasilitas umum dalam ruang kelas

b) Dimensi WC untuk anak

Gambar 2. 4 Dimensional Water Closet (WC) untuk Anak

(Sumber: Time Saver Standards for Building Types 4 edition, 2001, h.


373)
Keterangan Usia 3-4 tahun Usia 5-8 tahun
(cm) (cm)

A 30,5 30,5-38
B 91,5 91,5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C 28-30,5 30,5-38
D 35,5 35,5-43
E 45,5-51 51-63,5
Tabel 2. 5 Dimensional Water Closet (WC)

(Sumber: Time Saver Standards for Building Types 4 edition, 2001, h.


373)
c) Standar Lavatory Anak

Gambar 2. 5 Standar Lavatory untuk Anak

(Sumber: Joseph de Chara, John Callender, 1990)


7) Aksesoris
Aksesoris mengarah pada ornament-ornamen estetika dan keindahan
dalam ruang.
Suptandar (1999:212), mengungkapkan bahwa dalam interior,
aksesoris adalah unsur dekoratif. Selain sebagai hiasan juga berperan
untuk menunjang suasana ruang karena tanpa dekorasi suasana dan
unsur estetis dari ruang akan menjadi berkurang.
e. Sistem Interior
1) Sistem Organisasi Ruang
Ada 5 jenis sistem pengorganisasian ruang, penerapannya pun
tergantung pada fungsi ruang, hirarki, kebutuhan, pencahayaan dan
arah pandangan. Dijelaskan sebagai berikut:
a) Terpusat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 6 Organisasi Ruang Terpusat

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h. 195)


Organisasi terpusat memiliki komposisi sejumlah ruang sekunder yang
dikelompokkan mengelilingi ruang pusat yang luas dan dominan.
Ruang sekunder bisa diletakkan simetris atau disesuaikan dengan
kebutuhan fungsi.
b) Linier

Gambar 2. 7 Organisasi Ruang Linier

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h. 195)


Organisasi linier hanya terdiri dari deretan ruang. Ruang ini dapat
berhubungan langsung satu sama lain atau dihubungkan melalui ruang
linier yang jelas dan terpisah. Biasanya terdiri dari ruang yang mirip
dalam ukuran, bentuk dan fungsi.
c) Radial
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 8 Organisasi Ruang Radial

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h. 195)


Organisasi radial menggabungkan unsur organisasi terpusat dan linier.
Terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana organisasi linier
berkembang seperti bentuk jari-jarinya.
d) Cluster

Gambar 2. 9 Organisasi Ruang Cluster

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h.1905)


Komposisi ruang bisa berbeda ukuran, bentuk dan fungsi tetapi tetap
berhubungan satu sama lain berdasarkan suatu simetri atau sumbu.
Dapat berupa repetisi bentuk dan fungsi yang sama tetapi dengan
komposisi ruang yang berbeda.
e) Grid
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 10 Organisasi Ruang Grid

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h. 205)


Terdiri dari beberapa ruang yang memiliki posisi ruang tersusun dalam
pola grid atau 3 dimensi. Organisasi ini membentuk hubungan antar
ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi.
2) Pola Penataan Ruang / Layout
a) Penataan Ruang Kelas
Penataan ruang kelas harus diperhatikan agar fungsi masing-
masing kelas tidak saling mengganggu.
Berikut merupakan beberapa altrnatif penataan ruang kelas:
(1) Ruang kelas melewati storage penyimpanan mantel, topi, dll.
Koridor memiliki dua jalur masuk cahaya dan udara, koridor
antara dua ruang kelas merupakan tempat alat-alat pelajaran.

Gambar 2. 11 Layout ruang alternatif 1

(Sumber: Data Arsitek, 1996, h. 261)


(2) Gabungan kelas bebas dan ruang rekreasi menjadi suatu
anjuran bentuk.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 12 Layout ruang alternatif 2

(Sumber: Data Arsitek, 1996, h. 261)


(3) Ruang kelas membentuk segi enam dengan ruang rekreasi
berbentuk segitiga tertutup.

Gambar 2. 13 Layout ruang alternatif 5

(Sumber: Data Arsitek, 1996, h. 261)


(4) Setiap dua kelas terdapat suatu ruang tangga dengan dua jalur
masuk udara dalam gedung bertingkat.

Gambar 2. 14 Layout ruang alternatif 6

(Sumber: Data Arsitek, 1996, h. 261)


b) Layout Furniture
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dalam buku Cocking (1957, h. 48-49) School Progresive Architecture


Library karangan Lawrence B. Perkins dan Walter D, terdapat
alternatif penataan furniture ruang kelas, sebagai berkut:
(1) Penataan meja kursi secara formal dengan berderet rapi
dari depan ke belakang dan ke samping, membutuhkan
area sekitar 1m2 per murid.

Gambar 2. 15 Penataan meja dan kursi secara formal

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 48)
(2) Penataan meja dan kursi belajar melingkar dan tertutup,
sehingga murid dapat saling melihat murid yang lain.
Membutuhkan area sekitar 1,5 m2 per murid

Gambar 2. 16 Penataan meja dan kursi secara


melingkar dan tertutup
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 48)
(3) Penataan meja dan kursi berbentuk oval. Membutuhkan
area 2,3 m2 per murid.

Gambar 2. 17 Penataan meja dan kursi secara oval dan


terbuka

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)
(4) Penataan kursi belajar berderet rapi ke arah belakang dan
ke arah samping. Membutuhkan area 0,5 m2 per murid.

Gambar 2. 18 Penataan kursi secara berderet

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)
(5) Dua meja saling digabungkan sehingga membentuk meja
baru yang lebih lebar dengan empat kursi yang
berhadapan. Membutuhkan area sekitar 1 m2 per murid.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 19 Penataan meja yang digabungkan

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)
(6) Penataan antar kursi yang satu dengan kursi yang lain
diberi jarak sehingga sifatnya terbuka. Membutuhkan
area sekitar 0,75 m2 per murid.

Gambar 2. 20 Penataan kursi secara melingkar

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)
(7) Bentuk lingkaran dengan radius yang kecil. Seperti
dalam satu ruang terdiri dari beberapa kelompok
berbentuk lingkaran terbuka. Membutuhkan area 0,75 m2
per murid.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 21 Penataan kursi secara melingkar dengan


radius yang kecil

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)
(8) Berderet rapi ke arah belakang dan samping yang
memungkinkan penataan ini dapat diubah sebagai ruang
istirahat pula. Membutuhkan area sekitar 1,67 m2 per
muridnya.

Gambar 2. 22 Penataan meja yang berderet

(Sumber: School Progresive Architecture Library, 1957,


h. 49)

c) Sirkulasi
Sirkulasi merupakan arus/jalur datang dan pergi ruang gerak pengguna
suatu bangunan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sirkulasi ruang mengarahkan perjalanan pengguna pada suatu


bangunan. Pola sirkulasi memberikan suatu arahan perjalanan lorong
atau koridor yang menghubungkan antar ruang. Alur sirkulasi dapat
diperkuat dengan peletakan pintu, permainan pola lantai, ceiling,
dinding, lampu-lampu / pencahayaan, gambar atau lukisan warna dan
benda-benda di dalam ruang (Pamudji Suptandar, 1999, h. 114).
seperti yang tertulis pada buku Desain Interior karya Pamudji
Suptandar (1999, h. 119), terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merancang sirkulasi ruang, , yaitu:
a) Sesuai dengan kegiatan manusia yang Sebagian besar
dilakukan didalam ruang
b) Kegiatan tersebut berpengaruh pada fungsi, dimensi ruang,
organisasi ruang, sirkulasi, letak serta bukaan jendela dan
pintu-pintu.
c) Dimensi ruang juga dipengaruhi skala dan proporsi manusia
didalamnya.
d) Modul perancangan ruang dan bangunan termasuk bahan-
bahan bangunan dan teknik pelakanaan merupakan factor
utama.
e) Pencapaian antar ruang baiknya diberi identitas yang jelas
dimana hal ini berhubungan erat dengan istem organisasi
ruang.
Ada beberapa bentuk dari lorong dengan metode perencanaan sirkulasi
yaitu mengikuti pola-pola sirkulasi antar ruang, antaralain:
Nama Pola Gambar Keterangan
Sirkulasi
Linier Semua jalan adalah
a. Jalan lurus linier. Salah satu
unsur pengorganisir
yang utama untuk
b. Jalan melengkung
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

satu deretan ruang


adalah jalan yang
c. Memotong jalan lain lurus.
Jalan dapat terdiri
dari beberapa
d. Bercabang – cabang segmen,
melengkung,
memotong jalan lain,
bercabang dan
e. Membentuk loop membentuk
kisaran/loop

Radial Bentuk radial terdiri


dari jalan yang
bercabang dari atau
berhenti pada sebuah
pusat.
Spiral Pola spiral
merupakan suatu
jalan yang menerus
dan berasal dari satu
pusat,berputar
mengelilinginya
dengan jarak yang
dapat berubah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grid Grid terdiri dari jalan


sejajar yang saling
berpotongan,
menciptakan
bujursangkar atau
kawasan segi empat.
Network Bentuk sirkulasi
yang terdiri dari
beberapa jalan yang
menghubungkan
titik-titik tertentu
didalam ruang.
Komposit/ca Kombinasi alur
mpuran linier, radial, grid dan
network. Suatu
susunan hirarkis
antar jalur bisa
dicapai dengan
membedakan skala,
bentuk dan
panjangnya untuk
menghindari
orientasi yang
membingungkan,.
Tabel 2. 6 Pola Sirkulasi

(Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya, 1999, h. 271)

d) Pencahayaan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pencahayaan bangunan merupakan desain dan mekanisme yang


membuat ruangan atau bangunan dapat memperoleh cahaya baik yang
berasal dari alam maupun buatan.
Terdapat 2 macam pencahayaan, yaitu Natural Lighting (Cahaya
Alami) dan Artificial Lighting (cahaya buatan). Pada suatu fasilitas
pendidikan akan tidak melelahkan dan menarik jika diterangi terutama
dengan pencahayaan alami dari luar (Mangunwijaya, 1991).
Pencahayaan pada siang hari dapat masuk melalui jendela, dinding
kaca, dan langit-langit tembus cahaya. Penggunaan kaca atau jendela
besar pada sisi dinding menyudut memberikan dampak psikologis
kebebasan bagi penghuni (Lu‟Lu‟ Purwaningrum, 1999).
Pada penggunaan pencahayaan alami diruang belajar dan bermain,
perlu diperhatikan minimum kekuatan penerangan, yaitu:
a) Kerja halus sekali : 300 lux (cermat, terus-menerus)
b) Kerja halus : 150 lux (cermat)
c) Kerja sedang : 80 lux (tanpa konsentrasi besar)
d) Kerja kasar : 40 lux (ex: gudang, lorong)
Untuk kegiatan dengan kebutuhan pencahayaan yang tinggi dapat
dibantu dengan penggunaan pencahayaan buatan. Pada beberapa
aktivitas tertentu pencahayaan harus dikontrol keceraha, warana,
penempatan, dan kualitasnya. Pencahayaan alami maupun buatan
harus dapat menjawab kebutuhan psikologis dan harus menciptakan
suasana khusus (Mangunwijaya, 1991).

e) Penghawaan
Penghawaan merupakan proses pertukaran udara di dalam bangunan
dengan penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami berasal dari
elemen bangunan terbuka seperti ventilasi, jendela serta pintu yang
dapat dibuka-tutup sesuai kebutuhan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Ventilasi bergantung pada orientasi dan letak suatu bangunan. Hal ini
mempengaruhi arah angin, yang kemudian menentukan letak ventilasi
yang baik.
Besaran lubang ventilasi harus bisa berfungsi untuk menukarkan udara
secara cepat tanpa mempengaruhi suhu. Penggunaan ventilasi
hendaknya menyilang dengan tidak memakai saluran.
Umumnya yang diperlukan oleh setiap anak-anak adalah 6m3 udara,
maka sebaiknya pertukaran udara dalam kelas dapat bertukar paling
tidak tiga sampai lima kali dalam satu jam. Di Amerika, banyak
ditemui ventilasi mekanika dengan "unit ventilator" yang dihubungkan
ke ruang pemanas yang dapat mengeluarkan udara 1m3 baik panas
maupun dingin, alat ini berfungsi sebagai penyaring dan mengatur
udara yang dibutuhkan oleh anak dalam setiap menit.
Berikut adalah kebutuhan udara untuk anak dalam ruang kelas:

Gambar 2. 23 Tabel Kebutuhan Udara untuk Anak-anak

(Sumber: Van Dianto, 1991, h.5)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 24 Tabel Pengganti Udara Bersih

(Sumber: Mangunwijaya, 198:147)


f) Akustik
Anak-anak sering mengeluarkan suara-suara yang berisik maka
diperluka kontrol terhadap gangguan tersebut sangat penting.
Gangguan tersebut mungkin akan mempengaruhi ketenangan
konsentrasi saat melakukan aktivitas.
Pada manusia batas sakit pendengaran adalah sekitar 130 foon (sekitar
130dB atau 1000Hz). Berikut adalah batas kemampuan menghadapi
beban gangguan bunyi:
a) Bunyi 30-60 dB jika terus-menerus akan mengganggu selaput
telinga dan memicu kegelisahan psikis (bingung, nervous,
peka, letih, dsb).
b) Bunyi 65-90 dB jika terus-menerus akan akan merusak organ
penting manusia (jantung, peredaran darah, dsb).
c) Bunyi 90-130 dB jika terus-menerus akan merusak selaput
telinga dan keadaan jiwa bahkan sampai tuli.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengendalian bunyi dapat diatasi menggunakan bahan penyerap bunyi


pada lantai, dinding, ceiling dan furniture sesuai dengan kebutuhan
ruang.
Emapat faktor utama yang memepengaruhi tingkat background suara
yaitu:
a) Tingkat kekencangan atau keributan (noise)
b) Daya serap
c) Lingkungan
d) Volume / dimensi ruang
Material peredam suara dapat dibedakan menjadi tiga (3) jenis yaitu:
a) Material berpori, dapat menyerap semua tingkatan frekuensi
dan memiliki efisiensi tergantung tingkat ketebalan.
b) Panel penyerap, yang menyerap suara berfrekuensi tertentu
sesuai dengan berat dan ketebalan rongga udaranya.
c) Resonator rongga, dapat diatur untuk memilih penyerapan
tertentu sepanjang rentang frekuensinya. Cara ini dianggap
kurang efisien ditinjau dari jumlah penyerapan dan lebih baik
jika dengan menggunakan bahan-bahan non akustik. (Ernst
Neufert, 1996, h.173)
g) Keamanan
Keamanan bangunan merupakan alat yang dapat membantu dalam
kondisi kritis pada bangunan seperti kebakaran, pencurian, dan
bencana alam yang tidak terprediksi dan dapat merusak dan
mengganggu kenyamanan.
f. Pertimbangan Desain
1) Bentuk
Pada anak usia 2 tahun konsep mengenal bentuk sedang berkembang
pesat, yaitu dengan mencocokkan berdasar bentuknya. Walaupun
begitu lonsep ukuran belum berkembang sampai anak masuk sekolah.
2) Warna
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Warna merupakan sarana untuk melatih persepsi anak, denagn


menggunakan kombinasi warna dapat menghasilkan petunjuk atau
clues untuk berlatih memperkirakan jarak dan kedalaman. Warna juga
sarana untuk mengimbangi kondisi seorang anak dan orang dewasa
(Griya Asri, 2002, h.55).
Banyak desainer menganjurkan beberapa warna yang dapat
merangsang kreativitas anak antara lain biru, hijau, kuning dan merah
untuk diterapkan baik pada ruang maupun pada furniture dan alat-alat
bermain. (Griya Asri, 2002, h.62).
Dr. Masrun menyatakan bahwa persepsi mengenai wama dan bentuk
dapat mempengaruhi konsep ruang bagi anak. Pada anak balita,
dianjurkan untuk memilih warna-warna tajam dan cerah sebagai
obyek perhatiannya. Sedang anak berusia 5 tahun ke atas, cenderung
memilih bentuk sebagai obyek perhatiannya (Yulia, 1993).
Penggunaan wama cenderung pada perpaduan warna primer dan
skunder yaitu merah, oranye, kuning(hangat), hijau, biru dan
violet(sejuk).
Penggunaan ini bergantung dari karakter ruang yang ingin
ditampilkan. Warna untuk ruang kelas anak dianjurkan menggunakan
warna-warna yang cerah. (Pile, 1995, h. 184).
Dalam suatu desain, warna erat kaitannya sebagai suatu elemen yang
dapat memberikan kesan yang dinginkan serta memiliki efek
psikologi, mampu menimbulkan reaksi terhadap lingkungannya.
Warna cerah merepresentasikan keceriaan, semangat, serta
keterbukaan. Sedangkan warna yang berintensitas lebih rendah
digunakan untuk memberi kesan hangat dan tenang.
Dalam salah satu cabang ilmu kedokteran, menurut Chromotherapi
atau terapi warna disebutkan bahwa:
a) Merah, memiliki sifat merangsang mental, meningkatkan
ketegangan otot dan tekanan darah, serta irama nafas cepat.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) Biru, memiliki sifat melemaskan otot, menenangkan denyut


nadi dan irama pernafasan, serta dapat memicu rasa
mengantuk
c) Hijau, memiliki sifat penyeimbang saraf, santai dan
memudahkan konsentrasi
Menurut Sri Purwaningsih:

Gambar 2. 25 Tabel Psikologi Warna

(Sumber: Sri Purwaningsih, 1987)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Tinjauan Daycare

a. Pengertian Daycare
Daycare Centre (DCC) dikenal juga dengan sebutan Tempat Penitipan
Anak (TPA). TPA merupakan lembaga sosial yang bergerak dibidang
kesejahteraan anak melalui aktivitas sosialisasi, rawat, asuh dan
pendidikan anak khususnya balita. Hal ini merupakan upaya penunjang
keluarga dengan tingkat aktivitas orang tua yang tinggi untuk memberikan
perlindungan dan pemenuhan hak-hak anaknya, (Direktorat Bina
Kesejahteraan Anak, Keluarga, dan Lanjut Usia, 1995 : 4-5)
Panti Sosial Tempat Penitipan Anak (PSTPA) merupakan fasilitas
kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti sementara keluarga
bagi anak yang orang tuanya berhalangan (bekerja, mencari nafkah atau
halangan lain) melalui penyelenggaraan sosialisasi dan pendidikan
prasekolah bagi anak usia 3 bulan sampai memasuki tingkat pendidikan
dasar. (Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial – RI. 1998:3)
Dari hasil rapat koordinasi departemen sosial Republik Indonesia
mengenai "usaha kesejahteraan anak", dikemukakan bahwa TPA adalah:
lembaga sosial yang memberi pelayanan kepada anak dan atau balita yang
dikhawatirkan akan mengalami masalah dalam pertumbuhannya, karena
ditinggalkan orang tuanya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk
peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial.
b. Fungsi Daycare
Sebagai lembaga kesejahterahan untuk anak, daycare / TPA memiliki
peranan sebagai berikut:
1) Pelayanan Kesejahterahan Anak
Sebagai tempat pelayanan kesejahterahan anak, TPA memiliki empat
strategi pembinaan anak, yaitu:
a) Survival : pemenuhan kebutuhan keberlangsungan hidup
dan pertumbuhan anak,
b) Development : pembentukan kepribadian anak, daya cipta,
kreatifitas dan inisiatif serta pengembangan potensi,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c) Protection : perlindungan anak dari perlakuan kasar dan


keterlantaran,
d) Preventif : pencegahan tumbuh kembang yang menyimpang
dan salah dalam pembentukan pribadi anak (Henrietta, 1956).
c. Prinsip-Prinsip
Penyelenggaraan Day Care (TPA) berdasar pada prinsip filsafat
pendidikan di TPA yang dapat dirumuskan menjadi:
1) Tempa
Tempa bertujuan mewujudkan kualitas fisik pada anak usia dini
melalui pemeliharaan kesehatan, peningkatan gizi, olahraga, serta
aktivitas jasmani lainnya sehingga anak memiliki fisik kuat, lincah,
daya tahan serta disiplin tinggi.
2) Asah
Asah berarti memberi dukungan untuk belajar melalui bermain.
Kegiatan bermain yang menarik, merangsang imajinasi, kreativitas
anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, menemukan
inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak, serta memiliki
makna didalamnya.
3) Asih
Asih merupakan pemenuhan kebutuhan anak untuk mendapat
perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan pertumbuhan dan
perkembangan.
4) Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk
membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak.
d. Lingkungan
Day care harus memiliki sistem pengawasan yang baik supaya anak dapat
aman dan tertib. Pengawasan terhadap anak dilakukan sejak anak datang
hingga pulang.
e. Fasilitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Standart kelengkapan ruangan yang diperlukan di TPA (Direktorat


Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial RI, 1998:31-33), yaitu:
(1) Ruang pengasuhan anak
● Ruang tidur anak
● Ruang makan anak
● Ruang pemeriksaan kesehatan
● Ruangan orang tua untuk memberi ASI
● Ruang isolasi/sementara (bagi anak yang mendadak sakit)
(2) Ruang bimbingan belajar/pendidikan prasekolah
● Ruangan pendidikan agama/bimbingan rohani
● Ruangan belajar membaca, menulis dan berhitung
● Ruangan perpustakaan anak dan orang tua
● Ruangan bermain musik, melukis, kreatifitas
(3) Ruangan bermain/sosiodramatik (bermain peran /sandiwara)
terdiri dari:
● Ruangan bermain “pura-pura” (sosiodramatik/panggung
sandiwara)
● Ruangan bermain dilantai
● Ruangan tempat penyimpanan peralatan bermain
(4) Halaman/tempat bermain diluar ruangan (outdoor)
(5) Ruangan administrasi perkantoran terdiri dari:
● Ruangan pimpinan
● Ruangan tata usaha
● Ruangan data dan informasi
● Ruangan untuk pembahasan
● Ruangan tamu/ruangan tunggu orang tua
● Ruangan serbaguna
● Ruangan konsultasi
(6) Ruangan penunjang lainnya
● WC/kamar mandi petugas
● WC/kamar mandi/toilet anak
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

● Ruangan dapur
● Ruangan cuci/setrika
● Ruangan penjaga/satpam
Sesuai Time Saver Standards for Building Types fasilitas pada pendidikan
usia dini berupa Day Care maupun Pre-School harus memiliki ruangan
berupa:
(1) Large Motor Area
Area gerak anak yang cukup luas, sehingga anak dapat dengan bebas
bergerak dan berkumpul bersama dalam kelas
(2) Discovery Area
Merupakan area di mana anak dapat melakukan eksplorasi. Area ini
bisa berupa pasir ataupun air sehingga tidak dibutuhkan karpet.
(3) Art Area
Pada area ini anak diharapkan dapat meningkatkan kreativitasnya
dengan belajar menggambar, melukis dengan tangan, bermain dengan
plastisin, membuat karya daur ulang, dll. Area ini harus berdekatan
dengan sumber air, dibutuhkan meja dan tempat pengeringan karya,
serta harus dapat menampung dua anak atau lebih.
(4) Music Area
Di area ini harus memiliki ruangan yang luas untuk duduk
mendengarkan music serta untuk menari. Dan harus dilengkapi dengan
instrumen musik, peralatan stereo dan mainan.
(5) House Area
Area ini menyerupai rumah, sehingga anak dapat belajar memainkan
peran seperti di rumah sendiri. Anakakan belajar menunjukkan
ekspresi dan meningkatkan kemampuan berbicara, serta meningkatkan
rasa tanggung jawab akan pekerjaan rumah.
(6) Reading/Listening Area
Dibutuhkan area yang tenang, jauh dari aktivitas anak dikelas untuk
membaca dan mendengarkan. Harus dibuat senyaman mungkin
dengan karpet dan kursi yang nyaman. Area ini juga harus dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

membuat anak merasa spesial, nyaman, dan terpisah dari aktivitas


lainnya.
(7) Block-Building Area
Area menyusun blok merupakan area yang akan memberikan
pembelajaran kerjasama, mengekspresikan diri, memecahkan
permasalahan, koordinasi mata dan tangan, dan lain-lain. Area harus
berhubungan langsung dengan area gerak utama tetapi jauh dari
sirkulasi.
(8) Manipulative Area
Merupakan area sepi dan aman dimana anak belajar secara individu
untuk menyelesaikan permainan seperti puzzle.
(9) Woodworking/Construction Area
Hampir mirip dengan block-building area, tetapi pada area ini anak
belajar menggunakan alat-alat konstruksi yang aman untuk anak. Area
ini dapat diletakkan berdekatan dengan art area.
(10) Science Area
Merupakan area untuk anak melakukan percobaan, pengamatan,
mengembangkan prediksinya, problem-solving, konsep bentuk, dan
mengembangkan kemampuan panca indranya.
(11) Math and Computer Area
Harus dirancang untuk anak-anak baik dari dimensi meja dan kursi,
serta pengaturan kabel yang tidak membahayakan.
(12) Storage Cubbies
Merupakan tempat penyimpan tas, jaket dan sepatu. Anak harus dapat
duduk di depan atau berdekatan dengan lemari ini untuk melepas
sepatu dan menggunakannya kembali.
(13) Toilets
Toilet diletakan berdekatan dengan ruang kelas, karena dapat
mengurangi waktu untuk pergerakan menuju toilet.
(14) Kitchenette
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Karena peletakkan dapur utama tidak dapat berdekatan dengan kelas,


dapur kecil ini harus diletakkan berdekatan dengan area anak agar guru
dapat melihat keadaan kelas ketika menyiapkan makanan.
(15) Diapering Station
Tempat untuk mengganti popok sangat dibutuhkan pada pendidikan
sekolah dini. Area harus berdekatan dengan tempat mencuci tangan
dan penyimpanan perlengkapan lainnya.
(16) Sleeping and Napping Area
Merupakan area tidur siang dan beristirahat. Harus dapat
mempermudah guru untuk dapat memperhatikan dan mendengar
keadaan di dalamnya. Harus diletakkan berjauhan dengan area bermain
dan aktivitas lainnya.
f. Ketentuan / Syarat
Sebagai perwujudan UU RI no 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
salah satunya adalah dengan pendirian TPA. Sebagaimana diungkapkan
pada pasal 1 ayat 1a yang dimaksud dengan kesejahteraan anak
meruppakan suatu kehidupan yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan wajar, baik rohani, jasmani maupun sosial.
Selain itu TPA tidak hanya sekedar sarana yang ditujukanm untuk
menitipkan anak, melainkan juga sarana membina anak dalam
mempersiapkan diri memasuki dunia pendidikan dan mengembangkan
seluruh kemampuannya untuk membentuk manusia yang berkualitas. Hal
ini sebagaimana diungkapkan pada Garis-Garis Besar Haluan Negara
tahun 1993 dan buku Repelita VI serta Surat Keputusan Menteri Sosial RI
nomor 14 tahun 1993, yang menyebutkan bahwa TPA adalah sebagai
Sasana Bina Balita,
Peraturan dan perundangan mengenai penyelenggaraan TPA tidak boleh
menyimpang dari Deklarasi Hak-Hak Anak yang telah ditetapkan secara
internasional oleh PBB pada 20 November 1959, dimana juga mengatur
tentang kesejahteraan anak, antara lain yang berhubungan dengan
pendirian TPA:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1) Anak berhak mendapatkan perlindungan khusus, serta diberi


kesempatan dan kemudahan secara hukum dan cara lain yang
mendukung berkembang fisik, mental, moral, spiritual dan sosial
secara sehat dan wajar.
(2) Anak berhak mendapatkan jaminan sosial: harus dimungkinkan
tumbuh kembang dengan sehat.
(3) Demi perkembangan secara utuh dan serasi dengan kepribadiannya,
anak memerlukan cinta dan pengertian.
(4) Anak perlu diberi pendidikan yang akan mengembangkan
kebudayaannya, dan memungkinkan mengembangkan kemampuan,
pertimbangan pribadi, serta rasa tanggungjawab moral dan sosial, juga
menjadi anggota masyarakat yang berguna,
(5) Mendapat kesempatan penuh untuk bermain dan rekreasi yang harus
diarahkan kepada tujuan yang sama seperti pendidikan. Anak perlu
diberi kesempatan untuk menggunakan daya imajinasinya, karena
bermain dan berkhayal merupakan kebutuhan inheren dari anak, dan
melalui hal tersebut kreativitas anak dipupuk seperti yang
diungkapkan Hak-Hak Psikologis Anak (yang ditetapkan di York
1979)
(6) Anak berhak dilindungi dari praktek yang memupuk diskriminasi
rasial, agama atau setiap bentuk diskriminasi lainnya. (UNICEF/6601)

3. Tinjauan Preschool

Preschool merupakan layanan untuk anak sejak lahir hingga usia 8 tahun di suatu
pusat penyelenggaraan, baik rumah, atau institusi, seperti Taman Kanak-kanak
(TK), baik yang sifatnya full-day school (sekolah sehari penuh) maupun paruh
waktu.
Periode prasekolah dimulai saat anak mulai menghadapi dunia yang baru dan
tuntutan sosialisasi yang lebih kompleks. Selama periode ini, antara usia 3-6
tahun, anak akan memikirkan skema untuk diri mereka sendiri dalam menghadapi
lingkungan sosial (Keliat, 2011).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Anak yang dikategorikan prasekolah adalah anak berusia antara 3-6 tahun, dimana
mereka senang berimajinasi dan percaya bahwa mereka memiliki kekuatan atau
super power. Pada usia prasekolah, terbangun kontrol sistem tubuh seperti
kemampuan ke toilet, berpakaian, dan makan sendiri. (Potts & Mandeleco, 2012).
Pada usia 3-6 tahun anak dapat diajarkan menulis, membaca, bahkan mengetik.
Ini merupakan kehidupan tahun awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak,
hal ini diungkapkan oleh Montessori (dalam Noorlaila 2010).
Secara umum, dunia anak-anak merupakan sebuah rangkaian ruang yang
bersambung dan bukanlah susunan ruang tunggal. Berikur adalah beberapa
kriteria sistem rangkaian ruang sebagai landasan dalam desain bangunan untuk
anak, yaitu:
a. Desain yang melingkar
Layaknya mata rantai yang saling menyambung, dalam ruang arsitektur
diaplikasikan dengan adanya koridor.
b. Ekspresi 'kebingungan' dalam arsitektur
Dapat diaplikasikan dengan adanya lantai yang miring, terowongan dan
berada dalam tempat yang membingungkan.
c. Ekspresi dari keanekaragaman ruang
Hal ini meliputi keanekaragaman visual seperti titik pandang dan dimensi
ruang, keanekaragaman dalam suara serta pencahayaan. Keanekaragaman ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan melatih daya imajinasi
anak.
d. Keanekaragaman simbol
Simbol dibutuhkan sebagai variasi permainan baik didalam atau diluar
ruangan. Simbol biasanya diwujudkan dengan tower serta struktur yang
menyerupai panggung.
e. Ruang yang memungkinkan adanya jalan pintas
Hal ini sangat diperlukan untuk menghindari konsentrasi pergerakan anak
pada satu titik. Jalan pintas idealnya berbeda dengan rute normal, dapat
diwujudkan dalam bentuk terowongan atau jembatan. (Wahyu Setyaningsih,
2004, h.9)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Seperti yang diungkapkan dalam Schools Progresive Architecture Library


karangan Lawrence B. Perkins & Walter D. Cocking (1957, h. 48), ruang pada
area pendidikan prasekolah dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Instruksi: didalamnya termasuk ruang kelas, ruang olah raga, auditorium,
ruang bermain, perpustakaan, dan lain-lain.

b. Administrasi: didalamnya termasuk ruang kepala sekolah, sekretaris, guru,


dan ruang kesehatan.

c. Sirkulasi: termasuk koridor, lobby, dan tangga.

d. Servis: termasuk toilet, loker, kafetaria, dapur, ruang petugas kebersihan.

4. Tinjaun anak berusia 1- 6 tahun


Usia pra sekolah (pre-school) kisaran 3-5 tahun. merupakan pondasi menuju
sebuah kesuksesan dimasa depan. Oleh seebab itu, bermain merupakan hal
terpenting dari sebuah proses pembelajaran. Hal ini diungkapkan ooleh Geoge S.
Morrison dalam bukunya Early Childhood Education Today. Banyak pimpinan
perusahaan sekarang melihat bahwa pendidikan usia dini dapat menciptakan para
pekerja yang lebih produktif dan memiliki skill lebih baik.
Sesuai dengan perkembangan anak usia 3-6 tahun, dapat dilihat karakteristik
perilakunya (Keliat, 2010) sebagai berikut:
a. Usia 3-6 tahun merupakan masa-masa aktif. Pemanfatan gerak aktif ini
memudahkan untuk belajar keterampilan secara fisik. Keterampilan dapat
diberikan menggunakan kemampuan motorik kasar anak, seperti melompat,
melempar, serta berdiri satu kaki (Nugroho, 2009).
b. Anak sering berkumpul bersama untuk bermain, menjalin hubungan, dan
bertukar mainan.
c. Mengenal minimal 4 warna, dengan mengenalkan warna-warna dapat
membantu perkembangan otak sebagai penyerapan daya ingat (Nugroho,
2009)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Merangkai kata-kata dalam bentuk kalimat. Perkembangan bahasa sudah


mulai jelas, dan dapat dimengerti. Anak mulai mencoba beberapa kosakata
baru yang didapat dari lingkungannya. (Papalia, 2009)
e. Mampu mengerjakan perkerjaan sederhana. Dapat dilatih untuk melakukan
pekerjaan sederhana seperti membereskan piring dan gelas yang telah setelah
makan, membereskan mainan yang telah digunakan (Nugroho, 2009).
Pada jurnal Aplikasi Kurikulum pada Layout Ruang Kelas Preschool Surabaya
Grammar School (SGS) disebutkan bahwa masa prasekolah merupakan masa
yang paling penting. Anak-anak berada dalam kondisi kritis, berinisiatif atau
bahkan ada yang penakut dan sangat bergantung pada orang lain. Pada usia ini,
anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mencoba hal baru. Maka harus
ada pengarahan yang benar dan lingkungan yang baik.
a. Tumbuh kembang fisik
Perkembangan fisik anak usia dini adalah hasil dari faktor keturunan dan
lingkungan. Penting untuk diciptakannya lingkungan yang bisa merangsang
tumbuh kembang anak dengan membiarkan mereka bereksplorasi. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan otak pada usia 2-6 tahun mencapai sekitar 90%
lebih pesat dari otak dewasa, yang diiringi dengan pesatnya kemampuan
kognitif (nalar/pikir).
b. Tumbuh kembang kognitif
Anak sudah mulai mampu belajar menggunakan simbol-simbol. Seiring
perkembangan menguasai bahasa yang digunakan, pada masa ini imajinasi
dan memori juga berkembang pesat. Hanya saja belum sepenuhnya berpikir
logis.
c. Tumbuh kembang sosial dan emosional.
Perkembangan ini biasanya melibatkan perolehan nilai, pengetahuan, dan
keterampilan.
Menurut Yuniartiningsih (2012) banyak sebutan untuk anak berusia 3-6 tahun
untuk masa kini antaralain:
a. Preschool age yang menunjukkan bahwa harapkan pada masa kini dari yang
akan dialami saat anak masuk sekolah.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Pregang age anak mulai belajar hal-hal berkaitan dengan perilaku sosial.

c. Exploratory age anak akan sangat penasaran untuk menanyakan apa saja yang
ada disekitarnya.

d. Imitative age anak mulai mencontoh cara bicara atau perilaku yang ada
disekitarnya.

e. Creative age setiap anak tampak lebih kreatif.


Anak usia pra sekolah memiliki perkembangan psikososial seperti yang
diungkapkan Yuniartiningsih (2012) , sebagai berikut:
a. Anak usia 3 tahun:
1) Bermain sendiri dan berkelompok
2) Belajar berbagi dengan teman sebaya
3) Tidak berbagi tempat kerja
4) Menunggu giliran
5) Menyukai berpakaian
6) Menyukai permainan lantai
7) Bangga pada sesuatu dibuat sendiri
8) Membantu orang dewasa dengan aktivitas rumah
9) Bermain peran
b. Anak usia 4 tahun:
1) Masih melakukan permainan yang bersifat asosiatif
2) Kesulitan berbagi tempat tetapi mulai memahami arti giliran
3) Lebih senang bermain dengan orang lain.
4) Menawarkan sesuatu kepada orang lain secara spontan.
5) Menunjukkan kemarahan tetapi mulai memperbaiki tindakan agresif.
6) Semakin mengerti untuk mengatur diri.
7) Kemampuan mengendalikan perasaan.
c. Anak usia 5 tahun:
1) Menikmati permainan drama.
2) Bekerjasama dengan baik.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Memahami penolakan.
4) Menyukai orang lain dan dapat bertindak empati.
5) Menunjukkan sedikit perilaku agresif secara fisik.
6) Berpakaian dan makan dengan memerlukan sedikit pengawasan.
7) Memahami nama pada 4 warna dasar.
d. Anak usia 6 tahun, memiliki kompetensi sebagi berikut:
1) Bermaksud menyenangkan orang tua dan keluarga.
2) Melindungi saudara atau teman bermain yang lebih muda.
3) Bersemangat untuk berteman
4) Memiliki keterampilan memberi, menerima, dan berbagi.
5) Lebih mandiri.
Kerangka Kemampuan Perkembangan Psikososial Anak pada usia Prasekolah

Gambar 2. 26 Kerangka Teori

(Sumber : adaptasi dari, Santrock (2011), Keliat (2010), Wong (2009), Yuniartinigsih
(2012))
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Tinjauan Kurikulum EYFS

Kurikulum EYFS merupakan tahapan pendidikan untuk anak usia 0-5 tahun.
Pelajari lebih lanjut tentang Tahap Persiapan Awal Tahun dan bagaimana EYFS
mendukung pengembangan melalui Tujuh Area Pembelajaran dan pengembangan
EYFS dengan panduan bermanfaat ini.
Anak-anak EYFS berusia antara lahir dan 5 tahun. EYFS adalah singkatan dari
Early Years Foundation Stage dan merupakan standar yang ditetapkan untuk
pendidikan, pengajaran, pembelajaran, dan perawatan anak usia 0 hingga 5 tahun.
Itu diperkenalkan sebagai bagian dari Undang-Undang Pengasuhan Anak 2006
dan harus diikuti oleh semua pengaturan dan pengasuh anak yang terdaftar di
Ofsted.
Kurikulum Early Years Foundation Stage (EYFS) menetapkan standar untuk
pembelajaran, perkembangan, dan pengasuhan anak sejak lahir hingga berusia 5
tahun. Ini adalah tahap pertama dari pendidikan anak. Itu berakhir ketika seorang
anak memasuki Key Stage One (KS1).
EYFS ditujukan untuk mendukung pembelajaran dan perkembangan anak sejak
lahir hingga usia lima tahun. Hal ini secara langsung ditujukan untuk mendukung
para praktisi, staf pengajar/pendidikan, dan pengasuh anak yang memberikan
pengasuhan dan pembelajaran bagi anak-anak hingga usia lima tahun. Biasanya,
Nursery and Reception akan melayani anak-anak berusia antara 3 dan 5 tahun.
Belajar melalui bermain, merupakan bagian penting dari tahap dasar tahun-tahun
awal. Anak diajak untuk melakukan permainan-permainan yang dengan tidak
sadar melatih otak dan motorik mereka.
Menurut kerangka hukum untuk tahap dasar tahun-tahun awal (New EYFS 2021),
empat prinsip panduan yang membentuk sekolah dan praktisi bekerja untuk
dipatuhi adalah:
a. Anak Unik: Setiap anak adalah anak unik yang terus belajar dan dapat
menjadi tangguh, cakap, percaya diri, dan percaya diri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Anak-anak belajar menjadi kuat dan mandiri melalui hubungan yang


positif
c. Anak-anak belajar dan berkembang dengan baik dalam lingkungan yang
mendukung dengan pengajaran dan dukungan dari orang dewasa, yang
menanggapi minat dan kebutuhan individu mereka dan membantu mereka
membangun pembelajaran mereka dari waktu ke waktu. Anak-anak
mendapat manfaat dari kemitraan yang kuat antara praktisi dan orang tua
dan/atau pengasuh.
d. Pentingnya pembelajaran dan pengembangan. Anak-anak berkembang
dan belajar dengan kecepatan yang berbeda.

6. Tinjauan Higiene dan Sanitasi

Hygiene merupakan suatu pencegahan penyakit dimana menitikberatkan pada


usaha kesehatan perseorangan serta lingkungan tempat orang tersebut berada.
Sedangkan Sanitasi merupakan usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan
kegiatan usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. (Rejeki, 2015:2)
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan hygiene dan sanitasi memiliki arti yang
berbeda, tetapi dengan tujuan yang sama. Yakni mengupayakan agar manusia
terhindar dari gangguan kesehatan ataupun penyakit dan dapat hidup sehat.
(Angewandte Chemie International Edition, 1967, 6(11), 951–952)
Menurut Depkes RI, 1994 dijelaskan bahwa hygiene merupakan upaya atau
tindakan guna menjaga/meningkatkan kebersihan serta kesehatan dengan
melakukan pemeliharaan dini terhadap semua individu dan lingkungan yang
mempengaruhi. Hal ini bertujuan agar setiap individu tidak terkena kuman
penyebab penyakit.
Higiene berasal dari nama dewi kesehatan Yunani, Hygieia yang diartikan sebagai
“kebersihan”. Dalam artian luas higiene mencakup semua keadaan dan praktek,
pola hidup, kondisi lingkungan, dll di sepanjang rantai produksi. (Surono dkk,
2016:89).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sanitasi dasar pada sekolah merupakan syarat kesehatan lingkungan minimal


yang wajib dimiliki setiap sekolah guna memenuhi kebutuhan siswa dan siswi.
Ruang lingkupnya yakni sarana penyediaan air bersih, sarana buang air, sarana
pembuangan sampah, dan pembuangan air limbah. Sanitasi sekolah merupakan
langkah awal untuk mewujudkan lingkungan belajar yang sehat meningkatkan
kesehatan peserta didik. Karena dengan adanya program sanitasi sekolah yang
berkualitas akan mampu mencegah penyebaran penyakit.
Menurut Jenie dalam Purnawijayanti (2001:2) secara umum ilmu sanitasi adalah
penerapan prinsip-prinsip yang akan membantu memperbaiki, mempertahankan,
dan atau mengembalikan kesehatan yang baik pada manusia.
Faktor dari luar yakni lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi proses
belajar mengajar, serta kesehatan warga sekolah. Faktor resiko lingkungan
sekolah tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Kondisi atap dan talang, jika tidak memenuhi syarat maka dapat menjadi
sarang nyamuk dan tikus dan memicu penyebaran dan penularan penyakit
demam berdarah dan leptospirosis.
b. Kondisi dinding, jika tidak bersih dan berdebu dapat memicu gangguan
pernafasan seperti asthma.
c. Kondisi lantai yang kotor dan tidak kedap air dapat mengurangi kenyamanan
dan menyebabkan kelembaban. Dengan begitu dapat menjadi tempat
berkembang biaknya bakteri dan jamur.
d. Kondisi tangga, jika tidak memenuhi syarat dapat berpotensi menimbulkan
kecelakaan bagi peserta didik.
e. Pencahayaan yang kurang baik dapat memicu berkembang biaknya
organisme seperti bakteri dan jamur.
f. Ventilasi, jika tidak sesui standar menyebabkan proses pertukaran udara tidak
lancar, sehingga ruangan menjadi pengap dan lembab.
g. Kepadatan Kelas, perbandingan jumlah peserta didik dengan luas ruang kelas
haruslah sesuai, jika tidak dapat menurunkan presentase ketersediaan
oksigen.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

h. Jarak papan tulis dengan murid terdepan harus >2,5 meter untuk menghindari
debu kapur atau spidol, sedangkan untuk murid paling belakang <9 meter
untuk mencegah gangguan konsentrasi belajar.
i. Penyelenggaraan tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun bertujuan
untuk menjaga diri dan melatih kebiasaan, terutama dimasa New Normal ini.
Sesuai ketentuan Departemen Kesehatan setiap dua ruang kelas harus
terdapat satu wastafel.
j. Kebisingan dapat menimbulkan gangguan komunikasi sehingga mengurangi
konsentrasi belajar dan menimbulkan stress.
k. Ketersediaan air bersih diperlukan untuk menjaga hygiene dan sanitasi.
Idealnya ketersediaan air adalah 15 liter/orang/hari.
l. Toilet (kamar mandi, WC dan urinoir). Kamar mandi yang tidak bersih akan
menjadi tempat bersarang nyamuk.
m. Pengelolaan sampah yang baik sebaiknya disetiap ruang kelas harus terdapat
minimal 1 buah tempat sampah.
n. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
menimbulkan bau dan menjadi tempat sarang tikus.
o. Pengendalian vector termasuk tikus dan nyamuk. Beberapa tempat yang
harus diwaspadai antara lain bak air, saluran air, talang, barang-barang bekas
dan lainnya.
p. Kantin/warung sekolah yang tidak memenuhi syarat akan memicu bakteri
dan penyakit.
q. Kondisi halaman sekolah saat musim kemarau akan berdebu, sehingga
menyebabkan dapat memicu penyakit ISPA. Pada musim hujan akan
menimbulkan becek.

7. Tinjauan Covid-19 dan New Normal

COVID-19 merupak penyakit menular yang disebabkan oleh jenis virus baru yaitu
coronavirus. Penyakit ini pertama kali ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada bulan
Desember 2019.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Penularan virus Corona dapat terjadi jika seseorang menghirup droplet yang
keluar dari batuk, napas, ataupun bersin yang berasal dari orang yang terjangkit
virus Corona.
Setelah melewati masa pandemi disepanjang tahun 2019-2020, untuk normal
kembali dalam melaksanakan aktivitas rasanya hampir mustahil. Terutama dalam
melaksanakan aktivitas pendidikan yang mana melibatkan peserta didik serta
tenaga kependidikan. Maka pada tahun 2021 Pemerintah Indonesia menetapkan
pemberlakuan baru yang dinamakan New Normal. Hal ini disertai dengan
himbauan kepada masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.
Melalui Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas,
tepatnya pada tanggal 28 Mei 2020 Pemerintah Pusat dalam jumpa pers bersama
Retno Marsudi selaku Menteri Luar Negeri dan Tim Pakar Gugus Tugas
Penanganan Covid-19 menyampaikan Protokol Masyarakat Produktif serta Aman
Covid-19 untuk menuju Normal Baru (new normal).
New normal berarti masa di mana manusia akan mengikuti aturan baru dalam
jangka waktu yang panjang. New normal merupakan fase dimana perubahan
perilaku dimana manusia akan membatasi segala bentuk kontak fisik dengan
individu yang lainnya.
Pada Rabu, 18 Mei 2022 Bapak Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa
masyarakat sudah diperbolehkan melepas masker diruang terbuka. Mengutip dari
Nasional Tempo, "Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area
terbuka yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan
masker. Namun untuk kegiatan di ruangan tertutup dan transportasi publik, tetap
harus menggunakan" ujar Bapak Jokowi dalam konferensi pers secara daring pada
Selasa, 17 Mei 2022.
Bapak Budi Gunadi selaku Mentri Kesehatan mengatakan bahwa pelonggaran
aturan penggunaan masker merupakan program transisi pandemic menuju
endemic. Transisi ini terjadi ketita masyarakat sudah menyadari cara melakukan
protocol hidup sehat. Beliau juga mengatakan bahwa kebijakan ini juga
merupakan bentuk Pendidikan kepada masyarakat agar menyadari bahwa mereka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memiliki peran yang lebih besar untuk melindungi dirinya, dan bertanggung
jawab atas Kesehatan masing-masing.

8. Tinjauan Adaptasi Interior Era New Normal


Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait kegiatan sosial dan
paparan penularan COVID19 berdasarkan PP No. 21/2020, yaitu:
1. Aktivitas pekerjaan yang tidak sering bersentuhan dengan publik dan
rekan kerja lainnya. (Resiko rendah)

2. Aktivitas pekerjaan yang sering berhubungan dengan publik atau rekan


kerja lainnya. (Resiko sedang)

3. Aktivitas pekerjaan yang kontak dekat dengan orang yang diketahui atau
diduga terinfeksi Covid-19, serta kontak dengan benda dan permukaan
yang mungkin terkontaminasi virus. (Resiko tinggi)
Adapun fasilitas tempat kerja yang yang aman dan sehat harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Higienitas dan sanitasi di lingkungan kerja, handle pintu dan tangga,
peralatan kantor yang dipakai bersama, tombol elevator, fasilitas umum,
dan area lainnya dibersihkan rutin setiap 4 jam sekali.
2. Menjaga kualitas sirkulasi udara dan sinar matahari, menjaga kebersihan
filter AC.
3. Menyediakan lebih banyak fasilitas mencuci tangan, sabun dan air
mengalir, serta poster edukasi cara mencuci tangan yang baik.
4. Tersedia hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70%.
5. Jarak Fisik dalam semua kegiatan minimal 1 meter (termasuk pengaturan
workstation, kursi, dll).
A. Social Distancing
Social Distancing atau Jarak sosial perlu diterapkan dalam memenuhi syarat
kesehatan. Para pengguna ruangan diharapkan tetap terjaga kualitas
kesehatannya baik sebelum memasuki ruangan maupun setelah keluar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 27 Jarak di zona sosial yang aman

(Sumber : DK Ching)
DK Ching menentukan jarak di zona sosial yang aman adalah berkisar 120cm
– 365cm. Pada aktivitas percakapan yang nyaman adalah 100cm – 200cm,
maka teori tersebut dapat diterapkan sesuai dengan protokol kesehatan yang
ditetaplam oleh pemerintah.

Gambar 2. 28 Jarak di zona sosial yang aman

(Sumber : DK Ching)
Dalam konteks Covid-19 jarak tersebut diatas merupakan jarak aman dari
penularan virus, sehingga sesuai dengan protokol kesehatan dan bisa
diterapkan di dalam kelas. Kondisi ini membuat daya tampung menurun, 50%
dari kondisi normal.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 29 Perubahan jumlah siswa dalam New Normal

(Sumber : Dokumen Sri Fariyanti Pane)


Pada buku The Healthy Facilities Institute (HFI) dikatakan bahwa masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan di dalam kelas adalah:
“A healthy classroom enables students and teachers to be at their best,
physically, mentally, and emotionally.”
Ruang kelas yang sehat akan menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi
pengguna, mereka sehat secara fisik, mental, dan emosional.
Sehat disini bukan hanya masalah suasana dalam ruangan tetapi juga sirkulasi
dan jarak antara. Sirkulasi disini tidak jauh kaitannya dengan tata letak
furniture.
B. Ruang Kelas
a. Kelas Teori
Ruang kelas teori merupakan ruang dimana siswa melakukan kegiatan
belajar dengan duduk mendengarkan, mencatat, dan mengerjakan
tugas. Furnitur yang dibutuhkan pada ruangan ini antara lain adalah
kursi, meja, rak buku, dll. Berdasarkan kebutuhan tersebut, tata letak
furnitur dapat dibuat seperti gambar di bawah ini.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 30 Layout kelas

(Sumber : Dokumen Sri Fariyanti Pane)


b. Kelas Praktik
Kegiatan kelas praktik membutuhkan lebih banyak ruang saat
melakukan aktivitas.

Gambar 2. 31 Layout kelas praktek

(Sumber : Dokumen Sri Fariyanti Pane)


Penataan dan sirkulasi kelas praktik memakan lebih banyak ruang dalam
ruangan, Untuk memenuhi standar ruangan sesuai social distancing, letak
furniture dapar diatur dengan posisi duduk membentuk segitiga sehingga
berjarak, tidak ada yang berhadapan langsung tetapi menjadi diagonal, dan
sirkulasi untuk masuk kelas praktek menjadi searah dan menjadi lebih aman
dan efektif.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 32 Alternatif layout

(Sumber : Dokumen Shaw Contract)


C. Material
Selain interaksi intens manusia dengan manusia, adapula interaksi manusia
dengan elemen interior sembari melakukan aktivitas dalam ruangan, antara
lain furniture, gagang pintu, handrail, dll.
SARS-CoV-2/Covid-19 atau dalam bahasa ilmiah Ortho coronaviridae
merupakan penyakit berbasis droplet yang cukup berat, pada saat keluar dari
tubuh inangnya virus akan jatuh dan menempel pada permukaan benda
disekitar. Virus tersebut dapat bertahan hidup dalam jangka waktu tertentu
tergantung dimana ia mendarat. Hal tersebut pastinya akan sangat berpengaruh
pada akses penularannya.
Hal tersebut yang perlu diperhatikan saat memilih jenis material pada elemen
interrior. Material yang berpori (porous) merupakan tempat yang ideal
untuk virus hidup lebih lama dibandingkan material tidak berpori (non-
porous) (Singh, 2020).
Pada jurnalnya Singh (2020) menyebutkan beberapa material yang tidak
ideal untuk hidup virus corona sebagai pertimbangan pemilihan material
pada desain interior pascapandemi Covid-19, antara lain:
a. Perunggu (empat jam)
b. Aluminium (delapan jam)
c. Cardboard (24 jam)
d. Stainless steel (72 jam)
e. Plastik (72 jam)
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Kertas (96 jam)


g. Kayu (96 jam)
h. Kaca (120 jam)
i. Dll.
Diperlukan pula clear finish berupa coating untuk menutup material berpori,
yang memiliki durabilitas terhadap durasi hidup virus dan bakteri lainnya.
D. Optimalisasi Utilitas Alami
Ada semakin banyak bukti bahwa kelembaban mungkin terlibat dalam
kelangsungan hidup virus yang terikat membran seperti SARS-CoV-2. Studi
sebelumnya telah menemukan bahwa kelembaban relatif (RH) di atas 0%
pada suhu dalam ruangan yang khas mempengaruhi kelangsungan hidup
banyak virus, termasuk virus corona secara umum. Selain itu, kelembaban
relatif dalam ruangan yang lebih tinggi telah terbukti mengurangi infeksi
seperti virus influenza saat batuk (Dietz et al., 2020). Penelitian Primayatna
dan Bupala (2015) berjudul “Tingkat Kenyamanan Termal di Rumah
Masyarakat Desa Bugbug Pekraman Kabupaten Karangasem” menyebutkan
bahwa suhu efektif mengarah ke ambang batas atas (31 °C).

9. Tinjauan Kab. Badung, Bali

Kabupaten Badung memiliki luas wilayah 418,52 Km² (atau setara 7,43 % luas
Pulau Bali) merupakan salah satu dari 9 Kabupaten/kota di Bali, dan sebagai pintu
gerbang utama kepariwisataan Bali, sekaligus juga Indonesia bagian tengah.
Secara Geografis, Kabupaten Badung berada di tengah seakan membelah Pulau
Bali, membentang dari utara hingga selatan. Di sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Tabanan, di sebelah Utara dengan Kabupaten Buleleng, di sebelah
timur dengan Kabupaten Bangli, Gianyar dan Kota Denpasar. Sedangkan sebelah
selatan dengan Samudra Indonesia.
Dengan jumlah penduduk di sebanyak 471.198 jiwa, dengan rincian:
a. Kuta Selatan 97.929 jiwa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Kuta 53.689 jiwa


c. Kuta Utara 76.606 jiwa
d. Mengwi 120.613 jiwa
e. Abiansemal 91.618 jiwa
f. Petang 30.743 jiwa
(Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil Badung)

Kabupaten Badung terdiri dari:


a. Menurut lembaga pemerintahan
1) 6 Kecamatan
2) 16 Kelurahan
3) 46 Desa
4) 371 Banjar Dinas
5) 167 Lingkungan

b. Secara adat
1) 122 Desa Adat
2) 546 Banjar Adat
3) 535 Sekaa Teruna
4) 6 Widyasabha Kecamatan
c. Subak
1) 120 Subak Yeh
2) 94 Subak Abian
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

E. Studi Lapangan

1. Cheeky Monkeys Learning Center, Bali

Didirikan pada tahun 2005, Cheeky Monkeys adalah pusat pembelajaran non-
agama kecil, ramah, dan melayani anak-anak dari semua negara. memiliki
program untuk anak usia 1 sampai 10 tahun. bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang menyenangkan, indah, aman, positif dan mendorong bagi anak-
anak untuk mengekspresikan diri mereka dan difasilitasi melalui rasa saling
menghormati, kehangatan, dukungan dan panduan.
Program pra-sekolah memberikan pengenalan pendidikan anak usia dini yang
merangsang dan menyenangkan di mana anak-anak dari usia 1 - 4 tahun memasuki
kelompok bermain kami dan anak-anak berusia 4 - 6 tahun bersiap-siap untuk
sekolah di kelas taman kanak-kanak.
Program penitipan anak diperuntukkan bagi anak-anak berusia 1 - 10 tahun, di
mana orang tua dapat mengantar anak-anak di sana selama 1 jam atau selama
sehari penuh dengan keyakinan bahwa staf kami yang sangat terlatih dan
berkualifikasi akan menstimulasi dan menghibur mereka.

Gambar 2. 33 Cheeky Monkeys Learning Center

(Sumber : Cheeky Monkeys Website)


Dikarenakan ruangan yang terbatas dan penggunaan furniture yang cukup banyak
dibeberapa ruangan, membuat alur sirkulasi sebenarnya cukup terbatas.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 34 Cheeky Monkeys Learning Center

(Sumber : Cheeky Monkeys Website)


Pada area interiornya, Cheeky Monkeys memnfaatkan banyak material alami
lokal baik pada elemen pembentuk interior maupun pada furniture antara lain
seperti rotan, kayu jati, dan anyaman bambu.

Gambar 2. 35 Cheeky Monkeys Learning Center

(Sumber : Cheeky Monkeys Website)


Banyaknya bukaan dan vegetasi diarea bangunan yang baik menimbulkan sistem
penghawaan dan pencahayaan yang baik.

2. Chubby House Kids Club, Bali

Cubby House Kids Club menyediakan lingkungan yang hidup dan merangsang di
mana anak-anak dapat bermain dan belajar pada saat yang bersamaan. Terletak di
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Finns Recreation Club, fasilitas ini aman dan terjamin, membuat orang tua bebas
menikmati waktu berkualitas karena mengetahui bahwa anak-anak akan dirawat
dengan baik.
Cubby House Kids Club tersedia untuk anak usia 2 hingga 12 tahun dan
menawarkan berbagai macam mainan dan aktivitas berkualitas untuk menghibur
anak-anak selama berjam-jam.
Anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun didampingi oleh staf dan memiliki ruang
sendiri di mana mereka dapat bermain Lego, membaca cerita, bermain balok, dan
menonton film. Fasilitas tambahan termasuk luar ruangan, Bioskop,
Perpustakaan, area Seni & Kerajinan, Komputer MAC, Dress Ups, WII dan
banyak lagi!

Gambar 2. 36 Cubby House Kids Club

(Sumber : Cubby Club House Website)


Cubby Club House memiliki konsep yang lebih modern jika dibandingkan dengan
Cheeky Monkeys. Penggunaan vinyl dan material hpl pada furniture membuat
kesan yang lebih clean pada ruangan.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pengaplikasian cat tembok dengan warna-warna mencolok selain memberi kesan


yang fun dan ceria, juga dapar merangsang perkembangan otak anak.
Penempatan furniture yang apik membuat sirkulasi pada ruangan sangat lega dan
tidak terasa sempit.

3. The Garden ELC Bali

Dibuka sejak 2014, The Garden Early Learning Center telah menjadi ELC dan
Kids Club utama di Bali. Kami menawarkan lingkungan pendidikan yang
memelihara, imersif, kreatif & aman. Kami menawarkan kelas drop in untuk
Orang Tua dan Bayi (6 – 18 bulan) dan Balita (18 bulan – 2,5 tahun), Pusat
Pembelajaran Awal yang terdaftar (minimum pendaftaran 5 minggu) dan Klub
Anak. Area belajar kami di dalam dan di luar kelas menggabungkan pedagogi
berbasis permainan. Area pembelajaran didefinisikan sebagai ruang kecil dan
perhatian terhadap detail sangat penting di mana pendidik menawarkan
provokasi yang kaya untuk mendorong pembelajaran dan perolehan
keterampilan anak-anak. Pendidik kami sengaja mengajar anak-anak
menggunakan pendekatan berbasis bermain.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. 37 The Garden Early Learning Center

(Sumber : The Garden ELC Website)


Seperti namanya, The Garden ELC mengusung konsep Garden. Dimana bangunan
didesain sedekat mungkin dengan alam. Memiliki banyak bukaan dan sirkulasi
yang langsung terhubung dengan halaman, membuat pencahayaan dan
penghawaan yang masuk kedalam ruangan sangat baik.
Dipadukan dengan penggunaan material-material alami seperti kayu solid, rotan,
anyaman bambu, dan lantai parket memberi kesan alami yang sangat terasa.
Dengan meminimalisir penggunaan penghawaan buatan seperti AC, The Garden
ELC juga langsung mengajarkan anak tentang pentingnya menjaga kesehatan
alam sekitar.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

F. Orisinalitas

Dalam menyusun tugas akhir ini, dibutuhkannya beberapa referensi yang menjadi
pendukung penulisan ide gagasan tugas akhir ini, berikut beberapa jurnal yang
dijadikan referensi dan pembanding, yaitu:
NO NAMA JUDUL MASALAH METODE HASIL / PERBEDAAN
PENULIS KESIMPU
LAN
1 Reza Peranca Dibutuhkan ● Menent Desain Belum ada
Pamella, ngan interior ukanTo untuk anak keterkaitan
Imtihan interior Daycare & pik usia dini dengan era
Hanom,S. daycare Preschool ● Survey tidak new normal
Ds, M.Ds. & yang dapat Lapang hanya
Santi prescho meningkatka an harus aman
Salayanti, ol n ● Wawan dan
S.Sn, Bandun kreatifitas cara nyaman,
M.Sn. g dan dapat ● Dokum tetapi
dengan berujung entasi juga secara
metode pada ● Studi visual
active kemampuan Literat terlihat
learnin anak untuk ur menarik
g bereksplorasi, ● Analisa sehingga
serta dapat dapat
mendorong menstimul
anak-anak us indra
untuk pengelihata
merespon nnya dan
terhadap juga
elemeneleme penting
n untuk
dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sebuah memberika
interior di n stimulus
dalam terhadap
ruangan yang anak usia
dapat dini
mengajak melalui
mereka material-
untuk material
mencari tahu. dalam
tempat
mereka
bermain
dan belajar
sehingga
dinilai
sangatlah
efektif.

2 Azarine Peranca Sebagian ● Define Bambini Belum ada


Devina ngan besar wanita (Menca menjadi keterkaitan
Gunawan, interior di Surabaya ri rumah ke 2 dengan era
Mariana ―bamb merupakan permas bagi new normal
Wibowo ini‖ day wanita karir, alahan) anakanak
care sehingga mau ● Resear yang
Centre tidak mau ch dititipkan.
di harus ● Ideate Aktivitas
surabay menitipkan (Memb utama di
a anak mereka uat bambini
di tempat progra day care
penitipan mming adalah
anak atau untuk belajar,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

daycare. menga bermain,


Sehingga nalisa dan tidur.
dibutuhkan masala Day care
daycare yang h) harus di
fun dan ● Prototy desain
enjoyable pe dengan
bagi anak- ● Selecti baik
anak diusia on supaya
golden age (Kritik bisa
untuk dan mewadahi
memaksimal saran aktivitas-
kan tumbuh dari aktivitas
kembang dosen tersebut.
otak. pembi Aktivitas
mbing) bermain
● Implem dan belajar
entatio memerluka
n n ruangan
yang
menyenang
kan supaya
anak-anak
bisa enjoy
dan senang
saat
melakukan
aktivitas di
dalamnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3 Galur Perenca Perlu ● Kualitat Pendidikan Belum ada


Gegadanni naan diciptakan if prasekolah keterkaitan
tisswari dan sebuah ● Sumber sangat dengan era
peranca lingkungan data : penting new normal
ngan dan tata Informa bagi
interior ruang fisik n dan pembentuk
pendidi sekolah yang Tempat an karakter
kan khusus dan dan
praseko dirancang Peristi pengemban
lah untuk wa gan
nasiona mengembang kecerdasan
l plus kan potensi anak. Oleh
Di anak secara karena itu,
surakart maksimal. untuk lebih
a Anak merasa meningkat
aman ketika kan
berada dalam kualitas
lingkungan pendidikan
tumbuh anak prasekolah
bersikap khususnya
melindungi. di
Dengan Surakarta
berada di diperlukan
sekolah yang suatu
tersedia prasekolah
ruang dan yang
lingkungan fasilitasnya
fisik yang mewadai
nyaman akan dan
mendukung memberika
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perkembanga n suasana
n kreativitas nyaman
anak. bagi anak
usia
prasekolah.
Dimana
anak yang
senang
dengan
lingkungan
fisik dan
suasana
sekolah
biasanya
akan
termotivasi
tinggi
untuk
belajar.
4 Yudi Pengar Mengetahui ● kualitati New
Firmansya uh new apakah New f normal
h, Fani normal Normal dengan ditengah
Kardina ditenga mempengaru metode pandemi
h hi dunia deskript covid-19
pandem Pendidikan if dapat
i covid- terutama bagi dengan mempenga
19 peserta didik Teknik ruhi dunia
terhada dan tenaga pengum pendidikan
p pendidik. pulan yaitu
pengelo data lembaga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

lahan yaitu sekolah,


sekolah mencari dalam
dan informa ranah
peserta si dari pengelolah
didik sumber an sekolah
berita maupun
peserta
didik.
Keadaan
menuju
new
normal ini
perlunya
ada
kerjasama
antara
pihak
kependidik
an dengan
pemerintah
.
Kemudian
Kemendik
bud
mengeluar
kan Surat
Edaran No.
15 Tahun
2020
tentang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pedoman
Penyeleng
garaan
Belajar
dari
Rumah
Dalam
Masa
Darurat
Penyebara
n Covid19.
5 Agus Kesiapa Proses ● Metod 1) edukasi
Suprijono, n dunia pembelajaran e VBA for
Dkk pendidi dapat peneli Microsoft
kan tetap berjalan tian Excel dapat
Mengh meskipun deskri diterapkan
adapi kurang ptif pada siswa
era new efektif untuk ● Tekni sekolah
normal dilaksanakan k dasar,
terutama penga
dalam mbila 2) dengan
pembelajaran n data mengguna
matematika dilaku kan media
karena kan pembelajar
pembelajaran secara an berbasis
secara tatap daring VBA siswa
muka pada (onlin lebih
masa new e) mudah
normal ini memahami
tidak pembelajar
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memungkink an
an mengenai
untuk konsep
dilaksanakan. dasar
Siswa tidak matematik
tekun dalam a
mengerjakan
soal, mudah
mengeluh
dan cepat
menyerah
karena
mereka rasa
bahwa
matematika
itu sulit dan
takut
sehingga
frekuensi
keluhannya
semakin
meningkat.
Tabel 2. 7 Orisinalitas

(Sumber : Dokumen pribadi)


library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

G. Kerangka Berfikir

Gambar 2. 38 Kerangka berfikir

(Sumber : Ilustrasi pribadi)

Anda mungkin juga menyukai