Anda di halaman 1dari 42

Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

ANNISA FADHILAH RAHMANI

H031 22 1028

KELOMPOK III/Regu I

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
Laporan Praktikum Kimia Fisika

PENENTUAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Disusun dan diajukan oleh :

ANNISA FADHILAH RAHMANI

H031211028

KELOMPOK III

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh :

Penanggungjawab Laboratorium, Asisten,

Dr. Paulina Taba, M.Phill NURHAINI


NIP. 195711151988102001 NIM. H031221028
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil kali kelarutan merupakan hasil kali konsentrasi molar dari

stoikiometrinya dalam persamaan kesetimbangan. Hasil kali ion menyatakan hasil

kali konsentrasi molar yang dipangkatkan dengan koefisien dari stoikiometrinya.

Nilai kelarutan senyawa ionik Ksp yang semakin kecil maka semakin sedikit

kelarutan senyawa di dalam air. Kelarutan adalah jumlah dari gram zat terlarut

dalam satu liter larutan jenuh (gram/liter) pada suhu tertentu. Mengendapkan

senyawa dalam bentuk endapan dapat dilakukan dengan menyesuaikan

konsentrasi ion hingga hasil kali ion melampaui Ksp (Alti dkk., 2023).

Hasil kali kelarutan (Ksp) merupakan nilai tetapan kesetimbangan garam

atau basa yang sukar larut dalam larutan jenuh. Hasil kali kelarutan dapat

diperoleh dari hasil kali kelarutan ion-ion zat tersebut dipangkatkan dengan

koefisiennya masing-masing. Nilai Ksp dapat digunakan untuk mengetahui suatu

zat masih bisa terlarut atau sudah mengendap. Membandingkan antara hasil kali

konsentrasi ion-ion yang dicampurkan dengan hasil kali kelarutannya (Ksp).

Hubungan antara hasil kali kelarutan (Ksp) dengan pH yaitu nilai pH sering

digunakan untuk menghitung hasil kali kelarutan (Ksp) suatu basa yang sukar

larut, begitu juga sebaliknya, nilai hasil kali kelarutan (Ksp) suatu basa dapat

digunakan untuk menentukan pH suatu larutan. Kelarutan suatu zat juga dapat

dipengaruhi oleh tingkat keasaman (Melati, 2019). Berdasarkan teori diatas, maka

perlu dilakukan praktikum tentang penentuan hasil kali kelarutan (Ksp).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kelarutan suatu zat

elektrolit yang bersifat sedikit larut dan panas pelarutannya.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu:

1. menghitung kelarutan elektrolit yang bersifat sedikit larut.

2. menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat

kebergantungan Ksp pada suhu.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dalam percobaan adalah menghitung kelarutan elektrolit yang

bersifat sedikit larut dengan cara mereaksikan senyawa ionik hingga membentuk

endapan dan dipanaskan dan diukur suhu pelarutannya, serta dihitung kelarutan

dan panas pelarutannya dengan menggunakan sifat kebergantungan Ksp pada

suhu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Larutan

Larutan adalah campuran zat-zat yang homogen, dimana memiliki

komposisi yang merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Larutan

terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Pelarut adalah zat atau komponen yang

berwujud cair dan jumlahnya lebih banyak, sedangkan zat terlarut adalah zat

atau komponen baik itu yang berwujud gas, cair maupun padatan dengan

jumlahnya lebih kecil, sehingga terbentuk larutan homogen. Larutan dapat juga

dilihat sebagai suatu sistem homogen yang komposisinya bervariasi. Larutan

terdiri atas pelarut dan zat terlarut (Alti dkk., 2023). Larutan terbentuk karena

entropi pencampuran yang menguntungkan lebih besar daripada kenaikan entalpi

larutan. Entalpi larutan lebih besar dibandingkan entalpi zat terlarut ditambah

pelarut yang tidak tercampur (Wilson, 2012). Jumlah zat terlarut yang terlarut

dalam suatu larutan atau pelarut pada volume atau berat tertentu disebut

konsentrasi. Zat terlarut (solute) berdasarkan banyak sedikitnya, larutan bisa

dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu larutan encer dan larutan pekat

(Alti dkk., 2023).

Larutan pekat relatif mempunyai lebih banyak solute daripada solvent.

Larutan dikatakan pekat, apabila konsentrasi zat terlarutnya sama atau lebih

besar daripada setengah nilai kelarutannya. Penggunaannya larutan pekat akan

diencerkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Larutan encer relatif lebih

sedikit solute daripada solvent. Larutan dikatakan encer jika konsentrasi zat

terlarutnya lebih kecil daripada setengah nilai kelarutannya. Larutan encer

merupakan larutan yang siap digunakan (Alti dkk., 2023).


Larutan dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan daya hantar

listriknya, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit

adalah jenis larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Air sebagai pelarut

tidak dapat menjadi konduktor listrik yang baik, namun jika didalam air

ditambahkan senyawa ion yang larut seperti NaCl, maka larutan dapat

menjadi konduktor listrik atau disebut larutan elektrolit. Larutan non elektrolit

merupakan jenis larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Molekul-molekul pada larutan non elektrolit tidak terionisasi sehingga tidak ada

ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik (Alti dkk., 2023).

Penggolongan larutan berdasarkan tingkat kejenuhan, maka larutan

bisa dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu larutan tak jenuh, jenuh dan larutan

sangat jenuh. Larutan tidak jenuh merupakan larutan yang mengandung zat

terlarut kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Larutan

jenuh merupakan larutan yang mengandung sejumlah zat terlarut (solute)

yang larut dan melakukan kesetimbangan dengan zat terlarut (solute)

padatnya. Larutan sangat jenuh merupakan larutan yang lebih banyak

mengandung zat terlarut daripada yang diperlukan untuk membuat larutan

jenuhnya (Alti dkk., 2023).

2.2 Kelarutan

Kelarutan merupakan jumlah banyaknya zat terlarut yang akan larut dalam

pelarut pada suhu tertentu. Sejenis melarutkan sejenis yaitu bahwa dua zat

dengan jenis dan besar gaya antar molekul yang sama akan cenderung saling

melarutkan (Roni dan Herawati, 2020). Kelarutan suatu senyawa tergantung pada

struktur dan kondisi larutan. Struktur senyawa menentukan polaritasnya dan


ikatan hidrogen menentukan kelarutan senyawa dalam larutan. Kelarutan juga

dipengaruhi oleh sifat pelarut dan ukuran partikel (Fajeriyati dkk., 2021).

Kelarutan adalah tolak ukur untuk suatu edible film yang dapat larut ketika

akan dikonsumsi dan juga untuk menentukan biodegradable film ketika akan

digunakan untuk pengemasan (Unsa dan Paramastri, 2018). Senyawa ionik akan

jauh lebih larut dalam pelarut polar, seperti air, cairan ammonia, dan

cairan hidrogen fluoride, dibandingkan dalam pelarut nonpolar, seperti

benzene dan karbon tetraklorida. Molekul pelarut nonpolar tidak momen dipol,

molekul seperti ini tidak dapat secara efektif mensolvasi ion natrium dan ion

Cr (Roni dan Herawati, 2020). Banyak zat terlarut yang merupakan debu batu bata

yang tidak dapat disentuh oleh pelarut apapun, da nada juga zat terlarut yang

sangat larut dalam berbagai macam pelarut (Abbott, 2017).

Solvasi adalah proses dimana ion atau molekul dikelilingi oleh molekul

pelarut yang memiliki susunan tertentu. Interaksi antarmolekul yang menonjol

antara ion-ion dan senyawa nonpolar ialah interaksi ion dipol terinduksi, yang

jauh lebih lemah dibandingkan interaksi ion dipol (Roni dan Herawati, 2020).

Kelarutan memiliki peran penting dalam penyerapan senyawa yaitu obat.

Senyawa yang sulit larut dalam air yaitu permeabilitas tinggi dengan kelarutan

rendah dan permeabilitas rendah dengan kelarutan rendah, tergantung pada

permeabilitasnya (Jermain dkk., 2018).

2.3 Hasil Kali Kelarutan

Hasil kali kelarutan merupakan jumlah mol endapan yang larut dalam satu

liter pelarut atau angka yang menunjukkan hasil kali konsentrasi ion-ion yang

terdapat di dalam larutan jenuh. Hasil kali kelarutan adalah endapan dengan syarat

sebagai berikut (Erdawati dkk., 2023):


1. jika Ksp < hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan, maka terbentuk

endapan.

2. jika Ksp = hasil kali konsentrasi ion-ion, larutan tepat jenuh atau setimbang

dan tidak terdapat endapan pada larutan.

3. jika Ksp > hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan, larutan tidak

membentuk endapan.

Kelarutan atau hasil kali kelarutan umumnya biasanya dijadikan dasar

perhitungan dalam berbagai bidang industri, contohnya pada proses ekstraksi

unsur fosfor (P). Jumlah fosfor yang menyebar secara rata dalam campuran tanah

atau batuan fosfat dalam reaksi kesetimbangan akan dibatasi oleh konsentrasi

fosfor dalam larutan tersebut. Sejalan dengan teori hasil kali kelarutan (Ksp)

dimana konsentrasi ion-ion pembentuk suatu senyawa berpengaruh terhadap nilai

hasil kali kelarutannya, sedangkan reaksi sempurna pelepasan fosfor ke dalam

larutan tanah adalah merupakan reaksi terbuka di mana produk reaksi fosfor

hilang melalui penyerapan tanaman dalam sistem tanah. Fosfor hilang melalui

penyerapan karena fosfor yang terdesorpsi dari koloid tanah pada sistem tanah

lapangan tidak akan dibatasi oleh hasil kali kelarutan (Ksp) seperti pada kondisi

kesetimbangan melainkan fosfor yang dilepaskan akan diserap oleh akar tanaman

atau akan bereaksi menjadi bentuk yang berbeda (Lumbanraja dkk., 2017).

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, waktu dan luas

permukaan. Seiring naiknya suhu ekstraksi maka laju ekstraksi akan

meningkat (Azizah dkk., 2019). Adapun penjelasan faktor yang dapat

mempengaruhi kelarutan yaitu (Waedani dan Arifiyana, 2020):


1. suhu, peningkatan suhu larutan dapat meningkatkan kelarutan padatan zat

terlarut. Suhu meningkatkan laju kelarutan zat terlarut karena pada suhu yang

lebih tinggi, partikel bergerak lebih cepat, memungkinkan proses

pencampuran menjadi cepat terjadi.

2. pengadukan, perlakuan pengadukan membuat bagian pelarut bersentuhan

dengan zat terlarut. Pengadukan memungkinkan zat terlarut larut lebih cepat,

hal ini karena probabilitas tumbukan yang terjadi antara zat terlarut dengan

pelarut semakin besar. Pengadukan meningkatkan laju dimana zat terlarut larut

karena mendorong partikel zat terlarut menjauh satu sama lain, memberi ruang

bagi partikel pelarut.

3. ukuran partikel, kelarutan suatu zat akan semakin meningkat dengan semakin

berkurangnya ukuran partikel.Semakin kecil ukuran partikel, maka

kelarutannya semakin meningkat, namun peningkatan kelarutan ini berhenti

saat partikel ukuran mencapai titik tertentu.


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu buret 50 mL, rak tabung

reaksi, tabung reaksi, batang pengaduk, gelas kimia 100 mL dan 500 mL, hot

plate, thermometer 100 oC, gegep kayu, labu semprot, pipet skala 5 mL dan statif.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu larutan Pb(NO 3)2 0,075

M, larutan KCl 1 M, tissue roll, akuades, sabun cair dan kertas label.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan dilakukan pada hari Senin, 18 Maret 2024 di Laboratorium

Kimia Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Pembentukan Endapan PbCl2

Larutan Pb(NO3)2 0,075 M sebanyak 10 mL dimasukkan masing-masing

ke dalam empat buah tabung rekasi kemudian ditambahkan KCl 1 M pada

masing-masing tabung reaksi dengan volume yang berbeda mulai dari 0,1 mL; 0,2

mL; 0,3 mL; dan 0,4 mL dan diberikan masing-masing label pada tabung. Setelah

itu dicampurka larutan tersebut dihomogenkan dan dibiarkan selama lima menit,

kemudian diamati terbentuknya endapan pada larutan tersebut dan dicatat hasil

pengamatan.
3.4.2 Kelarutan Endapan PbCl2

Larutan Pb(NO3)2 0,075 M dimasukkan ke dalam buret, kemudian

dimasukkan larutan Pb(NO3)2 0,075 M sebanyak 10 mL ke dalam lima tabung

reaksi. Ditambahkan KCl 1 M pada masing-masing tabung reaksi dengan volume

yang berbeda mulai dari 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 dengan menggunakan pipet

skala 5 mL dan diberikan label pada masing masing tabung reaksi. Diomogenkan

campuran larutan dan didiamkn selam lima menit, kemudian diamati endapan

yang terbentuk dan dicatat hasil pengamatan. Tabung reaksi yang ditambahkan

larutan KCl 1 M dengan volume 1,5; 2,0; 2,5; 3,0; dan 3,5 kemudian dipanaskan

diatas hot plate dengan gelas kimia yang berisi air yang telah dipanaskan hingga

endapan dalam tabung reaksi tersebut larut sempurna. Setelah semua endapan

larut sempurna, diukur suhu larutan menggunakan termometer dan dicatat hasil

pengmatan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Pembentukan Endapan PbCl2


Volume Pb(NO3)2 0,075 M Volume KCl 1 M Pembentukan
No
(mL) (mL) Endapan
1 10 0,1 -
2 10 0,2 -
3 10 0,3 +
4 10 0,4 +

Keterangan:

- : tidak ada

+ : sangat sedikit

Pembentukan Endapan PbCl2 dilakukan dengan cara penambahan larutan

Pb(NO3)2 ke dalam empat tabung reaksi masing-masing sebanyak 10 mL kemudian

ditambahkan dengan larutan KCl dengan ketelitian 0,1 mL. Berdasarkan percobaan

yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa banyaknya endapan yang terbentuk

berbanding lurus dengan besarnya volume KCl yang ditambahkan, dimana pada

tabung reaksi yang berisi KCl sebanyak 0,1 mL dan 0,2 mL tidak terdapat endapan

dibandingkan dengan tabung reaksi 0,3 mL dan 0,4 mL terdapat endapan tapi

sangat sedikit. Berdasarkan data didapatkan nilai hasil kelarutan (Ksp) pada 0,3

mL KCl yaitu 1,1710 x 10-3. Hal ini disebabkan oleh banyaknya volume KCl yang

ditambahkan sebanding dengan peningkatan hasil kali ion-ion dari endapan PbCl2

yang terbentuk, dimana endapan akan terbentuk apabila hasil kali ion-ion

melampaui nilai hasil kali kelarutan (Ksp).


Tabel 2. Pelarutan Endapan PbCl2
Suhu Pelarutan
Volume Endapan
Volume
No KCl 1 M Suh
Pb(NO3)2 0,075 M (mL)
(mL) u Suhu(K)
(℃)
1 10 1,5 + 90 363
2 10 2,0 ++ 91 364
3 10 2,5 +++ 100 373
4 10 3,0 +++++ 100 373
5 10 3,5 ++++ 91 364
Keterangan:

+ : sangat sedikit

++ : sedikit

+++ : cukup

++++ : banyak

+++++ : sangat banyak

Pelarutan endapan PbCl2 dilakukan dengan cara pembentukan endapan

PbCl2 terlebih dahulu. Pembetukan endapan PbCl2 dilakukan dengan cara

penambahan larutan Pb(NO3)2 ke dalam lima tabung reaksi masing-masing

sebanyak 10 mL lalu kemudian ditambahkan dengan larutan KCl yang memiliki

ketelitian 0,5 mL. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka didapatkan

data banyaknya endapan yang terbentuk pada tabung reaksi dengan volume KCl

1,5 mL < 2,0 mL < 2,5 mL < 3,0 mL namun pada reaksi dengan volume KCl

3,5 mL endapannya lebih sedikit dibandingkan dengan endapan yang terdapat

pada tabung dengan volume KCl 3,0 mL. Hal ini disebabkan karena human error

atau kesalahan praktikan dalam peambahan KCl pada larutan Pb(NO 3)2.

Banyaknya endapan yang terbentuk disebabkan karena banyaknya volume KCl


yang ditambahkan sebanding dengan peningkatan hasil kali ion-ion dari endapan

PbCl2. Proses pelarutan endapan PbCl2 dilakukan dengan cara memasukkan

tabung reaksi yang berisi endapan ke dalam gelas kimia berisi air yang sudah

dipanaskan. Tabung reaksi dengan endapan yang sudah larut dengan sempurna

kemudian dimasukkan thermometer untuk mengukur suhu pelarutan endapan

PbCl2 . Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data bahwa pada tabung pertama

diperlukan suhu 90 ℃ untuk melarutkan endapan, sedangkan pada tabung kedua

sampai tabung kelima suhu yang diperlukan secara berturut-turut adalah sebesar

91 ℃, 100 ℃, 100 ℃, dan 91 ℃. Hal ini tidak sesuai dengan teori

kesetimbangan termodinamika dimana seharusnya suhu yang dihasilkan

berbanding lurus dengan volume KCl (Le Cheteiler). Pada tabung kelima suhunya

turun dikarenakan human error atau kesalahan praktikan, dimana tabung reaksi

ketiga pecah sehingga mempengaruhi suhu pada tabung kelima karena terjadi

pencampuran pada air yang didihkan.

4.2 Reaksi

4.2.1 Pembentukan Endapan PbCl2

Pb(NO3)2 (aq) + 2KCl(aq) → PbCl2(s) ↓ + 2KNO3(s)

4.2.2 Pelarutan Endapan PbCl2

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

4.3 Grafik

4.3.1 Grafik Hubungan Suhu Terhadap Kelarutan

Tabel 3. Hubungan suhu dan kelarutan


Nomor Suhu (℃) Suhu (K) Kelarutan (M)
1 90 363 0,0652
2 91 364 0,0625
3 100 373 0,0600
Suhu vs Kelarutan
0.066
0.064
0.062
f(x) = − 0.000280608365019011 x + 0.163255513307985
Kelarutan (M)

0.06 R² = 0.139991194067486
0.058
0.056
0.054
0.052
0.05
362 364 366 368 370 372 374
Suhu (K)

4 100 373 0,0576


5 91 364 0,0555

Gambar 1. Grafik hubungan suhu terhadap kelarutan

Hasil yang diperoleh pada percobaan adalah pada suhu 363 K, 364 K, 373

K, 373 K, dan 364 K diperoleh nilai kelarutan sebesar 0,0652 M; 0,0625 M;

0,0600 M; 0,0576 M; dan 0,0555 M. Grafik di atas tidak sesuai dengan teori

kesetimbangan termodinamika dimana seharusnya semakin tinggi suhu yang

digunakan maka kelarutannya semakin tinggi juga. Hal tersebut disebabkan oleh

kesalahan praktikan ketika sedang melakukan pemanasan. Kesalahan dapat dilihat

juga pada nilai regresi yang didapatkan dimana nilai regresi tersebut jauh dari

angka 1 yaitu sebesar 0,14.

4.3.2 Grafik Hubungan Suhu terhadap Ksp

Tabel 4. Hubungan Suhu dan Ksp


Suhu (K) Ksp (M)
363 1,1086 x 10-4
364 9,7656 x 10-4
373 8,64 x 10-4
373 7,6441 x 10-4
364 6,8381 x 10-4

Suhu vs Ksp
0.0012
0.001
f(x) = − 1.18075228136882E-05 x + 0.00520873808174905
0.0008
R² = 0.110410285873258
0.0006
Ksp

0.0004
0.0002
0
362 364 366 368 370 372 374
Suhu (K)

Gambar 2. Grafik hubungan suhu terhadap Ksp

Hasil yang diperoleh pada percobaan nilai hasil kali kelarutan (Ksp)

pada suhu 363 K, 364 K, 373 K, 373 K, dan 364 K secara berturut-turut

adalah 1,1086 x 10-3 ; 9,7656 x 10-4 ; 8,64 x 10-4 ; 7,6441 10-4 ; dan 6,8381 x 10-4 .

Hasil tersebut tidak sesuai dengan teori kesetimbangan termodinamika dimana

seharusnya semakin tinggi suhu maka nilai hasil kali kelarutan suatu zat atau

senyawa akan semakin tinggi. Ketidaksesuaian dengan teori juga dapat dilihat

pada nilai regresi yang didapatkan dimana nilai regresi tersebut jauh dari angka 1

yaitu sebesar 0,1104.

4.3.3 Grafik Hubungan 1/T dan Log Ksp

Tabel 5. Hubungan 1/T terhadap log Ksp


Suhu Log
No 1/T (K-1) Ksp Log Ksp Regresi
(K) Ksp
1 363 0,00275482 1,10867 x 10-3 -2,96 -3,0382
2 364 0,00274725 9,7656 x 10-4 -3,0103 -3,0440
1/T Vs Ksp
-2.85
0.00266 0.00268 0.0027 0.00272 0.00274 0.00276
-2.9
Log Ksp (M) -2.95
-3
-3.05 f(x) = 760.745430389153 x − 5.13399772638601
-3.1 R² = 0.124165175972374
-3.15
-3.2
1/T (K-1)

3 373 0,00268096 8,64 x 10-4 -3,0634 -3,9445


4 373 0,00268096 7,6441 x 10-4 -3,1166 -3,9445
5 364 0,00274725 6,8381 x 10-4 -3,165 -3,0440

Gambar 3. Grafik hubungan 1/T terhadap Log Ksp

Nilai 1/T yang diperoleh pada percobaan ini adalah 0,00275482;

0,00274725; 0,00268096; 0,00268096; dan 0,00274725, sedangkan nilai log Ksp

yang diperoleh pada percobaan ini adalah -2,96; -3,0103; -3,0634; -3,,1166; dan

juga -3,165. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa nilai log Ksp

semakin kecil seiring dengan suhu yang semakin meningkat. Hal tersebut sudah

sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin besar nilai dari 1/T maka

nilai Ksp yang dihasilkan akan semakin menurun atau mengecil. Berdasarkan

data maka diperoleh nilai R2=0,1242 dimana nilai regresi yang baik itu adalah 1

dan nilai regresi yang didapatkan jauh dari angka 1.


1/T Vs Log Ksp Regresi
0

Log Ksp Regresi (M)


0.00266 0.00268 0.0027 0.00272 0.00274 0.00276
-1
-2
-3
f(x) = 13031.7585017794 x − 38.8787185179518
-4 R² = 0.994079409766189
-5
1/T (K-1)

Gambar 4. Grafik hubungan 1/T terhadap Log Ksp Regresi

Nilai 1/T yang diperoleh pada percobaan ini adalah 0,00275482;

0,00274725; 0,00268096; 0,00268096; dan 0,00274725, sedangkan nilai log Ksp

regresi yang diperoleh pada percobaan ini adalah adalah -3,0382; -3,0440; -

3,9445; -3,9445; dan juga -3,0440. Berdasarkan data yang diperoleh maka dapat

diketahui bahwa nilai Ksp regresi yang dihasilkan akan semakin menurun seiring

dengan nilai 1/T yang semakin besar akan tetapi pada log Ksp terakhir tidak

sesuai, hal ini disebabkan karena human error. Pada perhitungan panas pelarutan

diperoleh hasil 23,545 kj/mol. Hal ini sudah sesuai dengan teori yang

menunjukkan bahwa larutan mengalami reaksi endoterm yang menandakan bahwa

sistem menyerap panas dari lingkungan.


BAB V

KESIMPULAN DN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. semakin banyak penambahan KCl ke dalam 10 mL Pb(NO 3)2, maka

kelarutan endapannya semakin menurun yaitu penambahan 1,5 mL

kelarutannya 0,0652 M, penambahan 2 mL kelarutannya 0,0625 M,

penambahan 2,5 mL kelarutannya 0,06 M, penambahan 3,0 mL kelarutannya

0,0576 M dan penambahan 3,5 mL kelarutannya 0,0555 M dan didapatkan

nilai Ksp pembentukan endapan yang tepat yaitu 1,1710 x 10-3.

2. setelah diketahui suhu pelarutan endapan PbCl 2, maka panas pelarutan PbCl2

yang diperoleh menunjukkan reaksi bersifat endoterm karena nilai dari H

adalah 23,545 kJ/mol.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium


Saran untuk laboratorium agar alat-alat seperti buret bisa diperbaiki

kualitasnya dan diperbanyak sehingga dapat memudahkan jalannya praktikum.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan adalah agar prosedur yang akan dilakukan bisa

dijalankan dengan lebih lancar dan teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, S., 2017, Solubility Science Principle & Practice, Creative Commons,
Amerika.

Alti, R. M., Rahmawati, Dewadi, F. M., Rustiah, W., Helilusiatiningsih, N.,


Ninggtyas, A. A., Rantesalu, A., Budirohmi, A., dan Mustapa, 2023,
Kimia Dasar II, PT Global Eksekutif Teknologi, Padang.

Azizah, M., Sutamihardja, R., dan Wijaya, N., 2019, Karakteristik Kopi Bubuk
Arabika (Coffea Arabica L) Terfermentasi Saccharomyces cerevisiae,
Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 9(1): 37-46.

Erdawati, Suryani, E., dan Allanas, E., 2023, Kimia Dasar, PT. Bumi Aksara,
Jakarta Timur.

Fajeriyati, N., Muchtaridi, M., dan Sopyan I., 2021, Methods for Improving
Aplha-Mangostin Solubility, International Journal of Applied
Pharamceutics, 13(4): 47-54.

Jermain, S. V., Brough, C., & Williams III, R. O., 2017, Amorphous Solid
Dispersions and Nanocrystal Technologies for Poorly Water-Soluble Drug
Delivery–An Update, International journal of pharmaceutics, 535(1-2):
379-392.

Lumbanraja, J., Mulyani, S., Utomo, M., dan Sarno, 2017, Phosphorus Extraction
from Soil Constituents Using Bray P-1, Mehlich-1 and Olsen Solutions,
Journal Unila, 22(2): 67-76.

Melati, R. R., 2020, Asam, Basa dan Garam, Penerbit Duta, Depok.
Roni, K. A., dan Herawati, N., 2020, Kimia Fisika I, Rafah Press UIN Raden
Fatah Palembang, Palembang.

Unsa, L. K., dan Paramastri, G. A., 2018, Kajian Jenis Plasticizier Campuran
Gliserol dan Sorbitol terhadap Sintesis dan Karakterisasi edible film Pati
Bonggol Pisang sebagai Pengemas Buah Apel, Jurnal Kompetensi Teknik,
10(1): 37-47.

Arifiyana, D., 2020, Suhu, Waktu dan Kelarutan Kalsium Oksalat pada Umbi
Porang, Graniti, Gresik.

Wilson, R., 2012, Chemistry the Central Science, Pearson, USA.

Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pembentukan endapan PbCl2

Pb(NO3)2 0,075 M dan KCl 1 M

- dimasukkan ke dalam dua buret yang berbeda sebanyak 50 mL.

- dimasukkan Pb(NO3)2 0,075 M ke dalam 5 tabung reaksi

masing-masing 10 mL.

- ditambahkan KCl 1 M pada tabung reaksi 1-5 masing-masing

1,5 mL; 2,0 mL; 2,5 mL; 3,0 mL; dan 3,5 mL.

- dihomogenkan dan didiamkan selama 5 menit.

- diamati endapan yang terbentuk.

- dicatat hasilnya.

Data

Catatan: diulangi prosedur yang sama dengan mengganti volume KCl menjadi

masing-masing 1,5 mL; 1,6 mL; 1,7 mL; 1,8 mL; 1,9 mL; dan 2,0

mL.
2. Pelarutan Endapan PbCl2

Endapan PbCl2

- ditempatkan di dalam gelas kimia bersama dengan

termometer.

- diaduk menggunakan batang pengaduk secara perlahan

hingga semua endapan larut sempurna.

- dicatat suhunya pada saat endapan larut sempurna.

Data

Lampiran 2. Perhitungan

1. Pembentukan Endapan PbCl2 yang Tepat

Penambahan 0,3 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl x M KCl

= 0,3 mL x 1 M

= 0,3 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 0,3 mL

= 11,3 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 0,3 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 0,3 mmol 0,75 mmol 0,3 mmol


Sisa : - - 0,75 mmol 0,3 mmol

mmol PbCl2 0 ,75 mmol


PbCl2 = = = 0,0664 M
Vtotal 11,3 mL

[Pb2+] = 0,0664 M

[Cl-] = 0,0664 M x 2 = 0,1328 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0664) (0,1328)2

= 1,1710 x 10-3

2. Pembentukan Endapan PbCl2

a. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl x M KCl

= 1,5 mL x1M

= 1,5 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 1,5 mL

= 11,5 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 1,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - - 0,75 mmol 1,5 mmol


mmol PbCl2 0,75 mmol
PbCl2 = = = 0,0652 M
Vtotal 11,5 mL

[Pb2+] = 0,0652 M

[Cl-] = 0,0652 M x 2 = 0,1304 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0652) (0,1304)2

= 1,1086 x 10-3

b. Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl x M KCl

= 2,0 mL x 1 M

= 2 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,0 mL

= 12 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 2 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 0,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2 0, 75 mmol


PbCl2 = = = 0,0625 M
Vtotal 12 mL

[Pb2+] = 0,0625 M
[Cl-] = 0,0625 M x 2 = 0,125 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0625) (0,125)2

= 9,7656 x 10-4 M

c. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M = 0,75 mmol

mmol KCl = V KClx M KCl

= 2,5 mL x 1 M

= 2,5 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 2,5 mL

= 12,5 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 2,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 1,0 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2 0,75 mmol


PbCl2 = = = 0,06 M
Vtotal 12,5 mL

[Pb2+] = 0,06 M

[Cl-] = 0,06 M x 2 = 0,12 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2
= (0,06) (0,12)2

= 8,64 x 10-4 M

d. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M

mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl x M KCl

= 3,0 mL x 1 M

= 3 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

= 10 mL + 3,0 mL

= 13 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 3,0 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2 0,75 mmol


PbCl2 = = = 0,0576 M
Vtotal 13 mL

[Pb2+] = 0,0576 M

[Cl-] = 0,0576 M x 2 = 0,1152 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0576) (0,1152)2

= 7,6441 x 10-4 M

e. Penambahan 3,5 mL KCl 1M


mmol Pb(NO3)2 = V Pb(NO3)2 x M Pb(NO3)2

= 10 mL x 0,075 M

= 0,75 mmol

mmol KCl = V KCl x M KCl

= 3,5 mL x 1 M

= 3,5 mmol

Vtotal = V Pb(NO3)2 + V KCl

=10 mL + 3,5 mL

= 13,5 mL

Mula-Mula : 0,75 mmol 3,5 mmol - -

Bereaksi : 0,75 mmol 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

Sisa : - 1,5 mmol 0,75 mmol 1,5 mmol

mmol PbCl2 0,75 mmol


PbCl2 = = = 0,0555 M
Vtotal 13,5 mL

[Pb2+] = 0,0555 M

[Cl-] = 0,0555 M x 2 = 0,111 M

PbCl2 (s) ↓ → Pb2+(aq) + 2Cl-(aq)

Ksp = [Pb2+][Cl-]2

= (0,0555) (0,111)2

= 6,8381 x 10-4 M

3. Perhitungan Ksp Log Regresi

y = ax + b

y = 760,75x-5,134
a = slope = 760,75

b = intercept = - 5,134

x = variabel

y = log Ksp regresi

a. Penambahan 1,5 mL KCl 1 M

x = 1/Tkamar

= 1/363

= 0,00275482

y = log Ksp regresi

= ax + b

= 760,75 (0,00275482) – 5,134

= -3,038270685

b. Penambahan 2,0 mL KCl 1 M

x = 1/Tkamar

= 1/364

= 0,00274725

y = log Ksp regresi

= ax + b

= 760,75 (0,00274725) – 5,134

= -3,0440295625

c. Penambahan 2,5 mL KCl 1 M

x = 1/Tkamar

= 1/373

= 0,00268096

y = log Ksp regresi

= ax + b
= 760,75 (0,00268096) – 5,134

= -3,9445968

d. Penambahan 3,0 mL KCl 1 M

x = 1/Tkamar

= 1/368

= 0,00268096

y = log Ksp regresi

= ax + b

= 760,75 (0,00268096) – 5,134

= -3,9445968

e. Penambahan 3,5 mL KCl 1 M

x = 1/Tkamar

= 1/364

= 0,00274725

y = log Ksp regresi

= ax + b

= 760,75 (0,00274725) – 5,134

= -3,0440295625

4. Perhitungan Panas Kelarutan PbCl2

y = ax + b

y = -13032x – 38,879

a = slope = -13032

b = intersept = - 38,879

x = variabel

y = log Ksp regresi


x untuk y = log Ksp regresi = ax + b adalah 1/T (25 oC)

x = 1/Tkamar

= 1/298
= 0,0033

y = log Ksp regresi

y = ax + b

= 13032 (0,0033) - 38,879

= 4,1266

− ΔH 1
log Ksp = 2,303R T

− ΔH 1
4,1266 = 2,303R T

-∆H = (-4,1266 x 2,303 x 8,314 J/mol K x 298 K)

∆H = 23545,7536 J/mol = 23,545 kJ/mol


Lampiran 3. Dokumentasi

Gambar 5. Pembentukan Endapan PbCl2


Gambar 6. Pelarutan Endapan PbCl2

Lampiran 5. Referensi
Lampiran 4. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai