MANUSIA DI PROVINSI JAWA BARAT ( Studi Empiris Pada Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2019 )
MINIPLAN
Disusun Oleh: ALFIYAN B200170269
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2020 A. Latar Belakang Arti penting manusia dalam pembangunan adalah manusia dipandang sebagai subyek pembangunan yang artinya pembangunan dilakukan memang bertujuan untuk kepentingan manusia atau masyarakat (Gita Triya, Sunlip Wibisono, Anifatul hamin, 2019). Selain itu manusia menjadi salah satu indikator penting dalam kemajuan suatu negara atas indeks pembangunan manusiaya itu sendiri. Dalam konstitusi Indonesia secara eksplisit mengakui bahwa hak untuk hidup layak merupakan hak asasi manusia yang diakui secara universal, sebagaimana UUD 1945 mengamanatkan bahwa tugas pokok pemerintah Republik Indonesia adalah “memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dengan demikian manusia adalah titik sentral dari suatu pembangunan dimana manusia adalah subyek dan sekaligus menjadi obyek dari pada pembangunan itu. Pembangunan manusia menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu dapat memecahkan persoalan kesejahteraan seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas, sehingga keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas Sumber Daya Manusia(Indrasuara Luther Sirangi Si’lang, Zamruddin Hasid, 2019). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. Indeks pembangunan manusia digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup(Sapaat et al., 2020). (Sarkoro & Zulfikar, 2018)IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Jika fasilitas publik dapat terpenuhi maka masyarakat merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya akan menciptakan hidup yang sehat dan harapan hidup lebih panjang, meningkatkan kualitas pendidikan dan standart kehidupan masyarakat . Indeks pembangunan manusia atau IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Indeks pembangunan manusia merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Bagi Indonesia, Indeks pembangunan manusia merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, Indeks pembangunan manusia juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).(Sapaat et al., 2020) IPM dapat memberikan gambaran hasil pelaksanaan pembangunan manusia berdasarkan tiga aspek yaitu aspek kesehatan yang diukur melalui umur harapan hidup, aspek pendidikan diukur melalui harapan lama sekolah dan rata rata lama sekolah serta aspek hidup layak yang diukur melalui pengeluaran per kapita. Indeks pembangunan manusia memiliki tiga dimensi dasar yang mencakup kesehatan, pendidikan dan pengeluaran. Indonesia berhasil menjadi negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cukup tinggi di Asia Pasifik. Begitu laporan Indeks pembangunan manusia 2019 dari United Nations Development Programme ( UNDP). Sementara negara Asia lainnya seperti Filipina memiliki IPM sebesar 0,712 dan China dengan IPM 0,758. Sayangnya 17,4 persen dari nilai IPM Indonesia hilang karena masalah ketimpangan yang lebih besar. Ini menunjukkan, ketimpangan ini masih terus menjadi tantangan pemerintah dalam meningkatkan IPM Indonesia. Masalah ketimpangan merupakan kendala yang sangat penting untuk diatasi dan berperan penting bagi perumbuhan manusia di seluruh dunia terutama Indonesia. Indonesia bisa naik lagi pada Indeks pembangunan manusia, tapi untuk pencapaian besar, ketimpangan harus dikurangi. Presiden Joko Widodo telah menjabarkan prioritas yang akan dikerjakan dalam periode kedua pemerintahannya. Salah satu yang menjadi fokus adalah pembangunan sumber daya manusia. Karena untuk pembangunan yang sukses dibutuhkan juga SDM yang berkualitas(Sapaat et al., 2020). Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan dalam upaya pembangunan kualitas hidup masyarakat adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)(Bangun, 2020).Strategi pembangunan suatu negara harus mampu meningkatkan sumber daya manusia secara berkelanjutan. Namun, kenyataannya pembangunan nasional secara menyeluruh tidak dapat dilakukan hanya dengan pengelolaan kewenangan dari pemerintah pusat (Sarkoro & Zulfikar, 2018). Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemerataan pembangunan nasional, khususnya dalam hal meningkatkan sumber dana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas pembangunan manusia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua undang-undang ini merupakan titik awal berjalannya otonomi daerah dalam melaksanakan pemerataan pembagunan daerah untuk meminimalkan desntralisasi daerah. (Indrasuara Luther Sirangi Si’lang, Zamruddin Hasid, 2019)menghasilkan manusia yang berkualitas tentu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Pemerintah melakukan pengeluaran atau investasi yang ditujukan untuk pembangunan manusia. Pengeluaran pemerintah merupakan cerminan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Kebijakan alokasi anggaran atas seluruh daya dan dana yang dimiliki daerah untuk meningkatkan seluruh kebutuhan pelayanan publik sehingga tercapai kesejahteraan sosial masyarakat, tentunya dalam hal ini yang menjadi prioritas adalah pelayanan publik menyangkut sektor pendidikan, kesehatan dan perekonomian yang menjadi inti dari konsep pembangunan manusia. Adanya desentralisasi fiskal dan otonomi daerah, memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk melakukan penganggaran pengeluaran pembangunan di sektor-sektor pendukung untuk meningkatkan IPM. Selain dari sisi pengeluaran pemerintah, kondisi sosial ekonomi masyarakat juga dapat mempengaruhi IPM adalah pengangguran. Pembangunan sektor ketenagakerjaan juga merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia. Pengangguran menyebabkan tingkat kemakmuran masyarakat tidak maksimal sedangkan tujuan akhir dari pembangunan itu adalah untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Jika tingkat pengangguran di suatu daerah tinggi maka akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi. Pendapatan masyarakat berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun, pendidikan dan kesehatan yang menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas manusia juga tidak dapat tercukupi. Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam kurun waktu tertentu ialah menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Menurut Sukirno (2000), (Sapaat et al., 2020) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output per kapita dalam jangka yang panjang, penekanannya ialah pada tiga aspek yakni proses, output perkapita, serta jangka panjang. Menurut Chambers (1998) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1. Kemiskinan (proper),2. Ketidakberdayaan (powerless), 3. Kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4. Ketergantungan (dependence), dan 5. Keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Kemiskinan bukan hanya kekurangan uang ataupun tingkat pendapatan yang rendah, tetapi juga banyakhal lain seperti: keterbatasan sumber daya, tingkat kesehatan rendah, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan, dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri(Sapaat et al., 2020). Pembangunan manusia di Indonesia khususnya Provinsi Jawa Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun. capaian pembangunan manusia di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten. Hal ini bukan hanya tanggung jawab Provinsi Jawa Barat saja tetapi semua pihak yang terkait harus turut andil dalam mengurangi kesenjangan indeks pembangunan manusia di kota maupun kabupaten Provinsi Jawa Barat. Salah satu cara untuk mengurangi kesenjangan yaitu, adanya pemerataan pembangunan infrastruktur. Sehingga dengan adanya pemerataan tersebut akan memberikan kemudahan dalam mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan. Dengan adanya pemerataan maka akan menggenjot aktivitas ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Barat. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Product Domestic Regional Bruto (PDRB) berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? 2. Apakah Tingkat kemiskinan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? 3. Apakah tingkat pengangguran terbuka berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? 4. Apakah jumlah penduduk berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? 5. Apakah Sektor pendidikan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Product Domestic Regional Bruto (PDRB) terhadap indeks pembangunan manusia. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap indeks pembangunan manusia. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah penduduk terhadap indeks pembangunan manusia. 5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sektor Pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia. D. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian menggunakan Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan jenis time series selama periode tahun 2010-2019 yang meliputi data PDRB, Tingkat kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka ,Jumlah Penduduk, dan Sektor Pendidikan.Variabel yang akan dianalisis meliputi variabel dependen dan independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (Y), kemudian variabel independen dalam penelitian ini diantaranya yaitu Product Domestic Regional Bruto (PDRB) (X1), Tingkat Kemsikinan(X2),Tingkat Pengangguran Terbuka (X3), Jumlah Penduduk (X4). dan Sektor Pedidikan (X5). 2. Populasi dan Sampel Populasi dan sampel penelitian ini adalah Provinsi Jawa Barat. Metode penentuan sampel digunakan metode purposive sampling yaitu salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan kriteria-kriteria khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan kriteria- kriteria yang dijadikan sampel sebagai berikut : 1. Dipublikasikan pada website www.Jabar.Bps.go.id . 2. Memiliki data yang konsisten terakit dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), PDRB, Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran Terbuka, Jumlah Penduduk, dan Sektor Pendidikan. 3. Data dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat ( www.jabar.bps.go.id ). Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada, dan sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. 4. Metode Analisis Data Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda. Anaslisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS. Analisis yang meliputi pengujian normalitas menggunkan multikolinearitas, heterokesdasitisitas dan autokorelasi. Sedangkan uji hipotesis determinannya adalah uji F san uji t. Uji Instrumen penelitian adalah uji validitas dan reabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, R. H. (2020). Determinan Peningkatan Pembangunan Manusia Di
Sumatera Utara. Publikauma : Jurnal Administrasi Publik Universitas Medan Area, 8(1), 32–39. https://doi.org/10.31289/publika.v8i1.3066 Indrasuara Luther Sirangi Si’lang, Zamruddin Hasid, P. (2019). Analisis faktor- faktor yang berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia Analysis on factors affecting to human development index in sulawesi barat province. Jurnal Manajemen, 11(2), 159–169. Sapaat, T. M., Lapian, A. L. C. P., Tumangkeng, S. Y. L., Pembangunan, J. E., & Ekonomi, F. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Sulawesi Utara Tahun (2005-2019). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 20(03), 45–56. Sarkoro, H., & Zulfikar, Z. (2018). DANA ALOKASI KHUSUS DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Empiris pada Pemerintah Provinsi se- Indonesia Tahun 2012-2014). Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 1(1), 54–63. https://doi.org/10.23917/reaksi.v1i1.1972 Gita Triya, Sunlip Wibisono, Anifatul hamin. (2019). ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIADI WILAYAH EKS KARESIDENAN BESUKI. Riset Ekonomi Ekuilibrium, 3(2), 1-14.