Anda di halaman 1dari 10

TUGAS;

MAKALAH PANCASILA
“Ancaman dan tantangan Pancasila sebagai ideologi negara di era
digital’’

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6 :

1. NUR WAHYUNI (A1Q122083)


2. FADHILA MUSDALIFAH (A1Q122067)
3. JULIA MUHAMMAD (A1Q122073)
4. SYAHRIANI (A1Q122091)
5. YAYU ANASTASYA (A1Q122099)
6. SARNINING (A1Q122087)
7. SELA LOMITA (A1Q122088)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
A. Identifikasi masalah

Pancasila yang merupakan dasar Negara yang mengandung Nilai-nilai luhur yang harus
melekat dan menjadi ciri bangsa Indonesia, harus mampu tercermin dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari.Pancasila merupakan pondasi, azas dan pandangan serta pedoman hidup bangsa
Indonesia. Pancasila memuat nilai-nilai luhur yang yang mengatur tatanan kehidupan dan menjadi
ciri bangsa yang dimiliki oleh rakyat Indonesia. Kemajuan pengetahuan dan teknologi tersebut
kiranya dapat menjadi sarana untuk memudahkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya yakni
mewujudkan masyarakat yang sejahtera mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut menjaga
ketertiban dunia sebagaimana yang tercantum pada alinea ke 4 pembukaan UUD 1945.

Bangsa Indonesia terutama generasi muda harus memahami, mempelajari dan


menanamkan serta mempedomani nilai-nilai luhur pancasila sebagai pondasi moral dalam
kehidupan sehari-hari serta harus terus menjaga jati diri bangsa yang berbeda dengan bangsa-
bangsa yang lain. Sejenak mari kita kembali mengenang nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila secara
garis besar yang harus selalu terpatri dan menjadi pedoman hidup setiap rakyat Indonesia terutama
generasi penerus yang akan melanjutkan kehidupan mengisi kelangsungan pembangunan dan
kedamaian negeri tercinta ini agar ciri khas akhlak dan budi pekertinya selalu berada dalam koridor
nilai luhur pancasila

Nilai-nilai luhur dari sila-sila Pancasila tersebut adalah :

1. Ketuhanan yang Maha Esa

Sila pertama ini mengandung arti bahwa setiap warga negara Indonesia harus mempercayai
meyakini dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena adanya keyakinan akan Tuhan Yang
Maha Esa tersebut maka seluruh warga Negara Indonesia wajib memiliki agama atau kepercayaan.
Di Indonesia terdapat beberapa agama dan kepercayaan yang dianut oleh Bangsa Indonesia, setiap
warga negara bebas melaksanakan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya
dengan rasa aman. memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-beda namun nilai kerukunan
hidup beragama, berdampingan dengan menjaga sikap toleransi, saling menghargai kebebasan
beragama serta saling menjaga keamanan dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-
masing, dan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. sikap toleran telah melahirkan akhlak
yang mulia dan rasa ini telah menumbuhkan dan memupuk rasa persaudaraan sebangsa dan se
tanah air yang selalu hidup berdampingan dengan damai. Keyakinan kepada Tuhan yang maha esa
ini juga memiliki nilai luhur yang dapat menjadi benteng diri agar selalu melakukan hal-hal yang baik
serta dengan taat dan takwa pada ajarannya dan hal ini tentunya juga akan menjauhkan diri dari
perbuatan tercela.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Nilai yang terkandung dalam sila kedua ini adalah adanya persamaan hak, harkat, martabat,
derajat bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai makhluk ciptaan Tuhan tanpa membedakan suku,
agama, ras/keturunan, jenis kelamain, kedudukan sosial dan semua telah terpatri dalam satu
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Nilai lain adalah menumbuhkan rasa saling mencintai, memiliki
perilaku tenggang rasa, toleransi, selalu memupuk rasa persaudaraan saling menghormati hak dan
kewajiban.
3. Persatuan Indonesia

Nilai luhur pada Sila Persatuan Indonesia ini adalah merupakan nilai inti dalam bernegara
dan berbangsa yakni adanya satu arah dan satu tekat untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Semua warga negara harus memiliki satu tujuan yakni menjaga persatuan dan negara yang kokoh
berdaulat aman dan menumbuhkan spirit cinta tanah air. Warga negara harus siap membela negara
dari berbagai ancaman persatuan Indonesia baik ancaman dari dalam negeri sendiri maupun dari
luar negeri Indonesia. Setiap warga negara harus menempatkan kepentingan persatuan dan
kesatuan dan keselamatan bangsa diatas kepentingan pribadi, atau golongan, selalu
mempertahankan rasa nasionalisme, mengobarkan semangat untuk membela tanah air, memiliki
kebanggaan pada tanah air, mencintai perdamaian bersatu untuk persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan.

Sila ini memiliki nilai luhur yang mencerminkan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
memiliki hak dan kewajiban yang sama, Dalam mengambil keputusan harus dilaksanakan dengan
musyawarah dan tidak memaksakan kehendak, namun mendahulukan azas musyawarah untuk
mufakat dengan menjunjung tinggi dan menghargai setiap keputusan yang diambil secara
bermusyawarah.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai luhur dalam sila ini adalah adanya sikap kekeluargaan, gotong royong, demokrasi yang
mengatur keseimbangan hak dan kewajiban sesama warga negara menghargai hak orang lain dan
mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Tantangan Ideologi Pancasila di Era Digital

Teknologi digital menyebabkan terjadinya perubahan besar di dunia, manusia telah


dimudahkan dalam melakukan akses terhadap informasi melalui banyak cara serta dapat menikmati
fasilitas dari teknologi digital dengan bebas, seluruh aktivitas bisa dilakukan hanya melalui dawai di
genggaman. Namun, bak dua sisi mata uang dampak negatif muncul pula sebagai mengancam tindak
kejahatan terfasilitasi perilaku – perilaku tak sesuai norma bangsa dan merusak mental generasi
muda.

Informasi – informasi palsu yang merambah ke berbagai sisi kehidupan seperti ekonomi,
politik, sosial budaya bahkan mampu menggoyak kedamaian bangsa. Indonesia harus mejaga diri
agar tidak terjerumus dalam adiksi terhadap dunia digital pada sisi yang membahayakan kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan menguatkan kembali nilai – nilai pancasila menjadi salah satu
jalannya.

Pembumian Pancasila yang pertama kita pahami, kita hayati dan kita amalkan Pancasila bagi
generasi sekarang yaitu secara sederhana kita menyebut Pancasila sebagai dasar, lalu Bhineka
Tunggal Ika sebagai sebuah kepahaman kita. Merawat keragaman bangsa juga merupakan
implementasi dari nilai pancasila, dalam kerangka Pancasila kita harus punya titik pijak, titik temu
dan titik tuju. Titik pijak kita merdeka dengan memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas. Titik
temu yaitu semua kita harus bahagia dengan Indonesia yang sedang pada zaman 4.0 dan titik
tujunya Indonesia harus abadi ke generasi milenial sebagai pancasila panutan utama dalam tatanan
berbangsa dan bernegara.

Terpenting adalah menyusun formula dan metode untuk penanaman nilai – nilai ideologi
Pancasila terutama pada generasi milenial. Metodenya digunakan perlu menyesuaikan dengan
perkembangan dunia digital saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan wadah teknologi digital untuk
saling berkomunikasi dengan sesama, sharing informasi yang bermanfaat dan lainnya.

Tantangan Pancasila di era digital :

1. Adanya arus globalisasi

Arus globalisasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari lagi di tengah masyarakat dan telah
memengaruhi segala aspek kehidupan, mulai dari ilmu pengetahuan, teknologi, sosial hingga
kebudayaan. Pengaruh positif dan negatif dari globalisasi itu sendiri juga sudah tampak dan
diketahui hampir setiap individu.

2. Masuknya budaya asing ke Indonesia

Pengaruh budaya asing diindonesia sangat mudah menyebar luas Karena pengaruh
perkembangan teknologi yang semakin hari semakin maju. Pengaruh budaya asing memberikan
pengaruh negative dan positif bagi bangsa Indonesia Dampak negative kebudayaan asing atau barat
terhadap masyarakat Indonesia khusunya remaja sudah memprihatinkan karena ada kecenderungan
pera remaja sudah melupakan kebudayaan bangsanya sendiri.

Dampak masuknya budaya asing antara lain, terjadi perubahan kebudayaan, hilangnya nilai
budaya local dalam jiwa remaja, pergaulan bebas, menurunkan rasa nasionalisme, sikap individualis,
rendahnya tingkat gotong royong dalam masyarakat. Masuknya budaya asing juga berdampak positif
bagi bangsa Indonesia yakni budaya sosialisasi yang tinggi, kemajuan teknologi yang sangat pesat,
pola pikir lebih maju lebih luas sehingga mendukung modernism, dan budaya giat belajar dan
bekerja dalam rangka memajukan Negara. salah satu contoh Pengaruh budaya asing masuk ke
Indonesia ialah adanya trend mengecat rambut, adanya trend memakai pakaian terbuka atau minim
yang memperlihatkan bentuk tubuh, banyak pergaulan bebas dikalangan remaja, masyarakat lebih
memilih mkanaan cepat saji dari pada harus memasak sendiri, mulai bermunculan tempat hiburan
malam dimana mana.

3. Penggunaan teknologi yang bebas

Teknologi, satu kata yang sangat berperan penuh dalam perkembangan kehidupan manusia saat
ini. Diera seperti saat ini mungkin hampir sebagian penduduk diseluruh dunia termasuk di Indonesia
sendiri pun sudah menikmati kemajuan teknologi. Berbicara tentang teknologi tidak akan
terpisahkan dengan internet dan Gadget yang merupakan hasil dari teknologi itu sendiri. Teknologi
dan kemajuannya yang pesat sangatlah membantu kehidupan manusia, bahkan dengan kemajuan
teknologi yang adapun bisa menciptakan peluang untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah tanpa
harus meningglkan rumah sekalipun.
Namun mungkin tanpa kita sadari, teknologi yang ada saat ini bisa berubah menjadi sebuah
ancaman tersendiri,jika teknologi tersebut tidak mampu dikelola dan justru menguasai kita. Internet
dan gadget adalah beberapa hasil dari kemajuan teknologi itu. Saat ini saja, segala sesuatunya telah
memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah dunia pendidikan. Di negara kita, 2(dua) tahun
terakhir ini hampir seluruh sekolah dan perguruan tinggi, termasuk Sekolah Dasar (SD) hingga
Sekolah Menengah Atas menggunakan fasilitas internet dalam proses perekrutan/penerimaan siswa
baru. Ini merupakan kemajuan yang sangat baik tentunya, mengingat bahwa haruslah sedini
mungkin teknologi itu diperkenalkan untuk pemanfaatan yang positif, juga untuk bekal memasuki
Pasar Bebas yang akan sangat menitik beratkan pada teknologi tentunya dan memajukan
masyarakat kita. Selain itu juga membantu para orangtua yang sebelumnya memang tidak mengerti
penggunaan internet sehingga tanpa sengaja mereka akan belajar dan mencoba memanfaatkannya.

Namun, yang terjadi saat ini kebanyakan dari kita menyalahgunakan pemanfaatan teknologi,
begitupun yang terjadi pada anak-anak saat ini. Teknologi yang ada membuat mereka menjadi
pribadi yang lebih mengutamakn diri sendiri, jauh dari kehidupan sosial secara langsung, bahkan ada
yang sampai menjadikan teknologi atau lebih tepatnya media sosial itu sebagai pengganti keluarga,
orangtua dan teman. Internet ataupun media sosial membuat mereka jauh dengan keluarga,dan
terkadang mereka malah menghabiskan waktunya berada didepan gadget/Komputer. Kurangnya
pengawasan dan tidak adanya informasi yang jelas tentang baik buruknya teknologi menjadi faktor
utama penyebab penyalahgunaan teknologi pada anak sehingga akan sangat bijak ketika Teknologi
yang ada dimanfaatkan sebaik-baiknya dan menjadi Peluang bukan menjadi Ancaman.

4. Banyak yang tak mempelajari nilai-nilai atau ideologi Pancasila

Banyaknya yang tidak memepelajari nilai nilai ideologi Pancasila maka dikhawatirkan negara ini
akan kacau dan kesulitan dalam menyelenggarakan pemerintahan. Selain itu, konflik juga akan
sering terjadi dan persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia menjadi terancam bahkan hancur.

5. Mudahnya menyebarkan hoax dan ujaran kebencian.

Penyebaran informasi hoax menimbulkan kebencian. Untuk itu masyarakat perlu diingatkan agar
memanfaatkan media sosial secara positif dan jangan mudah termakan isu tidak benar. Ketua
Masyarakat Indonesia Anti Hoax (MIAH) Septiaji Eko Nugroho mengimbau media sosial
dimanfaatkan untuk hal-hal yang sifatnya sinergis dan edukatif. Untuk itu dia getol melakukan
gerakan nasional anti hoax ke seluruh Indonesia. "Hoax sudah menyebar dan menimbulkan
keresahan di masyarakat. Jangan saling memecah belah," katanya, Rabu (25/1), Menurutnya,
gerakan ini lebih banyak gerakan moral untuk menyadarkan masyarakat tentang bagaimana Medsos
digunakan secara positif. Kedua mengajarkan dan mengajak masyarakat untuk memahami bahaya
penyebaran hoax dari sisi hukum, agama, kesusilaan, dan kesopanan.

6. Pudarnya kesadaran para pelajar untuk menjaga nilai-nilai Pancasila


Pudarnya kesadaran para pelajar untuk menjaga nilai nilai Pancasila karena kurangnya peranan
Pendidikan agama dalam pembentukan sikap remaja, kurangnya Pendidikan Pancasila, kurang
efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh lingkungan( orang tua, sekolah maupun
masyarakat).

7. Masyarakat dapat terpengaruh hal-hal buruk dari luar yang tidak sesuai dengan Pancasila’

Masyarakat dapat terpengaruh hal hal buruk dari luar yang tidak sesuai dengan Pancasila akan
menimbulkan pelanggaran hak serta kewajiban. Misalnya suatu kelompok masyarakat bisa
dengan bebas mengambil hak masarakat lain, dan tidak menjalankan kewajiban.

8. Radikalisme dan terorisme meningkat dan dapat mempengaruhi kita.

Kedua hal tersebut merupakan tindakan kekerasan atau ancaman bagi kehidupan
keberagamaan. Tindak kejahatan tersebut sesungguhnya dilakukan oleh sekelompok minoritas
orang yang menolak dan sekaligus tidak percaya lagi pada sistem dan proses demokrasi yang ada.
Gerakan tersebut menginginkan adanya perubahan sosial dan politik secara drastis dengan
kekerasan. Sedang agama yang dijadikan sebagai fondasi kemudian dipahami secara ekstrem.
Namun, benarkah radikalisme dan terorisme merupakan watak bawaan dari bentuk keberagamaan
masyarakat Indonesia? Berdasarkan analisis keterkaitan Islam dan demokrasi di Indonesia menilai,
keberadaan Islam Radikal bukanlah fenomena yang asli terlahir dari Indonesia. Mereka kental
dengan pengaruh-pengaruh eksternal dari Timur Tengah. Keberadaan gagasan “Islamisme” yang
mereka bawa pun tidak sepenuhnya mencerminkan keindonesiaan, sebagaimana gerakan radikal
ISIS saat ini.

Pengaruh eksternal dari timur tengah yang telah membawa Pan-Islam, Muslim Persaudaraan,
dan Kekhalifaan di Indonesia. Pengaruh-pengaruh tersebut terbangun melalui organisasi Islam
kontemporer, seperti Jamaah Islamiyah, Jamaah Ansarut Tauhid, Majelis Mujahidin Indonesia dan
banyak lainnya. Sebab utama berkembangnya gerakan radikalisme dan terorisme di Indonesia;
pertama, warisan sejarah umat Islam yang konfliktual dengan rezim yang otoriter. Di era itu, ada
modus-modus penindasan politik Islam yang terjadi pada beberapa bagian sejarah, khususnya Orde
Baru. Misalkan, beberapa pemberontakan lahir di Sulawesi Selatan (Kahar Muzakkar), Kalimantan
Selatan (Ibnu Hajar), Jawa Barat (Kartosuwiryo), dan Aceh (Daud Beureueh) yang masih terwariskan
dan teraktifasi sampai pada generasi masa kini. Kedua, tidak terciptanya keadilan sosial dan
ketimpangan secara ekonomi. Dalam frame ini, radikalisme muncul karena akses kapitalisme yang
menciptakan dan menjadikan kelompok-kelompok tersebut tak bisa memiliki akses pada sumber-
sumber modal penghidupan. Secara umum, perkembangan radikalisme dinilai sebagai akibat
langsung dari kemiskinan, ketidaksetaraan, dan marginalisasi dalam aspek ekonomi dan sosial.
munculnya gerakan radikalisme bukan hanya merupakan aspirasi ideologis yang berkutat pada
romantisme sejarah untuk mengembalikan daulat khilafah, tetapi juga sebagai respons atas
kegagalan negara dalam memenuhi hak-hak warganya sehingga mengakibatkan kesenjangan.

9. Adanya aksi pemberontakan

Pemberontakan, dalam pengertian umum, adalah penolakan terhadap kepatuhan


pemerintah otoritas[1]. Pemberontakan dapat timbul dalam berbagai bentuk, mulai dari
pembangkangan sipil (civil disobedience) hingga kekerasan terorganisir yang berupaya meruntuhkan
otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan untuk merujuk pada perlawanan bersenjata
terhadap pemerintah yang berkuasa, tapi dapat pula merujuk pada gerakan perlawanan tanpa
kekerasan. Orang-orang yang terlibat dalam suatu pemberontakan disebut sebagai "pemberontak".

Terkadang sebuah pemberontakan bisa dibilang revolusi oleh pemimpin pemberontakan


tersebut. Tengok saja pemberontakan Amerika Serikat kepada Inggris pada era perang
kemerdekaanya. Atau gerakan milisi di Irlandia yang sering disebut dengan IRA. Memang hal itu bisa
terjadi jika syarat-syarat Revolusi dapat tercapai.

Kebanyakan pemberontakan dilaksanakan untuk menggantikan pemerintahan yang ada


dengan pemerintahan yang baru, tentunya pemerintahan idaman para pemberontak. Baik itu dari
segi keseluruhan nation, seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada era Perang Saudara Amerika
atau sebagian saja seperti yang dilakukan GAM di Indonesia, SPLM di Sudan, Chechnya di Rusia, atau
Fidel Castro dan Che Guevara di Amerika Latin.

Namun pemberontak tidak saja hanya gerakan anti-pemerintahan yang dilakukan dengan
mengangkat senjata saja. Setidaknya ada beberapa tipe pemberontakan, antara lain: ketidakmauan
berkorporasi dan bekerja sama kepada pemerintah, seperti yang dilakukan Mahatma Gandhi.
Gerakan mempertahankan wilayah yang telah dikuasai oleh musuh, seperti Perang Revolusi
Indonesia pada 1945-1949. Gerakan revolusi yang mengakar dan dilakukan untuk menggulingkan
pemerintahan yang ada, seperti Revolusi Rusia. Pemberontakan yang dilakukan oleh pemberontakan
lokal, seperti Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Dipanegara. Pembangkangan militer pada
pemimpinya, layaknya yang dilakukan militer Filipina pada presiden Gloria Macapagal Arroyo. Aksi
subversi dan sabotase pada negara. Dan terorisme.

10. Penyebaran narkoba yang cepat

Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih sedikit kemungkinan
untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan
SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk
mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua
diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba.

Namun realita yang terjadi saat ini bertentangan dengan kesepakatan tersebut, sudah
ditemukan anak usia 7 tahun sudah ada yang mengkonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang
dihirup). Anak usia 8 tahun sudah memakai ganja, lalu di usia 10 tahun, anak-anak menggunakan
narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ekstasi, dan sebagainya (riset BNN
bekerja sama dengan Universitas Indonesia). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),
kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah
12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba
(khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan
mengancam. Penyebaran narkoba menjadi makin mudah karena anak SD juga sudah mulai
mencoba-coba mengisap rokok. Tidak jarang para pengedar narkoba menyusup zat-zat adiktif (zat
yang menimbulkan efek kecanduan) ke dalam lintingan tembakaunya.

Tantangan ideologi juga banyaknya alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau
oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga
membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya
efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila. Kemudian tantangan selanjutnya adalah
eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya
kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA.
Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri
untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi. antangan
Ideologi Pancasila di Era Digital Teknologi digital menyebabkan terjadinya perubahan besar di dunia,
manusia telah dimudahkan dalam melakukan akses terhadap informasi melalui banyak cara serta
dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas, seluruh aktivitas bisa dilakukan hanya
melalui dawai di genggaman.

Namun, bak dua sisi mata uang dampak negatif muncul pula sebagai mengancam tindak
kejahatan terfasilitasi perilaku – perilaku tak sesuai norma bangsa dan merusak mental generasi
muda. Informasi – informasi palsu yang merambah ke berbagai sisi kehidupan seperti ekonomi,
politik, sosial budaya bahkan mampu menggoyak kedamaian bangsa. Indonesia harus mejaga diri
agar tidak terjerumus dalam adiksi terhadap dunia digital pada sisi yang membahayakan kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan menguatkan kembali nilai – nilai pancasila menjadi salah satu
jalannya. Pembumian Pancasila yang pertama kita pahami, kita hayati dan kita amalkan Pancasila
bagi generasi sekarang yaitu secara sederhana kita menyebut Pancasila sebagai dasar, lalu Bhineka
Tunggal Ika sebagai sebuah kepahaman kita.

Merawat keragaman bangsa juga merupakan implementasi dari nilai pancasila, dalam
kerangka Pancasila kita harus punya titik pijak, titik temu dan titik tuju. Titik pijak kita merdeka
dengan memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas. Titik temu yaitu semua kita harus bahagia
dengan Indonesia yang sedang pada zaman 4.0 dan titik tujunya Indonesia harus abadi ke generasi
milenial sebagai pancasila panutan utama dalam tatanan berbangsa dan bernegara. Terpenting
adalah menyusun formula dan metode untuk penanaman nilai – nilai ideologi Pancasila terutama
pada generasi milenial. Metodenya digunakan perlu menyesuaikan dengan perkembangan dunia
digital saat ini. Misalnya dengan memanfaatkan wadah teknologi digital untuk saling berkomunikasi
dengan sesama, sharing informasi yang bermanfaat dan lainnya.

B. Solusinya

1.Menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, bebangsa dan bernegara.

nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara diupayakan


agar tidak mengakibatkan perpecahan yang merugikan setiap orang bahkan dapat merugikan Negara
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa terdapat nilai-nilai yang bisa diaktualisasikan dalam
kehidupan sekitar. Tanpa nilai-nilai Pancasila tersebut, masyarakat Indonesia tidak akan memiliki
pandangan atau pedoman untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara di dalam negara
yang memiliki budaya beragam.

Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) mengandung nilai yang luhur dalam kaitannya
dengan ketuhanan, keagamaan, keadilan dan kenegaraan. Penerapan dalam sila pertama Pancasila
dapat dilakukan dengan menghormati setiap perbedaan, yaitu: perbedaan keyakinan yang beragam
antar masyarakat, membina kerukunan hidup antar masyarakat yang memiliki perbedaan agama dan
keyakinan, tidak memaksakan suatu keyakinan atau agama kepada orang lain, dan menumbuhkan
sikap saling toleransi antar umat beragama.

Sila Kedua (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab) mengandung makna mengenai
penghormatan terhadap orang lain walaupun setiap masyarakat memiliki perbedaanyang beragam.
Pengimplementasian dari sila kedua ini adalah dengan cara: menanamkan dan menerapkan rasa
toleransi kepada orang lain, menghargai dan menghormati antar masyarakat, selalu bersikap adil
terhadap setiap orang tanpa membeda-bedakannya, menghormati perbedaan antar masyarakat,
menghormati harkat dan derajat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama
derajatnya, yang sama hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, menanamkan rasa nasionalisme dan
komitmen pada eksistensi bangsa, dan yang terakhir adalah terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

Sila Ketiga (Persatuan Indonesia). Masyarakat Indonesia diharapkan dapat menempatkan


persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas golongan atau
pribadi. Menempatkan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi berarti rela dan sanggup
berkorban demi bangsa dan negara yang dilandasi oleh rasa cinta tanah air dan semangat
membangun rasa nasionalisme. Selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara lebih dari
apapun. Untuk bisa menumbuhkan perilaku tersebut maka kembangkanlah rasa kebanggaan untuk
bertanah air Indonesia dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sila ketiga ini dapat di implementasikan dengan cara
menghidupkan segala perbedaan yang ada sehingga perbedaan tersebut dapat mengarah kepada
kesatuan sebagaimana semboyan negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti
walaupun berbeda-beda tapi tetap satu tujuan. Ciptakan suasana saling tolong menolong dibalik
segala perbedaan yang beragam sehingga akan terciptanya kehidupan yang rukun antar masyarakat
Indonesia. Sila ketiga Pancasila memberikan kesempatan secara leluasa dalam mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Sila Keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan). Kerakyatan Indonesia adalah demokrasi yang di pimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dan mufakat. Kerakyatan timbul karena adanya kesadaran bahwa manusia memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
sila keempat Pancasila ini masyarakat Indonesia dapat mengimplementasikannya dengan cara:
memuliakan, menghargai dan menghormati orang lain tanpa membedakannya sedikitpun, selalu
bersikap jujur saat adanya pemilu, dan tidak saling menghina antar warga negara.

Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia). Masyarakat Indonesia menyadari
sepenuhnya bahwa manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata hukum. Untuk
menciptakan keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia maka dalam hal ini perlu adanya
kesadaran dan perkembangan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong untuk segenap
masyarakat Indonesia. Untuk itu, perlu adanya kesadaran sikap yang adil antar sesama dan menjaga
antara hak dan kewajiban serta menghormati harkat dan martabat orang lain. Implementasi Sila
Kelima Pancasila : menanamkan sikap tolong menolong sehingga dapat terwujud kehidupan yang
rukun dan damai. kerja keras juga diperlukan dalam implementasi sila kelima ini untuk mencapai
kesejahteraan bersama.

2.Menolak masuknya ideologi lain yang bertentangan dan tidak sesuai dengan Ideologi bangsa kita

Di zaman yang sudah maju ini, proses globalisasi tidak bisa dihindari oleh seluruh bangsa di
dunia. Globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi umat manusia, misalnya berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya kehidupan yang lebih baik. Meskipun begitu,
globalisasi juga dapat memberikan dampak yang negatif, misalnya munculnya sikap individualisme,
hedonisme, westernisasi, dan lainnya. Sikap tersebut sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Globalisasi juga dapat menyebabkan masuknya ideologi asing ke Indonesia. Contohnya, radikalisme,
ekstremisme, dan liberalisme. Hal-hal tersebut dapat dengan mudah masuk dan ditiru oleh warga
negara Indonesia dan dapat menyebabkan hilangnya ideologi bangsa.

Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus tertanam pada setiap warga Indonesia. Pancasila
adalah ideologi bangsa Indonesia yang merupakan hasil karya bersama dari berbagai aliran politik di
Indonesia. Ideologi asing yang ada seringkali bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia,
Pancasila. Apabila ideologi asing tersebut dibiarkan masuk tentunya dapat menyebabkan terjadinya
disintegrasi bangsa. Untuk mencegah masuknya ideologi asing, warga Indonesia harus bisa
menyaring budaya-budaya asing yang masuk agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai
seorang mahasiswa, kita dapat mencegah masuknya ideologi asing dengan cara menjadi agen
perubahan. Mahasiswa dapat menjadi pembawa perubahan yang baik pada masyarakat dengan cara
memberikan motivasi, semangat yang positif, serta dengan berpikir kreatif dan inovatif.

3.Mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

 Mengutamakan persatuan dan kestuan bangsa Indonesia yaitu saling menghormati antar
sesama tanpa membedakan suku, ras, maupun agama.
 Mengutamakan kepentingan kelompok disbanding kepentingan pribadi.
 Ikut kegiatan kerja baktinmembersihkan lingkungan tempat tinggal.
 Saling tolong menolong dan membantu orang lain yang sedang kesusahan tanpa
memandang ras,ras,suku,dan agama.

Anda mungkin juga menyukai