Anda di halaman 1dari 254

Diktat Perekonomian

Indonesia (UTS)
Kumba Digdowiseiso, PhD
Kuliah 1
KONTRAK PERKULIAHAN
Kiat-kiat Sukses dalam Mata Kuliah
Perekonomian Indonesia

Subject ini menuntut Anda untuk menjadi Conceptual, Analytical,


and Critical thinkers.
 Pray !

 Discovery learning dr berbagai sumber-sumber yang relevan.

 Individually practice makes perfect !

 After you did those aforementioned actions, then create a small


yet focus group discussion with your colleagues.

3
Methods and Process
 Sambil menunggu arahan Pemerintah, perkuliahan berjalan secara online
melalui system perkuliahan UNAS di webkuliah.unas.ac.id.

 Sy akan posting pertanyaan setiap Hari Senin utk kalian pahami. Masing-
masing dari spokeperson wajib merespon setiap pertanyaan.

 Penjelasan materi via Google meet atau web conference lain dilaksanakan
pada pertemuan ke 5 (tentative) dan 15 (tentative). Apabila kt
melaksanakan perkuliahan mli model web conference, kalian wajib absen
di webkuliah.unas.ac.id agar tidak berpengaruh pd absensi (sy akan
post thread for the sake of formality).
Evaluasi

 - Keaktifan perkuliahan = 10 %

 - 1 individual assignment = 20 %

 - 1 group assignment = 20 %

 - UTS (1 kali) = 25 %

 - UAS (1 kali) = 25 %

5
TUGAS INDIVIDU
 Tugas individu dikumpulkan ke sistem. Due date tugas individu adalah akhir
perkuliahan 5 (tanggal 30 Oktober 2021 jam 13.00). Terlambat mengumpulkan
tugas tidak akan dinilai.

 Masing-masing dari kalian akan membuat artikel tentang topik perkuliahan 2 sd 5.


Misal: 1. “Gagasan Ekonomi a la Adam Smith dan Relevansinya dengan Indonesia”; 2.
“Analisa Kritis Perbandingan antara Pandangan Karl Marx dan Adam Smith”.

 Maksimum jumlah kata yakni 3000 kata, including daftar pustaka. Gunakan font Times
New roman, Size 12, Spasi 1,5.

 Struktur penulisan terdiri dari: I. Pendahuluan; II. Analisa; III. Kesimpulan; dan Daftar
Pustaka. Penulisan daftar pustaka dan catatan pustaka mengikuti pedoman penulisan
skripsi.

 Plagiasi
dan Duplikasi Tugas BERAKIBAT PEMOTONGAN NILAI DAN BAHKAN
PENGULANGAN MATA KULIAH.
TUGAS KELOMPOK
(terdiri dari 3 s/d 5 individu)
 Tugas kelompok dikumpulkan ke sistem. Due date tugas kelompok adalah
akhir perkuliahan 13 (tanggal 01 Januari 2022 jam 13.00). Terlambat
mengumpulkan tugas tidak akan dinilai.

 Masing-masing kelompok akan membuat analisa tentang C or I or G or NX or


neraca pembayaran or utang luar negeri di Indonesia secara time-series.

 Maksimum jumlah kata yakni 6000 kata, including references/daftar pustaka.


Gunakan font Times New roman, Size 12, Spasi 1,5.

 Struktur penulisan terdiri dari: I. Pendahuluan; II. Tinjauan Pustaka; III.


Metode; IV. Analisa; V. Kesimpulan; dan Daftar Pustaka. Penulisan daftar
pustaka dan catatan pustaka mengikuti pedoman penulisan skripsi.

 Plagiasi dan Duplikasi Tugas BERAKIBAT PEMOTONGAN NILAI DAN BAHKAN


PENGULANGAN MATA KULIAH.
Kuliah 2
SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA
Karakteristik Perekonomian Indonesia
(Demografis)
 Indonesia adlh negara dg populasi terbesar ke-4 di dunia
 Penyebaran penduduk tdk merata, banyak penduduk tinggal di rural dg taraf
hidup yg cukup rendahLow human capital on Investment, with poor
sanitation living Vicious cycle of Poverty
Karakteristik Perekonomian Indonesia
(Sos-Bud-Pol)
 Banyak suku, budaya, serta agama dan kepercayaan  SARA  Bad
Investment
 Politik  unflexible bureaucracy due to feodalism  Bad Investment
Need a Breakthrough (1)
 Pada level mikro, diperlukan
kebijakan yang berpihak pada RT
(KUR) dan Persh (kemitraan usaha) Nasional
 Pada level meso, diperlukan Sektoral
aturan-aturan yang tidak tumpang dan Daerah
tindih antar K/L, serta yang
business climate. Juga Perusahaan
keberpihakan kpd daerah dan RT
tertinggal, perbatasan, dst
 Pada level makro, diperlukan
keseimbangan antara fiscal policy
(e.g. Tax) dan monetary policy
(i/r).
Need a Breakthrough (2)
Periode Kolonial
Perdagangan Hindia Belanda Impor dari Ekspor ke
Negeri-negeri Asia $ 89.000.000 $ 144.000.000
ENCLAVE Sektor Negeri-negeri Eropa 141.000.000 117.000.000
Ekspor Amerika 36.000.000 90.000.000
Afrika 9.000.000 46.000.000
Sektor Tradisional
(HINTERLAND)
Australia 8.000.000 22.000.000

 Dualisme antara sektor ekspor (kebutuhan VOC) dan sektor tradisional


(kebutuhan domestik)
 Pasar dunia berhubungan langsung dg sektor ekspor dan mendapat proteksi dr
VOC
 Muncul kelas dlm masy. (golongan pekerja dan golongan tuan tanah <> eksportir
dr kapitalis maju)
 Kira-kira ¼ dari impor Hindia belanda datang dari negeri belanda  menutup
defisit dari negara Belanda
 Antara tahun 1921 – 1939 pendapatan riil penduduk Indonesia asli naik 50%
(sekitar 2,6% per tahun). Sedang laju pertumbuhan penduduk waktu itu sekitar
1,5% per tahun
Periode Kemerdakaan
Masa Demokrasi Liberal (1945 – 1959)

 Rusaknya sarana-prasarana
 Pemerintah RI mengeluarkan mata
uang “ORI” pada bulan Oktober
1946 dan rupiah Jepang diganti/
ditarik dengan nilai tukar Rp 100
(Jepang) = Rp 1 (ORI)
 Pergolakan politik dalam negeri,
int’l trade terhenti, investment
menurun, dan gov’t spending
meningkat  budget deficit
meningkat  exp. monetary policy
by raising Ms dlm kurun waktu 6
bulan (recall Irving Fisher)  high
inflation (50 %)
Periode Kemerdakaan
Masa Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)

 Inflasi merajalela karena


pembangunan ekonomi Tahun JUB (%) Harga (%)
disubordinasikan pada pembangunan 1960 39 19
1961 42 72
politik (eg. Pemberian kredit kpd
1962 99 158
pengusaha atas kedekatan) 1963 95 128
 Ada hubungan yang erat antara 1964 156 135
1965 280 595
jumlah uang yang beredar dan 1966 763 635
tingkat harga krn fokus pd Gov’t
spending
 Cadangan devisa yang sangat rendah
mengakibatkan timbulnya
kekurangan bahan mentah dan suku
cadang yang masih harus diimpor
Periode Kemerdakaan
Masa Orde Baru (1966 – 1998) (1)

 Tahun 1966 – 1968 disebut sebagai periode stabilisasi dan


rehabilitasi meski menghadapi hyper inflation (650 %) due
to less domestic production
 Mulai menerapkan kebijakan anggaran berimbang melalui
perekonomian terbuka
 Kebijakan kredit yang lebih selektif dan penerapan suku
bunga rendah guna mendorong Investment  defisit APBN
ditekan dari 173,37 % di tahun 1965 mjd 0 % di tahun 1968
 Adanya pemberlakuan UU tentang Pokok Perbankan dan
Bank Sentral. Bursa valas pun dibuka
 Tahun 1969 hingga 1998, periode pembangunan dimulai
dari penerapan rencana pembangunan Tahap I (25 tahun),
yang terbagi atas Pelita I s/d V)
Periode Kemerdakaan
Masa Orde Baru (1966 – 1998) (2)
 Pada periode pembangunan, terjadi 2
kali oil boom (1973-1974 dan 1979- &
non-tradable
1980)  Nilai ekspor meningkat 
pert. Ekonomi meningkat hingga 9,9 %
pada tahun 1980
 Gejala dutch disease dimulai. Ada 2
sektor, non-tradable (services) dan
tradable. Tradable terdiri dari booming
(nat. Resource) dan lagging
(manufacture) sector.
 Dalam kerangka Labour market,
resource boom meningkatkan D labour &
non-tradable
for resource sector upward pressure
on wages in this sector  stimulate
workers from lagging dan NT sector to
move  lagging dan NT sector
producers raise wage to retain the
workers
Periode Kemerdakaan
Masa Orde Baru (1966 – 1998) (3)
 Dalam kerangka international trade, kondisi pre-boom
digambarkan dengan keseimbangan di x dimana
indifference curve (I) 1 merupakan tangen dari kurva
PPF (T-N), dengan real exchange rate (PN/PT)1.
 Resource boom akan meningkatkan K dan L di
booming sector shg menggeser kurva PPF ke (T1-N)
dan keseimbangan berubah di y. Resource boom
menyebabkan 2 hal :
 Resource Movement Effect (RME). Perpindahan K dan
L pd NT sector dan lagging sector ke booming sector
(N1 ke N2)De-industrialisasi langsung.
 Over-excessive Demand K dan L pd kedua sector
tersebut menyebabkan peningkatan import pd lagging
sector. Guna menjaga NT sector, PN hrs naik, shg real
exchage rate (RER) appreciate, serta K & L pd lagging
sector pindah ke NT sector De-industrialisasi tidak
langsung
 Spending Effect (SE). Higher Demand pd NT sector akn
meningkatkan import. Ttp guna menjaga excess
Demand pd NT sector, PN hrs naik shg RER appreciate
(PN/PT)2, serta K & L pd Booming Sector dan lagging
sector pindah ke NT sector De-industrialisasi tidak
langsung
Periode Kemerdakaan
Masa Orde Baru (1966 – 1998) (4)

 Tahun 1988 – 1991 kegiatan ekonomi mulai memanas


(overheated) akibat ekspansi ekonomi dan ekspansi moneter.
Kondisi ini terus berlangsung hingga tahun 1996
 Indikator Ekspansi Ekonomi
 Laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat : 5,8% (1988), 7,5% (1989), 7,1
(1990)
 Investasi dunia swasta yang meningkat : 15% (1983), 17% (1991). Pangsa
investasi asing berkisar 25% dari total nilai investasi swasta domestik

 Indikator ekspansi Moneter


 Jumlah uang beredar meningkat : 40% (189), 44% (1990)
 Kredit perbankan meningkat : 48% (1989), menjadi 54% (1991)
 Laju inflasi meningkat : 5,5% (1988), 6,0% (1989) 9,5% (1990-1991)
 Defisit tahun berjalan meningkat : US$1.6 miliar (1989), US$3.7 miliar
(1990) dan US$4.5 miliar (1991)
Periode Kemerdakaan
Masa Orde Baru (1966 – 1998) (5)

Faktor Internal

Fundamental ekonomi makro (GDP, Perth. Ekonomi, Inflasi, Jumlah Uang Beredar,
Suku Bunga, dan Investasi) dan Capital Outflow

Faktor Eksternal
Kelesuan perekonomian di negara-negara Asia Timur dan Eropa Barat, serta Indonesia mengalami
Trade Deficit. Black Monday pada tahun 1987 dan The Dot-Com Buble pada tahun 1990an
setidaknya berpengaruh

Teori Alternatif

Teori Business Cycle (asumsi 10 tahunan crisis), Teori Konspirasi, dan Teori Contagion

Faktor-faktor lainnya

Speculation, herding behaviour, dan assymetric information


Akibat Krisis Ekonomi
Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan
Rincian I II III IV
Perubahan %
Produk domestik bruto riil -4,0 -12,3 -18,4 19,5
(Tahun dasar 1993)
Pengeluaran konsumsi 2,4 4,8 -13,7 -9,5
Inflasi IHK 39,1 56,7 82,4 77
Suku bunga PUAB 51,8 64,6 66,2 33,4
Nilai tukar (Rp$) 14,900 10,700 8,025 8,685

 Kerusuhan dan meningkatnya social cost yang lain


 Pergantian politik
 Berkurangnya daya beli
Kuliah 3
SISTEM EKONOMI
Sistem Ekonomi
Unit-unit ekonomi seperti rumah
tangga, perusahaan, serikat buruh,
2
1 instansi pemerintah dan lembaga-
Sheridan (1998) mengenai sistem-sistem lembaga lain yang berkaitan dengan
ekonomi yang ada di Asia mengatakan kegiatan ekonomi.
bahwa “Economic system refers to the
way people perform economic activities in Pelaku-pelaku ekonomi seperti
their search for personal happiness” konsumen, produsen, buruh, invstor
dan pejabat-pejabat yang terkait.
4
Hal ini akan menentukan: Lingkungan Sumber Daya Alam (SDA)
1. Daya saing perekonomian nasional dan Dan Sumber Daya Manusia (SDM),
internasional (NX) Sumber Daya Kapital (SDK)
2. Alokasi C, I, dan G dalam perekonomian
3. Distribusi pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing unit dan
pelaku ekonomi (wage, profit, rent, and 3
interest) Institutional arrangements terkait
kepemilikan, pelaku dan kegiatan
ekonomi, serta welfare
Tiga kelompok sumberdaya:
Labor

Capital
Land
Tiga kelompok sumberdaya ini juga disebut ….…

Labor

Capital
Land
…………..faktor produksi.
16
Tiga Permasalahan Pokok
EKONOMI……..…

 Apa yang akan diproduksi?

 Bagaimana memproduksinya?

 Untuk siapa hasil produksinya?


Masalah-masalah Pokok Ekonomi

1. Barang apakah yang akan diproduksi dan


berapa banyaknya
 Barang yang akan di produksi berdasarkan
skala prioritas pemenuhan kebutuhan
masyarakat .
 Jumlah barang yang akan diproduksi
disesuaikan dengan besarnya daya serap
dan daya beli masyarakat terhadap barang
tersebut.
Masalah-masalah Pokok Ekonomi …..lanjutan

2. Bagaimana Cara Barang tersebut


diproduksi
 Cara tradisional:
o Bercocok tanam
o Memelihara ternak
o langsung diambil dari alam.
 Cara modern:
o Industri pengolahan
o Rekayasa genetika
Masalah-masalah Pokok Ekonomi …..lanjutan

Seiring dengan makin cepatnya dan banyaknya


kebutuhan masyarakat, produsen dituntut untuk dapat
menyediakan barang-barang kebutuhan tersebut dalam
jumlah yang cukup.

Misalnya:
 Pertanian dengan cara cangkokan dan bibit unggul,
 Peternakan dengan cara kawin silang,
 Perikanan dengan pembibitan unggul (darat) atau
perikanan tangkap dengan peralatan yang canggih.
Masalah-masalah Pokok Ekonomi …..lanjutan

3. Untuk Siapa Barang tersebut diproduksi

 Tingkat perekonomian dan daya beli


masyarakat berbeda satu dengan lainnya.
 Produsen harus dapat menyesuaikan
produksinya sesuai dengan kemampuan
dan daya beli masyarakat.
Aturan-aturan di suatu negara yang
dianut untuk menjawab tiga pertanyaan
mendasar tersebut, dinamakan…..…

Economic system
(Sistem Ekonomi)
Sistem-sistem Ekonomi

1. Sistem Ekonomi Tradisional


 Kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi
dilakukan menurut kebiasaan yang diwariskan oleh
nenek moyang.
 Kegiatan ekonomi tidak ditentukan oleh apa yang
dibutuhkan manusia di masa datang, tetapi
berpedoman pada apa yang biasa dilakukan pada
masa lalu.
 Tujuan utamanya adalah untuk mempertahankan
kebiasaan yang sudah berlangsung lama, dan
kegiatan ekonomi hanya untuk memenuhi
kebutuhan pokok saja.
Sistem-sistem Ekonomi ….. lanjutan

2. Sistem pasar bebas atau liberalis atau


kapitalis atau perekonomian pasar
(Dipelopori oleh Adam Smith)

 Tidak adanya campur tangan permerintah


dalam perekonomian (kecuali untuk urusan
hukum, keuangan, pertahanan dan hubungan
luar negeri).
 Masyarakat bebas untuk melakukan kegiatan
ekonomi dan bisnisnya (menurut Adam Smith,
hanya masyarakatlah yang paling tahu
mengenai kebutuhannya).
Sistem-sistem Ekonomi ….. lanjutan

3. Sistem komando atau sistem ekonomi


perencanaan atau kadang disebut sebagai
sistem sosialis (Dipelopori oleh Karl Mark)

 Pemerintah campur tangan penuh dalam


perekonomian masyarakatnya
Menurut anggapan Karl Max, apabila masyarakat
(individu) dibiarkan secara bebas menjalankan
kegiatan ekonominya, akan terjadi ketimpangan
penguasaan sumber-sumber ekonomi dan
penindasan ekonomi oleh masyarakat yang kaya
terhadap masyarakat yang miskin.
The difference between communism and socialism

Socialism Communism

Siapa pemilik Gov. owns large


industri? industries / public Government
owns some
Siapa yg memutuskan
dimana seseorang The individual Government
bekerja?

Dapatkah seseorang
memiliki suatu Only a small farm
Yes or business
business atau private
property?
Siapa yang menjawab
tiga pertanyaan The government The government
esensial ekonomi?
6
Now, let’s compare these to capitalism.

Kriteria Capitalism
What type of
Siapa pemilik economy does
The people
the RI have?
industri?
Siapa yg Are you glad you
memutuskan dimana The individual live in a capitalist
seseorang bekerja? economy or do
you think you
Dapatkah seseorang
memiliki suatu
would rather live
business atau private
Yes under another
property? economy?
Siapa yang
Why?
menjawab tiga The people
pertanyaan esensial
ekonomi?
Sistem-sistem Ekonomi … . lanjutan

4. Sistem Campuran (liberalis dan sosialis)

 Pada satu sisi, pemerintah memberikan


kebebasan kepada masyarakat untuk berusaha
dalam memenuhi kebutuhannya
 Disisi lain, pemerintah turut sampur tangan
dalam perekonomian, tujuannya adalah untuk
menghindari pengusahaan secara penuh dari
segolongan masyarakat terhadap sumberdaya
ekonomi .
Campur tangan pemerintah dalam
perekonomian biasanya dalam bentuk

:1. Membuat peraturan atau undang-undang yang


bertujuan untuk mengatur dan mengawasi kegiatan
ekonomi masyarakat;

2. Mendirikan perusahaan yang kegiatannya hampir


sama dengan kegiatan usaha swasta yang
umumnya, tapi lebih berorientasi kepada keutamaan
kepentingan masyarakat benyak;

3. Menetapkan kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter.


Kuliah 4
PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI
Di Indonesia, ada sembilan sektor ekonomi
yang dihitung, yaitu:

1. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan


2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri pengolahan (manufactur)
4. Listrik, air dan gas
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel dan restoran
7. Pengangkutan dan telekomunikasi
8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
9. Jasa lain-lain.
9 Sektor ekonomi tsb dikelompokkan
menjadi 3 kelompok
1) Sektor primer:
 pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan
 Pertambangan dan penggalian

2) Sektor sekunder:
 Industri pengolahan (manufactur)
 Listrik, air dan gas
 Bangunan

3) Sektor tersier:
 Perdagangan, hotel dan restoran
 Pengangkutan dan telekomunikasi
 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
 Jasa lain-lain.
Pendapatan Nasional

 Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan


perusahaan bertujuan menghasilkan barang dan
jasa yang diperlukan oleh masyarakat.
 Jika keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan
tersebut dihitung, akan diperoleh produk nasional
atau pendapatan nasional.
 Istilah yang paling sering dipakai untuk
menerangkan konsep pendapatan nasional adalah
Produk Domestik Bruto (PDB).
 Jadi, pendapatan nasional adalah keseluruhan
pendapatan masyarakat yang diterima oleh
perekonomian suatu negara dalam jangka waktu
satu tahun.
Pendapatan Nasional
 Pendapatan nasional menerangkan tentang nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan
suatu negara dalam suatu tahun tertentu
 Pendapatan nasional selanjutnya dapat dibedakan
menjadi dua pengertian, yaitu :
1. Produk Nasional Bruto (Gross National
Product, GNP), yaitu produk keseluruhan yang
dihasilkan oleh warga negara suatu negara
tertentu
2. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic
Product, GDP), yaitu produk keseluruhan yang
dihasilkan oleh penduduk suatu negara
tertentu
Perhitungan pendapatan nasional dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Cara Pengeluaran
2. Cara Produksi (metode Output).
3. Cara Pendapatan. Pendapatan nasional dihitung
dengan menjumlahkan pendapatan yang diterima
oleh berbagai faktor-faktor produksi. Umumnya
menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-
faktor produksi sebagai berikut :
 Pendapatan para pekerja
 Pendapatan usaha perseorangan
 Pendapatan dari sewa
 Bunga netto
 Keuntungan perusahaan
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional
1. Metode Pengeluaran
 Menurut metode pengeluaran nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian
selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu
perekonomian yaitu:
a. Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
b. Konsumsi Pemerintah ( Government Consumption)
c. Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
d. Ekspor Neto ( Net Export)

Dengan demikian nilai PDB berdasarkan metode pengeluaran adalah nilai total lima jenis pengeluaran
tersebut :

PDB = C + G + I + (X – M)

Dimana :

C = konsumsi rumah tangga

G = konsumsi pemerintah

I = Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

X = Ekspor

M = Impor.
PDB, PNB dan Pendapatan Nasional
Indonesia Menurut Harga Konstan 1993
(dlm triliun rupiah)
Masalah Penghitungan Dua Kali
 Dengan cara pengeluaran, PN dihitung dengan
menjumlahkan nilai perbelanjaan dari berbagai
golongan masyarakat ke atas barang-barang jadi
dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam
perekonomian tersebut.
 Untuk menghindari perhitungan ganda (double-
counting), nilai PDB dihitung dengan cara
menjumlahkan nilai tambah setiap sektor (bukan
pada nilai outputnya), atau yang harus dijumlahkan
dlm menghitung PN adalah:
 (i) nilai barang-barang jadi saja
 (ii) nilai-nilai tambahan yang diciptakan dalam
setiap tingkat proses produksi
2. Metode Output (cara produksi)
 Pendapatan nasional dihitung dengan
menjumlah nilai produksi barang dan jasa
yang diwujudkan oleh berbagai sektor
(lapangan usaha) dalam perekonomian
 Menurut metode ini, PDB adalah output
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian.
Tetapi kenyataannya yang dihitung adalah
nilai tambah masing-masing sektor. Yang
dimaksud nilai tambah adalah selisih
antara nilai output dan nilai input.
Contoh Perhitungan Nilai tambah
Hasil perhitungan pendapatan nasional (PDB)
dengan metode produksi, PDB Indonesia
berdasarkan Harga Berlaku tahun 2003
3. Metode Pendapatan
 Metode ini memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor
produksi yang digunakan dalam proses produksi.
Hubungan keduanya dapat digambarkan dalam fungsi produksi berikut :
Q = f(L, K, U, E)
dimana : Q = output L = tenaga kerja
K = modal U = uang
E = kemampuan entrepreneur
 Pendapatan Nasional merupakan total balas jasa seluruh faktor produksi
PN = w + i + r + π
dimana : w = upah /gaji
I = pendapatan bunga
r = pendapatan sewa
π = keuntungan
Pendapatan Nasional Indonesia thn 1994
(dlm Milyar dolar AS)
Beberapa pengertian yang harus dipahami berkaitan
dengan pendapatan nasional
1. Produk Domistik Bruto (Gross Domestik Product)
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
3. Produk Nasional Neto (Net National Product)
4. Pendapatan Nasional (National Income)
5. Pendapatan Perseorangan (Personal Income)
6. Pendapatan Personal Disposibel (Disposible
Personal Income)
Dari Produk Domestik Bruto sampai ke Pendapatan
Personal Disposibel dapat diringkaskan sebagai
berikut :
Penentuan harga Pendapatan Nasional

 Pendapatan nasional pada harga yang


berlaku adalah nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara
dalam suatu tahun dan dinilai menurut
harga-harga yang berlaku pada tahun
tersebut.
 PDB yang dihitung dengan menggunakan
harga berlaku disebut PDB nominal.
 Nilai PDB dengan harga berlaku dapat
memberi hasil yang kurang tepat karena
adanya pengaruh kenaikan harga-harga
(inflasi).
 Pendapatan nasional pada harga konstan yaitu penghitungan
pendapatan nasional mendasarkan pada harga yang berlaku
pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk
menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang
lain.
 Jika nilai PDB dihitung berdasarkan harga konstan disebut PDB
riil atau PDB aktual.
 Untuk memperoleh PDB harga konstan harus ditentukan tahun
dasar terlebih dahulu, yaitu tahun ketika perekonomian berada
dalam kondisi baik sehingga harga-harga tetap stabil atau
konstan.
 Nilai PDB yang dihitung berdasarkan harga konstan akan
memberikan hasil yang lebih akurat sehingga lebih banyak
dipakai dalam analisis ekonomi.
 Dengan menggunakan metode pendekatan produksi, pendekatan
pendapatan, dan pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan
nasional (PDB) dapat ditentukan berdasarkan harga berlaku
maupun harga konstan.
 Ukuran pendapatan nasional lainnya adalah PDB potensial, yaitu
nilai produksi maksimum yang dapat dicapai oleh suatu
perekonomian di dalam negeri tanpa menaikkan tingkat harga.
 Dalam penghitungan cara pengeluaran nilai pendapatan nasional
yang diperoleh adalah produk Nasional Bruto (GNP), sedangkan
perhitungan cara pendapatan menghasilkan pendapatan nasional
(National Income).
 Produk nasional netto adalah produk
nasional bruto setelah depresiasi.
 Produk nasional netto setelah dikurangkan
dengan pajak tidak langsung, biaya
transfer perusahaan (hadiah-hadiah yang
diberikan perusahaan), dan ditambahkan
dengan subsidi pemerintah menjadi
Pendapatan Nasional (National Income).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dihitung mendasarkan
pada informasi tentang tingkat pendapatan nasional riil dari tahun ke
tahun, dengan menggunakan formula sebagai berikut.

Pendapa tan Nasional Riil(t 1)  Pendapa tan Nasional Riil(t )


g x100
Pendapa tan Nasional Riil(t )

Dimana :
g = pertumbuhan ekonomi (persen)
Pendapatan nasional riil dapat dihitung dengan mendeflasikan dengan GNP-
Deflator atau indeks harga (IHt). Formula yang dapat digunakan adalah :
GNP Riil t+1 = (100/ IHt) x GNP t+1
UNTUK MENENTUKAN TINGKAT DAN PERTAMBAHAN
KEMAKMURAN PENDUDUK PERLU DIHITUNG PENDAPATAN PER
KAPITA PER TAHUN.

 Pendapatan per Kapita (t) = (GNPt / Jml Penduduk t ) = X


 Pendapatan per Kapita (t+1) = (GNPt+1 / Jml Penduduk t+1) = Y
 Pertambahan Pendapatan Per Kapita (t+1) = ((Y – X) / X) x 100
Pendahuluan
 Kita perlu mengetahui tingkat pertumbuhan
ekonomi untuk mengetahui bagaimana
perkembangan produksi riil suatu negara.
 Pertumbuhan riil yang mencapai 100 persen
mengindikasikan tingkat kesejahteraan
masyarakat telah menjadi dua kali lipat
dibanding sebelumnya.
 Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dari
besarnya prosentase pertumbuhan ekonomi
tahunan.
Pendahuluan

 Pertumbuhan Ekonomi adalah suatu


ukuran kuantitatif yang menggambarkan
perkembangan suatu perekonomian
dalam satu tahun tertentu dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
Pendahuluan
 Pertumbuhan ekonomi  dalam bentuk
prosentase
 Misal:
 Tahun 2007 ini pertumbuhan ekonomi di
Indonesia adalah 6%,  perekonomian
Indonesia, (PDB) untuk tahun 2007
meningkat sebesar 6% dibandingkan
dengan PDB tahun 2006
 Pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan
PDB)  perhitungan atas dasar harga
konstan
Rumus
Pn  Pn-1
g  100%
Pn-1

Keterangan:
 g : tingkat pertumbuhan
 Pn : PDB pada tahun yang diteliti
 P(n-1) : PDB setahun sebelumnya
Contoh

PDB Harga Pertumbuhan


Tahun Konstan Absolut Prosentase
(Rp.milyar) (Rp.milyar)
2004 1.656.513 - -
2005 1.750.653 94.140 5,68
2006 1.846.651 95.998 5,48
SOAL

Tahun PDB CPI Jumlah penduduk


2000 210,320 juta 120,1 31,215 ribu
2001 230,120 juta 124,2 31,800 ribu
2002 250,660 juta 127,4 32,400 ribu
2003 270,110 juta 130,7 33,048 ribu

 Hitung pendapatan perkapitanya


 Hitung PDB riil
 Hitung pertumbuhan ekonominya
 Hitung tingkat pertambahan penduduk nya
 Apakah perekonomian tersebut mengalami
pembangunan ekonomi?
Beberapa Konsep Pertumbuhan
Ekonomi
1. Pertumbuhan ekonomi
 Definisi: menerangkan atau mengukur prestasi
dari perkembangan suatu ekonomi
 Diukur melalui persentasi pertambahan
pendapatan nasional riil
2. Pembangunan ekonomi
 Definisi: pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh
perubahan dalam struktur dan corak kegiatan
ekonomi
 Sering dikaitkan dengan perkembangan ekonomi
di negara berkembang
Beberapa Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Perbedaann
1. Pembangunan ekonomi
 Tingkat pendapatan per kapita terus menerus
meningkat
2.Pertumbuhan ekonomi
 Tingkat pendapatan per kapita belum tentu
mengalami peningkatan
Pendapatan per Kapita
 Pendapatan per kapita digunakan sebagai
indikator untuk mengukur kemakmuran
 Semakin tinggi pendapatan per kapita, maka
dapat di maknai tingginya tingkat kemakmuran
suatu masyarakat
 Rumus:
PDB
PDB per kapita 
Jumlah penduduk
PNB
PNB per kapita 
Jumlah penduduk
Faktor-faktor Penentu
Pertumbuhan Ekonomi

 Tanah dan kekayaan alam


 Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga
kerja
 Barang-barang modal dan tingkat teknologi
 Sistem sosial dan sikap masyarakat
Masalah Pembangunan di
Negara Berkembang
1.Pertanian tradisional
2.Kekurangan dana modal dan modal fisik
3.Peranan tenaga terampil dan berpendidikan
4.Perkembangan penduduk yang pesat
5.Masalah institusi, sosial, kebudayaan dan politik
6.Pembangunan di Indonesia lebih banyak
diarahkan pada pertumbuhan ekonomi  unsur
pemerataannya masih kurang mendapatkan
perhatian  kesenjangan
Kuliah 5
DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN
Distribusi Pendapatan
 Distribusi pendapatan adalah mengukur
seberapa baik pembagian pendapatan nasional
terhadap warga negaranya.
 Tingkat pertumbuhan ekonomi, tidak
memberikan gambaran bahwa seluruh penduduk
yang ada di negara tersebut meningkat
kesejahteraannya.
 Sangat mungkin terjadi, ekonomi meningkat
pesat tetapi jumlah penduduk miskin juga
meningkat.
 Hal ini tergantung pada tingkat pemerataan
distribusi pendapatan tersebut.
Distribusi Pendapatan
 Misalkan:
 Di dalam satu keluarga ada lima orang, yakni A, B,
C, D, dan E.
 Kelima orang tersebut setiap bulannya memperoleh
penghasilan masing-masing (dalam rupiah) sebagai
berikut:
A: Rp.730.000,00
B: Rp.780.000,00
C: Rp.960.000,00
D: Rp.1.100.000,00
E: Rp.1.400.000,00
 Apakah terjadi pemerataan pendapatan?
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
 Tingkatpemerataan distribusi pendapatan
diukur dengan Rasio Konsentrasi Gini (Gini
Consentration Ratio) atau Koefisien Gini.
 Koefisien Gini adalah ukuran
ketidakseimbangan atau ketimpangan yang
angkanya berkisar antara nol (pemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan
sempurna).
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
 Metode:
1.Membagi penduduk menjadi 5 atau 10 kelompok
(quintiles atau deciles) sesuai dengan tingkat
pendapatannya.
2.Menetapkan proporsi yang diterima oleh masing-
masing kelompok pendapatan.
 Koefisien Gini dapat digambarkan dengan Kurva
Lorenz
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
 Rumus Koefisien Gini:
Wilayah Q
KG 
Wilayah (Q  R)

 Semakin kecil wilayah Q hingga mendekati


nol (Q ≈ 0), maka pembilang adalah nol,
sedang penyebutnya (wilayah Q + R) adalah
bidang seluas segitiga di bawah garis
pemerataan sempurna, atau:
Wilayah Q 0
KG   0
Wilayah (Q  R) Wilayah (0  R)
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
 Jika wilayah Q sangat luas, maka wilayah R
semakin kecil karena terdesak oleh wilayah
Q sehingga luas wilayah R mendekati nol (R
≈ 0).
 Dengan demikian antara pembilang dan
penyebutnya sama, yakni seluas segitiga di
bawah garis pemerataan sempurna, maka:
Wilayah Q Wilayah Q
KG   1
Wilayah (Q  R) Wilayah (Q  0)
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
Standar pengukuran Koefisien Gini:
 Lebih kecil dari 0,3 = tingkat ketimpangan
rendah
 Antara 0,3‐0,5 = tingkat ketimpangan moderat
 Lebih dari 0,5 = tingkat ketimpangan tinggi
Distribusi Pendapatan
Pengukuran Pemerataan
 Standar pengukuran Koefisien Gini  Bank Dunia
Distribusi Pendapatan
Penyebab Ketimpangan Pendapatan
1. Perbedaan kemampuan
2. Perbedaan pendidikan dan pelatihan
3. Diskriminasi
4. Selera dan risiko kerja
5. Distribusi penguasaan aset sebagai faktor produksi
6. Kekuatan pasar
7. Keberuntungan, KKN
8. Pertumbuhan ekonomi yang lebih menguntungkan
pada kelompok tertentu
2. Kemiskinan
 Konsep Kemiskinan
 (Watts, 1968)
“Kemiskinan adalah kurangnya kekuasaan atas sejumlah komoditi
secara umum”
 (Sen, 1987)
“Kurangnya tipe-tipe konsumsi tertentu yang esensial bagi standar
hidup layak dalam masyarakat” atau “kurangnya kemampuan untuk
berfungsi secara baik di dalam masyarakat”
 (World Bank, 2000)
“Kurangnya kesejahteraan” di mana kesejahteraan diukur oleh
kepemilikan individu terhadap pendapatan, kesehatan, nutrisi,
aset-aset, perumahan, dan hak-hak tertentu dalam masyarakat”
Garis Kemiskinan

 Standar minimum yang dibutuhkan oleh seseorang untuk memenuhi


kebutuhan hidup yang mendasar, baik makanan ataupun non-makanan.
 Mendefinisikan tingkat konsumsi (atau pendapatan) yang dibutuhkan individu
untuk terlepas dari kemiskinan.
Population below the Poverty Line* in Selected Countries
(Percent)

Country 1981 1984 1987 1990 1993 1996 1999 2002 2004

Bangladesh 31.07 24.93 36.84 33.71 30.55 31.72 41.30 37.16 32.61

China 63.75 41.01 28.64 32.98 28.36 17.37 17.77 13.79 9.90

India 51.75 47.94 46.16 44.32 41.82 39.94 37.82 35.87 34.33

Indonesia 45.88 36.68 28.15 20.57 17.39 14.12 7.58 7.78 5.44

Lao PDR 65.66 53.64 43.48 29.04 18.57 26.37 24.12 27.37 20.55

Malaysia 2.36 1.96 1.20 0.93 0.43 0.52 0.54 0.14 0.04

Philippines 20.42 23.42 19.45 20.19 18.09 13.61 13.54 13.49 13.49

Sri Lanka 17.68 9.39 9.05 3.82 5.73 6.56 7.64 5.77 3.25

Thailand 21.64 21.34 17.86 10.02 6.02 2.21 2.03 0.89 0.12

Vietnam* 55.10 40.50 35.36 24.77 14.63 9.19 3.80 1.78 0.00

*Population living in households with consumption or income per person below the poverty line. The default
poverty line is $32.74 per month. This is the World Bank $1 per day poverty line.
Source: World Bank Poverty Monitor
Mengapa Garis Kemiskinan Dapat
Berubah?
1. Garis kemiskinan merefleksikan biaya pembelian sejumlah kebutuhan hidup
baik makanan maupun non-makanan. Maka, ketika harga kebutuhan hidup
naik, maka garis kemiskinan ikut bergerak menyesuaikan diri.
2. Garis kemiskinan dapat berubah jika batas kemiskinan riil direvisi dari
waktu ke waktu
 Kemiskinan Relatif:
Garis standar hidup minimum yang
berubah mengikuti perubahan
Perubahan Garis tingkat pendapatan.
Kemiskinan
(Cth: Garis Kemiskinan BPS)
 Kemiskinan Absolut:
Menaikkan Jumlah Garis standar hidup minimum yang
Penduduk Miskin dipertahankan tetap sehingga dapat
digunakan sebagai perbandingan.
(Cth: Standar Kemiskinan World
Bank, US$2 per hari atau US$1 per
hari

• Kemiskinan absolut di atas merupakan kemiskinan yang


membandingkan antara pendapatan/konsumsi seseorang dengan
garis absolut yang dinilai dengan uang, sementara jika
membandingkan pendapatan/konsumsi seseorang dengan
pendapatan/konsumsi orang lainnya maka disebut kemiskinan
relatif atau distribusi pendapatan atau ketidakmerataan
pendapatan
Transformasi Distribusi Pendapatan

• Kemiskinan relatif biasanya diukur dari


– Size distributions (quintiles, deciles)
– Lorenz curves/Gini coefficients
– Functional distributions
• Kemiskinan absolut dan relatif bersifat multidimensi:
– Ekonomi: insufficient of income, nutrition, home, and cloth
– Sosial: lack of social relation, insecurity
– Politik: powerlessness
– Budaya: low self esteem, low literacy/education
Mengukur Kemiskinan (1)
 Indikator kesejahteraan:
 Indikator moneter: pendapatan/konsumsi
 Indikator non moneter: mortality, mean years of schooling, malnutririon,dsb
 Indikator komposit: Human Development Index (Pendapatan, Kesehatan,
Pendidikan)
Mengukur Kemiskinan (2)
Foster-Greer-Thorbecke (FGT) memberikan
rumusan umum untuk kemiskinan
Dimana
z=Garis Kemikinan
yi=Pendapatan/Konsumsi individu i yg brd below poverty
line
N=jumlah populasi
Alpha= 0 (Head Count Poverty), 1 (Poverty Gap), 2 (Poverty
Severity)
i=1,2,3…..
Mengukur Kemiskinan (2)
Transformasi Distribusi Pendapatan
– Ukuran Poverty Head Count (P0, dimana alpha=0):
• Menunjukkan tingkat kemiskinan absolut, berupa persentase penduduk
miskin, namun tingkat kedalaman kemiskinan tidak terdeteksi
– Ukuran Poverty Gap (P1, dimana alpha=1):
• Menunjukkan jurang pendapatan dari kemiskinan di mana merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran dari penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan (semakin tinggi semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan, namun tidak tergambar jumlah org miskin
serta distribusi ketimpangan si miskin
• Poverty Gap bisa menjadi alat utk menentukan subsidi atau bantuan
langsung tunai (BLT) pd sebuah negara.
• BLT per bulan = Poverty Gap Index x Garis Kemiskinan x Jumlah
Masyarakat Miskin
– Ukuran Poverty Severity (P2, dimana alpha=2):
• Mengukur seberapa parah kemiskinan yang terjadi dengan bobot yang lebih
besar pada ketimpangan, atau penyebaran pengeluaran diantara penduduk
miskin namun tidak tergambar jumlah si miskin
Kuliah 6
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Populasi & Pertumbuhan Ekonomi

 Malthus & Dismal Science


 Menurut Malthus dalam bukunya “An Essay on The Principle Of Population
(1798)”, mengatakan Penduduk ↑ mengikuti deret ukur, sementara sumber
daya ↑ mengikuti deret hitung”
 Penduduk ↑ 2 x setiap 25 tahun
 Untuk mengatasi ledakan penduduk, caranya dengan wabah penyakit, kelaparan,
dan perang (edisi pertama); dorongan moral seperti mencegah dan menunda
pernikahan.
 Jika populasi bertambah terus, maka pertumbuhan ekonomi akan berhenti 100
tahun kemudian
Kritik Teori Malthus

 Para ahli demografi mengatakan Asumsi Malthus terlalu berlebihan.


 Malthus tidak pernah mengantisipasi kemajuan teknologi sejak revolusi
Industri. Termsk di dalamnya revolusi hijau, yaitu penerapan teknologi maju
di sektor pertanian.
 Sejak 1870, standar hidup dan upah riil meningkat secara signifikan.
Kritik Teori Malthus
 Perbandingan jumlah penduduk dan jumlah alat-alat pemuas kebutuhan,
yang dikemukakan Malthus, bersifat hipotesis.
 Jumlah penduduk tidak selalu bertambah dengan seluruh kekuatan
biologisnya, Program KB, menunda kelahiran dsb
Jumlah Penduduk dan Kemakmuran
 Sebagian besar penduduk ingin mengambil manfaat dari daerah yang
ditempatinya, sedangkan sumber-sumber yang dikandungnya harus
memenuhi kebutuhan penduduknya
 Pertanyaannya  Apakah kapasitas sumber daya yang dimiliki, mampu
memberikan manfaat penduduk yang menghuninya?
Lanjutan.....
 Maximum Population : jumlah penduduk maksimum yang dapat dihidupi
oleh suatu daerah tertentu, menurut tingkat hidup yang berlaku dan
kebutuhan akan barang
 Hubungan antara jumlah penduduk dan luas dan dinyatakan dengan angka
disebut “kapasitas penduduk”. Misal: 1000 orang per km2.
 Inovasi dan kemajuan teknologi  ↑kapasitas penduduk
Lanjutan.....
 Optimum Population : Jml penddk yang paling ideal/diinginkan.
 Tingkat optimum tercapai bila output fisik per kapita tertinggi.
 Overpopulated (kelebihan jml penddk), contohnya India,Indonesia,
Bangladesh,dll
 Underpopulated (kekurangan jml penddk), e.g. A.S, Negara2
Maju,Singapura, dll
 Tidak setiap optimum population  total output yang maksimum
Lanjutan.....

 Dlm keadaan under population  kurang memanfaatkan sumber daya scr


efisien
 Over population  berlaku the law of diminishing returns.
 Batas under/over population ada di optimum population.

Under Population Over Population


Optimum Population
Lanjutan.....
 Cara menghilangkan Underpopulation
 Usaha-usaha menaikkan birth rate,e.g. pemberian hadiah bagi Keluarga
Besar
 Mengundang emigran
Over Population & Law Of Deminishing
Luas tanah Jml Pekerja Total Marginal Average
(hektar) (orang) Product Product Product
(kuintal) (kuintal) (kuintal)
4 0 0 - 0
4 1 15 15 15
4 2 34 19 17
4 3 48 14 16
4 4 60 12 15
4 5 62 2 12,4
4 6 62 0 10,3
4 7 60 -2 8,6

TP AP 
TP
MP 
L L
Over Population & Law Of Deminishing

TP
Point of Diminishing
60 20 Marginal Productifity

Point of Diminishing
45 15 Average Productifity
Total Produk

MP & AP
MP AP
30 10

15 5

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah Pekerja Jumlah Pekerja
Over Population ..............(lanjutan)
 Cara menghilangkan Overpopulation
 Pemasukkan barang2 modal lebih banyak  ↑ produktifitas per kapita
 Menurunkan birth rate
 Mendorong emigrasi
Jumlah Penduduk
 Jumlah penduduk dipengaruhi oleh:
 Tingkat kelahiran/birth rate
 Tingkat kematian/death rate
 Migrasi / perpindahan penduduk
Jumlah Penduduk

Pt  P0  (CBR  CDR)  ( I m  Em )
 Pt= Jumlah penduduk di suatu thn tertentu
 P0= Jumlah Penddk thn sebelumnya
 CBR = Crude Birth Rate :Banyaknya bayi yg dilahirkan
dari 1000 org penddk slm thn ttt.
 CDR = Crude Death Rate: banyaknya penddk yang
meninggal tiap 1000 penddk slm thn ttt.
 Im = Imigrasi : migrasi ke dalam
 Em = Emigrasi : migrasi ke luar
MASALAH KETENAGAKERJAAN

 Pengangguran
adalah salah satu masalah
ekonomi utama yang dihadapi setiap
masyarakat.
 Masalah ekonomi tersebut dapat mewujudkan
beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi,
politik dan sosial.
 Untuk menghindari berbagai efek buruk yang
mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi
perlu dijalankan.
Rumus

 Unemployment Rate (U):


U = (∑ AKP/ ∑AK) x 100%
AKP = Angkatan kerja yang menganggur
AK = Total angkatan kerja
Berdasar Pada Sumber/Penyebab
1.Pengangguran normal atau friksional
 Pada kondisi perekonomian yang berkembang
pesat
 Jika suatu ekonomi terdapat pengangguran
sebanyak 2%-3%  kesempatan kerja penuh
 Pengangguran sebanyak 2%-3% 
pengangguran normal atau pengangguran
friksional
 Terjadi karena masyarakat sedang mencari
pekerjaan lain yang lebih baik
Berdasar Pada Sumber/ Penyebab
2.Pengangguran siklikal
 Pada kondisi perekomian yang tidak
selalu berkembang dengan stabil
 Pada suatu saat terjadi peningkatan
permintaan agregrat  menaikkan
produksi  pengangguran berkurang
 Pada suatu saat terjadi penurunan
permintaan agregrat  menurunkan
produksi  pengangguran bertambah
Berdasar Pada Sumber/Penyebab
3.Pengangguran struktural (struktur kegiatan
ekonomi)
 Pada kondisi perkembangan industri yang
tidak merata, pada perekonomian yang
selalu berkembang
 Industri yang berkembang pesat 
menaikkan produksi  pengangguran
berkurang
 Industri yang tidak berkembang pesat 
menurunkan produksi  pengangguran
bertambah
Berdasar Pada Sumber/Penyebab
4.Pengangguran teknologi
 Pada kondisi perekomian yang selalu
dituntut untuk efisien dan efektif
 Adanya teknologi  menggantikan peran
manusia dalam kegiatan produksi
 Semakin tinggi peran teknologi untuk
menggantikan peran manusia 
pengangguran bertambah
Berdasar Pada Ciri
1.Pengangguran terbuka
 Terjadi karena tidak seimbangnya antara
pertambahan lowongan kerja yang lebih
rendah dari pertambahan tenaga kerja
 Terjadi karena:
a.penurunan perekonomian
b.Kemajuan teknologi
c. penurunan pertumbuhan industri
Masalah Pengangguran
Berdasar Pada Ciri
2.Pengangguran tersembunyi
 Terjadi di sektor pertanian dan jasa
 Terjadi karena jumlah pekerja dalam
suatu kegiatan ekonomi adalah lebih
banyak dari yang diperlukan, supaya
perusahaan dapat beroperasi dengan
efisien
 Kelebihan tenaga kerja tersebut
terkategori sebagai pengangguran
tersembunyi
Masalah Pengangguran
Berdasar Pada Ciri
3.Pengangguran musiman
 Terjadi di sektor pertanian dan
perikanan
 Terjadi karena adanya musim tertentu
yang memaksa masyarakat untuk tidak
dapat melaksanakan pekerjaannya
Masalah Pengangguran
Dampak

1.Terhadap perekonomian
 Masyarakat tidak dapat
memaksimumkan tingkat
kesejahteraan yang mungkin
dicapainya
 Pendapatan pajak pemerintah
berkurang
 Menghambat pertumbuhan ekonomi
Masalah Pengangguran
Dampak
2.Terhadap Individu dan Masyarakat
 Kehilangan mata pencaharian dan
pendapatan
 Kehilangan atau berkurangnya
keterampilan
 Menimbulkan ketidak-stabilan sosial
dan politik
Kuliah 7
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
SEJARAH PENGHITUNGAN IPM
• 1990: UNDP merilis IPM → Human Development Report (HDR)
• 2010: UNDP menyempurnakan metode IPM (Metode Baru).

1990: 2010:
1. DIMENSI/INDIKATOR: 1.DIMENSI/INDIKATOR:
a. Kesehatan: Angka Harapan a. Kesehatan: Angka Harapan
Hidup saat lahir (AHH) Hidup saat lahir (AHH)
b. Pendidikan: b. Pendidikan:
 Angka Melek Huruf (AMH)  Harapan Lama Sekolah
 Rata-rata Lama Sekolah (HLS)
(RLS) Rata-rata Lama Sekolah
c. Standar Hidup: PDB per (RLS)
kapita c. Standar Hidup: PNB per
kapita
2. AGREGASI INDEKS: Rata-rata
Hitung 2.AGREGASI INDEKS: Rata-rata
Ukur/Geometrik
IPM METODE BARU DI INDONESIA

Metode Lama IPM Metode Baru

Angka Harapan Hidup saat Angka Harapan Hidup saat


Lahir (AHH) Lahir (AHH)

 Angka Melek Huruf  Harapan Lama Sekolah


(AMH) (HLS)
 Rata-Rata Lama Sekolah  Rata-Rata Lama Sekolah
(RLS 15 th +) (RLS 25 th +)

27 Komoditas PPP 96 Komoditas PPP

Rata-Rata Hitung Rata-Rata


Ukur/Geometrik
𝟏
𝑰𝑷𝑴 = 𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 + 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 + 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 x 100 𝑰𝑷𝑴 = 𝟑
𝑰𝒌𝒆𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕𝒂𝒏 × 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒈𝒆𝒕𝒂𝒉𝒖𝒂𝒏 × 𝑰𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 x100
𝟑
KEUNGGULAN IPM METODE BARU

Menggunakan indikator yang lebih tepat


METODE
dan dapat membedakan dengan baik
BARU
(diskriminatif).
• Dengan memasukkan Rata-rata Lama Sekolah dan angka
Harapan Lama Sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih
relevan dalam pendidikan dan perubahan yang terjadi.

Capaian yang rendah pada salah satu


komponen tidak dapat ditutupi oleh
komponen lain yang capaiannya lebih
tinggi.
Rata-rata Hitung  Rata-rata Geometrik
DAMPAK PERUBAHAN METODOLOGI

1 Level IPM
72,8 72,9 73,4
68,4 68,2 69,2 69,7 71,1

Secara umum level IPM 60,9 64,0 65,4 67,1 67,8 68,1 68,4

metode baru LEBIH


RENDAH dibanding
dengan IPM metode lama
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Metode Lama Metode Baru

2
Sumber: UNDP

Peringkat IPM

Terjadi PERUBAHAN PERINGKAT IPM.


Peringkat TIDAK BISA DIBANDINGKAN karena
perbedaan metodologi dan indikator.
POSISI IPM INDONESIA
World “Top Movers” in HDI
Improvement: 1970-2010 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di ASEAN,
2013
Improvement in
Ran
k Nonincome
HDI Income 90,1
HDI 85,2
77,3
1 Oman Oman China 72,2 68,4 66,0 63,8
2 China Nepal Botswana 58,4 56,9
52,4
3 Nepal Saudi Arabia South Korea
4 Indonesia Libya Hongkong,
China
5 Saudi Algeria Malaysia
Arabia
6 Lao PDR Tunisia Indonesia

Laos (139)
Singapura (9)

Brunei (30)

Filipina (117)

Myanmar (150)
Thailand (89)

Indonesia (108)

Kamboja (136)
Malaysia (62)

Vietnam (121)
7 Tunisia Iran Malta
8 South Ethiopia Viet Nam
Korea
9 Algeria South Korea Mauritius Sumber: HDR 2014, UNDP
10 Morocco Indonesia India

• IPM Indonesia 2013 sebesar 68,4; peringkat dunia 108/187, di ASEAN berada
pada peringkat 5/10, dan masuk dalam kategori menengah.
• Periode 1970-2010 Indonesia termasuk dalam World’s Top Movers in HDI
improvement.
TERIMA KASIH
Diktat Perekonomian
Indonesia (UAS)
Kumba Digdowiseiso, PhD
Kuliah 9
INVESTASI
KONSEP INVESTASI
 Pembelian barang modal baru
 Penambahan stok barang modal atau aset produktif
 Produksi barang modal tahan lama
Peran Investasi Dalam Perekonomian

Jangka Pendek: mempengaruhi output dan


kesempatan kerja melalui dampaknya terhadap
permintaan agregat.

Jangka Panjang: berpengaruh terhadap


pertumbuhan ekonomi melalui dampaknya terhadap
output potensial dan penawaran agregat.
Investasi Menurut Penggunaan
 Konstruksi
 Rehabilitasi
 Ekspansi
Determinan Investasi

 Mengapa pebisnis perlu investasi?


 Dengan investasi, penerimaan yang diperoleh lebih besar dari ongkos investasinya

 3 Elemen Penting dalam Investasi


 Revenue yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi (GDP)
 Cost (harga barang modal, tingkat bunga, pajak)
 Expectation / Harapan dan kepercayaan sektor bisnis
Investasi pada akhirnya akan mempengaruhi
pola pembangunan sebuah bangsa  learn from
chinese experience

 The white elephant model


 The special economic zones (SEZ) model
 The Hong Kong model
 The flying geese model
 The land lease model
Chinese Experience (1)
1. The white elephant model
• China menghidupkan white-elephant project (high infrastructure
development) di Africa dg konsep turn-key  planning,
construction, handling of material, plus labour dari china
2. The SEZ model
• China menerapkan SEZ di Xiamen (dkt Taiwan), Shenzen (dkt Hong
Kong), Macau dan Shentou (dkt South Korea) mli guarantee of tax
cut, land lease, dan low-paid labour  foreign capital mningkat,
dan management dan teknologi semakin modern
3. The Hong Kong model
• Inggris mencarter Hong Kong yang merupakan wilayah China dg
memperkenalkan konsep free-trade policy dg taxation yg rendah,
state regulation yg flexible, serta jaminan property rights 
higher economic productivity slm periode 1913 – 1990
Chinese Experience (2)
4. The flying geese model
• China mengadopsi pola yang dikembangkan oleh Jepang pada
tahun 1980an yg memberi penekanan pd inovasi dan invention pd
barang canggih  mengubah rantai pasar/produksi internasional
5. The land-lease model
• Negara yg tidak memiliki banyak daratan dapat menyewa sbuah
area di negara lain (host country) untuk kebutuhan konsumsi
penduduk di home country (negara asal)  akses sumber daya,
teknologi baru, serta metode pertanian berbasis modern dan
ilmiah dpt diperoleh oleh host country. Namun itu semua bisa
berjalan dari 3 faktor, yakni economic governance si host
country, good intention dr si home country, dan free choice of
people
Bagaimana dg Indonesia ? (1)
 Indonesia menganut strategi pertumbuhan ekonomi dan dalam
melaksanakan pembangunan memakai Model Harrod Domar
• Pertumbuhan ekonomi menurut model Domar adalah
peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin
banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam • Menurut pendekatan pengeluaran,
proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan cara-cara Investasi terbagi atas Pembentukan Modal
atau “teknologi” produksi itu sendiri Tetap Bruto (Barang Modal seperti Mesin,
• Hubungan antara K dengan Y adalah positif, artinya setiap Gedung, dst sebelum dikurangi dengan
penambahan stock kapital masyarakat (K) akan meningkatkan nilai penyusutan) dan Perubahan Stok
pula kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output (Y). (Selisih antara stok akhir dengan stok awal
pada suatu periode)
• Koefisien ICOR menunjukkan untuk menghasilkan tambahan
setiap unit output diperlukan berapa unit tambahan stock • ICOR bisa digunakan untuk mengetahui
kapital. tingkat efisiensi produksi suatu daerah.
Semakin tinggi nilai ICOR
• Pada dasarnya, stock kapital pada suatu tahun sama dengan mengindikasikan bahwa produksi di daerah
akumulasi investasi dari suatu tahun tertentu. Misal, investasi tersebut semakin tidak efisien.
dimulai pada tahun ke-t dan berlanjut sampai dengan tahun ke-
(t+1). Disini kita punya 2 persamaan : • Nilai ICOR umumnya berbeda untuk tiap
daerah dengan karakteristik lapangan
• Kt = It ..... (1) dan Kt+1 = (It + It+1) ..... (2)
usaha yang berbeda pula.
• Tambahan stock kapital pada tahun ke-(t+1) atau ∆Kt+1 adalah
Kt+1 - Kt = (It + It+1) – (It) .... (3)  ∆Kt+1 = It+1
• Jadi, ICOR = K / Y  (K / Y) / (Y / Y)  (I / Y) / (Y / Y) 
I / Y
Incremental Capital Output Ratio
(ICOR)
Contoh penghitungan ICOR tahun 2001 sampai 2004:

Di mana:
PMTDB: Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
PDB: Produk Domestik Bruto

0 1 2 3 4 5 dst

Rasio Investasi efisien berada pada range 0 – 4, diatas itu tdk efisien
Bagaimana dg Indonesia ? (2)
Transformasi pembangunan di Indonesia bisa dilihat dari empat (4) macam
aspek, antara lain :

1. Proses akumulasi sumber daya produksi


 Sumber daya produksi adalah aset-aset produktif atau faktor-faktor produksi (Tanah,
tenaga kerja, dan kapital) yang diperlukan untuk meningkatkan output.
 Akumulasi menyangkut proses pembinaan sumber daya produksi guna meningkatkan
kemampuan berproduksi secara kontinu. Selama masa pembangunan REPETA TAHAP I,
Propenas, dan RPJMN telah terjadi akumulasi sumber daya produksi dalam jumlah yang
besar dan sangat berarti  indikatornya pertumbuhan ekonomi dan tingkat investasi
 Namun demikian msh terdapat beberapa kelemahan, antara lain : a) Banyaknya investasi
yang tdk efisien (nilai ICOR yang tinggi mencapai 5,4) karena kelemahan teknis dalam
perencanaan, penyelenggaraan dan perawatan proyek-proyek investasi serta kelemahan
institusional (organisasi) seperti penyimpangan; b) Adanya pelambatan pertumbuhan di
sektor pertanian dan meningkatnya laju pertumbuhan di sektor non-pertanian; dan c)
Terjadi saving-investment gap dimana I > S, konsekuensinya foreign debt meningkat

2. Proses alokasi sumber daya produksi


 Terjadi ketidakseimbangan antara struktur produksi dengan struktur tenaga kerja karena :
a) Permintaan tenaga kerja meningkat lebih cepat dikawasan perkotaan; b) Mobilitas tenaga
kerja antar sektor kurang lancar; c) Ketiadaan akses baik permodalan maupun tanah; d)
Penerapan teknologi diutamakan di bidang industri; dan e) Laju pertambahan penduduk
melampaui tingkat permintaan tenaga kerja.
Bagaimana dg Indonesia ? (3)

3. Proses distribusi pendapatan


o Ketimpangan dalam distribusi pendapatan (baik antar kelompok berpendapatan, antar
daerah perkotaan dan pedesaan, atau antar kawasan dan propinsi) dan kemiskinan
merupakan dua masalah yang masih mewarnai perekonomian Indonesia
o Indikator yang bisa menunjukkan proses distribusi pendapatan adalah gini ratio.
Sedangkan kemiskinan diukur melalui, Headcount Poverty Index dan Garis Kemiskinan.

4. Proses perubahan institusional/kelembagaan


o Dimensi Ekonomis-Sosiologis : UMKM dan koperasi mulai berkembang di awal tahun
2005. Hal ini ditunjang dengan beberapa kebijakan perbankan seperti KUR dan
KUMKM, disamping pola pembinaan dari pemerintah pusat yang tepat.
o Dimensi Ekonomi Regional : Indonesia adalah negara kepulauan, dimana setiap daerah
mempunyai kondisi, potensi, serta permasalahan yang berbeda-beda pula. Oleh
karenanya memerlukan kebijakan yang berbeda-beda pula. Pulau Jawa identik dengan
labour-based industries, sementara luar Pulau Jawa identik dengan natural resources-
based industries, yang capital-intensive. Untuk itu diperlukan pola Kerjasama Antar
Daerah, disamping pemerintah pusat harus mengoptimalkan pola pembinaan dan
pengawasan yang bersifat umum dan teknis kepada pemerintah daerah.
Kuliah 10
APBN
Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Daerah
Masalah PPN dan PPD

 Prioritas nasional yang tidak seimbang dengan urusan pemerintahan di


daerah
 Visi-misi Presiden yang berbeda dengan visi-misi kepala daerah
 Adanya perbedaan periode antara presiden dan kepala daerah
 Adanya ketimpangan pendanaan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah
Pengelolaan APBN
20 tahun 5 tahun 1 tahun
1 2 3
dijabarkan dijabarkan RKP (Maret s/d
RPJPN RPJMN
April)

8 7 4 Renja K/L dan


APBN (Oktober- RAPBN (August- Pagu Indikatif
November) Sept) (Maret s/d
April)

9 Rincian Anggaran 6 5 Pokok Kebijakan


RKA K/L dan
Belanja K/L Fiskal dan
Pagu Sementara
(November- Kerangka ekonomi
(Juni-Juli)
Desember) Makro (Mei)
10 11 12
DIPA K/L Pelaksanaan Perubahan
(Des-Jan) (Feb-Des) (Aug-Sept)
Tahap Perencanaan APBN
Dimulai dari penyusunan RKA-KL yang berbasis MTEF, Anggaran Terpadu, dan
Anggaran Kinerja

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

• Pagu indikatif • Menkeu mnetapkan • Penelaahan RKA-KL • Kemenkeu


disusun Pagu Anggaran K/L oleh Kemenkeu dan menghimpun RKA-
berdasarkan berdasar Renja K/L, Kemen PPN. RKA-KL KL sbg bhn
Prioritas Nasional Kapasitas fiskal dan yg telah ditelaah penyusunan Nota
dan Kapasitas Pagu Indikatif mjd bhn RUU ttg Keuangan, RAPBN,
Fiskal, oleh • Pagu sementara tsb APBN dan RUU ttg APBN
Kemenkeu dan dsampaikan plg • Pembahasan RKA-KL • Nota keuangan,
Kemen PPN lambat bln Juni dg DPR terkait new RAPBN, dan RUU
• Pagu indikatif yg • Menteri/Kepala iniative ttg APBN
sdh ditetapkan Badan menyusun • Finalisasi RKA-KL disampaikan ke DPR
menjadi masukan RKA-KL berdasarkan plg lambat bln Juli plg lambat bln
bg penyusunan RKP Renja K/L, pagu Agustus
• Menteri/Kepala anggaran K/L, RKP
Badan menyusun hsl kesepakatan dg
Renja K/L dan DPR, serta SBM
mengesahkannya
stlh melakukan
Trilateral Meeting
Tahap Penetapan UU APBN
 Tingkat I : Presiden menyampaikan pengantar RUU
APBN kpd DPR
 Tingkat II : DPR melakukan Rapat Paripurna dmn
smua Fraksi mengemukakan Pendapat ttg RUU APBN
dan Menkeu memberikan tanggapan
 Tingkat III : DPR melakukan Rapat Komisi XI, Gab.
Komisi, atau Pansus dg Kemenkeu
 Tingkat IV : DPR melakukan Rapat Paripurna guna
menyampaikan pandangan akhir tiap Fraksi. Diakhir
rapat, stiap Fraksi menggunakan hak budget guna
mengesahkan UU APBN
Tahap Pelaksanaan UU APBN
 Setelah UU APBN disahkan, Kemenkeu menyerahkan DIPA scr simbolis kepada K/L
teknis.
 DIPA memuat Nama dan Kode Rekening dalam RKUN di Bank Sentral  TSA
(Treasury Single Account)
Tahap Pengawasan dan
Pertanggungjawaban APBN
 Di tingkat intern pemerintah, pengawasan pelaksanaan UU
APBN dilakukan oleh Inspektorat Jenderal untuk lingkup
masing-masing K/L dan oleh Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) untuk lingkup semua K/L.
 Pengawasan ekstern dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
 Guna kepentingan pengawasan, setiap K/L wajib melaporkan
pemanfaatan APBN scr Triwulan, Semesteran, dan Tahunan
 Guna kepentingan pertanggungjawaban, setiap K/L menyusun
LAKIP serta Laporan Keuangan yg stidaknya memuat LRA dan
CALK  Disampaikan oleh Presiden kpd DPR stlh mdpt
psetujuan dr BPK maksimal 6 bulan
Struktur APBN
 Sebelum thn 2000, pemerintah
mggunakan T-Account (format anggaran
berimbang dinamis dmn pend = belanja)
 Sejak thn 2000 hingga 2003, pemerintah
mggunakan I-Account dg sistem dual
budgetting (pengeluaran rutin tdr dr :
belanja pegawai, belanja barang,
pembayaran bunga utang, subsidi, dan
pengeluaran rutin lainnya sdgkan
pengeluaran pembangunan tdr dr rupiah
murni dan PHLN)
 Mulai thn 2004, pemerintah mggunakan I-
Account dg sistem unified budgetting
(pemisahan belanja negara dg belanja
daerah)
Konsep Pengelolaan Belanja
 Belanja negara adalah pengeluaran negara untuk membiayai tugas-
tugas umum pemerintahan dan pembangunan
 Belanja Negara terdiri atas Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan
Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat terdiri atas :
 belanja pegawai;
 belanja barang;
 belanja modal;
 pembayaran bunga utang;
 subsidi;
 belanja hibah;
 bantuan sosial dan belanja lain-lain.

 Anggaran Belanja Pemerintah Daerah terdiri atas :


 Dana Perimbangan
 Dana Otonomi Khusus
 Dana Penyesuaian
Belanja Pemerintah Pusat (1)
 Dalam format baru APBN, tidak terdapat
pemisahan antara belanja rutin dengan
belanja pembangunan dalam komponen
belanja pemerintah pusat  menghindari
duplikasi kegiatan
 Belanja Pemerintah Pusat dibedakan
menjadi dua macam yaitu Belanja
Pemerintah Pusat Berdasarkan Klasifikasi
Ekonomi, dan Belanja Pemerintah Pusat
Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
 Mulai tahun 2000, dilakukan perubahan
struktur anggaran belanja negara  alokasi
pengeluaran rutin sejauh mungkin dapat
mencerminkan prioritas kebutuhan, tapi
juga untuk menyesuaikan dengan struktur
pengeluaran negara menurut standar
Government Finance Statistic yang
berlaku secara internasional
Belanja Pemerintah Pusat (2)
 UU Nomor 17 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa salah satu rincian
belanja negara adalah belanja negara menurut fungsi  mengacu
pada standar internasional yang disusun oleh UNDP, yaitu
classification of the functions of government, dan diadopsi
Government Finance Statistics (GFS manual 2001)
 Belanja Pemerintah Pusat menurut fungsinya dibagi menjadi 11
(sebelas) fungsi, yaitu: (1) pelayanan umum, (2) pertahanan, (3)
ketertiban dan keamanan, (4) ekonomi, (5) lingkungan hidup, (6)
perumahan dan fasilitas umum, (7) kesehatan, (8) pariwisata dan
budaya, (9) agama, (10) pendidikan, dan (11) perlindungan sosial 
guna a. Percepatan penyelesaian agenda reformasi. b. Peningkatan
kesejahteraan rakyat. c. Pengokohan kesatuan dan persatuan bangsa
dalam kerangka NKRI.
Belanja Daerah (1)
 UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengamanatkan
bahwa setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah harus diikuti
dengan pembiayaannya (money follows function)
 Mulai tahun 2001 Pemerintah telah menyediakan alokasi
anggaran belanja daerah yang dari tahun ke tahun jumlah dan
cakupannya cenderung meningkat
 Fokus Pemerintah Pusat saat ini adalah menghindari
terjadinya kegiatan yang tumpang tindih antara kegiatan
yang dibiayai dengan dana desentralisasi, dan kegiatan dalam
program-program yang dibiayai melalui belanja pemerintah
pusat, utamanya dana dekonsentrasi, dan dana tugas
pembantuan
Belanja Daerah (2)
 Belanja daerah terdiri dari Dana Perimbangan,
Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian pemahaman terkait
 Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Trilogi Dana Perimbangan
Umum (DAU), Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus
 Trilogi Bentuk yang terdiri dari 3 komponen
yang saling berhubungan dan membangun tema
tertentu.
 Prinsip Memandang Dana Perimbangan (DBH,
DAU, DAK) sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan.
 Temanya : pemerataan  mengatasi vertical
fiscal imbalance dan horizontal Fiscal
imbalance.
 Simulasi mekanisme  pada saat DBH
meningkat (berputar ke kanan), maka pada
umumnya DAU menurun (berputar ke kiri),
demikian pula DAK, atau sebaliknya.
 Prinsip ini digunakan dlm perhitungan DAU &
DAK per daerah
Kuliah 11
PERDAGANGAN LUAR NEGERI, NERACA
PEMBAYARAN, dan UTANG LUAR NEGERI
Teori International Trade
Klasik – Keunggulan Mutlak (Adam Smith), Keunggulan Kompratif (David Ricardo),
proporsi faktor produksi (Heckser-Ohlin)
 Adam Smith berkata bahwa negara akan mengekspor (impor) suatu jenis barang jika negara tersebut
dapat (tidak dapat) membuatnya lebih murah di bandingkan negara lain  memberikan penekanan pada
efisiensi dalam penggunaan input, misalnya tenaga kerja, yang dalam proses produksi sangat menentukan
keunggulan atau daya saing  nilai tenaga kerja sifatnya homogen
 David Ricardo berkata bahwa suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif rendah
 Misalnya biaya produksi dihitung dengan jam kerja total 120 jam sebagai berikut :
China Indonesia

 Sepatu 1 4 upah riil china = 1 sepatu or ½ pakaian Dasar pemikian teori faktor-faktor
proporsi dari Hecksher dan Ohlin
 Pakaian 2 6 upah riil indo = ¼ sepatu or 1/6 pakaian
(disingkat Teori H-O) bahwa
 Menurut Smith, China tidak perlu melakukan perdagangan krn mampu memproduksi sendiri, namun tdk perdagangan antara dua negara
demikian dengan Ricardo. terjadi karena adanya perbedaan
China Indonesia Total
dalam jumlah faktor produksi yang
dimilikinya. Misalnya, Indonesia
 Sepatu 60 15 75 tanah lebih luas dan bahan-bahan
baku serta tenaga kerja (unskilled)
 Pakaian 30 10 40
lebih banyak dari pada Singapura.
 Jk diasumsikan dari total 120 jam yg tersedia di tiap negara, dibagi 2 utk memproduksi sepatu dan Sedangkan di Singapura memiliki
pakaian, maka China mampu memproduksi 60 sepatu dan 30 pakaian, sdgkan Indonesia mampu tenaga kerja (skilled) serta adopsi
memproduksi 15 sepatu dan 10 pakaian.
teknologi lebih banyak.
 Agar tercipta perdagangan di kedua negara, maka China seharusnya memproduksi sepatu dan Indonesia
seharusnya memproduksi pakaian karena di China, biaya produksi sepatu (60/75) > biaya produksi
pakaian (30/40) sdgkan di Indonesia, biaya produksi pakaian (10/40) > biaya produksi sepatu (15/75)
China Indonesia
 Sepatu 120 0
 Pakaian 0 120
Teori International Trade
Modern – Keunggulan Kompetitif (Michael Porter)

 Tidak adanya korelasi langsung antara dua faktor produksi (sumber daya alam yang tinggi
dan sumber daya manusia yang murah) yang dimiliki suatu negara untuk dimanfaatkan
menjadi keunggulan daya saing dalam perdagangan.
 Porter mengungkapkan bahwa ada empat atribut utama yang menentukan mengapa industri
tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional :
 Kondisi faktor produksi
 Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri
 Eksistensi industri pendukung, serta
 Kondisi persaingan dan struktur perusahaan dalam negeri
 Selain itu, pemerintah juga berperan sentral dalam pembentukan keunggulan kompetitif.
Kebijakan terkait anti trust, dan deregulasi juga sangat mempengaruhi.
Neraca Pembayaran
Definisi
 Adalah suatu catatan aliran keuangan yang menunjukkan nilai
transaksi perdagangan dan aliran dana yang dilakukan diantara
suatu negara dengan negara lain dalam suatu tahun tertentu
Neraca
Berjalan
Neraca
Pembayaran
Neraca
Modal
Ekspor&Impor
barang
Tampak
Ekspor&Impor
Neraca
barang Tak
Berjalan
Tampak (Jasa)
Pembayaran
Pindahan Neto
KeLuar Negeri
Neraca Pembayaran
Definisi
 Suatu catatan yang disusun secara sistematis
tentang seluruh transaksi ekonomi yang meliputi
perdagangan barang/jasa, transfer keuangan
dan moneter antara penduduk (resident) suatu
negara dan penduduk luar negeri (rest of the
world) untuk suatu periode waktu tertentu,
biasanya satu tahun
Neraca Pembayaran
Definisi
 Neraca pembayaran bentuk double entry
terdiri atas dua bagian (sisi), sisi debit dan
kredit.
 Sisi Debit digunakan untuk mencatat
transaksi-transaksi yang mengakibatkan
kewajiban bagi suatu negara untuk
melakukan pembayaran ke luar negeri
 Sisi Kredit untuk mencatat transaksi-
transaksi yang mengakibatkan suatu negara
memperoleh pembayaran dari negara lain.
Neraca Pembayaran
Transaksi ekonomi internasional antara lain
sebagai berikut:
1. Pemindahan hak milik atas suatu barang
dari suatu negara ke negara lain
2. Transaksi jasa antarnegara
3. Perubahan susunan nilai utang piutang
antara suatu negara dengan negara lain
4. Kekayaan penduduk negara bersangkutan di
negara lain
Neraca Pembayaran
Tujuan
1.Mengetahui peranan sektor eksternal dalam
perekonomian suatu negara.
2.Mengetahui aliran sumber daya antara negara.
3.Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan
suatu negara.
4.Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu
negara.
Neraca Pembayaran
Tujuan
5.Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu
negara.
6.Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi
dalam penyusunan anggaran devisa (foreign exchange
budget).
7.Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan
statistik pendapatan nasional (national account).
NERACA PEMBAYARAN INDONESIA
versi BPS; indikator ekonomi

A. TRANSAKSI BERJALAN
Ekspor-Impor Barang
Ekspor : Non Migas & Migas
Impor : Non Migas & Migas
HASILNYA : NERACA PERDAGANGAN
Ekspor-Impor Jasa (Neto)
Non Migas
Migas
HASILNYA : NERACA TRANSAKSI BERJALAN
B. TRANSAKSI MODAL
Modal Pemerintah ( Neto )
 Penerimaan ( CGI dan diluar CGI )
 Pelunasan
Modal Swasta ( Neto )
 Penanaman Modal Langsung
 Lainnya
C. SELISIH PERHITUNGAN

NERACA KESELURUHAN
BENTUK UMUM
NERACA PEMBAYARAN
A. NERACA PERDAGANGAN
 EKSPOR
 IMPOR
B. NERACA JASA ( NETO )
 PENGANGKUTAN & ASURANSI
 PELANCONGAN & PERJALANAN
 PENDAPATAN INVESTASI
C. TRANSFER ( NETO )
NERACA AKUN BERJALAN : A + B + C
D. NERACA MODAL JANGKA PANJANG
 MODAL PEMERINTAH
 INVESTASI LANGSUNG PEMERINTAH
E. MODAL SWASTA
F. RALAT / KETINGGALAN ( selisih perhitungan ; aliran modal
masuk ke Indonesia yg tdk dicatat dan jumlah cukup besar )
NERACA KESELURUHAN : A + B + C + D + E + F
Neraca Pembayaran
Struktur Dasar Neraca Berjalan
 Mencatat semua transaksi ekspor dan impor
barang, perbandingan nilai ekspor dan
impor barang, pendapatan investasi,
pembayaran cicilan pokok utang luar
negeri, serta saldo kiriman dan transfer
uang dari dan ke luar negeri oleh
pemerintah maupun swasta
Neraca Pembayaran
Struktur Dasar Neraca Berjalan
 Mencatat transaksi sbb:
 Ekspor dan impor barang
 Ekspor dan impor jasa
 Pembayaran pindahan neto ke luar
negeri
 Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas
apakah neraca perdagangan suatu negara
surplus atau bahkan defisit
ANATOMI NERACA PEMBAYARAN

 Defisit dalam neraca pembayaran adalah “bila


pengeluaran luar negeri yang dilakukan
penduduk suatu negara melebihi jumlah
penghasilan atau penerimaan yang diterima oleh
penduduk negara itu”.
 Surplus neraca pembayaran adalah “bila suatu
negara lebih banyak menerima daripada
mengeluarkan dalam transaksi luar negerinya”.
Neraca Pembayaran Selalu Seimbang
i Neraca Berjalan + 40
ii. Neraca modal jangka panjang +20
iii. Modal keuangan swasta -30
NERACA KESELURUHAN +30
iv. Perubahan cadangan mata uang asing bank
sentral -30
Aliran Modal Resmi

Aliran Modal
jangka panjang Investasi Langsung oleh
Pihak Swasta kenegara-
negara lain.

Neraca Modal adalah aliran modal dalam


bentuk tabungan atau
investasi keuangan yang
dapat dengan cepat
ditukarkan kembali kepada
valuta asal atau lainnya.
Aliran Modal
Keuangan Swasta

Disebut juga “hot money”


karena biasa diinvestasikan
di pasar uang atau pasar
modal untuk memperoleh
keuntungan investasi
Neraca Pembayaran
Struktur Dasar Neraca Modal
 Neraca modal mencatat:
 Nilai investasi langsung pihak swasta
asing (foreign direct investment)
 Pinjaman luar negeri dari perbankan
swasta internasional
 Pinjaman dan hibah dari negara lain
atau lembaga-lembaga donor seperti IMF
dan Bank Dunia
Neraca Pembayaran
Struktur Dasar Neraca Kas & Cad. Valas

 Neraca ini mencatat transaksi penyeimbang


yang angkanya menjadi lebih kecil (atau
diturunkan) bila total pengeluaran pada
neraca transaksi berjalan dan neraca modal
melebihi total penerimaan
 Negara lebih banyak membuat pembayaran
LN di bandingkan penerimaan DN 
mengurangi cadangan valuta asing
 Negara lebih banyak menerima penerimaan
ke DN di bandingkan pembayaran LN 
menambah cadangan valuta asing
CADANGAN VALUTA ASING
 Aliran pembayaran dan investasi yang masuk ke dalam suatu negara
pada suatu waktu tertentu biasanya berbeda dengan aliran ke luar
untuk pembayaran dan investasi ke luar negeri.
 Perbedaan di antara keduanya disebut “Neraca Keseluruhan”
 Nilai positif artinya nilai yang msuk melebihi nilai yang keluar, dan
sebaliknya

 Dalam keadaan dimana sebuah negara lebih banyak membayar


keluar negeri, maka bank sentral harus mengurangi cadangan
valuta asingnya untuk melakukan pembayaran tersebut
Ekspor barang dan jasa A
Impor barang dan jasa B
Pendapatan dari investasi C
Pembayaran bunga dan cicilan utang luar negeri D
Saldo kiriman dan transfer uang E
Total saldo neraca berjalan (A+B+C+D+E) F
Investasi swasta langsung G
Utang luar negeri (swasta dan pemerintah), H
dikurangi amortisasi
Kenaikan aset luar negeri dalam sistem perbankan I
domestik
Arus keluar modal milik penduduk J
Total saldo neraca modal (G+H-I-J) K
Kenaikan (atau penurunan) neraca cadangan kas L
atau neraca cadangan internasional
Catatan koreksi dan penghapusan M
Mekanisme
Harga

Mekanisme Mekanisme
Penyesuaian Pendapatan

Mekanisme
Moneter
Neraca Pembayaran
Mekanisme Penyesuaian
1. Mekanisme Harga
 Mekanisme penyesuaian neraca
pembayaran melalui perubahan harga-
harga
 Mekanisme ini umumnya pemerintah
membawa kembali neraca pembayaran
ke posisi keseimbangan kembali.
 Hakekatnya adalah dengan sistem
standar emas penuh
Neraca Pembayaran
Mekanisme Penyesuaian
2.Mekanisme Pendapatan
 Melalui kebijakan atau pengaturan
pendapatan nasional, yang singkatnya
disebut “mekanisme pendapatan”
menggambarkan adanya saluran lain
bagi proses penyesuaian neraca
pembayaran.
 Didasarkan atas teori Keynes 
multiplier effect
Neraca Pembayaran
Mekanisme Penyesuaian
3. Mekanisme Moneter
 Mekanisme ini tidak murni sebagai
mekanisme harga, disebabkan perubahan
harga
 Perubahan harga tsb adalah aliran uang
masuk atau keluar negeri.
 Jika terjadi surplus, maka uang akan
mengalir masuk ke dalam negeri sehingga
berakibat stok uang di dalam negeri
bertambah
 Jika terjadi defisit maka uang akan
mengalir ke luar negeri, sehingga uang
dalam negeri menurun.
Konsep Keseimbangan
Perdagangan (Trade Balance)

Konsep Keseimbangan Transaksi


Berjalan (Current Account Balance)

Konsep
Keseimbangan
Konsep Basic Balance

Konsep Overall Balance


Neraca Pembayaran
Konsep Keseimbangan
1. Konsep Keseimbangan Perdagangan
(Trade Balance)
 Transaksi yang termasuk dalam
autonomous transaction (transaksi yang
mengakibatkan surplus atau defisit)
adalah transaksi ekspor dan impor
barang
 Keseimbangan neraca pembayaran
diukur dari berapa besarnya surplus atau
defisit dari transaksi ekspor dan impor
barang
Neraca Pembayaran
Konsep Keseimbangan

2. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan


(Current Account Balance)
 Transaksi yang termasuk dalam
autonomous transaction adalah:
o Ekspor dan impor
o Juga diperhitungkan jasa-jasa,
termasuk penghasilan (income) dan
transfer.
Neraca Pembayaran
Konsep Keseimbangan
3. Konsep Basic Balance
 Transaksi yang termasuk dalam
autonomous transaction adalah:
o Komponen-komponen dalam neraca
berjalan
o Komponen-komponen dalam neraca
modal dan keuangan jangka panjang.
Neraca Pembayaran
Konsep Keseimbangan
4. Konsep Overall Balance
 Transaksi yang termasuk dalam
autonomous transaction adalah:
komponen-komponen neraca modal dan
keuangan, baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
Alasan negara berkembang membutuhkan
dana bantuan berupa utang

1. Banyak negara berkembang memiliki defisit


perdagangan.
2. Utang luar negeri dibutuhkan untuk
meningkatkan standar kehidupan negara
berkembang.
3. Utang luar negeri dibutuhkan untuk
membuat seluruh anggota masyarakat lebih
mandiri.
4. Utang luar negeri dibutuhkan pada saat
terjadi bencana.
Kuliah 12
INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER
Kerangka pemikiran inflasi
 Tingkat inflasi merupakan
persentasi perubahan pada tingkat
P LRAS
harga (P)
 Tingkat harga diukur dengan CPI - SRAS
atau GDP (% perubahan dari CPI) 
interaksi antara P dan Y +
diterjemahkan dalam kurva AD-AS
P* E*
 Faktor yang menggeser AD (C (+), I +
(+), G (+), Nx (+), Tax (-), dan Ms
-
(+))
AD
 Faktor yang menggeser AS
(Expected Inflation (-), wage push Y
YN
(-), negative supply shock (-),
positive supply shock (+), kondisi
ekonomi (-))
Jenis Inflasi
 Temporary i/r
Exp MP LM0
 Naik sementara (one-off) dalam tingkat harga karena
exogenous shock spt perubahan kebijakan
pemerintah LM1
 Sustained i/r0
E0
 Tingkat harga meningkat dengan pesat krn high Ms i/r1 E1
menghasilkan high and continue inflation
 Equation of Exchange (Monetarist)  M.V = P.Y (1)  IS
conversikan pers. (1) ke dalam growth rate menjadi m + Y
v = ╥ + y (2), dmn m = money supply growth rate, v = Y0 Y1
velocity growth rate, ╥ = inflation rate, dan y = real GDP P
AS
growth rate  subtitusikan persamaan (2) mjd ╥ = (m + AD-AS
v) – y (3), dmn (m + v) adalah AD, sdgkan y adlh AS
P1 E1
 Now assume v adalah stable atau v = 0, shg ╥ = m – y.
P0 E0
 Jika m > y maka ╥ meningkat. Contoh, expansionary
monetary policy (MP) AD1
 Jika m < y maka ╥ menurun. Contoh, tight MP
AD0
 Jika m = y maka 0 inflation rate
Y
Y0 Y1
Accomodating vs Non-Accomodating
Monetary Policy
 Terdapat hubungan positif antara P dan i/r, yang
pd akhirnya berimplikasi pada Y (output atau
level of employment)  interaksi antara i/r dan i/r
Y diterjemahkan dalam kurva IS-LM
- LM
 Faktor yang menggeser IS (C (+), I (+), G (+), Nx
(+), dan Tax (-))
 Faktor yang menggeser LM (Money Supply (+), +
Money Demand (-))
i/r* E*
 Accomodating MP adalah langkah CB dan atau +
pemerintah untuk meningkatkan MS yg
menggeser AD, yg akan mengembalikan -
perekonomian pada Yn. Akan ttp, tindakan ini
IS
akn menghasilkan higher P dan its expected
Y
 Non-Accomodating MP lbh menekankan pd Y*
kekuatan alamiah dr perekonomian drpd
campur tangan CB dan atau pemerintah
melalui peningkatan AS, shg perekonomian
kembali pd Yn. Akan ttp, tindakan ini
menghasilkan penurunan harga (deflasi).
Kenapa Negara lbh concern Deflasi drpd
Inflasi?
 Penurunan P  HH dan Firm menunda C dan I shg Y turun
 Penurunan P  HH dan Firm meningkatkan S shg C dan I turun
 Y turun
 Penurunan Y akan meningkatkan Unemployment 
perekonomian mjd unstable krn Y smkn menjauh dr Yn.
 Disamping itu, peningkatan Unemployment berpotensi
menciptakan financial instability shg probability of default naik
 bnyk institusi finansial yg gagal  krisis
 Oleh karenanya, bnyk negara menyukai low inflation drpd
deflasi  mempromosikan economic growth
Teori Inflasi
Demand-Pull Inflation
 Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh adanya gangguan
(shock) pada sisi permintaan barang dan jasa
 Sisi permintaan barang dan jasa dipengaruhi oleh
LRAS SRAS3
 Wealth effect (konsumen mrs lbh kaya shg konsumsi P
meningkat) SRAS2
 i/r effect (i/r akan turun shg mendorong investasi)
P3 E3 SRAS1
 E/R effect (melemahnya nilai tukar rupiah thd
dollar/depresiasi menyebabkan peningkatan ekspor neto
krn P di Indonesia lbh murah dr P di Negara Impor)
P2 E2 E2’
 Policy makers mensetting terlalu rendah target
unemployment / mensetting terlalu tinggi target output
diatas potensialnya (case study)
P1 E1 E1’
 Jk policy makers mensetting output terlalu tinggi (Yt) dr
AD3
seharusnya (Yn), maka CB akan meningkatkan Ms dan AD pun
bergeser (AD1AD2). Pd titik E1’, D for labor > S for labor AD2
(actual unemployment < its natural rate) sehingga Firm
meningkatkan nominal wage untuk menarik tenaga kerja. AD1
Akibatnya cost of production meningkat dan AS pun bergeser
(AS1AS2) shg perekonomian kembali ke full employment. Y
Proses ini akan terus berlangsung (hingga P3, P4 dst) dan ini YN YT
dinamakan accomodating MP dmn utk menahan Yt > Yn
membutuhkan on-going inflation mli peningkatan Ms yang
menggeser kurva AD
Non accomodating MP bs terjadi jk CB menolak menaikkan Ms

shg inflasi berhenti di P2
Output potential atau full employment
Teori Inflasi
Cost-Push Inflation

 Inflasi yang disebabkan oleh adanya gangguan


(shock) dari sisi penawaran barang dan jasa LRAS SRAS3
Dimulai dengan adanya penurunan aggregate P
 SRAS2
supply sebagai akibat dari :
P3 E3 SRAS1
 Negative supply shock

Pd awalnya perekonomian brd pada keseimbangan E2’


 P2
E1. Namun, negative supply shock menggeser AS (AS1 E2
 AS2). Pd titik E1’, D for labor < S for labor (actual E1’
P1 E1 AD3
unemployment > its natural rate). Untuk itu, CB
meningkatkan Ms guna mengembalikan ke tingkat
full employment dan AD pun bergeser (AD1  AD2). AD2
Proses ini akan terus berlangsung (hingga P3, P4 AD1
dst) dan ini dinamakan accomodating MP. Y
Y’ YN
 Non accomodating MP bs terjadi pd ttk E1’ melalui
peningkatan AS (AS2  AS1) shg perekonomian
kembali ke titik E1. Hal ini disebut sebagai
temporary inflation.
Budget Deficit dan Inflasi
 Budget defisit (BD) adalah kondisi dimana pengeluaran
lebih besar drpd penerimaan
 Dlm makroekonomi, BD merupakan kondisi dmn T < G
 Terdapat 2 jenis BD, yakni temporer dan persistent LRAS SRAS3
P
 BD dibiayai dari 2 cara : SRAS2
 Penerbitan bond ke private sector  akn menghasilkan
temporary inflation  BD temporer
P3 E3 SRAS1
Printing money atau monetization  akn menghasilkan

sustained inflation  BD persistent P2 E2 E2’
 Misal, perekonomian bermula dari titik E1 dg kondisi
defisit. CB membiayai budget defisit dg mencetak uang P1 E1 E1’
shg meningkatkan Ms dan menggeser AD (AD1  AD2). AD3
Pd titik E1’, D for labor > S for labor (actual
unemployment < its natural rate), shg Firm AD2
meningkatkan nominal wage untuk menarik tenaga
kerja. Akibatnya cost of production meningkat dan AS AD1
pun bergeser (AS1AS2) shg perekonomian kembali pd Y
full employment di titik E2. YN Y’
 Jk BD persistent, mk CB akan print money terus, shg
menciptakan persistent inflation
 Jk BD temporer, mk perekonomian tetap di E2 shg ini
dinamakan temporary inflation
Kuliah 13
UMKM
Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 ?

“ Revolusi Industri yang ditandai dengan kemunculan


superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi,
cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan
perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia
untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.

Sumber: World Economic Forum


Tahap-Tahap Revolusi industri

Penemuan listrik dan Revolusi Industri ke-4.0


assembly line yang Kegiatan manufaktur
meningkatkan produksi terintegrasi melalui
barang teknologi wireless dan
big data secara masif

1800 1900 2000 now


Penemuan mesin uap, Inovasi teknologi
mendorong munculnya informasi,
kapal uap, kereta api komersialisasi,
uap, mesin pabrik personal computer, dll.
bertenaga uap, dll.

Sumber: Oxford Analytics


Karakteristik Utama
Revolusi Industri 4.0

Kehadiran Disruptive Perubahan Ukuran


Technology Perusahaan
01 02
Disruptive technology hadir begitu Di era yang baru ini, ukuran
cepat dan pesat sehingga memberi perusahaan tidak perlu besar, namun
ancaman bagi industri-industri perusahaan tersebut haruslah
raksasa. ‘lincah’ dalam memanfaatkan
05 teknologi dan informasi.

06
Fokus Utama
Revolusi Industri 4.0

Shorten Time to Market


01 Siklus Inovasi yang lebih singkat, produk yang lebih
kompleks, serta volume data yang lebih besar.

Increase Flexibility
02 Mass production yang lebih terindividualisasi, Pasar
yang volatile, serta Produktivitas yang tinggi.

Boost inefficiency
03 Efisiensi energi dan sumber daya menjadi faktor
kompetisi yang kritikal.
Wajah Kegiatan Ekonomi Dunia Sekarang
Revolusi Industri ke-4

Marketplace Sharing Economy Smart Appliances e-Education

Saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah


banyak menerapkan dukungan internet dan
dunia digital sebagai wahana interaksi dan transaksi
Revolusi Industri 4.0
The Rise of New Industries yang diakibatkan oleh Agen Perubahan baru
Revolusi Industri 4.0
The Rise of New Industries yang diakibatkan oleh Agen Perubahan baru
Threats & Opportunities
Era Baru Industrialisasi Digital

THREAT
Secara global, era industrialisasi digital OPPORTUNITY
menghilangkan 1-1,5 miliar pekerjaan
sepanjang tahun 2015-2025 karena Era digitalisasi berpotensi
digantikannya posisi manusia dengan memberi peningkatan net tenaga
kerja hingga 2.1 juta pekerjaan
mesin (Gerd Leonhard)
A B hingga 2025

C D
THREAT OPPORTUNITY
Diestimasi bahwa 65% murid sekolah
Terdapat potensi berkurangnya
dasar di dunia akan bekerja pada
emisi karbon hingga 26 miliar
pekerjaan yang belum pernah ada hari
metrik ton dari industri (World
ini (U.S. Department of Labor)
Economic Forum)
Revolusi 4.0
di Indonesia

Beberapa model bisnis dan


pekerjaan di Indonesia telah
terkena dampak dari arus
digitalisasi:

• Toko konvensional mulai


tergantikan dengan online
marketplace

• Taksi dan ojek tradisional mulai


digantikan moda transportasi
online.
Era Society 5.0 ?

“ Sebuah masyarakat yang berpusat pada manusia yang


menyeimbangkan kemajuan ekonomi dan teknologi
dengan menyelesaikan masalah melalui sistem yang
mengintegrasikan dunia maya dan ruang fisik

“Super Smart Society”
Sumber: Pidato Sinzo Abe dan World Economic Forum
Di Davos, Januari 2019

Sumber: World Economic Forum


UMKM DI ERA DIGITAL
UU UMKM

UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Ciri ciri UMKM adalah : manajemen berdiri sendiri, modal disediakan sendiri, daerah
pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang
dipekerjakan terbatas.

Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan, ekonomi yang demokratis, kemandirian,


keseimbangan kemajuan, berkelanjutan, efesiensi keadilan, serta kesatuan ekonomi
nasional.
UU UMKM

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro (omset sd 300jt; modal sd 50jt)).

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil omset 300jt-2,5m, modal 50jt-500jt_

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. (omset 2,5m – 50m, modal 500jt-10m)
Peran UMKM
• Penyangga perekonomian
• Jumlah pengusaha 58,97Juta tahun 2018
• Peningkatan produk domestik bruto
• Penyumbang devisa
• Penerimaan pajak
• Penyerapan tenaga kerja
• Suplier bagi konsumen / perusahaan besar, sebaliknya juga
pelanggan bagi perusahaan besar – bagian dari rantai
distribusi
Permasalahan UMKM
• Modal usaha
• Kurang tahu cara membesarkan bisnis
• Kurannya inovasi produk
• Kesulitan dalam distribusi dan pemasaran
• Belum memanfaatkan pemasaran online
• Tidak adanya branding / merk produk
• Tidak memberikan perhatian pada pelaggan dengan program loyalitas
• Mengandalkan pembukuan secara manual
• Tidak memiliki mentor
• Tidak memiliki izin usaha resmi
UMKM DI ERA DIGITAL
Peluang Bisnis 4.0 Leadership
• Fintech Entrepreneur
• Cloud hosting
• Bisnis online
Pembukuan Skill manajemen
• On demand services

UKM
Modal Penggunaan
teknologi

Pemasaran Produk dan inovasi


Kuliah 14
KOPERASI
Apakah Koperasi ?

“ Koperasi adalah asosiasi orang –orang yang


bergabung dan melakukan usaha bersama
atas dasar prinsip – prinsip koperasi,
sehingga mendapatkan manfaat yang lebih
besar dengan biaya rendah melalui kegiatan
usaha yang dimiliki dan diawasi secara
demokratis oleh anggotanya.”

Tujuan Koperasi yaitu menjadikan kondisi


sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik
dibandingkan sebelum bergabung dalam
koperasi.
Koperasi Menurut UU No 17/12

 Koperasi adalah badan hukum


yang didirikan oleh orang
perseorangan atau badan
hukum Koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal
untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip
Koperasi.
Apa Keuntungan menjadi anggota
Koperasi ?
 Keuntungan ekonomi
- Peningkatan skala usaha.
- Pemasaran
- Pengadaan Barang dan Jasa
- Fasilitas Pinjaman
- Pembagian Sisa Hasil Usaha ( SHU )
 Keuntungan Sosial
- Keuntungan berkelompok ( Bersosialisasi )
- Pendidikan dan Pelatihan
- Program Sosial laiinya yaitu mempupuk rasa
kesetiakawanan antar anggota koperasi.
Mengapa Perlu Bergabung dengan Koperasi ?

 Koperasi berorientasi pada kepentingan anggotanya.

 Koperasi dimiliki, dikelola dan digunakan oleh anggota (sebagai pemilik anggota
mengawasi, memberikan modal dan turut menetukan arah kebijakan koperasi)

 Dibentuk dari bawah ( Bottom Up ) sesuai kepentingan ekonomi anggotanya.


Prinsip Koperasi meliputi:
 Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

 Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis

 Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi

 Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen

 Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas,


Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat
tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi

 Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi,

dengan bekerjasama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional,
dan internasional
 Koperasibekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan
masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.
DARI ANGGOTA

OLEH ANGGOTA

UNTUK ANGGOTA
KOPERASI DIBANGUN ATAS DASAR
:
1. Komitmen
2. Kebersamaan
3. Kegotongroyongan
4. Kepentingan ekonomi
11

Hak Anggota Koperasi:


 Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat
Anggota.
 Memilih dan dipilih menjadi Pengurus/Pengawas Koperasi
 Meminta diadakan Rapat Anggota
 Mengemukan pendapat kepada Pengurus diluar Rapat Anggota.
 Memanfaatkan pelayanan kkoperasi
 Mendapatkan keterangan mengenai perkembangan koperasi
 Menyetujui dan atau mengubah AD/ART serta ketetapan – etapan
lainnya
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban secara rinci diatur dalam AD/ART atau
Peraturan Khusus Koperasi.
12

Kewajiban Anggota Koperasi :


• Mematuhi AD / ART Koperasi serta
Keputusan yang disahkan dalam RAT

• Menandatangani perjanjian kerjasama


sebagai pasar tetap koperasi

• Menjadi pelanggan tetap koperasi

• Memberikan modal pada Koperasi

• Mengembangkan dan memelihara


kebersamaan atas dasar kekeluargaan
13

Anggota Koperasi merupakan orang


perseorangan yang mampu melakukan
perbuatan hukum,
mempunyai kesamaan kepentingan
ekonomi, bersedia menggunakan jasa
Koperasi, dan memenuhi
persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam Anggaran Dasar.
INSTRUMEN KOPERASI

 MODAL
 PENGURUS
 USAHA
 TUJUAN

SHU/SEJAHTERA
PERANGKAT
ORGANISASI
JENIS KOPERASI
Penyediaan Jasa Kebutuhan
Penyediaan Barang/jasa Anggota dan non anggota
kebutuhan anggota dan
Non Anggota Penyediaan layanan SP
hanya Kepada Anggota
Penyediaan Input dan
Pemasaran Hasil
produksi anggota
KOPERASI
KOPERASI KOPERASI
KONSUMEN
JASA SIMPAN PINJAM
KOPERASI
PRODUSEN

107
Kegiatan Usaha :`
 Kegiatan usaha utama yang dijalankan oleh koperasi adalah kegiatan usaha
yang memiliki keterkaitan dengan kepentingan ekonomi anggota.
 Kegiatan usaha koperasi berfungsi menyokong kegiatan usaha atau
kepentingan ekonomi anggotanya.
 Untuk Koperasi Simpan Pinjam hanya dapat melakukan kegiatan usaha di
bidang simpan pinjam saja.
TUJUAN
SEJAHTERA SENGSARA
Catatan :

 Menjadi anggota koperasi sebaiknya karena


menyadari manfaat berkoperasi, bukan hanya
tergiur mendapat pinjaman mudah dan bunga
simpanan tinggi.
 Harus dihindari adanya fenomena calon anggota
abadi (karena selama dia berstatus sebagai calon
anggota, dia akan selalu kurang peduli terhadap
koperasinya).
 Koperasi harus menyelenggarakan pendidikan
perkoperasian bagi seluruh anggota.
Rapat Anggota :
o Adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota koperasi.
o Merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi koperasi.
o Dalam rapat anggota, setiap anggota mempunyai hak suara yang
sama yaitu, satu anggota satu suara.
o Harus diselenggarakan minimal satu tahun sekali.
o Ditentukan jumlah quorum, fungsi dan wewenang rapat anggota.
o Perlu diatur ketentuan yang membedakan antara rapat anggota dan
rapat anggota luar biasa.
o Rapat Anggota merupakan perwujudan dari karakteristik koperasi,
yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa
koperasi.
Kuliah 15
DESENTRALISASI FISKAL
Fiscal decentralization or decentralization in general can be differentiated into three arrays
that refer to the degree of decision-making implemented independently by sub-national
governments, as follows (Bird & Vaillancourt, 1999):

 Delegation that constitutes to a condition where sub-national governments act as


agents for the central government, which implements certain functions on its
behalf;
 Devolution in which local governments have a full authority to decide and to
implement the functions;
 Deconcentration that corresponds to the distribution of responsibilities of a
central government to some sub-national administrative units.

Q1: How do we put the “true” concept of fiscal decentralization in these three
varieties?
Q2: Where does (do) Indonesia (South-East Asia Countries) fall (s) into these
three categories?
The evaluation of fiscal decentralization or decentralization in general also
depends on the rationale for decentralization, which can be explained either
through the bottom-up or the top-down approach

 The bottom-up one focusses on the improvement of


institutional quality at local level in which the heterogeneity
preferences among different territorial units are very high,
as emerges in India (Rao, 1999) and South Africa (Ahmad,
1999).
 In contrast, the top-down approach stresses on either the
national policy agenda, as mentioned by Faguet (2014), or to
obtain its allocative goals, as appears in China (Bahl, 1999),
Indonesia (Shah, 1999), and Colombia (Bird & Fiszbein,
1999), or to relax the national political pressures (Bird &
Vaillancourt, 1999).
Efficiency

Gov’t Function in
Decentralization Stability
Context

Redistribution
Government Function (allocative
efficiency)
 Tiebout (1956) states that citizens have “voting with their feet”.
 Musgrave (1959) points out that fiscal decentralization as a system that
permits different groups living in various states to express different
preferences on public services.
 Oates (1972) develops a decentralization theorem, which states that despite
the population have various preferences and different needs, a sub-national
government’s role in the provision of public goods and services will lead to
an increase in the citizens’ welfare.
 But, a public good and service has two main properties, namely: non-rivalry
and non-excludability (Samuelson, 1954)  decentralized mechanism to
obtain public good provision cannot be optimally achieved because it is very
difficult to reveal users’ true preferences (i.e. free-riding problem).
 Hence, the provision of local public goods and services is closer to the
characteristic of club goods and services (Cornes and Sandler, 1996) because
not everyone in society has the same preferences and the participation is
not universally voluntary.
Government Function (macroeconomic
stability)
 Both Gramlich (1993) and Spahn (1998) argue that macroeconomic
stability cannot be achieved in decentralized systems if sub-national
governments cannot contain the shocks in the economy that should be
symmetrically distributed among local citizens.
 Decentralization leads to a more illicit assignment of responsibilities in
all levels of government (Shah, 1999).
Government Function (Redistribution)

 Many sub-national governments should involve in redistribution


policies (Bahl et el, 2002).
 For a dissenting point of view, the central government should play
a dominant role in the redistributive function if both redistributive
policy and the preference of local people on public goods and
services are uniform in all jurisdictions (Oates, 1972).
The lesson learnt
 In the context of decentralization, what is a proper type of
function that sub-national government and the central
government should possess?
ALUR PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
PEMERINTAHAN DAERAH
Pedoman
RPJMD Pembangunan Manusia dan Masyarakat
Pembangunan Sektor Unggulan
5 tahun 5 tahun
Renstra Pemerataan dan Kewilayahan
SKPD
dijabarkan Pembangunan Polhuhankam

dijabarkan Pembangunan Ekonomi


1 tahun 1 tahun 1 tahun

Jun-July 2019 Mei 2019 diperhatikan Mei 2019


Pedoman
Renja RKPD RKP
SKPD
1 tahun
Pedoman Dibahas
bersama
DPRD
KUA PPAS
Pedoman June 2019

Feb – Mar 2021

July 2019 Pertanggungjawaban


Pelaksanaan APBD
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN
Aug-Sept 2019 DPRD DGN KDH
1 tahun Aug – Okt 2020
RKA-SKPD Pedoman 1 tahun
RKA-PPKD APBD-P

Okt-Nov 2019 Desember 2019 Jan 2020


1 tahun 1 tahun
1 tahun
PERDA APBD &
RAPERDA DPA-SKPD
PERKADA PENJABARAN
APBD DPA-PPKD
APBD
AKUN PENDAPATAN
1 Belanja
 Kelompok PAD
 Jenis Pajak Daerah Desentralisasi
 Jenis Retribusi Daerah APBN
 Jenis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
 Jenis Lain-Lain PAD yang Sah
 Kelompok Dana Perimbangan
 Jenis DBH
 Jenis DAU
 Jenis DAK Fisik dan Non Fisik
 Kelompok Lain2 Pend. Daerah yang Sah
 Jenis Hibah
 Jenis Dana Darurat

AKUN PEMBIAYAAN
Kelompok Pnerimaan Pembiayaan
4
 Jenis DBH Pajak Provinsi dan Pemda Lainnya
 Jenis SILPA TA sebelumnya
 Jenis D. Desa, DiD, D. Otsus, D. Keistimwaan
 Jenis Pencairan Dana Cadangan
 Jenis Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemda Lainnya  Jenis Hasil Penjualan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
 Jenis Penerimaan Pinjaman
Surplus/Defisit  Jenis Penerimaan Kembali
3 Pemberian Pinjaman
Daerah  Kelompok Pngeluaran Pembiayan
 Jenis Pmbentukn Dana Cadangan
AKUN BELANJA  Jenis Penyertaan Modal
 Kelompok Belanja Tidak Langsung
2 Pemerintah Daerah
 Jenis Pembayaran Pokok Utang
 Jenis Belanja Pegawai
 Jenis Pemberian Pinjaman
 Jenis Belanja Bunga
 Jenis Belanja Subsidi
 Jenis Belanja Hibah
 Jenis Belanja Bantuan Sosial Belanja
Jenis Belanja Bagi Hasil

 Jenis Bantuan Keuangan
Desentralisasi
 Jenis Belanja Tak Terduga
 Kelompok Belanja Langsung
 Jenis Belanja Pegawai
 Jenis Belanja Barang & Jasa
 Jenis Belanja Modal
Perkembangan Postur APBD
(2015 – 2019)
Perkembangan Pendapatan APBD dan
Trendnya
Indikator Pengelolaan Keuangan Daerah
(Kualitas Belanja APBD)
Factsheet Belanja Daerah
 Belanja bbrp daerah blm mmenuhi urusan wajib terkait pelayanan dasar
sbgmn tertuang dlm RKP (e.g. 9 % pemda utk urusan pendidikan; 2,4 %
pemda utk urusan kesehatan, 53 % pemda utk urusan infrastruktur)
 Rata-rata jumlah program di tingkat kab/kota dan prov msg2 mcapai 153
dan 201, sdgkan rata-rata jumlah kegiatan di tingkat kab.kota dan prov
msg2 mcapai 740 dan 1513
 SBM daerah cenderung lbh tinggi drpd pusat
 Bbrp daerah blm mnerapkan E-Gov (e.g. E-Planning, E-Budgeting, dan E-
Proc)
Expose Belanja Daerah  Can you guys
shed some lights on the gap ?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai