Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL KONSELING INTEGRATIF DALAM KONSELING LINTAS BUDAYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Teknik Konseling

Dosen Pengampu : Karisma Khoirul Hidayah, M. Pd.

Disusun oleh Kelompok 5:

1. Aiza Asti Widiana (1860306223123)


2. Olivia Gardianti (1860306223119)
3. Dina Maslahatul Ummah (1860306223131)
4. Muhammad Naufal Akhdan (1860306223142)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta
kelancaran dalam penyusunan makalah yang berjudul “Model Konseling Integratif dalam
Konseling Lintas Budaya” ini dan dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasi dan Rantai Pasok. Dalam penyusunannya,
tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Akan tetapi, atas bantuan dari berbagai pihak dan
akhirnya berbagai permasalahan dapat diatasi. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I., Selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
2. Karisma Khoirul Hidayah, M. Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Teori dan
Teknik Konseling yang telah memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.
3. Seluruh pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima oleh Allah SWT, dan
tercatat sebagai amal salih. Akhirnya, penulisan makalah ini penulis suguhkan kepada
segenap pembaca, dengan harapan adanya kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga makalah ini bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT.

Tulungagung, 15 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Model Integratif (Integrative Model)........................................................3

2.2 Manfaat model konseling integratif dalam konseling lintas budaya........5

2.3 kekurangan dan kelebihan model konseling integratif dalam

konseling lintas budaya.............................................................................7

BAB III PENUTUP………………………………………………………….9

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...9

3.2 Saran…………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konseling lintas budaya telah menjadi topik yang semakin penting dalam
konteks globalisasi saat ini. Perkembangan teknologi dan mobilitas yang semakin
meningkat telah membawa individu dari berbagai latar belakang budaya untuk
berinteraksi secara lebih intensif. Hal ini menyebabkan bertambahnya kompleksitas
dalam situasi konseling, di mana konselor harus menghadapi tantangan dalam
memahami dan merespons kebutuhan klien dari berbagai budaya.
Konseling lintas budaya menghadapi sejumlah tantangan unik, seperti
perbedaan nilai, keyakinan, norma, dan bahasa. Perbedaan-perbedaan ini dapat
menjadi hambatan dalam tercapainya komunikasi yang efektif antara konselor dan
klien. Selain itu, perbedaan budaya juga dapat memengaruhi cara individu dalam
mengartikan dan merespons masalah kesehatan mental serta solusi yang diusulkan
oleh konselor.1
Di sisi lain, pendekatan konseling yang beragam telah dikembangkan untuk
mengatasi tantangan dalam konseling lintas budaya. Salah satu pendekatan yang
menarik perhatian adalah model konseling integratif. Model ini menggabungkan
berbagai teori dan teknik konseling dari berbagai tradisi dan budaya untuk
menciptakan pendekatan yang holistik dan responsif terhadap kebutuhan klien lintas
budaya. Model konseling integratif menawarkan kerangka kerja yang fleksibel dan
adaptif, yang memungkinkan konselor untuk memilih dan menggunakan pendekatan
terbaik yang sesuai dengan kebutuhan klien dan konteks budaya mereka. Pendekatan
ini mengakui kompleksitas individu sebagai entitas yang terbentuk oleh berbagai
faktor budaya, sosial, dan psikologis, serta menawarkan strategi yang komprehensif
dalam membantu klien menavigasi tantangan lintas budaya yang mereka hadapi.
Dalam konteks globalisasi saat ini, penting bagi praktisi konseling untuk
memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai budaya dan kemampuan
untuk bekerja secara efektif dengan klien dari latar belakang budaya yang beragam.
Dengan demikian, model konseling integratif menawarkan pendekatan yang relevan
dan efektif dalam mengatasi tantangan lintas budaya dalam konseling, sambil
menghormati keunikan dan keberagaman individu.2
1
Stephen Palmer, dan Pittu Laungani, Counseling in a Multicultural Society, (New Delhi: SAGE Publication,
2008), halaman 6
2
Ibid, halaman 7

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pernyataan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data dan akan dibahas dalam sebuah karya tulis ilmiah. Dari
penjelasan judul dan latar belakang penulis dapat memberikan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan model konseling integratif (Integrative Model)?
2. Bagaimana manfaat model konseling integratif dalam konseling lintas budaya?
3. Bagaimana Kekurangan dan kelebihan model konseling integratif dalam konseling
lintas budaya?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan adalah untuk menyajikan atau membahas suatu informasi yang berkaitan
dengan sebuah topik latar belakang memiliki peranan penting untuk menyampaikan
masalah secara tertulis, karena skema penulisannya bisa dibuat dengan detail.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Model Integratif (Integrative Model)
2. Manfaat model konseling integratif dalam konseling lintas budaya
3. kekurangan dan kelebihan model konseling integratif dalam konseling lintas
budaya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Integratif (Integrative Model)


Model Integratif dalam konseling merupakan pendekatan yang
menggabungkan elemen-elemen dari berbagai teori dan pendekatan konseling
yang berbeda menjadi satu kerangka kerja yang holistik. Pendekatan ini
memandang individu sebagai entitas kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor psikologis, sosial, budaya, dan spiritual. Dengan mengintegrasikan
berbagai teori dan teknik konseling, model ini bertujuan untuk memberikan
pendekatan yang lebih komprehensif dan responsif terhadap kebutuhan klien.3

Salah satu karakteristik utama dari Model Integratif adalah fleksibilitasnya.


Konselor yang menggunakan pendekatan ini memiliki kebebasan untuk memilih
dan menggunakan teknik-teknik konseling yang paling sesuai dengan kebutuhan
spesifik dari setiap klien. Hal ini memungkinkan konselor untuk mengadaptasi
pendekatan mereka sesuai dengan keunikan individu klien, serta situasi dan
konteks spesifik di mana konseling dilakukan.

Model Integratif sering kali melibatkan penggabungan pendekatan konseling


yang berbeda, seperti psikodinamik, kognitif-perilaku, humanistik, eksistensial,
dan transpersonal. Contohnya, konselor mungkin menggunakan teknik refleksi
diri dari pendekatan humanistik untuk membantu klien mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri, sambil juga
mengintegrasikan teknik-teknik restrukturisasi kognitif dari pendekatan kognitif-
perilaku untuk membantu klien mengatasi pola pikir negatif.

Salah satu keuntungan utama dari Model Integratif adalah kemampuannya


untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien yang beragam. Setiap individu
memiliki latar belakang, nilai, kepercayaan, dan pengalaman hidup yang unik,
dan pendekatan integratif memungkinkan konselor untuk mengakomodasi
keragaman ini dalam proses konseling. Misalnya, konselor dapat
mempertimbangkan aspek budaya, agama, atau nilai-nilai spesifik dari klien
dalam merancang intervensi yang sesuai.

3
Muhamad Irham, “Bimbingan Dan Konseling Di Madrasah Ibtidaiyyah (Paradigma Bimbingan Komprehensif
dalam Bingkai Tematik-Integratif)”, Jurnal Insania, Volume 18, No. 2, halaman 167

3
Selain itu, Model Integratif juga menekankan pentingnya hubungan terapeutik
antara konselor dan klien. Keterlibatan kolaboratif antara konselor dan klien
merupakan inti dari pendekatan ini, di mana konselor tidak hanya bertindak
sebagai ahli, tetapi juga sebagai mitra dalam perjalanan konseling. Dengan
membangun hubungan yang kuat dan saling percaya, konselor dapat menciptakan
ruang yang aman dan mendukung bagi klien untuk mengeksplorasi dan
memecahkan masalah mereka. Dalam praktiknya, Model Integratif memerlukan
keterampilan konselor dalam mengintegrasikan berbagai teori dan teknik
konseling dengan cara yang koheren dan bermakna. Hal ini membutuhkan
pemahaman yang mendalam tentang berbagai pendekatan konseling, serta
kemampuan untuk mengidentifikasi dan menggabungkan elemen-elemen yang
paling efektif untuk setiap klien dan situasi konseling.
Dalam konteks konseling lintas budaya, Model Integratif menjadi semakin
relevan karena kompleksitas interaksi antarbudaya yang semakin meningkat.
Ketika bekerja dengan klien dari latar belakang budaya yang berbeda, konselor
perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika lintas budaya serta
kemampuan untuk menavigasi perbedaan-perbedaan tersebut secara sensitif dan
empatik. Dengan demikian, Model Integratif tidak hanya memungkinkan
konselor untuk memperhitungkan faktor-faktor budaya dalam proses konseling,
tetapi juga memberikan kerangka kerja yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik dari setiap klien, tanpa mengabaikan kekayaan budaya yang mereka
bawa. Dengan demikian, pendekatan ini mempromosikan inklusi dan
penghargaan terhadap keberagaman budaya, sambil juga memberikan pelayanan
konseling yang berkualitas dan relevan bagi klien lintas budaya.
Ada beberapa variabel sebagai suatu panduan konseptual dalam konseling
model integratif, yaitu:
1. Reaksi terhadap tekanantekanan rasial
2. Pengaruh budaya mayoritas
3. Pengaruh budaya tradisional
4. Pengalaman dan anugerah individu dan keluarga

Pada kenyataannya memang sulit untuk memisahkan pengaruh semua kelas


variabel tersebut karena yang justru yang menjadi kunci keberhasilan konseling
adalah asesmen yang tepat terhadap pengalaman-pengalaman budaya tradisional

4
sebagai suatu sumber perkembangan pribadi. Budaya tradisional yang dimaksud
adalah segala pengalaman yang memfasilitasi individu berkembangnya baik
secara disadari atapun tidak. Yang tidak disadari termasuk apa yang diungkapkan
oleh Jung dengan istilah “Ketidaksadaran Kolektif”, yakni nilai-nilai budaya yang
diturunkan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, kekuatan model konseling
ini terletak pada kemampuan mengakses nilai-nilai budaya tradisonal yang
dimiliki individu dari berbagai variabel diatas.4

2.2 Manfaat Model Konseling Integratif dalam Konseling Lintas Budaya


Sebelum membahas manfaat model konseling integratif dalam konseling lintas
budaya, penting untuk memahami kompleksitas dari konteks lintas budaya itu
sendiri. Konseling lintas budaya menuntut konselor untuk memiliki pemahaman yang
mendalam tentang perbedaan budaya, nilai, dan kepercayaan yang mungkin
mempengaruhi persepsi dan respons klien terhadap masalah mereka. Dalam
lingkungan yang semakin global dan multikultural seperti saat ini, konselor harus
dapat menghadapi tantangan yang berkaitan dengan perbedaan budaya secara
efektif.5
Model konseling integratif menjadi alat yang kuat dalam menghadapi tantangan
ini karena memungkinkan konselor untuk menyesuaikan pendekatan mereka sesuai
dengan konteks budaya dan kebutuhan individual klien. Dengan memahami latar
belakang budaya klien dan menggunakan berbagai pendekatan konseling yang sesuai,
konselor dapat menciptakan pengalaman konseling yang lebih inklusif dan efektif
bagi klien lintas budaya. Berikut adalah beberapa manfaat dari menggunakan model
konseling integratif dalam konseling lintas budaya, diantaranya6:
1. Keadilan Budaya: Model konseling integratif memungkinkan konselor untuk
mengakomodasi nilai-nilai dan kepercayaan budaya yang berbeda-beda. Hal ini
membantu dalam memastikan bahwa konseling dilakukan dengan menghormati
dan memahami latar belakang budaya klien, sehingga menciptakan rasa keadilan
budaya dalam proses konseling.

4
Beny Dwi Pratama, “Kompetensi Lintas Budaya Dalam Pelayanan Konseling”, Jurnal Proceedings
International FOE, Volume 1, No. 1, halaman 302
5
Elida Hapni, Novita, dan Silvianetri, “Kompetensi Guru Bk Dalam Konseling Lintas Budaya”, Jurnal
Bimbingan dan Konseling, Volume 8, No. 3, halaman 439
6
Fitri Latifah, “Manfaat Teknologi Komputer Dalam Penyelenggaraan Bimbingandan Konseling Secara Online
Dalam Bentuk E_Konseling”, Jurnal Cakrawala, Volume 13, No. 1, halaman 36

5
2. Kesesuaian Individual: Dengan pendekatan yang mengintegrasikan berbagai
metode dan teknik konseling, konselor dapat menyesuaikan pendekatan mereka
secara individual sesuai dengan kebutuhan dan preferensi klien dari berbagai
budaya. Ini memungkinkan konselor untuk memilih strategi yang paling efektif
dalam membantu klien mencapai tujuan mereka.
3. Memahami Perspektif Kultural: Model konseling integratif memungkinkan
konselor untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif
budaya yang berbeda. Ini membantu mereka menghindari prasangka kultural dan
meningkatkan kemampuan mereka untuk berinteraksi dengan klien dari latar
belakang budaya yang beragam dengan lebih efektif.
4. Fleksibilitas dalam Penanganan Masalah: Dengan memadukan berbagai
pendekatan konseling, konselor dapat lebih fleksibel dalam menangani masalah
yang kompleks dan beragam yang mungkin dihadapi oleh klien lintas budaya.
Mereka dapat menggunakan teknik yang paling sesuai dengan konteks budaya
dan kebutuhan individu klien.
5. Kemampuan Memecahkan Masalah Secara Holistik: Model konseling integratif
memungkinkan konselor untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang,
termasuk aspek budaya, psikologis, dan sosial. Hal ini membantu dalam
menyediakan pendekatan yang holistik dalam memecahkan masalah klien,
memperhitungkan semua faktor yang relevan untuk keberhasilan konseling.
6. Peningkatan Keterbukaan dan Kerjasama: Dengan menunjukkan keterbukaan
terhadap berbagai pendekatan dan budaya, model konseling integratif dapat
membantu membangun hubungan kerja yang kuat antara konselor dan klien. Ini
menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendorong kerjasama yang
lebih baik dalam mencapai tujuan konseling.
7. Efektivitas Konseling yang Ditingkatkan: Dengan memanfaatkan berbagai teknik
dan strategi yang tersedia, model konseling integratif dapat meningkatkan
efektivitas konseling lintas budaya. Konselor memiliki akses ke berbagai alat
yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan klien, sehingga meningkatkan peluang
kesuksesan dalam mencapai perubahan yang diinginkan.

6
2.3 Kekurangan dan Kelebihan Model Konseling Integratif dalam Konseling Lintas
Budaya
Kompleksitas dan keunikan dari setiap individu serta latar belakang budaya
mereka. Konseling lintas budaya menghadirkan tantangan yang unik karena
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang perbedaan budaya, nilai, dan
norma yang mungkin mempengaruhi cara individu merespons dan memahami
masalah mereka. Dalam lingkungan yang semakin multikultural dan global seperti
saat ini, konselor harus memiliki keterampilan yang luas dan kemampuan untuk
mengadaptasi pendekatan mereka sesuai dengan konteks budaya klien.
Dalam konteks ini, model konseling integratif muncul sebagai alat yang kuat
dalam memfasilitasi konseling yang efektif dan relevan bagi klien lintas budaya.
Dengan memahami kerangka kerja ini, mari kita tinjau kelebihan dan kekurangan
dari penggunaan model konseling integratif dalam konteks konseling lintas budaya.
Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan model konseling
integratif dalam konseling lintas budaya7:
1. Kelebihan
a. Keterbukaan terhadap Keanekaragaman: Model konseling integratif
memungkinkan konselor untuk mengakomodasi dan menghargai
keanekaragaman budaya. Ini memungkinkan konselor untuk memilih
pendekatan yang paling sesuai dengan latar belakang budaya dan kebutuhan
individu klien, menciptakan pengalaman konseling yang lebih relevan dan
bermakna.
b. Fleksibilitas dalam Pendekatan: Dengan memadukan berbagai metode dan
teknik konseling, model integratif memberikan fleksibilitas yang lebih besar
dalam menangani masalah yang kompleks dan beragam yang mungkin
dihadapi oleh klien lintas budaya. Konselor dapat menyesuaikan pendekatan
mereka untuk mencocokkan kebutuhan dan preferensi klien, meningkatkan
efektivitas konseling secara keseluruhan.
c. Pengembangan Hubungan yang Kuat: Model konseling integratif
memungkinkan konselor untuk membangun hubungan kerja yang kuat
dengan klien lintas budaya. Dengan menunjukkan keterbukaan terhadap
berbagai perspektif dan budaya, konselor dapat menciptakan lingkungan yang

7
Azhar Mubarak, “Implementasi Konseling Lintas Agama Dan Budaya Dalam Mewujudkan Toleransi
Beragama”, Jurnal Counseling As Syamil, Vol. 3, No. 1, halaman 39

7
mendukung dan inklusif, memungkinkan klien merasa didengar dan
dipahami.
d. Penanganan Masalah yang Komprehensif: Dengan memperhitungkan
berbagai aspek budaya, psikologis, dan sosial, model konseling integratif
memungkinkan konselor untuk menyediakan pendekatan yang holistik dalam
memecahkan masalah klien. Ini membantu dalam mengidentifikasi akar
penyebab masalah dan menyediakan solusi yang lebih berkelanjutan.
2. Kekurangan
a. Kompleksitas dalam Integrasi: Proses mengintegrasikan berbagai pendekatan
konseling bisa menjadi kompleks dan memerlukan pemahaman yang
mendalam tentang setiap pendekatan yang digunakan. Hal ini memerlukan
pelatihan yang intensif dan pengalaman yang luas bagi konselor untuk
menjadi terampil dalam menggunakan model konseling integratif dengan
baik.
b. Tantangan dalam Pemilihan Pendekatan yang Tepat: Dengan berbagai
pendekatan yang tersedia, konselor mungkin menghadapi tantangan dalam
memilih pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
klien. Ini memerlukan keterampilan evaluasi yang baik dan pemahaman yang
mendalam tentang klien serta konteks budaya mereka.
c. Kesulitan dalam Koordinasi: Mengintegrasikan berbagai teknik dan strategi
konseling dapat menimbulkan kesulitan dalam koordinasi antara konselor dan
tim dukungan kesehatan mental lainnya. Koordinasi yang kurang efektif dapat
menghambat kesinambungan perawatan dan mempengaruhi hasil konseling
secara keseluruhan.

BAB III

8
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam konseling lintas budaya, Model Integratif menawarkan pendekatan
yang responsif dan inklusif terhadap keragaman budaya klien. Dengan
menggabungkan elemen-elemen dari berbagai teori dan pendekatan konseling,
model ini memungkinkan konselor untuk menyesuaikan intervensi mereka
dengan kebutuhan spesifik dari setiap klien, sambil juga mempertimbangkan
konteks budaya yang memengaruhi pengalaman dan perspektif klien.
Fleksibilitas model ini memungkinkan konselor untuk membangun hubungan
terapeutik yang kuat dengan klien lintas budaya, sambil juga mempromosikan
penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman budaya.
Model Integratif dalam konseling lintas budaya merupakan landasan yang
kokoh bagi praktisi konseling untuk memberikan layanan yang efektif dan
relevan bagi klien dari berbagai latar belakang budaya, dengan memperhitungkan
kekayaan budaya yang mereka bawa dan memberikan ruang bagi pertumbuhan
dan pemulihan yang holistik. Penutup makalah ini menegaskan pentingnya
pengembangan pemahaman yang mendalam tentang dinamika lintas budaya
dalam praktik konseling, serta komitmen untuk mempromosikan inklusi dan
penghargaan terhadap keberagaman budaya dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan mental dan emosional klien lintas budaya.

3.2 Saran
Bagi pembaca, berikut adalah tiga poin saran yang dapat dipertimbangkan
setelah membaca makalah ini:
1. Pengembangan Kesadaran Budaya: Setelah membaca tentang Model Integratif
dalam konseling lintas budaya, penting bagi pembaca untuk terus
mengembangkan kesadaran budaya mereka. Ini melibatkan pemahaman yang
lebih dalam tentang dinamika interaksi antarbudaya, sensitivitas terhadap
perbedaan budaya, dan keterampilan untuk berkomunikasi secara efektif dengan
individu dari latar belakang budaya yang berbeda.
2. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan Konseling Lintas Budaya: Pembaca
yang merupakan profesional kesehatan mental atau calon konselor dapat
mempertimbangkan pelatihan dan pengembangan keterampilan khusus dalam

9
konseling lintas budaya. Hal ini dapat meliputi mengikuti kursus atau seminar
tentang konseling lintas budaya, magang atau praktikum dalam lingkungan lintas
budaya, atau terlibat dalam kelompok diskusi atau penelitian tentang topik ini.
3. Praktik Kesehatan Mandiri dan Refleksi Diri: Pembaca diundang untuk
melakukan refleksi diri tentang praktik-praktik kesehatan mandiri mereka dan
bagaimana praktik tersebut dapat lebih memperhitungkan dan menghormati
keberagaman budaya. Hal ini dapat meliputi mengintegrasikan elemen-elemen
kesehatan tradisional atau alternatif dari berbagai budaya, memperluas jaringan
dukungan yang inklusif, dan menciptakan ruang yang aman dan mendukung bagi
individu dari latar belakang budaya yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

10
Palmer, Stephen, dan Pittu Laungani. 2008. Counseling in a Multicultural Society. New
Delhi: SAGE Publication
Mubarak, Azhar. 2021. Implementasi Konseling Lintas Agama Dan Budaya Dalam
Mewujudkan Toleransi Beragama. Jurnal Counseling As Syamil. Vol. 3. No. 1.
halaman 39
Fitri Latifah. 2021. Manfaat Teknologi Komputer Dalam Penyelenggaraan Bimbingandan
Konseling Secara Online Dalam Bentuk E_Konseling. Jurnal Cakrawala. Volume 13.
No. 1. halaman 36
Hapni, Novita, dan Silvianetri. 2023. Kompetensi Guru Bk Dalam Konseling Lintas Budaya.
Jurnal Bimbingan dan Konseling. Volume 8. No. 3. halaman 439
Irham, Muhamad. 2013. Bimbingan Dan Konseling Di Madrasah Ibtidaiyyah (Paradigma
Bimbingan Komprehensif dalam Bingkai Tematik-Integratif). Jurnal Insania. Volume
18. No. 2. halaman 167
Dwi, Beny Pratama. 2016. Kompetensi Lintas Budaya Dalam Pelayanan Konseling. Jurnal
Proceedings International FOE. Volume 1. No. 1. halaman 302

11

Anda mungkin juga menyukai