Anda di halaman 1dari 4

1.

Tuliskan elemen-elemen penting dari coaching yang dapat diambil dari beberapa
definisi coaching yang telah disajikan!

Jawab:

a. Terdapat kolaborasi diantara coach dan coachee, coach menyusun pertanyaan untuk
menggali coachee menemukan permasalahan dan menyadarkan tanpa mengajari.
Kesadaran muncul dari diri coachee sendiri
b. Coach memiliki peran menjadi fasilitator, menjadi pendengar yang cerdas serta
penyimak yang baik untuk menerima pesan dari coachee.
c. Teramat penting bagi seorang coach mencatat kata-kata kunci saat mendengarkan
dan menyimak hal-hal yang disampaikan coachee. Kata-kata kunci dijadikan bahan
untuk mennyampaikan pertanyaan berikutnya untuk menyadarkan diri coachee agar
mengadakan perubahan secara berkesadaran.

2. Sebagai guru, pernahkah Anda menerapkan prinsip-prinsip coaching tersebut di sekolah


Anda? Jika jawaban Anda "ya", berilah contoh dan penjelasannya!
Ya. Ketika saya menemukan pelanggaran yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang murid,
yaitu sering terlambat datang ke sekolah. Di saat istirahat, saya mengajak murid tersebut untuk
ngobrol. Saya mengkondisikan keadaan telebih dahulu agar murid tidak merasa diadili, dan
teman-temannya tidak menaruh kecurigaan. Saya menyampaikan beberapa pertanyaan terkait
dengan pelanggaran yang dilakukannya. Murid dengan leluasa menceritakan permasalahan yang
dihadapinya. Ternyata si anak setiap malam ikut bapaknya berjualan di hiburan wayang kulit di
berbagai tempat hingga jam 2 pagi. Hal ini mengakibatkan si anak terlambat bangun dan
akhirnya juga terlambat datang ke sekolah. Kedua orang tuanya tidak peduli dengan kondisi
anaknya. Sebelum si anak bangun dari tidurnya, orang tuanya sudah berangkat pergi ke ladang
atau ke sawah. Sehingga si anak lepas pengawasan dari kedua orang tuanya. Kemudian saya
mencoba memberi beberapa alternatif pemecahan masalah. Sampai saat ini dia masih terlambat
datang ke sekolah, namun tidak sesering seperti sebelumnya.
Pada pendidikan Indonesia saat ini, pendekatan coaching merupakan salah satu proses
kegiatan ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran. Pendampingan
dengan menggunakan pendekatan Coaching menjadi proses yang penting dilakukan di
sekolah terutama dengan diigalakkannya program Merdeka Belajar oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Program ini diharapkan dapat membuat murid menjadi
lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi dalam dirinya
guna mencapai tujuan pembelajaran. Pendampingan murid melalui pendekatan coaching
menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya
yaitu kemerdekaan dalam belajar. Sistem Among yang disampaikan KHD yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat
yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan
pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani sebagai sebuah kekuatan dalam pendekatan
proses Coaching. Menjadi pendidik dengan semangat Tut Wuri Handayani, kita harus
menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum
melakukan pendampingan dengan menggunakan pendekatan coaching. Pendekatan
komunikasi dengan proses coaching adalah sebuah dialog antara guru dan murid yang
terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang pertemuan yang penuh kasih dan
persaudaraan

Coaching merupakan sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi
pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja,
pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee

Training, mentoring, konseling, dan coaching adalah bentuk-bentuk metode


pengembangan manusia (people development). Keempatnya memiliki beberapa
kesamaan karakteristik. Namun, masing-masing adalah metode yang sangat berbeda dan
penting untuk memahami perbedaannya.
a. Mentoring biasanya berfokus pada masa depan atau pengembangan karir untuk
memperluas cakrawala individu, dengan memberdayakan pengalaman dan wisdom sang
mentor. Sedangkan dalam hubungan coaching, fokusnya adalah saat ini dan masa depan,
dengan memberdayakan potensi individu yang menjadi coachee.
b. Konseling lebih dekat dengan intervensi terapeutik / healing. Metode ini berfokus pada
masa lalu, membantu individu untuk mengatasi hambatan dan masalah dari masa lalu
mereka, agar mereka dapat berfungsi lebih baik di saat ini dan di masa yang akan datang.
Jelas konseling berbeda dengan Coaching. Sebab pada sesi coaching, fokus pembahasan
adalah mengenai saat ini dan masa yang akan datang, serta bertujuan untuk mengangkat
potensi individu.
c. Fasilitasi
Coaching dilakukan untuk membantu orang atau kelompok mencapai tujuannya.
Sedangkan fasilitasi dilakukan untuk membahas isu-isu kelompok. Coaching biasanya
dilakukan beberapa kali sesi. Sedangkan fasilitasi biasanya dilakukan hanya satu kali atau
hanya jika dibutuhkan
d. Training melibatkan seorang yang ahli yang bertindak sebagai trainer yang memberikan
pengetahuan kepada peserta training. Trainer yang baik akan menggunakan teknik
partisipatif dan interaktif, seperti halnya dalam proses coaching. Akan tetapi, dalam
interaksi training terdapat ketidakseimbangan pengetahuan yang terlihat jelas. Trainer
berperan sebagai seorang ahli yang dituntut dan dianggap mengetahui ‘jawaban yang
tepat’.
Konteks coaching dalam Pendidikan tersirat sesuai dengan yang disampaikan Ki Hadjar
Dewantara bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat
anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki
para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan
kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi
pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan
kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan
dirinya tanpa membahayakan dirinya.
Di antara paradigma berpikir dan prinsip coaching di bawah ini, manakah yang sudah Anda
miliki? Jawab:
Saya memiliki kesadaran diri yang kuat, bersikap terbuka dan ingin tahu. saya mau menerima
saran dari teman dan keingintahuan skala 8 ingin saya tingkatkan menjadi 9. Prinsip kemitraan
dan proses kreatif sudah saya miliki skala 7 ingin meningkat 8.
Skala 1-10, jika 10 sudah dimiliki dan diterapkan setiap hari, 1 belum dimiliki, ada di angka
berapakah Anda?
Jawab: Fokus pada coach/rekan yang akan dikembangkan dan mampu melihat peluang baru
skala 5, saya ingin meningkatkan ke 8 akan tetapi masih harus belajar untuk menjadi coach bagi
rekan sejaewat. Prinsip memaksimalkan potensi untuk rekan guru masih di angka 6 ingin saya
tingkatkan menjadi 9, berikhtiar dan selalu belajar saya tempuh agar saya menjadi lebih baik
sehingga dapat menjadi coach. Di akhir Program Guru Penggerak, Anda ingin meningkatkannya
ke angka berapa? Jawab: sebenarnya saya ingin memiliki skala yang semuanya tinggi akan
tetapi masih terkendala oleh berbagai faktor.

Paradigma berpikir coaching antara lain: fokus pada pembelajar, memiliki kesadaran diri yang
besar atau kuat, Memegang sikap keterbukaan dan rasa ingin tahu yang tinggi, serta kemampuan
dalam melihat peluang baru dan juga berpikir ke depan. Prinsip coaching dikembangkan dari tiga
kata/frasa kunci pada definisi coaching, yaitu “kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan
potensi”. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan
ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak
berinteraksi. Melakukan supervisi akademik dengan teknik coaching akan lebih efektif
dibandingkan dengan teknik lain. Karena dalam coaching seorang coachee mampu menemukan
potensi positif dalam diri maupun potensi lain disekeliling sebagai solusi atas masalah yang
dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai