Anda di halaman 1dari 14

BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT, dan KERTAS KERJA AUDIT

24 Februari 2009 pada 1:49 pm (MSA (Magister Sains Akuntansi)) Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Di samping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh : Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien. Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien. Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan. Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian. Top-Down Audit Evidence VS Bottom-Up Audit Evidence Top down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan tentang entitas, bisnis, dan industrinya Laporan Keuangan Bottom up : Mengevaluasi bukti yang mendukung transaksi dan akumulasinya dalam laporan keuangan Keputusan penting tentang bukti audit menyangkut : Sifat Pengujian Prosedur audit mana yang akan dilaksanakan Terkait dengan tujuan spesifik yang ingin dicapai auditor Harus relevan Mempertimbangkan biaya relatif serta efektivitas dalam kaitannya dg tujuan audit Pendekatan compliance atau substantive test Saat pengujian Interim audit atau year end audit Luas pengujian Berkaitan dengan berapa banyak bukti audit yang harus diperoleh Penerapan staf audit Terkait dengan due audit care Tim audit Independensi Penggunaan tenaga spesialis Tujuan Audit Khusus dan Bukti Audit Terdapat 5 (lima )kelompok umum asersi laporan keuangan , yaitu :

Keberadaannya atau keterjadiannya ( existence or occurrence ) Asersi tentang keberadaan atau terjadinya berhubungan dengan apakah aktiva atau utang perusahaan benarbenar ada pada tanggal neraca dan transaksitransaksi yang tercatat telah benarbenar terjadi selama periode tertentu. Keberadaan (eksistensi) suatu aktiva tidak hanya dilihat dari ujud fisiknya saja, seperti kas , persediaan dan aktiva tetap , namun ada pula yang tidak ada ujud fisiknya , misalnya piutang dan utang usaha. Sehubungan dengan saldo piutang di atas , manajemen hanya menyatakan bahwa piutang yang terdiri dana piutang usaha , benar benar ada pada tanggal neraca. Manajemen tidak menyatakan bahwa Rp10.000.000, adalah jumlah yang benar Kelengkapannya ( completeness ) Asersi tentang kelengkapannya berhubungan dengan apakah telah memasukkan semua transaksi dan akun ( rekening ) yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan. Asersi manajemen tentang saldo piutang Rp. 10.000.000, mempunyai arti bahwa jumlah tersebut telah meliputi semua transaksi dan kejadian yang mempengaruhi saldo piutang tersebut , tidak ada piutang yang tidak dilaporkan (under stated) atau dinyatakan lebih (over stated). Auditor sangat memperhatikan terhadap asersi kelengkapan ini dalam kaitannya untuk menentukan kemungkinan adanya penyajian komponen laporan keuangan yang kurang dari yang seharusnya dengan menghilangkan sesuatu atau transaksi yang seharusnya ada. Hak dan kewajiban ( right and obligations ) Asersi tentang hak(rights) dan kewajiban(obligations) berhubungan dengan apakah aktiva tersebut benar benar milik perusahaan dan semua utang adalah benar- benar kewajiban perusahaan pada tanggal neraca. Asersi ini menyatakan ,bahwa manajemen secara implisit menyatakan bahwa piutang dan aktiva aktiva lainnya yang dilaporkan pada neraca benar benar milik perusahaan , dan utang utang yang dilaporkan pada neraca benar benar kewajiban perusahaan secara sah. Dengan demikian asersi ini hanya berkaitan dengan komponen komponen neraca khususnya aktiva dan utang. Penilaian atau alokasi ( valuation or allocation ) Asersi penilaian(valuation) atau alokasi(allocation) berkaitan dengan ketepatan metode penilaian maupun pengalokasian yang digunakan oleh perusahaan serta kebenaran perhitungannya. Setiap pelaporan komponen laporan keuangan dengan jumlah tertentu mempunyai arti bahwa jumlah tersebut (1) telah ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum umum , dan (2) bebas dari kesalahan perhitungan atau kekeliruan klerikal. Kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum meliputi ketepatan penerapan prinsip harga perolehan ( cost ) , mempertemukan (matching) , dan prinsip konsistensi. Asersi kesesuaian dengan prinsip akuntansi yang berterima umum ( PABU ) dapat meliputi penilaian bruto maupun netonya. Misalnya , piutang telah dinilai sebesar jumlah tagihan kepada pelanggan dan taksiran nilai bersih yang dapat direalisasi setelah mempertimbangkan taksiran tidak tertagihnya piutang ; dan aktiva tetap telah dilaporkan kedua-duanya yaitu sebesar harga perolehan mula mula dan nilai bukunya setelah mempertimbangkan jumlah akumulasi depresiasinya. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa asersi penilaian atau alokasi berhubungan dengan tiga

hal sebagai berikut : (1) penilaian bruto , (2) penilaian neto , dan (3) ketelitian matematis. Kategori asersi ini juga meliputi kelayakan ( reasonableness ) terhadap estimasi akuntansi yang dibuat manajemen. Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure ) Asersi tentang penyajian(presentation) dan pengungkapan(disclosure) berhubungan dengan apakah masing masing komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan , dijelaskan dan diungkapkan dengan benar. Manajemen secara implisit menyatakan bahwa setiap komponen laporan keuangan telah disajikan secara benar dan diungkapkan secara memadai. Dalam hal penyajian piutang harus benar-benar menampakan piutang yang dapat direalisasikan, dalam arti setiap kemungkinan tidak tertagihnya piutang harus sudah diperhitungkan melalui pembentukan rekening penyisihan piutang kecuali dinyatakan lain. Hal-hal yang menyangkut piutang secara signifikan harus dijelaskan(diungkapkan),misalnya adanya piutang yang digadaikan, tidak dibentuknya penyisihan piutang, timbulnya kewajiban bersyarat(contingent liability) dan lain sebagainya. Tujuan Umum Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. Tujuan Spesifik Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen. Bukti Audit Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit . Tipe Bukti Audit Tipe Data Akuntansi Pengendalian Intern. Catatan Akuntansi.

Tipe Informasi Penguat (corroborating information) Bukti Fisik. Bukti Dokumenter. Perhitungan. Bukti Lisan. Perbandingan dan Ratio. Bukti dari spesialis. Kecukupan bukti audit Berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit , meliputi : Materialitas. Resiko audit. Faktor faktor ekonomi. Ukuran dan karakteristik populasi. Kompetensi Bukti Audit Kompetensi bukti adalah berkaitan dengan kuantitas atau mutu dari buktibukti tersebut. Bukti yang kompeten adalah bukti yang dapat dipercaya , sah , obyektif , dan relevan. Untuk menentukan kompetensi bukti harus mempertimbangkan berbagai faktor , yaitu : Sumber bukti , Relevansi bukti , Obyektivitas bukti , Saat atau waktu. Bukti kurang kompeten Dari dalam perusahaan Pengendalian intern lemah Perolehan atau pengetahuan tidak langsung Relevan tidak langsung RELEVANSI OBYEKTIVITAS Faktor Kompetensi SUMBER Bukti Lebih Kompeten Dari luar perusahaan yg independen Pengendalian intern baik Perolehan atau pengetahuan langsung Relevan langsung Obyektif Bukti diterapkan pada tgl neraca

Subyektif Bukti di terapkan pada selain pada tgl neraca

SAAT/WAKTU

Judgement atau pertimbangan yang dilakukan auditor dipengaruhi berbagai faktor , yaitu :

1) Pertimbangan profesional auditor. 2) Integritas manajemen. 3) Transaksi yang terjadi di perusahaan. 4) Jenis kepemilikan perusahaan. 5) Kondisi keuangan perusahaan. Prosedur audit yang dapat digunakan untuk memperoleh bukti yang kompeten atau dapat dipercaya adalah : Inspeksi Observasi Konfirmasi Wawancara Perbandingan Pengkajian ulang Penilaian Verifikasi Penelusuran Pembuktian ( vouching ) Kalkulasi Kembali Analisis Rekonsiliasi Penjajagan Perhitungan (count) Pengujian (test) Scanning

Evaluasi bukti harus lebih teliti bila menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar. Situasi tersebut adalah sebagai berikut : Pengawasan intern yang lemah . Kondisi keuangan klien yang tidak sehat. Manajemen yang tidak dapat dipercaya. Penggantian kantor akuntan publik. Perubahan peraturan perpajakan. Usaha yang bersifat spekulatif. Transaksi yang kompleks. PROGRAM AUDIT Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit, auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit. Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang akan

dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi : Prosedur Analitis Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data nonkeuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan. Prosedur awal Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun pengendali dalam buku besar. Pengujian Estimasi Akuntansi Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo. Pengujian pengendalian Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor. Pengujian transaksi Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari. Pengujian Saldo Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang membentuk saldo tersebut. Pengujian penyajian dan pengungkapan Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP. Elemen Kunci Program Audit dapat digambarkan sebagai berikut : Top-down : Mengevaluasi bukti tentang laporan keuangan yang diharapkan dari pengetahuan atas entitas serba bisnis dan industrinya.

Prosedur analitis

Prosedur awal Pengujian estimasi akuntansi Pengujian penyajian dan pengungkapan Pengujian pengendalian Pengujian transaksi Pengujian saldo Bottom-Up : Mengevaluasi bukti transaksi pendukung dan akumulasinya dalam laporan keuangan

KERTAS KERJA AUDIT (WORKING PAPER) Kertas kerja audit merupakan kertas-kertas yang diperoleh akuntan selama melakukan pemeriksaan dan dikumpulkan untuk memperlihatkan pekerjaan yang telah dilaksanakan, metode dan prosedur pemeriksaan yang diikuti serta kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuatnya. Contoh kertas kerja antara lain :Catatan memo ; Hasil analisa jawaban konfirmasi, Clients Representation Letter ; Komentar yang dibuat atau didapat oleh akuntan pemeriksa ; Tembusan (copy) dari dokumen penting dari suatu daftar baik yang diperoleh ataupun yang didapat dari klien dan diverifikasi oleh akuntan. Dengan kata lain kertas kerja audit dapat berasal dari pihak klien, hasil analisis yang dibuat auditor atau dari pihak ketiga yang independen baik secara langsung maupun tidak langsung. Berkas kertas kerja yang berasal dari klien dapat berupa :Neraca Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi bank (Bank reconciliation), Analisa Umur Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Biaya Umum dan Administrasi, Rincian Biaya Penjualan, Surat Pernyataan Langganan. Hasil analisis yang dibuat oleh auditor , misalnya : Berita Acara Kas Opname (Cash Count Sheet), Internal Control Questionare dan evaluasi serta hasil analisis pengendalian interen. Analisis Aktiva Tetap, Analisis kecukupan allowance for bad debt (penyisihan piutang/cadangan kerugian piutang), Working Trial Balance , atau dapat dipecah menjadi dua yaitu Working Balance sheet dan Working Profit and Loss, Top Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit . Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga yang independen meliputi antara lain : Hasil konfirmasi piutang, Hasil konfirmasi utang, Informasi dari bank, Pernyataan dari penasihat hukum. Kertas kerja yang dikumpulkan oleh akuntan merupakan data-data rahasia yang menjadi milik perusahaan, oleh karenanya akuntan berkewajiban untuk menjaga kerahasiaan tersebut jangan sampai data tersebut jatuh pada pihak-pihak yang tidak diinginkan perusahaan. Isi Kertas Kerja Audit Kertas kerja harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan

keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar auditing yang dapat diterapkan telah dilaksanakan. Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan : Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan. Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan pengujian yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Audit Untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap pengauditan Sebagai pendukung yang penting terhadap pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diauditnya Sebagai penguat kesimpulan akuntan dan kompetensi pengauditannya. Sebagai Pedoman dalam pengauditan berikutnya. Teknik Dasar Pembuatan Kertas Kerja Audit Ada empat tehnik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja. Keempat tehnik tersebut adalah : Pembuatan heading. Nomor indeks Tick marks Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta penelaahan. Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja audit : a) Kertas Kerja kerja harus dibuat lengkap. b) Teliti. c) Ringkas. d) Jelas. e) Rapi. Tipe Kertas Kerja : Audit program Agar tak menimbulkan kerancuan istilah maka perlu dipisahkan pengertian Audit program dan Audit Procedure. Audit program (program pemeriksaan) merupakan daftar prosedur pengauditan untuk seluruh pemeriksaan elemen tertentu. Sedangkan Procedure audit adalah instruksi terinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang harus diperoleh pada saat pemeriksaan. Program pemeriksaan dapat digunakan untuk merencanakan berapa orang yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan, serta jadwal pemeriksaan yang direncanakan.

Working Trial Balance Merupakan suatu daftar yang memuat saldo dari seluruh rekening buku besar pada akhir tahun yang diperiksa dari akhir tahun sebelumnya, koreksi yang diusulkan serta saldo menurut hasil pemeriksaan. Kertas kerja ini dapat pula dipisahkan menjadi Working Balance Sheet dan Working Profit and Loss. Summary of adjusment journal entries Ringkasan ini merupakan daftar yang berisikan journal-journal koreksi yang diusulkan kepada klien yang diperoleh selama pemeriksaan berlangsung. Top Schedules Merupakan kertas kerja pemeriksaan yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam daftar pendukung untuk rekening-rekening yang berhubungan. Supporting schedules Merupakan kertas kerja yang memuat detail dari pada temuan hasil pemeriksaan, serta koreksi-koreksi yang ada, serta memuat berbagai informasi dan teknik pemeriksaan yang dilaksanakana oleh akuntan. Dengan kata lain supporting schedule merupakan rincian dari pada top schedule.

TAHAP PENYUSUNAN AUDITED FINANCIAL STATEMENTS. a). Pembuatan atau pengumpulan daftar pendukung (supporting schedules) sebagai langkah pengumpulan bukti pemeriksaan. b). Penyusunan daftar utama (lead schedules atau top schedules) dengan cara meringkas supporting schedules dan summary of adjustment journals entris. c). Meringkas informasi yang tercantum dalam daftar utama dan daftar pendukung ke dalam Working Trial Balance. d). Menyusun Audited Financial Statements. SUSUNAN KERTAS KERJA AUDIT. a. Draft laporan pemeriksaan ( audit report ). b. Audited financial statements. c. Ringkasan informasi bagi penelaah. d. Program pemeriksaan. e. Laporan keuangan atau neraca lajur yang dibuat klien. f. Ringkasan journal adjustment. g. Working trial balance. h. Top schedule. i. Supporting schedule. PENGARSIPAN KERTAS KERJA AUDIT. Current File, yaitu arsip pemeriksaan tahunan yang diperoleh dari pemeriksaan tahun berjalan, informasi dari current file pada umumnya mempunyai manfaat untuk tahun yang diperiksa.Contoh : Neraca saldo, Berita acara kas opname, Rekonsiliasi bank, Rincian piutang, Rincian persediaan Rincian utang, Rincian biaya dan lain lain. Permanent File, merupakan arsip kertas kerja yang secara relatif tidak mengalami perubahan.

Arsip ini dapat digunakan berulang ulang untuk beberapa periode pengauditan. Contoh : Akte pendirian,Accounting manual (pedoman akuntansi), Kontrak kontrak,Notulen rapat Tujuan dari permanent file : Sebagai acuan yang digunakan untuk pemeriksaan tahun-tahun mendatang. Memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staff yang baru pertamakali menangani pemeriksaan laporan keuangan. Untuk menghindari pengulangan pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun. Corespondence file, merupakan arsi surat menyurat, facsimili dan lain lain. KEPEMILIKAN KERTAS KERJA AUDIT. Kertas kerja audit akuntan yang disusun selama pelaksanaan audit, baik yang disusun oleh auditor sendiri maupun yang disusunkan oleh klien untuk auditor, adalah milik auditor (akuntan publik) ; oleh karena itu semua kertas kerja tersebut harus disimpan oleh auditor dengan sebaik-baiknya, dalam arti disimpan secara teratur sesuai dengan urutan yang logis. Walaupun kertas kerja tersebut milik auditor, tetapi auditor dilarang memperlihatkan atau membocorkan informasi yang ada pada kertas kerja tersebut kepada pihak ketiga tanpa seizin kliennya, kecuali atas perintah pengadilan atau profesi akuntan. Selama melaksanakan audit, auditor memperoleh sejumlah informasi yang sifatnya rahasia antara lain berupa informasi tentang gaji karyawan penting (key personels), rencana advertensi, data biaya produksi dan metode penentuan harga jual produk. Jika auditor membocorkan informasi-informasi pada pihak ketiga atau kepada karyawan kliennya, maka auditor tersebut dapat dimintai pertanggung jawabannya atau dituntut ke pengadilan. BUKTIIIIIIIIIIIIIII

KELENGKAPAN BUKTI AUDIT


Gambaran Pelaksanaan Audit
Auditing adalah: proses sistematik, untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti, secara obyektif, tentang asersi-asersi atas suatu tindakan/kejadian ekonomis, untuk menentukan kesesuaian asersi dengan kriteria yang ditetapkan, lalu menyampaikan hasilnya kepada stakeholders Teorinya, auditing dilaksanakan dalam beberapa tahap: 1. Perencanaan Audit Di sini auditor akan merencanakan pelaksanaan auditnya 2. Pelaksanaan Audit 2.1 Audit Pendahuluan 2.1.a Pemahaman Struktur Pengendalian Intern 2.1.b Uji Pengendalian 2.2 Audit Lanjutan 2.2.a Uji Substantif atas Saldo 2.2.b Uji Substantif atas Transaksi 2.3 Audit Rinci (bila audit memerlukan rincian tertentu) 3. Pelaporan Tujuan Audit, khususnya untuk Audit atas Laporan Keuangan adalah: pendapat akuntan akan kewajaran mengenai semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha, serta arus kas sesuai dengan PSAK Semua hal yang material,

Pendapat posisi keuangan, Kesesuaian dengan PSAK Akuntan hasil usaha, Arus kas Untuk itu, akuntan perlu menghimpun dan evaluasi bukti sehingga menjadi dasar yang memadai baginya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran atau tingkat kesesuaian laporan keuangan dengan PSAK.

Bukti Audit
Standar Pelaksanaan Lapangan No. 3 menyatakan: bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi, sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Hal-hal penting berkenaan dengan definisi ini adalah 1. Kecukupan Bukti 2. Kompetensi Bukti 3. Dasar yang memadai / Rasional / Realistis 4. Sifat Bukti 5. Prosedur penghimpunan bukti

Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti lebih bersifat jumlah/kuantitas bukti yang dihimpun. Faktor yang mempengaruhi kecukupan/kuantitas bukti audit, al 1. Materialitas 2. Risiko Audit 3. Faktor-faktor ekonomi 4. Ukuran dan karakteristik populasi Materialitas Materialitas yang dibicarakan di sini ada 2 pengertian. 1. Penentuan tingkat materialitas yang bisa diterima (tolerable misstatement) 2. sifat materialitas akun, sehingga mungkin sekali ada salah saji (material misstatement) Untuk yang material dalam arti tingkat kemungkinan salah saji yang mungkin dimiliki oleh suatu pos, pada umumnya, ada hubungan terbalik antara tingkat penentuan salah saji material yang bisa diterima dengan kuantitas bukti yang diperlukan,

M Qt M Qt
Artinya, semakin mungkin rendah salah saji yang bisa ditoleransi dalam suatu akun, maka jumlah bukti yang kita kumpulkan tidak perlu banyak. Dengan kata lain, bila yang dimaksud adalah sifat materialitasnya akun tertentu seperti kas/bank, maka hubungannya berbanding lurus

M Qt M Qt
Artinya, semakin saldo/transaksi akun tersebut sifatnya material atau semakin besar kenungkinan salah saji akun tertentu, maka jumlah bukti yang kita kumpulkan semakin banyak. Risiko Audit Risiko Audit (Audit Risk) = Risiko Bawaan (Inherent Risk) x Risiko Pengendalian (Control Risk) x Risiko Deteksi (Detection Risk) AR = IR x CR x DR AR rendah, artinya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai kepastian pendapatnya tinggi. Tingginya tingkat kepastian itu menuntut auditor untuk mengumpulkan bukti yang lebih banyak. IR adalah kerentanan atau mudah tidaknya suatu akun mengalami salah saji material (dengan asumsi tak ada kebijakan/prosedur Stru Pengendalian Intern terkait; artinya murni kesalahan personil. IR tinggi artinya semakin mungkin ada salah saji material dalam pos tersebut. CR adalah risiko adanya salah saji material yang tak dapat terdeteksi/dicegah tepat waktu oleh berbagai kebijakan/prosedur Stru Pengendalian Intern terkait; artinya struktur pengendaliannya yang lemah yang tidak mampu mendeteksi/mencegah kejadian yang membuat salah saji material. Makin efektif struktir pengendalian intern, makin kecil CR.

DR adalah risko auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Ini adalah efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Semakin efektif ia, semakin kecil angka DR. DR bisa diturunkan dengan jalan perencanaan yang memadai, supervisi/pengawasan yang tepat, serta penerapan standar pengendalian mutu. AR dan DR memiliki hubungan terbalik dengan jumlah bukti yang dikumpulkan

AR, DR Qt AR, DR Qt
Artinya, semakin rendah AR atau DR yang dapat diterima auditor atau semakin yakin auditor pada kepastian pendapatnya, maka kuantitas bukti yang diperlukan semakin banyak. Semakin rendah tingkat keyakinan auditor, apakah itu dari ketidakefektifan prosedur/pelaksanaan audit yang dilakukannya atau kesimpulan komprehensif risiko audit, maka artinya kemungkinan kesalahan dalam audit atau deteksi semakin besar sehingga sampel yang sedikit sudah cukup mewakili keseluruhan populasi. Kata kunci: semakin rendah keyakinan, artinya semakin mungkin sampel yang diambil membuktikan hal itu. Sebaliknya, IR dan CR memiliki hubungan searah dengan bukti.

IR, CR Qt IR, CR Qt
Semakin tinggi tingkat risiko pengendalian atau bawaan, maka bukti audit yang dikumpulkan harus cukup banyak sehingga dapat dibuktikan bahwa risiko yang dikuatirkan tidak terjadi. Demikian sebaliknya bila diyakini risiko pengendalian/bawaan rendah, maka bukti yang sedikit saja sudah cukup untuk membuktikan kefektifan pengendalian intern. Oleh karena itu struktur pemahaman intern benar-benar perlu dipahami sebaik-baiknya, sebab ia mempengaruhi kecukupan bukti. Kata kunci: kecukupan bukti audit dalam hal penetapan risiko pengendalian (dan bawaan) harus bisa menjadi dasar yang memadai untuk menyatakan stru pengendalian intern klien adalah efektif atau tingkat kesalahan (error/irregularities) pelaksana manajemen adalah kecil. Faktor Ekonomi Pelaksanaan audit memiliki kendala dari sisi waktu dan biaya untuk menghimpun bukti. Oleh karena itu auditor perlu benar2 memperhitungkan cost-benefit yang diperoleh dengan kuantitas dan kualitas bukti yang dihimpunnya. Ukuran dan Karakteristik Populasi Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada untuk mendukung pendapatnya. Oleh karena itu pengumpulan bukti audit dilakukan atas dasar sampling, Namun demikian ada korelasi searah antara besar dan karakteristik populasi dengan kuantitas bukti yang dikumpulkan.

P Qt P Qt

Kompetensi Bukti
Kompetensi atau realibilitas bahan bukti yang bersifat catatan akuntansi berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern, maka semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Sedangkan kompetensi bahan bukti yang bersifat pendukung tergantung pada beberapa faktor: 1. Relevansi 2. Sumber Bukti 3. Tepat Waktu 4. Obyektif / Reliable Faktor penentu kompetensi bukti audit bisa dilihat sbb. Kompetensi Rendah Faktor Kompetensi Kompetensi Tinggi Tidak relevan untuk mendukung opini RELEVAN Relevan untuk mendukung opini Berasal dari dalam perusahaan

SPI tidak memuaskan Pengetahuan tak langsung auditor SUMBER Dari luar perusahaan SPI memuaskan Pengetahuan langsung auditor Bukti2 yang dapat dipakai selain pada tanggal neraca WAKTU Bukti2 yang hanya dapat dipakai pada tanggal neraca subyektif OBYEKTIF obyektif

Dasar yang Memadai/Realistis


Auditor bukan berarti harus punya dasar yang absolut, tapi memadai untuk memberikan pendapar atas laporan keuangan. Kombinasi/kesimpulan berbagai item yang memiliki tingkat keyakinan bervariasi juga tidak mungkin dilakukan secara obyektif keseluruhan, artinya tetap perlu judgement. Judgement yang dilakukan auditor dipengaruhi beberapa faktor, al: 1. pertimbangan profesional 2. integritas manajemen 3. transaksi yang terjadi di perusahaan 4. jenis kepemilikan perusahaan 5. kondisi keuangan perusahaan.

Sifat Bukti
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri atas 2 jenis: 1. Data Akuntansi yang mendasari (underlying accounting data) 2. Semua bukti atau indo pendukung (corroboroting information) Ad.1 Terdiri atas: a. jurnal b. buku besar dan buku pembantu c. buku pedoman akuntansi d. memorandum dan catatan informal spt worksheet, perhitungan, dan rekonsiliasi Ad. 2 Meliputi: a. bukti fisik b. bukti konfirmasi c. bukti dokumenter d. representasi/pernyataan e. perhitungan f. bukti lisan g. bukti analitis dan perbandingan h. struktur pengendalian intern

Prosedur Pengumpulan Bukti


Ada empat cara yang bisa dilakukan menurut Standar Pekerjaan Lapangan no. 3, yi: 1. inspeksi 2. pengamatan / observasi 3. pengajuan pertanyaan / inquiry maupun questioner 4. konfirmasi tetapi umumnya auditor juga bisa melakukan tambahan cara-cara berikut ini: 5. pengusutan / tracking 6. penelusuran / vouching 7. peritungan kembali / reperforming 8. perhitungan / counting 9. analisis Teknik pengumpulan bukti dan kaitannya dengan jenis bukti adalah:

Examine Dokumentasi Scan Prosedur Analitis Read Dokumentasi Compute Prosedur Analitis Recompute Re-performance Foot Re-performance Trace Dokumentasi Compare Dokumentasi Count Pemeriksaan Fisik Observe Obervasi Inquire Daftar Pertanyaan kepada Klien Vouch Dokumentasi ---ooo000ooo---

Anda mungkin juga menyukai