Anda di halaman 1dari 8

PROGRAM KEGIATAN SOSIAL KEMASYARAKATAN

SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH 10 KOTA DEPOK


TAHUN PELAJARAN 2022/2023

DIKDASMEN PCM PANMAS KOTA DEPOK


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
PUSPITA MUTU
Alamat : Jl. Swadaya No. 001 Kecamatan Pancoranmas Kota Depok

2022
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Secara etimologi, kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang
tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepalasekolahan. Istilah
kekepalasekolahan mengandung makna sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan
tugas pokok dan fungsi sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting,
karena terdapat beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti
administrasi sekolah (school administrator) , pimpinan sekolah (school leader),
manajer sekolah (school manajer), dan sebagainya.
Dewasa ini tuntutan terhadap peran kepala sekolah tidak lagi sekedar sebagai
administrator pendidikan, akan tetapi mengembalikan hakikat kepala sekolah sebagai
guru menuntut peran sebagai pemimpin pembelajaran. Peran kepala sekolah sebagai
pemimpin pembelajaran merupakan suatu konsep yang relatif baru yang muncul di
awal tahun 1980-an, yang sangat dipengaruhi oleh hasil penelitian yang
mengungkapkan bahwa sekolah efektif biasanya memiliki kepala sekolah yang
menekankan pentingnya kepemimpinan pembelajaran (Brookover & Lezotte, 1982). Di
paruh pertama tahun 1990-an, perhatian pada kepemimpinan pembelajaran sempat
memudar, digantikan oleh pembahasan di seputar manajemen berbasis sekolah dan
kepemimpinan fasilitatif (Lashway, 2002). Namun, akhir-akhir ini, kepemimpinan
pembelajaran telah kembali bangkit dengan semakin meningkatnya tuntutan
pemenuhan standar akademik dan perlunya sekolah membuka diri
agar accountable (bertanggung-gugat).
Sekalipun sebagian besar pakar sepakat bahwa kepemimpinan pembelajaran
mutlak diperlukan untuk mewujudkan sekolah efektif, namun masih jarang yang
menjadikannya sebagai prioritas. Misalnya, di antara sekian banyak tugas yang
dikerjakan kepala sekolah, hanya sepersepuluh dari waktu mereka yang dicurahkan
untuk kepemimpinan sekolah (Stronge, 1988). Di antara alasan yang dikutip para pakar
atas kurangnya penekanan pada kepemimpinan pembelajaran adalah kurang adanya
pelatihan yang mendalam, kurangnya waktu, meningkatnya pekerjaan administrasi, dan
persepsi masyarakat tentang peran kepala sekolah masih sebagai manajer (Flath, 1989;
Fullan, 1991). Dewasa ini, sebagian besar pemimpin sekolah mencari keseimbangan
dalam peran mereka sebagai manajer-administrator dan pemimpin pembelajaran.
Kepemimpinan pembelajaran berbeda dengan kepemimpinan seorang
administrator atau manajer sekolah dalam beberapa hal. Kepala sekolah yang
membanggakan diri sebagai administrator biasanya terlalu menyibukkan diri dengan
tugas-tugas manajerial, sementara kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah
melibatkan diri dalam menetapkan tujuan yang jelas, mengalokasikan sumber-daya
pembelajaran, mengelola kurikulum, memonitor perencanaan pembelajaran, dan
mengevaluasi guru. Pendek kata, kepemimpinan pembelajaran mencerminkan tindakan-
tindakan yang diambil oleh seorang kepala sekolah untuk mendorong
pertumbuhan/perkembangan belajar siswa (Flath, 1989). Pemimpin pembelajaran
menjadikan kualitas pembelajaran sebagai prioritas tertinggi sekolah dan berupaya
mewujudkan visi ini menjadi kenyataan.
Belakangan, definisi kepemimpinan pembelajaran diperluas dengan memasukkan
pelibatan yang lebih serius pada urusan utama dari penyelenggaran sekolah, yakni
pengajaran/ pembelajaran dan belajar/pemelajaran. Dengan terjadinya pergeseran fokus
dari mengajar ke belajar, sebagian pakar mengusulkan istilah “learning
leader”(pemimpin belajar/pembelajaran) menggantikan “instructional
leader” (DuFour, 2002).
The National Association of Elementary School Principals (2001) mendefinisikan
kepemim-pinan pembelajaran sebagai pemimpin komunitas pembelajar, yang di dalam
komunitas pembelajar itu guru-guru bertemu secara teratur untuk membahas pekerjaan
mereka, berkolaborasi untuk memecahkan masalah, merefleksikan pekerjaan, dan
bertanggung-jawab terhadap apa yang dipelajari siswa. Dalam komunitas pembelajar,
pemimpin pembelajaran menjadikan belajar orang dewasa (guru, staf dan pekerja
lainnya) sebagai prioritas, menetapkaan ekspektasi tinggi terhadap kinerja, menciptakan
budaya belajar berkelanjutan bagi orang dewasa, dan mendapatkan dukungan
masyarakat untuk keberhasilan sekolah.
Blase dan Blase (2000) menyebutkan perilaku kepemimpinan pembelajaran,
seperti menyampaikan saran, memberi umpan-balik, menjadi model pembelajaran yang
efektif, meminta pendapat, mendorong kolaborasi, menyediakan kesempatan
pengembangan profesional, dan memberi pujian atas pembelajaran efektif.
Dengan latar belakang masalah diatas maka kepala SD Muhammadiyah 10
mencoba menyusun program kerja yang lebih komprehensif berkaitan dengan tuntutan
berbagai idealism dan regulasi yang berlaku. Program yang disusun diharapkan lebih
visioner dan missioner sebagaimana visi yang ditetapkan.
B. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009
tentang Beban Kerja Guru dan Pengawas.
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
1. Undang‐Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang‐Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
4. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana yang diubah dari Peraturan Pemerintah Nomor
10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 Tentang
Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 tahun 2007 tentang Perubahan
atas Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar
Penilaian
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana.
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar
Proses.
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kriteria
dan Perangkat Akreditasi SMA,MA/SMK.
18. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya.
19. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah.
20. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara Nomor 14 Tahun 2010 dan Nomor 03/V/PB/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

C. Tujuan
Penyusunan Program kerja Kepala Sekolah ini bertujuan:
1. Kepala sekolah mengetahui secara rinci tindakan-tindakan yang harus dilakukan
sehingga tujuan, kewajiban, dan sasaran pengembangan sekolah dapat dicapai.
2. Memberikan arah kerja kepala sekolah dalam mewujudkan visi dan misi yang
ditetapkan.
3. Memberikan arah dan target kinerja secara berkala.
4. Memberikan arah bagi segenap warga sekolah untuk menjalankan tugas organisasi.

D. Prinsip Penyusunan Program Kerja


1. Prinsip relevansi; relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi
(relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta didik (relevansi psikologis)
serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).
2. Prinsip fleksibilitas; program kerja memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel
dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian
berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
3. Prinsip kontinuitas; program yang disusun memiliki kesinambungan dalam kurun
waktu yang ditetapkan.
4. Prinsip efisiensi; program dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-
sumber lain secara optimal, sermat dan tepat.
5. Prinsip efektifitas; program disusun untuk efektifitas kerja organisasi dalam
menjalankan tugas dan mencapai tujuan.
BAB II
PROGRAM KERJA SOSIAL KEMASYARAKATAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOTA DEPOK

A. Tujuan
Tujuan Program Kegiatan Sosial Kemasyarakatan SD Muhammadiyah 10 Tahun
adalah untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan warga sekolah.
2. Mencegah timbulnya kecemburuan sosial antar warga sekolah.
3. Menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan yang harmonis antar warga
sekolah.

B. Bidang Kegiatan
Bidang kegiatan Program Kegiatan Sosial Kemasyarakatan SMK PUSPITA
MUTU Tahun 2022/2023 adalah sebagai berikut:
1. Mengusulkan bantuan siswa miskin ke pemerintah.
SMK PUSPITA MUTU mengusulkan bantuan terhadap siswa dari keluarga
kurang mampu kepada:
 Pemerintah melalui Dinas Dikpora.
 Mengusulkan bantuan siswa berprestasi kepada Pemerintah Desa Krukut 1
melalui Komite Sekolah.
 Mengusulkan bantuan siswa berprestasi kepada Koperasi Guru Kecamatan.
 Mengusulkan bantuan siswa berprestasi kepada PNPM Mandiri Kecamatan.
2. Menyalurkan BSM dari pemerintah kepada siswa.
SMK PUSPITA MUTU menyalurkan bantuan terhadap siswa dari keluarga
kurang mampu dari:
 Pemerintah melalui Dinas Dikpora.
 Menyalurkan bantuan siswa berprestasi dari Pemerintah Desa Krukut 1
melalui Komite Sekolah.
 Menyalurkan bantuan siswa berprestasi dari Koperasi Guru Kecamatan.
 Menyalurkan bantuan siswa berprestasi dari PNPM Mnadiri Kecamatan.
3. Mengelola dana infak Jum’at dari semua warga sekolah.
 Mengumpulkan infak Jum’at dari siswa.
 Mengumpulkan infak Jum’at dari guru.
 Menyalurkan bantuan bagi siswa yang sakit.
 Menyalurkan bantuan bagi guru yang sakit.
 Menyalurkan bantuan bagi masyarakat lingkungan sekolah yang sakit.
 Memberikan sumbangan bagi warga sekolah yang mengalami musibah.
4. Memperdayakan warga sekolah untuk ikut serta memelihara kebersihan sekitar
sekolah.
5. Menjenguk kerabat/masyarakat sekitar/siswa yang terkena musibah.
6. Bersikap simpati dan empati.

C. Sasaran
Sasaran Program Kegiatan Sosial Kemasyarakatan SMK PUSPITA MUTU
adalah semua warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, pustakawan, dan
staff/karyawan, serta masyarakat lingkungan sekolah.

D. Pembiayaan
Semua jenis kegiatan yang memerlukan biaya atas diterbitkannya Program
Kegiatan Sosial Kemasyarakatan SMK PUSPITA MUTU dibiayai dengan anggaran
yang relevan.
BAB III
PENUTUP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 Pasal 12 tentang


Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa guru yang diberi
tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah dinilai kinerjanya secara berkala setiap
tahun dan secara kumulatif selama 4 tahun yang akan dijadikan dasar bagi promosi atau
demosi yang bersangkutan. Penilaian kinerja tersebut dilakukan berdasarkan implementasi
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai kepala sekolah/madrasah. Oleh karena itu, dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, kepala sekolah/madrasah perlu menyusun program
kerja sebagai acuan/pedoman sehingga pelaksanaan tupoksi tersebut dapat efektif, efisien,
dan produktif.
Program kerja Kepala SMK PUSPITA MUTU disusun mencoba adaptif terhadap
tuntutan normative kontekstual dengan berbagai kekurangan baik dalamm materi program
maupun pelaksanaannya. oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi evaluasi penyempurnaan di masa mendatang.
Semoga program ini membawa manfaat bagi peserta didik khususnya dan stake holder
pada umumnya.

Depok, Juli 2022


Kepala Sekolah SMK PUSPITA MUTU,

Ihtianto HK, MPD

Anda mungkin juga menyukai