Bab Ii
Bab Ii
id
32
A. Landasan Teori
1. Sepak bola
Permainan sepak bola merupakan permainan yang dilakukan dengan cara
yang sederhana, dimana 11 pemain dalam satu tim dengan berbagai cara
berusaha mencegah lawan mencetak gol ke gawang yang dijaganya, dan 11
pemain dalam satu tim dengan berbagai cara berusaha mencetak gol ke
gawang lawan. Setiap pemain diperbolehkan menggunakan seluruh bagian
tubuh kecuali tangan, aturan tersebut tidak berlaku pada pemain berposisi
khusus yaitu penjaga gawang. Pemenang dalam pertandingan sepak bola
adalah tim yang mencetak lebih banyak gol ke gawang lawan (FIFA, 1982).
Sepak bola adalah permainan dengan cara menyepak, bola disepak, di-
perebutkan antara pemain yang bermaksud memasukan bola ke gawang
lawan dan mempertahankan gawang sendiri jangan sampai kemasukan.
Sepak bola adalah permainan beregu, tiap regu terdiri sebelas pemain, salah
satunya penjaga gawang, permainan seluruhnya menggunakan kaki kecuali
penjaga gawang boleh menggunakan tangan di daerah hukumannya
(Sucipto, dkk, 2000: 7).
Sepak bola merupakan permainan tim yang melibatkan bola. Bola
terbuat dari batu dalam budaya Mesoamerik selama lebih dari 3.000 tahun
yang lalu. Dalam beberapa kesempatan ritual, bola akan melambangkan
matahari dan kapten tim yang kalah akan dikorbankan kepada para dewa.
Fitur unik dari versi permainan bola Mesoamerik adalah bola memantul
yang terbuat dari karet tidak ada. Permainan sepak bola tidak berasal dari
Indonesia walaupun dalam kenyataannya sangat digemari oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia. Permainan sepak bola dikenal dan dimainkan oleh bangsa
Indonesia karena pendatang atau bangsa asing yang pernah singgah di
Indonesia. Permainan sepak bola mungkin diperkenalkan oleh para pedagang
China yang berdasarkan bukti sejarah pernah berhubungan dengan kerajaan-
commit to user
32
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
1) Lapangan Permainan
Sesuai dengan yang tercantum di pedoman peraturan permainan sepak
bola atau The Laws of the Game-nya IFAB, berikut kriteria lapangan sepak
bola yang sesuai standar untuk permainan sepak bola:
Pertandingan internasional menggunakan ukuran panjang dan lebar lapangan
sepak bola sebagai berikut:
Panjang lapangan sepak bola minimal 100 meter (100 yards) dan
maksimal 110 meter (120 yards).
Lebar lapangan sepak bola minimal 64 meter (70 yards) dan maksimal
75 meter (80 yards).
Ukuran dari lapangan sepak bola ini sudah disesuaikan dengan jumlah
pemain yang ditentukan yaitu 11 orang dari masing-masing tim yang
bertotal 22 orang dari 2 tim.
2) Bola
Bola yang digunakan harus mempunyai standar kualitas dan ukuran
yang tepat, khususnya jika digunakan untuk pertandingan-pertandingan
profesional. Berikut ketentuan dalam penggunaan bola menurut standar yang
berlaku:
5) Wasit
Permainan sepak bola yang terdiri dari 2 tim yang saling berhadapan,
tentu diperlukan seorang pengadil atau wasit. Dalam permainan sepak
bola, wasit adalah orang yang memegang penuh keputusan dari jalannya
permainan
6) Assisten Wasit
Seorang wasit tentu tidak cukup untuk memonitor total 22 orang
pemain dari kedua tim maka diperlukan orang yang membantunya. Dia
adalah asisten wasit dimana dalam menjalankan tugasnya, seorang wasit
dibantu oleh 2 orang asisten wasit. Asisten wasit atau yang disebut juga
linesman ini bertugas sebagai orang yang membawa bendera dan
menandakan jika terjadi offside, bola keluar, dan tendangan sudut.
7) Lama Permainan
Dalam satu pertandingan, terdiri dari 2 babak yang setiap babaknya
dibagi menjadi 45 menit per babak. Durasi jeda antara babak satu dan babak
dua tidak lebih dari 15 menit. Pada kasus dimana terdapat pemain yang
mengalami cedera dalam permainan, atau terjadi pergantian pemain, durasi
permainan bisa ditambah.
commit
Gambar 2. 4 Area Corner Kick to user
Lapangan Sepak bola, Sumber: Law Of The
Game, www.fifa.com
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Gol dianggap sah ketika bola masuk ke dalam gawang tanpa terjadi
kondisi hands ball, offside, atau pelanggaran lainnya. Gol dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya adalah pinalti, tendangan bebas, bahkan
sampai gol bunuh diri. Semua gol sah jika wasit menyatakan bahwa gol
tersebut sah. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
10) Offside
Dalam peraturan permainan sepak bola, offside adalah kondisi yang
terjadi jika posisi pemain berada di area lawan ketika bola sedang menuju
dirinya, dan tidak ada pemain lawan setelahnya selain kiper. Offside tidak
dikenakan kepada pemain jika bola yang dioper atau diumpan kepadanya
diberikan ketika di belakangnya masih ada seorang pemain belakang atau bek.
11) Pelanggaran
Beberapa hal yang dikategorikan sebagai bentuk pelanggaran adalah
hands ball, tackel yang keras, dan sebagainya. Sebagai hukuman dari
pelanggaran yang dilakukan oleh pemain ada dua jenis kartu yang diberikan
oleh wasit. Kartu merah diberikan kepada pemain yang melanggar secara fatal
sehingga harus dikeluarkan dari permainan. Pemain mendapatkan kartu kuning
atas pelanggaran yang dia lakukan artinya dia mendapat peringatan keras yang
berarti jika sampai melakukan pelanggaran dan mendapat kartu kuning yang
kedua kalinya maka sama dengan mendapatkan sebuah kartu merah.
12) Tendangan Bebas
Tendangan bebas dilakukan di tempat dimana pelanggaran terjadi.
Tendangan bebas bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
Tendangan bebas langsung ialah tendangan bebas yang dilakukan dengan
menendang bola langsung ke gawang lawan.
Tendangan bebas tidak langsung merupakan tendangan bebas yang
dilakukan dengan menenadang bola atau mengoper bola kepada tim
terlebih dahulu.
13) Tendangan Pinalti
Tendangan penalti dilakukan jika tim lawan melakukan pelanggaran di
kotak penalti. Pelanggaran dapat berupa hands ball, menjatuhkan pemain
lawan dengan disengaja maupun yang lainya. Tendangan penalti dilakukan
oleh satu orang penendang dan satu orang kiper dari tim lawan. Bola diletakkan
di tengah lingkaran tendangan penalti sedangkan pemain lain berada di luar
kotk penalti dan di belakang bola.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
pertandingan yang bersifat resmi. FIFA mengelola sepak bola ditingkat dunia,
kemudian AFC mengelola kompetisi dan pertandingan di tingkat Asia, AFF
mengelola pertandingan di tingkat Asean, dan PSSI mengelola pertandingan
dilevel Negara atau Indonesia. Peraturan permainan sepak bola berbeda
dengan peraturan pertandingan suatu kompetisi sepak bola.
Peraturan pertandingan sepak bola pada suatu kompetisi memiliki dan
menetapkan peraturan umum dan khusus berdasarkan level atau jenjang,
tingkat kompetisi yang diselenggarakan. Kompetisi sepak bola antar negara
menetapkan peraturan umum dan khusus yang berbeda dengan kompetisi
sepak bola antar klub. Kompetisi sepak bola kelompok umur 19 tahun
menetapkan peraturan permainan, pertandingan umum dan khusus yang
berbeda dengan kompetisi sepak bola kelompok umur 17, 15 atau 13 tahun
tetapi hakikat dari permainan sepak bola tidak hilang dalam berbagai model
kompetisi sepak bola yang berbeda. Modifikasi peraturan permainan
diperbolehkan sesuai dengan model kompetisi yang diselenggarakan.
Kompetisi sepak bola merupakan arena untuk membuktikan siapa tim
terkuat dalam kemampuan bermain sepak bola. Kompetisi sepak bola Piala
Dunia, Piala Eropa, Piala Copa (Amerika Latin), Piala Asia, Piala Afrika
seolah menjadi pembuktian siapa negara terkuat dalam kemampuan bermain
sepak bola. Sepak bola bahkan menjadi alat untuk menunjukkan bahwa siapa
yang lebih hebat, lebih kuat sebagai sebuah negara. Kompetisi sepak bola
antar negara seperti Piala Dunia bukan hanya masalah negara manakah yang
dinyatakan sebagai negara terkuat dalam urusan sepak bola tetapi telah
berkembang menjadi menjadi kegiatan yang sangat kompleks, event Piala
Dunia dapat berperan sebagai alat politik, dan sebagai alat pendidikan,
bahkan prestasi dalam sepak bola oleh beberapa negara dijadikan alat
menunjukkan pada dunia bahwa negaranya adalah negara terhebat, atau
negaranya lebih hebat dari negara lain. Perkembangan terakhir sepak bola
berfungsi sebagai aktivitas bisnis dan industri yang berakibat pada
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
Kompetisi sepak bola antar klub juara dari masing-masing benua yang
diselenggarakan FIFA tidak kalah bergengsi dari Piala Dunia. Klub sepak
bola juara benua Eropa akan bertemu dengan klub sepak bola juara benua
Amerika Latin, Amerika Utara, Asia, dan Afrika. Klub-klub terbaik dunia
saling berkompetisi membuktikan siapa yang terbaik ditingkat dunia.
Persaingan, adu gengsi, kebanggaan pada bangsa, pembuktian siapa yang
terbaik, hadiah besar, bisnis menjadi sesuatu yang membuat kompetisi sepak
bola memiliki daya tarik untuk para pengelola tim sepak bola dan berupaya
menjadikan tim yang dipimpinnya mampu berprestasi pada setiap kejuaraan
yang diikuti.
Tekanan dan tuntutan untuk menang atau menjadi juara, berprestasi
maksimal dalam sebuah kompetisi sepak bola inilah yang memunculkan
pemikiran tentang bagaimana caranya untuk mencapai prestasi maksimal
dalam olahraga khususnya pada cabang sepak bola. Karakteristik permainan
sepak bola dipelajari secara teliti dari berbagai faktor misalnya dalam faktor
keterampilan taktik, teknik, fisik, dan mental. Pendekatan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada cabang sepak bola tidak bisa dihindarkan lagi. Berbagai
metode, teknologi kepelatihan diciptakan untuk membantu para manajer-
pelatih untuk mengambil keputusan yang paling tepat ketika memimpin
sebuah tim sepak bola. Berbagai penelitian tentang cara-cara mempersiapkan
seorang pesepak bola yang hebat dari bagaiamana mengidentifikasi
keberbakatan, teori latihan telah banyak dilakukan oleh peneliti olahraga di
berbagai belahan dunia.
c. Keterampilan (Skill) Bermain Sepak bola
1) Hakikat Keterampilan
Keterampilan memiliki berbagai pengertian yang berbeda-beda
tergantung konteks penggunaan kata keterampilan. Keterampilan merupakan
tujuan utama aktivitas pembelajaran, pelatihan dalam berbagai bidang
kehidupan manusia yang relatif sangat luas, (Edwards, 2011). Keterampilan
secara umum adalah sesuatu yang dapat dipelajari, konsisten, dan memiliki
kekhususan pada suatu tugascommit to user
tertentu. Hasil dari keterampilan dapat diukur
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
secara objektif baik kuantitatif, kualitatif, atau diukur secara subjektif dengan
penjurian. Keterampilan merupakan gerakan yang konsisten dan berorientasi
pada suatu tujuan, khsusus pada tugas tertentu dan dapat dipelajari,
(Mcmorris, 2004).
skill dimana otot-otot memiliki kontribusi pada aktivitas yang dilakukan pada
berbagai bidang olahraga, (Edwards, 2011). Pengertian keterampilan dalam
bidang olahraga terkadang dibingungkan dengan kata kemampuan.
Keterampilan pada bidang olahraga berdasarkan beberapa referensi memiliki
pengertian yang hampir sama dengan kata-kata motor skill, ability,
movement, motor ability, physical ability dimana membutuhkan pemahaman
yang mendalam untuk mengerti dari beberapa kata dalam Bahasa Inggris
diatas. Seseorang yang dinyatakan terampil berarti mampu berkinerja optimal
dalam melakukan tugas yang diberikan oleh karenanya istilah keterampilan
dalam bahasa Indonesia identik dengan kemampuan.
Keterampilan dalam olahraga berarti seorang atlet yang mampu
melakukan tugas yang diberikan kepadanya dengan tujuan tertentu.
Keterampilan seorang atlet merupkan kombinasi dari kemampuan kognitif,
persepsi, gerak, (Edwards, 2011). Seorang penyanyi diharapkan memiliki
keterampilan menyanyi, seorang penari diharapkan memilki skill
(keterampilan) menari, seorang olahragawan diharapkan memiliki
keterampilan olahraga sesuai cabang olahraganya. Kinerja seorang atlet
dalam menendang bola, memukul bola, berputar di udara (salto), berenang,
melakukan smash (bola voli), melempar bola, menyudul bola, dan berbagai
keterampilan gerak dalam olahraga pada hakikatnya adalah kombinasi dari
tiga kemampuan yaitu kognitif, persepsi, dan kemampuan gerak.
Kemampuan kognitif dan persepsi sangat berhubungan dengan fungsi otak,
syaraf, dan sistem panca indra pada manusia sedangkan kemampuan gerak
sangat berhubungan dengan sistem otot, tulang, dan sendi.
2) Jenis Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak dapat dibagi dalam beberapa golongan sebagai
berikut keterampilan gerak halus dan kasar, keterampilan gerak terbuka dan
tertutup, keterampilan gerak cycles, serial, dan pace, (Gordon, 2009).
(a) Keterampilan Gerak Halus dan Keterampilan Gerak Kasar
Keterampilan gerak halus merupakan keterampilan-keterampilan yang
commit to user
memerlukan kemampuan mengontrol otot-otot kecil agar gerakan yang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
tim saling bekerja sama untuk mengalahkan lawan. Istilah taktik pertama kali
muncul pada dunia militer atau peperangan, dimana pihak yang berperang
dituntut untuk berpikir bagaimana caranya memenangkan peperangan.
Pertandingan sepak bola hakikatnya adalah pertarungan atau peperangan
dimana juga dituntut bagaimana caranya mengalahkan tim lawan.
Pemikiran bagaimana caranya menang melawan tim lawan terlepas
dari komponen teknik, fisik, dan mental adalah hakikat sesungguhnya dari
pemikiran tentang taktik. Permainan sepak bola adalah permainan yang
sangat membutuhkan keterampilan individu dan kondisi fisik yang prima,
tetapi seringkali terjadi dalam sebuah pertandingan tim yang diprediksi kalah
justru sebaliknya berhasil mengalahkan lawan, hal itu dapat terjadi sangat
besar kemungkinnannya karena faktor taktik yang direncanakan dan
diterapkan. Keterampilan taktik dalam bermain sepak bola dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: taktik bertahan dan taktik menyerang, taktik
individu, unit, dan tim (Kannekens, Elferink-gemser, & Visscher, 2009).
Taktik suatu tim sepak bola ketika bertanding sebenarnya sangat
sederhana, yaitu berawal dari permasalahan yang dihadapi suatu tim dalam
permainan sepak bola yaitu: 1) bagaimana caranya mencetak gol ke gawang
lawan, dan 2) bagaimana caranya mencegah lawan mencetak gol ke gawang
tim yang kita bela. Berdasarkan dua permasalahan tersebut maka taktik dalam
permainan sepak bola memiliki dua prinsip utama yaitu taktik bertahan dan
taktik menyerang. Keterampilan taktik dalam menyerang dan bertahan dapat
dilakukan secara individu, unit, atau secara tim (bersama-sama oleh 11
pemain). Keterampilan taktik individu yaitu bagaimana keputusan seorang
pemain dalam menyerang dan bertahan dalam menghadapi masalah dalam
permainan sepak bola. Taktik unit dalam permainan sepak bola adalah
bagaimana cara dua, tiga, atau empat pemain saling bekerja sama dalam
sebuah tim untuk memenangkan pertandingan. Taktik unit merupakan konsep
kerja sama yang direncanakan dengan baik ketika bertahan atau menyerang.
Taktik tim adalah cara yang dilakukan oleh seluruh pemain (11 pemain yang
bermain di lapangan) untuk commit to user
memenangkan pertandingan. Taktik tim
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
merupakan kristalisasi dari taktik individu, dan taktik unit, yang diterapkan
oleh setiap pelatih tim sepak bola.
1) Keterampilan Teknik Bermain Sepak bola
Keterampilan bermain sepak bola dapat diklasifikan dalam empat
keterampilan yaitu keterampilan teknik, keterampilan fisik (kondisi fisik),
keterampilan taktik, keterampilan mental. Keterampilan teknik dalam
bermain sepak bola terdiri dari beberapa jenis, namun pada penelitian ini
peneliti akan fokus pada empat keterampilan teknik yaitu teknik passing,
receiving, dribling, dan shooting.
a) Keterampilan Teknik Passing (Menendang Bola)
Keterampilan teknik passing merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh seorang pemain sepak bola dalam upayanya untuk
memenangkan pertandingan. Keterampilan teknik passing dapat
didiskripsikan melalui gambar dan penjelasan sebagai berikut:
bola,
Gunakan bagian dalam kaki untuk menendang bola.
Kunci pergelangan kaki yang digunakan untuk menendang bola,
Gerak lanjutan kaki yang digunakan untuk menendang kearah sasaran
yang dituju, (www.unitedsocceracademy.com).
b) Keterampilan Teknik Receiving (Menerima Bola)
Menerima bola merupakan keterampilan teknik yang frekuensinya
sangat sering dilakukan oleh seorang pemain sepak bola. Seorang pemain
yang keterampilan menerima bolanya baik biasanya keterampilan teknik
yang lainnya akan baik. Pemain sepak bola melakukan teknik menerima bola
untuk melakukan gerakan berikutnya dalam upaya menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dalam situasi permainan. Keterampilan
menerima bola dapat dilakukan dengan seluruh bagian tubuh kecuali bagian
lengan atau tangan tergantung pada arah datangnya bola. Keterampilan
menerima bola dapat diklasifikasikan dalam dua kategori yaitu bola yang
datang bergerak mendatar dirumput (menerima bola bawah) dan menerima
bola yang datang melambung (McAvoy, 1998).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
commit
kan dalam tiga kelompok besar yaitu to user prestasi, rekreasi, dan olahraga
olahraga
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
keterpaduan olah hati, pikir, raga, rasa dan karsa sebagai kondisi bawaan
sejak lahir yang disertai dengan usaha menuju penyempurnaan diri. Istilah
karakter pada dunia pendidikan umum lebih dikenal dengan ranah afektif
yang harus dicapai melalui pembelajaran. Secara umum nilai-nilai karakter
dalam kehidupan berwarga negara terdiri dari delapan belas nilai karakter
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghormati prestasi, (13)
bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab (Depdikbud, 2011: 8).
Lickona, (2013: 81) karakter diartikan sifat alami seseorang dalam
merespons situasi secara bermoral. Lickona menekankan tiga hal dalam
mendidik karakter, yang dirumuskan dengan indah: knowing, loving, and
acting the good. Beberapa pengertian sebagaimana telah diuraikan diatas
dapat disimpulkan sebuah pengertian karakter merupakan serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills) seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak sehingga ia dapat hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
Nilai-nilai kebaikan yang berhasil diterima, direspon, diorganisasi oleh
individu dan menjadi sikap, perilaku yang terus menerus dilakukan menjadi
kebiasaan dalam berbagai situasi dapat dimaknai telah menjadi karakter
positip seseorang. Sikap, perilaku, dan karakter manusia khususnya dalam
interaksi latihan atau kompetisi olahraga jika diidentifikasi jumlahnya banyak
tetapi dalam rencana penelitian ini peneliti akan mencoba fokus pada tiga nilai
karakter yaitu kerja sama (teamwork), menghormati orang lain (respect), dan
disiplin.
a) Karakter Kerja sama (Team Work)
commit tomultidimensi
Kerja sama adalah kemampuan user kognitif, perilaku, sikap
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
dan lingkungan; (b) meminta bantuan atau membantu orang lain ketika terjadi
overload; (c) memonitor kinerja anggota tim untuk mengidentifikasi
kekurangan dan memberikan bantuan; dan (d) menjaga kewaspadaan untuk
selalu beradaptasi pada situasi yang dianggap perlu, (Salas, Sims, & Burke,
2005; Xiao & Moss, 2001).
Sikap kerja sama dapat didefinisikan sebagai sebuah sikap di mana
anggota termotivasi untuk berkomunikasi, dan mengkoordinasikan. Sikap
kerja sama sering diukur berdasarkan pengamatan terhadap perilaku yang
ditandai dengan waktu aktivitas sesuai dengan kebutuhan tim, menawarkan
bantuan untuk para anggota tim yang membutuhkannya, atau berperilaku
dengan cara yang jelas sehingga tindakan tidak disalahartikan.
b) Karakter Menghormati (Respect)
Lewis (2005) menyatakan respect adalah suatu hubungan, hubungan
antara seseorang yang dikenal maupun tidak dikenal, hubungan dengan
masyarakat sekitar, hubungan dengan budaya, hubungan dengan pemerintah,
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan planet sebagai tempat hidup dan
dimana manusia saling berpikir dan berbagi. Respect dilakukan oleh seseorang
umumnya pada seseorang yang dikenal misalnya pada orang tua, guru, atau
pemimpin yang dikenal tetapi yang dimaksud respect dalam arti
sesungguhnya adalah respect pada semua orang baik yang dikenal atau tidak
dikenal. Seseorang yang memiliki sikap respect belum dapat dipastikan setuju
atau tidak setuju dengan sebuah pendapat tetapi akan menghormati perbedaan
yang terjadi.
Welty, et al (2009) menyatakan empat pilar utama terkait tindakan
respect yaitu cara bereaksi, berbahasa, mengharagai peraturan, dan
menghormati perbedaan. Cara merespon atau bereaksi terhadap sesuatu antara
individu dengan individu berbeda satu dengan lainnya. Respect berhubungan
dengan cara bersikap terhadap suatu tidakan seseorang. Sikap kasar mungkin
dilakukan oleh seseorang dan hal tersebut merupkan contoh sikap tidak
respect. Bersikap ramah, sabar dalam bertindak merupakan cerminan sikap
respect. commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
(2001), dan Stemhagen, Reich, & Muth (2013) menegaskan bahwa sekolah
dan lingkungan rumah mempengaruhi mental anak. Lingkungan sekolah yang
baik didukung dengan keterlibatan orang tua dapat meningkatkan prestasi anak
dan mengurangi kenakalan.
Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh. Hamedoglu, et. al. (2012) menyebutkan bahwa disiplin merupakan
salah satu bagian yang paling penting dari pendidikan. Siswa menjadi
memiliki pengetahuan apa yang harus dilakukan dan memiliki tanggung
jawab, memahami batas sosialnya di mana dan bagaimana ia harus
berperilaku dengan bersikap disiplin. Disiplin merupakan salah satu karakter
yang perlu dikembangkan dan akan membawa seorang individu menjadi
pribadi yang baik. Disiplin memiliki peranan yang penting dalam
perkembangan siswa. Terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran, atau pelatihan disiplin dapat dilatih melalui pelatihan yang
berlangsung dengan cara yang tepat dan dengan aturan yang dapat
meningkatkan disiplin pada diri siswa.
2. Pembinaan Atlet Jangka Panjang (Long Term Atlete Development)
Teori atau model pembinaan dan pengembangan atlet jangka panjang
telah dilakukan oleh banyak negara dalam upaya membangun kemajuan
prestasi dibidang olahraga. LTAD (Long Term Athlete Development)
merupakan salah satu model yang dikembangkan di Kanada untuk
menyiapkan atlet untuk berprestasi optimal dan menjalani hidup dengan aman
setelah selesai menjalani profesi sebagai atlet (Balyi & Way, 2013). Tahapan,
penjenjangan, program latihan, manajemen latihan yang disesuaikan dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan atlete adalah konsep, dan kerangka
pikir utama yang mendasari mode dan teori LTAD. Penjenjangan, pengaturan
tahapan latihan menurut model LTAD berlaku umum untuk seluruh cabang
olahraga dapat dapat diterima. Cabang olahraga sepak bola merupakan cabang
yang relevan untuk mengimplementasikan teori LTAD tersebut.
Berpedoman pada Long 'Term Athlete Development (LTAD) bahwa
commit
pembinaan dan pengembangan to user
atlete atau olahragawan dibagi menjadi 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
tahapan diantaranya: (a). Tahap 1: active start (Mulai Aktif Berlatih) latihan
olahraga sebaiknya dimulai pada usia 4 tahun untuk perempuan dan usia 6
tahun untuk laki-laki, (Active Start U4-U6 Female And Male, atau tahapan
”First Kicks” untuk pemain sepak bola), (b) Tahap 2: fundamentals (Dasar-
dasar Berolahraga, tahap dasar bermain sepak bola yaitu bermain bola dengan
menyenangkan dimulai dari usia 6 tahun untuk perempuan dan laki-laki
(Fundamenntals U6-U8 Female and U6-U9 Male, “Fun With The Ball”), (c).
Tahap 3: belajar mengarah pelatihan yang lebih baik, untuk usia 8 tahun
perempuan dan 9 tahun untuk laki laki, ini adalah usia emas untuk
membangun pondasi latihan untuk mendapatkan hasil yang baik atau dalam
istilah lain “(Learning To Train U8-U11 Female / U9-U12 Male, “The
Golden Age Of Learning”), (d). Tahap 4: adalah tahap dimana latihan mulai di
kembangkan menuju spesifik cabang olahraga dengan istilah lain training to
train ini dimulai pada usia 11 tahun untuk perempuan dan 12 tahun untuk laki-
laki, pada tahap ini identifikasi keberbakatan peserta didik mulai dilihat dan di
kembangkan. (Training To Train U11-U15 Female / U12-U16 Male,
“Identifying The Elite Player”). (e). Tahap 5: adalah memasuki tahap junior
akhir, pada tahap ini adalah tahap latihan yang digiring untuk menjadi pemain
Profesional, tahap ini atlet mulai mengikuti kompetisi yang lebih baik.
Dimulai pada usia 15-19 tahun untuk perempuan dan 16-20 tahun untuk laki-
laki. (Training To Compete. U15- U19 Female / U16-U20 Male, “Developing
The International Player”). (f). Tahap 6: pada tahap ini atlet sudah memasuki
tahap atlet senior sehingga latihan-latihan sudah mengarah untuk ke
penampilan puncak dalam permainan sehingga atlet mampu berkompetisi
dengan baik. (Training To Win. U18+ Female / U19+ Male, Building The
World Cup Player”). (g) Tahap 7 Active Lifestyle sebuah kondisi dimana
setelah menjadi atlete profesional diharapkan seorang atlete mampu menjaga
perilaku, sikap, dan gaya hidupnya dalam gaya hidup yang aktif dan sehat.
Berdasarkan teori LTAD maka sebuah prestasi, penampilan puncak
seorang atlet merupakan sesuatu yang tidak dapat dicapai dalam waktu yang
pendek, membutuhkan prosescommit to user dengan rata-rata sepuluh tahun
yang panjang
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
dilakukan secara bertahap sebagai berikut: fase atau tahapan kognitif, fase
assosiatif dan fase atutonomous.
1) Fase Belajar Keterampilan Gerak Kognitif
Keterampilan gerak pada bidang olahraga pada tingkatan pertama yaitu
fase kognitif dimana attlet mulai belajar melakukan gerakan dengan banyak
melakukan kesalahan, gerakan yang dipelajari bersifat umum, reaksi terhadap
respon lambat, berusaha mempelajari mekanisme gerakan yang benar,
pengetahuan atau informasi tentang gerakan yang benar masih sangat
dibutuhkan, belum mampu melakukan mekanismen gerakan yang sesuai
dengan tujuan.
2) Fase Belajar Keterampilan Gerak Assosiatif
Fase kedua yaitu jenjang assosiatif dimana proses belajar keterampilan
gerak yang dilakukan atlet mulai berkurang dalam membuat kesalahan,
keterampilan dasar mulai dipahami, gerakan semakin halus, dan waktu
terhadap respon semakin cepat, beberapa bagaian keterampilan gerak mulai
terjadi otomatisasi, dan mampu menyesuaikan dengan lingkungan luar yang
berubah-ubah.
3) Fase Belajar Keterampilan Gerak Autonomous
Fase ketiga adalah fase autonomous atau otomatisasi dimana kesalahan yang
dilakuakn sangat kecil, gerakan semakin halus, waktu terhadap respon cepat,
mampu melakukan gerakan yang sesuai dengan situasi pertandingan, dan
energi yang dibutuhksn untuk melakukan gerakan semakin kecil.
b. Pengembangan Keterampilan Bermain Sepak bola
Persaingan dalam kompetisi olaharaga termasuk sepak bola
mengakibatkan seseorang terus berpikir dan menghasilkan berbagai teori
tentang berbagai aspek yang harus disiapkan agar mencapai kemenangan
dalam sebuah pertandingan. Teori latihan dan khsususnya terkait latihan fisik
berkembang dengan cepat. Fisik diduga merupakan komponen penting yang
mendukung prestasi olahraga, namun seiring perkembangan jaman teori-teori
latihan juga terus berkembang dimana latihan olahraga tidak selalu dominan
tentang fiisk tetapi merupkan commit to user
kombinasi dari fisik, teknik, taktik, dan mental.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
Latihan teknik, taktik dan mental merupakan sesuatu yang harus dilakukan
oleh seorang yang berkeinginan untuk menjadi pemain sepak bola yang mampu
bermain dalam level tinggi atau professional.
latihan dan hand off dimana siswa mengalami proses latihan dengan
menemukan sendiri.
c. Pengembangan Karakter (Character Building)
Istilah karakter memiliki arti yang sama dengan kompetensi afektif
tertinggi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran menurut teori Bloom.
Qomari, (2008) menyatakan Bloom membagi tujuan pembelajaran dalam tiga
domain yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah afektif atau sikap,
perilaku dimulai dari penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, organisasi, dan
karakterisasi. Penjenjangan dalam domain afektif dari yang terendah yaitu
receiving atau menerima nilai-nilai baik dari orang tua, lingkungan, dan
pendidik atau guru dan jenjang tertinggi yaitu nilai-nilai baik telah menjadi
sikap, perilaku telah menjadi kebiasaan, pola hidup, atau karakter
(characterization).
Characterization bermakna nilai-nilai yang berhasil diterima, diberikan
respon, menjadi keyakinan, mampu dikelola dan pada akhirnya yaitu mampu
menjadi sikap, perilaku yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya pengembangan karakter siswa atau murid pada pelaksanaan pendidikan
formal di Indonesia menggunakan istilah pendidikan karakter atau pendidikan
moral. Implementasi pendidikan karakter yang berupaya mengembangkan
karakter sebagai ranah afektif tertinggi pada setiap jenjang pendidikan
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai
outcomes pendidikan. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, cerdas
dan berkarakter kuat akan menjadi pondasi yang kuat bagi bangsa dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi persoalan yang
muncul. Cerdas dan berkarakter sesuai dengan apa yang diamanatkan Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.
Arsyad (2010) strategi implementasi pembentukan sikap dan karakter
dalam pendidikan formal dilakukan dengan cara pembiasaan, keteladanan,
sentuhan kalbu (rasa dan kesadaran), dan bercerita atau ceramah. Sulhan
(2010) menyatakan bahwa langkah pembentukan karakter adalah: (1)
commit
memasukkan konsep karakter to user
dalam proses pembelajaran dengan cara
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
What you’re doing speaks so loudly that I can’t hear what you're saying. (Ralph
Waldo Emerson), (Doty, 2006). Orang-orang yang memiliki karakter moral yang
baik akan memiliki berbagai macam kebaikan dan rela bertindak untuk
kepentingan jangka panjang, untuk diri sendiri maupun untuk kepentingan orang
lain (Arnold, 2001). Seseorang yang berkarakter misalnya karakter menghormati,
integritas, kejujuran, tanggung jawab, berani, kasih sayang, keadilan, dan
kesopanan. Bredemeier dan Shields (1995) menggambarkan karakter olahraga
dalam empat kebaikan utama yaitu: kasih sayang, keadilan, sportspersonship, dan
integritas, dan percaya bahwa orang-orang yang memiliki karater tersebut akan
memiliki tampilan yang konsisten dalam aktivitas olahraga (Bredemeier &
Shields, 1995) .
Beberapa teori terkait dengan pengembangan moral, karakter, perubahan
perilaku dikaji lebih mendalam sebagai berikut:
1) Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory)
Proses pembelajaran menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga
komponen (unsur) yaitu perilaku model (contoh), pengaruh perilaku model,
dan proses internal. Individu melakukan pembelajaran dengan proses
mengenal perilaku model (perilaku yang akan ditiru), kemudian
mempertimbangkan dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi
perilakunya sendiri. Perilaku model ialah berbagai perilaku yang dikenal di
lingkungannya apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya (minat,
pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya) maka perilaku itu akan ditiru.
Proses belajar dalam hal ini belajar dalam interaksi sosial terjadi dalam
urutan tahapan peristiwa. Tahap-tahap dalam proses belajar tersebut adalah
sebagai berikut:
a) tahap perhatian (attentional phase)
Para siswa atau para peserta didik pada tahap pertama pada umumnya
memusatkan perhatian pada suatu perilaku pada obyek materi atau perilaku
model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan
materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Perhatian
untuk para peserta didik commit to user
dapat diciptakan misalnya guru dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
masyarakat.
Tahap 6: orientasi prinsip etika universal (masa dewasa) Benar
atas suatu perbuatan ditentukan oleh keputusan suara hati, sesuai dengan
prinsip etis yang dipilih sendiri, hukum tetap dipandang sebagai sesuatu
yang penting tetapi ada nilai-nilai yang lebih tinggi yaitu prinsip
universal mengenai keadilan, pertukaran hak dan keamanan martabat
manusia sebagai seorang pribadi (Köhlberg, 1995).
3) Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial dikenalkan tahun 1960-an sebagai teori
pembelajaran sosial oleh Albert Bandura. Pembelajaran terjadi dalam
konteks sosial dengan interaksi dinamis dan timbal balik antar manuasia,
lingkungan, dan perilaku. Teori kognitif sosial menekankan pada pengaruh
sosial dan penguatan sosial eksternal dan internal. Teori kognitif sosial
mempertimbangkan cara unik di mana individu memperoleh dan
memelihara perilaku, sambil juga mempertimbangkan lingkungan sosial di
mana individu melakukan perilaku. Teori kognitif sosial memperhitungkan
pengalaman masa lalu seseorang, tindakan perilaku apa yang akan terjadi.
Pengalaman masa lalu ini mempengaruhi motivasi untuk membentuk
apakah seseorang akan terlibat dalam perilaku tertentu dan alasan seseorang
terlibat dalam perilaku itu, (Young, M. D et all, 2016).
Konstruksi yang dikembangkan sebagai bagian dari teori kognitif sosial:
a. Determinisme timbal balik adalah konsep pusat teori kognitif sosial
mengacu pada interaksi orang yang dinamis dan timbal balik (individu
dengan serangkaian pengalaman yang dipelajari), lingkungan (konteks
sosial eksternal), dan perilaku (respons terhadap rangsangan untuk
mencapai tujuan).
b. Kemampuan perilaku, mengacu pada kemampuan aktual seseorang
untuk melakukan perilaku melalui pengetahuan dan keterampilan.
Seseorang dinyatakan berhasil melakukan perilaku jika seseorang
mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
commit
Orang-orang belajar dari to user
akibat perilaku dalam lingkungan tempat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
tinggal.
c. Pembelajaran observasional, menegaskan bahwa orang dapat
menyaksikan dan mengamati perilaku yang dilakukan oleh orang lain,
dan kemudian mereproduksi perilaku tersebut. Hal tersebut sering
disebut dengan pemodelan perilaku. Seseorang dapat melakukan
perilaku dengan sukses, jika individu melihat perilaku lain yang sukses.
d. Pengaruh Faktor Eksternal-Internal adalah respons internal atau
eksternal terhadap perilaku seseorang yang mempengaruhi melanjutkan
atau menghentikan perilaku.
e. Harapan, mengacu pada akibat dari perilaku seseorang. Harapan dapat
terkait dengan berbagai bidang. Orang mengantisipasi akibat dari
tindakan sebelum terlibat dalam perilaku, dan akibat yang diantisipasi
ini dapat mempengaruhi keberhasilan penyelesaian perilaku. Harapan
sebagian besar berasal dari pengalaman sebelumnya, sementara harapan
dapat berasal dari pengalaman sebelumnya, harapan berfokus pada nilai
yang ditempatkan pada hasil dan tunduk pada individu.
f. Self Efficacy mengacu pada tingkat kepercayaan seseorang pada
kemampuannya untuk berhasil melakukan tindakan. Self Efficacy
dipengaruhi oleh kemampuan spesifik seseorang dan faktor individu
lainnya, serta oleh faktor lingkungan (hambatan dan fasilitator), Bandura
(2001) .
4) Teori Pendidikan Karakter Thomas Lickona
Thomas Lickona memberikan arti pendidikan karakter adalah usaha
disadari dari seluruh dimensi kehidupan sosial untuk membantu
pembentukan karakter secara optimal. Lickona (2013) menyatakan karakter
merupakan sifat alami seseorang dalam merespons berbagai situasi secara
bermoral. Tahapan dalam mengembangkan karakter sebagai berikut: moral
knowing, moral feeling, and moral acting the good.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
yang perhatian dan peduli pada orang lain, (5) memberi kesempatan
pada siswa untuk melakukan tindakan dan aksi moral, (6) membuat
kurikulum yangmenghormati semua peserta didik, mengembangkan
karakter, dan membantu setiap siswa untuk sukses, (7) mendorong
motivasi setiap siswa; (8) melibatkan staf sekolah untuk peduli pada
pembelajaran moral dan berbagi tanggung jawab dalam pendidikan
karakter, (9) menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan dan
dukungan jangka panjang dalam upaya menginisiasi berkembangnya
pendidikan karakter, (10) melibatkan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam pengembangan karakter, (11) mengevaluasi karakter
seluruh staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa
mengaplikasikan nilai karakter yang baik.
4. Sekolah Sepak bola
a. Sekolah
Sekolah merupakan lembaga untuk memberikan layanan pendidikan,
proses belajar dan mengajar. Istilah sekolah digunakan untuk lembaga yang
memberikan layanan pendidikan dijenjang pendidikan dasar, dan
menengah, sedangkan untuk jenjang pendidikan dapat dilaksanakan oleh
perguruan tinggi, sekolah tinggi, universitas, institut, atau politeknik
(Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010). Sekolah dipimpin oleh kepala
sekolah, dan dalam operasionalnya dibantu wakil kepala sekolah, guru, dan
staf karyawan (Permen tentang sekolah/ Sisdiknas).
Jalur pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu jalur pendidikan
formal, jalur non formal dan informal. Penddikan formal dilaksankan
melalui sekolah formal dari mulai Taman kanak-kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi, pendidikan non formal meliputi:
1) pendidikan kecakapan hidup;
2) pendidikan anak usia dini;
3) pendidikan kepemudaan;
4) pendidikan pemberdayaan perempuan;
5) pendidikan keaksaraan;commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
Dari data tersebut, diketahui ada 20 Sekolah Sepak Bola yang terdaftar
pada Komite Usia Muda commit to user
Usia Dini Askab PSSI Sleman. Jumlah siswa
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
yang rendah tetapi latihan untuk peningkatan daya ledak otot membutuhkan
waktu yang relatif lebih pendek dengan intensitas tinggi.
Jenis atau tipe latihan, isi latihan berhubungan dengan frekuensi,
intensitas, dan lama latihan. Isi latihan yang bertujuan peningkatan teknik
maka intensitas menurun. Latihan dengan berbagai jenis model akan
mengurangi kebosanan atlet. Latihan yang bertujuan sama untuk
meningkatkan daya tahan aerobik dapat dilakukan dengan model atau isi
latihan countinous running, interval training, bersepeda, berenang dan
berbagai aktivitas lainnya yang beragam. Latihan untuk meningkatkan
kekuatan otot dapat dilakukan dengan model atau jenis latihan berbeban
dengan alat atau tanpa alat. Latihan berbeban dapat dilakukan dengan dengan
model isometrik atau isokinetik.
Reversibility (pulih asal) merupakan prinsip latihan yang harus dipahami
oleh seorang pelatih. Kondisi fisik tubuh khususnya akan kembali pada
kondisi awal jika serang atlet tidak melakukan latihan. Kembali pada kondisi
awal ini berbeda-beda pada setiap kondisi fisik, misalnya komponen kekuatan
otot relatif bertahan lebih lama walaupun tidak berlatih jika dibandingkan
komponen daya tahan aerobik. Prinsip pulih asal sangat penting dalam
pengelolaan suatu program latihan terkait dengan fase atau periodesasi latihan.
Berapa lama waktu istirahat yang diberikan pada seorang atlet dari satu sesi
latihan ke satu latihan yang lain tergantung pada berbagai prinsip latihan
lainnya.
Prinsip perbedaan individu (individulal dirference) harus diperhatikan
seorang pelatih. Seorang atlet memiliki kemampuan untuk belajar, berlatih
yang berbeda dengan atlet lainnya. Seorang atlet mungkin mengalami
peningkatan komponen kekuatan yang lebih cepat dibanding lainya, demikian
juga seorang atlet mampu belajar skill lebih cepat dibanding atlet lainnya
walaupun perlakuan terhadap mereka sama. Kemampuan individu seorang
atlet lebih dikarenakan faktor keturunan atau genetika dan hal ini telah banyak
dilakukan penelitian sehingga dalam konteks olahraga prestasi mendapatkan
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
yang sangat strategis untuk sebuah upaya membangun karakter bangsa dalam
penelitian ini khususnya melalui sekolah sepak bola.
e. Sistem Syaraf dan Perubahan Perilaku
Aktivitas dan gerakan yang dilakukan oleh manusia merupakan
respon yang diterima oleh otak, sistem syaraf kemudian terjadilah gerakan
yang dilakukan oleh manusia. Latihan olahraga, atau pembelajaran
pendiidikan jasmani merupakan aktivitas yang berhubungan dengan sistem
syaraf manusia. Kualitas perilaku, atau komponen afektif dan aktivitas
gerak psikomotor bersumber pada kinerja otak melalui respon syaraf.
Artinya penting bagi pelatih untuk mengetahui sistem kinerja neuron (sel
saraf) untuk peningkatan gerak psikomotor dan perilaku afektif atlet.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
Eropa, Piala AFF, Liga 1 Gojek PSSI adalah produk modernisasi bermain,
permainan yang awalnya sederhana.
penting.
2) Semua bentuk pembelajaran merupakan pembelajaran yang diulang
dimana pembelajaran terbaik adalah pembelajaran yang memnfasilitasi
sebuah proses yang yang diyakini, dan ide tentang suatu tema
pembelajaran dapat ujikan.
3) Pembelajaran, salah satu bentiknya adalah merupakan penyelesaian
konflik. Konflik, perbedaan, dan perdebatan merupakan sesuatu yang
dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Dalam suatu proses
pembelajaran salah satunya dapat dipilih sebagai model untuk refleksi,
merasakan, bertindak, dan berpikir.
4) Pembelajaran merupakan sebuah proses adaptasi yang holistik. Belajar
tidak hanya hasil sebuah pemikiran tetapi melibatkan fungsi yang
terintegrasi seluruh pemikiran, perasaan, persepsi dan perasaan memiliki.
5) Pembelajaran merupakan hasil dari transaksi sinergi antara manusia
dengan lingkungannya.
6) Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk menciptakan pengetahuan.
ELT mendukung teori pembelajaran kontruktif dimana pengetahuan sosial
dibuat oleh dan dibuat berulang oleh pengetahuan individu pembelajar.
Model experience learning adalah suatu model proses belajar mengajar
yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung (Kiili,
2005). Experience learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator
untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuan
dalam proses pembelajaran (Wilson, 2013). Model Experience learning dapat
didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektifan dari hasil belajar.
Model experience learning memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengalami pengalaman apa yang menjadi perhatian, keterampilan-
keterampilan apa yang ingin mereka kembangkan, dan bagaimana mereka
membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami. Prinsip dasar atau
tahapan model pembelajaran experience learning adalah sebagai berikut:
commitnyata.
1) Tahapan mengalami pengalaman to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek
perhatiannya.
4) Tahapan implementasi, pada tahap ini siswa sudah mampu
mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam
situasi nyata. Situasi belajar yang memberikan ruang kebebasan untuk
mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep disituasi yang
nyata (Miettinen, 2017).
Tujuan dari model belajar experience learning adalah untuk
mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu:
1) Mengubah struktur kognitif siswa,
2) Mengubah sikap siswa, dan
3) Meningkatkan keterampilan-keterampilan siswa yang telah dimiliki.
Ketiga elemen itu saling berhubungan dan memengaruhi secara keseluruhan,
tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua
elemen lainnya tidak akan efektif. Kualitas belajar experience learning
mencakup keterlibatan murid secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh murid
sendiri, dan adanya efek yang membekas pada murid.
c.Games Experience Learning (GEL)
commit
Gambar 2.21. toExperience
Game user Learning
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
Gambar 2.22. Diskripsi Perbedaan Model Latihan Konvensional dan Model Latihan
Model latihan berbasis GEL jika dibandingan dengan model
latihan konvensional ada beberapa perbedaan diantaranya konsep
pengembangan sikap, perilaku, karakter positip pemain sepak bola usia muda
menjadi sesuatu yang harus ada dan menjadi tujuan atau kompetensi latihan
yang harus dikuasai, menjadi target dalam setiap sesi latihan harian. Upaya
commit to user
pengembangan karakter melalui aktivitas latihan sepak bola diharapkan dapat
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
direalisasi dalam sesi latihan inti I dimana melalui model latihan GEL yang
dikembangkan peneliti diharapkan mengalami perubahan pengetahuan
(kognitif), perasaan (afectif) terhadap satu nilai moral karakter dan berupaya
mempraktikkan perilaku, sikap tersebut pada sesi-sesi latihan berikutnya.
Game (permainan) sebagai alat, media dalam latihan berbasis GEL
merupakan bentuk nyata fase I dalam latihan berbasis GEL. Game bagian dari
pengalaman yang harus dilakukan setiap pemain. Siswa atau pemain bermain
dan melalui permainan inilah pelatih harus tepat dalam memutuskan kapan
saatnya melakukan refleksi (fase II) untuk menyampaikan moral knowing dan
moral feelling pada pemain. Refleksi dilakukan dengan panduan, arahan
pelatih dengan melakukan diskusi singkat misalnya dengan bertanya “
Mengapa kalian tadi berhasil melakukan ……..?, Sikap, perilaku apakah
yang mendukung keberhasilan kalian…..?, Apakah akibatnya jika kalian tidak
bersikap ……?, pengalaman bermain, refleksi menjadi aktivitas penting untuk
mengembangkan karakter siswa pada latihan inti I.
Fase III dari latihan inti I diharapkan siswa mampu memahami,
menemukan, dan mampu menyimpulkan sebuah konsep yang diharapkan
pelatih. Konsep perilaku bermoral, karakter positip diharapkan dapat
diimplementasikan pada fase IV latihan inti I atau sesi latihan berikutnya.
Karakter kerja sama tim misalnya jika mampu dipahami, disadari, ada
keinginan dan dorongan untuk dipraktikkan maka hal tersebut merupkan
indikator kesuksesan dari sesi latihan I. Karakter kerja sama diharapkan dapat
dipraktikkan siswa pada sesi latihan II, III, IV, sesi pendinginan dan latihan
pada hari-hari berikutnya.
Latihan inti II dalam model latihan berbasis GEL pada hakikatnya sama
dengan latihan inti II yang terdiri dari empat fase. Fase I latihan inti II berisi
aktivitas bermain yang dirancang oleh peneliti dengan harapan pemain atau
siswa memiliki pengetahuan, dan menyadari pentingnya keterampilan teknik
dalam mendukung kinerja ketika bermain, berkompetisi dengan adanya lawan.
Mengapa harus berlatih teknik, kapan keterampilan teknik tertentu digunakan,
dimana keterampilan teknik tertentu digunakan menjadi menjadi kelemahan
para pemain muda umumnya di Indonesia yang diharapkan dapat dikurangai
dengan model latihan berbasiscommit
GEL. to user
Kelemahan model latihan konvensional
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
yang selama ini terjadi adalah pemain diberikan drill keterampilan teknik
tetapi tidak mengetahui kapan, dimana, dan mengapa keterampilan teknik
harus dilatihkan, atau dipelajari.
Model latihan berbasis GEL pada latihan inti II fase I berisi game
dilanjutkan dengan fase II berupa refleksi yang dipandu pelatih menjadi bagian
penting yang menentukan tingkat keberhasilan sesi latihan inti II. Pelatih
memandu siswa, pemain dengan membuat pertanyaan-pertanyaan misalnya
“apakah penyebab utama tugas untuk melakukan ball possession tidak dapat
kalian lakukan dengan baik?” , fungsi pelatih membantu siswa mengetahui,
menyadari pentingnya suatu keterampilan teknik dalam mendukung kinerja
pemain sepak bola sehingga motivasi para pemain akan menjadi tinggi ketika
berlatih dengan metode drill pada latihan inti III untuk meningkatkan
keterampilan teknik. Latihan inti II dengan berbasis GEL diharapkan juga
meminimalisis kebosanan, kejenuhan, tingkat konsentarsi yang menurun jika
menggunakan metode drill. Game yang dirancang peneliti untuk dilakukan
pada latihan inti II merupakan game yang dibuat, dirancang agar pemain
sering melakukan keputusan keterampilan teknik tertentu. Semakin sering
keputusan keterampilan teknik tertentu dilakukan pada game yang dirancang
peneliti semakin efektik model latihan berbasis GEL yang dikembangkan
peneliti.
Latihan inti III pada model latihan berbasis GEL berisi drill keterampilan
teknik tertentu yang telah distimulasi pada latihan inti II dalam bentuk
bermain. Metode drill diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas
keterampilan teknik yang menjadi target kompetensi latihan untuk siswa atau
pemain usia 9-12 tahun. Metode drill terhadap keterampilan teknik pada
latihan inti III dilakukan siswa dalam suasana yang diharapkan lebih
bersemangat, termotivasi akibat dari refleksi yang dilakukan pada latihan inti
II dengan berbasis GEL. Pelatih memandu proses latihan dengan metode drill
diawali dengan demonstrasi, memberikan tugas gerak keterampilan teknik
tertentu, dan secara terus-menerus secara individual, klasikal memberikan
feedback pada siswa.
Latihan inti IV pada model latihan berbasis GEL yang dikembangkan
commit
peneliti diseeting seperti bermain to user
dalam suatu kompetisi yaitu bertanding 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
melawan 7 dengan aturan standar baku yang ditetapkan PSSI untuk pemain
usia 9-12 tahun. Aturan yang berbeda dengan sepak bola untuk pemain dewasa
misalnya ukuran lapangan, ukuran bola, off side ditiaadakan, dan beberapa
peraturan yang dimodifikasi dengan pertimbangan pertumbuhan dan
perkembangan siswa-siswa. Bermain untuk berkompetisi pada latihan inti IV
B. Kerangka Pikir
Pembinaan atlet untuk berprestasi optimal sebagaimana tujuan yang
harapkan membutuhkan proses latihan yang dilakukan dalam jangka panjang,
terus-menerus, bertahap dan berjenjang. Prestasi olahraga yang dicapai
sebagaimana tahapan usianya memiliki perbedaan antara cabang olahraga
sehingga dalam proses tahapan pembinaan dan latihan juga memiliki
kekhususan yang berbeda antar cabang olahraga. Cabang sepak bola
merupakan cabang paling populer dibandingkan cabang olahraga lainnya di
Indonesia tetapi prestasi tim nasional senior dan junior dalam 30 tahun terakhir
belum sesuai dengan harapan. Prestasi yang belum sesuai harapan ditambah
sikap, perilaku, karakter negatif para pemain sepak bola dalam liga atau
kompetisi professional di Indonesia semakin menambah keprihatinan pada
kondisi pembinaan cabang sepak bola.
Prinsip-prinsip latihan untuk pengembangan atlet sejak usia muda
sampai tercapai prestasi puncak harus diperhatikan dimana latihan harus
bersifat specifik (khusus), progresif overload (beban lebih yang selalu
meningkat), reversibility (pulih asal), individual diference (perbedaan
individu). Latihan olahraga juga memiliki prinsip-prinsip atau tata kelola yang
dikenal dengan istilah FITT yaitu frekuensi, intensitas, tipe atau jenis, dan
waktu. Latihan pada cabang sepak bola sebagaimana cabang olahraga yang
lainnya menuntut peningkatan keterampilan, kinerja atlet ketika bermain yang
tidak terbatas sehingga mampu menjadi tim, atau individu yang unggul
dibandingkan dengan lawannya. Keterampilan teknik, fisik, taktik, dan mental
menjadi komponen utama agar kinerja, keterampilan bermain pemain sepak
bola dimasa yang akan datang optimal.
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
dilandasi oleh kinerja individu setiap pemain, dimana pada tahapan usia 9-12
tahun adalah tahap yang paling tepat untuk membekali calon pemain dengan
keterampilan teknik dan bagaimana bersikap, berperilaku yang tepat dalam
interaksi latihan atau pertandingan sepak bola.
Latihan keterampilan, latihan fisik, latihan taktik, dan mental pada
pemain usia muda memiliki pendekatan, strategi yang berbeda dengan latihan
pada usia remaja, atau senior. Latihan harus mengaplikasikan prinsip
kekhususan yang berarti latihan yang bertujuan untuk pengembangan
keterampilan berbeda dengan dengan latihan yang bertujuan pengembangan
fisik, demikian pula latihan yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan teknik dan fisik sekaligus memiliki bentuk yang berbeda jika
tujuan utama latihan adalah pengembangan keterampilan teknik dan
pembentukan karakter (pembiasaan berperilaku). Latihan keterampilan teknik
yang saat ini banyak diterapkan oleh para pelatih sepak bola di Indonesia
adalah latihan teknik terisolasi, atau latihan keterampilan teknik dengan metode
drill.
Pendekatan dengan permainan sepak bola yang disederhanakan untuk
peningkatan keterampilan teknik, fisik, dan taktik telah banyak dilakukan dan
dikembangkan oleh beberapa peneliti atau penulis dalam berbagai literatur, dan
latihan dengan model tersebut disebut dengan model small side games. Beban,
bentuk, ukuran lapangan, peraturan permainan dimodifikasi oleh pelatih sesuai
tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan waktu yang dimiliki dalam persiapan
sebuah tim menghadapi kompetisi. Latihan mental atau bagaimana membentuk
sikap, berperilaku, merespon berbagai situasi dalam proses latihan maupun
pertandingan sepak bola belum banyak kajian yang ditemukan oleh peneliti.
Latihan mental dalam olahraga yang banyak dilakukan dan ditemukan dalam
literatur adalah membahas kepercayaan diri, kecemasan, dan kondisi psikis
internal atlet.
Proses pembinaan, latihan sepak bola dilakukan dengan proses yang
panjang, bertahap yaitu usia 5-8 tahun, 9-12 tahun, 13-15 tahun, 16-19 tahun,
dan 20+. Orientasi atau tujuancommit to user
pada setiap tahap pembinaan seharusnya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
berbeda jika prestasi optimal pada usia yang tepat atau usia puncak (senior)
adalah tujuan utama. Penelitian disertasi ini akan fokus pada latihan sepak bola
pada anak-anak usia 9-12 tahun dimana keterampilan teknik dan karakter
menjadi tujuan utama pada tahap dan jenjang pembinaan di usia tersebut.
Karakteristik anak-anak usia 9-12 tahun ketika melakukan aktivitas fisik adalah
kemampuan untuk memusatkan perhatian relatif tinggi, semanagat untuk
mencari pengalaman baru cukup tinggi, perkembangan sosial semakin
membaik, kurang senang bermain dengan lawan jenisnya, dan semangat untuk
mengusai suatu bentuk aktivitas fisik tertentu dan berkompetisi tinggi.
Peneliti mengusulkan atau berpendapat bahwa latihan pada usia 9-12
tahun adalah sebuah latihan yang harus dilakukan dalam suasana dan kondisi
psikologis yang menyenangkan pada atlet, atau siswa. Pengembangan
keterampilan dan karakter melalui latihan yang menyenangkan dengan
sendirinya akan memotivasi atlet untuk terus berlatih pada tahap selanjutnya,
bahkan diharapkan mampu menjadikan aktivitas olahraga menjadi gaya hidup
pada fase kehidupan selanjutnya. Karakteristik anak usia 9-12 tahun yaitu
imajinatif, menyukai aktivitas fisik yang menantang, dan bermain oleh
karenanya peneliti mencoba berinovasi dengan mendisain sebuah model latihan
yang bertujuan untuk pengembangan keterampilan teknik dan karakter dengan
pendekatan atau strategi bermain sebagai pengalaman untuk belajar dan
berlatih. Disain inovasi latihan pada siswa SSB Usia 9-12 tahun tersebut diberi
nama model latihan berbasis games experience learning.
C. Spesifikasi Produk
Model yang dikembangkan peneliti pada hakikatnya adalah me-
rencanakan, membuat, dan menetapkan model latihan yang inovatif untuk
mencapai tujuan atau sasaran latihan yang efektif. Pengembangan yang
dilakukan oleh peneliti menghasilkan produk yaitu model latihan yang di buat
dalam bentuk buku panduan latihan sebagai media atau bahan untuk digunakan
sosialisasi kepada para pelatih SSB. Permainan sebagai pengalaman menjadi
konsep utama dalam mengembangkan keterampilan dan karakter pada siswa
commit
SSB dengan berbagai kajian dari to user
berbagai perspektif teori.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
Teori
Pengembangan
Moral terstuktur
Teori
Pembelajaran
Teori Belajar
Sosial Untuk
Gerak
pengembangan
Model Moral
Latihan
Teori Latihan
Berbasis Teori Games
Games
Experience
Learning Teori
Teori Pendidikan
Pembelajaran
Karakter Lickona
Domain Afektif
Teori
Pembelajaran
Experience
Learning
commit
Gambar 2.24 Teori Pendukung untuk to user
Mengembangkan Model Latihan, Sumber:
Peneliti
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
Pemanasan
Pendinginan
Gambar 2.25 Desain Latihan Harian Model Latihan Berbasis “GEL”
teori pendidikan karakter oleh Lickona (moral feeling) dapat teraplikasi secara
langsung.
Tujuan latihan inti ke-1 yaitu pengembangan karakter melalui permainan,
tujuan utama latihan inti ke-2 yaitu memberikan atau mengirim konsep kognitif
keterampilan teknik yang benar dalam bermain dan pentingnya keterampilan
teknik dalam mengatasi permasalahan dalam bermain sepak bola. Pelatih harus
jeli dan tepat untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melakukan refleksi
berdasarkan momentum pengalaman bermain yang terjadi. Pelatih harus
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan agar siswa mampu
menemukan sendiri konsep teknik yang tepat dalam situasi bermain. Keterampilan
teknik yang akan dikembangkan melalui model ini yaitu keterampilan passing,
receiving, driblling, dan shooting.
Suasana gembira
Dalam bermain Games
dalam bermain lebih
prinsip-prinsip
tepat dan
latihan tetap mampu
memotivasi anak-
dikendalikan oleh
anak usia 9-12
pelatih
tahun berlatih
sepak bola
Bermain sepak bola yang sesungguhnya dalam konteks sepak bola usia
muda (9-12 tahun) menjadi bentuk latihan inti ke-3. Latihan inti ke-3 para pemain
diberikan kebebasan untuk bermain sebagai bentuk implementasi dari apa yang
telah dipelajari, diketahui, dikuasai dari sesi latihan inti ke- 1,dan 2. Latihan inti
ke-3 dimanfaatkan oleh pelatih untuk mengevaluasi apakah atlet mampu
mengaplikasikan apa-apa yang dilatihkan, kekuarangan, kelebihan dari setiap
pemain. Model latihan berbasis games experience learning untuk pengembangan
skill dan karakter para siswa SSB diharapkan tepat, praktis, dan efektif. Khusus
pada pengembangan karakter yang dibentuk ketika menjadi siswa SSB diharapkan
akan terbawa sampai dewasa dan harapannya masalah-masalah yang diakibatkan
perilaku, karakter negatif pemain sepak bola dapat tereduksi atau dihilangkan.
Sesi latihan terakhir sebagaimana umumnya yaitu sesi cool down
(pendinginan). Pendinginan dilakukan antara 5-15 menit dengan melakukan
gerakan kelenturan untuk mengembalikan tubuh dalam keadaan normal. Sesi cool
down dapat digunakan untuk menyampaikan feedback pada atlet terkait beberapa
tujuan latihan pada sesi hari itu dan penyampaian rencana latihan, kegiatan pada
latihan berikutnya. Model yang telah disusun ditulis dalam bentuk buku panduan
latihan agar mudah dibaca, dipahami, dan diimplementasikan oleh para pelatih
SSB sebagai pengguna utama dari produk disertasi ini. Berikut isi susunan buku
panduan latihan yang akan disusun oleh peneliti:
BAB I Pendahuluan
BAB II Model Latihan Berbasis Games Experience Learning untuk
Mengembangkan Keterampilan dan Karakter pada Siswa Sekolah
Sepak bola Kelompok Umur 9-12 Tahun.
BAB III Permainan-Permainan Untuk Mengembangkan Karakter dan
Keterampilan Bermain Sepak bola.
BAB IV Permainan-Permainan Untuk Mengembangkan Keterampilan Teknik
Bermain Sepak bola.
BAB V Sesi Bermain 7 vs 7 (Tujuh lawan Tujuh) sebagai Isi Latihan Inti ke
3 Pada Model Latihan Berbasis “GEL” dan Implementasi Model
Latihan Berbasis Games Experience Learning dalam Disain Program
Latihan 2,5 Bulan. commit to user