Anda di halaman 1dari 3

KOMISI PEMAHAMAN ALKITAB

GKJ NEHEMIA PONDOK INDAH - JAKARTA


PERIODE TAHUN 2023

BAHAN PA MPDK – MARET 2023


Bahan Bacaan: Yohanes 9:1-41

MENATAP HIDUP BARU

Perikop dalam bacaan PA kita kali ini dimulai dan diakhiri dengan ‘kebutaan’. Diawali
dari hadirnya seorang yang buta sejak lahir berjumpa dengan Tuhan Yesus. Tidak
disebutkan siapa nama dari orang buta ini. Perjumpaan yang menjadi topik pembahasan
Tuhan Yesus dengan murid-murid-Nya, perihal siapa yang menyebabkan kebutaan dari
orang tersebut? Siapa yang paling bertanggung jawab dari permasalahan ini?

Terlihat kecenderungan manusia untuk lepas tanggung jawab terhadap


permasalahan orang lain, selalu mencari terlebih dahulu siapa yang bersalah dan
mempermasalahkan, lalu memberikan penghukuman tanpa mengupayakan penyelesaian
dari permasalahan tersebut.

Tidak hanya mengarahkan para murid untuk tidak memperdebatkan permasalahan


kebutaan orang tersebut, Tuhan Yesus bertindak menolong dengan mencelikan mata si
orang buta hingga dapat melihat. Kegelapan yang telah menyiksanya selama ini langsung
sirna. Kini ia dapat menyaksikan pemandangan sekitar yang selama ini hanya dapat
dibayangkannya.

Di sisi lain, perubahan yang dialami orang buta tadi, ternyata mengakibatkan
‘kebutaan’ mata hati dari beberapa orang. Mereka menjadikannya sebagai bahan
perbincangan dan kesempatan untuk menuduh Tuhan Yesus serta menyalahkan orang
buta tadi dan keluarganya. Para tetangga heran dengan kondisinya yang sekarang dapat
KOMISI PEMAHAMAN ALKITAB
GKJ NEHEMIA PONDOK INDAH - JAKARTA
PERIODE TAHUN 2023

melihat. Kembali terlihat kecenderungan manusia untuk memperdebatkan masalah orang


buta ini, bukan sebaliknya bersuka cita bersamanya. Mereka meragukan kesembuhannya
dan menghakiminya karena berpihak kepada Tuhan Yesus. Perdebatan ini telah
‘membutakan’ banyak orang, termasuk orang-orang Farisi, ketika Tuhan Yesus
menyembuhkan si orang buta pada hari Sabat. Kelemahan manusia dan hukum Taurat
telah ‘membutakan’ mata rohani mereka untuk melihat hadirnya Tuhan dalam peristiwa
pemulihan hidup si orang buta tadi.

Dosa telah membutakan mata rohani manusia hingga menghancurkan


kehidupannya dan sekitarnya. Adanya tindak kejahatan, perselisihan hingga perang
merupakan buah dari kegelapan hidup.

Namun adanya dosa, kesalahan, keburukan dan kegagalan di sekitar kita bukan
berarti tidak ada kehidupan. Justru saat kita menyadari ada yang ‘rusak’, timbullah
kesadaran untuk kembali kepada Tuhan dan memperbaiki perilaku untuk menuju hidup
yang baru yang lebih baik. Bagaimanakah cara kita dapat menatap hidup baru?

Ada 2 hal yang dapat kita pelajari untuk dapat menatap hidup yang baru, yaitu:

1. Mengubah cara pandang dan perilaku kita

Dari peristiwa Tuhan Yesus mencelikkan mata orang buta, kita belajar untuk
mengalami pencelikan mata hati, cara pandang dan kesadaran kita. Juga menjadi
Kristen tidak hanya status atau pengakuan saja, tetapi juga harus mengalami
perubahan dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Menjadi Anak-anak Allah tidak
serta merta menghilangkan karakter dosa yang telah melekat dalam diri kita.
Namun justru Terang Ilahi memberikan kita kesadaran diri akan keberdosaan dan
kesalahan. Dalam kesadaran diri tersebut, kita dapat mengubah diri dan menjalani
proses perubahan dengan berhikmat. Perubahan diri yang juga berdampak baik
kepada sesama dan lingkungan sekitar. Kebaikan yang kita lakukan kepada sesama
akan menular dan melahirkan kebaikan lagi hingga mengubah kehidupan disekitar
kita menjadi lebih baik.

2. Mengarahkan hati kepada Yesus Kristus


KOMISI PEMAHAMAN ALKITAB
GKJ NEHEMIA PONDOK INDAH - JAKARTA
PERIODE TAHUN 2023

Perikop Yohanes 9, diawali dan diakhiri dengan kebutaan. Tuhan Yesus mencelikkan
mata seseorang yang buta sejak lahir hingga ia dapat melihat. Si orang buta yang
kini dapat melihat, kini mampu menatap hidupnya yang baru, karena ia
mengarahkan hatinya dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Sementara
orang-orang Farisi yang secara fisik dapat melihat, tidak dapat melihat hadirnya
Tuhan. Mereka menolak untuk percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, hingga
tidak mampu menatap anugerah kehidupan baru yang diberikan Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus telah membukakan mata hati kita supaya cara pandang kehidupan kita
terarah pada Dia, bukan kepada dunia. Mari kita menyerahkan kendali hidup kita pada
Allah agar dimampukan menata hidup baru, hidup yang sesuai dengan kehendak Allah.

PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

1. Menurut Anda, mengapa seringkali orang – termasuk kita- memiliki kecenderungan


untuk mempermasalahkan hal baik yang terjadi pada orang lain?
2. Bagaimana kita dapat mengubah perilaku kita tersebut dan menata hidup kita yang
baru ?
3. Lalu bagaimanakah tindakan yang kita dapat lakukan sebagai wujud konkrit “hidup
baru” yang berdampak bagi keluarga serta lingkungan di sekitar kita?

Sumber: Kotbah Jangkep Bahan Masa Paskah tahun 2023 LPP Sinode GKJ dengan berbagai penyesuaian

Anda mungkin juga menyukai