Kelompok 4C
Kelompok 4C
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang memberikan banyak
kenikmatan. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
beserta sahabat-sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaat, mendapatkan petunjuk
hingga hari akhir nanti.
Laporan ini disusun Sebagai salah satu syarat Pemenuhan tugas Mata kulliah Analisis
kualitas Lingkungan. Penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada Ibu Pitriani,
S.KM., M.Kes dan Ibu Kiki Sanjaya, S.KM., M.KL selaku dosen pengampuh Mata Kuliah
Analisis Kualitas Lingkungan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis.
Oleh karna itu, Penulis Sangat Mengharap kan Saran dan kritik yang membangun
dari Para Pembaca guna mencapai Laporan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Akhir
kata. Semoga apa yang disajikan dalam laporan ini dapat memberikan hal yang bermanfaat
dan Menambah wawasan bagi pembaca, khususnya bagi Pribadi Penulis.
Kelompok 4C
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
“Indeks Kualitas Udara”
OLEH
Kelompok 4 C
Laporan Praktikum Mata Kuliah Analisis Kesehatan Lingkungan dengan Judul Praktikum
Indeks Kualitas Udara telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing lapangan dan
dinyatakan telah memenuhi kriteria penulisan laporan praktikum sebagaimana telah
ditetapkan dalam panduan praktikum.
Sumber suhu udara yang terjadi dipermukaan bumi adalah dari sinar matahari.
Suhu udara meliputi dua aspek yaitu derajat dan insolasi atau intensitas radiasi
Matahari yang sampai ke permukaan bumi dimana salah satu yang mempengaruhi
insolasi adalah ketinggian suatu lokasi dari permukaan laut. Semakin tinggi
kedudukan suatu tempat, suhu udara di tempat tersebut akan semakin rendah,
begitu juga sebaliknya semakin rendah kedudukan suatu tempat, suhu udara akan
semakin tinggi (Raisal dkk., 2021).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES
RI) Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar dan Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri, nilai ambang batas iklim suhu yang diperbolehkan
yaitu waktu kerja 75%-100% (pekerjaan ringan 31 ͦ C dan sedang 28 ͦ C), waktu
kerja 50%-75% (pekerjaan ringan 31 ͦ C, sedang 29 ͦ C dan berat 27,5 ͦ C), waktu
kerja 25%-50% (pekerjaan ringan 32 ͦ C, sedang 30 ͦ C , berat 29 ͦ C dan sangat
berat 28,0 ͦ C), waktu kerja 0%-25% (pekerjaan ringan 32,5 ͦ C, sedang 31,5 ͦ C dan
berat 30,0 ͦ C) sedangkan Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja
Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas
(NAB) yang berlaku untuk lingkungan kerja panas di Industri adalah kelembaban
65% – 95% dengan kisaran suhu 26°C – 30°C.
Peningkatan suhu udara tersebut akan berdampak pada
peningkatan risiko bencana dengan frekuensi kejadian yang lebih sering di masa
yang akan datang. Perubahan iklim dapat memperpanjang frekuensi kejadian serta
durasi suhu udara ekstrem, ehingga berpengaruh terhadap berbagai kehidupan
sosial dan ekonomi. Untuk melakukan pengamatan terhadap peristiwa iklim
ekstrem, perlu didefinisikan indeks iklim yang dapat digunakan dalam analisis
iklim ekstrem (Hidayat & Farihah, 2020). Peningkatan suhu pada lingkungan juga
berpengaruh terhadap performa tubuh pada saat melakukan aktifitas olahraga.
Pada suhu ruangan tinggi, tubuh mengalami peningkatan suhu tubuh lebih tinggi
dan dan tekanan terhadap kardiovaskuler lebih tinggi sehingga mengakibatkan
proses dehidrasi lebih tinggi sebagai bentuk perlawanan terhadap peningkatan
suhu tersebut (Mintarto & Fattahilah, 2019).
Pendugaan suhu udara dapat memberikan manfaat untuk aktivitas pada
beberapa bidang, seperti: pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, dan
kegiatan-kegiatan lainnya (Tengger & Ropiudin, 2019). Suhu udara yang dianggap
nyaman bagi orang Indonesia sekitar 24℃–26℃ (Sunaryo & Nourma, 2020).
3. Kelembaban
Kelembaban di pengaruhi suhu. Interaksi antara suhu dengan kelembaban juga
secara langsung mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Kelembaban relatif (RH) udara merupakan indikasi berapa banyak uap air yang
ada di udara pada suhu tertentu dibandingkan dengan berapa banyak uap air yang
sebenarnya dapat ditampung oleh udara pada suhu tersebut
(Nadhil Edar & Wahyuni, 2021)
.
Kelembaban merupakan suatu tingkat keadaan lingkungan udara basah yang
disebabkan oleh adanya uap air. Tingkat kejenuhan sangat dipengaruhi oleh
temperatur. Jika tekanan uap parsial sama dengan tekanan uap air yang jenuh
maka akan terjadi pemadatan. Secara matematis kelembaban relative (RH)
didefinisikan sebagai prosentase perbandingan antara tekanan uap air parsial
dengan tekanan uap air jenuh. Relative Humidity secara umum mampu mewakili
pengertian kelembaban (S. Indarwati dkk. 2019).
Menurut (Irawan, 2020) Sifat-sifat dari kelembaban udara terbagi menjadi tiga
jenis yaitu:
a. Kelembaban Absolut merupakan Kandungaan uap air diudara lazim
disebut sebagai kelembaban udara. Kelembaban absolut udara pada suatu
kondisi adalah masa uap air setiap satuan volume udara pada kondisi
tersebut dan dinyatakan sebagai berat jenis uap air.
b. Kelembaban relatif (RH), dinyatakan dalam persen (%), adalah
perbandingan antara tekanan parsial actual yang diterima uap air dalam
satu volume udara tertentu dengan tekanan parsial yang diterima uap air
pada kondisi saturasi pada suhu udara saat itu.
c. Kelembaban spesifik atau ratio kelembaban (W), dinyatakan dalam
besaran masa uap air yang terkandung di udara persatuan masa udara
kering yang diukur dalam gram per kilogram dari udara kering (gr/kg) atau
kg/kg.
C. Prinsip kerja
1. Bosean BH-90A
Bosean BH-90A adalah alat pengukuran parameter NO2 untuk mengukur
kualitas di udara. Pengukuran otomatis ditampilkan pada layar monitor dalam
satuan Mg/m3. Prinsip kerja detektor gas portabel seperti Bosean BH 90A
melibatkan penggunaan sensor gas yang peka terhadap jenis gas yang ingin
dideteksi. Detektor ini dilengkapi dengan sensor yang secara kontinyu memantau
udara di sekitarnya untuk keberadaan gas target. Ketika gas mencapai tingkat
konsentrasi yang berbahaya, detektor akan memberikan peringatan berupa alarm
suara. Detektor gas ini dilengkapi dengan layar LCD atau tampilan digital yang
menampilkan nilai konsentrasi gas yang terdeteksi serta berbagai tombol dan
kontrol untuk pengaturan dan pengoperasian. Alat ini juga dilengkapi dengan
baterai yang dapat diisi ulang atau diganti, serta desain yang ringkas dan mudah
dibawa (Hidayat & Akbar, 2022)
.
2. Thermometer dan Hygrometer
Prinsip kerja Hygrometer dan Thermometer berdasarkan pada sensor-sensor
yang terpasang di dalamnya (Silfiyana Rohman & Nurbaiti, 2021). Thermometer dan
Hygrometer adalah sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi Thermometer
dengan hygrometer. Thermometer sebagai alat yang digunakan untuk mengukur
suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Sedangkan Hygrometer adalah alat
yang digunakan untuk menghitung persentase uap air (embun) yang berada di
udara, atau lebih mudahnya alat untuk mengukur tingkat kelembaban udara. Jadi,
thermohygrometer adalah alat yang berfungsi untuk mengukur suhu (temperatur)
dan kelembaban pada ruangan (Amalia dkk., 2020). Tidak hanya suhu di dalam
ruangan saja, Thermometer dan Hygrometer juga dapat digunakan untuk
mengukur suhu di luar ruangan karena sudah dilengkapi dengan sensor kabel
dengan panjang 1,5 m yang dapat diletakkan dibagian lain dari alat ini
(Silfiyana Rohman & Nurbaiti, 2021)
.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Bosean BH-90A (Single Gas Detector)
b. Digital Thermometer dan Hydrometer
E. Prosedur kerja
1. Nitrogen Dioksida (NO2)
Adapun prosedur kerja untuk mengukur NO2 menggunakan alat bosean
BH-90A yaitu sebagai berikut:
F. Hasil Uji/Data
1. Nitrogen Dioksida (NO2)
Hasil pengukuran NO2 yang dilakukan didepan kampus Universitas
Tadulako yaitu sebagai berikut:
a. Titik pertama : 0,3 mg/m3
b. Titik kedua : 0,3 mg/m3
c. Titik ketiga : 0,5 mg/m3
Rata-rata : 0,36 mg/m3
2. Suhu
Hasil pengukuran Suhu yang dilakukan didepan kampus Universitas Tadulako
yaitu sebagai berikut:
a. Titik pertama : 35,0 ° C
b. Titik kedua : 34,6° C
c. Titik Ketiga : 35,6 ° C
Rata-rata : 35,0 ° C
3. Kelembaban
Hasil pengukura Kelembaban yang dilakukan didepan kampus Universitas
Tadulako yaitu sebagai berikut:
d. Titik pertama : 47 %
d. Titik kedua : 48 %
e. Titik ketiga : 48 %
Rata-rata : 47,6 %
G. Perhitungan
1. Nitrogen Dioksida (N02)
Dimana :
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Ib = ISPU batas bawah
Xa = Konsentrasi ambien batas atas (µg/m3)
Xb = Konsentrasi ambien batas bawah (µg/m3)
Xx = Konsentrasi ambien nyata hasil pengukuran (µg/m3)
Nilai hasil rata-rata dari ketiga titik ialah 0,36 mg/m3 Jadi, jika kita mengonversi
0,36 mg/m³ ke dalam µg/m³, hasilnya adalah:
0,36 mg/m³ x1000 = 360 µg/m³
PERHITUNGANNYA LIAT DULU DIKERTAS
INDEK STANDAR PENCEMARAN UDARA
2. Suhu
PERHITUNGANNYA LIAT DULU DIKERTAS
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi
Nomor SE-01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku untuk
lingkungan kerja panas di Industri dengan nilai hasil rata-rata 35 ℃ termasuk
sebagai suhu yang tinggi dan melewati Nilai Ambang Batas (NAB) yang sudah
ditetapkan yaitu kisaran 26℃-30℃ sehingga dengan S uhu di luar ruangan yang
tinggi, terutama dalam kondisi panas yang ekstrem, dapat memiliki dampak
negatif pada tubuh manusia dan juga lingkungan sekitar.
3. Kelembaban
PERHITUNGANNYA LIAT DULU DIKERTAS
Berdasarkan standart yang dikeluarkan oleh KeMenkes melalui Permenkes RI
No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah, kelembaban dalam ruangan dengan nilai rata-rata 47,6% termasuk dalam
rentang antara 40% - 60 %. kelembaban 47,6% sehingga dalam kondisi normal, tidak
ada kekhawatiran khusus terkait kelembaban pada tingkat tersebut.
H. Pembahasan
1. Nitrogen Dioksida (NO2)
a. Mengapa prinsip atau metode digunakan dalam pengukuran parameter NO2
Karena Nitrogen Dioksida (NO2) masuk kedalam pencemar yang
dihasilkan dari berbagai sumber di suatu lingkungan paling utama zona
transportasi Sektor transportasi merupakan salah satu sumber utama dari
pencemaran udara yang menghasilkan polutan nitrogen dioksida (NO2)
(Dewapandhu & Pribadi, 2023). Dengan menggunakan alat Bosean BH-90A yang
hasil dari parameter NO2 langsung muncul dengan satuan Mg/m3 dan dengan
menggunakan metode ISPU kita dapat mengetahui tingkat mutu udara
terhadap kesehatatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan dan nilai estetika
tentu saja ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara, tingkat paparan NO2
yang terjadi dilingkungan dan dampaknya terhadap Kesehatan dan lingkungan
sehingga kita dapat memahami tinggkat paparan NO2 disekitar depan kampus
Untad
b. Kesesuaian prinsip pengukuran/prinsip kerja
Menurut Hidayat dan Akbar (2022) Bosean BH-90A adalah alat
pengukuran parameter NO2 untuk mengukur kualitas di udara. Pengukuran
otomatis ditampilkan pada layar monitor dalam satuan Mg/m3. Prinsip kerja
detektor gas portabel seperti Bosean BH 90A melibatkan penggunaan sensor
gas yang peka terhadap jenis gas yang ingin dideteksi. Detektor ini dilengkapi
dengan sensor yang secara kontinyu memantau udara di sekitarnya untuk
keberadaan gas target. Ketika gas mencapai tingkat konsentrasi yang
berbahaya, detektor akan memberikan peringatan berupa alarm suara.
Prinsip ini sama seperti yang kami lakukan dilapangan yang dimana
kami menggunakan alat Bosean BH-90A mengukur parameter NO2 yang
hasilnya otomatis ditampilkan pada layar monitor dalam satuan Mg/m3 serta
ada sensor yang memantau udara disekitarnya sehingga Ketika semakin
mencapai tingkat konsentrasi yang berbahaya, detektor akan memberikan
alarm.
c. Langkah dalam pengukuran dan tujuan dilakukannya langkah tersebut
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran NO2 adalah
pertama siapkan alat yaitu menggunakan alat Bosean BH-90A untuk
mengukur NO2. Kedua, Pastikan alat Bosean BH-90A dalam kondisi baik agar
pengukuran tidak mengalami kesalahan. Ketiga, menekan tombol “On” Untuk
mengaktifkan alat. Keempat Posisikan Mengarahkan alat Bosean BH-90A
berlawanan dengan arah angin bertujuan untuk menyaring udara masuk
kedalam filter dan membuat alat mendeteksi kadar gas NO2 yang terdapat di
depan kampus Universitas Tadulako. Kelima mencatat hasil yag terdapat
dilayar monitor untuk Untuk mendata hasil kadar NO2 yang dibutuhkan pada
saat pembuatan laporan sehingga dapat ditentukan kategori kualitas udara di
depan Universitas Tadulako masuk kategori baik, sedang, tidak sehat, sangat
tidak sehat ataupun berbahaya. Setelah mencatat pengukuran Tekan “Off”
pada alat untuk menonaktifkan alat dan simpan Kembali dengan baik ditempat
penyimpanannya.
d. Hasil pengukuran
Untuk pengukuran No2 dengan Alat Bosean BH-90A Pada titik
pertama di dapatkan hasil 0,3 Mg/m3 pada titik ke kedua di dapatkan hasil 0,3
Mg/m3 dan pada titik ketiga di dapatkan hasil 0,5 Mg/m 3 setelah di rata-
ratakan di dapat kan hasil 0,36 mg/m 3 Kemudian Sebelum dimasukkan
kedalam rumus ISPU hasil yang sudah dirata-ratakan yaitu 36 mg/m³
dikonverensi ke dalam µg/m³ dan didapat hasil 360 ug/m3. Setelah dihitung
menggunakan rumus ISPU didapatkan hasil 117 ug/m3. Berdasarkan Indeks
Standar Pencemaran Udara (ISPU) hasil perhitungan tersebut berada pada
rentang nilai 101-200 sehingga hasil 117 ug/m3 termasuk dalam kategori
“Tidak Baik” dimana tingkat kualitas udara mutu udaranya yang bersifat
merugikan pada manusia, hewan dan tumbuhan..
e. Ulasan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sehingga diperoleh
akurasi pengukuran yang baik
Dalam pengukuran Nitron Dioksida (NO2) ada hal-hal yang perlu
diperhatikan agar akurasi pengukurannya baik yaitu:
1) Waktu Pengukuran
Pengukuran NO2 dapat bervariasi sepanjang hari dan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat tentang tingkat NO2, seharusnya
pengukuran dilakukan selama periode waktu yang cukup lama.
2) Penggunaan Alat
Pastikan alat pengukuran NO2 tidak dalam keadaan rusak dan berada
pada posisi yang tepat yaitu posisi berlawanan dengan arah angin.
3) Kalibrasi
Kalibrasi yang rutin diperlukan untuk memastikan bahwa alat
memberikan hasil yang benar-benar akurat.
f. Potensi kesalahan pengukuran selama praktikum
Dalam pengukuran nitrogen dioksida (NO2) akan memiliki potensi
kesalahan dalam pengukuran yang akan mempengaruhi keakuratan dan hasil
pengukuran. Jadi ada beberapa kesalahan yang kami dapatkan selama
praktikum dan harus lebih perlu diperhatikan dalam pengukuran NO2 adalah
sebagai berikut:
1) Kesalahan mengarahkan alat pengukuran
Jika salah mengarahkan alat pengukuran sensor yang tepat, hasil
pengukuran dapat berpengaruh.
2) Kesalahan Tidak memperhatikan
Ketika alat pengukuran NO2 tidak diperhatikan dengan benar atau
tidak dijalankan melalui prosedur yang tepat, hal tersebut dapat
menghasilkan kesalahan pengukuran yang tidak akurat. Oleh karena itu,
penting untuk secara teratur dan akurat memperhatikan alat pengukuran
NO2 dan memastikan hasil yang akurat.
g. Hal-hal yang dianggap perlu
Ada beberapa hal yang dianggap perlu dalam praktikum ialah sebagai berikut:
1) Keamanan
Selalu pastikan untuk mematuhi prosedur dan pedoman keselamata
seperti penggunaan masker saat melakukan praktikum pengukuran NO2
untuk menjaga keamanan dan keakuratan pengukuran.
2) Lingkungan Pengukuran
Menghindari sumber pencemar lain yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran NO2 agar hasil pengukuran akurat.
3) Memperhatikan arah mata angin
Hal ini tentu di anggap perlu karena pengukuran NO2 menggunakan
alat Bosean BH-90A perlu mengarahkan alat berlawanan dengan mata
angin agar mendapatkan hasil yang akurat.
2.Suhu
a. Mengapa prinsip atau metode digunakan dalam pengukuran parameter Suhu
Karena Pengaruh perubahan iklim yang disebabkan oleh Pemanasan
global (global warming) sangat penting untuk dipelajari. Parameter perubahan
iklim yang berpengaruh di Indonesia adalah suhu udara (Nuraini & Izzah, 2022).
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda dan
alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer (S. Indarwati
dkk. 2019). Dengan menggunakan alat Thermometer dan Hygrometer adalah
sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi Thermometer dengan
hygrometer sehingga dapat diketahui suhu (temperatur) , ataupun perubahan
suhu disekitar depan kampus Untad dengan begitu kita mengetahui suhu udara
di sekitar, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga
kenyamanan, Kesehatan dan keselamatan kita serta melakukan perencanaan
yang sesuai dengan kondisi cuaca.
b. Kesesuaian prinsip pengukuran/prinsip kerja
Menurut Amalia dkk. (2020) Thermometer dan Hygrometer adalah
sebuah alat yang menggabungkan antara fungsi Thermometer dengan
hygrometer. Thermometer sendiri sebagai alat yang digunakan untuk
mengukur suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Tidak hanya suhu di
dalam ruangan saja, Thermometer dan Hygrometer juga dapat digunakan
untuk mengukur suhu di luar ruangan karena sudah dilengkapi dengan sensor
kabel dengan panjang 1,5 m yang dapat diletakkan dibagian lain dari alat ini
(Silfiyana Rohman & Nurbaiti, 2021)
.
Prinsip ini sama seperti yang kami lakukan dilapangan yang dimana
kami menggunakan alat Thermometer dan Hygrometer yang sudah dilengkapi
dengan sensor kabel dengan Panjang 1,5 m yang dapat diletakkan dibagian
lain dari alat ini contohnya seperti besi kecil (probe) diujung kabel tersebut
bisa diarahkan keudara. Sehingga kita dapat mengetahui suhu udara disekitar
depan kampus Untad.
c. Langkah dalam pengukuran dan tujuan dilakukannya langkah tersebut
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengukuran Suhu adalah pertama
siapkan alat yaitu menggunakan alat Thermometer dan Hygrometer untuk
mengukur Suhu. Kedua, pastikan alat Thermometer dan Hygrometer dalam
kondisi baik agar pengkuran tidak mengalami kesalahan. Ketiga, Buka tempat
baterai dan pasangkan baterai dan pastikan sesuai dengan kutupnya untuk
mengaktifkan alat. Keempat, setelah baterai di pasang dan layar sudah
menyala maka alat siap digunakan. Kelima, megarahkan ujung kabel/besi
kecil (probe) ke arah udara dengan begitu alat akan otomatis mengukur kadar
suhu dan mendapatkan hasil yang akurat. Keenam mencatat hasil yang
terdapat dilayar monitor bagian atas yaitu suhu luar ruangan (out) untuk
mendata hasil Suhu yang dibutuhkan pada saat pembuatan laporan. Setelah
mencatat pengukuran melepaskan beterai dari alat untuk menonaktifkan alat.
d. Hasil Pengukuran
Untuk pengukuran Suhu dengan Alat Thermometer dan Hygrometer
pada titik pertama didapatkan hasil 35℃, pada titik kedua didapatkan hasil
34,6℃ dan pada titik ketiga didapatkan hasil 35,6℃ setelah dirata-ratakan
didapatkan hasil 35℃ sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan nilai suhu
35℃ berarti melewati Nilai Ambang Batas (NAB) yang sudah ditetapkan oleh
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-
01/Men/1978 tentang Nilai Ambang Batas (NAB). Dengan Suhu di luar
ruangan yang tinggi, terutama dalam kondisi panas yang ekstrem, dapat
memiliki dampak negatif pada tubuh manusia dan juga lingkungan disekitar.
e. Ulasan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran sehingga diperoleh
akurasi pengukuran yang baik
Dalam pengukuran Suhu ada hal-hal yang perlu diperhatikan agar
akurasi pengukurannya baik yaitu:
1) Waktu Pengukuran:
Membutuhkan waktu untuk mencapai kesetimbangan suhu. Pastikan
untuk memberikan waktu yang cukup untuk menyesuaikan suhu dan
jangan terlalu terburu-buru.
2) Penggunaan Alat
Pastikan alat pengukuran ditempatkan dengan benar pada objek atau
tempat yang ingin diukur suhunya. Misalnya Udara, maka arahkan besi
kecil yang ada pada alat ke udara.
3) Lingkungan Pengukuran
Perhatikan lingkungan tempat pengukuran suhu dilakukan. Hindari
tempat-tempat yang terpapar langsung dengan sinar matahari, panas, atau
sumber panas lainnya, karena hal ini dapat mempengaruhi suhu sekitar
alat pengukuran dan menghasilkan pembacaan yang tidak akurat serta
hindari pengukuran di dekat sumber udara dingin yang kuat, karena hal
tersebut dapat memengaruhi hasil pengukuran.
4) Pengaruh Kehangatan Tubuh
Ketika alat pengukur suhu dipegang oleh tangan, panas tubuh kita
dapat mempengaruhi pembacaan suhu. Pastikan untuk menghindari
menyentuh atau memegang alat pengukur dengan tangan yang panas, atau
gunakan pelindung seperti sarung tangan saat melakukan pengukuran.
f. Potensi kesalahan pengukuran selama praktikum
Dalam pengukuran Suhu akan memiliki potensi kesalahan dalam
pengukuran yang akan mempengaruhi keakuratan dan hasil pengukuran. Jadi
ada beberapa kesalahan yang kami dapatkan selama praktikum dan harus lebih
perlu diperhatikan dalam pengukuran Suhu adalah sebagai berikut:
1) Keselahan memegang alat pengukur
Ketika salah memegang alat pengukur. Misalnya, tidak sengaja
memegang besi kecil (probe) dari alat pengukur sehingga terkena kulit.
Hal tersebut membuat suhu menjadi naik sehingga nilai pengukuran
yang didapatkan tidak akurat.
g. Hal-hal yang dianggap perlu
Ada beberapa hal yang dianggap perlu dalam praktikum ialah sebagai
berikut:
1) Keselamatan
Saat melakukan pengukuran suhu udara, perhatikan langkah-langkah
keselamatan yang tepat. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai, seperti
sarung tangan atau perlindungan mata (kacamata) karena pada saat
dilapangan dilakukan dipinggir jalan sehingga perlu menggunakan hal
tersebut untuk meminimalisir terkena silaunya matahari sedangkan sarung
tangan perlu untuk tidak mempengaruhi alat pengukuran agar hsilnya
akurat.
2) Pengaruh Angin
Angin dapat mempengaruhi pembacaan suhu udara. Jadi, Pastikan
bahwa alat pengukur tidak terkena angin yang kuat. karena hal ini dapat
menghasilkan kesalahan dalam pengukuran. Bila memungkinkan, lindungi
alat dengan penghalang agar tidak terpengaruh oleh angin.
3) Waktu Pengukuran
Pastikan untuk melakukan pengukuran suhu udara pada waktu yang
konsisten dan relevan. Suhu udara dapat bervariasi sepanjang hari, jadi
perhatikan waktu pengukuran dan pastikan mencatatnya untuk
membandingkan hasil pengukuran dengan waktu lainnya.
3. Kelembaban
a. Mengapa prinsip atau metode digunakan dalam pengukuran parameter
Kelembaban
Karena Kelembaban di pengaruhi suhu. Interaksi antara suhu dengan
kelembaban juga secara langsung mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan
manusia (Nadhil Edar & Wahyuni, 2021). Selain dapat menghitung suhu udara
alat ini juga dapat menghitung persentase uap air (embun) yang berada di
udara, atau lebih mudahnya alat untuk mengukur tingkat kelembaban udara.
Dengan memahami dan memantau kelembaban udara di sekitar, kita dapat
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kenyamanan,
kesehatan, efisiensi energi, dan kelestarian lingkungan.
b. Kesesuaian prinsip pengukuran/prinsip kerja.
1) Pengaruh Suhu
Amalia, A., Fajrin, H. R., & Wibowo, A. S. (2020). Thermohygrometer Dengan Penyimpanan Data Untuk
Monitoring Kamar Bedah. Medika Teknika : Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, 2(1).
Https://Doi.Org/10.18196/Mt.020115
Dewapandhu, B. A., & Pribadi, A. (2023). Analisis Penyebaran Gas Nitrogen Dioksida (NO2) Di
Jalan Raya Dramaga – Ciampea Kabupaten Bogor Dengan Menggunakan Model Caline-4.
Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 8(1), 67–76. Https://Doi.Org/10.29244/Jsil.8.1.67-76
Dwi Handoko, E. (2020). Tugas Akhir Analisis Dampak Nitrogen Dioksida (No2) Di Kota
Yogyakarta Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Derajat Sarjana (S1) Teknik Lingkungan.
Hamsyani, F., Thamrin, H., & Asiyah, N. (2021). Kelembaban Udara Dengan Alat Humydimeter
Pada Lahan Sawah Di Kelurahan Tanah Merah. Jurnal Agriment, 6(2), 113–119.
Https://Doi.Org/10.51967/Jurnalagriment.V6i2.585
Hidayat A. H. N. & Akbar F. M., (2022). Laporan Tugas Akhir / Capstone Design Solar Powered
Water Electrolysis. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri. Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta.
Hidayat, R., & Farihah, A. W. (2020). Identifikasi Perubahan Suhu Udara Dan Curah Hujan Di
Bogor. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan (Journal Of Natural
Resources And Environmental Management), 10(4), 616–626.
Https://Doi.Org/10.29244/Jpsl.10.4.616-626
Indarwati, E. M., Sari, K. R. T. P., & Nevita, A. P. (2020). Analisis Perbedaan Suhu dan
Kelembaban Ruangan pada Kamar Berdinding Keramik. Jurnal Inkofar, 4(1), 5-11.
Irawan, F. (2020). Split Aux Di Laboratorium Refrigerasi Politeknik Sekayu. Jurnal PETRA (Vol.
7, Issue 2). 2460 – 8408.
Kurnia Izzati, C., Noerjoedianto, D., & Astuti Siregar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Jambi, S. (2021). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Nitrogen
Dioksida (NO2) Pada Penyapu Jalan Di Kota Jambi Tahun 2021 Risk Assessment Exposure
Nitrogen Dioxide (NO2) On Street Sweepers At Jambi City 2021. In JKMJ) Analisis Risiko
Kesehatan. (Vol. 5, Issue 2).
Mintarto, E., & Fattahilah, M. (2019). Efek Suhu Lingkungan Terhadap Fisiologi Tubuh Pada Saat
Melakukan Latihan Olahraga. Journal Of Sport And Exercise Science, 2(1), 9–13.
Https://Journal.Unesa.Ac.Id/Index.Php/Jses
Nadhil Edar, A., & Wahyuni, A. (2021). Pengaruh Suhu Dan Kelembaban Terhadap Rasio
Kelembaban Dan Entalpi (Studi Kasus: Gedung UNIFA Makassar). Kota Dan Permukiman,
6(2).
Nuraini N. & Izzah N.F., (2022). Analisis Sifat Hujan Dan Rata-Rata Temperatur Udara Bulanan
Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Mas Periode 2015-2019 Terhadap Data Normal
Selama 30 Tahun. Vol. 1, Issue 1. Https://Jurnal.Stmkg.Ac.Id/Index.Php/Jam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2020 Tentang; Indeks Standar Pemcemar Udara.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1077//MENKES/PER/V/2011 tentang
pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah.
Peraturan Menteri Kesehatan Reoublik Indonesia Nomor 70 Tahun 2016. Standar dan persyaratan
Kesehatan lingkungan kerja indsutri.
Pratiwi, D., Putri, D., Santosa, B., & Si, S. (2021). Analisis Korelasi Variasi Gas Nitrogen
Dioksida Terhadap Kenaikan Kasus Positif Terkonformasi Covid-19 Studi Kasus Provinsi
Jawa Timur. In Jurnal Ilmiah Teknik Geomatika IMAGI (Vol. 1).
Putri Agustina, D., Annisa, N., Riduan, R., & Prasetia, H. (2020). Konsentrasi Karbon Monoksida
Dan Nitrogen Dioksida Pada Ruas Jalan Kuin Utara Dan Kuin Selatan Kota Banjarmasin
Concentration Of Carbon Monoxide And Nitrogen Dioxide In The Road Of North Kuin And
South Kuin Banjarmasin City.
Putri Shabrina, A., & Pratama, R. (2022). Gambaran Kualitas Udara Serta Analisis Risiko
Nitrogen Dioksida (NO2 ) Dan Sulfur Dioksida (SO2 ) Di Kabupaten Bekasi. Journal Of
Engineering Environment Energy And Sciece, 1(2), 63–70.
Http://Ejurnal.Ubharajaya.Ac.Id/Index.Php/Joeees63
Raisal, A. Y., Putraga, H., Hidayat, M., & Rakhmadi, A. J. (2021). Analisis Pengaruh Aphelion
Dan Perihelion Terhadap Suhu Menggunakan Weather Station. 3(2) 2654-4490.
Ojs.unm.ac.id/JES
Silfiyana Rohman, A., & Nurbaiti, U. (2021). Analisis Kenyamanan Suhu Ruang Analysis Of
Room Temperature Comfort. 17(1).
Sunaryo M., & Nourma M.R., (2020). Gambaran Dan Pengendalian Iklim Kerja Dengan Keluhan
Kesehatan Pada Pekerja. Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal).
2(4) 2549-2993.
Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor SE-01/Men/1978 tentang:
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk lingkungan kerja panas industri
Tengger, B. A., & Ropiudin, R. (2019). Pemanfaatan Metode Kalman Filter Diskrit Untuk
Menduga Suhu Udara. Square : Journal Of Mathematics And Mathematics Education, 1(2),
127. Https://Doi.Org/10.21580/Square.2019.1.2.4202