Anda di halaman 1dari 87

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
32

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Sepak bola
Permainan sepak bola merupakan permainan yang dilakukan dengan cara
yang sederhana, dimana 11 pemain dalam satu tim dengan berbagai cara
berusaha mencegah lawan mencetak gol ke gawang yang dijaganya, dan 11
pemain dalam satu tim dengan berbagai cara berusaha mencetak gol ke
gawang lawan. Setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh bagian
tubuh kecuali tangan, aturan tersebut tidak berlaku pada pemain berposisi
khusus yaitu penjaga gawang. Pemenang dalam pertandingan sepak bola
adalah tim yang mencetak lebih banyak gol ke gawang lawan (FIFA, 1982).
Sepak bola adalah permainan dengan cara menyepak, bola disepak, di-
perebutkan antara pemain yang bermaksud memasukan bola ke gawang
lawan dan mempertahankan gawang sendiri jangan sampai kemasukan.
Sepak bola adalah permainan beregu, tiap regu terdiri sebelas pemain, salah
satunya penjaga gawang, permainan seluruhnya menggunakan kaki kecuali
penjaga gawang boleh menggunakan tangan di daerah hukumannya
(Sucipto, dkk, 2000: 7).
Sepak bola merupakan permainan tim yang melibatkan bola. Bola
terbuat dari batu dalam budaya Mesoamerik selama lebih dari 3.000 tahun
yang lalu. Dalam beberapa kesempatan ritual, bola akan melambangkan
matahari dan kapten tim yang kalah akan dikorbankan kepada para dewa.
Fitur unik dari versi permainan bola Mesoamerik adalah bola memantul
yang terbuat dari karet tidak ada. Permainan sepak bola tidak berasal dari
Indonesia walaupun dalam kenyataannya sangat digemari oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia. Permainan sepak bola dikenal dan dimainkan oleh bangsa
Indonesia karena pendatang atau bangsa asing yang pernah singgah di
Indonesia. Permainan sepak bola mungkin diperkenalkan oleh para pedagang
China yang berdasarkan bukti sejarah pernah berhubungan dengan kerajaan-
commit to user

32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

kerajaan di Wilayah Nusantara. Permainan sepak bola di China dikenal


dengan nama Tsu-Chu, www.footballhistory.org diunduh 2 Maret 2021.
Permainan sepak bola dalam versi lainnya telah dikenal di Yunani
Kuno. Bola dibuat oleh potongan-potongan kulit yang diisi dengan rambut
(dokumen pertama bola yang diisi dengan udara berasal dari abad ke-7).
Permainan memiliki status yang rendah dan tidak termasuk di Panhellenic
Games. Budaya Romawi yang akan membawa sepak bola ke pulau Inggris
(Britannica). Bukti pasti orang-orang Inggris dipengaruhi atau dikenalkan
permainan sepak bola belum diketahui, dalam kondisi seperti hal tersebut
bagaimana dan dalam tingkat yang bagaimana mereka telah
mengembangkan permainan sepak bola belum diketahu dengan pasti,
www.footballhistory.org diunduh 2 Maret 2021.
Permainan sepak bola sudah dimainkan oleh bangsa Indonesia dan
popular sejak jaman penjajahan belanda walaupun ketika itu bangsa Indonesia
belum merdeka. Permainan sepak bola mulai populer dan dimainkan oleh
masyarakat dan PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia) berdiri
sebagai upaya untuk mengorganisasi agar permainan atau pertandingan sepak
bola lebih baik organisasinya. Permainan sepak bola seperti permainan yang
lainnya berawal dari istilah bermain. Play (bermain) adalah naluri insani
manusia. Siapa yang memulai? Siapa yang membuat peraturan? Apa tujuan
bermain sepak bola? Bermain terjadi karena ada unsur sukarela. Bermain
dilakukan tidak ada unsur paksaan, peraturan disepakati bersama diantara
kelompok manusia yang bermain (Lutan, 2001: 31-33). Permainan sepak bola
seperti permainan-permainan lainnya misalnya engklek, go back so door,
betengan, petak umpet yang sifatnya hanya bermain.
Permainan sepak bola dimainkan dengan suasana hati sukarela, untuk
mengisi waktu luang, tidak ada tekanan harus memenangkan permainan,
peraturan sangat sederhana (kesepakatan bersama). Anak-anak bermain sepak
bola sepulang sekolah dengan kesepakatan gol (gawang) terbuat dari sepatu
sekolah yang mereka lepas dan dijadikan tanda tiang gawang. Mereka tidak
berpikir tentang berapa tinggicommit to user ketika bermain tidak ada wasit,
mistar gawang,
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

tetapi ketika terjadi gol teryata anak-anak tersebut tidak pernah


mempermasalahkan bola berada di ketinggian berapa. Mereka sepakat kalau
menurut mereka gol, ya gol, tidak ada protes yang berlebihan. Bermain sepak
bola dapat dilakukan walaupun tidak ada wasit. Bagaimana kriteria terjadinya
sebuah pelanggaran disepakati bersama dan dilaksanakan dengan penuh
kesadaran.
Permainan sepak bola membutuhkan perjuangan fisik yang sangat keras.
Rusli Lutan, (2001) menyatakan permainan sepak bola termasuk permainan
berjenis agon. Permainan jenis agon atau disebut agonal inilah yang lebih
sering menjadi karakter dari olahraga (sport) karena bersifat kompetitif untuk
mencapai gelar juara. Bermain sepak bola yang awalnya sekedar mengisi
waktu luang dan dilakukan secara sukarela akhirnya menjadi sebuah
permainan yang dikompetisikan. Bermain berubah menjadi permainan karena
dalam bermain sudah ada tujuan yaitu mengalahkan lawan, peraturan
permainan atau bermain ditetapkan atau diatur dengan standar yang baku, tim
atau kelompok yang bermain memiliki strategi, taktik atau formasi yang
diatur. Gengsi sebagai bangsa ketika bertanding sepak bola menjadi semacam
pertaruhan siapa yang menang seolah daerah atau bangsa tersebut unggul atau
lebih hebat dari lawannnya.
Perkembangan peraturan permainan sepak bola mengalami perubahan-
perubahan yang awalnya sederhana menjadi semakin kompleks. FA (Football
Association) atau Federasi Sepak bola Inggris adalah organisasi resmi
pertama yang menyelenggarakan permainan sepak bola dalam sebuah
kompetisi resmi. Inggris dikenal sebagai pelopor lahirnya sepak bola modern
karena Inggris adalah negara pertama yang menyelenggarakan kompetisi
sepak bola dengan aturan yang baku. Peraturan permainan sepak bola yang
menjadi acuan pada tahun 1800 an di Liga Inggris adalah peraturan permainan
yang ditetapkan FA. Beberapa peraturan yang yang telah ditetapkan yaitu
jumlah pemain, ukuran gawang, istilah off side, (FIFA, Federation
International Of Football Association ,2018).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

Peraturan permainan sepak bola berkembang dan berubah sesuai


zamannnya. Peraturan permainan sepak bola pada zaman modern mengalami
beberapa kali perubahan. Perubahan peraturan yang terjadi misalnya adalah
istilah back pass yang dahulunya boleh dilakukan, back pass sekarang tidak
boleh dilakukan atau tidak dijinkan seorang penjaga gawang menangkap bola
back pass. FIFA yang memiliki kewenangan untuk mengelola dan
mengembangkan sepak bola terus mengembangkan peraturan permainan
sepak bola, peraturan terbaru yang ditetapkan oleh FIFA adalah penggunaan
zat yang mengijinkan wasit memberikan tanda untuk mengontrol jarak pagar
betis pemain terkait dilakukannya sebuah tendangan bebas dalam sepak bola
dan penggunaan VAR (Video Assisten Refree) yaitu penggunaan teknologi
rekaman video terhadap kejadian dilapangan untuk membantu wasit dalam
mengambil keputusan yang terbaik, (IFAB, 2018).
a. Peraturan Permainan Sepak bola
Peraturan permainan sepak bola dibuat dengan dilandasai oleh
berbagai pemikiran dan pertimbangan diantaranya agar permainan sepak
bola semakin menarik untuk dinikmati oleh penonton. Berikut ringkasan
beberapa peraturan pokok permainan sepak bola menurut FIFA:

Gambar 2. 1 Lapangan Sepak bola, Sumber: Law Of The Game, Sumber:


commit
www.fifa.com to user
diunduh 19 Juli 2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

1) Lapangan Permainan
Sesuai dengan yang tercantum di pedoman peraturan permainan sepak
bola atau The Laws of the Game-nya IFAB, berikut kriteria lapangan sepak
bola yang sesuai standar untuk permainan sepak bola:
Pertandingan internasional menggunakan ukuran panjang dan lebar lapangan
sepak bola sebagai berikut:
 Panjang lapangan sepak bola minimal 100 meter (100 yards) dan
maksimal 110 meter (120 yards).
 Lebar lapangan sepak bola minimal 64 meter (70 yards) dan maksimal
75 meter (80 yards).
Ukuran dari lapangan sepak bola ini sudah disesuaikan dengan jumlah
pemain yang ditentukan yaitu 11 orang dari masing-masing tim yang
bertotal 22 orang dari 2 tim.
2) Bola
Bola yang digunakan harus mempunyai standar kualitas dan ukuran
yang tepat, khususnya jika digunakan untuk pertandingan-pertandingan
profesional. Berikut ketentuan dalam penggunaan bola menurut standar yang
berlaku:

Gambar 2. 2 Bola Sepak bola, Sumber: Law Of The Game, Sumber:


commit
www.fifa.com to user
diunduh 19 Juli 2019
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

 Bentuk bola harus bulat.


 Pembuatan bola menggunakan material atau bahan-bahan yang
berkualitas dan sesuai.
 Panjang lingkar bola di antara 70 cm (28 inci) dan 68 cm (27 inci).
 Berat bola antara 450 gram (16 ons) dan 410 gram (14 ons)
 Bola rusak dalam pertandingan maka permainan dihentikan dan diulang
dengan meletakkan bola pengganti di posisi bola sebelumnya.
3) Jumlah Pemain
Sepak bola dimainkan oleh dua (2) tim yang masing-masing tim
beranggotakan 11 orang. Salah satu dari 11 orang tersebut menjadi seorang
keeper atau penjaga gawang. Kekurangan pemain dalam suatu pertandingan
sepak bola jika hanya ada kurang dari 7 orang pemain dari salah satu tim
maka permainan tidak bisa dimulai dan jika dalam pertandingan ada 4 orang
pemain dari salah satu tim yang cidera atau mendapat kartu merah, maka
permainan dihentikan. Tim yang kekurangan pemain didiskualifikasi atau
dianggap WO (Walk Out).
4) Peralatan Bermain

Gambar 2.3 Seragan Bermain Sepak bola, Sumber:www.fifa.com diunduh


24 April 2021 commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

5) Wasit
Permainan sepak bola yang terdiri dari 2 tim yang saling berhadapan,
tentu diperlukan seorang pengadil atau wasit. Dalam permainan sepak
bola, wasit adalah orang yang memegang penuh keputusan dari jalannya
permainan
6) Assisten Wasit
Seorang wasit tentu tidak cukup untuk memonitor total 22 orang
pemain dari kedua tim maka diperlukan orang yang membantunya. Dia
adalah asisten wasit dimana dalam menjalankan tugasnya, seorang wasit
dibantu oleh 2 orang asisten wasit. Asisten wasit atau yang disebut juga
linesman ini bertugas sebagai orang yang membawa bendera dan
menandakan jika terjadi offside, bola keluar, dan tendangan sudut.
7) Lama Permainan
Dalam satu pertandingan, terdiri dari 2 babak yang setiap babaknya
dibagi menjadi 45 menit per babak. Durasi jeda antara babak satu dan babak
dua tidak lebih dari 15 menit. Pada kasus dimana terdapat pemain yang
mengalami cedera dalam permainan, atau terjadi pergantian pemain, durasi
permainan bisa ditambah.

commit
Gambar 2. 4 Area Corner Kick to user
Lapangan Sepak bola, Sumber: Law Of The
Game, www.fifa.com
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

8) Mulai dan memulai lagi Permainan


Tendangan pembuka atau kick off dapat dilakukan dalam kondisi sebagai
berikut:
 ketika pertandingan dimulai.
 ketika terjadi gol.
 ketika babak kedua dimulai.
 ketika babak perpanjangan waktu dimulai. Bola dalam dan diluar
Permaianan
Out atau bola keluar terjadi saat bola terbang atau menggelinding
melewati garis lapangan atau garis gawang. Bola juga dianggap out ketika
dengan alasan tertentu (misalnya ada pemain yang cedera) permainan
dihentikan wasit.
9) Metode Penghitungan Skor

Gambar 2. 5 Terjadinya Gol Dalam Permainan Sepak bola, Sumber: Law Of


The Game, www.fifa.com

Gol dianggap sah ketika bola masuk ke dalam gawang tanpa terjadi
kondisi hands ball, offside, atau pelanggaran lainnya. Gol dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya adalah pinalti, tendangan bebas, bahkan
sampai gol bunuh diri. Semua gol sah jika wasit menyatakan bahwa gol
tersebut sah. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

10) Offside
Dalam peraturan permainan sepak bola, offside adalah kondisi yang
terjadi jika posisi pemain berada di area lawan ketika bola sedang menuju
dirinya, dan tidak ada pemain lawan setelahnya selain kiper. Offside tidak
dikenakan kepada pemain jika bola yang dioper atau diumpan kepadanya
diberikan ketika di belakangnya masih ada seorang pemain belakang atau bek.
11) Pelanggaran
Beberapa hal yang dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran adalah
hands ball, tackel yang keras, dan sebagainya. Sebagai hukuman dari
pelanggaran yang dilakukan oleh pemain ada dua jenis kartu yang diberikan
oleh wasit. Kartu merah diberikan kepada pemain yang melanggar secara fatal
sehingga harus dikeluarkan dari permainan. Pemain mendapatkan kartu kuning
atas pelanggaran yang dia lakukan artinya dia mendapat peringatan keras yang
berarti jika sampai melakukan pelanggaran dan mendapat kartu kuning yang
kedua kalinya maka sama dengan mendapatkan sebuah kartu merah.
12) Tendangan Bebas
Tendangan bebas dilakukan di tempat dimana pelanggaran terjadi.
Tendangan bebas bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
 Tendangan bebas langsung ialah tendangan bebas yang dilakukan dengan
menendang bola langsung ke gawang lawan.
 Tendangan bebas tidak langsung merupakan tendangan bebas yang
dilakukan dengan menenadang bola atau mengoper bola kepada tim
terlebih dahulu.
13) Tendangan Pinalti
Tendangan penalti dilakukan jika tim lawan melakukan pelanggaran di
kotak penalti. Pelanggaran dapat berupa hands ball, menjatuhkan pemain
lawan dengan disengaja maupun yang lainya. Tendangan penalti dilakukan
oleh satu orang penendang dan satu orang kiper dari tim lawan. Bola diletakkan
di tengah lingkaran tendangan penalti sedangkan pemain lain berada di luar
kotk penalti dan di belakang bola.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

14) Lemparan ke dalam


Lemparan ke dalam atau throw in dilakukan jika bola terlempar,
ditendang ke luar lapangan. Lemparan dilakukan oleh tim yang bukan
melempar, menendang bola ke luar.
15) Tendangan Gawang
Tendangan gawang atau goal kick adalah tendangan yang dilakukan jika
bola yang ditendang atau disundul oleh tim lawan melewati garis gawang
tanpa masuk ke dalam jaring. Tendangan gawang ini dilakukan oleh kiper dari
tim yang bukan melempar, mengeluarkan bola ke luar.
16) Tendangan Pojok
Corner kick atau tendangan sudut adalah tendangan yang dilakukan jika
tim lawan dengan sengaja atau tidak sengaja menendang bola ke luar garis
gawang di area timnya sendiri dan jika bola ke luar garis di sebelah kanan
gawang maka bola ditendang di sudut sebelah kanan, dan jika lewat kiri
gawang, maka bola ditendang di sudut sebelah kiri gawang.

Gambar 2. 6 Area Corner Kick, Sumber: Law Of The Game, www.fifa.com

b. Kompetisi atau Pertandingan Sepak bola


Sepak bola yang awalnya aktivitas bermain berubah menjadi
pertandingan, persaingan, atau kompetisi antara kedua tim yang bertanding.
commit to user
Peraturan permainan yang baku diciptakan karena adanya kompetisi atau
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

pertandingan yang bersifat resmi. FIFA mengelola sepak bola ditingkat dunia,
kemudian AFC mengelola kompetisi dan pertandingan di tingkat Asia, AFF
mengelola pertandingan di tingkat Asean, dan PSSI mengelola pertandingan
dilevel Negara atau Indonesia. Peraturan permainan sepak bola berbeda
dengan peraturan pertandingan suatu kompetisi sepak bola.
Peraturan pertandingan sepak bola pada suatu kompetisi memiliki dan
menetapkan peraturan umum dan khusus berdasarkan level atau jenjang,
tingkat kompetisi yang diselenggarakan. Kompetisi sepak bola antar negara
menetapkan peraturan umum dan khusus yang berbeda dengan kompetisi
sepak bola antar klub. Kompetisi sepak bola kelompok umur 19 tahun
menetapkan peraturan permainan, pertandingan umum dan khusus yang
berbeda dengan kompetisi sepak bola kelompok umur 17, 15 atau 13 tahun
tetapi hakikat dari permainan sepak bola tidak hilang dalam berbagai model
kompetisi sepak bola yang berbeda. Modifikasi peraturan permainan
diperbolehkan sesuai dengan model kompetisi yang diselenggarakan.
Kompetisi sepak bola merupakan arena untuk membuktikan siapa tim
terkuat dalam kemampuan bermain sepak bola. Kompetisi sepak bola Piala
Dunia, Piala Eropa, Piala Copa (Amerika Latin), Piala Asia, Piala Afrika
seolah menjadi pembuktian siapa negara terkuat dalam kemampuan bermain
sepak bola. Sepak bola bahkan menjadi alat untuk menunjukkan bahwa siapa
yang lebih hebat, lebih kuat sebagai sebuah negara. Kompetisi sepak bola
antar negara seperti Piala Dunia bukan hanya masalah negara manakah yang
dinyatakan sebagai negara terkuat dalam urusan sepak bola tetapi telah
berkembang menjadi menjadi kegiatan yang sangat kompleks, event Piala
Dunia dapat berperan sebagai alat politik, dan sebagai alat pendidikan,
bahkan prestasi dalam sepak bola oleh beberapa negara dijadikan alat
menunjukkan pada dunia bahwa negaranya adalah negara terhebat, atau
negaranya lebih hebat dari negara lain. Perkembangan terakhir sepak bola
berfungsi sebagai aktivitas bisnis dan industri yang berakibat pada
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

Kompetisi sepak bola antar klub juara dari masing-masing benua yang
diselenggarakan FIFA tidak kalah bergengsi dari Piala Dunia. Klub sepak
bola juara benua Eropa akan bertemu dengan klub sepak bola juara benua
Amerika Latin, Amerika Utara, Asia, dan Afrika. Klub-klub terbaik dunia
saling berkompetisi membuktikan siapa yang terbaik ditingkat dunia.
Persaingan, adu gengsi, kebanggaan pada bangsa, pembuktian siapa yang
terbaik, hadiah besar, bisnis menjadi sesuatu yang membuat kompetisi sepak
bola memiliki daya tarik untuk para pengelola tim sepak bola dan berupaya
menjadikan tim yang dipimpinnya mampu berprestasi pada setiap kejuaraan
yang diikuti.
Tekanan dan tuntutan untuk menang atau menjadi juara, berprestasi
maksimal dalam sebuah kompetisi sepak bola inilah yang memunculkan
pemikiran tentang bagaimana caranya untuk mencapai prestasi maksimal
dalam olahraga khususnya pada cabang sepak bola. Karakteristik permainan
sepak bola dipelajari secara teliti dari berbagai faktor misalnya dalam faktor
keterampilan taktik, teknik, fisik, dan mental. Pendekatan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada cabang sepak bola tidak bisa dihindarkan lagi. Berbagai
metode, teknologi kepelatihan diciptakan untuk membantu para manajer-
pelatih untuk mengambil keputusan yang paling tepat ketika memimpin
sebuah tim sepak bola. Berbagai penelitian tentang cara-cara mempersiapkan
seorang pesepak bola yang hebat dari bagaiamana mengidentifikasi
keberbakatan, teori latihan telah banyak dilakukan oleh peneliti olahraga di
berbagai belahan dunia.
c. Keterampilan (Skill) Bermain Sepak bola
1) Hakikat Keterampilan
Keterampilan memiliki berbagai pengertian yang berbeda-beda
tergantung konteks penggunaan kata keterampilan. Keterampilan merupakan
tujuan utama aktivitas pembelajaran, pelatihan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia yang relatif sangat luas, (Edwards, 2011). Keterampilan
secara umum adalah sesuatu yang dapat dipelajari, konsisten, dan memiliki
kekhususan pada suatu tugascommit to user
tertentu. Hasil dari keterampilan dapat diukur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

secara objektif baik kuantitatif, kualitatif, atau diukur secara subjektif dengan
penjurian. Keterampilan merupakan gerakan yang konsisten dan berorientasi
pada suatu tujuan, khsusus pada tugas tertentu dan dapat dipelajari,
(Mcmorris, 2004).

Gambar 2.7 Keterampilan Gerak Merupakan Kombinasi dari Kemampuan


Kognitif, Persepsi, dan Gerak, (Edwards, 2011).

Istilah keterampilan biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat


kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan adalah
derajat keberhasilan dalam mencapai tujuan dengan efektif dan efisien
(Singer, 1980). Keterampilan dapat diartikan sebagai kemampuan prosedural
tentang cara menampilkan suatu tugas gerak tertentu dari tingkat yang paling
sederhana sampai paling kompleks (Anderson, 1995). Keterampilan menurut
kedua pengertian tersebut dapat dimaknai suatu kemampuan menunjuk
kepada suatu tugas tertentu dan menjadi indikator dari suatu tingkat
kemahiran dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan. Indikator dari suatu
tingkat kemampuan, keterampilan dikonsepsikan sebagai kompetensi yang
mampu dipraktikkan oleh seseorang dalam melakukan suatu tugas untuk
pencapaian suatu tujuan.
commit to user
Keterampilan pada bidang olahraga (sport skill) identik dengan motor
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

skill dimana otot-otot memiliki kontribusi pada aktivitas yang dilakukan pada
berbagai bidang olahraga, (Edwards, 2011). Pengertian keterampilan dalam
bidang olahraga terkadang dibingungkan dengan kata kemampuan.
Keterampilan pada bidang olahraga berdasarkan beberapa referensi memiliki
pengertian yang hampir sama dengan kata-kata motor skill, ability,
movement, motor ability, physical ability dimana membutuhkan pemahaman
yang mendalam untuk mengerti dari beberapa kata dalam Bahasa Inggris
diatas. Seseorang yang dinyatakan terampil berarti mampu berkinerja optimal
dalam melakukan tugas yang diberikan oleh karenanya istilah keterampilan
dalam bahasa Indonesia identik dengan kemampuan.
Keterampilan dalam olahraga berarti seorang atlet yang mampu
melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan tujuan tertentu.
Keterampilan seorang atlet merupkan kombinasi dari kemampuan kognitif,
persepsi, gerak, (Edwards, 2011). Seorang penyanyi diharapkan memiliki
keterampilan menyanyi, seorang penari diharapkan memilki skill
(keterampilan) menari, seorang olahragawan diharapkan memiliki
keterampilan olahraga sesuai cabang olahraganya. Kinerja seorang atlet
dalam menendang bola, memukul bola, berputar di udara (salto), berenang,
melakukan smash (bola voli), melempar bola, menyudul bola, dan berbagai
keterampilan gerak dalam olahraga pada hakikatnya adalah kombinasi dari
tiga kemampuan yaitu kognitif, persepsi, dan kemampuan gerak.
Kemampuan kognitif dan persepsi sangat berhubungan dengan fungsi otak,
syaraf, dan sistem panca indra pada manusia sedangkan kemampuan gerak
sangat berhubungan dengan sistem otot, tulang, dan sendi.
2) Jenis Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak dapat dibagi dalam beberapa golongan sebagai
berikut keterampilan gerak halus dan kasar, keterampilan gerak terbuka dan
tertutup, keterampilan gerak cycles, serial, dan pace, (Gordon, 2009).
(a) Keterampilan Gerak Halus dan Keterampilan Gerak Kasar
Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan-keterampilan yang
commit to user
memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot kecil agar gerakan yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

dilakukan sukses tercapai sesuai tujuan. Magil (1989), keterampilan gerak


halus melibatkan koordinasi neuromuscular yang memerlukan tingkat
ketepatan tinggi. Keterampilan jenis ini sering juga disebut sebagai
keterampilan yang memerlukan koordinasi mata-tangan (hand-eye
coordination) misalnya: menulis, menggambar, bermain piano. Manila
(1991) mengemukakan contoh keterampilan gerak halus lainnya misalnya
melambungkan bola softball (pitching) yang membutuhkan baik ketepatan
dan kecepatan. Ketepatan memerlukan tingkat ketelitian dan pengontrolan
jari dan tangan sedangkan kecepatan memerlukan lebih banyak gerak kasar
dari lengan dan tubuh untuk memberikan daya lempar yang mencukupi.
Keterampilan gerak kasar memiliki pengertian sebagai keterampilan
gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama
gerakannya. Keterampilan gerak kasar tidak terlau menekankan ketepatan
(precision) dalam pelaksanaannya, kebalikan dari keterampilan gerak halus.
Berlari, melompat, melempar, serta kebanyakan dari keterampilan olahraga
merupakan keterampilan gerak kasar. Keberhasilan keterampilan gerak kasar
(olahraga) memerlukan kemampuan koordinasi yang tinggi karena tidak ada
satupun keterampilan olahraga yang tidak disertai oleh keterampilan gerak
halus. Semua gerakan terdiri dari sebuah hubungan antara keterampilan
gerak halus dan yang kasar.
(b) Keterampilan Cycles, Serial, dan Pace
Keterampilan cycles dibagi menjadi dua kategori yaitu keterampilan
yang berlangsung singkat, jelas sejak dimulai sampai diakhiri (discrete skill)
dan (continuous skill) dimana suatu keterampilan gerak sejak dimulai sampai
berakhir dilakukan dalam waktu yang lama dan tidak jelas kapan
diakhirinya. Keterampilan distrik (discrete skill) sebagai keterampilan yang
dapat ditentukan dengan mudah awal dan akhir dari gerakanya,yang lebih
sering berlangsung dari waktu singkat, seperti melempar bola, gerakan-
gerakan dalam senam artistic, atau menembak (Margolis & Christina, 2013).
Keterampilan-keterampilan tersebut dianggap penting dalam olahraga
commit pencapaian
dan permainan karena menentukan to user tujuan dalam olahraga yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

bersangkutan. Keterampilan bersenambunagan (continuous skill), jenis


keterampilan ini pelaksanannya tidak memperlihatkan secara jelas mana awal
dan akhir dari suatu keterampilan. Magill A. R, (2011) menyatakan suatu
keterampilan yang memiliki suatu awal dan akhir gerakan yang selalu
berubah-ubah. Contoh dari keterampilan continuous yaitu renang atau berlari,
yang titik awal dan akhirnya ditentukan oleh si pelaku.
Keterampilan serial adalah keterampilan yang sering dianggap sebagai
sesuatu kelompok dari keterampilan-keterampilan discrete yang digabung
untuk membuat keterampilan baru atau keterampilan yang lebih kompleks.
Keterampilan serial menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan yang
digabung merupakan hal yang penting untuk menentukan berhasilnya
keterampilan baru. Contoh keterampilan serial yaitu pada rangkaian senam
artistik. Gabungan antar gerakan menghasilkan suatu gerakan berkelanjutan.
Keterampilan gerak pace merupakan keterampilan dimana gerakan
dikendalikan atau dapat dipengaruhi oleh dua pihak yaitu pihak internal
(atlete sendiri) dan pihak ekternal (atlet lainnya atau lawan). Contoh dari
keterampilan pace internal yaitu melempar bola basket ketika free throw,
melempar bola pada pitcher dalam permainan softball. Jenis keterampilan
pace eksternal misalnya keterampilan penjaga gawang pada permainan sepak
bola ketika mengahadapi tendangan pinalti, menerima service pada
permainan tenis, dan lain sebagainya.
b.Keterampilan (Skill) Bermain Sepak bola
Olahragawan atau atlet yang bertanding dalam upayanya mencapai
prestasi optimal harus memiliki keterampilan sesuai kekhususan setiap
cabang olahraga. Keterampilan yang harus dimiliki atlet tenis berebeda
dengan atlet sepak bola, atau atlet bola voli, namun secara umum
keterampilan yang harus dipersiapkan pada cabang olahraga yaitu
keterampilan teknik, fisik, taktik, dan mental, Bompa, (1994). Kombinasi dari
seluruh keterampilan tersebut menjadi sebuah kinerja atau performance atlet
atau olahragawan ketika bertanding. Pengertian keterampilan dalam
permainan sepak bola yaitucommit to user pemain untuk memilih, meng-
kemampuan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

organisasi, memutuskan tindakan yang tepat sesuai masalah, situasi yang


dihadapi dengan efektif, efisien, dan konsisten.
Keterampilan bermain sepak bola harus dilatih secara terus-menerus,
berjenjang, dan berkelanjutan. Keterampilan teknik dalam konteks bermain
sepak bola dapat diartikan pula kemampuan menggunakan teknik yang tepat
dan efektif sesuai situasi (Reilly and Williams, 2003). Kapan harus
menggunakan teknik menendang long pass, bagaimana teknik long pass
dilakukan dalam berbagai situasi permainan merupakan bagian dari
keterampilan teknik dalam bermain sepak bola. Keterampilan teknik
berhubungan dengan bagaimana gerakan teknik tertentu dilakukan secara
benar, dan hasilnya sesuai tujuan yang diharapkan.
Keterampilan teknik bermain sepak bola yang seharusnya dikuasai
seorang pemain yaitu (1) menendang bola untuk mengumpan, (2) menahan
bola, (3) menggiring bola, (4) menyundul bola, (5) gerak tipu, (6) merebut
bola, (7) lemparan ke dalam (8) teknik penjaga gawang, (9) tendangan bebas,
(10) tendangan pinalti, (11) menendang bola ke arah gawang, (12)
menyundul bola, (13) tendangan voli, (14) berlari dengan bola, (Bridle,
2011). Calary (1991) membagi ketrampilan bermain sepak bola meliputi: 1)
mengontrol bola, 2) menendang untuk mengumpan, 3) menyundul, 4)
menggiring, 5) tackling (merebut bola), 6) menendang ke arah gawang, 7)
teknik penjaga gawang.
Seorang pemain harus menguasai keterampilan bermain sepak bola
agar tim yang dibelanya bermain baik. Pembagian ketrampilan sepak bola
dibagi dua bagian, yaitu 1 ) ketrampilan tanpa bola, tcrdiri dari (a) lari, (b)
lompat, (c) gerak tipu dengan badan 2) ketrampilan dengan bola terdiri dari :
(a) menendang bola (b) mengontrol bola, (c) membawa bola, ( d) menyundul
bola, (e) gerak tipu dengan bola, (i) merebut bola, (g) melempar bola, (h)
gerakan khusus penjaga gawang (Surayin, 1988: 64). Keterampilan passing
(menendang bola untuk mengumpan), menerima bola, menggiring bola,
shooting (menendang bola ke arah gawang), dan menyundul bola merupakan
commit
keterampilan teknik utama yang to user
harus dikuasai seorang pemain sepak bola
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

walaupun dengan miliki keterampilan teknik yang semakin lengkap


memungkinkan seorang pemain mampu berprestasi optimal.
Keterampilan teknik yang tinggi tidak akan berarti dalam suatu
kompetisi atau pertandingan jika dukungan keterampilan fisik atau kondisi
fisik belum maksimal. Keterampilan teknik dalam bermain harus dilakukan
secara konsisten selama bermain dan dapat dilakukan jika seorang pemain
sepak bola memiliki daya tahan yang baik. Keterampilan pemain sepak bola
menendang kearah gawang (shooting) tidak akan optimal hasilnya jika tidak
didukung oleh daya ledak (power otot) tungkai yang tinggi, demikian pula
keterampilan menggiring melewati lawan tidak akan optimal jika tidak
didukung oleh kelincahan dan kecepatan.
Keterampilan fisik atau dalam beberapa referensi lebih sering disebut
physical conditioning, physical ability, physical fitness atau sering disebut
dalam bahasa Indonesia yaitu kondisi fisik. Kondisi fisik dalam bahasa yang
lain disebut juga kebugaran jasmani yang terdiri dari kebuagaran jasmani
yang berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan keterampilan. Kondisi fisik yang paling dominan antara
cabang sepak bola dengan cabang bola basket berbeda dengan demikian
komponen-komponen kondisi fisik cabang sepak bola dan hal tersebut
membutuhkan perhatian para pelatih jika prestasi optimal menjadi harapan.
Berikut komponen kodisi fisik yang paling dibutuhkan oleh cabang sepak
bola: daya tahan aerobik, power otot, kecepatan berlari, kelincahan (Straton,
Gareth, Thomas Reily, 2004).
Tabel 2.1 Karakter Fisik Pemain Sepak bola Elite Menurut FIFA
Tinggi Badan 181 cm
Berat Badan 74 kg
Daya Tahan Aerobik (VO2 Maks) 60-65 cc
Kecepatan Sprint 10 m 1"78 sec
Kecepatan Sprint 20 m 2"89 sec
Kecepatan Sprint 60 m 7"43 sec
Daya ledak otot tungkai, Melompat Ke
atas (Vertical Jump) 63 cm
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

Cepat dalam bergerak dan berlari


Dinamis
Keterampilan Teknik Tinggi
Daya Ledak Otot
Kemampuan untuk pulih lebih cepat
Pemahaman terhadap Taktik
Kekuatan Mental dan Kontrol diri
Sumber: fifa.com
Komponen fisik berdasarkan tabel 2.1 diatas yang perlu mendapatkan
perhatian adalah daya tahan aerobik, kecepatan berlari, dan daya ledak otot
tungkai. Daya tahan aerobik, kecepatan berlari, dan daya ledak otot tungkai
merupakan tiga komponen utama yang secara terukur harus dimiliki atau
dicapai jika sebuah tim berkeinginan berada dalam level elite dunia.
Beberapa uraian diatas menunjukkan bahwa kondisi fisik merupakan faktor
penting yang harus dipersiapkan oleh pelatih sepak bola jika tim yang
dipimpinnnya ingin prestasi optimal (menjadi juara) dalam sebuah kompetisi.
Bompa (2015) menyatakan kondisi fisik merupakan kemampuan dasar yang
harus dibangun dan dikembangkan pada atlet atau olahragawan termasuk
pada cabang sepak bola.
Kondisi fisik adalah dasar atau pondasi yang harus dibuat dengan
kokoh agar faktor teknik dan taktik dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Seorang atlet atau tim sepak bola yang tidak memiliki kemampuan kondisi
fisik yang baik sebaiknya tidak perlu berharap pada target atau sasaran untuk
menjadi juara. Menendang bola tidak hanya dilakukan dengan keterampilan
teknik yang benar tetapi dituntut hasil tendangan yang keras (cepat lajuanya).
Kecepatan berlari yang sangat cepat dari seorang pemain sepak bola tidak
hanya dilakukan sekali atau dua kali tetapi sprint harus dilakukan berulang-
ulang sesuai kapasitas lawan yang dihadapi selama 90 menit permainan
berlangsung. Tidak ada kata lain selain kondisi fisik seorang pemain sepak
bola harus prima agar tim mampu berprestasi optimal.
Keterampilan teknik, fisik, akan semakin lengkap jika seorang pemain
sepak bola memiliki keterampilan taktik yang baik. Menurut Gifford (2002:
commit to user
3) taktik dalam bermain sepak bola adalah bagaimana cara mengatur anggota
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

tim saling bekerja sama untuk mengalahkan lawan. Istilah taktik pertama kali
muncul pada dunia militer atau peperangan, dimana pihak yang berperang
dituntut untuk berpikir bagaimana caranya memenangkan peperangan.
Pertandingan sepak bola hakikatnya adalah pertarungan atau peperangan
dimana juga dituntut bagaimana caranya mengalahkan tim lawan.
Pemikiran bagaimana caranya menang melawan tim lawan terlepas
dari komponen teknik, fisik, dan mental adalah hakikat sesungguhnya dari
pemikiran tentang taktik. Permainan sepak bola adalah permainan yang
sangat membutuhkan keterampilan individu dan kondisi fisik yang prima,
tetapi seringkali terjadi dalam sebuah pertandingan tim yang diprediksi kalah
justru sebaliknya berhasil mengalahkan lawan, hal itu dapat terjadi sangat
besar kemungkinnannya karena faktor taktik yang direncanakan dan
diterapkan. Keterampilan taktik dalam bermain sepak bola dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: taktik bertahan dan taktik menyerang, taktik
individu, unit, dan tim (Kannekens, Elferink-gemser, & Visscher, 2009).
Taktik suatu tim sepak bola ketika bertanding sebenarnya sangat
sederhana, yaitu berawal dari permasalahan yang dihadapi suatu tim dalam
permainan sepak bola yaitu: 1) bagaimana caranya mencetak gol ke gawang
lawan, dan 2) bagaimana caranya mencegah lawan mencetak gol ke gawang
tim yang kita bela. Berdasarkan dua permasalahan tersebut maka taktik dalam
permainan sepak bola memiliki dua prinsip utama yaitu taktik bertahan dan
taktik menyerang. Keterampilan taktik dalam menyerang dan bertahan dapat
dilakukan secara individu, unit, atau secara tim (bersama-sama oleh 11
pemain). Keterampilan taktik individu yaitu bagaimana keputusan seorang
pemain dalam menyerang dan bertahan dalam menghadapi masalah dalam
permainan sepak bola. Taktik unit dalam permainan sepak bola adalah
bagaimana cara dua, tiga, atau empat pemain saling bekerja sama dalam
sebuah tim untuk memenangkan pertandingan. Taktik unit merupakan konsep
kerja sama yang direncanakan dengan baik ketika bertahan atau menyerang.
Taktik tim adalah cara yang dilakukan oleh seluruh pemain (11 pemain yang
bermain di lapangan) untuk commit to user
memenangkan pertandingan. Taktik tim
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

merupakan kristalisasi dari taktik individu, dan taktik unit, yang diterapkan
oleh setiap pelatih tim sepak bola.
1) Keterampilan Teknik Bermain Sepak bola
Keterampilan bermain sepak bola dapat diklasifikan dalam empat
keterampilan yaitu keterampilan teknik, keterampilan fisik (kondisi fisik),
keterampilan taktik, keterampilan mental. Keterampilan teknik dalam
bermain sepak bola terdiri dari beberapa jenis, namun pada penelitian ini
peneliti akan fokus pada empat keterampilan teknik yaitu teknik passing,
receiving, dribling, dan shooting.
a) Keterampilan Teknik Passing (Menendang Bola)
Keterampilan teknik passing merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh seorang pemain sepak bola dalam upayanya untuk
memenangkan pertandingan. Keterampilan teknik passing dapat
didiskripsikan melalui gambar dan penjelasan sebagai berikut:

Gambar 2.8 Keterampilan Teknik Passing Bawah, Sumber: Dokumentasi


Peneliti

 Posisikan badan untuk melakukan awalan sebelum memulai gerakan


passing.
 Kaki yang tidak digunakan
commit to user
untuk menendang harus diletakkan ke sisi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

bola,
 Gunakan bagian dalam kaki untuk menendang bola.
 Kunci pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola,
 Gerak lanjutan kaki yang digunakan untuk menendang kearah sasaran
yang dituju, (www.unitedsocceracademy.com).
b) Keterampilan Teknik Receiving (Menerima Bola)
Menerima bola merupakan keterampilan teknik yang frekuensinya
sangat sering dilakukan oleh seorang pemain sepak bola. Seorang pemain
yang keterampilan menerima bolanya baik biasanya keterampilan teknik
yang lainnya akan baik. Pemain sepak bola melakukan teknik menerima bola
untuk melakukan gerakan berikutnya dalam upaya menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam situasi permainan. Keterampilan
menerima bola dapat dilakukan dengan seluruh bagian tubuh kecuali bagian
lengan atau tangan tergantung pada arah datangnya bola. Keterampilan
menerima bola dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu bola yang
datang bergerak mendatar dirumput (menerima bola bawah) dan menerima
bola yang datang melambung (McAvoy, 1998).

Gambar 2.9 Keterampilan Teknik


commit to Menerima
user Bola, Sumber:
Dokumentasi Peneliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

Keterampilan menerima bola dapat diartikan gerakan mengendalikan bola


yang datang kepada atau terarah pada seorang pemain untuk dilakukan
pengambilan keputusan keterampilan teknik berikutnya. Keterampilan
menerima bola implementasinya dapat berupa menghentikan bola,
mengalirkan bola, merubah arah bola dengan prinsip menguntungkan untuk
pemain yang melakukan gerakan tersebut menuju gerakan berikutnya. Ukuran
jarak jarak bola setelah diterima, dikendalikan tidak ada ukuran yang pasti,
tetapi umunya menyatakan bola harus tetap dalam jangkauan yang mudah
dikuasai.

Gambar 2.10 Keterampilan Teknik Menggiring Bola, Sumber:


Dokumentasi Peneliti

c) Keterampilan Teknik Menggiring Bola


 Menjaga bola selalu dalam jarak yang dapat dikendalikan
 Gunakan kaki bagian dalam, atau bagian luar.
 Menggiring dengan langkah yang cepat, tetapi kecil.
 Pemain harus menggiring bola dengan kepala dalam keaaadan tegak,
melihat situasi sekitar, (Clarke, 2018).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

d) Keterampilan Teknik Shooting (menendang bola ke arah gawang )


Keterampilan shooting (menyundul bola) seperti keterampilan
menendang yang fungsinya dapat digunakan untuk mengumpan, mencetak
gol, atau membuang bola. Bagian tubuh yang digunakan untuk shooting yaitu
bagian dahi, namun dalam beberapa situasi bagian kepala yang lain dapat
digunaan. Prinsip-prinsip Teknik shooting:
 Posisikan badan untuk melakukan awalan sebelum memulai gerakan
passing.
 Kaki yang tidak digunakan untuk menendang harus diletakkan ke sisi bola,
 Gunakan bagian punggung kaki untuk menendang bola.
 Kunci pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola,
 Gerak lanjutan kaki yang digunakan untuk menendang kearah sasaran
yang dituju,
 Badan diusahan pada posisi bongkok (www.unitedsocceracademy.com).

Gambar 2.11 Keterampilan Teknik Shooting, Sumber: Dokumentasi


Peneliti
d. Mental, Karakter Pemain Sepak bola
Aktivitas, kegiatan olahraga sebagaimana diketahui dapat diklasifikasi-

commit
kan dalam tiga kelompok besar yaitu to user prestasi, rekreasi, dan olahraga
olahraga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56

pendidikan. Seseorang yang menekuni olahraga prestasi khsususnya sepak


bola membutuhkan komponen pendukung mental dan karakter tertentu yang
dominan dibanding komponen mental atau karakter lainnya.
1) Hakikat Mental
Driver, (2007) mental adalah keseluruhan struktur dan proses-proses
kejiwaan, baik yang disadari maupun tidak, dari bagian dalam psikologis yang
terorganisir. Istilah mental dapat dinyatakan sama dengan psikologi dimana
unsur mental atau psikologi merupakan salah satu komponen yang harus
dibina agar seorang atlet memiliki kemampuan yang tangguh. Beberapa atlet
mengalami masalah atau ganguan ketika bertanding misalnya mengalami
kecemasan, tidak percaya diri yang pada akhirnya kinerja atau performance
mengalami penurunan dibanding ketika berlatih. Kajian dalam psikologi
didalamnya yaitu perilaku, sikap, dan karakter manusia. Atlet merupakan
seorang manusia yang istimewa dimana sikap, perilaku, dan karakter dapat
mendukung atau menghambat kariernya sebagai atlet dan setelah menjalani
kehidupan normal.
2) Hakikat Karakter
Zuchdi (2010) karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi
sebagai tanda-tanda kebaikan, kebajikan, dan kematangan moral seseorang.
Manalu (2014) karakter merupakan tingkat kekuatan dimana seorang individu
mampu menguasai suatu permasalahan atau kondisi tertentu. Karakter
merupakan sifat atau watak seseorang yang bisa baik dan bisa tidak baik
berdasarkan penilaian lingkungannya. Menurut Krathwol (1964) ada lima
jenjang ranah afektif dalam teori pembelajaran, yaitu: receiving, responding,
valuing, organization, dan characterization. Characterization bermakna nilai-
nilai yang berhasil diterima, diberikan respon, menjadi keyakinan, dikelola,
dan akhirnya yaitu mampu menjadi sikap, perilaku yang selalu dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari dengan kata lain telah menjadi sikap yang
menjadi kebiasaan, Mardapi (2011: 187).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57

Gambar 2.12 Penjenjangan Domain Afektif dalam Pembelajaran, Allen


dan Friedman (2010).

Krathwohl, et al (1964) memberikan pengertian menerima receiving,

responding, valuing, organization, dan characterization yaitu tahap


menyadari atau sensitif terhadap keberadaan ide, gagasan tertentu, materi,
atau fenomena dan bersedia untuk mentolerir. Menanggapi (responding)
menggambarkan tahap kedua taksonomi dan mengacu pada komitmen
dalam beberapa ukuran kecil untuk ide, bahan, atau fenomena yang terlibat
dengan secara aktif menanggapi mereka. Menilai (valuing) berarti menjadi
bersedia untuk dirasakan oleh orang lain sebagai valuasi ide, materi, atau
fenomena tertentu. Organisasi (organization) adalah tahap keempat dari
Krathwohl's taksonomi dan melibatkan terkait nilai baru untuk mereka yang
sudah memegang dan membawanya ke dalam filosofi yang harmonis dan
secara internal konsisten. Karakterisasi (characterization) berdasarkan nilai
atau nilai yang ditetapkan berarti bertindak secara konsisten sesuai dengan
nilai individu telah diinternalisasi.
Karakter merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologis
commit to user
manusia yang khas dan berbeda antara satu dengan lainnya sebagai hasil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58

keterpaduan olah hati, pikir, raga, rasa dan karsa sebagai kondisi bawaan
sejak lahir yang disertai dengan usaha menuju penyempurnaan diri. Istilah
karakter pada dunia pendidikan umum lebih dikenal dengan ranah afektif
yang harus dicapai melalui pembelajaran. Secara umum nilai-nilai karakter
dalam kehidupan berwarga negara terdiri dari delapan belas nilai karakter
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghormati prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab (Depdikbud, 2011: 8).
Lickona, (2013: 81) karakter diartikan sifat alami seseorang dalam
merespons situasi secara bermoral. Lickona menekankan tiga hal dalam
mendidik karakter, yang dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and
acting the good. Beberapa pengertian sebagaimana telah diuraikan diatas
dapat disimpulkan sebuah pengertian karakter merupakan serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills) seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak sehingga ia dapat hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Nilai-nilai kebaikan yang berhasil diterima, direspon, diorganisasi oleh
individu dan menjadi sikap, perilaku yang terus menerus dilakukan menjadi
kebiasaan dalam berbagai situasi dapat dimaknai telah menjadi karakter
positip seseorang. Sikap, perilaku, dan karakter manusia khususnya dalam
interaksi latihan atau kompetisi olahraga jika diidentifikasi jumlahnya banyak
tetapi dalam rencana penelitian ini peneliti akan mencoba fokus pada tiga nilai
karakter yaitu kerja sama (teamwork), menghormati orang lain (respect), dan
disiplin.
a) Karakter Kerja sama (Team Work)
commit tomultidimensi
Kerja sama adalah kemampuan user kognitif, perilaku, sikap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59

sebagai anggota sebuah tim dalam melaksanakan tugas yang mengakibatkan


koordinasi dan sinkronisasi sebuah tindakan yang kolektif, (K. A. Wilson,
Salas, Priest, Andrews, & Force, 2015). Wilson, et al., (2007) sikap bekerja
sama dengan satu dengan lainnya dan setiap individu melakukan tugas sesuai
fungsingnya dan akhirnya berhasil mencapai tujuan tim. Olahraga yang
berjenis olahraga beregu atau tim (dilakukan lebih dari dua orang) sangat
membutuhkan sikap, perilaku seorang atlet yang mampu bekerja sama dengan
baik. Tim adalah kumpulan dari orang-orang yang bekerja bersama untuk
mencapai hasil serta tujuan bersama, dan keberhasilan tim adalah kumpulan
dari orang yang memberikan kontribusi berbeda tetapi saling melengkapi satu
sama lain.
Karakter kerja sama adalah sesuatu yang multidimensi, kontruksi
dinamis seperangkat kognisi yang saling berhubungan, perilaku, dan sikap
yang dilkukan seseorang sebagai anggota tim dimana mampu melakukan
tugas yang terkoordinasi dan sinkron sebagai sebuah tindakan kolektif (Salas,
Stagl, & Burke, 2004). Dalam dunia militer kerja sama tim merupakan
kombinasi dari komunikasi, koordinasi, dan sikap untuk bekerja sama
(Crawley, 2003).

Gambar 2. 13 Komponen Kerjsama Tim Yang terdiri dari Komunikasi,


Koordinasi. Dan Sikap Kerja sama antar anggota, Sumber:
commit
Wilson, et all, 2015 to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60

Komunikasi dalam bentuk yang paling sederhana dapat dianggap


sebagai mentransfer informasi antara dua individu, pengirim dan penerima
(McIntyre & Salas, 1995). Kegagalan komunikasi adalah keaadaan di mana
ada penundaan atau kurangnya informasi yang tepat yang seharusnya dikirim
pada orang yang tepat pada waktu yang tepat. Tiga jenis komunikasi yaitu:
pertukaran informasi, susunan kata dan komunikasi tertutup jika tidak
diterapkan secara tepat dapat menyebabkan kerusakan komunikasi yang pada
akhirnya akan berakibat pada kualitas komunikasi (MacMillan, Entin, &
Serfaty, 2004; Salas & Fiore, 2004).
Sikap kerja sama tidak dapat terjadi dengan mudah, antara anggota tim
harus saling berkoordinasi agar berhasil mencapai tujuan dan menyelesaikan
tugas-tugas (Cannon Bowers, Tannenbaum, Salas, & Volpe, 1995), dan
penelitian menunjukkan bahwa koordinasi antar anggota tim sangat penting
untuk menghasilkan kinerja tim yang efektif (Awal & Shea, 1992; Swezey &
Salas, 1992). Koordinasi antar anggota tim ini tidak sederhana, koordinasi
bergantung pada tindakan yang benar dan pada waktu yang tepat dan
kontribusi oleh semua anggota tim (Kozlowski & Bell, 2003). Mekanisme
koordinasi yang tepat, urutan, sinkronisasi, mengintegrasikan, dan mampu
menyelesaikan tugas-tugas tanpa membuang-buang sumber daya yang
berharga misalnya, waktu, personil, (Bowers et al., 1995; V. Rousseau, Aube
& Savoie, 2006; Spreitzer, Cohen, & Ledford, 1999).
Koordinasi adalah mekanisme perilaku tindakan antar anggota tim yang
diatur dalam upaya agar kinerja berjalan untuk mencapai tujuan.
Kegagalan koordinasi dapat menyebabkan kesalahan, langkah-langkah atau
prosedur tidak mampu berjalan semestinya, dan waktu banyak hilang.
Kurangnya koordinasi atau kontribusi oleh anggota tim dapat menghalangi
anggota tim lainnya dalam mencapai atau menjalankan tugas, (Steiner, 1972),
pertempuran membutuhkan koordinasi yang baik. Koordinasi yang buruk
dapat menyebabkan insiden terbunuhnya anggota tim. Kesalahan koordinasi
dapat diminimalisir dengan (a)commit to pengetahuan
berbagi user antara anggota tim, tugas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61

dan lingkungan; (b) meminta bantuan atau membantu orang lain ketika terjadi
overload; (c) memonitor kinerja anggota tim untuk mengidentifikasi
kekurangan dan memberikan bantuan; dan (d) menjaga kewaspadaan untuk
selalu beradaptasi pada situasi yang dianggap perlu, (Salas, Sims, & Burke,
2005; Xiao & Moss, 2001).
Sikap kerja sama dapat didefinisikan sebagai sebuah sikap di mana
anggota termotivasi untuk berkomunikasi, dan mengkoordinasikan. Sikap
kerja sama sering diukur berdasarkan pengamatan terhadap perilaku yang
ditandai dengan waktu aktivitas sesuai dengan kebutuhan tim, menawarkan
bantuan untuk para anggota tim yang membutuhkannya, atau berperilaku
dengan cara yang jelas sehingga tindakan tidak disalahartikan.
b) Karakter Menghormati (Respect)
Lewis (2005) menyatakan respect adalah suatu hubungan, hubungan
antara seseorang yang dikenal maupun tidak dikenal, hubungan dengan
masyarakat sekitar, hubungan dengan budaya, hubungan dengan pemerintah,
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan planet sebagai tempat hidup dan
dimana manusia saling berpikir dan berbagi. Respect dilakukan oleh seseorang
umumnya pada seseorang yang dikenal misalnya pada orang tua, guru, atau
pemimpin yang dikenal tetapi yang dimaksud respect dalam arti
sesungguhnya adalah respect pada semua orang baik yang dikenal atau tidak
dikenal. Seseorang yang memiliki sikap respect belum dapat dipastikan setuju
atau tidak setuju dengan sebuah pendapat tetapi akan menghormati perbedaan
yang terjadi.
Welty, et al (2009) menyatakan empat pilar utama terkait tindakan
respect yaitu cara bereaksi, berbahasa, mengharagai peraturan, dan
menghormati perbedaan. Cara merespon atau bereaksi terhadap sesuatu antara
individu dengan individu berbeda satu dengan lainnya. Respect berhubungan
dengan cara bersikap terhadap suatu tidakan seseorang. Sikap kasar mungkin
dilakukan oleh seseorang dan hal tersebut merupkan contoh sikap tidak
respect. Bersikap ramah, sabar dalam bertindak merupakan cerminan sikap
respect. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62

Bahasa yang digunakan oleh seseorang menunjukkan segalanya tentang


orang tersebut. Orang yang bersikap tidak respect menggunakan bahasa yang
tidak respect. Contoh bahasa yang menujukkan sikap tidak respect yaitu
komplain, pisimistis, dan berbohong tetapi orang yang bersikap respect akan
menggunakan bahasa yang respect misalnya mendoakan, menyemangati,
optimis, jujur, simpati, berterimakasih, jarang mengkomplain. Kata pepatah
mulutmu harimaumu, dengan kata lain bahasa yang respect menujukkan
seseorang yang bersikap respect.
Mengahargai peraturan, orang tua dirumah memiliki peraturan, di
sekolah ada peraturan, dalam permainan dan olahraga memiliki peraturan,
didalam bekerja ada peraturan, bermasyarakat memiliki peraturan. Olahraga
merupakan contoh yang paling mudah artinya jika tidak ada peraturan berarti
tidak ada permainan, no paint, dan tidak ada keadilan untuk memunculkan
seorang juara. Anak-anak umumnya tidak menyukai peraturan yang dibuat
oleh orang tua. Peraturan yang dibuat oleh orang tua dan dihargai oleh anak-
anak maka orang tua juga akan menghormati anak-anak.
Mengahargai perbedaaan, dunia merupakan sebuah tempat dengan
manusia yang berbeda ide, pemikiran, pendapat dan budaya. Manusia
memiliki pandangan dan pemikiran yang berbeda terkait isue politik,
makanan, pakaian, hiburan, dan lain sebagainya. Sikap tidak respect dapat
diilustrasikan dengan sikap dimana seseorang yang menyatakan jika
kesukaanmu tidak sama denganku maka kamu tidak baik. Sikap tidak respect
memungkinkan terjadinya dunia yang tidak indah karena jenis film harus
sama, olahraga harus sama, bermain musik harus sama, membaca buku atau
cerita harus sama. Kekayaaan budaya yang beragam merupakan hasil dari
sikap respect dan perbedaan ide diantara manusia.
Welty, (2009) mendefinisikan karakter menghormati (respect) sebagai
perasaan, sikap menghormati orang lain. Menghormati pada seseorang yang
diketahui atau tidak diketahui sebelumnya. Respect (menghormati) dalam
interaksi pembinaan olahraga, terutama dalam situasi pertandingan, kompetisi
commitseorang
berhubungan dengan sikap hormat to user pada semua yang terlibat dalam
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63

pertandingan. Menghormati pada lawan, teman satu tim, pelatih, peraturan,


pengurus, wasit, dan pada olahraga itu sendiri (Clifford & Feezell, 2010).
Komisi Fair Play Kanada (1990) menekankan bahwa fair play
dikembangkan untuk menunjukkan "respect" terhadap semua orang, apapun
peran mereka dan kapanpun dalam suatu kompetisi olahraga. Fair play
merupakan cara berperilaku yang dikembangkan dari sikap respect pada diri
sendiri terlebih dahulu dan meliputi:
 kejujuran, tegas dan bermartabat ketika orang lain tidak bermain adil;
 menghormati anggota tim;
 menghormati lawan, dalam situasi menang atau kalah, berawal dari
kesadaran bahwa lawan adalah mitra yang diperlukan dalam olahraga,
yang diikat oleh persahabatan dalam olahraga;
 menghormati para pengurus, panitia yang ditampilkan dalam sikap positif
untuk bekerja sama dengan mereka sepanjang waktu.
c) Karakter Disiplin
Disiplin merupakan salah satu karakter penting yang harus dibiasakan
kepada para siswa, atlet, atau olahragawan dengan berbagai cara dan
difasilitasi dengan aturan-aturan serta dimotivasi terus menerus. Disiplin dapat
membantu pelatih membangun hubungan saling percaya yang diperlukan
untuk semua siswa untuk berlatih dan mengembangkan keterampilan dan
karakter. Disiplin terjadi dan berbentuk sebagai hasil dan dampak pembinaan
yang cukup panjang yang dilakukan sejak dari dalam keluarga dan berlanjut
dalam pendidikan di sekolah baik formal dan nonformal. Disiplin ditujukan
untuk membangun rasa tanggung jawab siswa. Perilaku tanggung jawab
ditandai dengann memiliki perilaku yang baik dan taat aturan (Nucci, Narvaez,
& Krettaneuer, 2014; Harkin & Healy, 2013).
Osler, Bear, Sprangue et al, (2010) perilaku disiplin menjadi fenomena
yang terjadi dalam lingkup sekolah, kelas, dan komunitas. Interaksi yang
menghasilkan perilaku disiplin atau tidak disiplin didorong oleh kebutuhan
perkembangan siswa, guru, budaya sekolah, status sosial ekonomi, struktur
commit to user
kelas atau sekolah, peran guru, dan iklim sekolah. Flay, Allred, dan Ordway
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64

(2001), dan Stemhagen, Reich, & Muth (2013) menegaskan bahwa sekolah
dan lingkungan rumah mempengaruhi mental anak. Lingkungan sekolah yang
baik didukung dengan keterlibatan orang tua dapat meningkatkan prestasi anak
dan mengurangi kenakalan.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh. Hamedoglu, et. al. (2012) menyebutkan bahwa disiplin merupakan
salah satu bagian yang paling penting dari pendidikan. Siswa menjadi
memiliki pengetahuan apa yang harus dilakukan dan memiliki tanggung
jawab, memahami batas sosialnya di mana dan bagaimana ia harus
berperilaku dengan bersikap disiplin. Disiplin merupakan salah satu karakter
yang perlu dikembangkan dan akan membawa seorang individu menjadi
pribadi yang baik. Disiplin memiliki peranan yang penting dalam
perkembangan siswa. Terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran, atau pelatihan disiplin dapat dilatih melalui pelatihan yang
berlangsung dengan cara yang tepat dan dengan aturan yang dapat
meningkatkan disiplin pada diri siswa.
2. Pembinaan Atlet Jangka Panjang (Long Term Atlete Development)
Teori atau model pembinaan dan pengembangan atlet jangka panjang
telah dilakukan oleh banyak negara dalam upaya membangun kemajuan
prestasi dibidang olahraga. LTAD (Long Term Athlete Development)
merupakan salah satu model yang dikembangkan di Kanada untuk
menyiapkan atlet untuk berprestasi optimal dan menjalani hidup dengan aman
setelah selesai menjalani profesi sebagai atlet (Balyi & Way, 2013). Tahapan,
penjenjangan, program latihan, manajemen latihan yang disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan atlete adalah konsep, dan kerangka
pikir utama yang mendasari mode dan teori LTAD. Penjenjangan, pengaturan
tahapan latihan menurut model LTAD berlaku umum untuk seluruh cabang
olahraga dapat dapat diterima. Cabang olahraga sepak bola merupakan cabang
yang relevan untuk mengimplementasikan teori LTAD tersebut.
Berpedoman pada Long 'Term Athlete Development (LTAD) bahwa
commit
pembinaan dan pengembangan to user
atlete atau olahragawan dibagi menjadi 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65

tahapan diantaranya: (a). Tahap 1: active start (Mulai Aktif Berlatih) latihan
olahraga sebaiknya dimulai pada usia 4 tahun untuk perempuan dan usia 6
tahun untuk laki-laki, (Active Start U4-U6 Female And Male, atau tahapan
”First Kicks” untuk pemain sepak bola), (b) Tahap 2: fundamentals (Dasar-
dasar Berolahraga, tahap dasar bermain sepak bola yaitu bermain bola dengan
menyenangkan dimulai dari usia 6 tahun untuk perempuan dan laki-laki
(Fundamenntals U6-U8 Female and U6-U9 Male, “Fun With The Ball”), (c).
Tahap 3: belajar mengarah pelatihan yang lebih baik, untuk usia 8 tahun
perempuan dan 9 tahun untuk laki laki, ini adalah usia emas untuk
membangun pondasi latihan untuk mendapatkan hasil yang baik atau dalam
istilah lain “(Learning To Train U8-U11 Female / U9-U12 Male, “The
Golden Age Of Learning”), (d). Tahap 4: adalah tahap dimana latihan mulai di
kembangkan menuju spesifik cabang olahraga dengan istilah lain training to
train ini dimulai pada usia 11 tahun untuk perempuan dan 12 tahun untuk laki-
laki, pada tahap ini identifikasi keberbakatan peserta didik mulai dilihat dan di
kembangkan. (Training To Train U11-U15 Female / U12-U16 Male,
“Identifying The Elite Player”). (e). Tahap 5: adalah memasuki tahap junior
akhir, pada tahap ini adalah tahap latihan yang digiring untuk menjadi pemain
Profesional, tahap ini atlet mulai mengikuti kompetisi yang lebih baik.
Dimulai pada usia 15-19 tahun untuk perempuan dan 16-20 tahun untuk laki-
laki. (Training To Compete. U15- U19 Female / U16-U20 Male, “Developing
The International Player”). (f). Tahap 6: pada tahap ini atlet sudah memasuki
tahap atlet senior sehingga latihan-latihan sudah mengarah untuk ke
penampilan puncak dalam permainan sehingga atlet mampu berkompetisi
dengan baik. (Training To Win. U18+ Female / U19+ Male, Building The
World Cup Player”). (g) Tahap 7 Active Lifestyle sebuah kondisi dimana
setelah menjadi atlete profesional diharapkan seorang atlete mampu menjaga
perilaku, sikap, dan gaya hidupnya dalam gaya hidup yang aktif dan sehat.
Berdasarkan teori LTAD maka sebuah prestasi, penampilan puncak
seorang atlet merupakan sesuatu yang tidak dapat dicapai dalam waktu yang
pendek, membutuhkan prosescommit to user dengan rata-rata sepuluh tahun
yang panjang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66

secara terus-menerus, bertahap, berjenjang agar prestasi optimal dapat dicapai


pada saatnya. Usia 4 tahun (mulai berolahraga) sampai pada fase training to
win yaitu usia 19 + tahun. Teori LTAD memberikan rekomendasi yang lebih
aman pada seseorang yang menekuni atau berupaya melakukan aktivitas
latihan olahraga untuk tujuan prestasi. Seluruh fase memiliki karakteristik
yang berbeda-beda sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Tahapan latihan pada usia 9-12 tahun atau disebut fase learn to train
merupakan fase yang lebih mementingkan pengembangan keterampilan
teknik. Strategi yang tepat yaitu dengan bermain suatu permainan, atau dalam
cabang sepak bola dikenal dengan small side game. Pengambilan keputusan
terhadap kapan suatu keterampilan teknik digunakan mulai diajarkan, tetapi
bagaimana taktik untuk menang dan penyesuaian taktik sesuai lawan tidak
terlalu dibutuhkan. Latihan dalam suasana yang serius untuk melakukan
perbaikan demi perbaikan tetapi harus dalam suasana yang menyenangkan.
Berikut beberapa hal yang sangat penting untuk diperhatikan pada
tahapan learn to train:
a) Mengembangkan kemampuan, keterampilan gerak dasar
b) Memperhatikan peningkatan pada keterampilan dasar, teknik olahraga
c) Menerapkan, mengembangkan keterampilan dasar pada permainan yang
disederhanakan
d) Mengembangkan keterampilan membuat keputusan
e) Memotivasi untuk beraktivitas fisik dan olahraga menjadi gaya hidup
Atlet pada tahap atau usia 9-12 sudah mampu membedakan antara yang
benar dan yang salah (Timur, 2010). Usia 9-12 tahun merupakan usia yang
tepat untuk mengajarkan nilai-nilai atau sikap, perilaku, karakter yang positip
seperti menghormati kawan, lawan, wasit, pelatih, panitia pertandingan,
bersikap adil, semangat berkompetisi, kepemimpinan, cinta tanah air. Suasana
latihan yang menyenangkan dan mengintegrasikan nilai-nilai moral yang
positip pada kehidupan sehari-hari menjadi tugas seorang pelatih pada fase
atau tahapan learn to train.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67

Kombinasi berlatih keterampilan teknik, mengembangkan karakter dalam


suasana yang menyenangkan merupakan tantangan yang berat untuk pelatih.
Bagaimana menyampaikan bahwa kekalahan pada suatu kompetisi itu sesuatu
wajar dan tetap menyenangkan asalkan atlet telah mengeluarkan kemampuan
terbaik. Berikut hal-hal penting terkait pengembangan karakter pada fase learn
to train (usia 9-12 tahun):
 Menjaga suasana menyenangkan baik individu maupun tim
 Belajar melalui suatu peristiwa baik maupun buruk
 Menghormati lawan, kawan, pelatih dan seluruh official (Balyi & Way,
2013).
Pembinaan atau proses latihan yang dilakukan oleh seorang atlet dalam
waktu yang panjang dalam upayanya mencapai prestasi dalam olahraga
terjadi berbagai perbedaan pandangan atau cara dalam mencapainya, tetapi
diantara teori yang popular yaitu LTAD yang mengelola proses pelatihan
olahraga dilakukan secara bertahap sesuai fisiologi dan masa tumbuh
kembang atlet. Setiap fase memiliki fokus atau penekanan yang berbeda-beda
pada setiap komponen pendukung prestasi olahraga yaitu keterampilan teknik,
fisik, taktik, dan mental atau perilaku, sikap, karakter. Penelitian desertasi
akan fokus pada pengembangan keterampilan teknik dan karakter oleh
karenanya kajian teori dilakukan lebih mendalam pada teori pengembangan
keterampilan dan karakter pada pembinaan olahraga.
a. Pengembangan Keterampilan (Skill)
Latihan atau pembelajaran pada bidang olahraga salah satu tujuannnya
adalah meningkatkan keterampilan teknik atau keterampilan gerak yang
diawali dari level pemula sampai dengan tingkat mahir atau sangat terampil.
Kerangka pemikiran tersebut yang menjadi yang menjadi dasar pertimbangan
dalam mengorganisasi dan merencanakan suatu program latihan. Perbedaan
seorang olahragawan yang terampil dan tidak terampil dapat dianalisis,
menurut Gutrie (1952) dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan ciri-ciri
sebagai berikut: a) bagaimana tingkat ketercapaian tujuan dari keterampilan
commit to user
gerak olahraga yang dilakukan, b) bagaimana energi yang dibutuhkan untuk
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68

melakukan keterampilan gerak olahraga, c) bagaimana waktu yang dibutuhkan


untuk melakukan keterampilan gerak olahraga.
Tingkat ketercapaian tujuan dari keterampilan gerak olahraga yang
dilakukan, tingkat kualitas keterampilan yang dimiliki seorang atlet diketahui
dari ketercapaian tujuan yang ditetapkan. Situasi dalam kompetisi olahraga
menuntut keterampilan yang semakin tinggi dan ditandai semakin kecilnya
kesalahan yang dilakukan. Energi yang dibutuhkan untuk melakukan
keterampilan gerak olahraga, semakin tinggi keterampilan seorang atlet
ditandai dengan semakin kecilnya energi yang dibutuhkan untuk melakukan
gerak atau keterampilan gerak yang dilakukan. Tekanan lingkungan alam,
tekanan penonton sering membuat seorang atlet menggunakan energi yang
besar untuk melakukan keterampilan gerak yang dilakukan, tetapi untuk atlet
yang memiliki keterampilan tingkat tinggi energi yang digunakan untuk tampil
relatif kecil. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan keterampilan gerak
olahraga. Atlet yang memiliki keterampilan tinggi membutuhkan waktu yang
lebih singkat dibandingkan atlet yang tingkat keterampilannnya lebih rendah.
Atlet lari cepat (sprint) misalnya akan mampu menyelesaikan tugasnya lebih
cepat dibanding lainnya dan dia dinyatakan lebih terampil.

Gambar 2.14 Penjenjangan Tingkat Belajar Keterampilan Gerak Menurut Fitts


and Posner (Edwards, 2011).

Keterampilan teknik bermain sepak bola sebagaimana diuraikan pada


subbab keterampilan merupakan keterampilan yang harus dilatihkan pada
siswa SSB. Karakteristik proses pengembangan, latihan keterampilan teknik
berbeda dengan bagaimana proses latihan untuk mengembangkan fisik, atau
commit to user
taktik. Pengembangan keterampilan gerak khususnya pada bidang olahraga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69

dilakukan secara bertahap sebagai berikut: fase atau tahapan kognitif, fase
assosiatif dan fase atutonomous.
1) Fase Belajar Keterampilan Gerak Kognitif
Keterampilan gerak pada bidang olahraga pada tingkatan pertama yaitu
fase kognitif dimana attlet mulai belajar melakukan gerakan dengan banyak
melakukan kesalahan, gerakan yang dipelajari bersifat umum, reaksi terhadap
respon lambat, berusaha mempelajari mekanisme gerakan yang benar,
pengetahuan atau informasi tentang gerakan yang benar masih sangat
dibutuhkan, belum mampu melakukan mekanismen gerakan yang sesuai
dengan tujuan.
2) Fase Belajar Keterampilan Gerak Assosiatif
Fase kedua yaitu jenjang assosiatif dimana proses belajar keterampilan
gerak yang dilakukan atlet mulai berkurang dalam membuat kesalahan,
keterampilan dasar mulai dipahami, gerakan semakin halus, dan waktu
terhadap respon semakin cepat, beberapa bagaian keterampilan gerak mulai
terjadi otomatisasi, dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar yang
berubah-ubah.
3) Fase Belajar Keterampilan Gerak Autonomous
Fase ketiga adalah fase autonomous atau otomatisasi dimana kesalahan yang
dilakuakn sangat kecil, gerakan semakin halus, waktu terhadap respon cepat,
mampu melakukan gerakan yang sesuai dengan situasi pertandingan, dan
energi yang dibutuhksn untuk melakukan gerakan semakin kecil.
b. Pengembangan Keterampilan Bermain Sepak bola
Persaingan dalam kompetisi olaharaga termasuk sepak bola
mengakibatkan seseorang terus berpikir dan menghasilkan berbagai teori
tentang berbagai aspek yang harus disiapkan agar mencapai kemenangan
dalam sebuah pertandingan. Teori latihan dan khsususnya terkait latihan fisik
berkembang dengan cepat. Fisik diduga merupakan komponen penting yang
mendukung prestasi olahraga, namun seiring perkembangan jaman teori-teori
latihan juga terus berkembang dimana latihan olahraga tidak selalu dominan
tentang fiisk tetapi merupkan commit to user
kombinasi dari fisik, teknik, taktik, dan mental.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70

Latihan teknik, taktik dan mental merupakan sesuatu yang harus dilakukan
oleh seorang yang berkeinginan untuk menjadi pemain sepak bola yang mampu
bermain dalam level tinggi atau professional.

Gambar 2.15 Model Tahapan Interaksi pada Proses Latihan, Sumber:


Lavalee, et all, 2003
Pengembangan keterampilan teknik bermain sepak bola dapat
dilakukan dengan pendekatan latihan keterampilan menurut (Fitt dan Posner,
1967) dari mulai fase belajar kognitif sampai dengan fase autonomous.
Lavalee, et all, (2003) menawarkan tahapan pelatihan keterampilan yang agak
berbeda yaitu dimulai dari tahapan memberikan informasi, menyusun struktur
latihan, dan memberikan umpan balik selama latihan. Seseorang atlet sepak
bola yang sudah berada pada tahapan terampil akan mampu melakukan
gerakan yang semakin halus, efisien, dan menunjukkan aksi yang semakin
sesuai kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dilapangan.
Teori belajar keterampilan berdasarkan beberapa ahli seperti diuraikan
diatas menyatakan pembelajaran harus dilakukan dengan tujuan belajar atau
berlatih keterampilan yang jelas. Pelatih sepak bola memimpin proses latihan
dengan memperhatikan tahapan belajar keterampilan dimana latihan dilakukan
dengan memberikan informasi pada siswa, atlet, atau pemain, menciptakan
struktur latihan, dan memberikan umpan balik (feedback). Strategi
pengembangan keterampilan dalam proses latihan dapat dilakukan dengan
commit
model hand on dimana pelatih to userkendali sepenuhnya pada proses
memegang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71

latihan dan hand off dimana siswa mengalami proses latihan dengan
menemukan sendiri.
c. Pengembangan Karakter (Character Building)
Istilah karakter memiliki arti yang sama dengan kompetensi afektif
tertinggi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran menurut teori Bloom.
Qomari, (2008) menyatakan Bloom membagi tujuan pembelajaran dalam tiga
domain yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah afektif atau sikap,
perilaku dimulai dari penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan
karakterisasi. Penjenjangan dalam domain afektif dari yang terendah yaitu
receiving atau menerima nilai-nilai baik dari orang tua, lingkungan, dan
pendidik atau guru dan jenjang tertinggi yaitu nilai-nilai baik telah menjadi
sikap, perilaku telah menjadi kebiasaan, pola hidup, atau karakter
(characterization).
Characterization bermakna nilai-nilai yang berhasil diterima, diberikan
respon, menjadi keyakinan, mampu dikelola dan pada akhirnya yaitu mampu
menjadi sikap, perilaku yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pengembangan karakter siswa atau murid pada pelaksanaan pendidikan
formal di Indonesia menggunakan istilah pendidikan karakter atau pendidikan
moral. Implementasi pendidikan karakter yang berupaya mengembangkan
karakter sebagai ranah afektif tertinggi pada setiap jenjang pendidikan
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai
outcomes pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, cerdas
dan berkarakter kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi bangsa dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi persoalan yang
muncul. Cerdas dan berkarakter sesuai dengan apa yang diamanatkan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Arsyad (2010) strategi implementasi pembentukan sikap dan karakter
dalam pendidikan formal dilakukan dengan cara pembiasaan, keteladanan,
sentuhan kalbu (rasa dan kesadaran), dan bercerita atau ceramah. Sulhan
(2010) menyatakan bahwa langkah pembentukan karakter adalah: (1)
commit
memasukkan konsep karakter to user
dalam proses pembelajaran dengan cara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72

menambah nilai kebaikan, menggunakan cara yang membuat anak memiliki


alasan untuk berbuat baik, dan mengembangkan sikap mencintai berbuat baik;
(2) membuat slogan yang mampu menumbuhkan kebiasaan baik; (3)
pemantauan secara terus-menerus tentang kedisiplinan masuk, kebiasaan
makan atau minum di kantin sekolah, kebiasaan berbicara, kebiasaan ketika di
masjid serta memberi kesempatan dan atau melibatkan orang tua dalam menilai
karakter anak.
Karakter (kebiasaan berperilaku positif) masih lebih mudah dibentuk
ketika seorang manusia berusia 4-15 tahun. Karakter akan semakin baik
dikembangkan sejak dini. Dalam konteks rencana penelitian ini yaitu calon
pemain sepak bola masih berada pada usia dini sampai remaja. Masa ini
merupakan masa tepat untuk meletakkan dasar nilai-nilai agama dan moral,
fisik motorik, kognitif, bahasa dan sosial emosional kemandirian anak sehingga
pengembangan seluruh potensi anak usia dini sesuai dengan hak anak
sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional.
Pengembangan karakter pada sekolah formal telah diatur pemerintah
melalui kebijakan kurikulum yang disusun dan wajib diimplementasikan oleh
seluruh sekolah dalam sistem pendidikan nasional sejak tahun 2003 dan
diperkuat dengan peraturan presiden no 87 tahun 2017 tentang penguatan
pendidikan karakter. Lickona (2013) menyarankan dalam pengelolaan dikelas
salah satu strategi yang dapat dipilih yaitu mengintegrasikan karakter dalam
pembelajaran atau mata pelajaran dilaksanakan pada sekolah. Seluruh pelaku
pendidikan diharapkan melakukan upaya menjadikan guru, siswa, karyawan,
dan orang tua adalah teladan bagi siswa dalam pengembangan karakter. Sikap,
perilaku, dan karakter positip terus menerus diajarkan, diciptakan ruang agar
para siswa memiliki kesempatan mempraktikkan nilai-nilai karakter.
The shortest and surest way to live with honor in the world is to be in
reality what we would appear to be. All human virtues increase and strengthen
themselves by the practice and experience of them. (Socrates)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73

What you’re doing speaks so loudly that I can’t hear what you're saying. (Ralph
Waldo Emerson), (Doty, 2006). Orang-orang yang memiliki karakter moral yang
baik akan memiliki berbagai macam kebaikan dan rela bertindak untuk
kepentingan jangka panjang, untuk diri sendiri maupun untuk kepentingan orang
lain (Arnold, 2001). Seseorang yang berkarakter misalnya karakter menghormati,
integritas, kejujuran, tanggung jawab, berani, kasih sayang, keadilan, dan
kesopanan. Bredemeier dan Shields (1995) menggambarkan karakter olahraga
dalam empat kebaikan utama yaitu: kasih sayang, keadilan, sportspersonship, dan
integritas, dan percaya bahwa orang-orang yang memiliki karater tersebut akan
memiliki tampilan yang konsisten dalam aktivitas olahraga (Bredemeier &
Shields, 1995) .
Beberapa teori terkait dengan pengembangan moral, karakter, perubahan
perilaku dikaji lebih mendalam sebagai berikut:
1) Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga
komponen (unsur) yaitu perilaku model (contoh), pengaruh perilaku model,
dan proses internal. Individu melakukan pembelajaran dengan proses
mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru), kemudian
mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi
perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di
lingkungannya apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat,
pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru.
Proses belajar dalam hal ini belajar dalam interaksi sosial terjadi dalam
urutan tahapan peristiwa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah
sebagai berikut:
a) tahap perhatian (attentional phase)
Para siswa atau para peserta didik pada tahap pertama pada umumnya
memusatkan perhatian pada suatu perilaku pada obyek materi atau perilaku
model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan
materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Perhatian
untuk para peserta didik commit to user
dapat diciptakan misalnya guru dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74

mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok


materi atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh
perilaku tertentu.
b) tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)
Informasi berupa materi dan contoh perilaku model ditangkap,
diproses dan disimpan dalam memori. Peserta didik lazimnya akan lebih
baik dalam menangkap dan menyimpan segala informasi yang disampaikan
atau perilaku yang dicontohkan apabila disertai penyebutan atau penulisan
nama, istilah, dan label yang jelas serta contoh perbuatan yang akurat.
c)tahap reproduksi (reproduction phase)
Segala bayangan atau citra mental (imagery) atau kode-kode simbolis
yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam
memori peserta didik diproduksi kembali. Guru dapat menyuruh mereka
membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka serap atau mereka
simpan setelah melihat misalnya dengan menggunakan sarana tes atau
penugasan.
d) tahap motivasi (motivation phase)
Tahap terakhir dalam proses terjadinya perilaku sesorang dalam proses
belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai
reinforcement bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta
didik. Pada tahap ini, guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah, atau
nilai tertentu kepada para peserta didik yang berkinerja memuaskan, kepada
yang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan perlu diyakinkan akan
arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan model (guru)
bagi kehidupan siswa.
Proses pembelajaran dan pendidikan yang berlangsung secara formal
di sekolah maupun yang berlangsung secara informal di lingkungan keluarga
memiliki peranan penting dalam mengembangkan perkembangan moral,
perilaku siswa. Perkembangan perilaku, kepribadian berlangsung sejak masa
bayi hingga akhir hayat. Proses perkembangan sosial dan moral siswa selalu
commit to user
berkaitan dengan proses belajar. Konsekuensinya kualitas hasil
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75

perkembangan sosial siswa sangat bergantung pada kualitas proses belajar


(khususnya belajar sosial) siswa di lingkungan sekolah dan keluarga maupun
di lingkungan yang lebih luas. Ini bermakna bahwa proses belajar amat
menentukan kemampuan siswa dalam bersikap dan berperilaku sosial yang
selaras dengan norma moral agama, moral tradisi, moral hukum, dan norma
moral lainnya yang berlaku dalam masyarakat siswa yang bersangkutan.
2) Teori Struktural Pengembangan Moral (Structural Theory of Moral
Development)

Penalaran moral dalam konsep Köhlberg berkembang melalui


tahapan tertentu. Perkembangan penalaran moral menurut Köhlberg dibagi
menjadi tiga tingkatan dimana tiap tingkatannya terbagi menjadi dua tahap
yang saling berkaitan, yaitu :
a) Tingkat pra-konvensional Individu memandang kebaikan identik dengan
kepatuhan terhadap otoritas dan menghindari hukuman. Tingkatan moral
pra-konvensional dalam konteks interaksi antar individu dengan
lingkungan sosialnya ditandai oleh baik-buruk yang berdasarkan pada
keinginan diri sendiri. Tingkatan pra-konvensional dibagi menjadi dua
tahapan, yaitu:
Tahap 1: orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar 0-7 tahun).
Akibat fisik dari suatu perbuatan yang dilakukan menentukan baik
buruknya perbuatan itu tanpa menghiraukan arti dan nilai manusiawi
dari akibat perbuatan tersebut. Siswa pada tahap ini menghindari
hukuman dan tunduk pada kekuasaan tanpa mempersoalkannya. Baik-
buruknya per-buatan dinilai sebagai hal yang berharga dalam dirinya
sendiri dan bukan karena rasa hormat terhadap tatanan moral yang
melandasi dan yang didukung oleh hukuman dan otoritas.
Tahap 2: orientasi relativitas instrumental (sekitar 10 tahun). Siswa
beranggapan bahwa perbuatan yang benar adalah perbuatan yang
merupakan cara atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri pada
tahap ke-2. Siswa sudah lebih menyadari tentang kebutuhan-kebutuhan
commit toserta
pribadi dan keinginan-keinginan, user bertindak demi orang lain tetapi
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76

dengan mengharapkan suatu balasan. Hubungan antar manusia kadang-


kadang ditandai relasi timbal balik.
b) Tingkat konvensional individu pada tingkat ini memandang bahwa
memenuhi harapan-harapan keluarga dan kelompok dianggap sebagai
sesuatu yang sangat berharga pada diri sendiri, tidak mempedulikan lagi
pada akibat-akibat yang langsung dan nyata (kelihatan). Sikapnya sangat
konformis terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, bahkan,
individu sangat loyal dan aktif mempertahankan, mendukung, dan
membenarkan seluruh tata tertib itu serta mengidentifikasikan diri
dengan orang atau kelompok yang terlibat. Tahap 3: orientasi
kesepakatan antar pribadi (sekitar usia 13 tahun). Tahap ini biasa disebut
sebagai orientasi “Siswa Manis”. Tahap ini memadang perilaku yang
baik adalah yang menyenangkan dan membantu orang lain serta yang
disetujui oleh mereka. Tindakan seseorang siswa untuk mendapatkan
penerimaan dan persetujuan dari lingkungan sosial dan kelompoknya.
Pada tahap ini perilaku sering di nilai menurut niatnya.
Tahap 4: orientasi hukum dan ketertiban (sekitar 16 tahun) Tahap
orientasi hukuman dan ketertiban ini berarti bahwa terdapat orientasi
terhadap otoritas, aturan yang tetap, dan penjagaan tata tertib sosial.
Pada tahap ini perilaku yang baik adalah yang melakukan kewajiban,
menghormati otoritas, dan menjaga tata tertib sosial yang ada sebagai
sesuatu yang bernilai dalam dirinya sendiri.
c) Tingkat paska-konvensional Pada tingkat paska-konvensional terdapat
usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral
yang memiliki keabsahan serta dapat diterapkan terlepas dari otoritas
kelompok atau orang yang berpegangan pada prinsip moral yang
universal, yang tidak terkait dengan aturan-aturan setempat atau seluruh
masyarakat. Tingkatan ini terbagi menjadi : tahap 5: orientasi kontrak
sosial yang legalistik (sekitar dewasa awal) Perbuatan yang baik
cenderung dirumuskan dalam kerangka hak dan ukuran individual
umum yang telah diuji commit to user
secara kritis dan telah disepakati oleh seluruh
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77

masyarakat.
Tahap 6: orientasi prinsip etika universal (masa dewasa) Benar
atas suatu perbuatan ditentukan oleh keputusan suara hati, sesuai dengan
prinsip etis yang dipilih sendiri, hukum tetap dipandang sebagai sesuatu
yang penting tetapi ada nilai-nilai yang lebih tinggi yaitu prinsip
universal mengenai keadilan, pertukaran hak dan keamanan martabat
manusia sebagai seorang pribadi (Köhlberg, 1995).
3) Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial dikenalkan tahun 1960-an sebagai teori
pembelajaran sosial oleh Albert Bandura. Pembelajaran terjadi dalam
konteks sosial dengan interaksi dinamis dan timbal balik antar manuasia,
lingkungan, dan perilaku. Teori kognitif sosial menekankan pada pengaruh
sosial dan penguatan sosial eksternal dan internal. Teori kognitif sosial
mempertimbangkan cara unik di mana individu memperoleh dan
memelihara perilaku, sambil juga mempertimbangkan lingkungan sosial di
mana individu melakukan perilaku. Teori kognitif sosial memperhitungkan
pengalaman masa lalu seseorang, tindakan perilaku apa yang akan terjadi.
Pengalaman masa lalu ini mempengaruhi motivasi untuk membentuk
apakah seseorang akan terlibat dalam perilaku tertentu dan alasan seseorang
terlibat dalam perilaku itu, (Young, M. D et all, 2016).
Konstruksi yang dikembangkan sebagai bagian dari teori kognitif sosial:
a. Determinisme timbal balik adalah konsep pusat teori kognitif sosial
mengacu pada interaksi orang yang dinamis dan timbal balik (individu
dengan serangkaian pengalaman yang dipelajari), lingkungan (konteks
sosial eksternal), dan perilaku (respons terhadap rangsangan untuk
mencapai tujuan).
b. Kemampuan perilaku, mengacu pada kemampuan aktual seseorang
untuk melakukan perilaku melalui pengetahuan dan keterampilan.
Seseorang dinyatakan berhasil melakukan perilaku jika seseorang
mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
commit
Orang-orang belajar dari to user
akibat perilaku dalam lingkungan tempat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78

tinggal.
c. Pembelajaran observasional, menegaskan bahwa orang dapat
menyaksikan dan mengamati perilaku yang dilakukan oleh orang lain,
dan kemudian mereproduksi perilaku tersebut. Hal tersebut sering
disebut dengan pemodelan perilaku. Seseorang dapat melakukan
perilaku dengan sukses, jika individu melihat perilaku lain yang sukses.
d. Pengaruh Faktor Eksternal-Internal adalah respons internal atau
eksternal terhadap perilaku seseorang yang mempengaruhi melanjutkan
atau menghentikan perilaku.
e. Harapan, mengacu pada akibat dari perilaku seseorang. Harapan dapat
terkait dengan berbagai bidang. Orang mengantisipasi akibat dari
tindakan sebelum terlibat dalam perilaku, dan akibat yang diantisipasi
ini dapat mempengaruhi keberhasilan penyelesaian perilaku. Harapan
sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya, sementara harapan
dapat berasal dari pengalaman sebelumnya, harapan berfokus pada nilai
yang ditempatkan pada hasil dan tunduk pada individu.
f. Self Efficacy mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang pada
kemampuannya untuk berhasil melakukan tindakan. Self Efficacy
dipengaruhi oleh kemampuan spesifik seseorang dan faktor individu
lainnya, serta oleh faktor lingkungan (hambatan dan fasilitator), Bandura
(2001) .
4) Teori Pendidikan Karakter Thomas Lickona
Thomas Lickona memberikan arti pendidikan karakter adalah usaha
disadari dari seluruh dimensi kehidupan sosial untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal. Lickona (2013) menyatakan karakter
merupakan sifat alami seseorang dalam merespons berbagai situasi secara
bermoral. Tahapan dalam mengembangkan karakter sebagai berikut: moral
knowing, moral feeling, and moral acting the good.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79

Gambar 2.16 Tahapan Pengembangan Karakter, Sumber: Lickona, 2013

Moral action (tindakan moral) diartikan seseorang telah mampu


melakukan sikap, perilaku dalam berbagai interaksi yang dalam tingkatan
yang baik. Karakter yang baik dapat diilustrasikan pada gambar dapat
dicapai dengan tahapan sebagai berikut: moral knowing (pengetahuan
moral), berisi tentang kesadaran moral, pengetahuan nilai moral, penentuan
perspektif, pemikiran moral, pengambilan keputusan, dan pengetahuan
pribadi. Moral feeling (perasaan moral) berisi tentang hati nurani, harga
diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri, dan kerendahan hati.
Moral acting the good (tindakan moral) berisi tentang kompetensi,
keinginan, dan kebiasaan.
Lickona, dkk (2007) menyatakan sebelas prinsip pendidikan
karakter agar dapat berjalan efektif: (1) mengembangkan nilai-nilai
moral, etika yang paling utama dan nilai-nilai pendukungnya (2)
mengartikan karakter secara komprehensif terdiri dari pikiran, perasaan,
dan perilaku, (3) pendekatan yang komprehensif, disengaja, dan proaktif
untuk pengembangan karakter, (4) membangun komunitas di sekolah
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80

yang perhatian dan peduli pada orang lain, (5) memberi kesempatan
pada siswa untuk melakukan tindakan dan aksi moral, (6) membuat
kurikulum yangmenghormati semua peserta didik, mengembangkan
karakter, dan membantu setiap siswa untuk sukses, (7) mendorong
motivasi setiap siswa; (8) melibatkan staf sekolah untuk peduli pada
pembelajaran moral dan berbagi tanggung jawab dalam pendidikan
karakter, (9) menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan dan
dukungan jangka panjang dalam upaya menginisiasi berkembangnya
pendidikan karakter, (10) melibatkan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam pengembangan karakter, (11) mengevaluasi karakter
seluruh staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa
mengaplikasikan nilai karakter yang baik.
4. Sekolah Sepak bola
a. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga untuk memberikan layanan pendidikan,
proses belajar dan mengajar. Istilah sekolah digunakan untuk lembaga yang
memberikan layanan pendidikan dijenjang pendidikan dasar, dan
menengah, sedangkan untuk jenjang pendidikan dapat dilaksanakan oleh
perguruan tinggi, sekolah tinggi, universitas, institut, atau politeknik
(Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010). Sekolah dipimpin oleh kepala
sekolah, dan dalam operasionalnya dibantu wakil kepala sekolah, guru, dan
staf karyawan (Permen tentang sekolah/ Sisdiknas).
Jalur pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu jalur pendidikan
formal, jalur non formal dan informal. Penddikan formal dilaksankan
melalui sekolah formal dari mulai Taman kanak-kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi, pendidikan non formal meliputi:
1) pendidikan kecakapan hidup;
2) pendidikan anak usia dini;
3) pendidikan kepemudaan;
4) pendidikan pemberdayaan perempuan;
5) pendidikan keaksaraan;commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81

6) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja; dan


7) pendidikan kesetaraan.
Pendidikan nonformal bertujuan membentuk manusia yang memiliki
kecakapan hidup, keterampilan fungsional, sikap dan kepribadian
profesional, dan mengembangkan jiwa wirausaha yang mandiri, serta
kompetensi untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan, atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pendidikan non formal sebagai pengganti, penambah,
dan atau pelengkap pendidikan formal atau sebagai alternatif pendidikan;
dan mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan
sikap dan kepribadian profesional dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
b. Sekolah Sepak bola
Subardi (2010:4) menyatakan industrialisasi sepak bola di Indonesia
sudah mulai dapat dilihat tanda-tandanya. Kompetisi LSI (Liga Super
Indonesia) yang merupakan kompetisi sepak bola profesional pada jenjang
tertinggi di Indonesia pada musim kompetisi 2009-2010 dikuiti 18 tim.
Pertandingan LSI berjumlah 306 selama satu musim, live TV : 113
pertandingan, melibatkan jumlah penonton sebanyak : 2.067.500 orang,
rata-rata penonton tiap pertandingan berjumlah 10.712 orang dengan durasi
selama 8 bulan. Liga Super Indonesia bekerja sama dengan PT. Djarum
sebagai sponsor Utama. Kompetisi sepak bola antar klub paling bergensi di
Indonesia tahun 2018 yaitu Liga 1 Gojek. Para pemain Liga 1 Gojek sudah
mendapat penghargaann yang jumlahnya dapat dinyatakan sebagai peng-
hargaan pada sebuah profesi yaitu pemain sepak bola. Lima pemain tim
nasional Indonesia yaitu Stefano Lilipaly, Boas Salosa, Sergio Van Dick,
Ilija Spasojevic dan Victor Igbonefo dipredikasi memiliki penghasilan
diatas 2 miliar per tahun, (www.panditfootball, 2018).
Pengelolaan sepak bola telah mengalami sebuah perubahan dari yang
commit
awalnya sekedar untuk pengisi to user
waktu luang telah menjadi sebuah industri.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82

Industrialisasi menjadikan paradigma dan pola pikir bahwa menjadi pemain


sepak bola yang awalnya hanya sebuah hobby telah berubah menjadi
sebuah profesi. Pemain sepak bola telah menjadi sebuah pekerjaan yang
harus memiliki syarat-syarat berupa keterampilan. Paradigma dan
perubahan pengelolaan sepak bola yang demikian memicu berdirinya
sekolah sepak bola di Indonesia. Sekolah sepak bola memberikan layanan
pendidikan dan pelatihan yaitu pengembangan teknik (keterampilan gerak),
fisik, keterampilan tentang taktik, dan kemampuan mental bermain sepak
bola. Putri, (2014) Sekolah sepak bola adalah organisasi swadaya
masyarakat, lembaga pendidikan non-formal yang bertujuan untuk
memberikan layanan latihan agar siswa memiliki keterampilan dan mampu
berprestasi dalam bermain sepak bola atau menjadi pemain sepak bola yang
professional.
Sekolah Sepak bola adalah lembaga yang memberikan kesempatan
pada semua pemain yang ingin berpartisipasi. Pemisahan atau penolakan
berdasarkan kemampuan ditiadakan, setiap upaya dilakukan untuk
mengakomodasi pemain menjadi menyenangkan dan menarik, dan
lingkungan yang menyenangkan. Lingkungan sekolah sepak bola yang
memungkinkan pemain untuk mengembangkan, mendorong keinginan
untuk bermain sepak bola dan kesempatan untuk mengalami nilai-nilai
yang ditawarkan seperti meningkatkan kebugaran fisik, disiplin, hormat,
persahabatan dan atribut lainnya yang lazim dari hasil permainan.

Gambar 2.17 Struktur Pembinaan


commit toSepak
user bola di Indonesia: Sumber,
Dokumentasi Peneliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83

PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia) menetapkan struktur


pembinaan sepak bola dilakukan oleh sekolah sepak bola dan klub sepak
bola dengan pembagian tugas pembinaan pemain usia 7-15 tahun dilakukan
SSB, usia diatas 16-19 tahun dan senior dilakukan dilakukan oleh klub
sepak bola. Pengelolaan dan pembinaan sekolah sepak bola (SSB) sebagai
pondasi atau peletakan dasar-dasar yang kuat keterampilan bermain sepak

bola yang baik, (Driyono, 2018).


Sekolah Sepak bola (SSB) adalah Lembaga pendidikan non formal
yang berfungsi memberikan layanan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam bermain sepak bola dengan usia maksimal 12 tahun, akademi sepak
bola adalah Lembaga pendidikan non formal yang berfungsi memberikan
layanan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bermain sepak bola
dengan usia 6-12 tahun, Akademi Sepak bola memberikan layanan pada
siswa usia 13-17 tahun, dan klub sepak bola adalah lembaga atau organisasi
yang berfungsi memberikan layanan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dalam bermain sepak bola kepada pemain 18+, (Askab PSSI Kabupaten
Sleman, 2018).

c. Sekolah Sepak bola di Kabupaten Sleman


Berdasarkan uraian sepak bola dan sekolah maka sekolah sepak bola
(SSB) dapat dikategorikan sebagai layanan pendidikan jalur nonformal
dimana SSB merupakan tempat, organisasi atau lembaga pendidikan yang
khusus didirikan untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar atau
berlatih tentang sepak bola dengan tujuan memberikan bekal penguasaan
keterampilan bermain sepak bola agar dapat menjadi pemain sepak bola
yang profesional. Sekolah Sepak bola melaksanakan proses latihan sepak
bola secara terstruktur dan berjenjang dari umumnya antara usia 6-15 tahun.
SSB merupakan wadah pembinaan pemain usia muda yang
pengelolaannya belum terstandarisasi, fasilitas latihan masih belum
optimal, kurikulum belumcommit to user
tersusun dengan baik, sumber daya pelatih
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84

terbatas, namun dengan segala keterbatasannya SSB merupakan tempat


berlatih jika seseorang berkeinginan berprestasi pada cabang sepak bola.
Pembinaan pemain usia muda melalui sekolah sepak bola ditingkat provinsi
dilakukan oleh Asprov PSSI melalui Asosiasi Sekolah Sepak bola (ASSBI)
PSSI, sedangkan pembinaan SSB diwilayah kabupaten pengelolaanya
dilakukan oleh Askab PSSI Kabupaten pada bidang Komite Usia Muda dan
Usia Dini.
Proses latihan pada sekolah sepak bola merupakan proses
meningkatkan pengetahuan, keterampilan fisik, teknik, taktik dan
mengembangkan sikap, kepribadian, karakter siswa. Sekolah sepak bola
termasuk dalam kategori pendidikan non formal dan dilaksanakan secara
terstruktur dan berjenjang. Sekolah sepak bola dalam menjalankan program
latihan, kompetisi, program kerja dan tata kelolanya dibina, dikendalikan
oleh Persatuan sepak bola seluruh Indonesia (PSSI). Sekolah sepak bola
memberikan layanan kepada siswa dengan usia 7-15 tahun, organisasi
latihan berjumlah 15-25 siswa setiap kelompok latihan dan setelah lulus
diharapkan siswa dapat melanjukan pendidikan dan latihan pada jenjang
akademi sepak bola, pusat latihan sepak bola, atau klub sepak bola,
(Irkham, 2018).
Eko Budiyanto, (2018) latihan pada SSB diselenggarakan dengan
frekuensi tiga kali setiap minggu, dengan lama berlatih antara 90-120 menit
setiap pertemuan. Perencanaan latihan berpedoman pada kurikulum yang
dikembangkan oleh PSSI dan disesuaikan dengan kondisi dari setiap SSB.
Proses latihan dikelompokkan berdasarkan pada usia siswa yaitu 7-8, 9-10,
11-12, dan 13-15 tahun. Proses latihan yang telah dilaksanakan dievaluasi
untuk mengetahui peningkatan dan perkembangan dari setiap siswa.
Sekolah sepak bola dalam mengelola seluruh kegiatan belum memiliki
standar atau panduan yang baku sebagaimana sekolah formal sehingga
kualitas layanan satu SSB dengan SSB lainnya dimungkinkan terjadi
perbedaan.
commit
SSB sebagaimana diatur to user
dalam peraturan organisasi Askab PSSI
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85

Sleman dinyatakan dapat diselenggarakan oleh pihak-pihak yang peduli


pada pembinaan pemain usia muda. Upaya mengelola SSB dalam wadah
yang lebih terorganisasi telah dilakukan dengan pendataan dan
menyelenggarakan kompetisi secara rutin. Berikut ini adalah daftar SSB
pada Komite Usia Muda Usia Dini Askab PSSI Sleman pada tahun 2019:
Tabel 2.2 Daftar Sekolah Sepak Bola Anggota Komite Usia Muda Usia
Dini Askab PSSI Sleman
Nama Sekolah Sepak
No bola Tempat Berlatih
Lapangan Sepak bola Gendengan Desa
1 AMS Sayegan Sayegan
2 Pesat Tempel Lapangan Sepak bola Desa Tempel
Real Madrid Lapangan Sepak bola UNY
3 Foundation UNY Karangmalang
4 Satria Pandawa Lapangan Sepak bola Pendowoharjo
5 ABBA Junior Lapangan Sepak bola Bayen Sleman
6 KKK Klajoran Lapangan Sepak bola Desa Klajoran
7 BSA TAMA Lapangan Sepak bola Desa Sidoarum
8 AMTRI Lapangan Sepak bola Desa Tridadi
9 SAYEGAN UNITED Lapangan Sepak bola Desa Sayegan
10 SATRIA SEMBADA Lapangan Sepak bola Desa Balecatur
Lapangan Sepak bola Desa
11 ARGOMULYO Argomulyo
Lapangan Sepak bola Desa
12 TMS Sendangadi Sendangadi
Lapangan Sepak bola Desa
13 TMC Cangkringan
14 GELORA MUDA Lapangan Sepak bola Desa Gentan
Lapangan Sepak bola Desa
15 MATRA Maguwoharjo
Lapangan Sepak bola Desa
16 BPJ Wedomartani
17 BANGUNKERTO Lapangan Sepak bola Desa Turi
18 BADAI MOYUDAN Lapangan Sepak bola Desa Moyudan
19 BPM Lapangan Sepak bola Desa Mlati
Lapangan Sepak bola Desa Triharjo
20 Satria Utomo Sleman
Sumber : Komite Usia Muda Usia Dini Askab PSSI Sleman

Dari data tersebut, diketahui ada 20 Sekolah Sepak Bola yang terdaftar
pada Komite Usia Muda commit to user
Usia Dini Askab PSSI Sleman. Jumlah siswa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86

masing-masing Sekolah Sepak Bola bervariasi, mulai dari 70-an siswa


hingga 300-an siswa. Lapangan yang digunakan untuk berlatih dengan cara
meminjam atau menyewa lapangan milik daerah dan universitas. Pada
beberapa sekolah sepak bola jumlah siswa yang sangat banyak tersebut
tidak sebanding dengan luas lapangannya.
Lapangan yang digunakan sebagian besar belum memenuhi standar
baik ukuran maupun kualitasnya, dilihat dari segi bangunannya, belum ada
Sekolah Sepak Bola yang memiliki fasilitas pendukung yang lengkap
seperti asrama, ruang kelas, ruang ganti, ruang kebugaran, dan ruang medis.
Sarana dan prasarana latihan yang kurang memadai menyebabkan kegiatan
pembinaan sepak bola usia muda berjalan kurang optimal, (Sulistiyono,
2015).
Layanan pelatihan pada siswa antara suatu SSB dengan SSB lainnya
masih berbeda-beda tetapi pada dasarnya pengelompokan siswa didasarkan
pada kelompok umur siswa. SSB umumnya memberikan layanan latihan
dengan prinsip satu (1) pelatih menangani 20-25 pemain berdasarkan usia.
Pembagian siswa bedasarkan usia yaitu sebagai berikut kelompok umur 8,
10, 12, 14, dan maksimal 16 tahun. Fase usia 15 atau 16 tahun merupakan
usia dimana layanan latihan dapat dberikan oleh SSB atau akademi sepak
bola atau klub sepak bola sampai dengan usia 18 tahun. Program latihan
pada siswa SSB difokuskan pada pengembangan keterampilan teknik,
taktik, fisik dan mental.
4. Karakteristik Anak Usia 9-12 tahun
Manusia hidup dimulai dari masih dalam kandungan, lahir, tumbuh
dan berkembangn sampai tua dan akhirnya mati. Fase pertumbuhan dan
perkembangan hidup manusia (Sugiyanto,1991) dibedakan menjadi 5
tahapan sebagai berikut:
1) Fase sebelum lahir (prenatal), fase dimana perkembangan masih di
dalam kandungan. Ibu mengadung normalnya akan melahirkan setelah
9 bulan 10 hari. Fase awal (germinal) adalah fase dimana sejak pertama
kali terjadi pembuahancommit
sampai to2 user
minggu. Embrio adalah fase antara 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87

minggu sampai dengan 8 minggu. Janin (fetus) meupakan fase 8


minggu sampai saat kelahiran.
2) Fase bayi (infant), merupakan fase dimana semenjak dilahirkan sampai
dengan menginjak umur 1 atau 2 tahun. Fase kelahiran (neonetal)
merupakan fase saat lahir sampai dengan 4 minggu.
3) Fase anak-anak (childhood), fase anak-anak merupakan fase dimana
perkembangan mulai umur 1 atau 2 atahun sampai 10 atau 12 tahun.
Pada fase anak-anak dibagi menjadi 2 fase, yaitu; 1) fase anak kecil
(early childhood) merupakan perkembangan pada umur 1 tahun atau 2
tahun sampai dengan 6 tahun, 2) fase anak besar (later childhood)
adalah masa perkembangan sejak umur 6 tahun sampai umur 10 tahun
atau 12 tahun.
4) Fase adolensi (adolescence), pada fase perkembangan adolensi antara
perempuan dan laki-laki akan dimulai dan diakhiri pada umur yang
berbeda. Pada perempuan akan dimulai pada umur 10 tahun dan
berakhir pada umur 18 tahun. Sebaliknya pada laki-laki akan dimulai
ada umur 12 tahun dan berakhir pada umur 20 tahun. Pada intinya
perempuan akan mengalami masa adolensi 2 tahun lebih awal, dan
berakhirnya pun akan lebih awal 2 tahun.
5) Fase dewasa (adulthood), perkembangan pada masa ini dibagi menjadi
3 fase yaitu: 1) fase dewasa (young adulhood), merupakan fase dimana
perkembangan mulai umur 18 tahun pada perempuan dan 20 tahun pada
laki-laki sampai dengan umur 40 tahun. 2) fase dewasa madya (middle
adulhood) adalah masa antara umur 40 tahun sampai dengan 60 tahun.
Fase tua (older adulhood) mulai dari umur 60 tahun sampai seterusnya.
Anak besar memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak kecil,
atau orang dewasa. Karakteristik anak besar penting terkait dengan
pengembangan model latihan dalam penelitian ini. Karakteristik yang
menjadi ciri-ciri anak besar diantaranya perkembangan kemampuan gerak,
kemampuan melakukan aktivitas fisik, pertumbuhan fisik, dan keberminatan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88

dalam melakukan aktivitas gerak atau fisik. Kemampuan dalam melakukan


gerak dasar semakin meningkat dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Gerakan dapat dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien
2) Gerakan dapat dilakukan dengan semakin lancar dan efisien
3) Pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi
4) Gerakan semakin bertenaga
Minat melakukan aktivitas fisik pada anak besar dipengaruhi oleh
kesempatan yang dimiliki oleh anak. Semakin besar anak-anak diberi
kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik maka minatnya semakin tingi.
Faktor keluarga berperan penting dalam memfasilitasi dan mendukung
terciptanya lingkungan kesempatan melakukan aktivitas fisik pada anak-
anak. Berikut sifat anak-anak ketika melakukan aktivitas fisik:
1) Kemampuan untuk memusatkan perhatian relatif tinggi.
2) Semanagat untuk mencari pengalaman baru cukup tinggi.
3) Perkembangan sosial anak besar semakin membaik.
4) Perbedaan perilaku antara laki-laki dengan perempuan semakin jelas,
dimana mereka kurang senang bermain dengan lawan jenisnya, dan
semakin jelas pada fase akhir anak besar.
5) Semangat untuk mengusai suatu bentuk aktivitas fisik tertentu dan
berkompetisi tinggi.
5. Latihan, Latihan Keterampilan dan Karakter
a. Latihan
Latihan merupakan kegiatan utama dalam proses pembinaan olahraga
dalam mencapai prestasi. Kegiatan-kegiatan selain latihan yang dilakukan
oleh atlet dan pelatih yaitu aktivitas mengatur, mengelola pola makan,
mensinergikan aktivitas belajar dan sekolah bagi atlet pelajar, berkompetisi,
pertandingan persahabatan, dan masih banyak lagi aktivitas pembinaan yang
harus dilakukan tetapi yang menjadi perhatian utama adalah latihan.
Lutan, (1999) menyatakan latihan dalam bidang apapun adalah
meningkatkan ilmu, ketrampilan dan kinerja peserta pelatihan setinggi
mungkin dalam bidang yang ditekuninya, demikian pula dalam hal latihan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89

olahraga yaitu upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap


supaya mampu mencapai prestasi optimal.
Menurut Sukadiyanto (2002) istilah latihan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice,
exercises, dan training. Pengertian latihan yang berasal dari kata practise
adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga
dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan cabang olahraganya. Latihan merupakan usaha untuk
meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, agar
mempermudah melakukan gerakan dalam menggunakan alat ataupun tidak
menggunakan alat. Pembebanan dalam latihan harus diatur sebaik mungkin
agar tujuan latihan dapat tercapai. Mengembang-kan konsep berlatih melalui
pengalaman praktis di lapangan dan pendekataan keilmuan akan
menciptakan proses latihan yang efektif, tepat sasaran, efisisen. Latihan
yang terprogram dengan baik akan membentuk seorang pemain sepak bola
dengan maksimal.
Menurut Robert (1997: 1) latihan yang baik dapat mendukung
perkembangan dan mempersiapkan teknik pemain sepak bola. Pemain sepak
bola tidak dapat dibentuk secara instan, tetapi memerlukan proses latihan
dalam jangka panjang. Berikut beberapa ciri-ciri latihan menurut
Sukadiyanto (2005: 10):
1) Suatu proses untuk mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik
dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pertahapan), serta
memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.
2) Proses latihan harus teratur dan progresif. Teratur maksudnya latihan
harus dilakukan secara konsisten, maju dan berkelanjutan (kontinyu),
sedangkan bersifat progresif maksudnya materi latihan diberikan dari
yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang lebih sulit
(komplek), dari yang ringan ke yang berat.
3) Pada setiap kali tatap muka (satu sesi/satu unit latihan) harus memiliki
tujuan dan sasaran.
4) Materi latihan harus berisikan materi teori dan praktek, agar
commitkerampilan
pemahaman dan penguasahan to user menjdai relatif permanen.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90

5) Menggunakan model tertentu yaitu cara efektif yang direncsiswaan


secara bertahap dengan memperhitungan faktor kesulitan, kompleksitas
gerak, dan penekanan pada sasaran latihan.
Harsono (1988:67) menjelaskan latihan adalah proses yang sistematis
dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
semakin hari semakin menambah jumlah beban latihan atau pekerjaan.
Latihan yang sistematis merupakan latihan yang terencana, menurut jadwal,
menurut pola dan standar tertentu, metodis, dari mudah ke sukar, sederhana ke
yang lebih komplek, dan tentunya teratur. Latihan dilakukan berulang-ulang
artinya agar gerakan-gerakan yang sukar dilakukan menjadi semakin mudah
dan otomatis dalam pelaksanaanya. Latihan ditambah bebannya maksudnya
secara periodik, segera setelah tiba saatnya latihan untuk ditambah bebannya.
Latihan yang berjenjang, terprogram, berkelanjutan dengan durasi
kurang lebih 10.000 jam merupakan syarat untuk bersiap pada kompetisi
professional. Faktor keturunan (genetik) terkait keberkatan pada suatu cabang
olahraga semakin mempermudah seseorang olahragawan untuk lebih cepat
berkembang, lebih baik penampilannya dibanding yang tidak berbakat.
Komitmen, motivasi, dan kemampuan bekerja sama dengan anggota tim
merupakan faktor lainnya untuk mencapai sukses dalam bermain sepak bola.
Latihan dalam bidang olahraga, khususnya sepak bola pada hakikatnya
adalah sebuah upaya, proses aktivitas untuk mencapai prestasi optimal dalam
hal ini adalah unjuk kerja, atau kinerja ketika bertanding atau berkompetisi
pada cabang sepak bola. Pembeda latihan dengan aktivitas fisik lainnya adalah
latihan harus mengikuti suatu prinsip-prinsip atau hukum-hukum latihan
dimana jika tidak diikuti atau dipatuhi akan berakibat gagalnya target atau
kinerja ketika bertanding, berkompetisi sepak bola belum optimal. Berikut
adalah prinsip-prinsip menyelenggarakan sebuah proses latihan: 1) specifik
(khusus), 2) progresif overload (beban lebih yang selalu meningkat) 3)
reversibility (pulih asal) 4) individual diference (Reily, 2007).
Latihan olahraga harus memenuhi prinsip spesifik atau khusus artinya
latihan untuk cabang olahraga beladiri berbeda dengan cabang sepak bola.
Latihan yang bertujuan unttuk meningkatkan keterampilan teknik berbeda
commitkondisi
dengan latihan untuk meningkatkan to userfisik. Latihan untuk meningkatkan
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91

keterampilan menendang berbeda dengan latihan untuk meningkatkan


keterampilan menerima bola. Latihan untuk meningkatkan daya ledak otot
berbeda dengan latihan untuk meningkatkan kekuatan otot. Latihan untuk
pemain sepak bola berposisi pemain tengah berbeda dengan posisi penjaga
gawang. Latihan harus semakin khusus sesuai dengan kebutuhan, fungsi, tugas
dan tujuan yang ingin dicapai.
Latihan harus memenuhi prinsip progresif overload artinya latihan
seharusnya memiliki peningkatan dengan memanipulasi beban latihan yang
lebih berat dibandingakn latihan sebelumnya. Manipulasi prinsip progresif
beban lebih ini dapat dilakukan dengan pendekatan frekuensi, intensitas, lama,
dan jenis latihan. Frekuensi latihan perminggu yang berbeda antara suatu
program latihan akan memberikan pengaruh efektifitas yang berbeda,
misalnya seorang olahragawan melakukan latihan dalam seminggu 3x
dibandingkan dengan latihan seminggu 5x seharusnya memberikan hasil
latihan yang berbeda dan frekuensi latihan merupakan satu komponen yang
dapat dimanipulasi dalam upaya mengelola prinsip beban lebih yang selalu
meningkat.
Intensitas latihan berhubungan dengan denyut nadi permenit atau
jumlah beban yang diangkat untuk latihan beban. Latihan yang bertujuan
untuk meningkatkan daya tahan aerobik harus dilakukan dalam intensitas
sedang dan dilakukan minimal 30 menit. Latihan dengan intensitas tinggi
ditandai dengan denyut nadi berada pada kisaran 80% dari denyut nadi
makimal. Latihan untuk meningkatkan daya tahan otot harus dilakukan
dengan jumlah beban ringan dengan repetisi 15-30x. Mengelola intensitas
latihan sangat berhubungan dengan frekuensi dan lamanya latihan dilakukan.
Lama latihan merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan satu session atau satu kali pelaksanaan latihan. Satu sesi latihan
dapat dilakukan 60 menit, 90 menit, 120 menit sangat tergantung dari usia,
jenis komponen latihan, intensitas latihan yang ditetapkan oleh seorang
pelatih. Latihan untuk peningkatan keterampilan teknik misalnya
commit
membutuhkan waktu atau lama to user
latihan yang lebih panjang dengan intensitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92

yang rendah tetapi latihan untuk peningkatan daya ledak otot membutuhkan
waktu yang relatif lebih pendek dengan intensitas tinggi.
Jenis atau tipe latihan, isi latihan berhubungan dengan frekuensi,
intensitas, dan lama latihan. Isi latihan yang bertujuan peningkatan teknik
maka intensitas menurun. Latihan dengan berbagai jenis model akan
mengurangi kebosanan atlet. Latihan yang bertujuan sama untuk
meningkatkan daya tahan aerobik dapat dilakukan dengan model atau isi
latihan countinous running, interval training, bersepeda, berenang dan
berbagai aktivitas lainnya yang beragam. Latihan untuk meningkatkan
kekuatan otot dapat dilakukan dengan model atau jenis latihan berbeban
dengan alat atau tanpa alat. Latihan berbeban dapat dilakukan dengan dengan
model isometrik atau isokinetik.
Reversibility (pulih asal) merupakan prinsip latihan yang harus dipahami
oleh seorang pelatih. Kondisi fisik tubuh khususnya akan kembali pada
kondisi awal jika serang atlet tidak melakukan latihan. Kembali pada kondisi
awal ini berbeda-beda pada setiap kondisi fisik, misalnya komponen kekuatan
otot relatif bertahan lebih lama walaupun tidak berlatih jika dibandingkan
komponen daya tahan aerobik. Prinsip pulih asal sangat penting dalam
pengelolaan suatu program latihan terkait dengan fase atau periodesasi latihan.
Berapa lama waktu istirahat yang diberikan pada seorang atlet dari satu sesi
latihan ke satu latihan yang lain tergantung pada berbagai prinsip latihan
lainnya.
Prinsip perbedaan individu (individulal dirference) harus diperhatikan
seorang pelatih. Seorang atlet memiliki kemampuan untuk belajar, berlatih
yang berbeda dengan atlet lainnya. Seorang atlet mungkin mengalami
peningkatan komponen kekuatan yang lebih cepat dibanding lainya, demikian
juga seorang atlet mampu belajar skill lebih cepat dibanding atlet lainnya
walaupun perlakuan terhadap mereka sama. Kemampuan individu seorang
atlet lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetika dan hal ini telah banyak
dilakukan penelitian sehingga dalam konteks olahraga prestasi mendapatkan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93

atlet berbakat dengan diteliti dari faktor gentika lebih menguntungkan


melatiha atlet yang tidak berbakat.
Proses latihan adalah merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
mempersiapkan sebuah tim aatau pemain sepak bola pada sebuah kompetisi.
Tujuan paling mendasar dari latihan adalah untuk meningkatkan kemampuan
pemain pada seluruh komponen pendukung kinerja atau prestasi pemain dan
tim. Kemampuan fisik, fisiologis, teknik, taktik, psikomotor dan psikologis.
Penyempurnaan terus menerus pada seluruh komponen pendukung prestasi
akan memungkinkan pemain untuk berpenampilan pada tingkat yang lebih
tinggi (Reily, 2007).
b. Latihan Pada Cabang Sepak bola
Berbagai model latihan dalam olahraga umumnya telah dikembangkan
oleh ilmuwan dan praktisi olahraga a dengan tujuan atau orientasi peningkatan
pada komponen pendukung prestasi olahraga yang berbeda-beda, misalnya
model latihan plyometric dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan
keterampilan fisik atau kondisi fisik power, model latihan weight training
untuk meningkatkan kekuatan, model latihan circuit training untuk
meningkatkan beberapa komponen fisik secara bersama-sama, model latihan
continuous running untuk meningkatkan daya tahan aerobik dan berbagai
model latihan lainnya. Model latihan untuk meningkatkan keterampilan teknik
dengan metode drill atau mengulang-ulang, model latihan mental dengan
berbagai pendekatan-nya misalnya latihan imagery, latihan goal setting dan
lain sebagainya telah teruji efektifitasnya.
Latihan pada cabang sepak bola pada hakikatanya juga menerapkan
prinsip-prinsip latihan olahraga. Latihan untuk meningkatkan keterampilan
fisik, teknik, taktik dan mental dalam beberapa hal dapat dinyatakan sama
dengan yang dilakukan pada cabang lainnya. Model latihan pada cabang sepak
bola walaupun secara umum sama dengan cabang lainnya tetapi memiliki
kekhususan yang berbeda. Kekhususan latihan pada cabang sepak bola
dikarenakan kebutuhan terhadap setiap komponen pendukung prestasi atau
commit
penampilan pada pemain sepak to user dengan cabang olahraga lainnya
bola berbeda
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94

misalnya komponen kondisi fisik yang paling dominan dibutuhkan cabang


sepak bola berbeda dengan cabang bola voli oleh sebab itu dibutuhkan analisis
dan penelitian, model-model latihan yang lebih spesifik pada cabang sepak
bola.
Proses latihan pada cabang sepak bola dapat didiskripsikan dalam tiga
situasi dan kondisi sebagai berikut: 1) bagaimana informasi disampaikan pada
atlet 2) bagaimana struktur latihannya 3) bagaimana umpan balik diberikan
pada atlet. Tiga situasi dan kondisi proses latihan yang harus diuji efektifitas
dalam upaya meningkatkan keterampilan atet ketika bertanding. Stratton, et,
(2004) menyatakan ada dua pilihan bagi pelatih dalam menyampaikan
informasi yaitu dengan cara demonstrasi dan instruksi verbal, sedangkan pada
struktur latihan terdapat dua model yaitu model blok dan model latihan
random, dan pada tahapan umpan balik, Wiliams, (2003) menyatakan ada
beberapa model sebagai berikut: umpan balik bandwidth, umpan balik
descriptive vs prescriptive, umpan balik summary, dan umpan balik question
and answer style.
Model latihan small side game pada cabang sepak bola adalah latihan
dengan cara bermain sepak bola tetapi lapangan diperkecil dan atau jumlah
pemain dikurangi, small side game tidak seperti sepak bola umumnya untuk
orang dewasa 11 lawan 11, small side game dapat dilakukan dengan cara
bermain tujuh pemain lawan tujuh (7 vs 7) dengan lapangan berukuran
30x50m atau 4 vs 4 dengan ukuran lapangan 25x40m dan modifikasi jumlah
dan ukuran lapangan yang bervariasi (www.pssi,org).
Marco Aguiar, Goreti Botelho, Carlos Lago, Victor Maças, Jaime
Sampaio dalam penelitiannnya yang berjudul Effects of Soccer Small-Sided
Games menyatakan bahwa small sided games memiliki efek pada kemampuan
teknik, taktik, dan fisik secara bersama-sama pada permainan sepak bola.
Evaggelos Manolopoulos, dkk (2012) menyatakan bahwa semakin banyak
jumlah pemain yang terlibat dalam model latihan small side games maka
semakin menurun persentase HR (denyut nadi rata-rata) maksimal seorang
pemain. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa model latihan small side
games merupakan model latihan yang dikembangkan untuk memperoleh hasil
commit to user
pada pengembangan teknik, taktik, atau fisik secara bersama-sama.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95

c. Latihan Keterampilan Teknik pada Cabang Sepak bola


Latihan pada cabang sepak bola yang merupakan sebuah olahraga tim
dengan komponen yang lebih kompleks membutuhkan model-model latihan
yang inovatif sesuai tujuan dan tantangannnya. Keterampilan teknik menjadi
perhatian utama para pelatih yang bertugas menangani pemain usia muda.
Keterampilan teknik passing, receiving, shooting, dribbling, heading, keeping
menjadi sesuatu tujuan dari sebuah proses latihan bagimana caranya agar
seluruh keterampilan teknik tersebut mampu dikuasai oleh calon pemain sepak
bola. Model latihan yang banyak ditemukan dalam referensi buku-buku
panduan latihan, atau buku referensi sepak bola adalah model latihan drill dan
model bermain.
Model latihan dengan konsep terintegrasi yang mampu meningkatkan
beberapa komponen pendukung tercapainya prestasi atau penampilan yang
optimal, efektif dan efisien bagi seorang pemain merupakan sesuatu yang
sangat dibutuhkan. Model latihan yang saat ini sedang populer adalah model
latihan small side games. Model latihan small side games dianggap efektif
karena mampu meningkatkan beberapa komponen penting pendukung kinerja
bermain pada pemain sepak bola
Model latihan small side game atau latihan dengan pendekatan small
side game bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknik dan taktik
secara bersama-sama, bahkan model latihan small side game terbukti mampu
meningkatkan tiga komponen pendukung tercapainya prestasi optimal yatu
teknik, fisik, dan taktik secara bersama-sama (Katis, Athanasios and Kellis,
Eleftherios, 2009). Model latihan small side games misalnya masih menjadi
kajian yang menarik misalnya komponen fisik apa yang mampu ditingkatkan
dengan model small side game, komponen teknik apa yang dapat ditingkatkan
dengan model latihan small side game masih terus dilakukan berbagai
penelitian.
Model atau jenis, pendekatan, metode latihan pada cabang sepak bola
yang mampu meningkatkan keterampilan dan karakter sebagaimana
dibutuhkan oleh para pelatih usia muda sebagaimana teori pelatihan jangka
panjang, Balyi (2013) sepengetahuan peneliti belum ditemukan dalam literatur
commit untuk
ilmiah. Model latihan yang bertujuan to usermeningkatkan keterampilan teknik
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96

dan karakter menjadi sesuatu yang menarik jika memperhatikan kondisi


pembinaan dan proses pelatihan cabang sepak bola di Indonesia, atau dunia
umumnya. Karakter merupakan aspek penting yang sering diabaikan oleh para
pelatih walaupun karakter seorang pemain telah diakui sebagai komponen
penting pendukung tercapainya prestasi pada cabang olahraga sepak bola.
d. Latihan Sepak bola dan Pengembangan Karakter
Sepak bola dapat dimainkan dimana saja misalnya gang-gang sempit,
dijalanan, diruangan atau diluar ruangan, di lapangan rumpu atau diatas beton
cor secara hakekat sepak bola untuk rekreasi dapat dimainkan dimana saja.
Gawang dapat dibuat dengan dua buah sepatu yang ukurannya disepakati
bersama, jumlah pemainnyapun menyesuaikan jumlah masyarakat yang ingin
sekedar berrekreasi dengan cara bermain sepak bola. Sepak bola selain
sebagai olahraga rekreasi juga telah berkembang sebagai olahraga yang
dipertandingan dan bersifat kompetitif bahkan menjadi industri hiburan
olahraga. Posisi sepak bola sebagai sebuah olahraga yang kompetitif sangat
mempengaruhi berbagai bidang yang terlibat misalnya sektor politik,
keamanan bahkan berpengaruh pada sektor ekonomi dan sosial masyarakat.
Posisi sepak bola sebagai permainan yang dapat diterima oleh siapa saja
terutama untuk anak-anak usia 7-15 tahun baik melalui jalur pendidikan
formal, pendidikan non-formal maupun informal merupakan posisi startegis
sepak bola sebagai alat, media untuk mengembangkan karakter bangsa.
Aktivitas olahraga, bermain sepak bola dipercaya mampu digunakan sebagai
media pengembangan karakter bagi siapapun yang melakukannnya, tetapi
sifatnya masih tersembunyi. Karakter sebagaimana diketahui lebih mudah
dibentuk ketika seseorang berada pada jenjang anak-anak dan sepak bola
merupakan olahraga yang paling digemari oleh anak-anak dari segala lapisan
sosial masayarakat dan jumlah anak yang berpartisipasi memainkan sepak
bola melaui jalur pendidikan formal (mata pelajaran penjasorkes), melalui
partispasi bermain sepak bola dalam sebuah komunitas masayarakat (bermain
dengan teman sebaya dikampung), atau melalui pendidikan in-formal seperti
sekolah sepak bola dapat dikatangan persentasenya sangat besar. Kondisi
demikian dapat disimpulkan bahwa sepak bola menjadi sebuat alat, media
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97

yang sangat strategis untuk sebuah upaya membangun karakter bangsa dalam
penelitian ini khususnya melalui sekolah sepak bola.
e. Sistem Syaraf dan Perubahan Perilaku
Aktivitas dan gerakan yang dilakukan oleh manusia merupakan
respon yang diterima oleh otak, sistem syaraf kemudian terjadilah gerakan
yang dilakukan oleh manusia. Latihan olahraga, atau pembelajaran
pendiidikan jasmani merupakan aktivitas yang berhubungan dengan sistem
syaraf manusia. Kualitas perilaku, atau komponen afektif dan aktivitas
gerak psikomotor bersumber pada kinerja otak melalui respon syaraf.
Artinya penting bagi pelatih untuk mengetahui sistem kinerja neuron (sel
saraf) untuk peningkatan gerak psikomotor dan perilaku afektif atlet.

Gambar 2.18. Mekanisme Umum Perubahan Perilaku akibat Aktivitas


Fisik (Sherwood, 2013, 128-136)
Sherwood (2013), menyatakan aktivitas fisik (olahraga) yang
dirancang dengan tepat akan menimbulkan serangkaian mekanisme dalam
mempengaruhi kinerja organ secara terpusat. Perubahan kinerja organ tidak
commit to user
terlepas dari kontrol sistem syaraf pusat (Central Nervous System/
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98

CNS). Aktivitas tersebut berlangsung sebagai suatu upaya tubuh dalam


menanggapi rangsangan akibat aktivitas fisik (olahraga). Sistem
homeostatis dalam kondisi ini menyebabkan tubuh merespon dalam
bentuk negative feedback (umpan balik negatif) dengan mengaktifkan
mekanisme sistem lain, misalnya merangsang sekresi beberapa hormon
yang secara spesifik yang memiliki peran dan fungsi tertentu untuk
membantu menjaga kondisi homeostatis tubuh.
Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Rachmah Ambardini
(2009) sekresi beberapa hormone seperti norepinefrin, serotonin, dan
dopamine diduga berpengaruh terhadap perubahan psikologis seperti
perilaku karena hormon tersebut dapan memperbaiki mood (suasana
psikologis). Ambardini (2009) menjelaskan bahwa aktivitas fisik melibatkan
kinerja saraf pada otak secara elektrokimiawi. Di sepanjang serabut saraf,
aliran impuls berjalan secara elektrik, dikarenakan perbedaan kadar ion di
dalam dan luar sel. Di sinapsis saraf berkomunikasi secara kimiawi
melalui zat kimia saraf yang disebut neurotransmitter. Ambardini (2009)
menjabarkan tiga neurotransmiter utama yang terkait dengan aktivitas fisik,
sebagai berikut:

a. Norepinefrin, berfungsi memperbaiki mood, motivasi intrinsik, dan


kepercayaan diri, memperbaiki persepsi, dan pembelajaran tingkat
selular.
b. Serotonin, berfungsi mengatur mood, mengontrol impuls, menimbulkan
kepercayaan diri, melawan efek toksik tingginya kadar hormon stres,
dan memperbaiki proses belajar dalam tingkat selular.
c. Dopamin, latihan fisik dikatakan dapat mempengaruhi sintesis,
pelepasan, dan pengambilan kembali dopamin. Dopamin meningkat
selama berlangsung perilaku motorik. Semakin besar intensitas,
semakin besar peningkatannya. Latihan teratur dapat meningkatkan
jumlah enzim yang membuat dopamin dan mengubah kerja dopamin di
membran postsinaptik.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99

6.Model Latihan Berbasis Games Experience Learning


Berbagai model, strategi, atau pendekatan dalam proses latihan dilakukan
agar prestasi olahraga dapat dicapai oleh seorang atlet, atau tim olahraga.
Model-model yang mengkaji berfokus pada latihan fisik, model-model atau
cara bagaimana agar kualitas teknik dan taktik meningkat, dan berbagai
metode mengatasi berbagai permasalahan mental terus berkembang dinamis
sesuai kemajuan jaman. Beberapa negara bahkan disinyalir melakukan
berbagai penelitian tentang modifikasi gentika agar mempu menghasilkan atlet
berbakat dan berprestasi tingkat dunia. Penelitian desertasi ini akan
mengembangkan model latihan berbasis games experience learning.
a. Permainan (Game)
Permainan awalnya berasal dari kata kerja bermain. Istilah bermain
awalnya adalah aktivitas manusia yang tidak memiliki aturan, tetapi agar
aktivitas bermain menjadi lebih terorganisasi maka disepakati aturan bermain.
Aktivitas bermain merupakan kodrat alamiah manusia. Sukintaka (1992)
menyatakan bahwa aktivitas bermain yang dilakukan manusia bersamaan
ketika manusia ada dibumi. Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan
dengan perasaan sukarela atau tanpa paksaan. aktivitas bermain yang dilakukan
manusia mengakibatkan perasaan senang dan aktivitas bermain dilakukan
dengan sukarela. Cailois, (2001) menyatakan syarat bermain yang lain adalah
manusia melakukannya dengan sungguh-sungguh, walaupun bermain
merupakan aktivitas bukan sungguhan. Aktivitas bermain yang dilakukan akan
dirasakan tidak menyenang-kan jika lawan melakukannnya tidak dengan
bersungguh-sungguh. Bermain harus dilakukan secara sukarela, tidak ada
unsur paksaan, peraturan disepakati bersama diantara kelompok manusia yang
bermain.
Neilson, (1978) menyatakan beberapa teori tentang bermain diantaranya:
1) Bermain untuk kepentingan diri sendiri.
2) Bermain memuaskan siswa-siswa dan meningkatkan sensitifitasnya.
3) Bermain merupakan proses yang dinamis yang melibatkan sikap dan
tindakan.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100

4) Bermain merupakan aktivitas sukarela dimana aturannya diterima


bersama, dibuat dengan persetujuan bersama, menimbulkan perasaan
tertantang, dinikmati, dan seperti kehidupan yang sesungguhnya.
5) Bermain mengakibatkan belajar untuk membuat keputusan, menimbang
dan memilih nilai-nilai, nilai kerja sama, sadar akan sekitarnya, belajar
memberikan arti kebebasan dan aturan.
6) Bermain merupakan kombinasi dari sistem persyarafan, sistem otot, sikap,
persepsi, dan pengembangan aspek organ-organ tubuh.
7) Bermain merupakan kegiatan yang disebabkan kelebihan energi.
8) Bermain merupakan aktivitas persiapan untuk hidup.
9) Siswa-siswa bermain belajar untuk bersepakat dengan lingkungannya.
10) Bermain merupakan sebuah aktivitas perilaku, sikap yang kompleks
dilakukan dengan spontan dan meyenangkan.
11) Bermain dilakukan untuk membuang kelelahan atau kebosanan.
12) Bermain melibatkan keingintahuan, mencoba-coba, dan pengalaman yang
diulang-ulang.
13) Bermain memberikan nilai-nilai yang sangat berharga untuk
perkembangan.
Bermain merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan oleh semua
orang, dari siswa-siswa hingga orang dewasa. Bermain atau melakukan suatu
permainan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan
cenderung merupakan kebutuhan dasar. Wiyani & Barnawi (2014:93)
menyatakan istilah bermain sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
mempergunakan atau tidak menggunakan alat yang menghasilkan pengertian,
memberikan informasi, memberikan kesenangan, dan dapat mengembangkan
imajinasi siswa. Kegiatan bermain dapat digunakan siswa-siswa menjelajahi
dunianya, mengembangkan kompetensi dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitasnya.
Crawford, (1997) mengartikan sebuah permainan adalah sistem yang
memiliki: (1) Penampilan: sebuah permainan adalah sebuah sistem formal
tertutup dimana penampilan tersebut mewakili dari bagian kecil kenyataan.
Tertutup artinya permainan lengkap dan mandiri terstruktur, formal berarti
commit Permainan
bahwa permainan memiliki aturan. to user merupakan sebuah aktivitas
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101

dimana manusia berinteraksi, seringkali dengan cara yang kompleks. Inilah


sebuah sistem, (2) interaksi: hal yang paling menarik tentang kenyataan
adanya hubungan kerja yang rumit sebab dan akibat yang semuanya terikat
bersama-sama. Permainan memberikan elemen interaktif, dan interaksi adalah
faktor penting dalam dalam permainan (3) konflik: konflik muncul secara
alami dari interaksi dalam permainan. Pemain yang sedang bermain sedang
berupaya mencapai tujuan. Rintangan diciptakan untuk menghambat pemain
mencapai tujuan. Konflik merupakan unsur intrinsik dari semua permainan. (4)
keselamatan: permainan adalah kecerdasan untuk menyediakan pengalaman
psikologis konflik dan bahaya yang bersifat sementara. Sebuah permainan
adalah cara yang aman untuk mengalami suatu peristiwa yang sebenarnya.
Wiyani dan Barnawi (2014:93) menyatakan bahwa bermain memiliki
beberapa pengertian sebagai berikut: 1) sesuatu yang menyenangkan dan
memiliki nilai instrinsik pada siswa, 2) tidak memiliki tujuan ekstrinsik,
motivasinya lebih bersifat instrinsik, 3) bersifat spontan dan sukarela, tidak ada
unsur keterpaksaan dan bebas dipilih oleh siswa, 4) melibatkan peran serta aktif
keikutsertaan siswa, dan 5) memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan
sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
bahasa, perkembangan sosial, dan sebagainya.
Musfiroh (2008: 4) mejelaskan bahwa kegiatan bermain mengandung
unsur: 1) menyenangkan dan menggembirakan bagi siswa-siswa, siswa
menikmati kegiatan bermain tersebut, mereka tampak riang dan senang, 2)
dorongan bermain muncul dari siswa bukan paksaan orang lain, 3) siswa
melakukan karena spontan dan sukarela, siswa tidak merasa diwajibkan, 4)
semua siswa ikut serta secara bersama-sama sesuai peran masing-masing, 5)
siswa berlaku pura-pura atau memerankan sesuatu, siswa pura-pura marah atau
pura-pura menangis, 6) siswa menetapkan atuaran main sendiri, aturan yang
diadopsi dari orang lain maupun aturan yang baru dibuat, aturan main itu
dipatuhi oleh semua peserta bermain, 7) siswa berlaku aktif, melompat atau
menggerakkan tubuh, tangan dan tidak sekedar melihat, dan 8) siswa bebas
memilih bermain apa dan beralih ke kegiatan bermain lain, bermain bersifat
fleksibel.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102

Menurut Mulyasa (2012: 168) menjelaskan bahwa bermain bukanlah


bekerja dan bukan kegiatan produktif yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Sebaliknya bekerja dapat diartikan bermain sementara, bermain
kadang-kadang dapat dialami sebagai bekerja. Siswa yang sedang bermain
dapat membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-
sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya. Nama atau
judul aktivitas bermain disebut permainan.
Cailois (2001) karakteristik bermain dan permainan dibagi dalam
beberapa jenis, yaitu 1) agon, 2) alea, 3) mimikri, 4) illinx. Agon yaitu
permainan yang bersifat pertandingan, adanya perlawanan dari kedua belah
pihak, sehingga dibutuhkan perjuangan fisik. Alea yaitu permainan yang lebih
membutuh teori peluang, mimikri merupakan model permainan yang meniru-
niru, bersifat fantasi. Illinx adalah permainan yang bersifat untuk memenuhi
hasrat bergerak atau berpetualang, lawannya dalam keadaan diam.
Bermain sepak bola awalnya hanyalah aktivitas bermain sebagaimana
umumnya kemudian berubah menjadi permainan sepak bola dan permainan
sepak bola telah menjadi permainan modern yang sangat kompleks. Bermain
sepak bola pada awalnya memiliki aturan yang sangat sederhana. Bermain
sepak bola dilakukan dengan aturan yang disepakati bersama, misalnya gawang
dibatasi oleh sepatu, ukuran gawang dikira-kira 11 langkah kaki, bagaimana
kriteria terjadinya sebuah pelanggaran disepakati bersama dan dilakssiswaan
dengan penuh kesadaran dan berbagai aturan yang disepakati. Perkembangan
jaman menjadikan sepak bola yang dahulu aktivitas bermain menjadi
permainan yang semakin modern dan memiliki aturan baku yang disepakati
dunia internasional, artinya bermain sepak bola yang baku di Indonesia akan
sama dengan bermain sepak bola di negara-negara lainnya didunia.
Hakikat bermain, permainan, dan olahraga dapat diilustrasikan
sebagaimana gambar 2.19. Sepak bola dapat diartikan sebuah olahraga yang
berawal dari bermain, menjadi permainan, dan sekarang telah menjadi
olahraga. Area no 5 adalah area yang tepat untuk mengambarkan permainan
sepak bola saat ini. Olahraga sepak bola yang modern, semakin modern seperti
yang dipertandingkan pada event Olimpiade, Piala Dunia, Liga Champhions
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103

Eropa, Piala AFF, Liga 1 Gojek PSSI adalah produk modernisasi bermain,
permainan yang awalnya sederhana.

Gambar 2. 19 Ilustrasi Konsep Bermain, Permainan, dan Olahraga, (Street &


Suits, 2012).
b.Experience Learning
Experience learning theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model
pembelajaran experience learning, dikembangkan oleh david kolb sekitar awal
1980 an. Teori Experience learning menyatakan pengalaman mempunyai
peran sentral dalam proses belajar. Penekanan inilah yang membedakan ELT
dari teori- teori belajar lainnya. Istilah “experience” untuk membedakan antara
belajar kognitif yang cenderung menekankan kognitif lebih dari pada afektif.
Teori belajar behavior yang menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam
proses belajar (Baharudin dan Esa, 2007: 165).
Experience learning theory (ELT) terbentuk oleh enam pondasi dasar
teori belajar sebagai berikut:
1) Pembelajaran yang terbaik adalah pembelajaran yang memperhatikan
proses, tidak hanya hasil. Proses belajar merupakan cara untuk
meningkatkan kompetensi dan umpan balik merupakan bagian dari proses.
commit toproses
Pendidikan harus memperhatikan user dan hasil, keduanya sama-sama
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104

penting.
2) Semua bentuk pembelajaran merupakan pembelajaran yang diulang
dimana pembelajaran terbaik adalah pembelajaran yang memnfasilitasi
sebuah proses yang yang diyakini, dan ide tentang suatu tema
pembelajaran dapat ujikan.
3) Pembelajaran, salah satu bentiknya adalah merupakan penyelesaian
konflik. Konflik, perbedaan, dan perdebatan merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Dalam suatu proses
pembelajaran salah satunya dapat dipilih sebagai model untuk refleksi,
merasakan, bertindak, dan berpikir.
4) Pembelajaran merupakan sebuah proses adaptasi yang holistik. Belajar
tidak hanya hasil sebuah pemikiran tetapi melibatkan fungsi yang
terintegrasi seluruh pemikiran, perasaan, persepsi dan perasaan memiliki.
5) Pembelajaran merupakan hasil dari transaksi sinergi antara manusia
dengan lingkungannya.
6) Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk menciptakan pengetahuan.
ELT mendukung teori pembelajaran kontruktif dimana pengetahuan sosial
dibuat oleh dan dibuat berulang oleh pengetahuan individu pembelajar.
Model experience learning adalah suatu model proses belajar mengajar
yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung (Kiili,
2005). Experience learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator
untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuan
dalam proses pembelajaran (Wilson, 2013). Model Experience learning dapat
didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektifan dari hasil belajar.
Model experience learning memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengalami pengalaman apa yang menjadi perhatian, keterampilan-
keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka
membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami. Prinsip dasar atau
tahapan model pembelajaran experience learning adalah sebagai berikut:
commitnyata.
1) Tahapan mengalami pengalaman to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105

2) Tahapan observasi refleksi.


3) Tahapan konseptualisasi, dan
4) Tahapan implementasi.
Keempat tahapan teori experience learning kemudian digambarkan dalama
bentuk lingkaran sebagai berikut:

Gambar 2.20 Teori Experience Learning Dikembangkan Kolb, (Reynolds,


dan Vince, 2007).

Penjelasan terhadap keempat tahapan belajar dengan teori experience


learning sebagai berikut:
1) Tahapan pengalaman nyata, pada tahap ini guru harus mempersiapkan
sebuah perencanaan dimana siswa melakukan suatu aktivitas, siswa belum
memahami bagaimana dan mengapa peristiwa, atau aktivitas terjadi.
2) Tahapan observasi refleksi, pada tahap ini seluruh siswa melakukan
observasi secara aktif terhadap peristiwa, aktivitas yang dialaminya. Hal
ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan apa yang terjadi.
Siswa melakukan refleksi dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi.
3) Tahapan konseptualisasi, siswa selanjutnya diberi kebebasan merumuskan
konseptualisasi terhadap hasil pengamatannya, apa yang dirasakannya.
commit
Artinya peserta didik berupaya to user abstraksi, mengembangkan suatu
membuat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106

teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya.
4) Tahapan implementasi, pada tahap ini siswa sudah mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam
situasi nyata. Situasi belajar yang memberikan ruang kebebasan untuk
mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep disituasi yang
nyata (Miettinen, 2017).
Tujuan dari model belajar experience learning adalah untuk
mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu:
1) Mengubah struktur kognitif siswa,
2) Mengubah sikap siswa, dan
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang telah dimiliki.
Ketiga elemen itu saling berhubungan dan memengaruhi secara keseluruhan,
tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua
elemen lainnya tidak akan efektif. Kualitas belajar experience learning
mencakup keterlibatan murid secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid
sendiri, dan adanya efek yang membekas pada murid.
c.Games Experience Learning (GEL)

commit
Gambar 2.21. toExperience
Game user Learning
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107

Games Experience Learning merupakan sebuah model belajar atau


berlatih yang menerapkan teori experience learning dimana pembelajaran atau
pelatihan berisi empat tahapan yaitu pengalaman berupa bermain, refleksi,
memahami konsep, dan implementasi. Konsep pada tahapan I atau fase
experience (pengalaman) dengan melakukan aktivitas bermain. Games
(Permainan) sebagai bagian dari implementasi teori experience learning
dibuat, dirancang dengan mempertimbangkan beberapa kajian diantaranya
teori bermain, teori latihan, teori pertumbuhan dan perkembangan, teori
pengembangan keterampilan dalam olahraga, dan teori pengembangan
karakter.
Game sebagai fase I (pengalaman) dalam pelatihan dibuat,
direncsiswaan agar mampu membuat siswa mengalami perubahan
pengetahuan, perubahan perasaan terhadap keterampilan, sikap, perilaku
tertentu. Game sebagai pengalaman dilanjutkan dengan fase II yaitu refleksi
yang dipandu pelatih, dan pada akhirnya siswa atau pemain mampu
menyimpulkan, dan mengimplementasikan suatu konsep berupa keterampilan
teknik, atau sikap, perilaku, atau karakter yang merupakan tujuan suatu proses
pembelajaran atau pelatihan.
Konsep games experience learning diterapkan pada proses latihan pada
siswa sekolah sepak bola dengan tujuan pengembangan keterampilan dan
karakter. Games yang dikembangkan peneliti dilakssiswaan dengan durasi 15-
15 menit dengan orientasi atau tujuan pengembangan keterampilan dan
karakter atau keterampilan, karakter. Berikut gambar ilustrasi konsep games
experience learning:
d. Model Latihan Berbasis Games Experience Learning (GEL)
Latihan sebagaimana diuraikan pada subbab sebelumnya yaitu suatu
proses yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu untuk mencapai
suatu tujuan. Latihan atau pembelajaran pada hakikatnya harus mengakibatkan
suatu perubahan pada domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Kombinasi
ketiga domain yang pada akhirnya menjadi satu-kesatuan yaitu kinerja
seseorang, pada olahragapun demikian halnya walaupun kelihatannya domain
psikomotor yang lebih dominan.
commit
Model latihan merupakan to user yang terus-menerus mengalami
sesuatu
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108

perkembangan sesuai dengan tuntutan, persaingan yang semakin ketat. Peneliti


mencoba mengembangkan model latihan berbasis games experience learning
pada siswa sekolah sepak bola pada usia 9-12 tahun. Model latihan yang
memili beberapa perbedaan dengan model latihan yang saat ini umum
dilakukan para praktisi sepak bola. Model latihan berbasis games experience
learning dikembangkan dengan tujuan atau harapan utama yaitu siswa atau
pemain yang berlatih di SSB tidak hanya mengalami peningkatan kualitas
keterampilan teknik tetapi mengalami peningkatan yang progresif
keterampilan teknik dan sikap, perilaku, karakter pemain.

Gambar 2.22. Diskripsi Perbedaan Model Latihan Konvensional dan Model Latihan
Model latihan berbasis GEL jika dibandingan dengan model
latihan konvensional ada beberapa perbedaan diantaranya konsep
pengembangan sikap, perilaku, karakter positip pemain sepak bola usia muda
menjadi sesuatu yang harus ada dan menjadi tujuan atau kompetensi latihan
yang harus dikuasai, menjadi target dalam setiap sesi latihan harian. Upaya
commit to user
pengembangan karakter melalui aktivitas latihan sepak bola diharapkan dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109

direalisasi dalam sesi latihan inti I dimana melalui model latihan GEL yang
dikembangkan peneliti diharapkan mengalami perubahan pengetahuan
(kognitif), perasaan (afectif) terhadap satu nilai moral karakter dan berupaya
mempraktikkan perilaku, sikap tersebut pada sesi-sesi latihan berikutnya.
Game (permainan) sebagai alat, media dalam latihan berbasis GEL
merupakan bentuk nyata fase I dalam latihan berbasis GEL. Game bagian dari
pengalaman yang harus dilakukan setiap pemain. Siswa atau pemain bermain
dan melalui permainan inilah pelatih harus tepat dalam memutuskan kapan
saatnya melakukan refleksi (fase II) untuk menyampaikan moral knowing dan
moral feelling pada pemain. Refleksi dilakukan dengan panduan, arahan
pelatih dengan melakukan diskusi singkat misalnya dengan bertanya “
Mengapa kalian tadi berhasil melakukan ……..?, Sikap, perilaku apakah
yang mendukung keberhasilan kalian…..?, Apakah akibatnya jika kalian tidak
bersikap ……?, pengalaman bermain, refleksi menjadi aktivitas penting untuk
mengembangkan karakter siswa pada latihan inti I.
Fase III dari latihan inti I diharapkan siswa mampu memahami,
menemukan, dan mampu menyimpulkan sebuah konsep yang diharapkan
pelatih. Konsep perilaku bermoral, karakter positip diharapkan dapat
diimplementasikan pada fase IV latihan inti I atau sesi latihan berikutnya.
Karakter kerja sama tim misalnya jika mampu dipahami, disadari, ada
keinginan dan dorongan untuk dipraktikkan maka hal tersebut merupkan
indikator kesuksesan dari sesi latihan I. Karakter kerja sama diharapkan dapat
dipraktikkan siswa pada sesi latihan II, III, IV, sesi pendinginan dan latihan
pada hari-hari berikutnya.
Latihan inti II dalam model latihan berbasis GEL pada hakikatnya sama
dengan latihan inti II yang terdiri dari empat fase. Fase I latihan inti II berisi
aktivitas bermain yang dirancang oleh peneliti dengan harapan pemain atau
siswa memiliki pengetahuan, dan menyadari pentingnya keterampilan teknik
dalam mendukung kinerja ketika bermain, berkompetisi dengan adanya lawan.
Mengapa harus berlatih teknik, kapan keterampilan teknik tertentu digunakan,
dimana keterampilan teknik tertentu digunakan menjadi menjadi kelemahan
para pemain muda umumnya di Indonesia yang diharapkan dapat dikurangai
dengan model latihan berbasiscommit
GEL. to user
Kelemahan model latihan konvensional
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110

yang selama ini terjadi adalah pemain diberikan drill keterampilan teknik
tetapi tidak mengetahui kapan, dimana, dan mengapa keterampilan teknik
harus dilatihkan, atau dipelajari.
Model latihan berbasis GEL pada latihan inti II fase I berisi game
dilanjutkan dengan fase II berupa refleksi yang dipandu pelatih menjadi bagian
penting yang menentukan tingkat keberhasilan sesi latihan inti II. Pelatih
memandu siswa, pemain dengan membuat pertanyaan-pertanyaan misalnya
“apakah penyebab utama tugas untuk melakukan ball possession tidak dapat
kalian lakukan dengan baik?” , fungsi pelatih membantu siswa mengetahui,
menyadari pentingnya suatu keterampilan teknik dalam mendukung kinerja
pemain sepak bola sehingga motivasi para pemain akan menjadi tinggi ketika
berlatih dengan metode drill pada latihan inti III untuk meningkatkan
keterampilan teknik. Latihan inti II dengan berbasis GEL diharapkan juga
meminimalisis kebosanan, kejenuhan, tingkat konsentarsi yang menurun jika
menggunakan metode drill. Game yang dirancang peneliti untuk dilakukan
pada latihan inti II merupakan game yang dibuat, dirancang agar pemain
sering melakukan keputusan keterampilan teknik tertentu. Semakin sering
keputusan keterampilan teknik tertentu dilakukan pada game yang dirancang
peneliti semakin efektik model latihan berbasis GEL yang dikembangkan
peneliti.
Latihan inti III pada model latihan berbasis GEL berisi drill keterampilan
teknik tertentu yang telah distimulasi pada latihan inti II dalam bentuk
bermain. Metode drill diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas
keterampilan teknik yang menjadi target kompetensi latihan untuk siswa atau
pemain usia 9-12 tahun. Metode drill terhadap keterampilan teknik pada
latihan inti III dilakukan siswa dalam suasana yang diharapkan lebih
bersemangat, termotivasi akibat dari refleksi yang dilakukan pada latihan inti
II dengan berbasis GEL. Pelatih memandu proses latihan dengan metode drill
diawali dengan demonstrasi, memberikan tugas gerak keterampilan teknik
tertentu, dan secara terus-menerus secara individual, klasikal memberikan
feedback pada siswa.
Latihan inti IV pada model latihan berbasis GEL yang dikembangkan
commit
peneliti diseeting seperti bermain to user
dalam suatu kompetisi yaitu bertanding 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111

melawan 7 dengan aturan standar baku yang ditetapkan PSSI untuk pemain
usia 9-12 tahun. Aturan yang berbeda dengan sepak bola untuk pemain dewasa
misalnya ukuran lapangan, ukuran bola, off side ditiaadakan, dan beberapa
peraturan yang dimodifikasi dengan pertimbangan pertumbuhan dan
perkembangan siswa-siswa. Bermain untuk berkompetisi pada latihan inti IV
B. Kerangka Pikir
Pembinaan atlet untuk berprestasi optimal sebagaimana tujuan yang
harapkan membutuhkan proses latihan yang dilakukan dalam jangka panjang,
terus-menerus, bertahap dan berjenjang. Prestasi olahraga yang dicapai
sebagaimana tahapan usianya memiliki perbedaan antara cabang olahraga
sehingga dalam proses tahapan pembinaan dan latihan juga memiliki
kekhususan yang berbeda antar cabang olahraga. Cabang sepak bola
merupakan cabang paling populer dibandingkan cabang olahraga lainnya di
Indonesia tetapi prestasi tim nasional senior dan junior dalam 30 tahun terakhir
belum sesuai dengan harapan. Prestasi yang belum sesuai harapan ditambah
sikap, perilaku, karakter negatif para pemain sepak bola dalam liga atau
kompetisi professional di Indonesia semakin menambah keprihatinan pada
kondisi pembinaan cabang sepak bola.
Prinsip-prinsip latihan untuk pengembangan atlet sejak usia muda
sampai tercapai prestasi puncak harus diperhatikan dimana latihan harus
bersifat specifik (khusus), progresif overload (beban lebih yang selalu
meningkat), reversibility (pulih asal), individual diference (perbedaan
individu). Latihan olahraga juga memiliki prinsip-prinsip atau tata kelola yang
dikenal dengan istilah FITT yaitu frekuensi, intensitas, tipe atau jenis, dan
waktu. Latihan pada cabang sepak bola sebagaimana cabang olahraga yang
lainnya menuntut peningkatan keterampilan, kinerja atlet ketika bermain yang
tidak terbatas sehingga mampu menjadi tim, atau individu yang unggul
dibandingkan dengan lawannya. Keterampilan teknik, fisik, taktik, dan mental
menjadi komponen utama agar kinerja, keterampilan bermain pemain sepak
bola dimasa yang akan datang optimal.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112

 Prinsip Latihan Sepak bola


Prinsip Latihan  Prinsip Latihan Keterampilan Teknik
 Prinsip Pengembangan Karakter

Karakteristik Anak Usia 9-12 Tahun

Prinsip-Prinsip Latihan Berbasis Games Experience Learning

Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk


Pengembangan Keterampilan dan Karakter Pada Siswa SSB
Kelompok Umur 12 tahun

Gambar 2. 23 Kerangka Pikir Model Latihan Berbasis Games Experience


Learning
Latihan pada cabang sepak bola memiliki perbedaan dengan cabang-
cabang olahraga lainnya. Karakteristik permainan sepak bola, atau yang lebih
dibakukan dalam peraturan permainan dan pertandingan khusus sepak bola
menutut pelatih untuk selalu berinovasi untuk menemukan bentuk-bentuk,
model, strategi melatih yang efektif dalam upaya mencapai prestasi optimal.
Kinerja sebuah tim sepak bola dibangun dari kinerja individu yang dikelola
oleh pelatih menjadi kinerja tim sepak bola dengan serangkaian pengaturan
posisi bermain, tugas, dan fungsi setiap posisi yang berbeda, serangkaian cara,
strategi saling bekerja sama antara 1 atau 2 pemain, antara 3 pemain sampai 6
pemain, dan saling kerja sama sebagai satu kesatuan tim. Fakta bahwa untuk
commit
menciptakan sebuah kinerja atau to user sebuah tim sepak bola harus
performance
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113

dilandasi oleh kinerja individu setiap pemain, dimana pada tahapan usia 9-12
tahun adalah tahap yang paling tepat untuk membekali calon pemain dengan
keterampilan teknik dan bagaimana bersikap, berperilaku yang tepat dalam
interaksi latihan atau pertandingan sepak bola.
Latihan keterampilan, latihan fisik, latihan taktik, dan mental pada
pemain usia muda memiliki pendekatan, strategi yang berbeda dengan latihan
pada usia remaja, atau senior. Latihan harus mengaplikasikan prinsip
kekhususan yang berarti latihan yang bertujuan untuk pengembangan
keterampilan berbeda dengan dengan latihan yang bertujuan pengembangan
fisik, demikian pula latihan yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan teknik dan fisik sekaligus memiliki bentuk yang berbeda jika
tujuan utama latihan adalah pengembangan keterampilan teknik dan
pembentukan karakter (pembiasaan berperilaku). Latihan keterampilan teknik
yang saat ini banyak diterapkan oleh para pelatih sepak bola di Indonesia
adalah latihan teknik terisolasi, atau latihan keterampilan teknik dengan metode
drill.
Pendekatan dengan permainan sepak bola yang disederhanakan untuk
peningkatan keterampilan teknik, fisik, dan taktik telah banyak dilakukan dan
dikembangkan oleh beberapa peneliti atau penulis dalam berbagai literatur, dan
latihan dengan model tersebut disebut dengan model small side games. Beban,
bentuk, ukuran lapangan, peraturan permainan dimodifikasi oleh pelatih sesuai
tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan waktu yang dimiliki dalam persiapan
sebuah tim menghadapi kompetisi. Latihan mental atau bagaimana membentuk
sikap, berperilaku, merespon berbagai situasi dalam proses latihan maupun
pertandingan sepak bola belum banyak kajian yang ditemukan oleh peneliti.
Latihan mental dalam olahraga yang banyak dilakukan dan ditemukan dalam
literatur adalah membahas kepercayaan diri, kecemasan, dan kondisi psikis
internal atlet.
Proses pembinaan, latihan sepak bola dilakukan dengan proses yang
panjang, bertahap yaitu usia 5-8 tahun, 9-12 tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun,
dan 20+. Orientasi atau tujuancommit to user
pada setiap tahap pembinaan seharusnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114

berbeda jika prestasi optimal pada usia yang tepat atau usia puncak (senior)
adalah tujuan utama. Penelitian disertasi ini akan fokus pada latihan sepak bola
pada anak-anak usia 9-12 tahun dimana keterampilan teknik dan karakter
menjadi tujuan utama pada tahap dan jenjang pembinaan di usia tersebut.
Karakteristik anak-anak usia 9-12 tahun ketika melakukan aktivitas fisik adalah
kemampuan untuk memusatkan perhatian relatif tinggi, semanagat untuk
mencari pengalaman baru cukup tinggi, perkembangan sosial semakin
membaik, kurang senang bermain dengan lawan jenisnya, dan semangat untuk
mengusai suatu bentuk aktivitas fisik tertentu dan berkompetisi tinggi.
Peneliti mengusulkan atau berpendapat bahwa latihan pada usia 9-12
tahun adalah sebuah latihan yang harus dilakukan dalam suasana dan kondisi
psikologis yang menyenangkan pada atlet, atau siswa. Pengembangan
keterampilan dan karakter melalui latihan yang menyenangkan dengan
sendirinya akan memotivasi atlet untuk terus berlatih pada tahap selanjutnya,
bahkan diharapkan mampu menjadikan aktivitas olahraga menjadi gaya hidup
pada fase kehidupan selanjutnya. Karakteristik anak usia 9-12 tahun yaitu
imajinatif, menyukai aktivitas fisik yang menantang, dan bermain oleh
karenanya peneliti mencoba berinovasi dengan mendisain sebuah model latihan
yang bertujuan untuk pengembangan keterampilan teknik dan karakter dengan
pendekatan atau strategi bermain sebagai pengalaman untuk belajar dan
berlatih. Disain inovasi latihan pada siswa SSB Usia 9-12 tahun tersebut diberi
nama model latihan berbasis games experience learning.
C. Spesifikasi Produk
Model yang dikembangkan peneliti pada hakikatnya adalah me-
rencanakan, membuat, dan menetapkan model latihan yang inovatif untuk
mencapai tujuan atau sasaran latihan yang efektif. Pengembangan yang
dilakukan oleh peneliti menghasilkan produk yaitu model latihan yang di buat
dalam bentuk buku panduan latihan sebagai media atau bahan untuk digunakan
sosialisasi kepada para pelatih SSB. Permainan sebagai pengalaman menjadi
konsep utama dalam mengembangkan keterampilan dan karakter pada siswa
commit
SSB dengan berbagai kajian dari to user
berbagai perspektif teori.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115

Game atau permainan yang dikembangkan didasarkan pada teori utama


yaitu teori experience learning yang berarti permainan harus dapat menjadi
pengalaman belajar. Teori kedua yang menjadi dasar adalah teori tentang
bermain (play), permainan (games), dan olahraga (sport). Teori berikutnya
yang harus diakomodasi yaitu teori latihan dimana permainan yang
dikembangkan harus memenuhi prinsip-prinsip latihan olahraga. Teori-teori
pendukung yang lainnya, dapat dibaca gambar 2.22.
Model terdiri dari latihan pemanasan, latihan inti, dan latihan penutup.
Tahap latihan pemanasan dilakukan 5-10 menit sebagaimana umumnya untuk
mempersiapkan tubuh agar benar-benar siap dan aman untuk melakukan
aktivitas latihan inti dan latihan inti yang menjadi konsep utama model yang
dikembangkan peneliti terdiri dari empat bagian yaitu inti 1 dengan sasaran
pengembangan karakter kerja sama tim, menghormati, dan disiplin dengan
pendekatan games experience learning. Setiap permainan yang dikembangkan
memiliki tujuan atau orientasi yang jelas misalnya permaiann untuk
pengembangan karakter disiplin berbeda dengan permainan untuk
pengembangan karakter menghormati. Peneliti merencanakan akan
mengembangkan minimal 6 permainan untuk setiap karakter sehingga
diperkiraan akan tersusun 18 permainan untuk latihan inti ke-1.

Teori
Pengembangan
Moral terstuktur
Teori
Pembelajaran
Teori Belajar
Sosial Untuk
Gerak
pengembangan
Model Moral

Latihan
Teori Latihan
Berbasis Teori Games
Games
Experience
Learning Teori
Teori Pendidikan
Pembelajaran
Karakter Lickona
Domain Afektif
Teori
Pembelajaran
Experience
Learning

commit
Gambar 2.24 Teori Pendukung untuk to user
Mengembangkan Model Latihan, Sumber:
Peneliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116

Proses berlatih dengan model games experience learning mengharuskan


pelatih mampu mengambil keputusan yang tepat untuk menetapkan fase refleksi
sesuai momentum kejadian pada saat permainan berlangsung. Kejadian gagal atau
sukses dalam situasi bermain harus dijadikan refleksi sehingga mampu mengirim
pesan moral feelling pada atlet atau pemain. Fase refleksi juga dijadikan interaksi
antara pelatih dengan pemain untuk menunjukkan konsep modeling atau konsep
meniru menurut teori belajar sosial. Fase refleksi dalam konteks teori latihan juga
berarti waktu untuk mengembalikan tubuh pada kondisi semula (recovery).

Pemanasan

Latihan inti 1 Bermain Refleksi Menemukan Aplikasi

Latihan inti 2 Bermain Refleksi Menemukan Aplikasi

Latihan inti 3 Aplikasi Hasil Refleksi


Latihan Inti 1,2 dan 3. Free Game

Pendinginan
Gambar 2.25 Desain Latihan Harian Model Latihan Berbasis “GEL”

Model latihan berbasis permainan sebagai pengalaman dalam pelatihan


atau pembelajaran diprediksi mampu mengembangkan karakter sekaligus
keterampilan dengan beberapa alasan diantaranya dalam situasi bermain terjadi
aktivitas sosial dan dengan pendekatan teori belajar sosial maka pelatihan dapat
menciptakan suasana atau kondisi model perilaku yang seharusnya dilakukan oleh
pemain (teori imitasi) dalam bermain dapat diciptakan. Bermain dalam berbagai
situasi juga mengakibatkan seseorang mampu merasakan berbagai peran dimana
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117

teori pendidikan karakter oleh Lickona (moral feeling) dapat teraplikasi secara
langsung.
Tujuan latihan inti ke-1 yaitu pengembangan karakter melalui permainan,
tujuan utama latihan inti ke-2 yaitu memberikan atau mengirim konsep kognitif
keterampilan teknik yang benar dalam bermain dan pentingnya keterampilan
teknik dalam mengatasi permasalahan dalam bermain sepak bola. Pelatih harus
jeli dan tepat untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi
berdasarkan momentum pengalaman bermain yang terjadi. Pelatih harus
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan agar siswa mampu
menemukan sendiri konsep teknik yang tepat dalam situasi bermain. Keterampilan
teknik yang akan dikembangkan melalui model ini yaitu keterampilan passing,
receiving, driblling, dan shooting.

Terjadi situasi yang


memaksa pemain
mengimplementasik
an keterampilan
teknik tertentu

Suasana gembira
Dalam bermain Games
dalam bermain lebih
prinsip-prinsip
tepat dan
latihan tetap mampu
memotivasi anak-
dikendalikan oleh
anak usia 9-12
pelatih
tahun berlatih
sepak bola

Gambar 2..26 Games Sebagai Implementasi atau Penerapan beberapa Teori


Latihan Agar Tercapai Kinerja Optimal Keterampilan Teknik
Atlet
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118

Bermain sepak bola yang sesungguhnya dalam konteks sepak bola usia
muda (9-12 tahun) menjadi bentuk latihan inti ke-3. Latihan inti ke-3 para pemain
diberikan kebebasan untuk bermain sebagai bentuk implementasi dari apa yang
telah dipelajari, diketahui, dikuasai dari sesi latihan inti ke- 1,dan 2. Latihan inti
ke-3 dimanfaatkan oleh pelatih untuk mengevaluasi apakah atlet mampu
mengaplikasikan apa-apa yang dilatihkan, kekuarangan, kelebihan dari setiap
pemain. Model latihan berbasis games experience learning untuk pengembangan
skill dan karakter para siswa SSB diharapkan tepat, praktis, dan efektif. Khusus
pada pengembangan karakter yang dibentuk ketika menjadi siswa SSB diharapkan
akan terbawa sampai dewasa dan harapannya masalah-masalah yang diakibatkan
perilaku, karakter negatif pemain sepak bola dapat tereduksi atau dihilangkan.
Sesi latihan terakhir sebagaimana umumnya yaitu sesi cool down
(pendinginan). Pendinginan dilakukan antara 5-15 menit dengan melakukan
gerakan kelenturan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan normal. Sesi cool
down dapat digunakan untuk menyampaikan feedback pada atlet terkait beberapa
tujuan latihan pada sesi hari itu dan penyampaian rencana latihan, kegiatan pada
latihan berikutnya. Model yang telah disusun ditulis dalam bentuk buku panduan
latihan agar mudah dibaca, dipahami, dan diimplementasikan oleh para pelatih
SSB sebagai pengguna utama dari produk disertasi ini. Berikut isi susunan buku
panduan latihan yang akan disusun oleh peneliti:
BAB I Pendahuluan
BAB II Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk
Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah
Sepak bola Kelompok Umur 9-12 Tahun.
BAB III Permainan-Permainan Untuk Mengembangkan Karakter dan
Keterampilan Bermain Sepak bola.
BAB IV Permainan-Permainan Untuk Mengembangkan Keterampilan Teknik
Bermain Sepak bola.
BAB V Sesi Bermain 7 vs 7 (Tujuh lawan Tujuh) sebagai Isi Latihan Inti ke
3 Pada Model Latihan Berbasis “GEL” dan Implementasi Model
Latihan Berbasis Games Experience Learning dalam Disain Program
Latihan 2,5 Bulan. commit to user

Anda mungkin juga menyukai