Anda di halaman 1dari 4

FILOSOFI PENDIDIKAN

K O N E K S I
A N T A R M A T E R I

oleh :
Nindya Nurwahidda A. Banteng, S.Pd
Perjalanan pendidikan nasional Indonesia melalui proses yang panjang.
Faktor-faktor sosial,budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pendidikan
di Indonesia sejak masa penjajahanhingga kini. Faktor-faktor tersebut
memberikan tantangan tersendiri terlebih bagaimanaproses
pembelajaran dapat berjalan. Mengingat semboyan yang menjadi
rangkaian asas-asas ke-Tamansiswaan-an yangdikemukakan pidato
Ki Hadjar Dewantara pada penganugerahan Honoris Causa
olehUniversitas Gajah Mada pada 7 November 1956 yaitu "Asas Tri-con"
yang mengajarkan,bahwa di dalam pertukaran kebudayaan dengan dunia
luar harus kontinuitas dengan alamkebudayaannya sendiri, lalu konvergensi
dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang ada, danakhirnya jika sudah
bersatu dalam alam universal, bersama mewujudkan persatuan dunia
danmanusia yang konsentris. Konsentris berarti bertitik pusat satu dengan
alam-alam kebudayaansedunia, tetapi masih memiliki garis lingkaran
sendiri sendiri.Inilah suatu bentuk dari sifat "Bhineka Tunggal Ika".
Identitas manusia Indonesia yanglahir,tumbuh dan berkembang dalam
kebhinekatunggalikaan mestinya selaras dengan apayang disampaikan
Ki Hajar Dewantara. Juga pemaknaan dari Pendidikan adalah
tempatpersemaian segala benih-benih kebudayaan yang hidup dalam
masyarakat kebangsaan.Perspektif sosio kultural dalam pendidikan
dimaknai sebagai interaksi antar manusia dalamsuatu budaya berkaitan
dengan pendidikan. Dalam hal ini, interaksi yang dimaksud adalahadanya
kesesuaian-kesesuaian yang berkesinambungan mengenai sebuah peran,
aturan sertanilai budaya. Kesesuaian ini tidak hanya terbatas pada
konteks interaksi saja, namunmencakup hal lainnya Salah satunya
adalah konteks pendidikan. (Nauvaliana Ashri, 2021).Interaksi sosiokultural
dalam pendidikan menjadi penting karena dapat mencegah
disintegrasibangsa, baik yang disebabkan oleh cemburu sosial maupun
kurangnya rasa toleransi terhadapteman yang berbeda. Manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimanamanusia tertaut
dengan tingkah laku, norma dan ajaran budaya. Oleh karena itu
pendidikansendiri sebenarnya saling terintegrasi dengan kebudayan,
pendidikan selalu berubah sesuaiperkembangan kebudayaan. Karena
pendidikan merupakan proses transfer kebudayaan dansebagai cermin
nilai-nilai kebudayaan.Pendidikan dalam bingkai keIndonesiaan
merupakan penegasan kesederajatan martabatmanusia Indonesia.
Meskipun manusia Indonesia lahir, hidup dan berkembang
dalamkebhinekaan, namun hal tersebut tidak menjadi membagi golongan
minoritas dan mayoritasuntuk memecah belah kesatuan dan persatuan.
Dalam prespektif pendidikan, bermacam sosio kultural di Indonesia
justru dimaknai sebagaisalah satu upaya untuk mengurangi
pengaruh budaya asing dengan menerapkan
pembelajaransosiokultural untuk menuntun dan membentuk karakter
peserta didik. Hal ini selaras dengan dasar-dasar pendidikan yang
dipaparkan oleh Ki Hajar Dewantarabahwa pendidikan dan
pengajaran dengan sistem barat tidaklah selalu buruk, sebagai
bangsaakita boleh mengadopsi sistem negara manapun
kemudian kita terapkan untuk Indonesia,namun jangan lupakan
pendidikan kultural dan nasional serta ajarkan nilai-nilai luhur
yangmenjadi identitas manusia Indonesia.Fase-fase belajar peserta
didik adalah fase emas, perkembangan tersebut tidak bisa
diulangmaupun diputar mundur. Oleh karena itu setiap fase
peserta didik dalam setiap prosespembelajaran menjadi sangat
penting. Pada perspektif pendidikan, Ki Hajar Dewantara jugatelah
menyampaikan "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu,
hendaknya selaludiingat bahwa segala kepentingan anak-anak
didik, baik mengenai hidup diri pribadinyamaupun hidup
kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala
kepentingan yangberhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada
alam maupun zaman. Sementara itu, segalabentuk, isi dan wirama
(yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya
sepertidemikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar
dan asas-asas hidup kebangsaanyang bernilai dan tidak
bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan" (Ki Hadjar
Dewantara,2009, hal. 21).Identitas manusia Indonesia sebagai
manusia pancasila, dimana pancasila sebagai landasanfilosofis
memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai
bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa. Menjadikan manusia
Indonesia kaya akan nilai-nilai luhur yang hidupdalam kebiasaan,
menjadi nafas dalam setiap langkah manusia Indonesia. Nilai-nilai
luhuryang bersumber dari pancasila inilah yang dijadikan akar dari
pendidikan karakter sehinggaditanamkan kuat-kuat dalam
pendidikan nasional, proses belajar untuk peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai