Anda di halaman 1dari 17

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA, RAGAM BAKU DAN

TIDAK BAKU, SERTA LARAS BAHASA INDONESIA


Makalah Ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
DOSEN PENGAMPU: Diyah Pertywi Setyawati, S.Pd., M.M.

Disusun Oleh:
Sri Adji Putrawardana (23.02.01.0002)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI
KECAMATAN PARUNGPANJANG, KABUPATEN BOGOR

2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Kedudukan dan Fungsi Bahasa
Indonesia, Ragam Baku dan Tidak Baku, serta Laras Bahasa Indonesia dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam yang
syafaatnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Diyah Pertywi Setyawati, S.Pd.,
M.M. beliau selaku Dosen dalam mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan laporan kegiatan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah tentang Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia, Ragam Baku
dan Tidak Baku, serta Laras Bahasa Indonesia ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Bogor, Januari 2024

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 3
C. Tujuan Masalah ....................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional ........................................ 4
B. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara ........................................... 5
C. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional ................................................ 7
D. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara .................................................. 7
E. Ragam Baku ............................................................................................................ 8
F. Ragam Tidak Baku ................................................................................................. 9
G. Laras Bahasa (Lisan, Tulisan, Dialek, dan Idiolek) .............................................. 10
1. Ragam Bahasa Lisan ........................................................................................ 11
2. Ragam Bahasa Tulis ......................................................................................... 11
3. Ragam Bahasa Dialek ...................................................................................... 11
4. Ragam Bahasa Idiolek...................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa
resmi Republik Indonesia. Bahasa indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang
daripada Republik ini sendiri. Penamaan “Bahasa Indonesia” diawali sejak
dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan
“Imperialisme bahasa” apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini
menyebabkan berbedanya bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang
digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Saat itu bahasa Indonesia
dinyatakan sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai
perekat bangsa.

Kedudukan bahasa adalah status relatif bangsa sebagai sistem lambang nilai budaya
yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dikaitkan dengan bahasa yang
bersangkutan, sedangkan fungsi bahasa adalah nilai pemakaian atau peranan bahasa
yang bersangkutan dalam masyarakat pemakainya (Alwi, 2003).

Status dan nilai selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa tidak
dipisahkan dengan kehidupan, status dan nilai itu pun selalu melekat padanya. Dengan
demikian, pemakai bahasa akan memperlakukan bahasa sesuai dengan “tabel” (status
dan nilai) yang disandangnya. Kejelasan “tabel” yang diberikan akan mempengaruhi
masa depannya dan masyarakat dwibahasawan akan memilah-milah sikap dan
pemakaian bahasa-bahasa yang digunakannya, tidak memakai secara sembarangan,
tergantung pada situasi yang dihadapi. Dengan begitu, perkembangan bahasa itu akan
terarah. Demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia.

Mengapa kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia perlu dirumuskan? Rumusan


kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia diperlukan karena perumusan itu
memungkinkan penutur bahasa Indonesia mengadakan pembedaan antara kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-

1
2

bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing yang digunakan di Indonesia) pada pihak
yang lain. Kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan
kedudukan dan fungsi bahasa di Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan
pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dengan kedudukan dan fungsi
bahasa-bahasa lain itu tidak saja akan merugikan bagi pengembangan dan pembakuan
bahasa Indonesia, tetapi juga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan dalam cara
berpikir para penutur (terutama penutur pemula) yang dwibahasawan.

Salah satu akibat yang mungkin ditimbulkan oleh kekaburan pembedaan


kedudukan dan fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur bahasa, yang pada dasarnya
tidak diperlukan, dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Demikianlah, terjadinya
pembanjiran bahasa Indonesia oleh unsur-unsur yang tidak diperlukan oleh bahasa-
bahasa lain (baca: asing), terutama bahasa Inggris. Dengan mengalirnya unsur-unsur
bahasa dari bahasa-bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia, pembakuan bahasa
Indonesia menjadi lebih sulit daripada yang semestinya. Pembedaan kedudukan dan
fungsi bahasa memungkinkan mengatur masuknya unsur-unsur baru dari bahasa-
bahasa lain itu sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang benar-benar
dibutuhkan bagi pemerkaya bahasa Indonesia sajalah yang diterima. Meniadakan sama
sekali masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia tentu tidak
mungkin dilakukan, karena adalah suatu kenyataan bahwa apabila dua bahasa atau
lebih dipergunakan dalam masyarakat yang sama, terjadilah kontak bahasa, yang mau
tidak mau, mengakibatkan terjadinya hubungan timbal-balik yang saling memengaruhi.

Dengan demikian, yang perlu dilakukan adalah pengaturan hubungan timbal-balik


itu sedemikian rupa sehingga tidak perlu terjadi kepincangan dalam pengembangan
bahasa-bahasa yang bersangkutan, dan setiap bahasa tetap mempertahankan
identitasnya masing-masing. Selain itu, masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam
bahasa Indonesia tidak perlu dihindarkan sama sekali, asalkan saja pemasukannya
sesuai dengan keperluan dalam upaya mengembangkan dan membakukan bahasa
Indonesia. Dengan kata lain, bahasa Indonesia sebagai bahasa modern hendaklah
bersifat terbuka, dengan pengertian memberikan tempat bagi unsur- unsur bahasa lain
yang diperlukannya, yang apabila perlu dipungut dari bahasa – bahasa lain memalui
penyerasian dengan sistem bahasa Indonesia itu sendiri, dan pada saat yang sama, tetap
mempertahankan identitasnya. Untuk hal itu, perlu dirumuskan kedudukan dan fungsi
3

bahasa Indonesia itu dengan secermat-cermatnya. Bahasa Indonesia menyandang dua


kedudukan yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Namun kami
hanya menjelaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara?
2. Jelaskan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara!
3. Jelaskan ragam baku dan tidak baku bahasa Indonesia?
4. Apa itu laras bahasa Indonesia? Jelaskan dan berikan pengertian beberapa bagian
dari laras bahasa Indonesia (lisan, tulisan, dialek, dan idiolek)!

C. Tujuan Masalah
Secara umum pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
bahasa Indonesia yang menerangkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, ragam
baku dan tidak baku, serta laras bahasa Indonesia. Secara khusus tujuan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara
yang kita pakai saat ini.
2. Agar mengerti dan memahami tentang bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
dan bahasa negara.
3. Menjelaskan ragam baku dan tidak baku bahasa Indonesia.
4. Agar memahami tentang laras bahasa Indonesia serta di dalamnya menjelaskan
tentang pengertian lisan, tulisan, dialek, dan idiolek.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Secara formal sampai saat ini bahasa Indonesia mempunyai empat kedudukan, yaitu
sebagai bahasa persatuan, bahasa nasional, bahasa negara dan bahasa resmi. Dalam
perkembanganya lebih lanjut, bahasa Indonesia berhasil mendudukkan diri sebagai
bahasa budaya dan bahasa Ilmu. Keenam kedudukan ini memiliki fungsi yang berbeda
walaupun dalam praktiknya muncul secara bersama-sama dalam satu peristiwa, atau
hanya muncul satu atau dua fungsi saja. Kedudukan sebagai bahasa nasional
dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam butir-butir Sumpah Pemuda
pada tanggal 28 Oktober 1928. Dalam era moderen seperti sekarang bahasa Indonesia
mampu eksis digunakannya dalam berbagai macam media komunikasi dan elektronik.
Sebagaimana diketahui, isi bagian ketiga sumpah itu berkenaan dengan
“menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Istilah “Indonesia” yang
dicantumkan di belakang kata “bahasa” pada sumpah itu jelas-jelas berkonotasi
politik, sejalan dengan cita-cita kaum pergerakan bangsa Indonesia pada masa itu.
Sesungguhnyalah, yang dimaksud sebagai “bahasa Indonesia” pada saat itu tidak lain
dari pada bahasa Melayu. Muncul pertanyaan, “mengapa bahasa Melayu yang
“diangkat” menjadi bahasa persatuan (nasional)?” mengapa bukan bahasa Jawa,
misalnya, yang jumlah penduduknya meliputi hampir separuh jumlah penduduk
Indonesia? Atau, mengapa bukan bahasa Sunda? Dan atau yang lainnya?.
Berkaitan dengan pertanyaan itu, sekalipun dalam format yang berbeda-beda,
(Mulyana, 1965), (Suharianto, 1981), (Badudu, 1993), dan (Moeliono, 2000)
mengemukakan adanya empat faktor yang menjadi penyebab, yaitu faktor historis
(kesejarahan, bahasa Melayu sebagai Lingua fanca), faktor psikologis (semangat
mengutamakan kepentingan bersama), faktor demokratisasi (kesederhanaan) bahasa,
dan faktor reseptif (kemudahan bahasa menerima pengaruh untuk pengembangannya).
Apakah ada perbedaan antara bahasa melayu pada 27 Oktober 1928 dan bahasa
Indonesia pada 28 Oktober 1928? Dari segi wujud, baik struktur, sistem maupun
kosakatanya jelas tidak berbeda. Kerangkanya sama. Yang berbeda adalah semangat
dan jiwa barunya. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu masih
bersifat kedaerahan atau kemelayuan.

4
5

Akan tetapi, pada saat (dan setelah Sumpah Pemuda), semangat dan jiwa yang tadinya
kedaerahan itu sudah menjadi bersifat nasional atau berjiwa keindonesiaan. Pada saat
itulah, bahasa Melayu yang berjiwa dan bersemangat baru diganti dengan nama bahasa
Indonesia.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan sekaligus
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran
nilai sosial budaya yang dicerminkan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia harus
bangga terhadapnya, bangsa Indonesia harus menjunjungnya, memelihara,
mengembangkan, dan mempertahankannya. Kebanggaan pemakainya senantiasa
harus ditumbuh kembangkan dalam diri setiap insan Indonesia. Sebagai realisasi
kebanggaan itu, bangsa Indonesia harus menggunakannya tanpa rasa rendah diri tanpa
rasa malu dan tanpa rasa acuh tak acuh. Sebagai lambang identitas nasional, bahasa
Indonesia merupakan “lambang” Indonesia. Dalam hal ini, bahasa Indonesia dapat
dikatakan memiliki kedudukan yang setara dan serasi dengan lambang kebangsaan
yang lain, seperti bendera Merah Putih, Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan
Indonesia Raya. Ini berarti, dengan bahasa Indonesia menyatakan jati dirinya,
menyatakan sifat, perangai dan wataknya sebagai bangsa Indonesia. “Bahasa
menunjukkan bangsa”, kata pepatah. Melalui bahasa Indonesia, bangsa Indonesia
menyatakan kepribadian dan harga dirinya. Karena fungsinya yang demikian itu,
bangsa Indonesia harus menjaganya, jangan sampai ciri kepribadian bangsa Indonesia
tidak tercermin di dalamnya, jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan
gambaran bangsa Indonesia yang sebenarnya.
Implikasinya adalah bahwa bahasa Indonesia harus memiliki identitasnya sendiri.
Identitas itu baru bisa dimiliki hanya jika masyarakat pemilik dan pemakainya
membina dan mengembangkannya sedemikian rupa sehingga ia bersih dari unsur-
unsur bahasa lain, terutama bahasa asing (seperti bahasa Inggris) yang tidak benar-
benar dibutuhkan.

B. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi negara, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, bahasa komunikasi
tingkat nasional, bahasa media massa, serta bahasa pengembangan dan pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan kedudukan seperti itu, bahasa Indonesia
6

memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam memfasilitasi proses kemajuan
bangsa Indonesia.
Didalam Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945, telah
mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai
bahasa negara. Kini, bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat
Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan
sebagai bahasa negara, sesuai dengan ketentuan yang tertera di dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Bab XV pasal 36 di dalam kedudukan sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia juga berfungsi sebagai:
1. Bahasa Resmi Negara.
2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan.
3. Alat penghubung dalam tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintah.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu fungsi bahasa Indonesia di dalam kedudukannya sebagai bahasa
Indonesia sebagai bahasa Negara adalah pemakaiannya sebagai bahasa resmi
kenegaraan. Bahasa Indonesia dipakai didalam segala upacara, peristiwa, kegiatan
kenegaraan baik secara lisan ataupun bentuk tulisan dokumen-dokumen, keputusan
serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah, dan badan-badan kenegaraan
lainnya seperti DPR, MPR ditulis didalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato terutama
pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan didalam bahasa Indonesia.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Kedudukan_bahasa_indonesia#:~:text=Kedudukan%2
0bahasa%20Indonesia%20sebagai%20bahasa,tercantum%20“Bahasa%20Negara%2
0ialahBahasa%20Indonesia).
Dalam undang-undang, Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting
yang tercantum didalam:
1. Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2. Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambang Negara,
serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa
Indonesia”. Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai:
a) Bahasa Nasional
7

b) Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Bahasa sebagai sebuah sistem sangat berperan dalam mengungkapkan suatu
gagasan, baik secara tertulis maupun secara lisan. Pemahaman seseorang terhadap
suatu gagasan akan mudah jika pengungkapan gagasan itu ditata secara teratur, rapi,
dan lugas.
Pada tahun 2009 Presiden Republik Indonesia dan DPR menge-sahkan
berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2009, tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan Indonesia
Raya. Dalam Bab III undang-undang tersebut terdapat pasal-pasal yang berisi
kebijakan bahasa nasional, yaitu Pasal 25 sampai dengan Pasal 45.

C. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dibuktikan dengan digunakannya bahasa
Indonesia dalam butir-butir Sumpah Pemuda. Sebagai bahasa nasional bahasa
Indonesia mempunyai fungsi:
1. Pemersatu masyarakat Indonesia, artinya bahasa Indonesia digunakan untuk
berkomunikasi antar masyarakat Indonesia yang berasal dari berbagai suku dan
budaya.
2. Sebagai identitas nasional, yaitu merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan
serta menjadi ciri khas untuk negara Indonesia.
3. Kebanggan bangsa Indonesia, artinya adalah bahasa Indonesia dibuat oleh orang
Indonesia serta sebagai bahasa pemersatu.
4. Untuk berkomunikasi masyarakat Indonesia, secara garis besar, fungsi ini tidak
berbeda jauh dengan fungsi pemersatu bangsa atau bahasa pemersatu.

D. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Sebagaimana telah dijelaskan dalam UUD 1945 Pasal 36. Dalam kedudukannya
sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Bahasa resmi kenegaraan, yaitu dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia
dalam naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945. Mulai saat itu
dipakailah bahasa Indonesia dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik dalam bentuk lisan maupun tulis.
8

2. Pengantar bahasa dalam dunia pendidikan, yaitu sebagai bahasa pengentar di


lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak, maka materi pelajaran yang
berbentuk media cetak juga harus berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerjemahkan buku-buku yang berbahasa asing atau menyususnnya
sendiri. Cara ini akan sangat membantu dalam meningkatkan perkembangan bahasa
Indonesia sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan
pembangunan, yakni dibuktikan dengan digunakannya bahasa Indonesia dalam
hubungan antar badan pemerintah dan penyebarluasan informasi kepada
masyarakat.
4. Sebagai alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara masih ditambah lagi dengan tiga fungsi, yaitu
bahasa media massa, pendukung sastra Indonesia, pemerkaya bahasa dan sastra
daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara atau bahasa nasional, maksudnya
bahasa Indonesia itu adalah bahasa yang sudah diresmikan menjadi bahasa bagi
seluruh bangsa Indonesia. Sedangkan bahasa Indonesia sebagai budaya maksudnya,
bahasa Indonesia itu merupakan bagian dari budaya Indonesia dan merupakan ciri
khas atau pembeda dari bangsa yang lain.

E. Ragam Baku Bahasa Indonesia


Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang pemakaiannya
sesuai dengan kaidah tatabahasa Indonesia yang berlaku, baik apakah itu secara ejaan,
maupun ketatabahasaan secara lebih spesifik. Ia biasanya, baik secara lisan ataupun
tulis, identik dengan ragam bahasa Indonesia resmi. Ini karena dalam situasi resmi,
ragam bahasa Indonesia yang digunakan senantiasa mengacu pada kaidah-kaidah tata
bahasa yang baku.
Hal ini dapat mendeskripsikan bagaimana ciri bahasa baku pertama, yakni dipakai
dalam situasi formal. Sementara itu, ciri bahasa tidak baku yang perdana adalah
digunakan dalam konteks informal. Lebih lengkap dari itu, Waridah (2014, 60)
menyebutkan beberapa ciri bahasa baku. Berikut ini daftar ciri-ciri bahasa baku:
1. Tak dipengaruhi bahasa daerah
2. Tak dipengaruhi bahasa asing
3. Tidak termasuk sebagai ragam bahasa percakapan
9

4. Imbuhan digunakan secara eksplisit


5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks
6. Maknanya satu (tidak ganda)
7. Tidak memperlihatkan hiperkorek (https://tirto.id/gBhx)
Bahasa baku memiliki empat fungsi utama diantaranya sebagai berikut:
1. Fungsi Pemersatu
Jika ada beberapa orang yang menggunakan bahasa baku berdasarkan satu
acuan kaidah, maka dapat disebut sebagai satu kesatuan. Dengan kata lain, mereka
menjadi satu warga bahasa.
2. Fungsi Kekhasan
Bahasa baku disajikan aturannya melalui kaidah dapat menyebabkan
munculnya perbedaan dengan bahasa lain. Dengan begitu, kekhasan yang dibuat
di dalam aturan tersebut akan muncul sebagai fungsinya.
3. Fungsi Kewibawaan
Bahasa baku dianggap sebagai bahasa berwibawa karena penggunanya
kebanyakan di kalangan akademisi, ahli-ahli bahasa, dan pembelajar lainnya.
Fungsi ini terkadang disebut juga sebagai fungsi kecendikiaan.
4. Fungsi Kerangka Acuan
Sebagai kerangka, berarti ada konsep-konsep kebenaran tertentu yang mesti
dipraktikkan dalam bahasa baku. Ketika ada yang menulis tak sesuai, berarti pihak
tersebut dapat dianggap tidak benar.

F. Ragam Tidak Baku Bahasa Indonesia


Ragam bahasa Indonesia tidak baku adalah ragam bahasa Indonesia yang
pemakaiannya menyimpang dari kaidah yang berlaku. Ragam bahasa Indonesia ini,
baik dalam bentuk tulis maupun lisan, berkaitan erat dengan ragam bahasa Indonesia
tak resmi. Ini karena dalam situasi tak resmi, bahasa Indonesia baku tidak digunakan.
Misalnya, di dalam pergaulan sehari-hari, penggunaan bahasa Indonesia baku akan
membuat kondisi pergaulan menjadi kaku dan terkesan resmi. Bahasa Indonesia,
dalam ragamnya, juga dapat dilihat dari segi bidang pemakaiannya. Dalam segi bidang
pemakaiannya, apakah itu dalam lisan ataupun tulis, bahasa Indonesia memiliki
banyak ragam, antara lain: bahasa Indonesia jurnalistik, bahasa Indonesia sastra,
bahasa Indonesia ilmiah, dan sebagainya. Ini karena banyaknya bidang kehidupan
10

yang dimasuki oleh bahasa Indonesia dan setiap bidang tersebut memiliki cirinya
masing-masing yang membedakan antara satu bidang dengan lainnya.
Dari ciri-ciri bahasa baku di atas, maka bahasa tidak baku merupakan bentuk
kebalikannya. Bahasa tidak baku mempunyai ciri berikut:
1. Bisa dipengaruhi bahasa daerah
2. Bisa dipengaruhi bahasa asing
3. Masuk sebagai ragam bahasa percakapan
4. Kadang menyelipkan imbuhan
5. Terkadang maknanya ganda
6. Memperlihatkan bentuk hiperkorek (https://tirto.id/gBhx)
Untuk melihat contoh bahasa baku, Anda dapat mengakses tulisan-tulisan ilmiah
yang tersebar di media, perpustakaan, dan lain-lain. Hal ini berbeda dengan contoh
bahasa tidak baku yang hampir setiap hari kita praktekkan dalam kehidupan. Berikut
ini contoh bahasa baku dan perbandingan dengan bentuk bahasa tidak bakunya.
1. Tidak
Bahasa Baku : tidak
Tidak Baku : kagak, engga, enggak, gak, ga
2. Uang
Bahasa Baku : Uang
Tidak Baku : duit, cuan, fulus
3. Lurus
Bahasa Baku : Lurus
Tidak Baku : lempeng

G. Laras Bahasa Indonesia (Lisan, Tulisan, Dialek dan Idiolek)


Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras
bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan,
sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian sub-sublarasnya. Pembedaan
diantara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari
penggunaan kosakata dan bentukan kata, penyusunan frasa, klausa, dan kalimat,
penggunaan istilah. Setiap laras memiliki format dan gaya tersendiri. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis dalam bentuk formal, semiformal, atau nonformal.
11

Oleh karena itu, dalam menulis kita harus menguasai berbagai laras yang berbeda itu
agar dapat memilih laras yang tepat untuk khalayak sasaran.
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap (organ of
speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dan komunikasi terjadi secara langsung
atau bertatap muka, sehingga terikat oleh kondisi, situasi, dan waktu. Dalam ragam
lisan, kita juga akan berurusan dengan tata bahasa, kosa kata, dan lafal. Ciri-ciri
ragam bahasa lisan sebagai berikut:
a) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua.
b) Didalam ragam bahasa lisan terdapat unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti
subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan.
c) Ragam bahasa lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
d) Ragam bahasa lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan Panjang pendeknya
suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan
huruf miring.
2. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, jadi komunikasi yang terjadi tidak
secara langsung. Ciri-ciri ragam bahasa tulis sebagai berikut:
a) Ragam bahasa tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara di depan.
b) Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata.
c) Ragam tulis tidak terikat oleh kondisi, situasi, ruang, dan waktu.
d) Ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring.
3. Ragam Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok
bahasawan di tempat tertentu (Kridalaksana, Kamus Linguistik, 1993). Dalam
istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati
ialah lafal (Sugono, 1999). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam
pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,
atau realisasi pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat
daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat Indonesia yang dilafalkan oleh
seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya karena tekanan kata yang amat jelas;
logat indonesia orang Bali dan Jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-
12

ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi
bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
4. Ragam Idiolek
Idiolek adalah bentuk bahasa yang khas digunakan oleh seorang individu.
Varietas tersebut merupakan keseluruhan ciri yang khas pribadi dalam pola pilihan
kosakata atau idiom (leksikon individu), tata bahasa, dan pelafalan. Contoh
kosakata idiolek yang sering diucapkan oleh public figur Rini Fatimah Jaelani yang
sering disapa Syahrini di antaranya pemiirrssaahhh (pemirsa), cucok meong
(menggambarkan pujian atas hal-hal yang menakjubkan dan cantik), dan syantieekk
(cantik). Varasiasi idiolek tersebut sudah terbiasa diungkapkan Syahrini dan
menjadi ciri khasnya. Contoh lain, idiolek yang sering diucapkan oleh public figur
Inul Daratista dan menjadi ciri khasnya di antaranya lucune (lucunya), waktune
(waktu), canteekkk (cantik), yoshay (ayo sayang), akohh (aku). Berdasarkan data
tersebut adapun faktor yang mempengaruhi variasi bahasa idiolek public figur,
yaitu latar belakang keluarga penutur, jenis pekerjaan, dan faktor lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bahasa-bahasa yang digunakan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu bahasa Indonesia, bahasa-bahasa daerah dan bahasa-bahasa asing. Penggunaan
ketiga jenis bahasa itu dapat menimbulkan masalah jika kedudukan dan fungsinya
masing-masing tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia diperlukan karena perumusan itu memungkinkan penutur bahasa Indonesia
mengadakan pembedaan antara kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia pada satu
pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing
yang digunakan di Indonesia) pada pihak yang lain. Kekaburan pembedaan kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia dengan kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain itu tidak
saja akan merugikan pengembangan dan pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga
dapat menyebabkan terjadinya kekacauan dalam cara berpikir para penutur (terutama
penutur pemula) yang dwibahasawan. Bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan,
yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Perbedaan antara bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara,
disikapi lewat fungsinya masin-masing, juga dapat disikapi dari proses terbentuknya
dan dari segi wujudnya.

B. Saran
Jadi seperti yang kita ketahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia teramat
penting tidak hanya untuk kita tapi juga untuk bangsa ini. Bagaimana jadinya kita dan
bangsa ini bila tidak ada bahasa Indonesia bahasa pemersatu? Bahasa Indonesia
bahasa penghubung? Maka daripada itu kita harus menjunjung tinggi bahasa kita
bahasa Indonesia. Dan harus melestarikan bahasa Indonesia dengan cara senantiasa
menggunakan bahasa Indonesia di mana pun kita berada karena kalau bukan kita siapa
lagi yang akan meneruskan dan menjaganya?
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari
kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung
jawabkan.

13
DAFTAR PUSAKA

Badudu, J.S. (1993). Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Halim, Amran. (1980). Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Alwi, Hasan. (2003). Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.

Muslich, Masnur. (1987). Bahasa Indonesia: kedudukan, fungsi, pembinaan, dan


pengembangannya. Bandung: Jemmars.

Kridalaksana, H. (1978). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah.

Mulyana, S. (1965). Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Jambatan.

Suharianto, S. (1981). Kompas Bahasa: Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan
Benar. Surakarta: Widya Duta.

Kridalaksana, H. (1993). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia.

Sugono. (1999). Telaah Bahasa dan Sastra: Persembahan kepada Prof. Dr. Anton M.
Moeliono. Yogyakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Moeliono, A. M. (2000). Kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dalam
era Globalisasi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdiknas.

Kedudukan bahasa Indonesia. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Publikasi tanggal 28


Desember 2023 pukul 02:15 WIB. Diakses pada tanggal 7 Januari 2024 Pukul 21:12 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kedudukan_bahasa_indonesia#:~:text=Kedudukan%20bahas
a%20Indonesia%20sebagai%20bahasa,tercantum%20

Bahasa Indonesia: Apa itu bahasa baku, ciri-ciri dan contohnya?. Tirto.id. Publikasi tanggal
19 Januari 2023 pukul 10:43 WIB. Diakses pada tanggal 8 Januari 2024 Pukul 20:14 WIB.
https://tirto.id/apa-itu-bahasa-baku-ciri-ciri-dan-contohnya-gBhx

14

Anda mungkin juga menyukai