133-Article Text-198-1-10-20180807

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

PANDANGAN ULAMA KONTEMPORER TERHADAP JUAL BELI SALAM PADA

ZAMAN MODERN DILIHAT


DARI EKONOMI ISLAM

Wahida Z
STAI Syekh Abdur Rauf Aceh Singkil
Email : Wahida2112@Yahoo.com

Abstract
In the sale and purchase agreement as-salam in modern times have differences with the sale
and purchase agreement as-salam in the classical period. In the sale and purchase agreement
of as-salam in modern times the concept of khiyar remains enforced but only with khiyar terms
and khiyar ‘disability, because khiyar assemblies are not possible, involving long distances and
the short period of order with modern systems. While in the sale and purchase transactions
regards in the third classical khiyar remain valid, because in conducting transactions buyers
and sellers directly meet at the place of agreement. This study also discusses the guarantee in
the sale and purchase agreement of as-salam in modern times reviewed according to Islamic
law that the law is mandatory. Majority of contemporary scholars allow to guarantee in the
sale and purchase agreement of as-salam, in order to help eliminate the burden of self-indebted
people and aims to avoid hostilities, fights, and fraud between both parties.

Kata kunci : Contemporary scholars, selling as-salam, Islamic Economics

Abstrak
Dalam perjanjian jual beli as-salam di zaman modern memiliki perbedaan dengan perjanjian
jual beli as-salam pada periode klasik. Dalam perjanjian jual beli as-salam di zaman modern
konsep khiyar tetap ditegakkan tetapi hanya dengan istilah khiyar dan khiyar ‘cacat, karena
majelis khiyar tidak mungkin, melibatkan jarak jauh dan periode pendek ketertiban dengan
sistem modern. Sedangkan dalam transaksi jual beli transaksi dalam khiyar klasik ketiga tetap
berlaku, karena dalam melakukan transaksi pembeli dan penjual langsung bertemu di tempat
perjanjian. Penelitian ini juga membahas tentang jaminan dalam perjanjian jual beli as-salam
di zaman modern yang dikaji ulang menurut hukum Islam bahwa hukum itu wajib. Mayoritas
sarjana kontemporer memungkinkan untuk menjamin dalam perjanjian jual beli as-salam, untuk
membantu menghilangkan beban orang yang berhutang pada diri sendiri dan bertujuan untuk
menghindari permusuhan, perkelahian, dan penipuan antara kedua belah pihak.

Kata kunci: Ulama kontemporer, menjual as-salam, Ekonomi Islam

A. Pendahuluan pada zaman modern ini dapat dilakukan


Salah satu jual beli yang sekarang secara online dengan menggunakan media
banyak digunakan oleh masyarakat luas yaitu internet, atau telepon, dan ada juga sebagian
jual beli dalam bentuk salam pada zaman masyarakat menggunakan pemesanan lewat
modern (model baru). Jenis transaksi salam katalog seperti produk Sophiemartine. Jual

73
beli salam modern merupakan transaksi yang ditinjau menurut hukum Islam
dapat dilakukan dengan cara/model terbaru
yang lebih cepat, mudah, murah, serta praktis, D. Pembahasan
sehingga dapat membuat pembeli tertarik 1. Pengertian Jual Beli As-salam
untuk menggunakannya, dan biasanya jual Jual beli dalam istilah fiqh disebut
beli ini lebih baik dari yang lama. dengan ‫ البيع‬yang berarti “menjual”,
Kemajuan teknologi sekarang ini mengganti, dan menukar sesuatu dengan
semakin mempermudah kehidupan manusia sesuatu yang lain. Lafal ‫ الباع‬dalam bahasa
terutama dalam hal jual beli. Namun, bukan Arab terkadang digunakan untuk pengertian
berarti cara seperti ini tanpa masalah dan yang sebaliknya, yaitu kata ‫ الشراع‬yang berarti
kendala. Salah satu hal yang harus disadari “beli”. Dengan demikian, kata ‫ البيع‬berarti
bahwa sebelum terjadinya transaksi ada “jual”, tetapi sekaligus juga berarti “beli”.1
baiknya pembeli berhati-hati dalam memilih Sedangkan secara terminology, para
kualitas produk dan perusahaannya, karena di ulama’ fiqh mengemukakannya dengan
zaman modern sekarang ini semakin canggih beberapa definisi yang berbeda, meskipun
cara yang digunakan maka semakin besar pula substansi dan tujuannya sama. Ulama’
peluang kejahatan yang muncul. Hal ini juga Hanafiyah mendefinisikannya jual beli adalah
disebabkan karena penjual dan pembeli tidak Saling menukar harta dengan harta melalui
bertemu secara langsung. cara tertentu”
B. Rumusan Masalah Dalam dua definisi ini terkandung
Berdasarkan latar belakang yang arti bahwa cara khusus yang dimaksudkan
penulis paparkan di atas maka yang menjadi oleh ulama’ Hanafiyah adalah melalui ijab
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul
1. Bagaimanakah pandangan Ulama (pernyataan menjual dari penjual), atau juga
terhadap jual beli salam pada zaman boleh melalui saling memberikan barang dan
modern? harga dari penjual dan pembeli. Akan tetapi
2. Bagaimana jaminan dalam akad jual harta yang diperjual belikan haruslah yang
beli salam pada zaman modern dilihat bermanfaat bagi manusia. Apabila jenis-jenis
dari Ekonomi Islam? barang seperti itu tetap diperjual-belikan,
B. Tujuan Penelitian menurut ulama’ Hanafiyah, jual belinya tidak
Berdasarkan rumusan masalah sah. Sedangkan menurut ulama Malikiyah,
di atas, maka dapat diambil suatu Syafi’iyah, dan Hanabilah, jual beli adalah
tujuan masalah dalam penelitian ini Saling menukar harta dengan harta dalam
adalah: bentuk pemindahan milik dan pemilikan.2
1. Untuk mengetahui pandangan Ulama
Kontemporer terhadap jual beli salam 2. Dasar Hukum Salam
pada zaman modern.
1 Nasrun Horoen, Fiqh Muamalah, (Jakarta:
2. Untuk mengetahui jaminan dalam akad Gaya Media Pratama, 2007), Cet. II, hlm. 111
jual beli salam pada zaman modern 2 Nasrun Horoen, Fiqh Muamalah…, hlm.
112

74 | AT-TASYRI’: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


Adapun landasan hukum Islam Abdullah bin Katsir menceritakan dari Abu
mengenai jual beli salam adalah : Al-Minhal, ia berkata: aku mendengar Ibnu
1. Al-Quran Abbas RA, berkata: ketika Rasulullah SAW
datang ke kota Madinah, penduduknya
    menerapkan sistem salaf dalam transaksi
     buah kurma kering selama dua dan tiga tahun.
... Maka Rasulullah SAW. bersabda, “Barang
siapa yang melakukan transaksi salaf (salam),
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, maka sebaiknya dilakukan pada takaran
apabila kamu bermu’amalah atau timbangan tertentu, hingga batas waktu
tidak secara tunai untuk waktu tertentu pula.” (HR. Al-Bukhari).
yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya...” (Q.S. al-Baqa Penjelasan hadist Rasulullah SAW,
rah: 282). muncul ketika beliau pertama kali tiba di
Madinah saat hijrah, di mana pada saat itu
Kata dain pada ayat di atas berarti beliau melihat sebagian penduduk Madinah
transaksi yang dilakukan atas barang tidak telah melakukan akad jual beli salam.
secara tunai dengan jaminan. Selama kriteria Rasulullah SAW, membolehkan jual beli
barang tersebut diketahui dengan jelas dan salam, karena sistem salam ini bergantung
menjadi tanggungan pihak penjual, dan kepada jaminan dan bukan kepada barang
pembeli yakin akan dipenuhi kriteria tersebut yang diperjual belikan.
3

oleh penjual pada waktu yang ditentukan. Dalam hal ini, ternyata ada sebagian
yang tidak sependapat dengan jual beli salam
2.    Hadist di atas, karena menurut pandangan ushul
Dasar hukum dari As-Sunnah, di fiqh, jika ditinjau secara metodologi, jual beli
antaranya hadist dalam Shahih Bukhari dan pesanan ini tidak sejalan dengan kaidah umum
Shahih Muslim: (qiyas al-‘am) yang berlaku dalam jual beli.

3. Syarat-syarat Salam
ُ ‫اهلل بْ َن َكثِ ٍري ُيَد‬
‫ِّث‬ ِ ‫بد‬ َ ‫ َِس َع َع‬،‫يح‬ ٍ ‫َع ِن اب ِن أَِب َِن‬ Jual beli salam memiliki
:‫ول‬ُ ‫ابن َعبٍَّاس يـَُق‬ ِ َ َ‫ ق‬،‫عن أَِب املِنه ِال‬ beberapa ketentuan (persyaratan)
َ ‫عت‬ ُ ‫ َس‬:‫ال‬ َ َ yang harus diindahkan. Persyaratan-
‫صلَى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَم امل ِديـْنَةَ َوُه ْم‬ َ َ ‫قَ ِد َم َر ُس‬
‫ول اهلل‬ persyaratan tersebut bertujuan untuk
َ ِ َ‫اسنَت‬ ِ ِ
‫ َم ْن‬:‫ال‬ َ ‫ �فََق‬،‫ث‬ َ َ‫ني َوالثَّال‬ َّ ‫َّما ِر‬
َ ‫يُ ْسل ُفو َن ْف الت‬ mewujudkan maksud dan hikmah
‫ف ِف َكْي ٍل َم ْعلُ ٍوم أ َْوَوْزٍن َم ْعلُ ْوٍم إِ َل‬ ِ
ْ ‫ف فَليُ ْسل‬ َ َ‫َسل‬ْ‫أ‬
dari disyari’atkannya salam, serta
menjauhkan akad salam dari unsur
)‫ (رواه البخارى‬.‫َج ٍل َم ْعلُ ٍوم‬ َ‫أ‬ riba dan gharar (untung-untungan/

Dari Ibnu Abu Najih, ia mendengar 3 Nasrun Horoen, Fiqh Muamalah…,hlm.


628.

Pandangan Ulama Kontemporer …, | 75


spekulasi) yang dapat merugikan salah diperjual belikan dengan cara salam,
satu pihak, syarat-syarat salam ini di karena itu termasuk jual beli gharar
antaranya ialah : 4 (untung-untungan).
3. Penyebutan kriteria barang pada saat
1. Pembayaran dilakukan di muka akad dilangsungkan.
(kontan). Pada akad salam berlangsung,
Sebagaimana dapat dipahami penjual dan pembeli berkewajiban
dari namanya, yaitu as-salam yang untuk menyepakati kriteria barang
berarti penyerahan, atau as-salaf, yang dipesan. Kriteria yang dimaksud
yang artinya mendahulukan, maka di sini ialah segala hal yang
para ulama telah menyepakati bahwa bersangkutan dengan jenis, macam,
pembayaran pada akad as-salam harus warna, ukuran, jumlah barang serta
dilakukan di muka atau kontan, tanpa setiap kriteria yang diinginkan dan
ada sedikitpun yang terhutang atau dapat mempengaruhi harga barang.
ditunda. 4. Penentuan tempo penyerahan barang
2. Dilakukan pada barang-barang yang pesanan.
memiliki kriteria jelas. Tidak aneh bila pada akad
Telah diketahui bahwa salam, kedua belah pihak diwajibkan
akad salam ialah akad penjualan untuk mengadakan kesepakatan
barang dengan kriteria tertentu dan tentang tempo pengadaan barang
pembayaran di muka. Maka menjadi pesanan. Dan tempo yang disepakati
suatu keharusan apabila barang yang menurut kebanyakan ulama
dipesan adalah barang yang dapat haruslah tempo yang benar-benar
ditentukan melalui penyebutan kriteria. mempengaruhi harga barang.
Penyebutan kriteria ini bertujuan untuk 5. Barang pesanan tersedia di pasar pada
menentukan barang yang diinginkan saat jatuh tempo.
oleh kedua belah pihak, seakan-akan Pada saat menjalankan akad
barang yang dimaksud ada dihadapan salam, kedua belah pihak diwajibkan
mereka berdua. Dengan demikian, untuk memperhitungkan ketersedian
ketika jatuh tempo, diharapkan tidak barang pada saat jatuh tempo.
terjadi percekcokan kedua belah pihak Persyaratan ini demi menghindarkan
atas barang yang dimaksud. akad salam dari praktek tipu-menipu
Adapun barang-barang yang dan untung-untungan, yang keduanya
tidak dapat ditentukan kriterianya, nyata-nyata diharamkan dalam syariat
misalnya: kulit binatang, sayur- Islam.
mayur dan lain-lain, maka tidak boleh 6. Barang pesanan adalah barang yang
pengadaannya dijamin pengusaha.
4 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an di
bawah naungan Al-Qur’an, (Terj. As’ad Yasin, Abdul Yang dimaksud dengan
Aziz) (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm. 221- barang yang terjamin adalah barang
222.

76 | AT-TASYRI’: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


yang dipesan tidak ditentukan selain hewan dan ini adalah pendapat Ibnu Mas`ud.
kriterianya. Adapun pengadaannya, Para Imam Mazhab berbeda pendapat
maka diserahkan sepenuhnya tentang jual beli secara salam pada barang-
kepada pengusaha, sehingga ia barang yang dapat dihitung, tetapi satuannya
memiliki kebebasan dalam hal dapat berlebih dan berkurang keadaannya,
tersebut. Pengusaha berhak untuk seperti buah delima dan semangka. Hanafi
mendatangkan barang dari ladang berpendapat tidak boleh salam padanya, baik
atau persedian yang telah ada, atau secara ditimbang maupun dihitung. Maliki
dengan membelinya dari orang lain. berpendapat boleh secara mutlak. Syafi’i,
Persyaratan ini bertujuan untuk boleh dengan cara ditimbang. Sedangkan dari
menghindarkan akad salam dari unsur Hanbali boleh dengan cara dihitung secara
gharar (untung-untungan), sebab mutlak.6
bisa saja kelak ketika jatuh tempo, Silang pendapat di antara fuqaha juga
pengusaha dikarenakan suatu hal terjadi dalam hal telur, air susu, dan lainnya.
tidak bisa mendatangkan barang dari Imam Abu Hanifah tidak membolehkan salam
ladangnya, atau dari perusahaannya. pada telur, daging dan kerikil sedangkan Imam
Malik membolehkannya dengan hitungan.
4. Objek Salam Imam Malik juga membolehkan salam pada
Fuqaha telah bersepakat pendapat perhiasan-perhiasan besar dan permata-
bahwa obyek salam boleh pada setiap barang permata, tetapi Imam Syafi`i melarangnya.
yang ditakar atau ditimbang dan mereka juga Dengan demikian, secara umum obyek
sepakat tentang dilarangnya salam terhadap salam sebagaimana yang telah dijelaskan di
barang-barang yang tidak berada dalam atas dapat dikalkulasikan secara singkat, yaitu
tanggungan yakni rumah dan tanah-tanah. Dan benda-benda yang dapat dihitung jumlahnya,
mereka berselisih pendapat tentang barang- benda-benda yang dapat diketahui jenisnya
barang selain dari pada itu, yakni barang- dan benda-benda yang dapat ditimbang
barang dagangan dan hewan.5 beratnya. Maka itulah yang bisa dijadikan
Selanjutnya, mereka juga berbeda sebagai objek salam.
pendapat tentang mana yang dapat ditentukan
dan tidak dapat ditentukan dengan sifat, 5. Tujuan Salam
diantaranya ialah hewan dan hamba. Imam Tujuan utama jual beli salam ini
Malik, Asy-Syafi`i, al-Auza`i dan al-Laits adalah untuk saling membantu antara
berpendapat bahwa salam pada kedua perkara konsumen dan produsen. Kadangkala barang
tersebut dibolehkan. Pendapat seperti ini juga yang dijual oleh produsen tidak memenuhi
dikemukakan oleh Ibnu Umar dari kalangan selera konsumen. Untuk membuat barang-
sahabat. Sedangkan Imam Abu Hanifah, ats- barang yang sesuai dengan selera konsumen,
Tsauri, dan fuqaha irak melarang salam pada
6 Al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman
5 Ibnu Rusyd, Terjemah Bidayatu `I-Mujtahid, ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab (Bandung: Hasyimi
(Semarang : As-Syifa`, 1990), Cet.I, hlm. 156. Press, 2001), hlm. 246.

Pandangan Ulama Kontemporer …, | 77


produsen harus memerlukan modal terlebih dijadikan penguat atau peneguh kepercayaan
dahulu atau pembayarannya dapat diberikan dalam utang-piutang.8
di muka. Oleh sebab itu, dalam rangka saling Dalam fiqh juga dibahas masalah
membantu, konsumen bersedia membayar kafalah. Secara bahasa, kafalah berarti
uang barang yang dipesan itu ketika akad dhammu (menggabungkan). Sedangkan
sehingga produsen boleh membeli bahan secara syara’ kafalah bermakna penggabungan
dan mengerjakan barang yang dipesan oleh tanggungan seorang kafiil dengan tanggungan
konsumen. seorang ashiil untuk memenuhi tuntutan
Pada penjelasan di atas dapat dipahami dirinya, atau utang, atau barang, atau suatu
bahwa, pelaksanaan jual beli pesanan (salam) pekerjaan.9
bertujuan untuk saling membantu antara Rukun kafalah menurut Imam Abu
si pembeli dan si penjual. Sistem salam ini Hanifah dalam buku karangan Wahbah Az-
diadakan guna untuk kebutuhan pribadi Zuhaili adalah ijab qabul, maksudnya ijab
konsumen dan barang-barang seperti ini dari pihak kafiil (penjamin) dan qabul dari
biasanya disebut dengan barang-barang yang ad-Daa’in (pihak yang berpiutang atau yang
mendesak sesuai dengan keinginan konsumen. memiliki hak, makful lahu). Berdasarkan hal
Dalam jual beli ini hendaklah telebih dahulu di atas, maka kafalah sah hanya dengan ijab
pembeli memberikan modalnya kepada dari pihak kafiil saja.10
penjual untuk mempermudah dan melancarkan Di dalam jaminan ada beberapa syarat
usahanya. Apabila saat jatuh tempo tiba yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut
pihak penjual harus bertanggung jawab atas yaitu:
barang yang telah dipesan tersebut. Artinya 1. Kafiil adalah orang yang berkewajiban
pada saat jatuh tempo barang yang dipesan untuk memenuhi tuntutan makful bihi
sudah dapat diberikan kepada si pembeli dan (orang yang ditanggung). Seorang kafiil
sekiranya barang yang dipesan belum selesai diharuskan memenuhi kriteria baligh,
dibuat maka pihak pembeli berhak untuk berakal, berwenang penuh atas urusan
memilih apakah akan meneruskan kembali hartanya, dan rela dengan adanya kafalah.
atau meminta kembali uangnya (membatalkan Tidak dibolehkan seorang yang gila dan
akad). anak kecil, walaupun anak kecil itu sudah
dapat membedakan sesuatu. Atau dengan
6. Jaminan dalam Akad Jual Beli Salam kata lain, kafiil adalah pihak yang dituntut
Pada dasarnya istilah jaminan itu atau ditagih untuk membayarkan hak harta
berasal dari kata “jamin” yang berarti, yang menjadi tanggungan pihak yang
“tanggung”, sehingga jaminan dapat diartikan berutang yang dijaminnya.
sebagai tanggungan.7 Saliman Jaminan yang
8 Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam,
dimaksud adalah adanya suatu barang yang (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2001) hlm. 229.
9 Sudarsono, Dasar-dasar Agama…, hlm.
303.
7 Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis 10 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa
Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta: Adillatuhu, Cet, I (Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk.),
Kencana, 2006), Cet. II, hlm. 19. Jilid 6, (Jakarta: Gema Insani, 2011), hlm. 38.

78 | AT-TASYRI’: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


2. Ashiil adalah orang yang berutang yang tunai, bukan cek mundur. Jika harga
akan ditanggung. Seorang ashiil tidak yang diserahkan oleh pemesan adalah
disyaratkan baligh, hadir, dan rela dengan cek mundur, maka jual beli pesanan
adanya kafalah. Bahkan ashiil berlaku batal, karena modal untuk membantu
pada anak kecil, orang gila dan yang tidak produsen tidak ada. Berbeda dengan
hadir. jual beli biasa, harga yang diserahkan
3. Makful lahu atau ad-Daa’in, adalah orang boleh saja berbentuk cek mundur.
yang memberikan utang atau pihak yang 3. Pihak produsen tidak dibenarkan
berpiutang yang diberi jaminan, yaitu menyatakan bahwa uang pembeli
pihak yang memiliki hak yang dijamin. dibayar kemudian, karena jika ini
Pihak penjamin disyaratkan untuk terjadi maka jual beli ini tidak lagi
mengenalnya, karena manusia berbeda- bernama jual beli salam. Sedangkan
beda dalam tuntutan yang mudah dan dalam jual beli biasa, pihak produsen
sulit. Hal itu dimaksudkan agar jaminan boleh berbaik hati untuk menunda
tidak menjadi kemudharatan. Juga tidak penerimaan harga barang ketika
disyaratkan mengetahui sesuatu yang barang telah selesai dan diserahkan.
menjadi tanggungan (madhmun anhu). 4. Menurut ulama Hanafiyah, modal
4. Makful bihi adalah objek (orang, barang, atau harga beli boleh dijamin oleh
atau pekerjaan) atau sesuatu yang dijamin seseorang yang hadir pada waktu akad
oleh makful anhu (orang yang ditanggug) dan penjamin itu bertanggung jawab
yaitu berupa harta atau jiwa yang dijamin. membayar harga itu ketika itu juga.
Akan tetapi, menurut Zufar ibn Huzail,
7. Perbedaan Antara Jual Beli Salam pakar fiqh Hanafi, harga itu tidak boleh
dan Jual Beli Biasa dijamin oleh seseorang, karena adanya
         Ada beberapa perbedaan antara jual beli jaminan ini akan menunda pembayaran
salam dan jual beli biasa yang dikemukakan harga yang seharusnya dibayar tunai
para ulama fiqh, diantaranya adalah:11 pada waktu akad. Dalam jual beli biasa,
1. Harga barang dalam jual beli salam persoalan harga yang dijamin oleh
tidak boleh dirubah dan harus seseorang atau dibayar dengan borog
diserahkan seluruhnya waktu akad (barang jaminan) tidaklah menjadi
berlangsung. Berbeda dengan biasa, masalah asal keduanya sepakat.
pembeli boleh saja membayar barang             Persoalan lain dalam masalah jual beli
yang ia beli dengan utang penjual pada pesanan adalah masalah penyerahan barang
pembeli. Dalam artian, utang dianggap ketika tenggang waktu yang disepakati jatuh
lunas dan barang diambil oleh pembeli. tempo. Dalam hal ini, para ulama fiqh sepakat
2. Harga yang diberikan berbentuk uang menyatakan bahwa pihak produsen wajib
menyerahkan barang itu jika waktu yang
11 Syarifuddin Anwar & Mishbah Musthafa, disepakati telah jatuh tempo dan di tempat
Kifayatul Akhyar (Kelengkapan Orang Saleh), yang disepakati pula. Akan tetapi, jika barang
(Surabaya: CV. Bina Iman, 2003) hlm.151

Pandangan Ulama Kontemporer …, | 79


sudah diterima pemesan dan ternyata ada cacat internet. Fungsi utama internet
atau tidak sesuai dengan ciri-ciri yang dipesan, adalah sebagai media atau sarana
maka dalam kasus seperti ini pihak konsumen yang mewadahi komersial dalam
boleh menyatakan apakah ia menerima atau menawarkan produk-produk tertentu.
tidak, sekalipun dalam jual beli seperti ini Berbisnis melalui media
hak khiyar tidak ada. Pihak konsumen boleh internet memang telah terbukti sangat
meminta ganti rugi atau menuntut produsen mudah. Oleh sebab itu, jual beli salam
untuk memperbaiki barang itu sesuai dengan melalui internet ini lebih banyak
pesanan. digunakan para pengusaha terutama
produsen yang bertujuan untuk
E. Hasil Penelitian mempromosikan berbagai macam
1. Praktek Jual Beli Salam pada Masa produk atau model-model barang
Modern di Lihat Dari Ekonomi terbaru di perusahaannya yang sesuai
Islam. dengan kebutuhan si pembeli. Jual
Praktek jual beli salam beli dengan cara internet, konsumen
modern adalah jual beli pesanan yang dapat melihat langsung contoh
sekarang sudah banyak dilakukan barangnya dalam bentuk gambar yang
oleh masyarakat luas. Salam pada ditampilkan dilayar komputer, barang
masa modern ini semakin marak yang dijual sesuai dengan keiinginan
dikalangan masyarakat karena sistem masing-masing konsumen, baik dari
yang digunakan sangat mudah, cepat, bentuk barang, ciri-ciri serta harganya
murah, dan juga lebih praktis. Model yang sudah dijelaskan secara mendetail
jual beli salam pada masa modern saat oleh setiap produsen perusahaan.
ini, lebih terlihat dalam pembelian
alat-alat furniture, seperti: kursi tamu, 2. Pandangan Ulama Kontemporer
tempat tidur, lemari pakaian, dan dalam Akad Jual Beli Salam pada
lemari dapur. Barang-barang seperti Masa Modern Dilihat Menurut
ini, biasanya dipesan sesuai dengan Perspektif Hukum Islam.
selera konsumen dan kondisi rumah Berikut adalah Fatwa MUI Tentang Jual
konsumen. Oleh sebab itu, dalam jual Beli Salam : Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
beli pesanan hal ini boleh dilakukan, No: 05/Dsn-Mui/Iv/2000 Tentang Jual Beli
dengan syarat harga barang-barang Salam Menetapkan : Fatwa Tentang Jual Beli
tersebut dibayar terlebih dahulu.12 Salam
Dalam praktek jual beli salam Pertama : Ketentuan tentang Pembayaran
modern ini penulis hanya mengambil 1. Alat bayar harus diketahui jumlah dan
tiga contoh. Pertama yaitu jual beli bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
online yang menggunakan media manfaat.
2. Pembayaran harus dilakukan pada saat
12 Nasrun Horoen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: kontrak disepakati.
Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 146.

80 | AT-TASYRI’: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


3. Pembayaran tidak boleh dalam bentuk rela menerimanya, maka ia memiliki dua
pembebasan hutang. pilihan:
Kedua : Ketentuan tentang Barang a. membatalkan kontrak dan meminta
1. Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui kembali uangnya,
sebagai hutang. b. menunggu sampai barang tersedia.
2. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. Kelima : Pembatalan Kontrak
3. Penyerahannya dilakukan kemudian. Pada dasarnya pembatalan salam boleh
4. Waktu dan tempat penyerahan barang harus dilakukan, selama tidak merugikan kedua
ditetapkan berdasarkan kesepakatan. belah pihak.
5. Pembeli tidak boleh menjual barang Keenam : Perselisihan
sebelum menerimanya. Jika terjadi perselisihan di antara kedua
6. Tidak boleh menukar barang, kecuali belah pihak, maka persoalannya diselesaikan
dengan barang sejenis sesuai kesepakatan. melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak
Ketiga : Ketentuan tentang Salam Paralel tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan Ditetapkan di : Jakarta
syarat: Tanggal : 29 Dzulhijjah 1420 H / 4 April 2000
a. Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan M
b. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama Jual beli salam modern dalam
sah. konteks hukum Islam hukumnya
Keempat : Penyerahan Barang Sebelum atau mubah (boleh), selama dalam jual
pada Waktunya beli tersebut tidak mengandung unsur
1. Penjual harus menyerahkan barang tepat penipuan, dan kemudharatan.
pada waktunya dengan kualitas dan jumlah Kemudian barang yang dijual
yang telah disepakati. sesuai dengan informasi yang telah ada
2. Jika penjual menyerahkan barang dengan dan sudah disediakan oleh si penjual.
kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak Dalam hal ini, penjual dan pembeli
boleh meminta tambahan harga. bertransaksi hanya berdasarkan
3. Jika penjual menyerahkan barang dengan kepercayaan dan amanah, sedangkan
kualitas yang lebih rendah, dan pembeli kemungkinan adanya hal-hal yang
rela menerimanya, maka ia tidak boleh tidak diinginkan dalam berlangsungnya
menuntut pengurangan harga (diskon). transaksi jual beli sangat diperlukan
4. Penjual dapat menyerahkan barang lebih prinsip kehati-hatian dalam memilih
cepat dari waktu yang disepakati dengan produk atau barang, serta pengetahuan
syarat kualitas dan jumlah barang sesuai yang cukup, tujuannya agar terhindar
dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh dari aspek penipuan dan kemungkinan
menuntut tambahan harga. lainnya, karena semua bentuk jual beli,
5. Jika semua atau sebagian barang tidak apapun itu, mengandung resiko baik
tersedia pada waktu penyerahan, atau bagi konsumen maupun produsen.
kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak

Pandangan Ulama Kontemporer …, | 81


3. Jaminan dalam Akad Jual Beli Salam terhadap cacat-cacat tersembunyi pada
pada Masa Modern Menurut Hukum barang yang dijualnya yang membuat barang
Islam. tersebut tak dapat dipakai oleh konsumen
Pada masa modern tentang jaminan untuk keperluannya atau yang mengurangi
jual beli salam telah di atur dalam ketentuan pemakaian itu, sehingga seandainya si pembeli
pasal 1131 yang menyatakan bahwa, “Segala mengetahui cacat tersebut, ia sama sekali
kebendaan si berutang (debitur), baik yang tidak akan membeli barang itu atau tidak akan
bergerak maupun yang tidak bergerak, baik membelinya selain dengan harga yang kurang.
yang sudah ada maupun yang baru akan ada Penjual diwajibkan menanggung
dikemudian hari, menjadi jaminan suatu terhadap cacat yang tersembunyi, meskipun
segala perikatan pribadi debitur tersebut.”13 ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat pada
Pasal 1131 KUH perdata tersebut barang itu, kecuali jika ia dalam hal demikian
mengandung asas bahwa setiap orang telah minta diperjanjikan bahwa ia tidak
bertanggung jawab terhadap utangnya, diwajibkan menanggung sesuatu apapun.
tanggung jawab yang mana berupa penyediaan Akan tetapi jika si penjual sudah mengetahui
kekayaannya baik benda bergerak maupun ada cacat pada barang itu, maka si pembeli
benda tak bergerak, jika perlu dijual untuk barhak untuk menuntut ganti rugi dan si
melunasi utang-utangnya. Asas ini sangat penjual diwajibkan untuk mengembalikan
adil, sesuai dengan asas kepercayaan di dalam harga pembelian yang telah diterimanya, ia
hukum perikatan, di mana setiap orang yang juga diwajibkan mengganti semua kerugian
memberikan utang kepada seorang (kreditur) yang diderita oleh si pembeli sebagai akibat
percaya bahwa debitur akan melunasi utangnya pembelian yang telah diterimanya, dan ia
dalam jangka waktu yang telah dijanjikannya juga diwajibkan mengganti semua kerugian
sebagai wujud dari tannggung jawab moral yang diderita oleh si pembeli sebagai
yang sekaligus merupakan tanggung jawab akibat cacat pada barang yang dibeli oleh si
hukum. pembeli. Namun, tidak diwajibkan bagi si
Jaminan merupakan bentuk penjual untuk menanggung terhadap cacat
penanggungan yang menjadi kewajiban yang kelihatan dan ini memang juga sudah
penjual kepada pembeli terhadap kecacatan sepantasnya. Kalau cacat itu kelihatan, dapat
barang yang tersembunyi. Selain itu jaminan dianggap bahwa pembeli menerima adanya
juga sebagai salah satu upaya untuk melindungi cacat itu dan sudah barang tentu harga sudah
kepuasan konsumen dalam melakukan jual disesuaikan dengan adanya cacat tersebut.14
beli. Jadi, jaminan ini berfungsi mengenai Dalam buku karangan Saleh Al-
kewajiban seseorang untuk menanggung Fauzan, para ulama sepakat akan kebolehan
cacat-cacat tersembunyi, dapat diterangkan pemberian jaminan secara umum. Dan maslahat
bahwa si penjual diwajibkan menanggung menuntut dibolehkannya pemberian jaminan
ini termasuk kerjasama dalam kebaikan dan
13Abdul Rasyid Saliman, Hukum Bisnis
Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus, (Jakarta: 14 Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT.
Kencana, 2006), hlm. 19. Citra Aditya Bakti, 1975) hlm. 19.

82 | AT-TASYRI’: Vol. X. No. 1, Januari - Juni 2018


ketakwaan, memenuhi kebutuhan sesama dalam akad jual beli salam, guna untuk
muslim, dan memberikan kemudahan bagi membantu menghilangkan beban dari
kesulitan mereka.15 diri orang yang berutang serta bertujuan
untuk menghindari permusuhan,
F. Kesimpulan pertengkaran, dan penipuan antar kedua
belah pihak.
1. Bai’ as-salam atau jual beli pesanan
adalah menjual suatu barang yang
penyerahannya ditunda, atau menjual G. Daftar Pustaka
suatu (barang) yang ciri-cirinya jelas Abdul Rasyid Saliman (1960) Hukum Bisnis
dengan pembayaran modal lebih awal, Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh
sedangkan barangnya diserahkan Kasus, Jakarta: Kencana
kemudian hari. Subekti, (1975) Aneka Perjanjian,Bandung:
2. Pembahasan akad jual beli salam tidak PT. Citra Aditya Bakti
lepas dari pembahasan konsep khiyar Saleh Al-Fauzan, (2005) Fiqh Sehari-hari,
karena pada masa modern ini konsep Jakarta: Gema Insani.
khiyar tetap diberlakukan tetapi hanya Sudarsano, (2001) Pokok-pokok Hukum Islam,
dengan menggunakan khiyar syarat Jakarta: PT. Asdi Mahasatya
dan khiyar ’aib (cacat). Karena khiyar Syaikh Faisal bin Abdul Aziz Alu Mubarak,
majlis tidak memungkinkan dalam (2006) Ringkasan Nailul Authar (Terj.
transaksi salam modern, menyangkut Amir Hamzah Fachruddin), Jakarta:
jarak yang cukup jauh dan singkatnya Pustaka Azam
masa pemesanan dengan sistem modern. Syarifuddin Anwar & Mishbah Musthafa,
Sedangkan dalam transaksi jual beli (2003) Kifayatul Akhyar (Kelengkapan
salam klasik ketiga khiyar tersebut Orang Saleh), Surabaya: CV. Bina Iman
tetap berlaku, sebab dalam melakukan Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, (1990)
transaksi pembeli dan penjual bertemu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
secara langsung di tempat akad. Balai Pustaka
3. Jaminan dalam akad jual beli salam Ummy Salamah, (2002) Tinjauan Hukum
modern sebenarnya ada tetapi pada Islam Terhadap Garansi dalam Jual
kenyataannya ada sebagian penjual Beli. Yogyakarta
tidak memberikan, dan seharusnya Wahbah Az-Zuhaili, (2011) Fiqih Islam Wa
jaminan itu sangat dibutuhkan pada saat Adillatuhu (Terj. Abdul Hayyie al-
terjadi hal yang darurat. Sebab, jaminan Kattani, dkk.), Jakarta: Gema Insani
adalah sebagai salah satu upaya untuk W.J.S. Poerwadaminta, (1990) Kamus Umum
melindungi kepuasan konsumen dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
melakukan jual beli. Dalam Islam juga Pustaka
dibolehkan untuk memberikan jaminan Yusuf as-Sabatin, (2002) al-Buyu` al-Qadimah
15 Saleh Al-Fauzan, Fiqh Sehari-hari,(Jakarta: Wa al-Mu`ashirah Wa al-Burushat al-
Gema Insani, 2005), hlm. 421.

Pandangan Ulama Kontemporer …, | 83


Mahaliyah Wa ad-Dualiyah, Beirut: Dar Zaenal Abidin bin Syamsuddin, (2009)
Al-Bayariq Terjemah Bulughul Maram, Jakarta:
Yandianto, (2001) Kamus Umum Bahasa Pustaka Imam Adz-Dzahabi
Indonesia, Bandung: M2S

Anda mungkin juga menyukai