Anda di halaman 1dari 3

II.2.

PERKEMBANGAN 1ANIN DALAM KANDUNGAN


Trimester III berlangsung pada minggu 28-40 dalam kehamilan. Mulai trimester ini bayi
akan bertumbuh semakin besar, ibu dapat melihat tendangannya di bawah kulit perutnya (Wyeth,
2009). Memasuki trimester teakhir ini sebaiknya ibu mengunjungi dokter 2 minggu sekali, sibuk
mencari nama untuk si kecil, dan kurang waktu tidur karena perut yang makin membesar
(Surininah, 2004).
1. Minggu ke 28
Puncak rahim berada kira-kira 8 cm di atas pusar. Gerakan janin makin kuat dengan
intensitas yang makin sering, sementara denyut jantungnya pun kian mudah didengar. Tubuhnya
masih terlihat kurus meski mencapai berat sekitar 1100 gram dengan kisaran panjang 35-38 cm.
Kendati dibanding minggu-minggu sebelumnya lebih berisi dengan bertambah jumlah lemak di
bawah kulitnya yang terlihat kemerahan. Jumlah jaringan otak di usia kehamilan ini meningkat.
Begitu juga rambut kepalanya terus bertumbuh makin panjang. Alis dan kelopak matanya pun
terbentuk, sementara selaput yang semula menutupi bola matanya sudah hilang (Dr. Iwan, 2008).
2. Minggu ke 29
Posisi bayi saat ini mempersiapkan diri seperti posisi lahir dengan kepala kearah bawah.
Jaringan lemak terus terbentuk.Beratnya sekitar 1250 gram dengan panjang rata-rata 37 cm.
Kelahiran prematur mesti diwaspadai karena umumnya meningkatkan keterlambatan perkembangan
Iisik maupun mentalnya. Bila dilahirkan di minggu ini, ia mampu bernapas meski dengan susah
payah. Ia pun bisa menangis, kendati masih terdengar lirih. Kemampuannya bertahan untuk hidup
pun masih tipis karena perkembangan paru-parunya belum sempurna. Meski dengan perawatan
yang baik dan terkoordinasi dengan ahli lain yang terkait, kemungkinan hidup bayi prematur pun
cukup besar (Dr. Iwan, 2008).
3. Minggu ke 30
Bayi mengisi hampir seluruh ruang di rahim. Beratnya mencapai 1400 gram dan kisaran
panjang 38 cm. Pada saat ini otak janin berkembang sangat cepat. Puncak rahim yang berada sekitar
10 cm di atas pusar memperbesar rasa tak nyaman, terutama pada panggul dan perut seiring
bertambah besar kehamilan. Mulai denyutan halus, sikutan/tendangan sampai gerak cepat meliuk-
liuk yang menimbulkan rasa nyeri. Ketika bayi menendang atau mendorong, ibu dapat melihat kaki
atau tangannya bergerak dibawah kulit perutnya. AktiInya gerakan ini tak mustahil akan
membentuk simpul-simpul. Bila sampai membentuk simpul mati tentu sangat membahayakan
karena suplai gizi dan oksigen dari ibu jadi terhenti atau paling tidak terhambat (Dr. Iwan, 2008) .
4. Minggu ke 31
Bayi makin bertumbuh besar, maka ruangan rahim menjadi lebih sedikit, bayi akan
berkurang geraknya. Bayi kemungkinan dalam posisi melengkungkan badan dengan dengkul
dilipat, dagu di dadanya dan tangan dan kaki saling bersilang. Berat bayi sekitar 1600 gram dengan
taksiran panjang 40 cm (Dr. Iwan, 2008).
5. Minggu ke 32
Bayi berada dalam posisi kepala dibawah sampai nanti lahir. Bayi akan tetap menendang,
gerakan rata-rata sehari meningkat 375 perhari, tapi ibu tidak akan merasakan semuanya ini. 10
gerakan sehari sudah bisa dianggap normal (Dr. Iwan, 2008). Janin sudah dapat menggerakkan bola
matanya dan dapat membedakan gelap dan terang. Saat ini, penambahan berat badan bayi
berlangsung lebih cepat yaitu sekitar 200 hingga 250 gram per minggu. Sekarang ukuran janin
sudah mencapai kurang lebih 45 cm. Rambutnya sudah mulai melebat, dan ia juga sudah memiliki
kuku pada jari - jari tangan dan kakinya. Pada usia ini berat bayi harus berkisar 1800-2000 gram
dengan panjang tubuh 42 cm. Mulai minggu ini biasanya kunjungan rutin diperketat/lebih intensiI
dari sebulan sekali menjadi 2 minggu sekali (Dr. Iwan, 2008).
6. Minggu ke 33
Ibu akan semakin merasakan gerakan karena bayi mengisi hampir seluruh ruang rahim.
Gerakan akan menjadi aktiI suatu waktu yang membuat ibu tidak nyaman, terutama ketika kakinya
dibawah tulang rusuk ibu. seluruh rambut bayi sudah tumbuh dalam minggu ini. Beratnya lebih dari
2000 gram dan panjangnya sekitar 43 cm (Dr. Iwan, 2008).
7. Minggu ke 34
Pertumbuhan janin dalam minggu-minggu ini terutama terjadi pada otak.
Semua sistem tubuh sudah terbentuk sempurna, walaupun paru-paru masih tetap belum matang.
Bayi memberi respon terhadap suara yang Iamiliar (Wyeth, 2009). Berat bayi hampir 2275 gram
dengan taksiran panjang sekitar 44 cm. Idealnya, di minggu ini dilakukan tes untuk menilai kondisi
kesehatan si bayi secara umum. Penggunaan USG bisa dimanIaatkan untuk pemeriksaan ini,
terutama evaluasi terhadap otak, jantung dan organ lain. Sedangkan pemeriksaan lain yang biasa
dilakukan adalah tes non-stres dan proIil bioIisik (Dr. Iwan, 2008). Dalam proIil bioIisik digunakan
skor 0 sampai 2 dengan 5 poin yang dievaluasi, yakni pernapasan, gerakan tubuh, tonus yang
dievaluasi berdasarkan gerakan lengan dan atau tungkai, denyut jantung dan banyaknya cairan
ketuban. Bila nilainya rendah, disarankan persalinan segera dilakukan. Pemeriksaan bioIisik
biasanya dilakukan bila diduga bayi mengalami IUGR (Intrauterin Growth Retardation), pada ibu
pengidap diabetes, kehamilan yang bayinya tak banyak bergerak, kehamilan risiko tinggi ataupun
kehamilan lewat waktu (Dr. Iwan, 2008).
8. Minggu ke 35
Bayi terus menambah cadangan lemak bawah kulitnya. Kepala bayi sudah mulai memasuki
panggul. Panjang janin mencapai kira-kira 45 cm dengan berat kurang lebih 2,5 hingga 3 kg.
Rambut halus di sekujur tubuhnya perlahan-lahan mulai rontok. Cairan kental berwarna putih yang
melindungi tubuhnya dari air ketuban juga mulai menghilang (Dr. Iwan, 2008). Seluruh organ tubuh
janin semakin mendekati sempurna. Namun yang terpenting, mulai minggu ini bayi umumnya
sudah matang Iungsi paru-parunya. Ini sangat penting karena kematangan paru-paru sangat
menentukan liIe viabilitas atau kemampuan si bayi untuk bertahan hidup. Kematangan Iungsi paru-
paru ini sendiri akan dilakukan lewat pengambilan cairan amnion untuk menilai lesitin
spingomyelin atau selaput tipis yang menyelubungi paru-paru (Dr. Iwan, 2008).
9. Minggu ke 36
Mulai dari minggu ini bayi sudah mempunyai ukuran dan kematangan yang siap untuk lahir.
Jika bayi lahir pada minggu ini bayi lahir premature, tetapi akan bayi akan baik saja. Pada bulan
terakhir kehamilan ini bayi akan mendapat antibodi dari ibunya, seperti campak. Lemak akan terus
bertambah di bawah kulit bayi setiap hari. Berat bayi harusnya mencapai 2500 gram dengan
panjang 46 cm (Dr. Iwan, 2008). Tes kematangan paru di minggu ini perlu dilakukan bila muncul
keragu-raguan akan taksiran usia kehamilan. Terutama pada pasien yang tak ingat kapan menstruasi
terakhir dan bagaimana pola/siklus haidnya. Ataupun pada bayi besar namun tak cocok dengan
pertumbuhan usia sebenarnya. Mulai minggu ini pemeriksaan rutin diperketat jadi seminggu sekali.
Tujuannya tak lain untuk meminimalisir risiko-risiko yang mungkin muncul mengingat penyebab
terbanyak kematian ibu melahirkan (maternal mortality rate) di Indonesia adalah perdarahan, inIeksi
dan preeklampsia. Sementara dari ketiga Iaktor penyebab tersebut, yang bisa dicegah dengan
pemeriksaan ANC (antenatal care) yang baik hanya preeklampsia. Di antaranya dengan pemantauan
tekanan darah dan kenaikan berat badan yang tak lazim, yakni maksimal 1 kg setiap bulan.
Sedangkan kasus-kasus perdarahan dan inIeksi bisa saja terjadi meski pemeriksaan ANC-nya baik
(Dr. Iwan, 2008).
10. Minggu ke 37
Bayi akan terus berlatih untuk mengerakkan paru-parunya, karena bayi akan bernaIas
setelah dilahirkan. Jika posisi kepala bayi dibawah maka kemungkinana kepala sudah memasuki
panggul ibu pada minggu ini. Janin sudah sempurna dan dapat dilahirkan dengan sehat (Wyeth,
2009). Dengan panjang 47 cm dan berat 2950 gram, di usia ini bayi dikatakan aterm atau siap lahir
karena seluruh Iungsi organ-organ tubuhnya bisa matang untuk bekerja sendiri. Kepala bayi
biasanya masuk ke jalan lahir dengan posisi siap lahir. Kendati sebagian kecil di antaranya dengan
posisi sungsang. Di minggu ini biasanya dilakukan pula pemeriksaan dalam untuk mengevaluasi
kondisi kepala bayi, perlunakan jalan lahir guna mengetahui sudah mencapai pembukaan berapa
(Dr. Iwan, 2008).
11. Minggu ke 38
ReIlek bayi sudah terkoordinasi, bayi sudah dapat mengedipkan mata, mengerakkan kepala,
memegang, dan merespon suara, sentuhan, dan cahaya. Bayi sudah dapat membedakan antara
terang dan gelap. Berat bayi sekitar 3100 gram dengan panjang 48 cm. Meski biasanya akan
ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, bayi rata-rata akan lahir di usia kehamilan 38 minggu
(Dr. Iwan, 2008).
12. Minggu ke 39
Bayi sudah siap untuk lahir. Bayi sudah terlihat cukup montok sekarang. Dengan lemak
yang terbentuk dibawah kulitnya, bayi akan mampu mengatur suhu tubuhnya saat lahir. Kulit bayi
halus dan lembut (Wyeth, 2009). Di usia kehamilan ini bayi mencapai berat sekitar 3250 gram
dengan panjang sekitar 49 cm. Di minggu ini pula dokter yang menangani biasanya siaga menjaga
agar kehamilan jangan sampai postmatur atau lewat waktu. Karena bila terjadi hal demikian,
plasenta tak mampu lagi menjalani Iungsinya untuk menyerap suplai makanan dari ibu ke bayi,
hingga kekurangan gizi. Tak heran kalau bayi postmatur umumnya berkulit kering/keriput atau
malah mengelupas. Sementara kapan persisnya plasenta mengalami penurunan Iungsi sama sekali
tak bisa diprediksi (Dr. Iwan, 2008). Penurunan Iungsi plasenta bisa diketahui berdasarkan evaluasi
terhadap Iungsi dinamik janin, arus darah, napas dan gerak bayi serta denyut jantungnya lewat
pemeriksaan CTG (kardiotokograIi), USG maupun doppler. Dari hasil evaluasi tersebut akan dinilai
apakah memungkinkan dan memang saatnya untuk memberi induksi persalinan. Kalau Iungsi arus
darahnya tak baik, tentu tak dianjurkan lahir per vaginam yang justru berisiko bayi mengalami
hipoksia (Dr. Iwan, 2008).
13. Minggu ke 40
Bayi sudah saip untuk dilahirkan. Panjangnya mencapai kisaran 45-55 cm dan berat sekitar
3300 gram. Betul-betul cukup bulan dan siap dilahirkan. Jika laki-laki, testisnya sudah turun ke
skrotum, sedangkan pada wanita, labia mayora (bibir kemaluan bagian luar) sudah berkembang baik
dan menutupi labia minora (bibir kemaluan bagian dalam). Bila dihitung-hitung, pada akhir proses
pertumbuhan embrio menjadi seorang manusia, beratnya mencapai sekitar 8 juta kali lebih besar
dibanding berat sel telur yang membentuknya (Dr. Iwan, 2008).

Anda mungkin juga menyukai