Makalah Ushul Fiqih Kel 3 (Ijtihad)
Makalah Ushul Fiqih Kel 3 (Ijtihad)
Dosen Pembimbing:
Dinda Sajidah
Muna
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Penjelasan
Hadits”. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ushul fiqih, dan
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang topik dan bahasan yang di
tugaskan
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
1.1. Ijtihad.......................................................................................................5
1.2. Mujtahid...................................................................................................7
1.3. Mufti.......................................................................................................10
1.4. Taklid......................................................................................................11
1.5. Muqallid.................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUPAN.......................................................................................................14
3.1. Kesimpulan............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
PEMBAHASAN
1.1. Ijtihad
a. Pengertian ijtihad
Abdul Karim Zaidan mengutip dari buku Pengantar Ilmu Ushul Fiqh
susunan Muchtim Humaidi, mengemukakan bahwa ijtihad adalah mengerahkan
dan mencurahkan kemampuan pada suatu pekerjaan. Maksudnya, ijtihad
digunakan untuk mengungkapkan pengerahan kemampuan dalam mewujudkan
sesuatu kesulitan atau beban yang dituju. Zaidan turut mengutarakan makna
ijtihad secara istilah, yakni mujtahid (orang berijtihad) yang mencurahkan
segala keterampilannya untuk menggali hukum-hukum syariat dengan jalan
istinbath.
b. Jenis-jenis ijtihad
Ijtihad dibedakan atas 3 jenis menurut yang disebutkan dalam buku Ushul
Fiqh Kontemporer. Perbedaan ini ditinjau dari segi dalilnya;
1. Ijtihad bayani
Ijtihad Bayani atau ijtihad yang berusaha untuk menemukan hukum yang
ada dalam nash atau Al-Qur'an dan hadits. Pada jenis ini, ijtihad dilakukan
ketika ditemukan adanya arti tersirat yang memiliki perbedaan dengan
nash.
2. Ijtihad Qiyasi
Ijtihad yang kedua ialah Qiyasi yang memiliki tujuan untuk menggali serta
menetapkan hukum ketika ada kejadian yang ketentuannya tidak terdapat
dalam dalil nash atau ijma. Ijtihad tersebut dilakukan dengan melihat
terlebih dahulu peristiwa serupa yang dalilnya sudah ada dalam nash.
3. Ijtihad Istilahi
Yang terakhir ialah ijtihad Istilahi yang mana bertujuan untuk menggali,
merumuskan, serta menemukan hukum yang dalilnya tidak ada dalam
nash. Tidak seperti qiyas, ijtihad Istilahi menjadi pegangan untuk jiwa
hukum syara' yang berperan dalam mencapai kemaslahatan umat.
c. Rukun ijtihad
1. Al-Waqi' adalah kasus yang menimpa dan belum dijelaskan dalam nash
Al-Qur'an dan sunnah, atau persoalan yang diyakini akan terjadi nantinya.
2. Mujtahid, yakni seorang yang melakukan ijtihad dan punya kemampuan
untuk berijtihad dengan syarat-syarat tertentu. Menukil buku Pengantar
Ilmu Ushul Fiqh, berikut syarat seorang mujtahid:
Paham dan menguasai pengetahuan mengenai ayat-ayat hukum dalam
Al-Qur'an.
Tidak harus menghafal seluruh isi Al-Qur'an, cukup punya keahlian
untuk merujuknya ketika diperlukan. Tetapi bila hafal Al-Qur'an lebih
bagus.
Mengetahui hadits-hadits tentang berkaitan dengan hukum.
Tahu objek ijma' mujtahid terdahulu agar tidak menentukan hukum
yang menyalahi sebelumnya.
Mengerti tata cara qiyas, syarat-syarat penerapannya, illat-illat hukum,
serta metodenya.
Paham berbahasa Arab.
Mengetahui dan paham mengenai nasakh mansukh.
3. Mujtahid fih, yaitu hukum-hukum syariat yang bersifat amali atau taklifi.
4. Dalil syara, yang menjadi dasar menetapkan suatu hukum bagi mujtahid.
1.2. Mujtahid
a. Pengertian mujtahid
Mujtahid atau fakih secara terminologis adalah seseorang yang dalam ilmu fikih
telah mencapai derajat ijtihad, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan
infefensi hukum-hukum syariat dari sumber-sumber yang terpercaya dan
muktabar. [1]Melakukan istinbath hukum-hukum syariat bersandar pada dalil-
dalil atau kemampuan melakukan hal ini disebut sebagai ijtihad.
Adapun mujtahid adalah bentuk kata fa'il (pelaku) yang berarti orang yang
bersunguh-sungguh dengan mengerahkan segala kemampuannya yang rasional,
menggali (mempelajari) ajaran Islam yang tertuang dalam al-Qur'an dan Hadits,
dengan analisanya yang tepat, memberikan pertimbangan tentang hukum-hukum
Islam.
b. Klasifikasi mujtahid
Muhammad Abu Zahrah dalam kitab Ushulul Fiqh, mengemukakan bahwa syarat-
syarat mujtahid, di antaranya ialah:
1.3. Mufti
a. Pengertian mufti
Mufti adalah orang yang diberi wewenang untuk menghasilkan fatwa dengan
cara ijtihad. Tugas Mufti adalah mengenalkan dan menerapkan syariat
Islam dalam suatu masyarakat. Syarat untuk menjadi mufti adalah menguasai
ilmu ushul fikih, fikih dan syariat Islam serta memiliki sifat yang mulia dan
sehat. Fatwa yang dibuat oleh Mufti harus mengikuti perkembangan zaman. 1
b. Syarat-syarat mufti
Dalam pelaksanaannya, Mufti harus dipilih dari para mujtahid yang memiliki
pemikiran yang adil dan jujur terhadap masyarakat yang diberi fatwa. Mufti juga
harus menguasai ilmu ushul fikih, fikih, dan syariat Islam. Sifat pribadi yang
harus dimiliki oleh Mufti yaitu tidak melakukan perbuatan haram dan sia-sia,
memiliki pendirian yang teguh, tidak bersikap sombong, dan sehat rohani maupun
jasmani. Dan disyaratkan lagi, seorang mufti haruslah lengkap sarana ijtihadnya,
memiliki pengetahuan tentang segala hal yang dibutuhkan dalam rangka menggali
1
Mukhlishin, A., Suhendri, A., dan Dimyati, M. (2018). "Metode Penetapan Hukum Dalam
Berfatwa". Al Istinbath : Jurnal Hukum Islam. 3 (2): 167–184.
hukum, mulai dari ilmu nahwu, lughat dan mengenal para perawi hadits.Sehingga
ia dapat mengambil riwayat dari perawi yang diterima, bukan perawi yang cacat.
c. Pemberian fatwa
1.4. Taklid
a. Pengertian taklid
Taqlid secara bahasa merupakan asal kata dari bahasa Arab “qallada–
3
Yuqallidu-qilâdan–Taqlîdan”yaitu: meletakkan kalung di leher. Demikian
kaitan asal kata tersebut dengan kondisi seorang muqallidyang seolah
Sedangkan menurut istilah, Taqlid adalah: mengikut pendapat orang lain
2
Ibid, 173
3
Awwaluz Zikri~ 3Al-MuamalatJurnal Hukum Ekonomi Syariah. Vol III, No01.
tanpa mengetahui hujjah/dalil kebenaran pendapat tersebut(Said Rhamadhan,
2005: 54).
b. Syarat-syarat taqlid
Ada lima syarat yang diberikan oleh para ulama agar seseorang boleh untuk
bertaklid:4
1. Orang yang taklid itu jahil atau tidak berilmu, ia sulit untuk mengenal
(memahami) hukum Allah dan Rasul-Nya.
2. Bertaklid pada orang yang diketahui keilmuannya.
3. Tidak nampak bagi orang yang taklid itu kebenaran dan ia pun tidak
mengetahui pendapat lainnya yang lebih kuat. Jadi orang yang taklid
hanyalah mengikuti orang yang ia ketahui jelas benarnya.
4. Taklid tidak menyelisihi dalil dan ijma’ (kata sepakat ulama).
5. Tidak boleh mewajibkan mengikuti madzhab imam tertentu dalam semua
masalah, namun yang diperintahkan adalah untuk mengikuti kebenaran.
4
Ma’alim Ushulil Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah, Muhammad bin Husain bin Hasan Al Jizaniy,
terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kesembilan, tahun 1431 H.
1.5. Muqallid
a. Pengertian muqallid
Muqallid berasal dari kata qallada artinya meniru. Muqallid adalah orang
awam yang bertaklid atau mengikuti pendapat mujtahidin tanpa mengetahui
sumber dan dalilnya. Orang yang tidak memiliki syarat ijtihad dan ittiba’ maka
wajib baginya bertaklid (mengikuti) kepada salah satu dari empat madzhab yang
diakui.
PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan
Ma’alim Ushulil Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah, Muhammad bin Husain bin
Hasan Al Jizaniy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan kesembilan, tahun 1431 H.