Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora (Isora)

Volume 1 Number 2 2023, pp 47-60


Online ISSN : 2988-6597
Juli-Desember 2023

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT


Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1*, Ali Formen2
1,2
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
*Corresponding author, e-mail: nurafifah04620@gmail.com

Abstract
It is indicated that the facilities and infrastructure of PAUD units in rural areas tend to be
inadequate. Based on this context, this study aims to determine the SWOT results of the
carrying capacity of playgroup facilities and infrastructure in Gladagsari District, Boyolali
Regency. This study uses quantitative research with questionnaires as a tool for collecting
data. In this study, researchers used a Likert scale which was used to measure the SWOT
evaluation of the carrying capacity of playgroup facilities and infrastructure in Gladagsari
District, Boyolali Regency. The population in this study were all play group principals in
Gladagsari District, Boyolali Regency, the sample in this study were play group principals in
Gladagsari District, Boyolali Regency, there were 3 people. The results of this study indicate
that the overall data on the carrying capacity of facilities and infrastructure in the IFAS
calculations in the 3 institutions studied ranged from 2.47 - 3.78 which indicates that 2
institutions, namely the Rabbit Play Group and the Cat Play Group are in the strong category
and 1 institution, namely the Horse Play Group is in the strong category. Then in the EFAS
calculations in the 3 institutions it ranges from 2.36 – 3.09 which shows that there is 1 Rabbit
Play Group Institution showing a strong category and 2 Cat Play Group institutions, and a
Horse Play Group Institution showing a weak category. This finding shows two things. First,
the reliability of the use of SWOT analysis for evaluating PAUD units, which unfortunately
has rarely been applied so far. Second, the carrying capacity of facilities and infrastructure in
SWOT can serve as basic information for unit developers, whether it requires internal or
external strengthening.

Keywords: SWOT, Facilities and Infrastructure, Play Group

This is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted
use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author.

Pendahuluan
Sarana dan prasarana merupakan suatu fasilitas yang diperlukan dalam pembelajaran
sangat penting bagi kelancaran dan keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran, termasuk
dalam ruang lingkup pendidikan untuk mempermudah jalannya proses pendidikan (Rahayu,
2019). Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa masih sangat minim terutama dalam
sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana masih sangat memprihatinkan terutama di
daerah terpencil. Sarana dan prasarana belum sepenuhnya kondisinya memadai, banyak
ruang belajar dan sarana belajar yang rusak. Sehingga kondisi tersebut akan berpengaruh
pada ketidak layakan, ketidak nyamanan pada proses belajar mengajar, juga akan berdampak
pada keengganan dan sifat sepele/ ketidak pedulian orang tua untuk menyekolahkan anaknya
ke lembaga PAUD (Anggraini & Batubara, 2021). Secara tidak langsung sarana dan
prasarana yang ada di sekolah menjadi bagian terpenting yang harus diadakan
keberadaannya. Kualitas sebuah sekolah juga dapat dilihat dari segi kelengkapan sarana

47
ISORA 48

prasarana yang dimiliki, karena sarana prasarana yang ada akan sangat menunjang proses
belajar, akademik maupun non akademik. Oleh sebab itu, lembaga harus memperhatikan
kelengkapan dan kualitas sarana dan prasarana di lembaga. Penyediaan prasarana PAUD
perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan PAUD
dengan prinsip: aman, nyaman, memenuhi kriteria kesehatan bagi anak, sesuai dengan tahap
perkembangan anak, memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar
(Nurhasanah, 2019).
Ada tiga lembaga kelompok bermain yang berada di Kecamatan Gladagsari
Kabupaten Boyolali yang diteliti oleh peneliti yaitu Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok
Kucing, Kelompok Kuda. Dari ketiga lembaga yang diteliti oleh peneliti masih ada lembaga
yang masih kekurangan sarana dan prasarananya. Untuk itu perlunya peningkatan sarana
dan prasarana di lembaga. Berdasarkan data-data yang sudah peneliti dapatkan, peneliti
tertarik untuk menyelidiki atau meneliti lebih dalam sejauh mana sarana dan prasarana yang
sudah diterapkan khususnya kelompok bermain di Kecamatan Gladagsari Kabupaten
Boyolali. Peneliti akan mendalami penelitian ini dengan menggunakan analisis SWOT daya
dukung sarana dan prasarana kelompok bermain di Kecamatan Gladagsari Kabupaten
Boyolali sehingga dengan begitu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil analisis
SWOT daya dukung sarana dan prasarana kelompok bermain di Kecamatan Gladagsari
Kabupaten Boyolali.
Daya dukung merupakan ketersediaan sarana prasarana yang menunjang proses
pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah bersangkutan atau satuan pendidikan. (Setyawan,
2010). Sarana adalah semua fasilitas yang diperlukandalam proses belajar mengajar, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan berjalan dengan
lancar, teratur, efektif dan efisien (Arikunto, 1993). Prasarana Pendidikan adalah semua
perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses
belajar mengajar di sekolah (Agustriani et al., 2022). Mattin dan Nurhattati mengungkapkan,
sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam
menunjang proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan program pendidikan di sekolah
sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang dimilik sekolah dan
optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya (Azzahra et al., 2022).
Peraturan tentang sarana dan prasarana tersebut adalah Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 137 tahun 2014 Tentang Standar
Nasional PAUD, Pada Bab VIII Pasal 32 Tentang Persyaratan Sarana dan Prasarana terdiri
atas:
a. Kelompok Bermain Meliputi:
1. Memiliki jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jumlah anak,
luas minimal 3 m2 per-anak
2. Memiliki ruang dan fasilitas untuk melakukan aktivitas anak di dalam dan
di luar dapat mengembangkan tingkat pencapain perkembangan anak
3. Memiliki fasilitas cuci tangan dan kamar mandi/ jamban yang mudah
dijangkau oleh anak yang memenuhi persyaratan dan mudah bagi guru
dalam melakukan pengawasan dan
4. Memiliki tempat sampah yang tertutup dan tidak tercemar.

Matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) atau IFE (Internal Factors
Evaluation) berdasarkan konsep Fred R. David (2017) adalah matriks yang digunakan untuk
mengetahui faktor internal perusahaan yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dianggap penting kepada perusahaan atau objek penelitian. Kemudian di dalam dunia
pendidikan data internal (IFAS) yang dapat dianalisis, antara lain: laporan keuangan sekolah,
administrasi sekolah, kegiatan belajar mengajar, keadaan guru dan siswa, fasilitas dan

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
49

prasarana sekolah, administrasi guru dan lain lain (Jatmiko, 2003). Matriks EFAS (External
Strategic Factors Analysis Summary) atau EFE (External Factors Evaluation) berdasarkan konsep
Fred R. David (2017) adalah matriks yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi faktor eksternal perusahaan terkait peluang dan ancaman perusahaan atau
penelitian. objek. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan
dengan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum,
teknologi, dan persaingan di pasar industri tempat perusahaan berada, serta data eksternal
lain yang relevan. Hal ini penting karena faktor eksternal mempengaruhi perusahaan secara
langsung maupun tidak langsung. Faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan
ancaman (Husein, 2008).
Kelompok bermain (Play Group) merupakan tempat bermain dan belajar bagi anak-
anak sebelum masuk TK/ RA. Pada umumnya kelompok bermain menampung anak-anak
normal dalam rentang waktu usia 3-4 tahun. Kelompok bermain bertujuan mengembangkan
seluruh aspek fisik, mental, emosi, dan sosial anak (Huliyah, 2016). Konsep bermain sambil
belajar serta belajar sambil bermainpada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak
pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam, sehingga dikemudian hari anak bisa
berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas (Izzatil Anisa, Dkk 2022).

Kajian Pustaka
Rangkuti (2004:18) menjelaskan bahwa Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses
pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi
dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencanaan strategi harus menganalisa factor-
faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang
saat ini (Rangkuti, 2004). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
(opportunity) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strenght) dan kelemahan
(weakness) (Nisak, n.d, 2013).
Kekuatan (strength) adalah sumber daya keterampilan atau keunggulan - keunggulan
lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan atau
organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif
bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra,
kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok, dan faktor-faktor lain. Faktor-
faktor kekuatan yang dimaksud dengan faktor-faktor yang dimiliki oleh suatu perusahaan
atau organisasi adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang
berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan
demikian karena satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan
sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan
pasar yang sudah direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan (Siagian,
1995). Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan atau

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 50

organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan


pemasaran, citra merek dapat merupakan sumber kelemahan (Pearce, 1997). Faktor-faktor
kelemahan, jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu
perusahaan, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber,
keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja
organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan
kemampuan tersebut bisa terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki, kemampuan
manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar,
produk yang tidak atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat
perolehan keuntungan yang kurang memadai (Siagian, 1995).
Peluang (opportunity) secara sederhana ialah berbagai situasi lingkuangan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis (Siagian, 1995). Identifikasi segmen pasar yang
tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi,
serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi
perusahaan atau organisasi. Faktor peluang adalah berbagai situasi lingkungan yang
menguntungkan bagi suatu satuan bisnis (Purangga, 2016). Yang dimaksud dengan berbagai
situasi tersebut antara lain: 1) kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna
produk; 2) identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian; 3) perubahan
dalam kondisi persaingan; 4) perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang
membuka berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha; 5) hubungan dengan para
pembeli yang akrab; 6) hubungan dengan pemasok yang harmonis. Ancaman merupakan
kebalikan pengertian peluang, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah
faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, jika tidak diatasi,
ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa
sekarang maupun masa depan. Ringkasnya, peluang dalam lingkungan eksternal
mencerminkan kemungkinan dimana ancaman adalah kendala potensial (Michael A. Hitt,
1997). Dalam analisis SWOT ini ada dua faktor yang sangat mempengaruhi maju
mundurnya pendidikan, yaitu faktor dominan dan faktor penghambat. Yang termasuk faktor
dominan adalah (kekuatan dan peluang) dan faktor penghambat (kelemahan dan tantangan).
Analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam upaya pengembangan mutu
lembaga pendidikan. Dengan menggunakan analisis SWOT suatu lembaga pendidikan dapat
mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja lembaga pendidikan tersebut (Hadi,
2013).

Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah menggunakan penelitian
kuantitatif. Hasil penelitian berupa angka yang berdasarkan dari perhitungan Internal Factors
Analysis Summary (IFAS), Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) yang selanjutnya dibuat
dengan Analisis Posisi Strategi yang berbentuk matrix IE (Internal-Eksternal). Penelitian ini
berlokasi di daerah Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali. Di lokasi ini, peneliti
mengambil tiga lembaga sekolah yang akan diteliti mengenai analisis SWOT dengan
menggunakan IFAS dan EFAS daya dukung sarana dan prasarana. Terdapat tiga kelurahan
yang menjadi penelitian ini, yaitu kelurahan kaligentong, kelurahan gladagsari, dan
kelurahan candisari. Di Kelurahan Kaligentong terdapat satu lembaga yaitu Kelompok
Bermain Kelinci, Kelurahan Gladagsari satu lembaga yaitu Kelompok Bermain Kuda dan

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
51

Kelurahan Candi Sari satu lembaga yaitu Kelompok Bermain Kucing. Pada populasi dan
sampel, peneliti menggunakan total sampel yang artinya semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2014). Hal ini dikarenakan peneliti mengambil semua kepala
sekolah berjumlah 3 orang di lembaga kelompok bermain yang berada di Kecamatan
Gladagsari Kabupaten Boyolali untuk dilakukan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen kuesioner. Instrumen ini dipilih
dan dibuat untuk membantu penulis dalam menganalisis strategi IFAS dan EFAS. Dalam
membuat instrument ini, peneliti menggunakan acuan atau patokan untuk menganalisis data
eksternal EFAS yaitu dengan analisis PESTEL yang dipopulerkan oleh Francis J. Aguilar
pada tahun 1967 (Political, Economic, Social, Technological, Environmental, dan Legal) yang dituju
pada faktor eksternal (Opportunity dan Threats). Kemudian di dalam dunia pendidikan data
internal (IFAS) yang dapat dianalisis, antara lain: laporan keuangan sekolah, administrasi
sekolah, kegiatan belajar mengajar, keadaan guru dan siswa, fasilitas dan prasarana sekolah,
administrasi guru dan lain lain (Jatmiko, 2003). Maka dari itu, pada penelitian ini aspek yang
digunakan untuk data internal (IFAS) yaitu: finansial/ laporan keuangan sekolah, keadaan
guru/ sdm, sarana dan prasarana, manajemen/ administrasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat metode untuk mengumpulkan
data yaitu observasi, dokumentasi, wawancara, dan instrumen kuesioner. Dalam mengolah
data IFAS dan EFAS, peneliti menggunakan Microsoft Excel. Hal ini sesuai dengan
(Riyanto, 2018) yang menyatakan bahwa setiap faktor dari IFAS dan EFAS dihitung dengan
perangkat lunak MS-Excel, SD+ ataupun Expert Choice. Teknik analisis data yang
digunakan dalam menganalisis data yaitu menggunakan IFAS dan EFAS.
Rangkuti (2004) menjelaskan tahapan-tahapan dalam membuat matriks IFAS dan
EFAS antara lain ialah:
1. Menentukan faktor yang menjadikan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman pada
kolom pertama.
2. Menetukan bobot faktor dengan skala mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling
penting). Penetuan bobot dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada responden.
Bobot pada masing-masing faktor berfungsi untuk menunjukkan kepentingan relatif setiap
faktor agar berhasil dalam lembaga PAUD kemudian dari hasilnya diambil rataan dan
dibagi dengan total rataan untuk mendapatkan nilai bobot (semua bobot tersebut
jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0).
3. Menghitung rating dalam kolom tiga untuk masing-masing faktor dengan memberikan
skala mulai dari 4 (oustanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan faktor pengaruh
tersebut terhadap kondisi lembaga PAUD. Berikan skala 1-2 untuk faktor kelemahan dan
ancaman. Kemudian berikan skala 3-4 untuk faktor kekuatan dan peluang.
4. Kemudian kalikan bobot pada kolom dua dengan rating pada kolom tiga untuk
memperoleh skor pada kolom empat.
5. Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi lembaga PAUD yang dinilai.
Nilai rata-rata adalah 2,5. Apabila didapatkan nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa
secara internal/ eskternal adalah lembaga PAUD lemah, sedangkan nilai yang berada di
atas 2,5 menunjukkan posisi internal/eksternal lembaga PAUD kuat.

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 52

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berikut ini merupakan tabel data IFAS yang berisi kekuatan dan kelemahan daya
dukung sarana dan prasarana di kelompok bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten
Boyolali.

Tabel 1. Data IFAS Daya Dukung Sarana dan Prasarana

Kekuatan Rating Sub Total Skor


3-4 KB KB Kucing KB Kuda
Kelinci
Sub Total Skor 3.78 3.45 1.54
Kelemahan 1-2 KB KB Kucing KB Kuda
Kelinci
Sub Total Skor - 0.07 0.93
Total Skor 3.78 3.52 2.47
Keterangan Kuat Kuat Lemah

Berikut merupakan penjelasan data IFAS di tiap-tiap lembaga kelompok bermain


Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali dijelaskan sebagai berikut:
IFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kelinci memiliki kekuatan sebanyak 25
item dengan sub total skor 3.78 dan memiliki kelemahan sebanyak 0 item dengan sub total
skor 0. Dari keseluruhan faktor internal di Lembaga Kelompok Bermain Kelinci
menunjukkan kategori kuat. IFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kucing memiliki
kekuatan sebanyak 24 item dengan sub total skor 3.45 dan memiliki kelemahan sebanyak 1
item dengan sub total skor 0.07. Dari keseluruhan faktor internal di Lembaga Kelompok
Bermain Kucing menunjukkan kategori kuat. IFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kuda
memiliki kekuatan sebanyak 12 item dengan sub total skor 1.54 dan memiliki kelemahan
sebanyak 13 item dengan sub total skor 0.93. Dari keseluruhan faktor internal di Lembaga
Kelompok Bermain Kuda menunjukkan kategori lemah.
Berdasarkan semua tabel diatas, untuk disebut KUAT sebuah lembaga harus
memiliki total skor minimal 2.50 sedangkan untuk disebut LEMAH sebuah lembaga harus
memiliki total skor minimal dibawah 2.50 sesuai dengan pernyataan Rangkuti (2004) bahwa
apabila nilai yang didapatkan di atas 2,5 menunjukkan posisi internal lembaga PAUD kuat,
sedangkan nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara internal adalah lemah.
Secara ringkas, data keseluruhan daya dukung sarana dan prasarana pada
perhitungan IFAS di 3 lembaga yang diteliti adalah berkisar antara 2.47 – 3.78. Dengan
begitu, 2 lembaga yaitu Lembaga Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing
berada dikategori kuat sedangkan 1 lembaga yaitu Lembaga Kelompok Bermain Kuda berada
dikategori lemah.
Berikut ini merupakan tabel data EFAS yang berisi peluang dan ancaman daya
dukung sarana dan prasarana di kelompok bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten
Boyolali.

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
53

Tabel 2. Data EFAS Daya Dukung Sarana dan Prasarana


Peluang Rating Sub Total Skor
3-4 KB KB Kucing KB Kuda
Kelinci
Sub Total Skor 2.55 1.82 1.64
Ancaman 1-2 KB KB Kucing KB Kuda
Kelinci
Sub Total Skor 0.55 0.55 0.73
Total Skor 3.09 2.36 2.36
Keterangan Kuat Lemah Lemah

Berikut merupakan penjelasan data EFAS di tiap-tiap lembaga kelompok bermain


Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali dijelaskan sebagai berikut:
EFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kelinci memiliki peluang sebanyak 3 item
dengan sub total skor 2.55 dan memiliki ancaman sebanyak 2 item dengan sub total skor 0.55.
Dari keseluruhan faktor eksternal di Lembaga Kelompok Bermain Kelinci menunjukkan
kategori kuat. EFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kucing memiliki peluang sebanyak
2 item dengan sub total skor 1.82 dan memiliki ancaman sebanyak 3 item dengan sub total
skor 0.55. Dari keseluruhan faktor eksternal di Lembaga Kelompok Bermain Kucing
menunjukkan kategori lemah. EFAS pada Lembaga Kelompok Bermain Kuda memiliki
peluang sebanyak 2 item dengan sub total skor 1.64 dan memiliki ancaman sebanyak 3 item
dengan sub total skor 0.73. Dari keseluruhan faktor eksternal di Lembaga Kelompok Bermain
Kuda menunjukkan kategori lemah.
Berdasarkan semua tabel diatas, untuk disebut KUAT sebuah Lembaga harus
memiliki total skor minimal 2.50 sedangkan untuk disebut LEMAH sebuah Lembaga harus
memiliki total skor minimal dibawah 2.50 sesuai dengan pernyataan Rangkuti (2004) bahwa
apabila nilai yang didapatkan di atas 2,5 menunjukkan posisi eksternal Lembaga PAUD kuat,
sedangkan nilai di bawah 2,5 menandakan bahwa secara eksternal adalah lemah.
Secara ringkas, data keseluruhan daya dukung sarana dan prasarana pada
perhitungan EFAS di 3 lembaga yang diteliti adalah berkisar antara 2.36 – 3.09. Dengan
begitu, 1 lembaga yaitu Lembaga KB Kelinci berada dikategori kuat, sedangkan 2 lembaga
yaitu KB Kucing dan KB Kuda berada dikategori lemah. Pada tabel 3 disajikan data
mengenai titik koordinat X (SW) pada matriks IE di masing-masing lembaga kelompok
bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali.

Tabel 3. Data X (IFAS) Daya Dukung Sarana dan Prasarana


IFAS Nilai Akhir
KB KB Kucing KB Kuda
Kategori Kelinci
Kekuatan (S) 3.78 3.45 1.54
Kelemahan (W) - 0.07 0.93
Jumlah (SW) 3.7 3.3 0.6

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 54

Berdasarkan tabel di atas, Lembaga Kelompok Bermain Kelinci berada pada titik
koordinat X (3.7), Kelompok Bermain Kucing berada pada titik koordinat X (3.3), dan
Kelompok Bermain Kuda berada pada titik koordinat X (0.6)
Pada tabel 4 disajikan data mengenai titik koordinat Y (OT) pada matriks IE di
masing-masing lembaga kelompok bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali.
Tabel 4. Data Y (EFAS) Daya Dukung Sarana dan Prasarana
EFAS Nilai Akhir
KB Kelinci KB Kucing
Kategori KB Kuda

Peluang (O) 2.55 1.82 1.64


Ancaman (T) 0.55 0.55 0.73
Jumlah (OT) 2.0 1.2 0.9

Berdasarkan tabel di atas, Lembaga Kelompok Bermain Kelinci berada pada titik
koordinat Y (2.0), Kelompok bermain Kucing berada pada titik koordinat Y (1.2), dan
kelompok bermain Kuda berada pada titik koordinat Y (0.9)
Berikut ini adalah hasil matriks analisis SWOT daya dukung sarana dan prasarana di
kelompok bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali yang diilustrasikan sebagai
berikut.

Gambar 1. Matriks IE
Hasil ini menunjukkan bahwa strategi berada pada kuadran I yaitu SO yang
mendukung strategi agresif dengan menggunakan kekuatan lingkungan internal sekolah
untuk memanfaatkan peluang secara maksimal.

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
55

Berikut merupakan diskusi dan pembahasan terikait SWOT daya dukung sarana dan
prasarana di kelompok bermain Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali:

Kekuatan

Seperti pada tampak data-data di atas, bahwa penyumbang/ kontributor utama


kekuatan terbesar yaitu ada 2 lembaga, Lembaga Kelompok Bermain Kelinci dan Kelompok
Bermain Kucing pada aspek finansial dengan item sumber dana yang dimiliki lembaga lebih
dari 3 sumber. Sumber dana yang dimiliki lembaga yaitu dari orang tua berupa pembayaran
uang SPP tiap bulan, dana awal dari yayasan, dan mendapatkan dana bantuan operasional
pendidikan (BOP) setiap tahun. Berdasarkan penelitian Sutrisno (2013: 3) mengatakan bahwa
setiap lembaga pendidikan selalu membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan
operasional sehari-hari maupun untuk mengembangkan lembaga pendidikan, kebutuhan
dana tersebut antar lembaga pendidikan berbeda-beda, kemudian untukmemenuhi kebutuhan
dana tersebut, lembaga pendidikan harus mampu mencari sumber dana dengan berbagai
cara. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilyani dan Qosim Khoiri Anwar (2021) menyatakan
bahwa ketika suatu lembaga PAUD memilki sumber dana atau penghasilan lebih dari tiga
sumber seperti dana dari iuran SPP, dana dari RT/ RW, donatur tetap, dana BOP, dan dana
desa. Maka lembaga tersebut akan mampu mempertahankan eksistensinya dan bahkan
mampu berkembang dengan pesat.
Kemudian untuk penyumbang/ kontributor utama kekuatan terbesar yaitu Lembaga
Kelompok Bermain Kelinci pada aspek sarana dan prasarana unggul dengan item terdapat
kursi yang tidak dimiliki oleh dua lembaga lainnya. Berdasarkan penelitian Fitriani (2015)
mengatakan bahwa peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar seperti meja, kursi, dan
lainnya. Meja dan kursi belajar anak usia dini merupakan salah satu furniture penting dalam
proses belajar seorang anak usia dini.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama kekuatan terbesar yaitu Lembaga
Kelompok Bermain Kelinci pada aspek operasional unggul dengan item Sarana dan prasarana
sudah sepenuhnya di laksanakan sesuai dengan permendikbud 137 terkait standar sarana dan
prasarana kelompok bermain. Berdasarkan penelitian Agustriani et al (2022) mengatakan
bahwa ada beberapa standar yang harus dilaksanakan terkait dengan operasional yaitu
standar sarana dan prasarana. Hal ini sangat penting dalam proses pelaksanaan di lembaga
oleh karena itu pentingnya seluruh operasional dilaksanakan.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama kekuatan terbesar yaitu semua lembaga,
ada Lembaga Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, dan Kelompok
Bermain Kuda pada aspek manajemen dengan item memiliki surat izin operasional.
Berdasarkan penelitian Qomar (2016) mengatakan bahwa Pada item perizinan operasional,
hal ini menjadi persyaratan untuk membangun Lembaga PAUD sesuai dengan juknis
penyelenggaraan Kelompok Bermain. Setiap penyelenggaraan lembaga PAUD, harus
memperoleh izin pendirian dari Dinas Pendidikan kabupaten/ kota atau instansi lain yang
ditunjuk oleh pemerintah daerah setempat.
Kelemahan

Seperti tampak data-data di atas, bahwa penyumbang/ kontributor utama kelemahan


terbesar yaitu Lembaga Kelompok Bermain Kuda, pada aspek finansial dengan item sumber

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 56

dana yang dimiliki lembaga kurang dari 3 sumber. Berdasarkan penelitian Sutrisno (2013:3)
yang mengatakan bahwa Setiap lembaga pendidikan selalu membutuhkan dana untuk
memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari maupun untuk mengembangkan lembaga
pendidikan, kebutuhan dana tersebut antar lembaga pendidikan berbeda-beda, kemudian
untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, lembaga pendidikan harus mampu mencari
sumber dana dengan berbagai cara. Kemudian penelitian serupa juga mengatakan bahwa
keterbatasan pendanaan pemerintah dalam menjangkau semua anak mengharuskan lembaga
PAUD mencari sumber-sumber pembiayaan lain selain dari pemerintah baik untuk
mendirikan lembaga PAUD yang baru maupun untuk keberlanjutan lembaga PAUD yang
telah berdiri. Untuk itu setiap lembaga harus mengembangkan sumber-sumber pembiayaan
sendiri untuk memperkuat lembaganya masing- masing sehingga eksistensi lembaga dapat
berkelanjutan sekaligus dapat meningkatkan kualitas layanannya (Hadiansyah et al., 2017).
Kemudian penyumbang/ kontributor utama kelemahan terbesar yaitu Lembaga
Kelompok Bermain Kuda pada aspek sarana dan prasarana kelemahan terbesar dengan item
tidak terdapat tempat cuci tangan dengan air mengalir mudah dijangkau anak dan di pantau
guru, tidak terdapat tempat kamar mandi yang terpisah antara laki-laki dan perempuan berisi
air yang bersih mudah dijangkau anak dan di pantau guru, terdapat permainan edukatif
(APE) di luar ruangan namun tidak layak pakai karena dalam kondisi rusak, tidak terdapat
loker,tidak terdapat alat peraga edukatif, tidak terdapat lemari penyimpanan hasil karya anak.
Berdasarkan penelitian Fitriani (2015) mengatakan bahwa keberadaan tempat cuci tangan
dianggap penting karena untuk melatih anak membersihkan diri sebelum atau sesudah
mereka melakukan aktivitas yang menyebabkan anak menjadi kotor. Di lembaga KB Kuda
tidak memiliki khusus untuk mencuci tangan, tempat cuci tangan yang dimiliki masih
bergabung menjadi satu dengan kamar mandi. Tempat khusus untuk mencuci tangan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah tersedianya tempat khusus yang terpisah dengan kamar
mandi, tempat tersebut menggunakan kran-kran untuk cuci tangan. Berdasarkan peraturan
pemerintah, hal tersebut tidak sesuai dengan persyaratan sarana prasarana pada
Permendikbud No. 137 Tahun 2014 yaitu memiliki ruang dan fasilitas untuk melakukan
aktivitas anak di dalam dan di luar dapat mengembangkan tingkat pencapain perkembangan
anak, memiliki fasilitas cuci tangan dan kamar mandi/ jamban yang mudah dijangkau oleh
anak yang memenuhi persyaratan dan mudah bagi guru dalam melakukan pengawasan.
Berdasarkan penelitian Anggani Sudono (1995: 13), menyatakan bahwa alat peraga
merupakan semua alat yang digunakan oleh guru untuk menerangkan atau memperagakan
materi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Padahal alat peraga edukatif
penting dalam proses pembelajaran.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama kelemahan terbesar yaitu Lembaga
Kelompok Bermain Kuda pada aspek operasional kelemahan terbesar dengan item belum
sepenuhnya dilaksanakan pemeriksaan sarana dan prasarana, belum sepenuhnya
dilaksanakan pengadaan sarana dan prasarana, belum sepenuhnya dilaksanakan perawatan
sarana dan prasarana dan belum sepenuhnya dilaksanakan penghapusan sarana dan
prasarana yang sudah tidak layak di pakai. Berdasarkan penelitian Agustriani et al., (2022)
mengatakan bahwa pengadaan sarana dan prasarana di PAUD sangat penting dalam proses
pendidikan di lembaga. Pengadaan sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud, perlu
disesuaikan dengan jumlah anak, usia, lingkungan sosial dan budaya lokal, serta jenis
layanan. Pengadaan Sarana dan Prasarana adalah kegiatan melengkapi sarana dan prasarana
dalam bentuk pengadaan baru. Berdasarkan penelitian Binsa (2021) mengatakan bahwa
perawatan perlu dilakukan pada semua inventaris barang yang dimiliki lembaga PAUD
secara berkala. Tingkat intensitas perawatan tergantung dari jenis dan fungsi barang tersebut.
Ini bertujuan untuk memperpanjang jangka pakai sebuah barang. Berdasarkan penelitian
Fitriani (2015) mengatakan bahwa Pemeriksaan sarana dan prasarana adalah suatu kegiatan

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
57

yang mengecek dan mengkontrol suatu sarana untuk memastikan kondisi masih layak atau
tidak untuk di pergunakan. Maka dari itu, untuk saling menjaga dan merawat sarana dan
prasarana yang tersedia.
Peluang
Seperti tampak data-data di atas, bahwa penyumbang/ kontributor utama peluang
terbesar yaitu Lembaga Kelompok Bermain Kelinci pada aspek sosial dengan item kepuasan
orang tua terhadap sarana dan prasarana yang sudah lengkap. Berdasarkan penelitian Musnar
(2018) mengatakan bahwa asil menunjukkan bahwa kepuasan orang tua terhadap sarana,
prasarana dan pengelolaan sebagian besar menyatakan puas. Tingkat kepuasan konsumen/
orangtua adalah respon atau tanggapan yang ditunjukan oleh pelanggan atau konsumen
terhadap hasil dari layanan yang diberikan oleh lembaga tertentu. Sebagai lembaga
pendidikan maka lembaga PAUD harus mampu memberikan kualitas pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Apabila orang tua siswa merasa puas dengan
layanan lembaga PAUD, maka kepercayaan dan loyalitas orang tua siswa pada lembaga
PAUD semakin baik.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama peluang terbesar yaitu semua lembaga,
ada Lembaga Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, dan Kelompok
Bermain Kuda pada aspek ekonomi dengan item lembaga mendapatkan bantuan dana dari
luar seperti dana desa, atau dana RT/ RW. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Aprilyani dan Qosim Khoiri Anwar (2021) menyatakan bahwa ketika suatu lembaga PAUD
memilki sumber dana atau penghasilan lebih dari tiga sumber seperti dana dari iuran SPP,
dana dari RT/RW, donatur tetap, dana BOP, dan dana desa. Maka lembaga tersebut akan
mampu mempertahankan eksistensinya dan bahkan mampu berkembang dengan pesat.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama peluang terbesar yaitu semua lembaga,
ada Lembaga Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, dan Kelompok
Bermain Kuda pada aspek teknologi dengan item penggunaan aplikasi grup whatsapp untuk
memudahkan komunikasi guru dan orang tua murid terkait informasi perkembangan anak.
Berdasarkan penelitian Fitri (2019) mengatakan bawa melalui group whatapp ini guru
mampu menyampaikan informasi secara langsung dan menyeluruh tentang aktivitas anak di
sekolah. Menyampaikan informasi adalah bentuk dari komunikasi, sementara komunikasi
berarti membangun interaksi antara orang tua dan guru. Komunikasi antara orang tua dan
guru bertujuan untuk membangun kerjasama atau partnership untuk mengoptimalkan
perkembangan anak. Penyampaian informasi melalui grup whatsapp ini dimaksudkan agar
apa yang disampaikan oleh guru bisa mudah dan cepat tersampaikan kepada orang tua.
Selain itu, untuk memberikan informasi proses belajar anak di sekolah. Setiap hari guru selalu
mengirim foto kegiatan anak di sekolah disertai dengan sedikit penjelasan tentang tema yang
diajarkan. Guru akan mengambil gambar siswa saat sedang membuat karya, karya yang
sudah jadi kemudian di foto oleh guru dan dikirim ke group whatsapp. Selain penyampaikan
informasi perkembangan akademik dengan hasil rapot seta pertemuan dengan orang tua murid,
guru bisa memanfaatkan aplikasi grup whatApp untuk menjalin komunikasi dan menjain
silaturahmi bersama orang tua murid.

Ancaman

Seperti tampak data-data di atas, bahwa penyumbang/ kontributor utama ancaman


terbesar yaitu ada 2 lembaga, Lembaga Kelompok Bermain Kucing dan Kelompok Bermain
Kuda pada aspek sosial dengan item ketidakpuasan orang tua terhadap sarana dan prasarana
yang belum memadai. Berdasarkan penelitian Hakim (2018) mengatakan bahwa perlunya

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 58

peningkatan sarana dan prasarana yang belum lengkap di lembaga agar berjalan dengan
lancar pada proses belajar mengajarnya. Walaupun orangtua merasa puas terhadap prasarana
yang ada, akan tetapi masih ada beberapa yang perlu diakan di lembaga. Orang tua masih
menginginkan adanya pengadaan sarana dan prasarana yang belum ada di lembaga.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama ancaman terbesar yaitu semua lembaga,
ada Lembaga kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, dan Kelompok
Bermain Kuda pada aspek lingkungan dengan item adanya persaingan antar lembaga PAUD.
Berdasarkan penelitian Pratiwi & Munastiwi (2020) mengatakan bahwa maraknya sekolah-
sekolah yang menawarkan ciri khusus seperti sekolah yang dominan keagamaan, sekolah
bernuansa alam, dan sekolah multi bahasa. Maka merencanakan strategi pemasaran
merupakan solusi awal untuk menghadapi persaingan jasa pendidikan anak usia dini.
Kemudian penyumbang/ kontributor utama ancaman terbesar yaitu semua lembaga,
ada Lembaga kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, dan Kelompok
Bermain Kuda pada aspek ekonomi dengan item kenaikan harga barang. Berdasarkan
penelitian Ferdi (2013) mengatakan bahwa harga barang tiap tahun berubah terjadi kenaikan
harga barang setiap tahunnya. Setiap lembaga mengawatirkan adanya perubahan harga setiap
tahunnya, dengan adanya perubahan harga lembaga merasa harus menaikkan anggaran
untuk pegadaan sarana dan prasarana.

Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang sudah dipaparkan di atas, pada faktor internal, terdapat
dua lembaga menunjukkan kategori kuat dan satu lembaga menunujukkan kategori lemah.
Dua lembaga kelompok bermain yang menunjukkan kategori kuat pada faktor internal yaitu
Lembaga Kelompok Bermain Kelinci, Kelompok Bermain Kucing, kemudian satu Lembaga
Kelompok Bermain Kuda berada dikategori lemah. Pada faktor eksternal, satu lembaga
kelompok bermain berada di kategori kuat dan dua lemaga berada dikategori lemah. Satu
lembaga yaitu Lembaga Kelompok Bermain Kelinci berada dikategori kuat, kemudian
Lembaga Kelompok Bermain Kucing dan Kelompok Bermain Kuda Berada dikategori
lemah.

Daftar Pustaka
Agustriani, J., Wulandari, Y., & Wulandari, R. (2022). Pengelolaan Sarana Dan Prasarana
Kelompok Bermain (KB). Jurnal Multidisipliner Kapalamada, 1(03 July), 351–362.

Anggraini, E. S., & Batubara, L. (2021). Evaluasi Pemenuhan Standar Minimal Sarana Dan
Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Usia Dini, 7(1), 20.
https://doi.org/10.24114/jud.v7i1.25785

Aprilyani, T., & Anwar, Q. K. (2021). Manajemen berbasis masyarakat dalam pengelolaan
PAUD. Journal of Nusantara Education, 1(1), 9-18.

Arikunto, S. (1993). Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Azwar, S. (2019). Reliabilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.


Azzahra, I. M., Diana, R. R., & Nirwana, E. S. (2022). Learning facilities and infrastructure
based on the characteristics of Children with Special Needs in inclusive education. 5(2), 169–190.

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD
Nur Afifah1, Ali Formen2
59

Binsa, U. H. (2021). Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan Anak Usia Dini di TK


Pelangi Anak Negeri Yogyakarta. Jurnal CARE, 8(2), 1–10.

David, F. R. (2004). Manajemen Strategis: Konsep. Edisi ketujuh. PT. Prenhallindo, Jakarta.

David, F. R., David, F. R., & David, M. E. (2017). Strategic management: concepts and cases: A
competitive advantage approach. Pearson.

Eka Sri Hendayani. (2012). Utilization of Educational Game Tools (APE) in Learning PAU
Seatap Margaluyu, Cipatat District, West Bandung Regency. Journal of Chemical
Information and Modeling, 1(9), 92–104.
Fatah, E. R. (2015). Pengaruh Daya Dukung Pembelajaran Terhadap Motivasi Belajar Dan
Kedisiplinan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Program Studi Teknik
Ketenagalistrikan Smkn 2 Garut: Studi pada Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik.
Universitas Pendidikan Indonesia.

Fitriani. (2015). Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Di Taman Kanak-Kanak


(Tk) Se-Kecamatan Banguntapan Yang Berakreditasi “a.” Skiripsi S1 Jurusan
Administrasi, 1–16.

Fitri. (2019). Pemanfaatan Grup Whatsapp Sebagai Media Informasi Proses Belajar Anak Di
Kb Permata Bunda. Journal Of Early Childhood Islamic Education.

Hadiansyah, A., Fidesrinur, F., & Firmiana, M. E. (2017). Strategi Pemberdayaan


Masyarakat dalam Pendirian Lembaga PAUD. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri
Humaniora, 3(1), 55-68.

Hadi, A. (2013). Konsep Analisis Swot Dalam Peningkatan Mutu Lembaga Madrasah. Jurnal
Ilmiah Didaktika, 14(1), 143–158. https://doi.org/10.22373/jid.v14i1.494

Huliyah, M. (2016). Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Guru Raudlatul
Athfal, 1(1), 60–71. https://doi.org/10.17509/jpa.v1i1.7159

Husein, O. F., Husein, T. N., Gardner, R., Chiang, T., Larson, D. G., Obert, K., Thompson,
J., Trudeau, M. D., Dell, D. M., & Forrest, L. A. (2008). Formal psychological testing
in patients with paradoxical vocal fold dysfunction. The Laryngoscope, 118(4), 740–747.

Jatmiko, R. D. (2003). Manajemen Strategik, Edisi Pertama. UMM Press, Malang.

Musnar Indra Daulay. (2018). Kepuasan Orang Tua Terhadap Layananpendidikan Lembaga
Paud Di Tk Qurrota Ayunpekanbaru. Kindergarten: Journal of Islamic Early
Childhood Education

Nisak, Z. (2013). Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Kompetitif. Academia, 468–476.

Nurhasanah, N. (2019). Pengembangan Sarana Kegiatan Dan Sumber Belajar Di Taman


Kanak-Kanak. Didaktika, 12(1), 46. https://doi.org/10.30863/didaktika.v12i1.175

Pratiwi, I., & Munastiwi, E. (2020). Analisis Strategi Management Pemasaran PAUD. 5(2).

ISORA, Open Access Journal: https://isora.tpublishing.org/index.php/isora


ISORA 60

Rahayu, S. (2019). Management of educational facilities and infrastructure. Jurnal Isema :


Islamic Educational Management, 4(1), 77–92. https://doi.org/10.15575/isema.v4i1.5645
Rahmiga, S. (2019). Kurangnya Sarana Dan Prasarana Belajar Di Sekolah. INA-Rxiv,
December, 6.

Siagian, S. P. (1995). Manajemen stratejik.

Sugiyono, P. D. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Tesis dan Disertasi,
Bandung: Alfabeta.

Sutrisno, E. (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta. Kencana Prenada Media
Group.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 tahun 2014

Pearce, R. (1997). Teaching Ethics Seriously: Legal Ethics as the Most Important Subject in
Law School. Loy. U. Chi. LJ 29 (1997): 179.
Riyanto, S. (2018). Pengambilan Keputusan Strategis Berbasis EFAS/IFAS/SFAS dan AHP.
Bandung: Paramedia Komunikatama.

Penggunaan Matrik IFAS dan EFAS untuk Analisis SWOT Sarana dan Prasarana di Satuan PAUD

Anda mungkin juga menyukai