Anda di halaman 1dari 64

NON BINER SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN

MAHASISWA KOTA BEKASI

Studi Fenomenologi Mengenai Non Biner Sebagai Gaya Hidup di


Kalangan Mahasiswa di Kota Bekasi

Oleh :

Reza Putra Gifary

182050259

USULAN PENELITIAN

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

NON BINER SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN


MAHASISWA KOTA BEKASI

(Studi Fenomenologi Mengenai Non Biner Sebagai Gaya Hidup di


Kalangan Mahasiswa di Kota Bekasi)

Oleh :

Reza Putra Gifary

182050259

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Progam Studi Ilmu Komunikasi

Bandung, September 2022

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Qisthy Rabathy, S.I.Kom, M.Si

i
DAFTAR PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1
1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian ....................................... 7
1.3.1. Fokus Penelitian .............................................................................. 7
1.3.2. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ....................................... 7
1.3.1. Tujuan Penelitan ............................................................................. 7
1.3.2. Kegunaan Penlitian ......................................................................... 8
BAB II .................................................................................................................... 9
KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN PEMIKIRAN .......................................... 9
2.1. Kajian Pustaka ....................................................................................... 9
2.1.1. Review Penelitian Sejenis ............................................................... 9
2.2. Kerangka Konseptual .......................................................................... 12
2.2.1. Komunikasi .................................................................................... 12
2.2.2. Komunikasi Interpersonal............................................................ 22
2.3. Non Biner .............................................................................................. 27
2.3.1. Gaya Hidup .................................................................................... 28
2.4. Kerangka Teoritis................................................................................. 35
2.4.1. Fenomenologi ................................................................................. 35
2.5. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 44
BAB III ................................................................................................................. 47
SUBJEK, OBJEK DAN METODE PENELITIAN ......................................... 47
3.1. Subjek Penelitian .................................................................................. 47
3.2. Objek Penelitian ................................................................................... 48
3.3. Metode Penelitian ................................................................................. 48
3.3.1. Desain atau Paradigma Penelitian............................................... 49
3.3.2. Jenis Penelitian .............................................................................. 50

ii
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 54
3.3.4. Teknik Analisis Data ..................................................................... 55
3.4. Tahapan Penleitian............................................................................... 56
3.4.1. Menyusun Rancangan Penelitian ................................................ 56
3.4.2. Memilih Lapangan Penelitian ...................................................... 56
3.4.3. Memilih Informan ......................................................................... 57
3.4.4. Menggali Informasi dan Memanfaatkan Informan ................... 57
3.5. Keabsahan Hasil Penelitian ................................................................. 57
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 58
3.7. Profil Informan ..................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian

Istilah LGBTQ+ mungkin sudah tidak begitu asing lagi bagi sebagian
masyarakat di dunia ataupun di Indonesia. Terlpas itu menerima atau tidaknya
dengan LGBTQ+ ini sudah menjadi sebuah fenomena di masyarakat. Mungkin
banyak dari kita yang sudah paham terkait arti dari LGBT yaitu lesbi,gay,bisex
dan juga transgender. Tapi belakangan ini muncul istilah baru di dalam LGBT
yaitu penambahan Q.

Q sendiri adalah singakatan dari kata queer. Queer sendiri memiliki arti
secara harfiah yaitu aneh atau tidak biasa (“unusual,strange,odd”). Queer sering
kali digunakan untuk mereka yang “not straight” yang biasa digunakan untuk
melebelkan sebuah orientasi atau identitas seksual bagi mereka yang masih dalam
pencarian, namun sudah yakin tidak menyebut dirinya sebagai keteroseksual.

Menurut Merriam Webster, queer adalah orang atau kelompok yang


memiliki ketertarikan seksual atau hubungan roamntis, tidak terbatas pada orang
dengan identitas gender atau orientasi sesksual tertentu.

Thamsin Spargo dalam bukunya yang berjudul “Foucault and Queer


Theory” yang dirilis pada tahun 1999 menjelaskan, queer tidak merujuk pada
identitas gender secara khusus seperti gay, lesbi biseksual, transgender ataupun
yang lainnya.

Harry Benshoff dan Sean Griffin dalam buku Queer Cinema, The Film
Reader yang dirilis pada tahun 2004 menjelaskan bahwa, queer adalah teori bagi
mereka yang menolak gagasan esensial atau biologis mengenai sebuah gender
ataupun seksualitas. Dengan begitu queer mematahkan adanya pembagian sebuah
identitas gender seperti laki – laki, perempuan, feminim, masukilin dan
sebagainya.

1
2

Queer sendiri seakan – akan menjadi payung bagi para anggota pada
komunitas LGBT. Salah satu bagian queer di luar singkatan LGBT adalah non –
binary atau nonbiner. Non – binary termasuk kedalam istilah queer karena pada
dasarnya mereka yang penganut pemahaman non – binary adalah mereka yang
percaya bahwa tidak ada pembatasan biner didalam masing – masing manusia.

Non – binary adalah individu yang tidak ingin dikategorikan dalam gender
tertentu. Meski sering dianggap sama, tetapi istilah ini berbeda dengan
transgender. Non – binary sendiri bisa dikatakan termasuk kedalam bagian
LGBTQ+. Identitas gender seseorang biasanya dikategorikan bedasarkan jenis
kelaminnya, biasanya laki – laki atau perempuan. Akan tetapi, tidak semua orang
cocok dengan kedua gender tersebut sehingga seiring berjalannya waktu
munculah istilah baru yaitu non – binary atau nonbiner.

Identitas gender yang satu ini seringkali dianggap sebagai hal yang baru,
pada kenyataannya menurut penelitian yang ada gender nonbiner ini sudah
diperkirakan ada sejak 400 tahun sebelum masehi. Hal ini ditemukan dalam
sebuah teks Hindu kuno di India yang mana menuliskan tentang Hijra. Mereka
menganggap diri mereka lebih dari sekedar pria atau wanita saja.

Ada beberapa perbedaan pendapat dari mereka yang mengakui diri sebagai
nonbiner. Pertama, ada Sebagian mereka yang menanggap bahwa mereka adalah
gabungan dari laki – laki dan perempuan yang membuat mereka bisa
dikategorikan kemana saja. Kedua, ada juga sebagian dari mereka yang
menganggap bahwa mereka tidak termasuk kedalam gender laki – laki atau
perempua, itu kenapa mereka lebih memilih disebut dengan nonbiner atau bisa
dikatakan sebagai jalan tengah dan netral untuk penyebutan mereka.

Mungkin ada sangat banyak orang awam diluar sana yang


mengkategorikan nonbiner sebagai seorang transgender atau mereka yang
berganti kelamin baik itu dari laki – laki ke perempuan ataupun sebaliknya dari
perempuan menjadi laki – laki. Pada nyatanya kedua sebutan tersebut memiliki
3

dua konsep yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai pembeda nonbiner dengan
transgeder diharuskan mengerti konsep keduanya.

Seks atau jenis kelamin adalah aspek biologis seseorang ketika mereka
dilahirkan atau bisa dibilang dibawa sejak mereka lahir. Salah satu aspek yang
bisa dibawah yaitu berupa alat kelamin atau kromosom dominan yang dipunya
oleh seseorang. Kebanyakan orang di seluruh dunia akan memilih identitas gender
dengam mengambil dari jenis kelamin mereka. Seseorang akan menganggap diri
mereka laki – laki jika mereka mempunyai jenis kelamin laki – laki yaitu berupa
penis dan untuk yang perempuan akan menganggap diri mereka perempuan
karena mereka mempunyai jenis kelami perempuan atau vagina.

Sementara itu, gender mempunyai artian yang berbeda. Gender sendiri


merupakan sikap atau peran yang dibentuk secara sosial atau kultural. Gender
melbatkan cara pandang atau perasaan seseorang tentang diri mereka sendiri dan
apa yang mereka rasakan.

Lalu ada juga istilah trans yang merujuk pada suatu hal yang sebenarnya
sangat luas. Secara umum, ini mengacu pada siapa saja yang bukan cisgender dan
mencakup berbagai indetitas seperti trans wanita ataupun pria. Lalu cisgender
sendiri adalah suatu sebutan yang mengacu pada mereka yang menjadikan
identitas gender mereka sesuai dengan alat kelamin mereka yang dibawa dari
semenjak mereka lahir.

Orang – orang nonbiner bukanlah suatu hal baru. Nonbiner sendiri sudah
diakui dari ribuan tahun yang lalu oleh budaya dan masyarakat di seluruh dunia,
jadi mereka tidak bingung terkait identitas gender mereka. Beberapa, tapi tidak
semua orang nonbiner menjalani prosedur medis untuk membuat tubuh mereka
lebih sesuai dengan identitas gender mereka. Meskipun tidak semua orang
nonbiner membutuhkan perawatan medis untuk menjalani kehidupan yang
memuaskan, ini penting dan bahkan menyelamatkan nyawa bagi banyak orang.

Kebanyakan orang transgender tidak nonbiner. Akan tetapi, beberapa


orang transgender mengakui diri mereka sebagai nonbiner. Nonbiner tidak sama
4

dengan intersex. Orang intersex memiliki anatomi atau gen yang tidak sesuai
dengan definisi khas pria dan Wanita. Kebanyakan orang interseks
mengindentifikasi sebagai pria atau Wanita. Sedangkan nonbiner, biasanya bukan
seorang interseks.

Mungkin ada banyak orang yang tidak bisa menerima akan kehadiran
nonbiner di lingkungan mereka karena menganggap itu adalah sebuah
penyimpangan yang sangat keluar dari agama yang mereka anut. Tapi sebagai
sesama mahluk hidup kita harus saling menghormati, tidak sulit untuk
menghormati pilihan seseorang terkhusus seorang nonbiner.

Tidak perlu terlalu memahami apa itu artinya nonbiner atau mengapa
mereka memilih menjadi nonbiner. Masih banyak orang yang masih bekum
memahami ataupun mendengar tentang gender nonbiner. Tetapi identitas yang
tidak dipahami Sebagian orang masih layak untuk dihormati.

Pertama, gunakanlah nama yang diminta seseorang untuk anda gunakan.


Ini adalah suatu aspek paling penting untuk menghormati orang nonbiner, karena
nama yang digunakan mungkin tidak mencerminkan identitas gender mereka.

Kedua, coba untuk tidak membuat sebuah asumsi liar tentang jenis
kelamin seseorang. Anda tidak dapat mengetahui apakan seseorang nonbiner
hanya dengan melihatnya sekilas saja. Sama seperti halnya melihat seorang
transgender hanya sekedar dari penampilan atau bentuk luarnya saja.

Ketiga, jika tidak yakin dengan kata ganti apa yang digunakan seseorang,
tanyakan saja. Orang nonbiner yang berbeda akan menggunakan kata ganti yang
berbeda pula. Banyak orang nonbiner yang berbeda daot menggunakan kata gantu
seperti “mereka” sementara yang lain menggunakan kata “dia” yang merujuk pada
gender tertentu.

Bagi banyak orang nonbiner, mencari tahu kamar mandi mana yang
mereka gunakan dapat menjadi sebuah tantangan. Bagi banyak orang nonbiner
menggunakan kamar mandi perempuan atau laki – laki akan terasa tidak nyaman
5

dan aman. Karena, orang lain mungkin akan melecehkan mereka secara verbal
atau bahkan menyerang secara fisik.

Terakhir, cara menghormati orang nonbiner yaitu berbicaralah dengan


mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang siapakah mereka. Tidak ada satu
cara untuk menjadi seorang nonbiner. Cara terbaik untuk memahami bagaimana
rasanya menjadi nonbiner adalah berbicara dengan orang – orang nonbiner
tersebut dan dengarkan cerita mereka.

Mungkin masih banyak sekali orang yang sangat tabu dengan hal ini dan
bahkan ada sebagian yang tidak tahu akan adanya istilah “nonbiner”. Salah satu
faktornya tidak faktornya orang sulit menerima kehadiran mereka dikarenakan
karena unsur agama. Bahwasannya, LGBTQ+ atau sejenisnya adalah sebuah
penyakit yang menyerang mental dan cara berpikir seseorang yang mungkin di
sebabkan oleh kejadian di masa lalu yang membuat mereka menjadi seperti itu.

Kemudian adanya faktor lingkungan sekitar ketika mereka kecil yang


membuat mereka penyimpang dari yang seharusnya. Contohnya seperti laki – laki
yang berprilaku seperti perempuan ataupun sebaliknya.

Baiknya kita yang mengerti terkait hal tersebut bisa merangkul mereka dan
tidak memusuhi mereka, bukan berarti kita harus setuju denga napa yang mereka
jalani. Karena hal tersebut adalah hak masing – masing seseorang untuk menerima
atau tidak hal tersebut, tapi selayaknya sesame manusia setidaknya tidak perlu
untuk menghina mereka. Karena hal seperti ini menjadi permasalahan sosial
diluar permasalahan agama tertentu.

Penelitian yang ada menunjukkan bahwa populasi nonbiner memiliki


resiko Kesehatan mental serupa atau bisa berpotensi lebih tinggi dari pria
transgender ataupun wanita transgender yang mengalami gangguan mental
dibandingkan dengan populasi cisgender.

Survei transgender di Amerika Serikat menemukan bahwa 39% peserta


nonbiner memiliki pilihan untuk percobaan bunuh diri yang cukup besar. Bahkan,
49% dari mereka mengalami tekanan psikologis yang cukup serius. Studi lain
6

menemukan bahwa nonbiner mengalami tingkat kecemasan yang cukup tinggi,


deprse dan masalah makan dibandingkan dengan pria transgender. Tekanan
tersebut berasal dari penolakan keluarga, pelecehan seksual, dan beberapa hal
traumatis di dalam hidup mereka(Levefor et al., 2019).

Di Indonesia, satu kelompok etnis menunjikan bahwasannya identitas


gender di ekspresikan dengan lebih dari dua cara yang sudah berjalan lebih dari
ratusan tahun. Orang bugis adalah kelompok etnis terbesar di Sulawesi Selatan
dan unik dalam konsepsi mereka tentang 5 jenis indetitas gender yang berbeda.
Selain maskulinitas dan feminisme ada juga calalai yaitu sebutan untuk wanita
maskulin atau yang biasanya kita kenal dengan tomboy. Lalu ada juga bissu yang
digambarkan sebagai “meta – gender” yang dianggap sebuah kombinasi dari
semua jenis kelamin yang ada menurut antropologi Sharyn Graham.

Bissu sengaja berpakaian dengan cara yang memadukan karakteristik pria


dan wanita tradisional seperti menggunakan pisau tradisional yang terlihat
maskulin namu juga menggunakan bunga di kepala mereka sebagai betuk
maskulin. Hal ini sudah adadalam budaya Bugis sejak sebelum Islam tiba di
Indonesia pada abad ke-13.

Namun, sejak kemerdekaan Indonesia terhadap pemerintahan Belanda


tahun 1949, bissu teraniaya dan tertekan di bawah rezim komunis dan
fundamentalis Islam. Dalam sebuah artikel dari Al – Jazeera tahu 2015 tentang
sebuah upaya tentang menghidupkan kembali peran bissu di masyarakat Bugis
oleh antropolog Halilintar Latief.

Individu di seluruh dunia yang mengidentifikasi atau teridentifikasi


sebagai gender nonbiner melihat adanya meningaktan pengakuan hukum dan
sosial. Pada tahun 2014, komunitas gender hijra dari Asia Selatan yang berusia
sekitar 4.000 tahun memengakan kasus ketika mahkamah agung India
mengumumkan diskriminasi terhadap hijra illegal dan melembagakan opsi gender
ketiga untuk dokumen pemerintah.
7

Australia telah mengizinkan opsi gender ketiga untuk paspor sejak 2011
dan juga Inggris mengembangkan pilihan untuk menggunakan judul “Mx” pada
dokumen pemerintah dan bank mendorong Kamus Inggris Oxford secara resmi
menambahakannya pada tahun 2017. Di Indonesia sendiri adalah negara yang
sangat kental dengan agama mungkin akan sulit atau bahkan tidak akan menerima
kecuali secara individual.

1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

1.3.1. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitan diatas, mak penliti akan fokus


melakukan penelitian terhadap “STUDI FENOMENOLOGI TENTANG
PENGANUT NON – BINARY DI KOTA BEKASI.”

1.3.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penilitan diatas, maka peneliti dapat


mengidentifikasi masalah menjadi beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana cara orang nonbiner melakukan komunikasi secara


keseharian?
2. Bagaimana cara orang nonbiner mengomunikasikan diri mereka
terhadap sesama mereka?
3. Bagaimana tanggapan ahli terkait mereka yang nonbiner?
4. Bagaimana orang non nonbiner melihat mereka yang nonbiner?

1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitan

Tujuan Penelitian ini didasarkan pada rincian identifikasi masalah


yang telah di kemukakan diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui cara orang nonbiner melakukan komunikasi


secara keseharian.
8

2. Untuk mengetahui cara orang nonbiner mengomunikasikan diri


mereka terhadap sesama mereka.
3. Untuk mengetahui tanggapan ahli terkait mereka yang nonbiner.
4. Untuk mengetahui cara orang non nonbiner melihat mereka yang
nonbiner
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada
pembaca terhadap pembahasan yang dibahas oleh peneliti. Kegunaan
penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.3.2. Kegunaan Penlitian

1.3.2.1. Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan


pengetahuan serta pengembangan Ilmu Komunikasi, terkhusus
dibidang studi fenomenologi.
2. Penelitian ini diharapkan bisa memberi pandangan baru juga
melengkapi kepustakaan dalam bidang studi fenomenologi.

1.3.2.2. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta


pengembangan Ilmu Komunikasi, terkhusus dibidang studi
fenomenologi.
2. Penelitian ini diharapkan bisa memberi pandangan baru juga
melengkapi kepustakaan dalam bidang studi fenomenologi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN PEMIKIRAN
2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Review Penelitian Sejenis

Review penelitian ini merupakan kumpulan dari penelitian – penelitian


sebelumnya yang dibuat oleh orang lain dan berkaitan dengan penelitian yang
akan penulis teliti. Mencari penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan
referensi yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian tentang
fenomenologi lainnya, yaitu:

1. Gaya Hidup Komunitas Mahasiswa PEcinta Kelestarian


Alam, Skripsi, Universitas Pasundan Bandung (Fithriyyah
Ulfah 2017)

Penelitian ini berjudul “GAYA HIDUP KOMUNITAS


MAHASISWA PECINTA KELESTARIAN ALAM”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya hidup komunitas
mahasiswa pecinta kelestarian alam, bagaimana motif informan
bergabung ke dalam komunitas tersebut, Tindakan informan ketika
bergabung ke dalam komunitas dan bagaimana makna komunitas
tersebut dilihat dari gaya hidup informan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan


emtode studi fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan yaitu
observasi lapangan dan wawancara mendalam informan terdiri dari 9
orang yang merupaan anggota dari komunitas mahasiswa pecinta
kelestarian alam dan 1 prang informan dari pihak akademis untuk
memperkuat hasil penelitian.

Berdasarakan hasil penelitian ini, diperoleh gambaran bahwa


motif informan begabung ke dalam komunitas ini bermacam – macam,

9
10

salah satunya adalah karena ketertarikan diri pada alam dan


lingkungan. Dari motif tersebut muncul Tindakan yang di lakukan
informan ketika bergabung ke dalam komunitas mahasiswa pecinta
kelesatarian alam yaitu dengan menjaga kelesatarian alam dan
lingkungan hidup. Contoh kecilnya mereka tidak mudah untuk
membuang sampah disembarangan tempat dan makna yang di rasakan
informan setelah melakukan Tindakan tersebut sangatlah mendalam.

Komunitas mahasiswa pecinta alam ini mampu memberikan


dampak positif kepada setiap anggotanya, hal ini terbukti dengan
adanya perubahan gaya hidup seperti perubahan sikap yang menjadi
lebih baik dari sebelumnya dan pembentukan mental yang lebih kuat
dan tegar dalam menghadapi pesoalan yang terjadi.

Seteleah melakukan penelitian tentang gaya hidup komunitas


mahasiswa pecinta jelestarian alam. Penelitian menyarankan agar
apara anggota komuntias ini lebih memperbanyak dan memperluas lagi
aksi – aksi sosial di berbagai daerah yang ada di Jawa Barat agar
daerah – daerah yang belum didatangi atau dikunjungi lebih
memperhatikan kelestarian alam seperti daerah – daerah yang sudah
didatangi.

2. STAYCATION SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN


MAHASISWA, Skripsi, Universitas Pasundan Bandung
(Rana Khairunnisa, 2020)

Penelitian ini berjudul “STAYCATION SEBAGAIN GAYA


HIDUP DI KALANGAN MAHASISWA”. Studi fenomenologi
mengenai staycation yang menjadi gaya hidup di kalangan mahasiswa.
Fokus penelitian ini adalah bagaimana staycation sebagai gaya hidup
di kalangan mahasiswa, bagaimana motif mahasiswa melakukan
staycation sebagai gaya hidup, bagaimana Tindakan mahasiswa
melakukan staycation sebagai gaya hidup, bagaimana makna
11

mahasiswa melakukan staycation sebagai gaya hidup. Metode


peneltian yang digunakan adalah fenomenologi dengan tipe penelitian
yang bersifat kualitatif.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang di lakukan dalam


penelitian ini adalah deskriptif yang mendeskripsikan tentang apa saja
yang informan berikan ketika melakukan sesi wawancara terhadap
penulis.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa motif informan


menjadikan staycation sebagai gaya hidup untuk mengembalikan
mood, mencari hiburan dan ketenangan disuatu tempat. Selain itu juga
agar bisa merekatkan tali silaturahmi Bersama keluarga atau orang
terdekat, karena dengan staycation, menurut mereka bisa lebih
mempererat hubungan.

Karena memiliki waktu yang lama dan intens untuk mengobrol,


memiliki beberapa informan mahasiswa juga berpendapat bahwa
mereka melakukan staycation karena sebelumnya sudah pernah
melakukannya dan menjadi ketagihan, lalu mereka memasukan
staycation dalam daftar kewajiban.

Makna staycation sebagai gaya hidup bagi mahasiswa di kota


Bandung adalah sebagai waktu untuk berlibur dan merefleksikan duru
dari kegiatan sehari – hari. Selain itu mereka memaknai staycation
juga sebagai waktu yang berharga untuk menghabiskan kebersamaan
dengan keluarga maupun pasangan dan meningkatkan mood.
12

Metode
No Judul/Nama/Tahun Persamaan Perbedaan
Penelitian
Studi Memiliki Metode
“Gaya Hidup Komunitas
Kepustakaan kesamaan penelitian objek
1 Mahasiswa Pecinta Kelestarian
dan Studi subjek dan tempat
Alam” Fithriyyah Ulfa (2017)
Lapangan penelitian penelitian
Memiliki
“Staycation Sebagai Gaya Hidup Studi Objek Penelitian
kesamaan
2 di Kalangan Mahasiswa” Rana Kualitiatif dan Tempat
subjek
Khairunnisa (2020) deskriptif Penelitan
penelitian
Persamaan
Penelitian ini Perbedaan
adalah penelitian
“Non Biner Sebagai Gaya Hidup Studi
membahas berada pada
3 Di Kalangan Mahsiswa Di Kota Kualitatif
fenomenologi objek penelitian,
Bekasi” Reza Putra Gifary (2022) Deskriptif
gaya hidup di metode dan
kalangan lokasi penelitian
mahasiswa

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.1. Komunikasi

Manusia tidak bisa seharianpun tanpa melakukan komunikasi. Dalam


kehidupan bersosial setiap orang pasti membutuhkan orang lain untuk saling
tolong menolong atau saling bantu – membantu, oleh karena itu manusia
sangat perlu untuk melakukan komunikasi. Sangat penting komuniasi
sehingga semua kegiata manusia memerlukan yang Namanya komunikasi.
Jika tidak ada komunikasi maka kegiatan apapun tidak akan berjalan dengan
lancar.
13

Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia secara


individu ataupun berkelompok. Sekarang banyak keberhasilan dan kegagaln
seseorang dalam mencapai sesuatu termasuk karis banyak ditentukan.

Komunikasi pada umumnya adalah sebuah proses penyampaian


informasi kepada komunikan dari komunikator dengant ujuan mempengaruhi
komunikan agar memahami pesan dan mengubah persepsi tentang sesuatu hal
sesuai dengan diinginkan oleh komunikator. Komunikasi sendiri mempunyai
kecenderungan untuk mempengaruhi pendapat, sikan dan tingkah laku orang
lain dengan informasi yang disampaikan oleh komunikator.

Sederhananya komunikasi dapat dikatakan membuat sama tentang


persepsi atau paham setiap individu. Komunikasi mempunyai peran yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi telah menjadi alat
manusia agar berinteraksi dan melakukan kegiatan – kegiatan sosial lainnya
yang mampu menunjang kehidupannya.

2.2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu


“communis” yang artinya sama. Sama disini maksudnya adalah sama
makna tentang suatu hal. Jika kita melakukan komunikasi berarti kita
melakukan “kesamaan”. Dalam hal ini yang dimaksud dengan kesamaan
adalah pengertian anatara si penyampai informasi dan sang penerima
informasi.

Menurut Roger dan Kincaid (2009:19) dalam bukunya


mendefinisikan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu
sama lainnya yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang
mendalam.

Sedangkan menurut Muhammad (2005:5), komunikasi diartikan


sebagai “pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara pengirim pesan
dengan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
14

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses


pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun nonverbal
oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung.

Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan


pengertian antara kedua belah pihak, komunikan dan komunikator.
Sehingga yang dibicarakan atau diinformasikan atau dikomunikasikan
dapat dikatakan sebagai kommunikasi yang efektif.

2.2.1.2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan saran memadukan aktifitas yang


terorganisasi. Komunikasi dapat dipandang sebagi sarana penyaluran
masukan sosial ke dalam sistem sosial. Komunikasi juga merupakan saran
untuk memodifikasi periaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan
informasi dan saran untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Fungsi komunikasi menurut Effendy, dalam mengelompokan


fungsi komunikasi menjadi 4 (empat) bagian, seperti yang ditulis dalam
buku “Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, adalah sebagai berikut:

a. Mengiformasikan (to inform)


b. Mendidik (to educate)
c. Menghibur (to entertain)
d. Mempengaruhi (to influence)

Penjelasan lebih lajut dari bagian – bagian fungsi komunikasi


diatas adalah sebagai berikut:

a. Menginformasikan (to inform)

Fungsi memberikan informasi adalah suatu fungsi yang


mnyebarluaskan suatu berita atau info tertentu yang kita telah
ketahui kepada khalayak yang lain. perilaku penerima infomrasi
merupakan perilaku alamiah dari khalayak. Dengan menerima
15

informasi oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam


pembuatan keputusan.

Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga


melajirkan teori baru dengan demikian akan menambah
perkembangan ilmu pengetahuan. Informasi disampaikan pada
khalayak melalui berbagai tatanan komunikas, tetapi yang lebih
banyak melalui kegiatan media massa.

Fungsi memberikan ini dapat membentuk suatu pendapat


khalayak penerima pesan. Perubahan pendapat adalah memberikan
berbagai informasi pada masyarakat. Tujuan akhirnya supaya
masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan
informasi yang disampaikan.

b. Mendidik (to educate)

Kegiatan komunikasi pada khalayak dengan memberikan


berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik,
maju dan lebih berkembang kebudayaannya.kegiatan memberi
pengethauan atau mendidik masyarakat dalam arti luas adalah
memberikan berbagai informasi yang dapat menambah kemajuan
khalayak dan dalam arti sempit adalah memberikan bebrbagai
infomrasi dan juga berbgai ilmu pengetahuan melalui berbagai
ilmu pengetahuan melaui berbgai tatanan komunikasi kelompok
pada pertemuan, kelas dan sebagainya.

Tetapi kegiatan memberikan pengetahuan atau mendidik


kahalayak yang paling efektif adalah melalui kegiatan komunikasi.
Interpersonal antara penyuluh anggota masyarakat, antara guru
dengan murid, antara pimpinan dengan bawahan dan antara orang
tua dan anaknya.

Fungsi memberikan pengetahuan ini dapat menumbuhkan


pemahaman atau keahlian masyarakat menerima pesan. Semakin
16

banyak pentahuan yang kita dapat dan kita dengar, maka pehaman
kita terhadap suatu hal akan bertambah juga. Pemahaman ini
adalah salah satu tujuan dari komunikasi yang daapt membentuk
pendapat public.

c. Menghibur (to entertain)

Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk


memenuhi rasa aman juga menjadi saran hhiburan masyarakat.
Apalagi pada masa sekarang ini banyak penyajian infomrasi
melalui saran hiburan. Fungsi menghibur ini dapat memberikan
kesenangan dan mencegah kebosanan khalayak penerima
informasi.

Fungsi menghibur ini dapat menumbuhkan kesadarn


masyarakat menerima pesan. Maksudnya adalah khalayak
penerima pesan itu dapat merasakan apa yang dialami oleh
seseorang. Contohnya, masayrakat menonton FTV untuk
mendapatkan hiburan. Didalam menonton itu kita merasa yang
bermain itu adalah diri kita sendiri karena cerita yang terelasi
dengan diri kita.

Menumbuhkan kesadaran khalayak penerima pesan ini


adalah salah satu tujuan dari komunikasi. Dari tujuan
menumbuhkan kesadaran ini dapat muncul pendapat umum
khalayak penerima informasi. Pendapat ini berbeda – beda dari
setiap individu, setiap orang berhak mempunyai pendapat yang
berbeda.

d. Mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi adalah suatu kegiatan memberika


berbagai informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan saran
untuk mempengaruhi khalayak tersebut kearah perubahan sikap,
pendapt dan perilaku yang diharapkan, misalnya mempengaruhi
17

masyarakat untuk mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat


dilakukan melalui komunikasi massadalam bentuk kampanye ,
propaganda, selebaran, spanduk dan sebagainya. Tapi bedasarkan
beberapa penelitian kegiatan mempengaruhi masyarakat akan lebih
efektif dilakukan melaui komunikasi interpersonal.

2.2.1.3. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar yang dikutip


oleh Mulyana (2007:69), Lasswell menjelaskan bahwa “Komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu peroses yang menjelaskan siapa?, mengatakan
apa?, dengan saluran apa?, dan dengan akibat apa? atau hasi apa?, (who?,
syas what?, in which channel?, to whom?, with what effect?).

Penjelasan daitas sudah menjelaskan unsur – unsur komunikasi


yang ada pada komunikasi. Berikut adalah uraian komunikasi menurut
Lasswell yang terdiri dari 5 (lima) unsur, yaitu:

a. Komunikator

Komunikator merupakan unsur komunikasi yang bertindak


sebagai penyampai pesan. Komunikator merupakan sumber
informasi bagi komunikan. Sehingga bagaiman komunikator
mengirim sebuah oesan sangat mempengaruhi keberhasilan
komunikasi.

b. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah


sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat
disampaikan dengan carat atap muka atau melalui media
komunikasi isitnya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan,
informasi, nasihat atau propaganda.
18

c. Media

Media komunikasi merupakan sarana atau saluran yang


digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan sebuah pesan
dalam berkomunikasi, pesan akan diterima oleh pancaindra
manusia baru selanjutnya diproses dalam pikirannya dan kemudia
menghasilan sebuah feedback atau timbal balik. Pesan yang
disampaikan dalam bentuk sebuah gambar dan suara biasanya
akan lebih menarik daripada pesan yang hanya disampaikan lewat
tulisan saja.

d. Komunikan

Komunikan merupakan penerima pesan, pihak yang


menjadi sasaran komunikasi. Target yang ditentukan oleh
komunikator untuk menerima pesan yang disampaikannya.
Komunikan bisa seorang individu, kelompok, orgaisasi atau
lainnya. Komunikan mempunyai tanggu jawab untuk dapat
memahami apa yang disampaikan komunikator kepadanya. Untuk
itu seorang komunikan yang baik harus memperhatikan apa yang
disampaikan komunikator dengan baik.

e. Efek

Setelah terjadinya komunikasi terdapat efek yang


ditimbulkan. Pengertian efek atau dampak dalam proses
komunikasi adalah perubahan yang diharapkan terjadi pada
komunikan setelah mendapatkan pesan. Hal ini berhubungan
dengan sikap penerima pesan apakah sesuai dengan maksud yang
di harapkan oleh pengirim pesan.
19

2.2.1.4. Tujuan Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,


menyebutkan tujuan – tujuan komunikasi sebagai berikut:

a. Mengubah Sikap

Setiap pesan baik itu berupa berita atau informasi yang


disampaikan secara luas baik secara antarpersonal dapat merubah
sikap sasarannya secara bertahap.

b. Mengubah Opini/Pendapat/Pandangan

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan


tujuan akhirnya supaya masyarakat mau merubah pendapat dan
persepsinya terhadap tujuan informasi itu disampaikan.

c. Mengubah Perilaku

Pada tahap perubahan perilak komunikasi berperan secara


sistematis sehinga masuk kedalam perilaku seseorang.

d. Mengubah Masyarakat

Perubahan sosial dan partisiapasi sosial. Memberikan


berbagai informasi kepada masyarakat yang tujuan akhirnya
supaya masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan
informasi yang disampaikan. (2003:55)

Komunikasi mempunyai pengaruh yang besar bagi penerima pesan


atau informasi. Pesan yang disampaikan dari komunikator kepada
komunikan tersebut dapat mengubah sikap, opini atau pendapat, perilaku
bahkan dapat mengubah masyarakat dengan informasi yang telah
diberikan oleh sang penyampai pesan atau komunikator.
20

2.2.1.5. Proses Komunikasi

Secara sederhana komunikasi dapa dipahami sebagai suatu proses


ataua liran penyampaian sebuah sebuah pesan dari komunikan kepada
komunikator yang berlangsung secara dinamis. Suatu penyimpangan yang
terjadi dalam komunikasi pada dasanya merupakan akibta dari rintangan
yang tidak dapat teratasi.

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator suatu pesan


kepada komunikannya. Sehingga, dapat menciptakan suatu persamaan
makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif:

a. Proses Komunikasi Primer

Penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan


menggunakan lambang sebagai media

b. Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator


mentransfer pesan dnegan bahasa verbal/nonverbal. Komunikasi
ini dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

1. Proses Komunikasi Primer

Proses komunikasi primer adalah penyampaian


pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan
lambang sebagai media.

2. Proses Komunikasi Sekunder

Proses komunikasi Sekunder merupakan


penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah
memakai lambang sebagai media pertama.
21

3. Proses Komunikasi Linier

Proses komunikasi linier adalah penyampaian


pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai
terminal.

4. Proses Komunikasi Sirkular

Proses komunikasi sirkular adalah terjadinya


feedback atau umpan balik komunikan kepada
komunikator.

Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan


Praktek tahun 1984. Unsur – unsur dalam proses komunikasi diatas
adaah sebagai berikut:

a. Sender

Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang


sejumlah orang.

b. Encoding

Penyandaian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam


bentuk lambang.

c. Message

Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna


yang disampaikan oleh komunikator media saluran komunikasi
tempat berlalunuya pesan dari komunikator kepada komunikan.

d. Decoding

Proses dimana komunikan mentepkan makna pada pesan


yang disampaikan komunikator kepadanya.

e. Receiver

Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.


22

f. Response

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah


menerima pesan.

g. Feedback

Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila


tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

h. Noise

Gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses


komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan
yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Berdasarkan urutan diatas dapat disimpulkan bahwa proses


komunikasi yaitu bagaimana komunikatior menyampaikan pesan kepada
komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara
komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi dapat terjadi
apabila ada penyampaian pesan untuk dapat mewujudkan motif
komunikasi.

2.2.2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau yang biasa diesbeut sebagai komunikasi


antarperibadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan
seseorang yang lain atau bisanya dianatara dua orang yang dapat langsung
diketahui timbal baliknya.

Komunikasi antarpribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan yang


ada dalam satu lingkungan. Komunikasi anatarpribadi juga merupakan suatu
bentuk komunikasi baik verbalataupun nonverbal yang dilalui duua individu
dengan tanggapan seketika.

Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan komunikasi yang


melibatkan sediokitnya dua orang dalam prrosesnya, dimana pengirim dapat
23

menyampaikan pesan secara langsung dan sebaliknya penerima juga dapat


memberikan umpan balik secara langsung pula.

“komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator


dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga.” Menurut Effenfdy dalam
mengartikan komunikasi interpersonal.

Komunikasi memungkinkan terjadinya Kerjasama sosial, membuat


kesepakatan – kesepakatan penting dan lain – lain. individu yang terlebat
dalam komunikasi memiliki latar belaakang sosial, budaya dan pengalamn
psikologi yang berbeda – beda. Perbedaan ini dapat mempengaruhi efektifitas
sebuah komunikasi. Sangat penting bagi setiap individu untuk memahami
symbol – symbol yang digunakan dalam komunikasi.

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua


orang atau lebih. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan
sekaligus pada waktu bersamaan.

2.2.2.1. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpoesonal bersifat dialogis dalam arti arus balik


antara komunikator dengan komunikan terjadi secara langsung, sehingga
pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung
tanggapan dari komunikan dan secara pasti akan mengetahui apakah
komunikasinya positif, negative dan berhasil atau tidak. Apabila tidak
berhasil, maka komunikator dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas - luasnya.

Berikut adalah ciri – ciri komunikasi interpersonal menurut


Kumar dan Wiryanto(2005:36) yaitu:
24

a. Keterbukaan (openness), yaitu kemauan menaggapi


dengan senang hati informasi yang diterima di dalam
menghadapi hubungan interpersonal.
b. Empati (empaty), yaitu merasakan apa yang
dirasakan orang lain
c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang
terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung
efektif.
d. Rasa positif (positiveness), yaitu seseorang harus
mempunyai perasaan positif terhadap dirinya,
mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan
menciptakan situasi komuniasi kondusif untuk
interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu
pengakuan secara diam – diam bahwa kedua belah
pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu
yang penting untuk disumbangkan.

Berdasarkan paparan diatas mengenai ciri – ciri


komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa dalam
komunikasi interpersonal agar diperoleh komunikasi efektif
makan dibuthkan keterbukaan, empati, sikap mendukung, rasa
positif dan kesetaraan.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Komunikasi Interpesonal

Jenis – jenis komunikasi interpersonal secara teoritis terbagi


menjadi dua, yaitu:

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik merupakan komunikasi interpersonal


yang berlangsung anatara dua orang yaitu, seorang komunikator
sebagai penyampai pesan sedangkan yang seorang lagi adalah
25

komunikan sebagai penerima pesan. Karena perilaku komunikasi


melibatkan dua orang, maka dialog atau percakapan atau diskusi
yang terjadi berlangsung secara intens. Sehingga komunikator
memusatkan perhatiannya hanya pada diri komunikan seseorang.
Dalam situasi tersebut akan terlihat didalam komunikasi triadic
atau komunikasi kelompok. Baik dalam lingkungan keluarga
ataupun dalam lingkungan pertemanan.

Dalam sebuah kelompok ada kecendrungan pemilihan


interaksi individu dengan individu lain yang mengaju terhadap apa
yang disebut primase diadik. Primase diadik dalah setiap dua orang
dari sekian banyak didalam kelompok terlihat dalam komunikasi
berdasarkan kepentingan masing – masing.

2. Komunikasi Tradik

Komunikasi triadic merupakan komunikasi interpersonal


yang pelaku terdiri dari tiga orang, yaiotu sebagai komunikator
dan dua lagi akan berperan menjadi komunikan. Misalnya A
menjadi komunikator, lalu ia menyampaikan kepada komunikan
B, kalua dijawab atau ditanggapoi maka akan berali pada
komunikan C yang dilakukan secara berdialog.

Dibandingkan dengan komunikasi diadik, komunikasi diadik lebih


efektif, karena komunikator dapat memusatkan perhatiannya secara penuh
kepada komunikan sendiri. Sehingga dapat menguasai fram of reference
komunikan spenuhnya beserta umpan balik berlangsung. Namun, jika
dibandingkandengan komunikasi lainnya seperti komunikasi kelompok
dan komunikasi massa, komunikasi triadic lebih efektif dalam kegiatan
mengubah sikap, komunikasi diadik lebih efeketif karena komunikator
memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan sepenuhnya.
26

2.2.2.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada 6 tujuan komunikasi interpersonal oleh Muhammad


(2004:165-168) antara lain yaitu:

1. Menemukan diri sendiri, salah satu tujuan komunikasi


interpersonal adalah menemukan personal atau peribadi. Bila
kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain
kita berlajar banyak sekali tentnag diri kita maupun orang lain.
komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita
untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri
kita. Sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita sendiri.
Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita
memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan,
pikiran dan tingkah laku kita.
2. Menemukan dunia luar, hanya komunikasi interpersonal
menjadikan kita dapat memhami lebih banyak tentang diri kita
dan orang lain yang berkomunikasi dengan kira. Banyak
informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang
kepada kita dari media massa hal itu seirng kali didiskusikan
dan akhirnya dipelajari atau didalami memlaui interaksi
interpersonal
3. Membentuk dan menjaga hubungna yang penuh arti salah satu
keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. banyak dari waktu
kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan
untuk memberuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang
lain.
4. Berubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu kita
pergunakan untuk mengubah sikap dan tingakah laku orang
27

lain dengan pertemua interpersonal. Kita boleh mengingkan


mereka meilih cara tertentu. Contohnya mencoba diet baru,
membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu
benar atau salah. Kita banyak menggunakan waktu yang
terlibat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk bermain dan kesenagan, bermain mencakup semua
aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari
kesenangan. Berbicara dengan teman memngenai aktivitas kita
pada waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga,
menceritakan cerita luc yang pada umumnya hal tersebut
adalah pembicaraan yang menghabiskan waktu dengan
melakuka komukasi interpersonal semacam itu dapatt
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang
memerlukan rileks dari semua keseiusan di lingkungan kita.
6. Untuk membantu pengarahan, ahli kejiwaan, ahli psikologis
klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam
kegiatan professional mereka untuk mengarahkan kliennya.
Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam interksi
interpersonal kita sehari – hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan
mahasiswa tentnag mata kuliah dengan mahasiswa tentnag
mata kuliah yang sebaliknya diambil dan lain sebagainya.

2.3. Non Biner

Isitilah LGBTQ+ mungkin sudah tidak begitu asing bagi sebagian


masyarakat didunia ataupun di Indonesia. Terlepas itu menerima atau tidaknya
dengan LGBTQ+ ini sudah menjadi fenomena di masyarakat. Mungkin banyak
dari kita yang sudah paham terkait arti dari LGBT.
28

Nonbiner adalah individu yang tidak ingin dikategorikan dalam gender


tertentu. Meski sering dianggap sama, tapi istilah ini berbeda dengan transgender.
Nonbiner sendiri bisa dikatakan termasuk dalam bagian LGBTQ+. Identitas
gender seseorang biasanya dikategorikan berdasarkan jenis kelaminnya. Biasanya
laki – laki atau perempuan. Akan tetapi, tidak semua orang cocok dengan kedua
gender tersebutsehingga seiring berjalannya waktu munculah isitilah baru yaitu
nonbiner.

Identitas gender yang satu ini seringkali dianggap sebagai hal yang baru.
Nayatanya menueurt sebuah penelitian, gender nonbiner ini sudah diperkirakan
ada sejak 400 tahun yang lalu sebelum masehi. Hal ini ditemukan dalam sebuah
teks Hindu kuno di India yang mas amenuliskan tentang Hijra.

Seks atau jenis kelamin adalah aspek biologis seseorang ketika mereka
dilahirkan atau biasanya dibawa sejak mereka lahir. Salah satu aspek yang biosa
dibawa yaitu berupa alat kelamin atau kromoson dominan yang dipunyai oleh
seseorang.

Sementara itu gender sendiri mempunyai arti yang berbeda. Gender sendiri
merupakan sikap atau peran yang dibentuk secara sosial ataua kultural. Gender
melibatkan cara pandang atau perasaann seseorang tentang diri mereka sendiri dan
apa yang mereka rasakan.

2.3.1. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah relative tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup
sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang
berarti buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi
berkembang sesuai dengan temapt, waktu dan situasi.

Sebagai penggerak utama tingkah laku individu dapat memberi arti


kehidupan dan menetapkan serta membuat alat untuk mencapainya individu
memilih gaya hidup.
29

Dalam buku Psikologi yang ditulis oleh Sunaryo, mengatakan bahwa


“ Gaya hidup adalah suatu bentuk kompensasi terhadap kekurangan tertentu
atau prinsip yang dipakai untuk memahami tingkah laku individu. Setiap
perilaku individu membawa gaya hidupnya sendiri. Seperti berangan – angan,
berpikir, bertindak dalam gayanganya sendiri yang khas.(2004:109)

Orang yang berasal dari subkultur kelas sosial dan pekerjaan yang
sama dapat mempunyai gaya hidup berbeda. Gaya hidup seseorang
menunjukan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam
kegiatan, minta dan pendapatnya.

Menurut Hair dan McDaniel dalam buku Panduan Riset Perilaku


Konsumen mengatakan bahwa:

Cara hidup yang diidentifikasi melalui aktifitas seseorang, minat dan


pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui Analisa
psikografi. Psikografi adalah teknis analisi untuk mengetahui gaya hidup
konsumen sehingga dapat di kelompokan berdasarkan karakteristik gaya
hidupnya.(2002:28)

Gaya hidup menurut Kotler (2003:192) adalah pola hidup seseorang


di dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Daya hidup
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan
lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan


berintraksi di dunia. Menurut Assael (1984:252) mengungkapkan bahwa “ a
mode of living that is identified by how people spend their time (activities),
what they consider important in their environment (interest) and what they
think of themslef and the world around them (opninons)”

Singkatnya dapat diartikan bahwa suatu gaya hidup yang dikenali


dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya, apa yang penting orang
pertimbangkan pada lingkungan dan apa yang orang pikirkan tentang diri
sendiri dan dunia sekitarnya.
30

Sedangkan, menurut Minor dan Mowen (2002:282) gaya hidup


menunjukkan bagaimana orang hidup, membelanjakan uangnya, dan
mengalokasikan waktunya. Selanjutnya menurut Suratno dan Rismiati
(2001: 174), gaya hidup adalah cara hidup seseorang dalam dunia kehidupan
sehari-hari, yang diwujudkan dalam aktivitas, minat, dan pendapat terkait.
Gaya hidup mencerminkan keseluruhan orang yang berinteraksi dengan
lingkungan. Singkatnya, gaya hidup adalah cara hidup

Seseorang mengungkapkan kegiatan, minat, dan pendapatnya tentang


membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktunya. Faktor utama
yang membentuk cara hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu demografis
dan psikologis. Misalnya, faktor demografi berdasarkan tingkat pendidikan,
usia, tingkat pendapatan, dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikologis lebih
banyak. Kompleks karena metrik ini didasarkan pada karakteristik konsumen.

2.3.1.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup

Menurut Chaney dalam Idi Subandy (1997) gaya hidup terbagi


menjadi beberapa bentuk, yaitu:

a. Industri Gaya Hidup

Di era gaya hidup, kemunculan diri sebenarnya merupakan


pengalaman estetika, "estetika sehari-hari" dan bahkan tubuh/diri
dalam kehidupan sehari-hari menjadi proyek, benih-benih gaya
hidup yang serasi. “You're stylish, you are there!” adalah
ungkapan yang mungkin tepat untuk menggambarkan kegemaran
pria modern akan gaya. Inilah mengapa industri gaya hidup
terutama industri penampilan.

b. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat saat ini, berbagai perusahaan (badan


hukum), kuasi-politisi, individu semua orang terobsesi dengan
citra. Di era globalisasi informasi yang membentuk budaya citra
31

dan budaya rasa, dampak periklananlah yang memberikan cara


hidup visual yang terkadang memesona dan memabukkan.
Periklanan menyajikan cara hidup dengan secara halus
menanamkan kepada publik pentingnya citra diri. Periklanan juga
perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan gambar kita yang
berselera tinggi.

c. Hubungan Masyarakat dan Jurnalisme Gaya Hidup

Pemikiran muktahir dalam dunia promosi sampai pada


kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis selebriti, para selebriti
membantu dalam pembentukan identitas dari para konsumen
kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu
sandarac “aksesoris fashion”. Wajah generasi baru yang dikenal
sebagai anak – anak e-generation, menjadi seperti sekarang ini
dianggap terbentuk melalui identitas yang dialami selebriti. Cara
mereka berselancar di dunia maya, cara mereka gonta – ganti
busana untuk jalan – jalan. Ini berarti selebriti dan citra mereka
digunakan momen demi momen untuk membantu kosumen dalam
parade identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup dalam bergantung


mutlak kepada sesuatu yang lain. untuk itu diperlukan kemampuan
untuk mengenali kekurangan dan kelebihan diri sendiri, serta
berstrategi dengan kelbihan dan kekurangan tersebut untuk
mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi.
Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar
dan memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap
menanggung resiko dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya
hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup yang mandiri, budaya
konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia.
32

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalh suatu pola hidup yang


aktivitasnya akan mencari kesenangan, seperti lebih banyak
menghabiskan waktu diluar rumah, lebih banyak bermain, senang
pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang
disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya
hidup dapat berupa ya hidup dari suatu penampilan, melalui media
iklan, modelling dari artis yang di idolakan, gaya hidup yang
hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup
mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola
perilakunya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari


suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui
media iklan, modelling dari artis yang diidolakan, gaya hidup yang
mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang
menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

2.3.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Perilaku yang dilakukan oleh individu dapat diperlihatkan didalam


sebuah kegiatan untuk memperoleh atau menggunakan barang ataupun
juga jasa. Dalam proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan
kegiatan itu.

Amstrong menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi


daya hidup seseorang memiliki 2 (dua) faktor. Faktor tersebut terbagi
menjadi faktor individu atau internal dan juga faktor dari luar atau
eksternal.
33

Menurut Nugrahen yang mengutip dari buku Gaya Hidup


Berkomunitas(2003:39) dari Amstrong, faktor internal terdiri dari sikap,
pengalaman, kepribadian, konsep diri, motif, pengamatan dan juga
persepsi dengan penjelasan sebagai berikut ini:

a. Sikap, yaitu keadaan jiwa dan pikiran yang dipersiapkan untuk


membuat dan memberikan sebuah tanggapan terhadap suatu
hal seperti objek diorganisasi melewati pengalaman dan
dipengaruhi secara langsung pada sebuah perilaku. Keadaan
jiwa sangat dipengaruhi besar oleh kebiasaan, budaya dan
sosial yang ada.
b. Pengamatan dan pengalaman, yaitu pengamatan dapat
dipengaruhi oleh pengalaman dalam tingkah laku. Pengalaman
bisa didapatkan dari semua tindakan di masa lalu dan dijadikan
sebuah pembelajaran. Melalui pembelajaran itu individu
mendapatkan pengalaman. Hasil dari pengalaman itu dapat
membentuk sebuah perspektif terhadap suatu objek.
c. Kepribadian, yaitu konfigurasi karakter individu dan cara
berprilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari masing –
masing individu.
d. Konsep diri, yaitu faktor lain yang menentukan kepribadian
individu dalam konsep diri. Konsep diri mempunyai
pendekatan yang luas untuk menggambarkan hubungan antara
konsep diri konsumen dengan gambaran merek. Bagaimana
individu melihat dirinya akan mempengaruhi ketertarikan
terhadap sebuah objek.
e. Motif, yaitu perilaku individu yang ada karena motif
kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise
merupakan salah satu contoh terkait motif. Jika motif individu
akan kebutuhan prestise sangat besar maka akan membuat
gaya hidup yang cenderung ke hedonis.
34

f. Persepsi, yaitu proses individu memilih, mengatur dan


menginterpretasikan informasi untuk suau gambar yang berarti
tentnag dunia.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor


yang dapat mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam dan juga dari
luar atau bisa dikatakan dari internal dan juga eksternal.

Invididu atau kelompok yang berasa dari sebuah sub. Budaya,


kelas sosial dan pekerjaan yang bersamaan dapat mempunyai gaya hidup
yang berbeda – beda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia
yang di gambarkan dalam aktifitas, minat dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan diri seseorang yang berinteraksi


dengan lingkungannya. Produsen mencari hubungan antara produknya
dengan kelompok gaya hidup konsumen. Salah satu contohnya adalah
perusuhaan penghasil komputer mungkin menemukan sebagian besar
pembeli komputer berorientasi pada pencapaian presentasi. Dengan
demikian produsen dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke
gaya hidup orang yang berpretasi.

Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain,


sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana membetuk
gambaran di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang
disandangnya. Untuk merefleksikan gambaran diri inilah dibutuhkan
symbol status tertentu yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi
perilaku konsumsinya.

Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah


struktur sosial yang terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:

a. Lapisan atas hingga bawah.


b. Struktur masyarakat modern.
c. Status sosial yang perlu diperjuangkan.
d. Bukan diberi atau berdasarkan garis keturunan.
35

Selayaknya status sosial merupakan penghargaan dari masyarakat


atas prestasi yang diraih oleh individu. Jika individu telah meraih sauatu
prestasi tertentu maka, dia layak untuk ditempatkan pada lapisan tertntu
dalam masyarakat. Semua orang diharapkan memiliki kesempatan yang
sama untuk merain prestasi dan melahirkan kompetisi untuk meraihnya.

2.4. Kerangka Teoritis

2.4.1. Fenomenologi

Fenomenologi tidak dikenal sampai menjelang abad ke – 20. Pada


abad ke – 18 menjadi awal mula penggunaan istilah fenomenologi sebagai
nama teori penampakan yang menjadi dasar pengetahuan empiris atau
penampakan yang diterima secara inderawi atau secara di rasakan dari indera
kita.

Johann Heinrich Lambert mulai memperkenalkan istilah


fenomenologi tersebut, beliau adalah seorang pengikut dari Christian Wolff.
Setelah itu Immanuel Kant seorang filsof sesekali memakai kata
fenomenologi dalam beberapa tulisannya terkait filsuf. Sama seperti Johan
Gottlieb Fitchte dan Hedel yang juga menggunakan istilah fenomenologi
dalam tulisannya terkait dengan filsafat. Kemudian, pada tahun 1899 ada yang
menggunakan fenomenologi untuk psikologi deskriptif yaitu Frans Brentano.

Awalnya Edmund Husserl mengambil istilah fenomenologi untuk


pemikirannya mengenai “kesengajaan”. Selain itu pada abad ke – 18 tidak
hanya penting untuk fenomenologi tetapi juga penting unruk dunia mengenai
filsafat secara umum. Karena pada abad ini awal mula filsafat modern. Aliran
empirisme perlahan yang awalnya percaya bahwa pengetahuan muncul dari
penginderaan atau rasa tapi juga pengetahuan yang memadai muncul muncul
juga dari pengalaman.

Disatu sisi aliran rasionalisme yang percaya bahwa pengetahuan


berasal dari rasio atau kekuatan dari pemikiran manusia. Pengetahuan
36

diperoleh melalui akal yang bisa untuk memenuhi syarat untuk diakui sebagai
ilmu pengetahuan ilmiah.

Menurut rasionalisme pengalaman hanya bisa dipakai untuk filosof


menguatkan kebeneran ilmu pengetahuan yang telah didapat melalui akal.
Akal tidak memerlukan pengalaman dalam mendapatkan pengetahuan yang
benar.

Immanuel Kant hadir dengan menghubungkan rasionalisme dan juga


empirisme. Menurut Immanuel Kant dalam fenomenologi engkus
menyebutkan bahwa fenomeno adalah sebagai sesuatu yang tampak atau
muncul dengan sendirinya yaitu hasil dari sintesis antara penginderaan dan
bentuk konsep dari objek sebagaimana tampak pada dirinya (2009:4).

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah ilmu pengetahuan adalah apa


yang ada pada diri kita. Lalu pemikiran ini mulai menyebar luas, barulah
fenomena menjadi titik awal mula dari pembahasan filsafat, terutama
pembahasan mengenai bagaiman sebuah pengetahuan dibangun pada abad ke
– 18 hingga abad ke – 19.

Oleh karena itu sebagai suatu isitlah fenomenologi telah ada sejak
Immanuel Kant mencoba memilih sebuah unsur yang berasal dari
phenomena atau pengalaman dan noumena or the think in the self atau yang
terdapat dalam akal.

Fenomenologi menjadi pusat dalam tradisi filsafat Eropa pada masa


abad ke – 20 dan setelah itu muncul pendapat dari Franz Brentano yang
meletakan dasar fenomenologi lebih tegas lagi. Dalam tulisannya yang
berjudul “Psychology from empirical standpoint” yang diterbitkan pada tahun
1874.

“Fenomena sebagai sesuatu yang terjadi dalam pikiran.


Sedangkan fenomena mental adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar” seperti yang di definisikan Bretano. Lalu, Bretano juga membedakan
37

antara fenomena mental dengan fenomena fisik. Jadi baginya fenomena fisik
ada karena “kesengajaan” dalam tindakan yang sadar.

Fenomena adalah sesuatu yang masuk ke dalam “kesadaran” kita, baik


dalam bentuk persepsi, khalayan, keinginan ataupun pikiran. Kalimat tersebut
dikutip oleh Engkus dari buku Bretano pada tahun 2009 di halaman 5.

Jika dibandingkan dengan beberapa pemikiran sebelumnya yang


diungkapkan oleh Immanuel Kant tentang pengertian fenomenologi yang
diungkapkan oleh Bretano ini lebih luas pengertian tentang fenomenologi ini
juga yang mengantarkan pada sebuah fenomenologi yang lebih hakiki.

Bretano membedakan antara psikologi deskriptif dengan psikologi


genetis. Psikologi genetis mencari tipe penyebab dari fenomena mental dan
sedangkan fenomenologi deskriptif mendefinisikan dan mengklasifikasikan
beragam tipe fenomena mental termasuk diantaranya persepsi, pendapat dan
emosi.

Fenomena mental selalu berhubungan dengan beberapa objek.


Hubungan antara kesadaran objek inilah yang di istlahkan dengan
fenomenologi pada tahun 1889.

Pada masa berikutnya Bernard Bolzano dan Edmund Husserl


mengembangkan teori semantic atau logika atau juga disebut logika modern.

Logical Investigations yang ditulis oleh Husserl menggabungkan


antara psikologi deskriptif dan logika. “Fenomenologi harus dipertimbangkan
sebagai muatan objektid yang disengaja (intentional objects) dan juga
tindakan sadar subjektif. Jadi fenomenologi mempelajari kompleksitas
kesadaran dan fenomena yang terhubung dengannya.” menurut Husserl yang
dikutip dalam buku Fenomenologi oleh Engkus(2009:6).

Husserl mengartikan bahwa proses dari kesadaran yang disengaja


dengan noesis dan sedangkan isitlah noema untuk isi daripada kesadaran
38

tersebut. Noema dari tindakan sadar sebagai makna ideal dan objek Nampak.
Fenomena adalah noema.

Husserl dalam mengartikan fenomenologi adalah gabungan antara


psikologi dan logika. Jadi fenomenologi adalah bentuk lain daripada logika.

Beberapa perkembangan serta beragam pendapat mengenai


fenomenologi ono menjadikan fenomenologi semakin berkembang dan
banyak disambungkan dengan keilmuan yang salah satunya adalah hubungan
fenomenologi dalam filsafat.

Pada umumnya pembahasan filosofis selalu melibatkan empat bidang


inti. Yakni ontology, epistemology, etika dan juga logika. Keempat bidang
inilah yang menjadi dasar bagi sebuah ilmu pengetahuan.

a. Fenomenologi dan Ontologi

Jika dilihat dari ontologi, dipelajari dari sisi sifat alami


kesadaran secara ontologie yang akan dibawa kedalam permasalahan
mendasar jiwa dan raga. Sebagai pengembangan pembahasan
ontology,. Husserl kemudian mencoba membuat sebuah teori
pengadaian tentang “keseluruhan dan bagiannya”. Hubungan
kesleuruhan dan bagiannya dan teori tentang makna ideal.

b. Fenomenologi dan Epistomologi

Epistemology sendiri bertugas untuk membantu dalam


menemukan pengetahuan. Terutama membantu dalam
mendefinisikan fenomena itu sendiri.

Di satu sisi epsitemologi telah diklaim dirinya sebagai alat


untuk memperoleh pengetahuan mengenai sifat alami kesadaran dan
jenis – jenis alami kesadaran sebagai epistemologi dengan
menggunakan intuisi sebagai saranan untuk mencapai kebenerana dan
pengetahuan.
39

c. Fenomenologi dan Logika

Teori logika mengenai makna atau artilah yang membahaw


Husserl pada teori kesengajaan yang menjadi jantung dari
fenomenlogi. Kesengajaan dan tekanan semantik dari makna ideal fan
proposisi itu berpusat pada teori logika. Logika yang terstruktur dapat
ditemukan pada bahasa, baik bahasa sehari – hari maupun dalam
bentuk simbol seperti logika predikat, matematika dan bahasa
komputer.

d. Fenomenologi dan Etika

Dalam etika, fenomenologi memiliki peran pentik dengan


memberikan Analisa terhadap kehendak, penilaian, kebahagiaan dan
perhatian kepada orang lain. Jika dilihat dari sejarahnya kita bisa
temukan bahwa etika adalah akhir tujuan dari fenomenologi.

2.4.1.1. Fenomenologi Lafred Schutz

Schutz punya banyak aneka latar belakang yang memberikan


warna tersendiri dalam fenomenologi sebagai bagian dari ilmu
komunikasi. Sebagai ahli ekonomi yang tertarik dengan filsafat, musik,
psikologi, sosiologi dan juga beberapa ilmu sosial lainnya. Komunikasi
juga membuat Schutz mengkaji fenomenologi secara lebih mendalam dan
komprehensif.

Dalam penerapan metode penilitan kualitatif yang menggunakan


fenomenologi Schutz sering dijadikan pusat dari studi tersebut. Karena
melaluinya lah pemikiran ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan
dengan lebih mudah dipahami. Lalu, ialah orang pertama yang
menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial.

Schutz juga mengembangkan model tindakan manusia of human of


action dengan tidak dalil dalam mempelajari dan menerapkan
fenomenologi sosial, yaitu:
40

1. The Postulate og Logical Consistency atau Dalil Konsistensi


Logis.

Ini berarti konsistensi logis mengharuskan peneliti unutk


tahu validalitas tujuan penelitiannya sehingga dapat dianalisis
bagaimana hubungannya dengan kenyataan kehidupan sehari –
hari. Apakah bisa dipertanggung jawabkan atau tidak.

2. The Postulate of Subjective Interpretaion atau Dalil


Interpretasi Subjektif

Peneliti mengatakan bahwa untuk memhami segala


tindakan yang manusia lakukan atau setiap pemikiran yang
manusia lakukan dalam bentuk tindakan nyata. Maksudnya adalah
peneliti harus menempatkan diri secara subjektif dalam sebuah
penelitian supaya benar – benar memahami manusia yang di teliti
secara fenomenologi sosial.

3. The Postulate of Adequacy atau Dalil Kecukupan

Peneliti diamanatkan untuk membuat kontruksi ilmiah


supaya penelitian bisa memahami tindakan sesuai individu.
Kepatuhan terhadap dalil ini bisa memastikan bahwa kontruksi
sosial yang dibentuk konsisten dengan kontruksi yang ada dalam
realitas sosial.

Schutz dengan fenomelogi sosialnya telah menghubungkan


transendentalnya Husserl dengan konsep verstehen yang
merupakan hasil dari pemikiran Weber.

Husserl melihat filsafat fenomenologi sebagai metode


untuk menganalisa yang digunakan untuk mengkaji sesuatu yang
muncul dan juga fenomena yang terjadi disekitar kita. Tetapi
Schutz mampu melihat secara jelas implikasi sosiologisnya di
dalam analisa ilmu pengetahuan, kesadaran dan berbagai gagasan.
41

Tidak hanya menjelaskan dari dunia sosial saja, Schutz


menjelaskan banyak hal mendasar dari pengetahuan serta model
teoritis dari realitas yang ada. Dalam pandangannya memang ada
berbegai ragam realitas termasuk dalam dunia mimpi dan
ketidakwarasan. Tapi, realitas yang tertinggi itu adalah dunia
keseharian yang mempunyai sifat yang disebut sebagai the life
world.

Ada 6 (enam) karakteristik yang sangat mendasar dari the


life world. Pertama ada unsur kesadaran yang berarti sadar
sepenuhnya atau wide-awakeness. Kedua, orang yakin akan
eksistensi dunia atau reality. Ketiga, dalam dunia keseharian orang
– orang berinteraksi. Lalu, pengalaman dari seseorang merupakan
totalitas dari pengalamannya orang tersebut. Kemudian dunia
intersubyektif dicirikan terjadinya komunikasi dan tindakan sosial.
Terakhir, adanya perspektif waktu dalam masyarakat.

Terjadi dialektika yang memperkuat konsep dunia budaya


dan kebudayaan. Selain itu konsep ini juga menekankan adanya
stock of knowledge yang merujuk pada content, meaning, intecity
dan duration. Schutz sangat memberikan perhatian ilmu
khususnya pada sosial.

Schutz juga mengakui fenomenologi sosialnya mengkaji


tentang intersubjektif dan pada dasarnya studi tentang
intersubjektivitas adala upaya untuk menjawab pertanyaan seperti:

1. Bagaimana kita mengetahui motif, keinginan dan


makna tindakan orang lain?
2. Bagaimana kita mengetahui makna atas keberadaaan
oran lain?
3. Bagaimana kita dapat mengerti dan memahami atas
segala sesuatu secara mendalam?
42

4. Bagaimana hubungan timbal balik dapat terjadi?

Realitas intersubjektif yang bersifat sosial mempunyai tiga


pengertian, yaitu:

1. Adanya hubungan timbal balik atas dasar asumsi bahwa


ada orang lain dan benda yang diketahui oleh banyak
orang.
2. Ilmu pengetahuan yang intersbujektif itu sebenarnya
merupakan ilmu sosial.
3. Ilmu pengetahuan yang bersifat intersujektif
mempunyai sifat distribusi secata sosial.

Ada beberpa tipifikasi yang dianggap penting dalam kaitan


dengan intersubjektif, antara lain:

1. Tipifikasi pengalaman semua bentuk yang dapat


dikenali dan diidentifikasi, bahkan berbagai objek yang
ada diluar dunia nyata, kebernarannya didasarkan pada
pengetahuan yang bersifat umum.
2. Tipifikasi Benda-benda Merupakan sesuatu yang kita
tangkap sebagai “sesuatu yang mewakili sesuatu”
Tipifikasi Dalam Kehidupan Yang dimaksudkan
sosiologi sebagai system, role status, role expectation,
dan institutionalization itu dialami atau melekat pada
diri individu dalam kehidupan sosial.

Schutz mengidentifikasikan empat realitas sosial, dimana


masing-masing merupakan abstraksi dari dunia sosial dan dapat
dikenali melalui tingkat imediasi dan tingkatan determinabilitas.
Keempat elemen itu diantaranya unwelt, mitwelt, folgewelt dan
vorwelt.
43

a. Unwelt, merujuk pada pengalaman yang dapat


dirasakan langsung didalam dunia kehidupan sehari-
hari.
b. Mitwelt, merujuk pada pengalaman yang tidak
dirasakan dalam dunia keseharian.
c. Folgewelt, merupakan dunia tempat tinggal para
penerus atau generasi yang akan datang
d. Vorwelt, dunia tempat tinggal para leluhur, para
pendahulu kita.

Schutz juga mengatakan untuk meneliti fenomena sosial,


sebaiknya peneliti merujuk pada empat tipe ideal yang terkait
dengan interaksi sosial. Karena interaksi sosial sebenarnya berasal
dari hasil pemikiran diri pribadi yang berhubungan dengan orang
lain atau lingkungan. Untuk mempelajari interaksi sosial antara
pribadi dalam fenomenologi digunakan empat tipe ideal berikut ini:

1. The Eyewitness (Saksi Mata), yaitu seseorang yang


melaporkan kepada peneliti sesuatu yang telah diamati
didunia dalam jangkauan orang tersebut.
2. The Inside (Orang Dalam), yaitu seseorang yang karena
hubungannya dengan kelompok yang lebih langsung
dari peneliti sendiri, lebih mampu melaporkan suatu
peristiwa atau pendapat orang lain, dengan otoritas
berbagi sistem yang sama relevansinya sebagai anggota
lain dari kelompok. Peneliti menerima informasi orang
dalam sebagai “benar” atau sah, setidaknya sebagian,
Karena pengetahuannya dalam konteks situasi lebih
dalam diri saya.
3. The Analyst (Analisis), yaitu seseorang yang berbagi
informasi relevan dengan peneliti, orang itu telah
44

mengumpulkan informasi dan mengorganisasikannya


sesuai dengan sistem relevansi.
4. The Commentator (Komentator), Schutz
menyampaikan juga 4 (empat) unsur pokok
fenomenologi sosial yaitu:
a. Perhatian terhadap actor
b. Perhatian kepada kenyataan yang penting ataua
yang pokok dan kepada sikap yang wajar dan
alamiah
c. Memusatkan perhatian kepada masalah mikro
d. Memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan
proses tindakan.

2.5. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah model konsep tentang teori yang saling


terhubung dengan beberapa faktor yang tidak diidentifikasi sebagai masalah yang
penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis
perantauan antaa variable akan diteliti.

Menjadi dasar pemikiran penulis untuk menjadikan fenomenologi Non –


Binary sebagai sebuah gaya hidup di kalangan mahasiswa di kota Bekasi sebagai
objek penelitian karena gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi sebagai
objek penelitian karena gaya hidup mencerminkan keseluruhan peribadi yang
berinteraksi dengan lingkungan. Karena lifestyle bisa di definisikan sebagai cara
hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa
yang mereka pikirkan terkait diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya.

Untuk memahami tingkah laku orang lain secara benar harus memahami
hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya dan juga paham akan konsep
yang mungkin bisa muncul dan berbagai konseuensi dan juga resiko lain akibat
dari respon tersebut. Karena, lebih menekankan kepada perkembangan perilaku
45

pelajar atau mahasiswa dapat diuku dan diamati pada rangsangan dan hubungan
antara stimulus dan respon yang terjadi lewat interaksi dengan lingkungannya.

Untuk menerliti fenomena sosial, Schutz mengatakan bahwa untuk


meneliti hal tersebut peneliti perlu mengacu kepada 4 (empat) tipe idel yang
berhubungan dengan interaksi sosial. Karena interkasi sosial sendiri berasal dari
hasil pemikiran diri yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungan. Meski
dalam pandangannya sendiri memang ada beragam realitas termasuk didalamnya
dunia mimpi dan ketidakwarasan. Tapi realitas tertinggi adalah dunia sehari hari
yang kita jalanin.

Maka dari itu penulis menjadikan fenomenologi Non-Binary sekarang ini


sudah sebagai gaya hidup yang ada di kalangan mahasiswa kota Bekasi sebagai
objek penelitian. Mengarah kepada kerangka pemikiran yang telah penulis
lampirkan. Berikut adalah uraian bagan dari kerangkan pemikiran dari
permasalahan yang peneliti angkat.
46

Non Biner Sebagai Gaya Hidup Di


Kalangan Mahasiswa Di Kota Bekasi

Teori Fenomenologi
(Phenomenology Theory)
ALFRED SCHUTZ

FENOMENA

MOTIF TINDAKAN MAKNA

Dilihat dari Dilihat dari Dilihat dari cara


motif tindakan mahasiswa
mahasiswa mahasiswa memaknai
menjadi setelah setelah
kannonbiner menjadikan menjadikan
sebagai gaya nonbiner nonbiner
hidup sebagai gaya sebagai gaya
hidup hidup
BAB III
SUBJEK, OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian

Hasil dari penelitian yang sah adalah apabila ada subjek yang ikut terlibat
didalam penilitan itu. Tidak ada kriteria yang pasti untuk subjek penelitian atau
informan dalam membahas suatu fenomena.

Dalam buku berjudul Fenomenologi(2013:61) karya Kuswarno


menjelaskan bebebrapa kriteria informan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian yang


berkaitan dengan topik yang diteliti. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang pertama. Ini
merupakan kriteria utama yang harus dalam penelitian
fenomenologi. Meskipun secara demografis informan cicik. Namun
bila informan tidak mengalami secara langsung informan tidak bisa
dijadikan sebagai informan.
2. Informan mampu menggambarkan Kembali fenomena yang telah
dialaminya, terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. Hasil akan
diperoeleh data yang alami dan reflektif menggambarkan kedaan
yang sesungguhnya.
3. Informan bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian yang
mungkin membutuhkan waktu cukup lama.
4. Bersedia untuk mengikuti sesi wawancara dan direkam aktivitasnya
selama wawancara atau selama penelitian berlangsung.
5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian.

Informan menjadi penting dalam penlitian kualitiatif. Sebab itu informan


harus merupakan orang yang mengalami secara langusng situasi atau kejadia yang
berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam buku Fenomenologi yang mengutip penjelasan dari Creswell oleh


Kuswarno(2013:57), menjelaskan bahwa “peneliti bertugas untuk

47
48

mengumpulkan data dari orang yang mengalami kejadian secara langsung,


biasanya melalui wawancara dalam jangkan waktu yang lama dengan informan
yang berkisar 5-25 orang.

Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih 4 orang mahasiswa sebagai


informan dan satu orang yang ahli dalam hal Psikologi atau Ahli sebagai informan
pendukung. Dikarenakan mahasiswa merupakan subjek dari penlitian ini. Selain
itu, para informan ini dianggap telah memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian fenomenologi.

Pengambilan informan ini dilakukan secara senagaj sesuai dengan


persyaratan atau kriteria tertentu yang diperlukan. Jumlah informan yaitu
sejumlah 5 orang berdasarkan prariset sebelumnya yang berbetuk wawancara
kecil dan observasi dimana subjek penelitian yang akan di wawancara adalah
benar – benar mahasiswa yang tergolong seorang Non-Binary. Sehingga
diharapkan penelitian ini mendapatkan data yang akurat.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu


penelitian, objek peneltian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk
mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Sugiono(2017:14) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah


“sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu
tentang suatu hal objektif, walid dan reliable dalam suatu hal”. Objek pnelitian
yang penulis tiliti dalam pnelitian ini akan di lakukan di kota Bekasi.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian sendiri mempunyai arti proses atau cara ilmiah untuk
bisa dapat data dengan tujuan atau kegunaan tertentu yaitu penelitian. Penelitian
adalah suatu penyelidikan sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan,
juga merupakan suatu usaha yang sistematis dn teorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang perlu jawaban.
49

Metode penelitian mempunyai 4 (empat) kata kunci yang perlu


diperhatikan yaitu, cara ilmiah atau kegiatan penelitian yang berdasarkan pada ciri
– ciri keilmuan seperti rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilaksanakan dengan cara yang masuk akal. Kemudian empiris
adalah cara yang dilakukan bisa dilihat berdasarakan indera manusia. Terakhir
yaitu sistematis yaitu penelitian dengan langkan tertentu.

Data yang di dapatkan dari penelitian adalah data empiris yang punya
kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang
benar – benar terjadi pada objek.

3.3.1. Desain atau Paradigma Penelitian

Desain dari penelitian yaitu jalinan yang logis, terencana dan


terstruktur antara ompone penelitian yang berawal dari pertanyaan penelitian
sampai ke kesimpulan. Jika pardigman adalah bagian yang tidak bisa
terpisahkan dari penelitian dengan metode kualitatif.

Paradigma penelitian diartikan sebagai kacamat yang akan digunakan


oleh pneliti unutk mengkaji topik masalah yang akan di teliti. Menurut
Mulyana(2003:9) menjabarkan bahwa paradigma adalah suatu cara
pancadang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam
kiat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan
pada mereka apa yang penting, abash dan masuk akal. Paradigman juga
bersifat normative, menunjukan pada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa
perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistemology yang Panjang.

Di era globalisasi ini bahkan dari abad pencerahan ada 4(empat)


paradigma penelitian seperti positivism, post-positivisme. Critical-theory dan
constructive. Masing – masing paradigm aitu mempunya perbedaan dalam
melihat realitas yang digunakan dan cara yang ditempuh untuk melakukan
pengembangan ilmu pengetahuan. Paradiman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah paradigma konsturktivis.
50

Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang hampur merupakan


antithesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan dari pagam yang meletakan pengamamtan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang
ilmu sosial sebagai analisisi sistematis terhadap socially meaningful action
melalui pengamatan langsung dan terperinci. Menurut Hidayat(2003:3).

Ada beberapa kriteria yang membedakan paradigma konstruktiv


dengan paradigma lainnya. Ontologi, epistemologi dan metodelogi. Level
ontologi paradigma konstruktiv melihat kenyataan sebagai hal yang ada tapi
bersifat majemuk dan maknanya berbeda bagi tiap orang. Dalam epostemologi
peneliti menggunakan pendekatan subjektif karena dengan cara itu bisa
menjabarkan kontruksi makna oleh individu.

Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai macam jenis


pengkonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah konsensus. Proses ini
melibatkan dua aspek yaitu hermeneutik dan dialetik.

Heurmeneneutik merupakan aktivitas dalam merangkai teks atau


percakapan, tulisan atau gambar. Sedangkan dialektik adalah penggunaan
dialog sebagai pendekatan agar subjek yang diteliti dapat ditelaah. Penulis
menggunakan paradigma konstruktivis untuk mengetahui interpretasi,
pandangan dan tanggapan subjek terhadap Non-Binary sebagai gaya hidup di
kalangan mahasiswa ini.

3.3.2. Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk


melaksanakan penelitian agar tujuannya tercapai. Dalam sistem yang akan
memberikan kemudhana pelaksanaan suatu peneliti. Pada penilitian ini
peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menyusun laporan.

Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari
kelompok dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar an
51

individu tersebut secara holistic atau utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasi individua tau organisasi ke dalam variable atau hipotesis. Tapi,
perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu kebutuhan. Dikutip dari buku
Metode Penelitian Kualitatif(1975:5) oleh Bogdan dan Taylor dalam
memandang suatu realitas atau fenomena.

Metode kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model


tematik, statistik atau komputer proses penelitian dimulai dengan munyusun
asumsi dasar atau aturan pikiran yang akan digunakan dalam penelitian.
Penelitian kualitatif sendiri adalah penelitian yang didalam pelaksanaannya
penliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulan data dalam
memberikan penjelasan terhadap hasil penelitiannya.

Objek peneliti kualitatif adalah seluruh bidang atau aspek kehidupan


manusia dan segala suatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan
kondisinya sesuai dengan keadaanya sesungguhnya atau dalam keadaan yang
natural mungkin berteoatan dngan aspek kehidupannya yang di sebut ekonomi
kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan lainnya. Data kualitatif tentang
objeknya dinyatakan dalam kalimat yang pengolahannya dilakukan melewati
proses berpikir yang bersifat kritik.

Dari hasil penelahaan psutaka yang dilakukan Moelong dalam


bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif atas hasil dari
mensintesakan pendapat Bogdan dan Biklen(1982:27-30) dengan Lincoln
dan Guba ada 11 (sebelas) ciri dari penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks


dari suatu keutuhan atau enety.
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti
sendiri atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
52

5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan


penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif bukan dari
angka - angka.
7. Penlitian kualitatif lebih memetingkan proses dari pada hasil.
8. Peneltiian kualitatif menghendaki adanya batas dalam
penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam
penelitiannya.
9. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reabilitas dan
objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim
digunakan dalam penlitian klasik.
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan.
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang di peroleh dirundikan dan disepakati oleh manusia
yang dijadikan sumber data.(1985:39-44)

Fenomenologi secara etismologi berasa dari kata “phenomenon” yang


berarti realitatis yang tampak dan “logos” yang berarti ilmu. Secara
teminologi fenomena adalah ilmu beorientasi untuk mendapatkan penjelasan
tentang realitas yang nyata.

Ada beberapa sifat penelitian kualitatif tersebut akan sejalan dengan


ciri – ciri penelitian fenomeologi, yaitu:

1. Fokus para suatu yang Nampak, Kembali pada yang sebenarnya,


keluar dari rutinitas dan keluar dari apa yang diyakini sebagai
kebenaran dan kebiasaan dalam kehidupan sehari – hari.
2. Fenomenlogi tertarik dengan keseluruhuan dengan mengamati
entitas dari berbagai sudut pandang dan perpektif sampat didapat
pandangan esesnsi dari pengalaman atau fenoemna yang diamati.
3. Fenomena mencari makna dan hakikat dari penampakan dengan
intuisi refleksi dalam tindakan sadar melalui pengalaman. Makna
53

ini yang pada akhirnya membawa ide, konsep, penelitian dan


pemahaman yang baik.
4. Fenomologi mendeskripsikan pengalaman bukan menjelaskan
atau menganalisa sebuah deskriptif fenomenologi akan sangat
dekat dengan kealamiahan (tekstur, kualitas dan sifat-sifat
penunjang) dari sesuatu. Sehingga deskripsi akan
mempertahankan fenomena itu seperti apa adanya dan
menonjolkan sifat alamiah dan makna dibaliknya. Selain itu,
deskripsi juga akan membuat fenomena “hidup” antara yang
tampak dalam kesadaran dengan yang terlihat oleh panca indera,
5. Fenomenologi berakar pada pernyataan langsung berhubungan
dengan makna dari fenomenologi yang diamati. Dengan demikian
penelitian fenomenologi akan sangat dekat dengan fenomena yang
di amati. Analoginya penelitian itu menjadi salah satu puzzle dari
sebuah kisah biografi.
6. Integrasi dari subjek dan objek. Persepsi penelitian akan sebanding
sama dengan apa yang dilihat atau didengarnya.
7. Pengalaman akan suatu tindakan akan membuat objek menjadi
subjek dan subjek menjadi objek.
8. Investigas yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif. Realitas
adalah salah satu baguan dari proses secara keseluruhan
9. Data yang diperoleh menjadi bukti-bukti utama dalam
pengetahuan ilmiah.
10. Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan sangat
hati-hati. Setiap kata harus dipilih, dimana kata yang terpilih
adalah kata yang utama, sehingga dapat menunjukan makna yang
utama pula(1994:104-120).

Sifat – sifat diatas adalah ciri – ciri yang dijelaskan oleh Moutakes
dalam bukunya yang berjudul Phenomenological research methods yang
dengan demikian jelas jika fenomenologi sangat relevan menggunakan
penelitian kualitatif daripada penleitian kuantitatif dalam mengungkap
54

realitas, persepsi fenomenologi selama ini menempati kedudukan sentral


dalam perkembangan penelitian kualitatif.

Perspektif ini mengarah bahwa apa yang akan dicari penelitian dalam
kegiatan penelitiannya dan bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi
penelitian, serta bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian, serta
bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian, serta bagaimana
penelitian menafsirkan beragam yang telah digali dan dicatat, semuanya
tergantung pada perspektif teotiritis yang digunakan.

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti


permasalahan yang dilatar belakangin yaitu dengan menggunakan cara studi
Pustaka dan studi lapangan.

1. Studi Pustaka

Memperoleh data dengan memanfaatkan literatur dan


dokumentasi kepustakaan secara teratur yang relecan dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Teknik ini merupakan teknik
yang dibutuhkan untuk memperkuat data, terutama sebagai acuan
ulang untuk kebenaran pengamatan.

2. Studi Lapangan
a. Observasi Lapangan

Kegiatan yang setiap saat dilakukan dengan kelengkapan


pancaindra yang dimiliki dengan pengamatan langsung lapangan.
Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
fenomena penelitian.

b. Wawancara Mendalam
55

Teknik mengumpulkan data dengan informasi dengan cara


tatap muka langsung dengan informan agar mendapat data lengkap
dan mendalam.

3.3.4. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan model analisis data yaitu model


ineraktif yang digunakan oleh Miles dan Huberman. Teknik ini terdiri dari 3
(tiga) tahapan. Tahapan pertama adalah reduksi data, kedua adalah tampilan
data atau display data dan tahapan yang terakir ialah kesimpulan atau
verifikasi.

Dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh


Sugiyono menjelaskan tenanting analisis model interaksi yang didasarkan dari
pemahaman tentang analisis data dari Miles dan Huberman. Berikut adalah
penjelasannya:

a. Reduksi yang merupakan bagian dari analisis, reduksi data adalah


suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan,
membuang, menyusun data dalam suautu cara dimana
kesimpulanakhir dapat digambarkan. Reduksi data terjadi secara
berkelanjutan hingga laporan akhir.
b. Data display yaitu suatu kesimpulan infomrasi yang tersusun
dimana memperbolehkan penjelasan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
c. Kesimpulan atau verivikasi dari pengumpulan data penleitian
mulai memutuskan makna dari suatu, mencatat keteraturan, pola-
pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin terjadi dan alur
sebab-akibat dan juga proposisi.(2914:91-99)

Penelitian bisa melihat ketiga jenis aktifitas analisis dan aktifitas


pengumpulan data membentuk suatu proses siklus interaktif. Proses reduksi
data, berlangsung selama penelitian dilakukan. Penelitian mencari data yang
benar dan valid sesuai permasalaha yang sedang diteliti.
56

Peneliti mengklasifikasikan hasil data yang didapat agar bisa


mempermudah untuk membaca dan menarik kesimpulan. Dalam tahap
verifikasi kesimpulan, peneliti memaknai data – data yang ada untuk di uji
kebenarannya.

Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangusng. Berikut


adalah tahapan – tahapan beserta laur teknik analisisnya:

Proses pengumpulan data dilakukan sebuah penelitian, pada saat


penelitian dan bahkan diakhir penelitian. Biasanya proses pengumpulan data
sudah dilakukan ketika masih konsep. Proses pengumpulan data penelitian
kualitatif tidak memiliki segmen atau waktu sendiri, akan tetapi dilalukakn
proses pengumpulan data.

Inti dari reduksi data yaitu proses penggabungan dan penyeragaman


segala bentuk data yang diperoleh jadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisa.
Hasil dari wawancara, hasil studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan
dengan formatnya masing – masing.

3.4. Tahapan Penleitian

3.4.1. Menyusun Rancangan Penelitian

Penelitian yang diangkat oleh penliti berangkat dari permasalahan


dalam lingkup peristiwa yang sedang banyak terjadi dan bisa diamati serta di
verifikasi secara nyata pada saat berlangsungnya penelitian.

3.4.2. Memilih Lapangan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang peneliti angkat, maka dipilih lokasi


penelitian yang digunakan sebagai sumber data dengan mengasumsikan
bahwa dalam penelitian kualitatif jumlah informan tidak terlalu berpengaruh
daripada kontek dalam penelitian ini. Lapangan yang dimaksud adalah latar
belakang subjek yaitu mahasiswa yang memilih Non-Binary menjadi sebuah
gaya hidup.
57

3.4.3. Memilih Informan

Peneliti melakukan pendekatan terlih dahulu dengan informan sebagai


tahap pengenalan yang kemudian peneliti membuat kesepakatan bertemu
untuk mendapatkan data yang peneliti butuhkan.

3.4.4. Menggali Informasi dan Memanfaatkan Informan

Tahapan ini adalah tahapan paling penting dalam penelitian, tahapan


ini adalah kesempatan yang perlu digunakan semaksimal mungkin oleh
peneliti untuk mendapatkan data dengan fakta yang diperlukan dalam
menyelesaikan penelitian. Agar wawancara berjalan dengan maksimal peneliti
menggunakan alat bantu wawancara berupa smartphone untuk merekam suara
dan mencatat yang diperlukan ketika di lapangan.

3.5. Keabsahan Hasil Penelitian

Uji keabsahan dalam penelitian seringkali ditekankan pada uji validitas


dan reabilitas, temuan dan dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan data yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti. Namun, perlu di ketahui bahwa kebenaram realitas dan data tidak bersifat
tunggal, melainkan jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk
dalam diri seseorang sebagia hasil proses mental tiap individu dengan berbagai
latar belakangnya.

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan


untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang
mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan
dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini uji keabsahan
data meliputi “uji credibility (validitas internal), transferability (validitas
eksternal), dependability (reabilitas), dan confirmability (objektifitas)”.
(Sugiyono, 2015:270).

Uji kredibilitas bisa di lakukan dengan enam macam metode yaitu


perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan
58

teman sejawat, analisis kasus negatif, dan yang terakhir member check. Dalam
penelitian ini penguji menggunakan uji kredibilitas dengan metode member check
dalam menguji keabsahan data.

3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Creswell dalam melakukan sebuah penelitian fenomenologi membutuhkan


waktu lama. “Peneliti bertugas untuk mengumpulkan data dari orang yang
mengalaminya langsung biasanya melalui wawancara dalam waktu yang
lama.”(Kuswaro,2013:57).

Peneliti menentukan lamanya waktu penelitian dimulai dari Agustus-


September. Selama satu bulan peneliti akan melakukan penelitian serta melakukan
pengumpulan data – data yang diperlukan dengan cara melakukan observasi
lapangan.

Melakukan wawancara mendalam dengan informan yang berkaitan dengan


fenomena yang diteliti dan melakukan studi keputusan berdasarkan dokumentasi
yang didapat dari informan.

Lokasi penelitian akan disesuaikan dengan kesepatakan yang ditentukan


oleh peneliti dengan informan. Hal ini dimaksudkan untuk membuat kenyamanan
antara informan selaku narasumber atas fenomena yang diteliti dengan penliti
selaku orang yang melakukan penelitian terhadap fenomena.

3.7. Profil Informan

Objek paling penting dalam penelitian adalah seorang informan. Informan


sendiri adalah orang atau kelompok dalam latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
Informan pada penilitian ini berjumlah 5 orang yang merupakan mahasiswa
dengan gaya hidup Non-Binary dan juga seorang ahli.

Analisis tahap pertama dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan


tekstur pengalaman menjadi sebuah deskripsi yang lengkap dan jelas. Deskripsi
tekstural responden ini bias diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan penting ke
59

dalam tema atau unit-unit makna. Pengalaman responden tersebut disajikan


melalui proseswawancara yang telah dilakukan sebelumnya.

Dengan begitu peneliti dapat menjawab unsur-unsur fenomena dan


noumena yang terjadi. Dalam konteks komunikasi interpersonal, sebuah
perkenalan dapat membangun hubungan lebih lanjut. Begitu halnya dengan
informan yang akan peneliti wawancarai. Ketika saya berupaya menciptakan
kesan pertama yang baik dengan harapan akan terjalin sebuah hubungan pada
kesan yang baik juga. Seringkali cara demikian disebut dengan hallo effect.

Secara dikotomis tidak mudah membedakan sebuah perkenalan (access)


dengan sebuah hubungan (raport) yang ditunjukkan dalam satuan waktu atau
peristiwa (Kuswarno 2009:151). Bisa saja keduanya dilakukan pada saat
bersamaan dengan waktu yang relatif singkat. Namun ada juga hubungan yang
baru bisa terjalin ketika telah berkali-kali terjadi pertemuan atau komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied. (1998). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.


Persada.
Deddy, Mulyana. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda Karya.
Effendy, Onong Uchjana. (1989). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya.
Herdiansyah, Haris. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatig Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Salemba: Humanika.
Jhon C. Mowen Michaell Minor. (2002). Perilaku Konsumen (Jilid 1) Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kuswarno, Engkus. (2009). Fenomenologi Edisi Revisi. Bandung: Widya
Padjajaran.
Nugrahen. (2003). Gaya Hidup Berkomunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sumber Lainnya:
https://transequality.org/issues/resources/understanding-non-binary-people-how-
to-be-respectful-and-supportive
https://lgbt.foundation/who-we-help/trans-people/non-binary
https://magdalene.co/story/queer-love-kapan-seseorang-disebut-queer
https://www.sehatq.com/artikel/non-binary

60

Anda mungkin juga menyukai