Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

Tentang

TUJUAN PENDIDIKAN, SUBJEK PENDIDIKAN, OBJEK,

LINGKUNGAN PENDIDIKAN, DAN SARANA PRASARANA

PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Sukarno, S.Pd,.M.Pd.I

Disusun Oleh:

Muhammad Salim (206230006)

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Segala puji bagi-Nya atas segala karunia-Nya yang tiada henti mengalir kepada
kami. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan
makalah ini. Tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kami tidak akan
mampu menyelesaikan tugas ini dengan baik. Khususnya, kami ingin
menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para dosen yang telah memberikan
arahan, masukan, dan pembimbingan yang sangat berharga bagi kami. Dedikasi
mereka dalam membimbing kami tidak hanya meningkatkan pengetahuan kami,
tetapi juga menginspirasi kami untuk terus belajar dan berkembang.
Kami menyadari bahwa setiap hasil karya pasti memiliki kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, kami mengajukan
permohonan maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Kami
berharap agar pembaca dapat memaklumi dan menerima makalah ini sebagai hasil
usaha kami yang terbaik. Meskipun demikian, kami berkomitmen untuk terus
belajar dan meningkatkan kualitas karya kami di masa yang akan datang. Dengan
demikian, kami berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat dalam bidang ilmu yang kami teliti, serta menjadi landasan untuk
penelitian lebih lanjut di masa depan. Terima kasih atas perhatian dan
pengertiannya.

Jambi, Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1

C. Tujuan ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2

A. Tujuan Pendidikan ................................................................................ 2

B. Subjek Pendidikan ................................................................................ 4

C. Obyek Pendidikan ................................................................................. 5

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9

A. Kesimpulan ........................................................................................... 9

B. Saran...................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya baik pendidikan maupun pengajaran merupakan proses atau
pergaulan yang melibatkan dua variabel yaitu pendidik (pengajar, pembelajar)
dan si terdidik (siswa, murid, si belajar, pebelajar). Antara dua variabel tersebut
terjadi hubungan pengaruh dari orang dewasa terhadap anak muda atau dari
pembelajar terhadap pebelajar, yang disebut kewibawaan. Dengan demikian
dapat ditemukan dengan adanya subyek dan obyek pendidikan. Istimewanya
dalam hal ini, si terdidik karena hakikatnya sebagai pribadi, bukan sekedar
barang atau benda,walaupun menjadi sasaran dalam tindakan mendidik, tidak
hanya dapat disebut sebagai obyek, melainkan juga subyek. Si terdidik adalah
sasaran, pelengkap penderita atau obyek, tetapi juga sebagai subyek yang
menentukan dirinya sendiri. Dengan demikian subyek pendidikan adalah
pendidik sedang objek pendidikan adalah si terdidik sekaligus juga sebagai
subyek pendidikan.
Agar sarana pendidikan dapat difungsikan dengan baik, maka diperlukan
manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Dengan adanya manajemen sarana
dan prasaran pendidikan, maka sekolah akan mampu mengelolah sarana dan
prasarana pendidikan secarah lebih konsep dan terarah.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan tujuan Pendidikan?
2. Jelaskan subjek Pendidikan?
3. Jelaskan objek Pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan.
2. Untuk mengetahui subjek Pendidikan.
3. Untuk mengetahui objek Pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan
Menurut sejarah bangsa Yunani, tujuan pendidikannya ialah ketentraman.
Sedangkan menurut Islam, tujuan pendidikan ialah membentuk manusia supaya
sehat, cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi
laranganlarangan-Nya (Ahmadi,1991:99).
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh
peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan
pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan untuk mencapai
tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan
komponen dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi
sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik
tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7).
Tujuan pendidikan adalah membentuk anak menjadi warga negara yang
baik. Karena pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan
manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka masalah pokok bagi pendidikan
ialah memilih arah atau tujuan.
1. Tujuan pendidikan sebagai arah pendidikan
Tujuan itu menunjukkan arah dari suatu usaha, sedangkan arah tadi
menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang ke situasi
berikutnya. Dalam meninjau tujuan sebagai arah ini, tidak ditekankan pada
masalah ke jurusan mana garis yang telah memberi arah pada usaha tersebut,
tetapi ditekankan kepada soal garis manakah yang harus kita ambil dalam
melaksanakan usaha tersebut, atau garis manakah yang harus ditempuh
dalam keadaan “sekarang” dan “disini”. Misalnya guru yang bertujuan
membentuk anak didiknya menjadi manusia yang cerdas, maka arah dari
usahanya ialah menciptakan situasi belajar yang dapat mengembangkan
kecerdasan.
2. Tujuan sebagai titik akhir
Tujuan di samping dapat dipandang dari segi titik tolaknya, juga dapat
dipandang dari segi titik akhir yang akan dicapainya. Di sini perhatian pada

2
hal yang akan dicapai atau dituju yang terletak pada jangkauan masa datang,
dan bukan pada situasi sekarang atau pada jalan yang harus diambil dalam
situasi tadi. Misalnya seorang pendidik yang bertujuan agar anak didiknya
menjadi manusia susila, maka tekanannya di sini ialah gambaran tentang
pribadi susila yang menjadi idamannya tadi.
Dalam Suwarno (1992), ada beberapa macam tujuan pendidikan, diantaranya
sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Tujuan umum ialah tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam
segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan
memperhatikan hakekat kemanusiaan yang universal. Menurut Lavengeld,
tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yaitu pengkhususan dari tujuan umum atas dasar
beberapa hal antara lain :
a. Perbedaan individual pada si terdidik
b. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat
c. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan
d. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup
suatu bangsa
3. Tujuan tak lengkap atau tak sempurna
Tujuan tak lengkap ialah tujuan yang hanya mencakup salah satu
daripada aspek saja. Misalnya : tujuan khusus pembentukan kecerdasan
saja.
4. Tujuan sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai pada tiap tingkat
perjalanan menuju tujuan akhir. Misalnya menyelesaikan belajar di sekolah
dasar merupakan tujuan sementara untuk selanjutnya menuju ke SMP,
SMA, dan selanjutnya.
5. Tujuan insidentil
Tujuan insidentil ialah tujuan yang timbul karena adanya situasi yang
terjadi secara kebetulan.

3
6. Tujuan intermediair
Tujuan intermediair ialah tujuan yang merupakan alat atau perantara
untuk mencapai tujuan yang lain.

B. Subjek Pendidikan
Subyek pendidikan adalah pendidik (pengajar, pembelajar). Dalam
pendidikan arti umum, yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang susila
atau manusia yang telah menjadi pribadi seutuhnya atau manusia yang telah
berbudaya. Hal ini sejalan dengan definisi pendidikan yang mengatakan bahwa
pendidikan adalah proses pendewasaan anak muda yang belum dewasa
(Langeveld), atau definisi pendidikan oleh Drijarkara, yaitu memanusiakan
manusia (homininasi) lewat pembudayaan (humanisasi). Hanya manusia dewasa
yang susila, pribadi yang utuh dan berbudaya yang mampu melakukan tindakan
mendidik, sebagai subyek pendidikan. Orang yang belum dewasa, tidak susila,
bukan pribadi yang utuh dan berbudaya tidak mungkin menjadi pendidik.
Mendidik adalah memberikan apa yang dimiliki, mentransfer (transmisi
dan transformasi) nilai-nilai,yaitu nilai kedewasaan, kesusilaan, kepribadian atau
kemanusiaan, dan kebudayaan. Hanya orang yang memiliki nilai-nilai sebagai
tindakan mendidik. Siapakah pendidik itu? Ia adalah orang tua!
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama. Orang tua memperoleh
otoritas mendidik langsung dari Allah sendiri, sebagai hak dasar atau hak asasi
manusia. Hal ini sebagai konsekuensi dari anak yang mereka lahirkan. Anak
adalah anugerah Allah, ciptaan Allah lewat orang tua, yang dipercayakan Allah
kepada orangtua. Maka orang tua wajib mendidik anak sebagai wujud
kebaktian/ibadah kepada Allah, sebagai wujud dari iman. Karena orang tua
tidak mungkin melakukuan pendidikan seutuhnya kepada anak demi memenuhi
kebutuhan hidupnya secara wajar sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman
(IPTEKS), maka orang tua menyerahkan sebagian otoritas mendidik anaknya
kepada pihak lain, yaitu masyarakat, bangsa atau negara. Sesuai dengan
kodratnya, peran orang tua dalam pendidikan tak tergantikan.
Dalam pendidikan arti khusus atau terbatas, yaitu pendidikan yang terjadi
di sekolah seperti pembelajaran atau pengajaran, pendidik adalah orang dewasa
yang memiliki pengetahuan dan pembelajaran yang di sebut dengan guru. Dalam

4
hal ini guru bertugas untuk mengambil alih tugas mendidik orang tua, atau
membantu orang tua melakukan tindakan mendidik secara praktis, yaitu
mengajar, memberi intruksi, nasihat, melatih motivasi sehingga anak menjadi
terpelajar.

C. Obyek Pendidikan
Obyek pendidikan adalah anak didik (siswa, murid). Anak didik adalah
mereka yang sedang mengalami proses dididik. Meraka adalah manusia muda
yang belum dewasa, dalam proses menuju kedewasaan, manusia yang dalam
proses memanusiakan dirinya menjadi manusia seutuhnya, manusia yang sedang
dalam proses pembudayaan atau membudayakan dirinya menuju manusia yang
beradad. Menurut Drost mereka itulah manusia yang perlu dibentuk: kanakkanak
, anak, remaja, pemuda, usia antara 0 sampai 20 tahun. Ia menegaskan bahwa
kalau sesudah usia 20 tahun masih harus di didik artinya pendidikan gagal.
Dalam arti umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh
dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Dalam arti sempit, anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang
diserahkan kepada tanggungjawab pendidik. Anak didik sebagai objek sekaligus
subjek Dilihat dari posisinya sebagai manusia yang dididik , anak didik adalah
objek pendidikan karena ia menjadi sasaran, arah dari tindakan pendidik.
Walaupun demikian, anak didik bukanlah benda mati yang pasif, yang dapat
dimanipulasi oleh pendidik sesuai keinginan pendidik, melainkan dia adalah
pribadi, orang yang memiliki potensi diri untuk tumbuh dan berkembang,
bersifat aktif, mampu memilih dan menentukan sendiri secara bebas. Pengaruh
anak didik atas seorang murid diberikan oleh dirinya sendiri bersama orang tua,
para teman sebaya, guru, tetangga, artis di televisi, penyiar radio dan sebagainya.
Dengan demikian, anak didik juga sebagai subjek, yang menentukan dirinya
sendiri dan menjadi pokok, fokus dalam proses pendidikan. Karakteristik,
tanggungjawab, dan peranan anak didik
1. Karakteritik anak didik
Karakteristik, ciri-ciri, atau sifat-sifat karakteristik anak didik dapat
ditelusuri dengan membalikkan karakteristik dari pendidik. Karakteristik
anak didik adalah ia memang belum dewasa, tetapi sedang tumbuh dan

5
berkembang menjadi dewasa. Ia belum susila, tetapi sedang tumbuh dan
berkembang sebagai makhluk susila. Ia belum sebagai manusia yang utuh,
tetapi sedang tumbuh dan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Ia
belum berjatidiri, berintegritas, bermartabat, tetapi ia sedang tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berjatidiri, berintegritas dan
bermartabat. Ia belum bertanggungjawab, berbudaya, mandiri, tetapi ia
sedang tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertanggungjawab,
berbudaya, mandiri. Dengan kata lain, secara filsafati, anak didik dalam
kondisi potensial menuju aktual. Secara psikologis dapat dikatakan bahwa
anak didik dalam proses melaksanakan tugas perkembangan
mengaktualisasikan potensi-potensinya.
2. Tanggungjawab anak didik
Dalam mengaktualisasikan potensi dirinya anak didik memerlukan
bantuan pendidik. Tanpa itu semua tidak akan mungkin berjalan baik dan
wajar. Itulah yang disebut dengan sifat ketergantungan anak didik kepada
pendidik. Karena masih bersifat ketergantungan, maka anak didik juga
belum mampu bertanggungjawab sendiri, memilih dan mengambil
keputusan sendiri secara bebas, maka menyerahkan tanggungjawab dan
kebebasanya tersebut sementara kepada pendidik.
Ketergantungan dan kebebasan serta tanggungjawab yang diserahkan
kepada pendidik itu akan ditarik kembali secara berangsur-angsur seirama
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Makin dewasa
ketergantungannya makin berkurang dan tanggungjawabnya makin besar.
Dan pada saatnya anak didik akan melepas ketergantungannya dan
bertanggungjawab sepenuhnya pada dirinya sendiri. Itulah yang disebut
sebagai manusia terdidik.
3. Peranan anak didik
Peran anak didik ditentukan oleh lingkungan kehidupan dimana
proses pendidikan berlangsung. Lingkungan pendidikan adalah keluarga
(pendidikan informal), masyarakat (pendidikan nonformal, pendidikan luar
sekolah), dan sekolah (pengajan formal). Peran anak didik juga ditentukan

6
oleh bentuk atau upaya pendidikannya yaitu besar dan proporsi peran serta
tergantung pendekatan atau asumsi terhadap pendidikan.
Dalam keluarga, terlaksana lebih dalam bentuk serta upaya
pembiasaan dan peneladanan karena didalam pendidikan keluarga, anak
didik berperan sebagai orang yang berlatih untuk membiasakan diri dengan
norma-norma dan meniru atau meneladani tindakan-tindakan orang yang
lebih tua. Orang tua menginternalisasikan nilai-nilai seperti membiasakan
anak berlaku sopan, bersikap sosial, hormat pada yang lebih tua dan
sebagainya.
Dalam masyarakat anak didik berperan sebagai anggota masyarakat.
Dalam masyarakat ada berbagai lembaga, seperti lembaga agama, sosial,
politik, dan sebagainya. Serta setiap anggota memiliki norma-norma yang
harus dipatuhi oleh setiap anggotanya. Dalam kaitannya dengan pendidikan
lembaga-lembaga di masyarakat lebih menitikberatkan upayanya pada
peneladanan dan pembelajaran.
Peran anak didik dalam lembaga masyarakat tersebut lebih sebagai
pengambil teladan walau juga terjadi peran meniru dan belajar. Sebagai
konsekuensinya, masyarakat lebih dituntut untuk memberi teladan dalam
kaitannya dengan upaya pendidikan.
Di sekolah, anak didik lebih dominan dalam kegiatan belajar.
Mengajar dan pengajaran di sekolah telah dikembangkan menjadi
pembelajaran, oleh karena itu peran anak didik adalah belajar. Serta
diupayakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif dan
menyenangkan.
Proporsi peran pendidik tergantung dari dua pendekatan; pertama,
pendekatan mekanistik: yang berasumsi bahwa anak adalah seperti botol
kosong yang harus diisi dengan materi intelektual sehingga anak didik akan
dibatasi hingga bersifat pasif dalam mendengarkan guru, menerima
informasi, dan dalam meniru contoh dari guru. Kedua, pendekatan organik:
berasumsi bahwa anak didik sedang berkembang, mencari temuan-temuan
sehingga anak didik akan lebih besar dalam proses pendidikan.

7
Dalam analogi metafora hortikultural, mengamsusikan bahwa anak
tumbuh atau berkembang menjadi dewasa seperti tanaman. Peran pendidik
seperti tukang tanaman. Tukang tanaman hanya dapat memperhatikan
proses pertumbuhan tanaman, dapat mempercepat tetapi tidak dapat terlibat
didalamnya, tanaman harus tumbuh dalam dirinya sendiri. Seperti pendidik
mungkin bisa mempercepat anak didik dan mengarahkannya tetapi tidak
dapat mengajar anak didik tumbuh dan berkembang, yang dapat dilakukan
hanyalah membantu anak belajar.
Namun, teori tersebut tidak sepenuhnya benar bila dianalogikan
dengan pendidikan. Dalam hal ini pendidik hanya mengawasi, menjaga, dan
mengelola lingkungan. Tetapi tujuan akhir pendidikan bukan hanya manusia
yang tumbuh subur, melainkan seorang yang terdidik, terpelajar dan terlatih.
Dan bukan sekedar mengelola lingkungan melainkan harus mengetahui
pembentukan pemikiran anak didik, sesuai dengan kemampuan anak didik.
Serta dalam pendidikan harus melibatkan peran serta anak didik dan
pendidik dan terdapat komitmen antara keduanya.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan tentang perlunya pendidikan
holistik. Pendidikan holistik antara lain mengaplikasiakan prinsip saling
keterkaitan. Beberapa konsep penting, antara lain: pertama, konsep
interdepensi adalah saling ketergantungan. Antara pendidik dan anak didik
ada saling ketergantungan karena tanpa unsur yang lain tidak akan dapat
berkembang dengan baik dan wajar. Kedua, konsep interrelasi adalah saling
terkait, saling hubungan, atau terjadi interaksi antar unsur pendidikan.
Terjadi interaksi antara pendidik dan anak didik juga sebaliknya bahkan
interaksi sebagai manusia. Dan ketiga, konsep partisipasi adalah
keterlibatan, peran serta, atau ikut ambil bagian dalam proses pendidikan.
Dalam hal pendidikan anak didik dapat berkembang bila berperan aktif
dalam proses pendidikan. Pendidik mendidik anak didik dengan berperan
dalam proses pendidikan, yaitu memiliki otoritas yang diakui, diterima,
dipercaya, ditaati oleh anak didik sehingga menimbulkan kewibawaan.
(Suparno, 2004:03).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai
oleh peserta didik setelah diselenggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh
kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan, diarahkan
untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan
merupakan komponen dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan
fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan
baik tujuan pendidikan.
Subyek pendidikan adalah pendidik (pengajar, pembelajar). Dalam
pendidikan arti umum, yang disebut pendidik adalah orang dewasa yang susila
atau manusia yang telah menjadi pribadi seutuhnya atau manusia yang telah
berbudaya. Dan Obyek pendidikan adalah anak didik (siswa, murid). Anak
didik adalah mereka yang sedang mengalami proses dididik. Meraka adalah
manusia muda yang belum dewasa, dalam proses menuju kedewasaan, manusia
yang dalam proses memanusiakan dirinya menjadi manusia seutuhnya,
manusia yang sedang dalam proses pembudayaan atau membudayakan dirinya
menuju manusia yang beradad.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, saya selaku pemakalah sangat
menyadari kekurangan yang baik dalam aspek penulisan maupun isi dari
makalah. Oleh karena itu, saya selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun. Hal tersebut sangat penting karena bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca. Kritik dan
saran tersebut bisa dijadikan pembanding untuk menghasilkan karya yang lebih
baik.

9
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto. (2015). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Basri, Hasan.2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia
Daradjat, Zakiah dkk.2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: BumiAksara.
Mufron, Ali.2013. Ilmu Pendidikan Islam,Yogyakarta: Aura Pustaka.
Salim, Haitami dan Syamsul Kurniawan.2012. Studi Ilmu Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.
Sudharso. dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : FIP IKIP PGRI
SEMARANG. Halaman 81-99.
Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

10

Anda mungkin juga menyukai