Anda di halaman 1dari 11

Acta Comita s (201 7) 1 : 160 – 171

I S S N : 2 5 0 2 -8 9 6 0 I e - I S S N : 2 5 0 2 -7 5 7 3

PERTANG G UNG JAWAB AN NO TARIS DALA M


PEM B UATAN AK TA B ERDASARK AN PEM A LSUAN
SURAT O LEH PARA PIH AK

Oleh :

Putu Vera Purnama Diana*


NIM 1292461018
Pr ogr a m M agi ste r K e notar i atan Uni ve r si tas U dayana
e -mai l : ve r adi anap ur nama@g mai l . c om
Pe mbi mbi ng I : Pr of. Dr . I Ke tut M e r tha, SH. ,M . H um. **
Pe mbi mbi ng I I : Dr . I Ge de Ar tha, SH ., MH . ***

Abst rac t

NOTA R Y R E SPONSIB ILITY ON MA KING DE E D B A SE D ON LE TTE R FOR GE R IE S OF


THE PA R TIE S

La w No. 30 of 2004 (UUJ N ) as we l l as i n La w No. 2 of 2014 about A me ndme nt


of t he Not ary posi ti on l aw (UUJ N A me ndme nt ) hav e not se t t he pre se nc e of l e gal
sanc t i ons on de l i nque nc y of arti c l e 15 of t he UUJ N A me ndme nt i n re l at i on t o t he
c ri mi nal aspe c t whi c h i s whe n t he not ary i s not appl y i ng t he art i cl e prov i si ons wi l l
l e ad t o t he act s of f al sif y i ng l e tt e rs or c e rt i f icat e s as re f e rre d i n art ic l e 263, 264,
and 266 of t he Cri mi nal Cod e (KUHP ) t hat wi l l gi v e di sadv ant age t o t he c once rne d
part i e s. The re f ore , t hi s st udy att e mpt s t o analyze and ans we r i ssue s c onc e rni ng t he
re sponsi bi l i t y of a not ary i n t he c ase of l et t e r forge ri e s c ommi t t e d by t he part i e s on
mak i ng de e d acc ordi ng t o t he Not ary l aw. A nd c oul d not ary ask e d t o he l d f or
ac c ount abi li t y whe n t he re di sadv ant age s of e i t he r part y as a re sul t of f al se
doc ume nt s f rom ot he r party
Thi s re se arc h qual i f i e d as a nor mat i v e l e gal st udy t hat st art s f rom t he
none x i st e nt norm. The re se arc h sourc e was obt ai ne d f rom pri mary l e gal mat e ri al s,
se c ondary l e gal mat e ri al s and te rt i ary le gal mat e ri al s. Le gal mat e ri al s t hat hav e
be e n gat he re d up l ate r be e n sy st e mati ze d, anal y ze d and gi ve n argume nt at i on t o
obt ai n c onc l usi ons on t he i ssue s di sc usse d i n t his t he si s.
The re se arc h re sul t s sho we d t hat t he re sponsi bi l i t y of Not ary i n c ase of l et t e r
f orge ri e s c ommi t t e d by t he part ie s t o maki ng not ary de e d ac c ordi ng t o UUJ N and
UUJ N A me ndme nt i s whe n t he not ary runni ng t he i r dut y prove d t o have v i ol at e d,
not ary hav e t o re sponsi bl e i n ac c ordanc e wi t h t he ac t i on i n t e rms of ac c ount abi l i ty
of t he A dmi ni st rat i v e Law, Ci v i l Law, whi c h i s i n ac c ordanc e wi t h t he sanc t i on
prov i si on se t f ort h i n A rt i cl e 84 and 85 of UUJN A me ndme nt and c ode of e t hi c s, but
i n UUJ N and UUJ N A me ndme nt did not y e t prov ide c ri mi nal sanct i ons. In pract i ce i t
i s f ound t he f ac t t hat t hi s v i ol at i on i s c l assi fi e d as a c ri me ac t c ommi t t e d by a
Not ary . Not ari e s c an not be ask e d t o he l d t he re sposi bi l i t ie s whe n t he re i s
di sadv ant age of e it he r part y as a re sul t of f al se doc ume nt s f rom ot he r part y , be c ause
Not ary onl y re c ord what wa s pre se nt e d by t he part i e s t o be poure d i nt o t he dee d.
Fal se i nf ormat i on t hat submi t t e d by t he part i e s i s t he re sponsi bi l i t y of t he part i e s.
In ot he r word s, whi c h c an be acc o unt e d f or by a not ary i s f raud or t ric k e ry whe n i t
c ome s f rom not ary own.

Ke y wo rds: Le t t e r f orge ri e s, Vi ol ati on, Not ary , Cri mi nal R e sponsi bi li t y .

PENDAH ULU AN seseorang atau terbebaninya seseorang atas


1.1 Latar Belakang suatu kewajiban, oleh karena itu notaris dalam
Notaris merupakan profesi hukum menjalankan tugas jabatannya harus mematuhi
sehingga profesi notaris merupakan suatu berbagai ketentuan yang tersebut dalam
profesi mulia (nobile officium). Akta yang Undang-Undang Jabatan Notaris.1 Istilah
dibuat oleh notaris dapat menjadi alas hukum Pejabat Umum merupakan terjemahan dari
atas status harta benda, hak dan kewajiban
1
seseorang. Kekeliruan atas akta yang dibuat Abdul Ghofur Anshori, 2009, Lembaga
notaris dapat menyebabkan tercabutnya hak Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan
Etika, UII Press, Yogyakarta, hal. 46.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 161
istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat wajib membuktikan penilaian atau
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 pernyataannya sesuai dengan aturan hukum.
Tentang Jabatan Notaris yang diundangkan Berbeda dengan perkara Pidana, akta
pada tanggal 6 Nopember 2004 dalam Notaris sebagai akta otentik merupakan alat
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun bukti yang tidak dapat mengikat penyidik dan
2004 Nomor 117 (UUJN) jo. Undang-Undang hakim dalam pembuktian, atau bersifat bebas.4
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Kekuatan pembuktian akta Notaris dalam
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang perkara pidana, merupakan alat bukti yang sah
Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menurut undang-undang dan bernilai sempurna.
yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014 Namun nilai kesempurnaanya tidak dapat
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun berdiri sendiri, tetapi memerlukan dukungan
2014 Nomor 3 (UU Perubahan atas UUJN). alat bukti lain.5Notaris tidak menjamin bahwa
Dalam Pasal 1 angka 1 UU Perubahan atas apa yang dinyatakan oleh penghadap tersebut
UUJN yang menegaskan bahwa notaris adalah adalah benar atau suatu kebenaran, ini
pejabat umum yang berwenang untuk membuat dikarenakan notaris tidak sebagai investigator
akta autentik dan kewenangan lainnya dari data dan informasi yang telah diberikan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang oleh para pihak. Bahwa dalam Undang-undang
ini. Jabatan Notaris, sebagai pejabat umum Notaris
Dalam praktik banyak ditemukan, jika ada dituntut untuk bertanggung jawab terhadap akta
akta notaris dipermasalahkan oleh para pihak yang telah dibuatnya. Apabila akta yang dibuat
atau pihak ketiga lainnya, maka sering pula ternyata dibelakang hari mengandung sengketa
notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta maka hal ini perlu dipertanyakan, apakah akta
melakukan atau membantu melakukan suatu ini merupakan kesalahan notaris atau kesalahan
tindak pidana, yaitu membuat atau memberikan para pihak tidak mau jujur dalam memberikan
keterangan palsu ke dalam akta notaris.2 Dalam keterangannya terhadap notaris, ataukah adanya
hal ini notaris secara sengaja atau tidak kesepakatan yang telah dibuat antara notaris
disengaja notaris bersama-sama dengan dengan salah satu pihak yang menghadap. Jika
pihak/penghadap untuk membuat akta dengan akta yang diterbitkan notaris mengandung cacat
maksud dan tujuan untuk menguntungkan pihak hukum yang terjadi karena kesalahan notaris
atau penghadap tertentu saja atau merugikan baik kerena kelalaiannya maupun karena
penghadap yang lain harus dibuktikan di kesengajaan notaris itu sendiri maka notaris
Pengadilan. Akta Notaris yang dibuat sesuai sudah seharusnya memberikan
kehendak para pihak yang berkepentingan guna pertanggungjawaban.
memastikan atau menjamin hak dan kewajiban Pengaturan kewenangan notaris secara
para pihak, kepastian, ketertiban dan jelas diatur dalam Pasal 15 UU Perubahan atas
perlindungan hukum para pihak. Akta notaris UUJN dari kewengan tersebut timbul tanggung
pada hakekatnya memuat kebenaran formal jawab notaris sebagai pejabat yang bertugas
sesuai dengan apa yang diberitahukan para membuat akta otentik. Notaris dalam
pihak kepada Pejabat umum (Notaris). Notaris menjalankan jabatannya apabila terbukti
berkewajiban untuk memasukkan dalam akta melakukan pelanggaran, maka sudah
tentang apa yang sungguh-sungguh telah seharusnya Notaris bertanggung jawab sesuai
dimengerti sesuai dengan kehendak para pihak dengan perbuatan yang dilakukannya baik
dan membacakan kepada para pihak tentang isi tanggung jawab dari segi Hukum Administrasi,
dari akta tersebut. Pernyataan atau keterangan Hukum Perdata, yaitu sesuai ketentuan sanksi
para pihak tersebut oleh Notaris dituangkan yang tercantum dalam Pasal 84 dan 85 UU
dalam akta Notaris.3 Perubahan atas UUJN dan kode etik, namun di
Sehingga dalam perkara perdata, Akta dalam UUJN dan UU Perubahan atas UUJN
otentik merupakan alat bukti yang bersifat tidak mengatur adanya sanksi pidana. Dalam
mengikat dan memaksa, artinya hakim harus praktek ditemukan kenyataan bahwa
menganggap segala peristiwa hukum yang pelanggaran atas sanksi tersebut kemudian
dinyatakan dalam akta otentik adalah benar, dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana.
kecuali ada alat bukti lain yang dapat Aspek tersebut di atas sangat berkaitan erat
menghilangkan kekuatan pembuktian akta dengan perbuatan Notaris apabila melakukan
tersebut. Akta Notaris mempunyai kekuatan pelanggaran terhadap Pasal 15 UU Perubahan
pembuktian yang sempurna sehingga jika ada atas UUJN, dimana muaranya adalah apabila
orang atau pihak yang menilai atau menyatakan Notaris tidak menjalankan ketentuan pasal
akta tersebut tidak benar, maka orang atau tersebut akan menimbulkan terjadinya
pihak yang menilai atau menyatakan tersebut
4
M, Yahya Harahap, 2000, Pembahasan
2
Habib Adjie, 2008, Hukum Notariat di Permasalahan dan Penerapan KUHAP
Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU Pemeriksaan Sidang di Pengadilan, Banding,
No.30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika,
Refika Aditama, Bandung, hal. 24. Jakarta, hal. 283.
3 5
Ibid, hal. 45. Ibid, hal. 311.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 162
perbuatan pemalsuan surat atau memalsukan dengan norma lain sehingga tidak berbenturan
akta sebagaimana dimaksud Pasal 263, 264, dan atau menimbulkan konflik norma ataupun
266 KUHP sehingga dapat menimbulkan adanya kekaburan dan kekosongan norma.
kerugian bagi pihak yang berkepentingan. Asas ini dapat dipergunakan untuk dapat
Realitanya dalam masyarakat banyak mengatasi persoalan dalam hal bentuk
ditemukan adanya para pihak yang memberikan pertanggungjawaban notaris terhadap proses
data dan informasi tidak sesuai dengan pembuatan akta otentik yang data dan
kenyataannya kepada notaris dalam pembuatan informasinya dipalsukan oleh para pihak.
suatu akta. Tugas seorang notaris adalah Realitanya banyak permasalahan seperti ini
menuangkan data dan informasi yang diberikan timbul di masyarakat dan mengikutsertakan
oleh para pihak tanpa menginvestigasi lebih Notaris tetapi di dalam pengaturannya terutama
lanjut kebenaran data tersebut. Sebagaimana di UUJN sendiri tidak mengatur mengenai
kita ketahui bersama, notaris tidak memiliki tanggung jawab pidana seorang notaris dari akta
kewenangan melakukan investigasi atau yang telah dibuatnya berdasarkan data dan
mencari kebenaran materiil dari data dan informasi yang dipalsukan oleh para pihak.
informasi yang diberikan oleh para pihak Dengan asas kepastian hukum ini diharapkan
(penghadap). Hal tersebut berdampak pada akta dapat memberikan suatu bentuk kepastian bagi
yang dibuatnya yang dikemudian hari menjadi notaris apabila berhadapan dengan kasus seperti
bermasalah. Timbul persoalan dalam hal bentuk ini.
pertanggungjawaban notaris terhadap proses 1. 3. 2 K onse p N otar i s Se bagai
pembuatan akta otentik yang data dan Pe jabat Umum
informasinya dipalsukan oleh para pihak. UUJN Notaris adalah Pejabat Umum yang
dan UU Perubahan atas UUJN tidak mengatur berfungsi menjamin otoritas pada tulisan-
mengenai tanggung jawab pidana seorang tulisannya (akta). Notaris sebagai Pejabat
notaris dari akta yang telah dibuatnya Umum memiliki tanggung jawab atas
berdasarkan data dan informasi yang dipalsukan perbuatannya terkait dengan pekerjaannya
oleh para pihak. Sehingga timbul kekosongan dalam membuat akta. Berkaitan dengan
norma hukum dalam UU Perubahan atas UUJN pertanggungjawaban Notaris sebagai Pejabat
yang berkaitan dengan tanggung jawab notaris Umum maka sesungguhnya Notaris bila
dalam pembuatan akta berdasarkan data dan melakukan tindak pidana dapat dikenakan
informasi yang dipalsukan oleh para pihak. tuntutan pidana yang berdasarkan perbuatan
Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong pemalsuan surat, namun dalam hubungannya
penulis untuk mengangkat suatu judul yang dengan kebenaran materiil atas akta yang
akan dibahas dalam tesis ini adalah dibuat, Notaris dalam menjalankan profesinya
“Pertanggung Jawaban Notaris Dalam melalui kontruksi yuridis bahwa Notaris
Pembuatan Akta Berdasarkan Pemalsuan sejatinya hanya fasilitator dari para pihak dalam
Surat Oleh Para Pihak”. partij acte.
1. 2 Rumusa n M asal ah 1.3.3 Teori Kewenangan
La t a r bel a ka n g ya n g t el ah Menurut Philipus M. Hadjon, kewenangan
di ura i kan di at a s m a ka da pa t membuat keputusan hanya dapat diperoleh
di r um uskan per m a sal ah an seba ga i dengan dua cara, yaitu dengan atribusi atau
ber i kut : dengan delegasi. Atribusi adalah wewenang
1. Bagaimanakah tanggung jawab notaris yang melekat pada suatu jabatan. Philipus
dalam hal terjadinya pemalsuan surat yang menambahkan bahwa “Berbicara tentang
dilakukan oleh para pihak dalam delegasi dalam hal ada pemindahan/pengalihan
pembuatan akta notaris menurut Undang- suatu kewenangan yang ada. Apabila
Undang Jabatan Notaris? kewenangan itu kurang sempurna, berarti
2. Apakah notaris dapat dimintai bahwa keputusan yang berdasarkan
pertanggungjawaban pidana bila muncul kewenangan itu tidak sah menurut hukum”.6
kerugian terhadap salah satu pihak sebagai Pernyataan diatas, dapat dipahami bahwa
akibat adanya dokumen palsu dari salah atribusi dan delegasi merupakan suatu alat atau
satu pihak? sarana yang digunakan untuk mengetahui
1.2 Landasan Teoritis apakah suatu badan itu berwenang atau tidak
1.3.1 Asas Kepastian Hukum dalam memberikan kewajiban-kewajiban
Asas kepastian hukum adalah kepastian kepada masyarakat. Mengenai mandat, Philipus
aturan hukum, bukan kepastian tindakan yang menyatakan “Dalam hal mandat tidak ada sama
sesuai dengan aturan hukum. Kepastian hukum sekali pengakuan kewenangan atau pengalih
secara normatif adalah ketika suatu peraturan tanganan kewenangan. Di sini menyangkut
dibuat dan diundangkan secara pasti karena janji-janji kerja intern antara penguasa dan
dapat memberikan pengaturan secara jelas dan
6
logis. Jelas dalam arti tidak menimbulkan Philipus M. Hadjon, 2001, Pengantar
keragu-raguan atau multi tafsir, dan logis dalam Hukum Administrasi Indonesia, Cetakan
arti hukum tersebut menjadi suatu sistem norma Ketujuh, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, hal. 110.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 163
pengawal. Dalam hal-hal tertentu seorang telah dibuatnya berdasarkan data dan informasi
pegawai memperoleh kewenangan untuk atas yang dipalsukan oleh para pihak. Sehingga
nama si penguasa”.7 Berdasarkan pemaparan timbul kekosongan norma hukum dalam UU
tersebut dapat dilihat bahwa kewenangan yang Perubahan atas UUJN yang berkaitan dengan
dimiliki oleh notaris merupakan kewenangan tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta
atribusi yang berasal dari peraturan perundang- berdasarkan data dan informasi yang dipalsukan
undangan. oleh para pihak.
Hal tersebut menunjukkan bahwa segala 1. 4 Tuj uan Pe ne l i ti an
kewenangan notaris adalah sah apabila 1. 4. 1 Tujua n Umum
dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku, Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk
yaitu dalam bentuk peraturan perundang- mengembangkan kemampuan diri dalam
undangan. Hal ini secara tegas dapat ditemukan menyampaikan dan menuliskan pikiran dalam
dalam Pasal 15 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) suatu karya ilmiah serta lebih memahami
UU Perubahan atas UUJN tentang kewenangan mengenai aturan-aturan hukum yang berlaku
notaris. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa terutama yang terkait dengan pengaturan
notaris berwenang untuk membuat akta otentik jabatan notaries.
secara umum. Teori kewenangan ini digunakan 1.4.2 Tujuan Khusus
untuk membahas dan menganalisis masalah 1. Untuk dapat mengetahui dan mengkaji
tentang kewenangan notaris dalam memberikan lebih dalam mengenai tanggung jawab
jasanya kepada para pihak. Dengan mengetahui notaris dalam hal terjadinya pemalsuan
wewenang tersebut dapat memberikan kejelasan surat yang dilakukan oleh para pihak
mengenai tanggung jawab notaris dalam dalam pembuatan akta notaris.
membuat akta berdasarkan pemalsuan surat 2. Untuk mengetahui dapat tidaknya Notaris
oleh para pihak. dimintai pertanggungjawaban perdata bila
1. 3. 4 Te or i Pe r tangg ung Jawa ban muncul kerugian terhadap salah satu pihak
H uk um sebagai akibat adanya dokumen palsu dari
Teori pertanggungjawaban menjelaskan salah satu pihak.
bahwa sseorang bertanggung jawab secara II. METODE PENELITIAN
hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa 2.1 Jenis Penelitian
dia memikul tanggung jawab hukum. Ini berarti Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini
bahwa di bertanggung jawab atas suatu sanksi adalah penelitian hukum normatif. Jenis
dalam hal perbuatan yang dilakukan itu penelitian normatif digunakan dalam penelitian
bertentangan. Hans Kelsen membagi ini karena penelitian ini berangkat dari adanya
pertanggung jawaban menjadi 4 (empat) macam kekosongan norma. Kekosongan norma yang
yaitu : dimaksud adalah tidak adanya norma yang
a. Pertanggungjawaban individu yaitu mengatur mengenai pertanggungjawaban
pertanggungjawaban yang harus dilakukan notaris dalam pembuatan akta berdasarkan
terhadap planggaran yang dilakukannya pemalsuan surat oleh para pihak (dalam aspek
sendiri tindak pidana) di dalam UUJN dan UU
b. Pertanggungjawaban kolektif berarti Perubahan atas UUJN .
bahwa seorang individu bertanggungjawab 2.2 Jenis Pendekatan
atas suatu pelanggaran yang dilakukan Dalam pendekatan perundang-undangan
oleh orang lain (the statute approach) ini dilakukan penelitian
c. Pertanggungjawaban berdasarkan sinkrunasi perundang-undangan baik vertical
kesalahan yang berarti bahwa seorang maupun horizontal. Sehingga di dalam
individu bertanggung jawab atas penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
pelanggaran yang dilakukannya karena Undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor
sengaja dan diperkirakan dengan tujuan 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang
menimbukan kerugian. diundangkan pada tanggal 6 Nopember 2004
d. Pertanggungjawaban mutlak yang berarti dalam Lembaran Negara Republik Indonesia
bahwa seorang individu bertanggung Tahun 2004 Nomor 117 (UUJN) jo. Undang-
jawab atas pelanggaran yang dilakukannya Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
karena tidak sengaja dan tidak 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
diperkirakan. Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
Teori tanggung jawab dalam hal ini yang diundangkan pada tanggal 15 Januari 2014
dikaitkan dengan tanggung jawab Notaris Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
dalam hal pembuatan akta berdasarkan 2014 Nomor 3 (UU Perubahan atas UUJN)
pemalsuan surat oleh para pihak yang dalam hal untuk mengetahui sejauh mana
ini pemalsuan surat merupakan tindak pidana pertanggungjawaban notaris dalam pembuatan
dimana di dalam UUJN dan UU Perubahan atas akta berdasarkan Pemalsuan Surat oleh para
UUJN tidak mengatur mengenai tanggung pihak baik dari aspek hukum perdata maupun
jawab pidana seorang notaris dari akta yang pidana. Pendekatan Kasus (case approach)
dilakukan dengan cara melakukan telaah
7
Ibid, hal. 131.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 164
terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu akta berdasarkan pemalsuan surat oleh para
yang dihadapi yang telah menjadi putusan pihak. Mengenai Teknik pengumpulan bahan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang digunakan dalam penelitian tesis
yang tetap. Pendekatan Sejarah (historical ini adalah dengan melakukan kegiatan
approach) dilakukan dengan menelaah latar membaca secara kritis analisis lalu menemukan
belakang apa yang dipelajari dan perkembangan permasalahan dan isu hukum yang akan diteliti
pengaturan mengenai isu yang dihadapi. Dalam dan mengumpulkan semua informasi yang ada
penelitian ini, pendekatan historis digunakan kaitannya dengan permasalahan yang diteliti,
untuk mengkaji perkembangan lembaga notaris kemudian dipilih informasi yang relevan dan
di Indonesia, serta perkembangan pengaturan esensial.
mengenai notaris di Indonesia.. Pendekatan 2.5 Teknik Pengolahan Dan Analisis Bahan
Konsep (conseptual approach) dalam penelitian Hukum
ini merujuk pada prinsip-prinsip hukum.. Pertama “Teknik deskripsi yaitu
pendekatan ini digunakan untuk mengkaji menguraikan apa adanya terhadap suatu kondisi
konsep mengenai tanggung jawab notaris dalam atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau
dalam pembuatan akta berdasarkan pemalsuan non hukum. Teknik evaluasi adalah penilaian
surat oleh para pihak dengan beberapa asas, berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak
teori, dan konsep yaitu asas kepastian hukum, setuju, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap
teori kewenangan, teori pertanggungjawaban suatu pandangan, pernyataan, baik yang tertera
hukum, dan konsep Notaris sebagai Pejabat dalam bahan hukum primer maupun bahan
Umum. hukum sekunder. Teknik argumentasi tidak
2.3 Sumber Bahan Hukum bisa dilepaskan dari teknik evaluasi karena
a. Sumber bahan hukum primer penilaian dari analisa harus didasarkan pada
Bahan hukum primer ini diperoleh dari alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum.
sumber yang mengikat dalam bentuk Hasil analisis selanjutnya diberikan argumentasi
peraturan perundang-undangan, antara lain untuk mendapatkan kesimpulan atas pokok
1. Undang-Undang Republik Indonesia permasalahan yang dibahas pada penelitian ini.
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris (Lembaran Negara Republik III. TINJAUAN UMUM TERHADAP
Indonesia Tahun 2004 Nomor 117). JABATAN NOTARIS DAN AKTA
2. Undang-Undang Republik Indonesia NOTARIS
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan 3. 1 Ti njauan U mum Te r hadap
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun Jabatan N otar i s
2004 Tentang Jabatan Notaris (Lembaran 3. 1. 1 Pe nge r ti an Notar i s
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Istilah Notaris pada dasarnya berasal dari
Nomor 3). perkataan "notarius" (bahasa Latin), yakni
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara nama yang diberikan pada orang-orang Romawi
Pidana (KUHAP), dimana tugasnya menjalankan pekerjaan
4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menulis pada masa itu. Ada juga pendapat
(KUHPerdata) mengatakan bahwa nama "notaries'" itu berasal
5. Kode Etik Notaris. dari perkataan "nota literaria", berarti tanda
b. Bahan hukum sekunder memberikan (letter merk atau karakter) yang menyatakan
penjelasan mengenai bahan hukum primer sesuatu perkataan9. Pada abad ke-lima dan ke-
berupa literatur-literatur, buku-buku yang enam sebutan itu (notarius) diberikan kepada
berkaitan dengan permasalahan. penulis (sekretaris) pribadi dari raja atau kaisar
c. Bahan Hukum Tertier serta pegawai-pegawai dari istana yang
Bahan-bahan hukum yang menunjang melaksanakan pekerjaan administrasi. Para
bahan hukum primer dan bahan hukum pejabat dinamakan notarius itu merupakan
sekunder, seperti : artikel dalam format pejabat yang menjalankan tugasnya hanya
elektronik (internet).8 untuk pemerintah dan tidak melayani publik
2.4 Teknik Pengumpulan Bahan Hukum atau umum. Terkait dengan tugas untuk
Bahan hukum yang dipergunakan dalam melayani public dinamakan tubelliones yang
penelitian ini diperoleh dari penelusuran fungsinya agak mirip dengan Notaris pada saat
melalui kegiatan studi kepustakaan, yaitu ini. Hanya saja tidak mempunyai sifat
mengumpulkan berbagai bahan hukum, baik amblitjke, sifat jabatan negeri sehingga surat-
berupa peraturan perundang-undangan, kode surat yang dibuatnya tidak mempunyai sifat
etik profesi, literatur, serta berbagai buku yang otentik atau resmi.
relevan yang terkait dengan Pasal 1 angka 1 UU Perubahan atas UUJN
pertanggungjawaban notaris dalam pembuatan disebutkan bahwa Notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik
8
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
9
2007, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Notodisoerjo, Soegondo, R, Hukum
Tinjauan Singkat), PT. Rajagrafindo Persada, Notarial di Indonesia Suatu Penjelasan,
Jakarta, hal. 33. Rajawali Jakarta, 1982, hal. 13.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 165
dan kewenangan lainnya sebagaimana yang kewenangan Notaris dalam membuat akta
dimaksud dalam undang-undang ini. Batasan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 15 UU
yang diberikan oleh Pasal 1 UU Perubahan atas perubahan atas UUJN
UUJN mengenai Notaris pada hakekatnya 3. 1. 4 K e waji ban, Lar angan, dan
masih dapat ditambahkan "yang diperlengkapi K ode Eti k Notar i s
dengan kekuasaan umum". Oleh karena grosse Kewajiban notaris yang tercantum dalam
atau salinan dari akta tertentu dari Notaris yang Pasal 16 UU Perubahan atas UUJN jika
pada bagian atasnya memuat perkataan: "Demi dilanggar akan dikenakan sanksi sebagaimana
Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha tersebut dalam Pasal 85 UUJN. Khusus untuk
Esa" mempunyai kekuatan eksekutorial yang notaris yang melanggar ketentuan Pasal 16 ayat
sama dengan keputusan hakim. Notaris (1) huruf i dan k UU Perubahan atas UUJN
memperoleh kekuasaannya itu langsung dari selain dapat dijatuhi sanksi yang terdapat dalam
kekuasaan eksekutif, sehingga Notaris dalam Pasal 85 UUJN, juga dapat dikenakan sanksi
menjalankan tugasnya melakukan sebagian dari berupa akta yang dibuat di hadapan notaris
kekuasaan eksekutif. hanya mempunyai kekuatan pembuktian
3. 1. 2 Notar i s Se bagai Pe jabat sebagai akta di bawah tangan, atau suatu akta
Umum menjadi batal demi hukum. Hal tersebut juga
Notaris merupakan pejabat yang diangkat dapat merugikan para pihak yang bersangkutan,
oleh negara untuk mewakili kekuasaan umum sehingga pihak yang dirugikan tersebut dapat
negara dalam melakukan pelayanan hukum menuntut biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
kepada masyarakat dalam bidang hukum notaris. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
perdata demi terciptanya kepastian, ketertiban, 84 UUJN.
dan perlindungan hukum. Bentuk pelayanan Notaris dalam menjalankan tugas dan
keperdataan yang dilakukan oleh notaris adalah jabatannya, selain memiliki kewajiban seperti
dengan membuat akta otentik. Akta otentik yang tercantum dalam Pasal 16 UU Perubahan
diperlukan oleh masyarakat untuk kepentingan atas UUJN, juga terikat pada larangan-larangan.
pembuktian sebagai alat bukti yang terkuat dan Adapun larangan-larangan yang tidak boleh
terpenuh. Hal-hal yang dinyatakan dalam akta dilakukan oleh Notaris diatur dalam Pasal 17
notaris harus diterima, kecuali dapat dibuktikan UU Perubahan atas UUJN . Larangan notaris
hal yang sebaliknya. Hal ini sesuai dengan yang merupakan suatu tindakan yang tidak boleh
tercantum dalam penjelasan umum UUJN. dilakukan oleh notaris. Jika larangan ini
3. 1. 3 Tuga s dan K e we nangan Notar i s dilanggar oleh notaris, maka kepada notaris
Tugas pokok dari Notaris ialah membuat yang melanggar akan dikenakan sanksi
akta-akta otentik. Adapun akta otentik itu sebagaimana tersebut dalam Pasal 85 UUJN.
menurut Pasal 1870 KUHPerdata memberikan Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana
kepada pihak-pihak yang membuatnya suatu dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU
pembuktian sempurna. Disinilah letak arti Perubahan atas UUJN dapat dikenakan sanksi
penting dari seorang Notaris, bahwa Notaris yang diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UU
karena undang-undang diberi wewenang Perubahan atas UUJN, yaitu berupa peringatan
menciptakan alat pembuktian yang sempurna, tertulis, pemberhentian sementara,
dalam pengertian bahwa apa yang tersebut pemberhentian dengan hormat atau
dalam akta otentik itu pada pokoknya dianggap pemberhentian dengan tidak hormat. Dan
benar sepanjang tidak ada bukti sebaliknya. apabila Notaris melakukan pelanggaran
Notaris mempunyai peranan yang sangat terhadap Pasal 15 UU Perubahan atas UUJN,
penting dalam pembuatan akta-akta otentik. dimana muaranya adalah apabila Notaris tidak
Bukan hanya karena ia memang disebut sebagai menjalankan ketentuan pasal tersebut akan
pejabat umum yang dimaksud dalam Pasal 1868 menimbulkan terjadinya perbuatan pemalsuan
KUHPerdata, tetapi juga karena adanya surat atau memalsukan akta sebagaimana
orientasi atas pengangkatan Notaris sebagai dimaksud Pasal 263, 264, dan 266 KUHP
pejabat umum yang dimaksudkan untuk sehingga dapat menimbulkan kerugian bagi
melayani kepentingan umum dan menerima pihak yang berkepentingan.
penghasilan karena telah memberikan jasa- 3. 1. 5 Pe r an N otar i s Dal am
jasanya. M e mb uat Ak ta
Kewenangan seorang Notaris dalam hal Telah dijelaskan sebelumnya bahwa
pembuatan akta nampak dalam Pasal Pasal 1 wewenang Notaris adalah membuat suatu akta
angka 1 UU Perubahan atas UUJN yaitu otentik. Undang-Undang Jabatan Notaris
membuat akta otentik. Notaris tidak boleh menyebutkan bahwa para Notaris merealisir apa
membuat akta untuk ia sendiri, istrinya, yang dikemukakan para pihak. Isi akta Notaris
keluarga sedarah atau semenda dalam garis yaitu akta pihak atau partij-acte yang memuat
lurus tanpa perbedaan tingkatan dalam garis sepenuhnya apa yang dikehendaki dan
samping dengan tingkat ketiga, bertindak disepakati oleh para pihak. Hukum perjanjian
sebagai pihak baik secara pribadi maupun bertitik tolak dari asumsi bahwa para pihak
diwakili oleh kuasanya. Sehubungan dengan

Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 166


yang membuat perjanjian kedudukannya adalah oleh para pihak untuk dituangkan ke dalam
sama dan sederajat. akta.
3.2 Tinjauan Umum Mengenai Akta Notaris
3.2.1 Akta Notaris Sebagai Akta Otentik IV. TANG G UNG JAWAB NO TARIS
Menurut R. Soegondo, "akta otentik DALAM PEM B UATAN AK TA
adalah akta yang dibuat dan diresmikan dalam B ERDASARK AN PEM ALSUA N
bentuk menurut hukum, oleh atau dihadapan SURAT O LEH PARA PIH AK
penjabat umum, yang berwenang untuk berbuat M ENURUT UNDANG -UN DANG
sedemikian itu, di tempat dimana akte itu JAB ATAN NO TARIS
dibuat”10. Ketentuan dalam Pasal 1868 KUH
Perdata, suatu akta otentik ialah suatu akta yang 4. 1 B e ntuk Tangg ung Jawa b Se or ang
didalam bentuk yang ditentukan oleh undang- Notar i s M e nur ut Undang-
undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai- Undang Jabata n Notar i s
pegawai umum yang berkuasa untuk itu di Dalam melaksanakan tugas jabatannya
tempat dimana akta dibuatnya. seorang Notaris harus berpegang teguh kepada
3.2.2 Kekuatan Pembuktian Akta Notaris Undang-Undang Jabatan Notaris (UU
Akta otentik merupakan bukti sempurna Perubahan atas UUJN) dan Kode Etik Notaris,
bagi kedua belah pihak dan ahli warisnya serta karena tanpa itu harkat dan martabat
sekalian orang yang mendapatkan hak dari profesionalisme seorang Notaris akan hilang
padanya. Apa yang tersebut di dalamnya perihal sama sekali. Sejak tahun 1987 oleh Departemen
pokok masalah dan isi dari akta otentik itu Kehakiman sekarang Departemen Hukum dan
dianggap tidak dapat disangkal kebenarannya, HAM diisyaratkan, bahwa seseorang untuk
kecuali jika dapat dibuktikan bahwa apa yang dapat diangkat sebagai Notaris selain harus
oleh pejabat umum itu dicatat sebagai hal benar memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam
tetapi tidaklah demikian halnya. Pasal 3 UU Perubahan atas UUJN harus dapat
Daya bukti sempurna dari akta otentik membuktikan pula bahwa ia telah lulus ujian
terhadap kedua belah pihak, dimaksudkan jika kode etik yang diselenggarakan oleh Ikatan
timbul suatu sengketa dimuka hakim mengenai Notaris Indonesia (INI) berdasarkan wewenang
suatu hal dan salah satu pihak mengajukan akta yang diberikan oleh Departemen Hukum dan
otentik, maka apa yang disebutkan di dalam HAM kepada INI. Khusus bagi para Notaris
akta itu sudah dianggap terbukti dengan tentang etika telah diatur dalam UU Perubahan
sempurna. Jika pihak lawan menyangkal atas UUJN, namun untuk mengetahui ketentuan
kebenaran isi akta otentik itu, maka ia wajib mana yang ada dalam UU Perubahan atas
membuktikan bahwa isi akta itu adalah tidak UUJN yang termasuk dalam ruang lingkup
benar. UU Perubahan atas UUJN menyebutkan kode etik kiranya perlu ada penafsiran tersebut,
bahwa akta otentik itu harus dianggap sah agar dapat diketahui dengan jelas hukuman-
hanyalah bahwa apabila para pihak betul-betul hukuman dalam arti teknis dari KUHP yang
sudah menghadap kepada pejabat umum merupakan hukuman pidana dan merupakan
(Notaris) termasuk pada hari dan tanggal displinair dari ketentuan Pasal 84 dan Pasal 85
dibukukan dalam akta itu dan menerangkan apa dari UU Perubahan atas UUJN.
yang ditulis dalam akta tersebut. Apabila Notaris sebagai pejabat umum
3.2.3 Pertanggungjawaban Notaris atas dalam menjalankan kewenangannya membuat
Pembuatan Akta Otentik akta otentik mengenai semua perbuatan,
Jabatan atau profesi Notaris dalam perjanjian dan ketetapan sesuai dengan
pembuatan akta merupakan jabatan peraturan perundang-undangan, maka Notaris
kepercayaan yang harus sebagai pejabat umum tidak dapat dimintakan
dipertanggungjawabkan baik secara hukum pertanggungjawaban dari segi hukum atas akta
maupun secara etika profesi. Akta yang dibuat yang dibuatnya tersebut. Namun apabila
oleh Notaris adalah akta yang bersifat otentik, dikaitkan dengan ketentuan Pasal 84 UUJN,
oleh karena itu Notaris dalam membuat akta akta yang dibuat oleh Notaris tersebut tidak
harus hati-hati dan selalu berdasar pada mempunyai kekuatan notariil sebagai akta
peraturan. Pembuatan akta otentik, Notaris otentik, melainkan hanya mempunyai kekuatan
harus bertanggung jawab apabila atas akta yang pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau
dibuatnya terdapat kesalahan atau pelanggaran suatu akta menjadi batal demi hukum. Akta
yang disengaja oleh Notaris. Sebaliknya apabila yang dibuat oleh Notaris mempunyai kekuatan
unsur kesalahan atau pelanggaran itu terjadi sebagai akta dibawah tangan, apabila akta
dari para pihak penghadap, maka sepanjang tersebut tidak atau kurang syarat subyektifnya
Notaris melaksanakan kewenangannya sesuai diantaranya pihak-pihak atau para penghadap
peraturan. Notaris bersangkutan tidak dapat tidak cakap bertindak dalam hukum, sedangkan
diminta pertanggungjawabannya, karena akta menjadi batal demi hukum jika akta
Notaris hanya mencatat apa yang disampaikan tersebut dibuat tidak memenuhi syarat obyektif,
misalnya tidak ada obyek yang diperjanjikan
10
R. Soegondo, “Hukum Pembuktian”, atau akta tersebut dibuat bertentangan dengan
(Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1991), hal. 89.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 167
undang-undang, ketertiban umum maupun orang lain (akibat dibuatnya akta) menderita
kesusilaan. Pada kondisi yang demikian ini, kerugian, yang berarti Notaris telah melakukan
Notaris dapat dimintai pertanggungjawaban dari perbuatan melanggar hukum. Sebagaimana
segi hukum. Mengenai pertanggungjawaban disebutkan dalam Pasal 84 UUJN, bahwa
Notaris dari segi hukum tidak lepas dari tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh
pertanggungjawaban dari segi hukum pidana, Notaris terhadap ketentuan sebagaimana
perdata maupun Hukum Administrasi. Hal ini dimaksud dalam beberapa pasal, maka jika
sejalan dengan asas yang berlaku bahwa siapa salah satu pasal tersebut dilanggar berarti terjadi
saja yang dirugikan berhak melakukan tuntutan perbuatan melanggar hukum, sehingga unsur
atau gugatan. Gugatan terhadap Notaris dapat harus ada perbuatan melanggar hukum sudah
terjadi jika terbitnya akta Notaris tidak sesuai terpenuhi.
dengan prosedur sehingga menimbulkan 4.1.3 Tanggung Jawab Dari Segi Hukum
kerugian. Pada pihak lain, jika suatu akta Pidana
sampai dibatalkan, maka Notaris yang Tanggung jawab Notaris secara pidana
bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan atas akta yang dibuatnya tidak diatur dalam UU
menurut Hukum administrasi, Hukum Perdata Perubahan atas UUJN namun tanggung jawab
dan Hukum Pidana. Notaris secara pidana dikenakan apabila Notaris
4.1.1 Tanggung Jawab Dari Segi Hukum melakukan perbuatan pidana. Notaris
Administrasi bersangkutan tidak dapat diminta
Notaris adalah manusia yang tidak luput pertanggungjawabannya, karena Notaris hanya
dari kesalahan dalam pembuatan akta tersebut, mencatat apa yang disampaikan oleh para pihak
untuk itu jika terjadi baik karena disengaja untuk dituangkan ke dalam akta. Keterangan
maupun kelalaiannya Notaris melakukan palsu yang disampaikan oleh para pihak adalah
kesalahan, maka dapat dimintakan tanggung menjadi tanggung jawab para pihak11. Dengan
jawab baik dari segi hukum pidana, perdata kata lain, yang dapat dipertanggungjawabkan
maupun administratisi. Mengenai sanksi kepada Notaris ialah apabila penipuan atau tipu
Hukum Administrasi berupa teguran lisan, muslihat itu bersumber dari Notaris sendiri12.
tertulis, pemberhentian sementara, UU Perubahan atas UUJN hanya mengatur
pemberhentian dengan hormat, atau sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh
pemberhentian dengan tidak hormat tidak ada Notaris terhadap UU Perubahan atas UUJN
penjelasan lebih lanjut dalam keadaan sanksi tersebut dapat berupa akta yang dibuat
bagaimana Notaris diberikan sanksi dengan oleh Notaris tidak memiliki kekuatan otentik
kualifikasikan sebagaimana tersebut dalam atau hanya mempunyai kekuatan sebagai akta di
Pasal 85 UUJN. Sanksi Hukum Administrasi bawah tangan. Demi tegaknya hukum Notaris
terhadap Notaris karena kesalahannya yang harus tunduk pada ketentuan pidana
membuat akta otentik menurut Pasal 85 UUJN sebagaimana di atur dalam KUHP, dan terhadap
dapat dikenai sanksi berupa: Teguran lisan, pelaksanaannya mengingat Notaris melakukan
Teguran tertulis, Pemberhentian sementara, perbuatan dalam kapasitas jabatannya untuk
Pemberhentian dengan hormat:, Pemberhentian membedakan dengan perbuatan Notaris sebagai
dengan tidak hormat. subyek hukum orang Pasal 50 KUHP
4.1.2 Tanggung Jawab Dari Segi Hukum memberikan perlindungan hukum terhadap
Perdata Notaris yang menyebutkan bahwa :
Akta yang dibuat oleh Notaris berkaitan “barangsiapa melakukan perbuatan untuk
dengan masalah keperdataan yaitu mengenai menjalankan peraturan undang-undang, tidak
perikatan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih boleh dihukum”.13 Pengertian penerapan Pasal
meskipun memungkinkan dibuat secara sepihak 50 KUHP terhadap Notaris tidaklah semata-
(sifatnya hanya menguatkan). Sifat dan asas mata melindungi Notaris untuk membebaskan
yang dianut oleh hukum perikatan khususnya adanya perbuatan pidana yang dilakukannya
perikatan yang lahir karena perjanjian, bahwa tetapi mengingat Notaris mempunyai
undang-undang hanya mungkin dan boleh
11
diubah atau diganti atau dinyatakan tidak Andi Mamminanga, Pelaksanaan
berlaku, hanya oleh mereka yang membuatnya, Kewenangan Majelis Pengawas Notaris
maksudnya kesepakatan kedua belah pihak Daerah dalam Pelaksanaan Tugas Jabatan
yang dituangkan dalam suatu akta otentik Notaris berdasarkan UUJN, Tesis yang ditulis
mengikat kedua belah pihak sebagaimana pada Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada,
mengikatnya undang-undang.. Yogyakarta, 2008, hal. 32.
12
Pasal 84 UUJN menetapkan bahwa "dapat Notodisoerjo, Hukum Notarial di
menjadi alasan bagi pihak yang menderita Indonesia (suatu penjelasan), Rajawali Pers,
kerugian untuk menuntut penggantian biaya, Jakarta, 1982, hal. 229.
13
ganti rugi dan bunga kepada Notaris". Dalam R. S oe si l o, Ki t ab Undang -
hal ini, Notaris sebagai pejabat pembuat akta Undang Huk um Pi dana (KUHP ) se rt a
otentik, jika terjadi kesalahan baik disengaja Kome nt ar-Kome nt arny a Le ngk ap
maupun karena kelalaiannya mengakibatkan Pasal De mi Pasal , Pol i t ei a , Bog or ,
1993, h a l. 66
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 168
kewenangan sebagaimana diatur dalam UU Nyatalah bahwa yang menyebabkan
Perubahan atas UUJN apakah perbuatan yang diperberatnya pemalsuan surat pasal 264 diatas
telah dilakukannya pada saat membuat akta terletak pada faktor macam-macamnya surat.16
Notaris sudah sesuai dengan peraturan yang Diruang lingkup Notaris kita mengenal
berlaku.14 adagium bahwa “Setiap orang yang datang
Dalam praktek ditemukan kenyataan menghadap Notaris telah benar berkata.
bahwa pelanggaran atas sanksi tersebut Sehingga benar berkata berbanding lurus
kemudian dikualifikasikan sebagai suatu tindak dengan berkata benar”. Jika benar berkata, tidak
pidana yang dilakukan oleh Notaris. Aspek berbanding lurus dengan berkata benar yang
tersebut sangat berkaitan erat dengan perbuatan artinya suatu kebohongan atau memberikan
Notaris melakukan pelanggaran terhadap Pasal keterangan palsu, maka hal itu menjadi
15 UU Perubahan atas UUJN, dimana tanggungjawab yang bersangkutan. Jika hal
muaranya adalah apabila Notaris tidak seperti itu terjadi, maka seringkali Notaris
menjalankan ketentuan pasal tersebut akan dilaporkan kepada pihak yang berwajib dalam
menimbulkan terjadinya perbuatan pemalsuan hal ini adalah Aparat Kepolisian. Dalam
atau memalsukan akta sebagaimana dimaksud pemeriksaan Notaris dicercar dengan berbagai
Pasal 263, 264, dan 266 KUHP sehingga dapat pertanyaan yang intinya Notaris digiring
menimbulkan kerugian bagi pihak yang sebagai pihak yang membuat keterangan
berkepentingan. palsu.17
Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris Penjatuhan sanksi pidana terhadap notaris
dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan dapat dilakukan sepanjang batasan-batasan
sebagaimana tersebut dilanggar, artinya di sebagaimana tersebut diatas dilanggar, artinya
samping memenuhi rumusan pelanggaran yang disamping memenuhi rumusan pelanggaran
tersebut dalam UU Perubahan atas UUJN dan yang disebutkan dalam Undang-Undang
kode etik jabatan Notaris juga harus memenuhi Jabatan Notaris (UU Perubahan atas UUJN) dan
rumusan yang tersebut dalam KUHP. Apabila Kode Etik profesi Jabatan Notaris yang juga
tindakan pelanggaran atau perbuatan melawan harus memenuhi rumusan dalam Kitab Undang-
hukum yang dilakukan oleh Notaris memenuhi Undang Hukum Pidana (KUHP).
rumusan suatu tindak pidana, tetapi jika
ternyata berdasarkan UU Perubahan atas UUJN 5. 2 Pe r tanggungjawa ban Pi da na ol e h
suatu pelanggaran. Maka Notaris yang Nota r i s A pabi l a M unc ul
bersangkutan tidak dapat dijatuhi hukuman K e r ugi an Dar i Sal ah Satu Pi hak
pidana, karena ukuran untuk menilai sebuah Ak i bat Adanya Dok ume n Pal s u
akta harus didasarkan pada UU Perubahan atas Terjadinya suatu pelanggaran terhadap
UUJN dan kode etik jabatan Notaris. ketentuan Pasal 15 dan 16 UU Perubahan atas
UUJN oleh Notaris di dalam menjalankan
V. TANG G UNG JAWAB PIDANA jabatannya sangat rentan terhadap kemungkinan
O LEH NO TARIS APAB ILA terjadinya perbuatan pemalsuan atas akta yang
M UNCUL K ERUG IAN TERH ADAP dibuat dihadapan oleh para pihak (penghadap).
SALAH SATU PIH AK SEB AG AI Akan tetapi perbuatan Notaris tersebut sangat
AK IB AT sulit untuk membuktikannya. Hal ini mengingat
ADANY A DO K UM EN PALSU bahwa di dalam akta Notaris selalu disebutkan
pada awal akta bahwa penghadap menghadap
5. 1 Unsur - uns ur Pe r b uata n Pi dana pada Notaris dan pada akhir akta selalu
te r hadap Pe mal s uan Ak ta disebutkan bahwa akta tersebut dibacakan oleh
O te nti k Notaris kepada para penghadap dan saksi
Berdasarkan Perumusan unsur-unsur dihadapan Notaris. Namun dalam kenyataannya
pidana dari bunyi pasal 263 KUHP mengenai baik pembacaan dan penandatanganan tidak
pemalsuan akta otentik yang dilakukan oleh perah dilakukan dihadapan Notaris
Notaris tidak bisa diterapkan kepada pelaku sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 16 ayat
yakni Notaris yang memalsu akta otentik. Akan (1) huruf k UU Perubahan atas UUJN, maka
tetapi Notaris tersebut dapat dikenakan sanksi Notaris dianggap telah melakukan pelanggaran
dari pasal 264 KUHP, sebab pasal 264 KUHP membuat akta palsu sebagaimana dimaksud
merupakan Pemalsuan surat yang diperberat Pasal 263 juncto Pasal 264 dan Pasal 266
dikarenakan obyek pemalsuan ini mengandung KUHP. Akan tetapi untuk menyatakan tentang
nilai kepercayaan yang tinggi. Sehingga semua adanya kebenaran Notaris melakukan perbuatan
unsur yang membedakan antara pasal 263 tersebut tentu harus melalui proses pembuktian
dengan pasal 264 KUHP hanya terletak pada yang dalam sistem pembuktian acara pidana
adanya obyek pemalsuan yaitu “Macam surat
dan surat yang mengandung kepercayaan yang
lebih besar akan kebenaran isinya”.15
16
Adamichazawi, Op.Cit, hal. 108.
17
HabiebAdjie,http://google.co.id,Notaris_
14
Leden Marpaung, Op.Cit., hal. 67. Indonesia Majelis Pengawas Sebagai Pelapor
15
Adamichazawi, Op.Cit. hal. 107. Tindak Pidana, diambil tanggal 28.03.12.
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 169
disebut dengan sistem negatif yaitu suatu sistem VI. PENUTU P
pembuktian dengan mencari kebenaran materiil 6.1 Kesimpulan
yaitu seorang hakim dalam suatu sistem 1. Adapun tanggung jawab Notaris dalam hal
pembuktian di depan pengadilan agar suatu terjadinya pemalsuan surat yang dilakukan
pidana dapat dijatuhkan harus memenuhi dua oleh para pihak dalam pembuatan akta
syarat mutlak meliputi adanya alat bukti yang Notaris menurut UUJN dan UU Perubahan
cukup dan keyakinan hakim.18 atas UUJN adalah ketika Notaris dalam
Notaris yang terbukti melakukan menjalankan jabatannya terbukti
perbuatan melawan hukum dalam menjalankan melakukan pelanggaran, maka Notaris
profesinya wajib mempertanggungjawabkan bertanggung jawab sesuai dengan
perbuatan yang dilakukannya tersebut. perbuatan yang dilakukannya baik
Besarnya tanggung jawab Notaris dalam tanggung jawab dari segi Hukum
menjalankan profesinya mengharuskan Notaris Administrasi, Hukum Perdata, yaitu sesuai
untuk selalu cermat dan hati-hati dalam setiap ketentuan sanksi yang tercantum dalam
tindakannya. Namun demikian sebagai manusia Pasal 84 dan 85 UU Perubahan atas UUJN
biasa, tentunya seorang Notaris dalam dan kode etik, namun di dalam UUJN dan
menjalankan tugas dan jabatannya terkadang UU Perubahan atas UUJN tidak mengatur
tidak luput dari kesalahan baik karena adanya sanksi pidana. Dalam praktek
kesengajaan maupun karena kelalaian yang ditemukan kenyataan bahwa pelanggaran
kemudian dapat merugikan pihak lain. Dalam atas sanksi tersebut kemudian
penjatuhan sanksi terhadap Notaris, ada dikualifikasikan sebagai suatu tindak
beberapa syarat yang harus terpenuhi yaitu pidana yang dilakukan oleh Notaris. Aspek
perbuatan Notaris harus memenuhi rumusan tersebut di atas sangat berkaitan erat
perbuatan itu dilarang oleh undang-undang, dengan perbuatan Notaris melakukan
adanya kerugian yang ditimbulkan dari pelanggaran terhadap Pasal 15 UU
perbuatan Notaris tersebut serta perbuatan Perubahan atas UUJN, dimana muaranya
tersebut harus bersifat melawan hukum, baik adalah apabila Notaris tidak menjalankan
formil maupun materiil. Secara formal disini ketentuan pasal tersebut akan menimbulkan
sudah dipenuhi karena sudah memenuhi terjadinya perbuatan pemalsuan atau
rumusan dalam undang-undang, tetapi secara memalsukan akta sebagaimana dimaksud
materiil harus diuji kembali dengan kode etik, Pasal 263, 264, dan 266 KUHP sehingga
UU Perubahan atas UUJN. dapat menimbulkan kerugian bagi pihak
yang berkepentingan.
5. 3 Ak i bat H uk um Te r hadap Adanya 2. Notaris tidak dapat diminta
Dok ume n Pal s u Dal am pertanggungjawabannya pidana apabila
Pe mb uatan Ak ta O te nti k muncul kerugian trhadap salah satu pihak
Akibat hukum terhadap akta otentik yang sebagai akibat adanya dokumen palsu dari
dibuat oleh Notaris secara melawan hukum salah satu pihak, karena Notaris hanya
sehingga menyebabkan akta otentik menjadi mencatat apa yang disampaikan oleh para
akta dibawah tangan serta akta tersebut dapat pihak untuk dituangkan ke dalam akta.
dibatalkan telah sejalan dengan teon Keterangan palsu yang disampaikan oleh
kewenangan dan konsep perlindungan hukum. para pihak adalah menjadi tanggung jawab
Seperti dikemukakan dalam teori kewenangan, para pihak. Dengan kata lain, yang dapat
Notaris dalam membuat akta otentik tennasuk dipertanggungjawabkan kepada Notaris
dalam kewenangan secara atribusi, berdasarkan ialah apabila penipuan atau tipu muslihat
ketentuan Pasal 15 ayat (1) UU Perubahan atas itu bersumber dari Notaris sendiri. Oleh
UUJN. Terjadinya suatu akibat hukum yaitu karena itu demi tegaknya hukum Notaris
berupa akta otentik menjadi akta dibawah harus tunduk pada ketentuan pidana
tangan dan akta tersebut dibatalkan diakibatkan sebagaimana di atur dalam KUHP, dan
oleh penyalahgunaan wewenang yang terhadap pelaksanaannya mengingat
dilakukan oleh Notaris, dimana Notaris dalarn Notaris melakukan perbuatan dalam
menjalakan wewenangnya telah melanggar kapasitas jabatannya untuk membedakan
ketentuan perundang-undangan yang dengan perbuatan Notaris sebagai subyek
mengakibatkan kenlgian bagi para pihak dan hukum orang Pasal 50 KUHP memberikan
mengakibatkan berubahnya kekuatan perlindungan hukum terhadap Notaris
pembuktian akta dan adanya pembatalan akta Pengertian penerapan Pasal 50 KUHP
otentik tersebut oleh pengadilan. terhadap Notaris tidaklah semata - mata
melindungi Notaris untuk membebaskan
adanya perbuatan pidana yang
dilakukannya tetapi mengingat Notaris
18
Mun ir Fua dy, Te ori Huk um mempunyai kewenangan sebagaimana
Pe mbuk t i an (Pi dana dan Pe rdat a ) , diatur dalam UUJN dan UU Perubahan
Ci tr a Adi t ya Ba kt i , Ba n dun g, 2006., atas UUJN apakah perbuatan yang telah
h al . 2
Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 170
dilakukannya pada saat membuat akta disempurnakan kembali UU Perubahan
Notaris sudah sesuai dengan peraturan atas UUJN untuk mempertegas tindakan-
yang berlaku. tindakan yang dilarang oleh Notaris dalam
6.2 Saran-Saran melaksanakan tugasnya, termasuk
Adapun saran-saran yang dapat diberikan ketentuan- ketentuan dalam pembuatan
berdasarkan kesimpulan di atas terhadap akta baik bagi Notaris dan para pihak yang
pertanggungjawaban Notaris dalam pembuatan ingin membuat akta, baik dalam perspektif
akta berdasarkan pemalsuan surat oleh para tindakannya yang berkaitan dengan Hukum
pihak adalah sebagai berikut : Administrasi, Hukum Perdata, maupun
1. Agar pemerintah selaku lembaga eksekutif Hukum Pidana.
dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 2. Agar Notaris yang melaksanakan tugas
selaku lembaga legislatif merekontruksi mulia membantu masyarakat
kcmbali pengaturan dalam UUJN juncto menyelesaikan persoalan hukum yang
UU Perubahan atas UUJN mengenai tidak dihadapinya untuk selalu bertindak cermat,
adanya komulasi atau penggabungan hati-hati, dan belajar meningkatkan
penerapan sanksi sebagai bentuk pengetahuannya untuk mendalami
pertanggungjawaban seorang Notaris, mengenai peraturan perundang-undangan
karena pengaturan komulasi atau yang berlaku dengan baik selama
penggabungan penerapan sanksi ini menjalankan jabatannya sebagai notaris,
tentunya akan lebih memberikan sehingga dapat seminimal mungkin
perlindungan dan kepastian hukum bagi terjadinya perbuatan atau akta yang
para pihak yang dirugikan termasuk dilahirkan dipersengketakan oleh para
Notaris itu sendiri. Dan perlu pihak yang berkepentingan;

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-buku

Adjie, Habib, 2008, Hukum Notariat di Indonesia-Tafsiran Tematik Terhadap UU No.30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung.
Ghofur Anshori, Abdul, 2009, Lembaga Kenotariatan Indonesia, Perspektif Hukum dan Etika, UII Press,
Yogyakarta.
Hadjon, Philipus M., 2001, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Cetakan Ketujuh, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Mamminanga, Andi, 2008, Pelaksanaan Kewenangan Majelis Pengawas Notaris Daerah dalam
Pelaksanaan Tugas Jabatan Notaris berdasarkan UUJN, Tesis yang ditulis pada Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Munir Fuady, 2006, Teori Hukum Pembuktian (Pidana dan Perdata), Citra Aditya Bakti, Bandung.
Notodisoerjo, 1982, Hukum Notarial di Indonesia (Suatu Penjelasan), Rajawali Pers, Jakarta.
Soegondo, R., 1991 “Hukum Pembuktian”, Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2007, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Soesilo, R., 1993, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor.
Yahya Harahap, M, 2000, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang di
Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta.
2. Ar tik e l Inte r ne t

Adjie Habieb, http://google.co.id,Notaris_Indonesia Majelis Pengawas Sebagai Pelapor Tindak Pidana,


diambil tanggal 28.03.12.

3. Pe r atur an Pe r undang - unda ngan

Ki t a b Un da n g -Un dan g Hukum Per da t a


Ki t a b Un da n g -Un dan g Hukum Pi dan a
Un da n g -Un dan g Republ i k In don esi a Nom or 30 T ah un 2004 t en t an g Ja ba t an Not a r i s
(Lem ba r an Nega r a Republ i k In don esi a T a h un 2004 Nom or 117, T a m bah an
Lem ba r an Negar a Republ i k In don esi a Nom or 4432)
Un da n g -Un dan g Republ i k In don esi a Nom or 2 Ta h un 2014 T ent an g Per uba han At a s
Un da n g-Un dan g Nom or 30 T ah un 2004 Tn t an g Ja ba t a n Not a ri s (Lem ba r an
Nega r a Republ i k In don esi a T ah un 2014 No m or 3, T a m bah an Lem ba r an
Nega r a Republ i k In don esi a Nom or 5491

Jurnal Ilmi ah P rodi Ma gister Kenot ariatan , 2 016 - 2017 171

Anda mungkin juga menyukai