Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGELOLAHAN AIR BERSIH

Disusun Oleh :

ALFRIDA VANESSA BAWARENG

( 202063201071 )

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI MEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUSAMUS

MERAUKE

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Merauke, 12 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Pendahuluan..............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

BAB II KONSEP TEORI........................................................................................................2

A. Perangkat Pemerintahan Desa.................................................................................2

B. Peran Pemerintah Desa.............................................................................................2

C. Kebutuhan Air Bersih...............................................................................................3

D. Penyediaan Kebutuhan Air Bersih..........................................................................4

BAB III PEMAHAMAN KASUS...........................................................................................5

A. Kasus...........................................................................................................................5

1. Kasus di Luar Merauke............................................................................................5

2. Kasus di Merauke......................................................................................................6

B. Dokumentasi..............................................................................................................7

C. Solusi...........................................................................................................................8

BAB IV PENUTUP...............................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................................10

B. Saran.........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Akses atas air dan pangan yang cukup merupakan salah satu hak asasi manusia
sekaligus sebagai basis bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk dapat hid up
sehat dan produktif. Proses produksi semua jenis komoditi pangan baik yang berasal dari
sumber daya nabati (tanaman pangan dan holtikultura) maupun sumber daya hewani (daging,
ikan, telur dan susu) memerlukan air dalam jumlah dan mutu yang cukup. Meskipun air
bukan satu-satunya unsur dalam proses produksi yang menghasilkan pangan, tetapi air
merupakan unsur yang secara mutlak dibutuhkan dalam proses produksi.

Meskipun Indonesia termasuk salah satu diantara sembilan negara yang kaya air, tetapi
tanpa pengolahan air yang profesional maka krisis air yang selanjutnya dapat berkembang
menjadi krisis pangan akan lebih sering terjadi di negeri ini. Dengan penduduk sekitar 206
juta jiwa pada tahun 2000 yang terus meningkat sekitar hampir 1,5% per tahun, maka
pemenuhan kebutuhan air dan pangan di Indonesia merupakan pekerjaan yang amat besar dan
akan terus mengalami peningkatan.

Secara garis besar potensi desa dapat dibedakan menjadi dua; Pertama adalah potensi
fisik yang berupa tanah, air, iklim, lingkungan geografis, binatang ternak, dan sumber daya
manusia. Kedua adalah potensi non- fisik berupa masyarakat dengan corak dan interaksinya,
lembaga-lembaga sosial, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial desa, serta aparatur dan
pamong desa.

Permasalahan berkenaan dengan air di Indonesia memang bukanlah hal yang kecil,
karena permasalahan air menjadi hal yang amat penting untuk diselesaikan, selain memang
air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia, kebutuhan akan air juga
menjadi penting dalam kaitannya dengan peningkatan ekonomi masyarakat terutama bagi
terlaksananya pertanian dan perkebunan rakyat juga sebagai pendukung penumbuhan dan
kelangsungan industri-industri rakyat di Negara ini.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat
disimpulkan rumusan permasalahan yang dihadapi sebagai berikut: ”faktor-faktor apakah
yang menyebabkan terjadinya kesusahan sumber air bersih di pedesaan menjadi begitu
susah?”.

BAB II
KONSEP TEORI
A. Perangkat Pemerintahan Desa
Berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa bahwa pemerintah desa adalah Kepala Desa atau yang disebutdengan nama lain
dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengannama lain. Pemerintah desa
yang dipimpin oleh Kepala Desa dan dibantu olehsekretaris desa serta perangkat desa.
Perangkat desa terdiri dari kepala urusan,pelaksana urusan, dan kepala dusun. Kepala-kepala
urusan membantu sekretarisdesa menyediakan data dan informasi dan memberi pelayanan.
Pelaksanaanurusan adalah pejabat yang melaksanakan urusan rumah tangga desa di
lapangan.Kepala dusun adalah wakil Kepala Desa di wilayahnya. Urusan rumah tanggadesa
adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh Pemerintah Desa sendiri.Untuk mengatur
dan mengurus dan menguru urusannya, Pemerintah Desamembuat peraturan desa. Peraturan
desa dibuat oleh Kepala Desa bersama denganBPD. Peraturan desa dilaksanakan oleh Kepala
Desa dan dipertanggungjawabkankepada rakyat melalui BPD.

B. Peran Pemerintah Desa


Kinerja SDM merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual
Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi
kinerja karyawan yang dikemukakan Bambang Kusriyanto (Mangkunegara, 2005) adalah
perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (lazimnya
per jam).

Peran Pemerintah Desa Pada saat ini sangat diperlukan guna menunjang segala bentuk
kegiatan pembangunan. Berbagai bentuk perubahan sosial yangterencana dengan nama
pembangunan diperkenalkan dan dijalankan melaluiPemerintah Desa. Untuk dapat
menjalankan peranannya secara efektif danefesien, Pemerintah Desa perlu terus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan
sekitarnya. Dengan kata lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa karena

2
adanya gerakan pembangunan desa perlu diimbangi pula dengan Pengembangan
KapasitasPemerintahan Desanya. Sehingga, desa dan masyarakatnya tidak hanya
sebatassebagai objek pembangunan, tetapi dapat memposisikan diri sebagai salah satupelaku
pembangunan.

Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan wawasan dan pengetahuan bagi para
penyelenggara Pemerintahan Desa merupakan kegiatan yangsemestinya menjadi prioritas
utama. Sehingga pengembangan wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan para
penyelenggara Pemerintahan senantiasa teraktualisasi seiring dengan bergulirnya perubahan
yang senantiasa terjadi. Meningkatnya kualitas Kapasitas Pemerintahan Desa melalui
pengembangan Kapasitas Pemerintahan Desa akan memberikan peluang yang besar bagi
terlaksananya segala bentuk kegiatan pembangunan desa secara efektifdan efesien.Desa
sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentinga nmasyarakatnya berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara. Pembangunan pedesaan
selayaknya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan
pedesaan dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalui
penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat
pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh. Pembangunan pedesaan bersifat
multi-aspek, oleh karena itu perlu keterkaitan dengan bidang sektor dan aspek di luar
pedesaan sehingga dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan nasional.

Dalam sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, pemerintah daerah


(kabupaten/kota) disebut sebagai local self government dan desa disebut sebagai self
government community. Ditinjau dari perspektif historis, desa sebagai komunitas otonom
bahkan lebih tua dari kecamatan, kabupaten / kota, provinsi dan Negara. Hal itulah yang
menjadi landasan untuk memberikan posisi yangkuat dan otonom kepada desa dalam system
demokrasi (Sukriono, 2010:89).

C. Kebutuhan Air Bersih


Air merupakan sumber daya alam yang melimpah karena dapat ditemukan di setiap
tempat di permukaan bumi. Ia merupakan sumber daya alam yang sangatpenting dan
dibutuhkan setiap mahluk hidup. Bagi manusia, kebutuhan akan air adalah mutlak karena
hampir semua aktivitas manusia memerlukan air.

3
Kondisi umum sumber daya air di Indonesia berdasarkan hasil riset Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2009 disebutkan
Indonesia masih memiliki cadangan air yang cukup besaryaitu sebanyak 2.530 km3. Atau
menduduki peringkat kelima di dunia. Meski begitu, sesungguhnya sebaran sumber daya air
di Indonesia tidak merata. Di wilayah barat cukup besar namun di wilayah timur dan selatan
kurang sehingga ancaman krisis air di sejumlah wilayah di Indonesia kerap terjadi dan
dikhawatirkan akan semakin meluas. Hal ini diperparah dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang tidak merata, seperti di Pulau Jawa yang hanya tujuh persen dari luas lahan di
Indonesia, sekitar 65 persen penduduk Indonesia tinggal di pulau ini dan potensi airnya hanya
4,5 persen dari potensi air di Indonesia.

Forum Air Dunia II (World Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 sudah
memprediksi Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami krisis air pada
tahun 2025. Penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan air.Salah satu di antaranya
pemakaian air yang tidak efisien. Laju kebutuhan akansumber daya air dan potensi
ketersediaannya sangat pincang dan semakin menekan kemampuan alam dalam menyuplai
air.

D. Penyediaan Kebutuhan Air Bersih


Secara umum penyediaan kebutuhan air bersih berasal dari sumber air permukaan atau
air dalam tanah. Sumber air yang dapat dimanfaatkan memiliki tujuan utama dalam
perencanaan jaringan perpipaan untuk akses air bersih agar kebutuhan masyarakat akan
tersedianya air bersih dapat terlayani dangan baik. Untuk hal-hal yang dapat mengurangi
jumlah air yang didistribusikan antara laindisebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan
panjangnya jalur pipa sedapatmungkin dihindarkan.

Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi air sangat
penting, tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air bersih yaitu agar para
konsumen pengguna distribusi air bersih terhindar dari berbagai macam penyakit. Perjalanan
air langsung berhubungan dengan dinding pipa yang mempengaruhi kebersihan air.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air bersih. Persyaratan
ini meliputi persyaratan fisik, persyaratan kimia, persyaratan biologis dan persyaratan
radiologis, demikian Syarat – syarat tersebut berdasarkan Permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990.

4
Selanjutnya persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari
banyaknya air baku yang tersedia, artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah danjumlah penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga bisa ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Dan kuantitas adalah syarat yang
terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhannya sehari – hari berjalan sesuai dengan
kemampuan konsumen masing – masing. Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah
besar dengan kemajuan masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air sering kalidi pakai
sebagai salah satu tolak ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat.

5
BAB III
PEMAHAMAN KASUS
A. Kasus
Permasalahan air bersih di Indonesia merupakan isu serius yang dihadapi oleh sebagian
besar masyarakat. Beberapa faktor utama yang menyebabkan krisis air bersih di Indonesia
antara lain: Pertumbuhan Penduduk, Kurangnya Infrastruktur, Pengelolaan Sumber Daya Air
yang Buruk, Perubahan Iklim, Pembalakan Hutan dan Perubahan Lahan, Kemiskinan dan
Ketidaksetaraan, Krisis Air di Daerah Tertentu.

Pemerintah Indonesia dan berbagai lembaga terkait telah berupaya untuk mengatasi
masalah krisis air bersih ini melalui program-program penyediaan air bersih, peningkatan
infrastruktur, pengelolaan sumber daya air yang lebih baik, dan edukasi masyarakat. Namun,
masih diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mengatasi permasalahan ini
secara menyeluruh.

1. Kasus di Luar Merauke


 Ambon Keringe’ Krisis Air di Kota Ambon dan Hilangnya Wilayah Resapan

Keadaan ini sudah berlangsung sejak awal 2023. Dalam sebulan, aliran air dari
PT Dream Sukses Airindo (DSA) Ambon, - tempatnya berlangganan air minum,
hanya menyuplai air empat kali. Biasanya tiap hari Sabtu, pernah ke bergeser ke hari
Minggu. ”Pokoknya jadwal air mengalir tak menentu.”

Hal serupa dialami Kaharudin Mahmud, warga lorong Gadihu, Batu Merah,
pelanggan PT DSA lainnya. Dia bilang suplai air ke rumahnya sudah tidak lancar
sejak 2017, seminggu hanya empat kali, sekarang bahkan hanya sekali. Bahkan pada
Agustus 2023, air baru mengalir setelah 9 hari.

Dia menyiasati dengan tanki penampung air. Meski demikian, dia mengaku harus
tetap berhemat karena cadangan air tak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Dia
akhirnya harus membeli air dari truk tangki. “Harganya Rp250 ribu, patungan dengan
tetangga.” jelasnya (16/10/2023).

Nasir Rumra, warga lain pun bernasib serupa. Dia membeli stok air dari truk
tanki, Satu drum dijual Rp15 ribu. Demi hemat air, dia menerapkan aturan ekstrem.
Mandi hanya menggunakan air satu ember. Cuci piring hanya sekali bilas.

6
Pelanggan Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Ambon pun memiliki
nasib serupa.

”Air baru bisa ngalir jam 3 sore, kadang baru jam 8 malam. Air mengalir tiga-
empat jam sehari, tidak pernah 24 jam,” sebut Yeni, seorang warga Kudamati Farmasi
Atas, Kecamatan Nusaniwe pelanggan PDAM. Dia mengaku ini sudah 10 tahun
terakhir.

Kepala Bagian Langganan PT DSA Ambon, Jefri Riri, tak menampik jika ada
masalah distribusi air kepada pelanggan. Dia sebut masalahnya di debit air yang
mengalami penyusutan di mata air utama Sungai Wairuhu, Waineo, dan Air Panas,
kawasan Air besar.

2. Kasus di Merauke
 Air Krisis Kala Hutan Merauke Terus Menipis

Sumber air bersih di Merauke, Papua, makin mengkhawatirkan. Sumber air dari
sungai maupun rawa makin susut dengan alih fungsi hutan di hulu menjadi kebun
sawit maupun tebu. Belum lagi sampah plastik maupun limbah lain, seperti minyak
tumpah.

Yosehi Mekiuw, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Musamus (Unimer)


Merauke khawatir dengan kondisi ini. Dia mengambil satu contoh kehidupan Suku
Yeinan di Kampung Bupul, Kabupaten Merauke, yang makin terhimpit. Mata
pencarian mereka meramu dan berburu tetapi hutan terus ditebang. Tak hanya
kesulitan pencarian, sumber air bersih pun terancam. Kampung ini persis berbatasan
dengan Papua New Guinea.

Pasokan air, suku ini bertopang pada Kali Maro. Dulu, katanya, kondisi hulu
daerah aliran sungai (DAS) Kali Maro, sangat bagus, sekarang mulai hilang dengan
penebangan hutan oleh beberapa perusahaan sawit. Dulu, ikan mudah didapatkan di
Kali maro, kini sulit. “Setop tebang hutan karena akar pohon berfungsi menahan air
dan menyimpam air, jangan merusak lingkungan,” kata Mekiuw.

7
Kali Maro, Kumbe, Bian dan Kali Buraka melintasi Merauke. Namun, kali
penyuplai air bersih ini mulai menyusut kala hutan makin menipis. “Ada yang salah
dalam sistem hidrologi di Merauke,” katanya.

Marthinus Marco Wattimena, Sekretaris DAS Bian, Kumbe, dan Maro. Dia
mengatakan, berbicara air erat kaitan dengan hutan, aktivitas manusia, kebutuhan
kayu dan lain-lain. Daerah hulu air tanah ditahan berbagai akar pohon. Sisanya, pasti
berpindah ke tempat lebih rendah. “Artinya air tanah bisa terserap mengikuti alur
alami. Maka saat hutan dibuka apalagi areal sangat besar, terjadi erosi dan air akan
terbawa ke sungai dan rawa,” katanya.

Maka tak heran, saat hulu pohon ditebang otomatis hilir terjadi pendangkalan.
Saat hutan hulu dibuka, air tertampung di berbagai danau tetapi segera hilang dalam
sekejap. “Katakanlah jika hulu dibuka untuk pembangunan, hilir juga pasti terkena
dampak.”

Dia mengingatkan agar kawasan hulu jangan diganggu supaya ada sumber air.
“Daerah tangkapan air ini jarus dijaga, hingga menjadi sumber air di Merauke.”

Wattimena mengatakan, kehadiran kebun sawit dan tebu menjadi salah satu
penyebab pencemaran air tanah seperti dari pupuk. “Juga limbah plastik, sampah
rumah tangga, minyak. Sudah dipastikan, perubahan iklim mikro banyak di area itu.”

B. Dokumentasi
 Ambon Keringe’ Krisis Air di Kota Ambon dan Hilangnya Wilayah Resapan

 Air Krisis Kala Hutan Merauke Terus Menipis

8
C. Solusi
Penanganan krisis air bersih di Indonesia memerlukan pendekatan holistik dan kerja
sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swasta, masyarakat, dan organisasi
internasional. Berikut adalah beberapa solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi
krisis air bersih di Indonesia:

1. Pengembangan Infrastruktur Air Bersih:


 Meningkatkan investasi dalam infrastruktur air bersih untuk memastikan pasokan
air yang memadai.
 Mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang efisien dan terintegrasi.
 Mendorong pemanfaatan teknologi modern dalam pengelolaan sumber daya air.
2. Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan:
 Melaksanakan kebijakan yang mendukung pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan dan konservasi air.
 Memperkuat pengawasan terhadap aktivitas yang dapat merusak kualitas air,
seperti limbah industri dan domestik.
3. Konservasi Air dan Edukasi Masyarakat:
 Melakukan kampanye edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya konservasi air.
 Mengajarkan praktik-praktik hemat air di tingkat rumah tangga, komunitas, dan
industri.
4. Pengelolaan Banjir dan Pengendalian Erosi:
 Menerapkan program pengelolaan banjir yang efektif untuk meminimalkan
kerugian akibat banjir.
 Melibatkan masyarakat dalam upaya pengendalian erosi dan rehabilitasi lahan
untuk mempertahankan kualitas air.
5. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Publik:
 Melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan implementasi program air bersih.

9
 Mendorong partisipasi publik dalam pengawasan dan pemantauan kualitas air
serta pemanfaatan sumber daya air.
6. Pengembangan Sumber Air Alternatif:
 Mempromosikan pengembangan sumber air alternatif seperti desalinasi air laut
dan pengolahan air limbah untuk meningkatkan ketersediaan air bersih.
7. Pengaturan Penggunaan Air Tanah:
 Mengatur dan memantau penggunaan air tanah untuk mencegah overpumping
dan penurunan tingkat air tanah.
8. Perubahan Kebijakan:
 Merevisi kebijakan terkait air untuk lebih mendukung pengelolaan sumber daya
air yang berkelanjutan.
 Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran terhadap peraturan
perlindungan lingkungan dan kualitas air.
9. Kerja Sama Regional dan Internasional:
 Meningkatkan kerja sama antar pemerintah daerah, lembaga pemerintah pusat,
dan internasional dalam pengelolaan sumber daya air bersama.

Dengan menggabungkan berbagai solusi ini, diharapkan dapat memberikan dampak


positif terhadap penanganan krisis air bersih di Indonesia. Penting untuk melibatkan semua
pemangku kepentingan dan memprioritaskan keberlanjutan dalam upaya penyelesaian
masalah ini.

10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kaitannya dengan kebutuhan masyarakat akan airbersih, pemerintah sudah
membuat berbagai kebijakan yang sifatnya sebagai sebuah kebijakan publik, karena
tujuannya untuk masyarakat atau kepentingan umum. Salah satu kebijakan Negara dalam
pengelolaan sumber daya air adalah Kebijakan privatisasi yang digariskan dalam kebijakan
mengenai sumber daya air yakni yang tertuang dalam beberapa pasal UU Nomor 7 Tahun
2004 tentang SDA, yang melahirkan kebijakan kebijakan daerah dalam bentuk Perda yang
memberikan peluang besar untukswastanisasi di bidangpengeloaan sumber daya air.

Kebijakan tentang privatisasi dalam pengelolaan SD Air dikhawatirkan berdampak


negative pada akses masyarakat miskin akan ketersediaan air bersih untuk kehidupannya,
sehingga pemenuhan akan tujuan hak menguasai Negara untuk kemakmuran rakyat menjadi
sangat rendah, pencapaian kemakmuran rakyat sebagai implementasi keadilan sosial dalam
bidang ekonomi sulit terpenuhi.

B. Saran
Dalam menyikapi kebijakannegara tentang privatisasi sumberdaya air di negeri ini,
seharusnyapemerintah atau perumus kebijakanekonomi di negeri ini harus berhati-hati dalam
melakukan programprivatisasi tersebut, karena hal inimenyangkut air yang merupakansumber
kehidupan bagi manusia.Apabila program privatisasi ituberdampak buruk bagi
kelangsunganketersedian air bersih bagimasyarakat, maka seyogyanyaNegara atau perumus
kebijakanNegara tentang sumber daya airdapat mengambil langkah konkret untuk
meluruskan kembali tujuan demokrasi ekonomi sesuai yang digariskan konstitusi untuk
pencapaian kemakmuran rakyat sebagai implementasi dari konsep keadilan sosial di bidang
ekonomi, dan sebagai perwujudan tanggung jawab pemerintah terhadap pemenuhan hak
warga Negara.

11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mongabay.co.id/2023/10/31/ambon-keringe-krisis-air-di-kota-ambon-dan-
hilangnya-wilayah-resapan/

https://ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2020/01/Bagus%20Baidhowie
%20Jurnal%20oke%20(01-28-20-03-22-01).pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/359-Article%20Text-1123-1-10-20151023.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/alfonkimbal,+Jurnal+Yerry+Budiman.pdf

https://www.mongabay.co.id/2016/03/23/air-krisis-kala-hutan-merauke-terus-menipis/

12

Anda mungkin juga menyukai