Metosas Individu Uas Hakim Baihaqi (1) (1)
Metosas Individu Uas Hakim Baihaqi (1) (1)
Email: hkimbai21@gmail.com
Abstrak
Bagi peneliti, karya sastra merupakan gambaran suatu kehidupan, yang dimana tergambarkan
melalui berbagai hal seperti puisi, cerpen, novel dan masih banyak lagi. Itu menjadi acuan
peneliti untuk menganalisis karya sastra agar lebih memahami apa yang sebenarnya
terkandung pada karya sastra tersebut. Pada penelitian ini peneliti menganalisis jenis karya
sastra cerita rakyat yang berjudul Malin Kundang dengan menggunakan pendekatan
antropologi sastra yang dimana kajian ini membahas tentang pengaruh timbal balik antara
sastra dan budaya pada aktivitas manusia itu sendiri. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui system kekerabatan yang ada pada cerita malin kundang. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
system kekerabatan yang ada pada cerita rakyat Malin Kundang ini yaitu system kekerabatan
matrilineal, yang dimana system ini menetapkan garis keturunan dihitung melalui garis
keturunan ini atau perempuan.
Abstrac
For researchers, literary works are a picture of life, which is depicted through various things
such as poetry, short stories, novels and much more. It becomes a reference for researchers
to analyze literary works in order to better understand what is actually contained in these
literary works. In this study, researchers analyzed the type of folklore literary work entitled
Malin Kundang using a literary anthropology approach where this study discusses the
mutual influence between literature and culture on human life itself. This study aims to
determine the kinship system that exists in Malin Kundang's story. This study used qualitative
descriptive research method. The results of this study state that the kinship system that exists
in Malin Kundang folklore is the matrilineal kinship system, where this system determines the
lineage calculated through this lineage or women.
A. Pendahuluan
Bagaimana struktur kekerabatan dalam cerita rakyat Malin Kundang bekerja?
Karya sastra merupakan dokumen sosial yang selalu ada dan terus berkembang
seiring peradaban manusia (Purwaningsih et al., 2023) . Selain menyajikan ide dan
tanggapan penulis terhadap apa yang terjadi di lingkungan penulis, karya sastra
terbukti memiliki tujuan dan keunggulan (Sriyono, 2021) . Manusia
mengkomunikasikan pemikiran, nilai, cita-cita, dan sentimennya dalam bentuk
gambaran kehidupan melalui karya sastra. Bentuk karya sastra sangat bervariasi,
namun subjek penelitian ini adalah cerita rakyat (Maharani et al., 2021).
Dalam masyarakat sederhana dan berkembang, sistem kekerabatan adalah
fundamental; Hubungan dengan leluhur dan kerabat sangat penting untuk hubungan
struktur sosial. Ikatan kekerabatan menjadi pusat interaksi, kewajiban, kesetiaan, dan
emosi. Kerabat dapat menggantikan kesetiaan kepada orang lain dalam komunitas di
mana kesetiaan kekerabatan sangat dihargai. Ini berarti bahwa system kekerabatan ini
terkait erat atas struktur sosial yang dipromosikannya. System kekerabatan berdampak
pada kedudukan sosial seseorang, yaitu pada kedudukan laki-laki dan perempuan
(Juherni et al., 2021).
Sistem kekerabatan dunia meliputi sistem hereditas unilineal, bilateral, dan
multipel. Sistem kekerabatan matrilineal Selain patrilineal, system kekerabatan yang
menentukan garis keturunan yang berdasarkan satu garis atau unilineal ditawarkan.
Sedangkan system kekerabatan matrilineal melihat hubungan keluarga melalui
perempuan, system kekerabatan patrilineal menghitung garis keturunan melalui garis
ayah atau laki-laki. Sistem kekerabatan bilineal dan bilateral ialah contoh system
kekerabatan non-unilineal. Untuk sejumlah hak dan kewajiban yang terbatas, sistem
kekerabatan bilineal memperkirakan kekerabatan semata-mata hanya melewati laki-
laki. Dalam system kekerabatan bilateral, hubungan kekerabatan dihitung melalui
laki-laki dan perempuan (Ahmad, 2020).
Cerita rakyat merupakan salah satu karya sastra yang berkembang di kalangan
masyarakat pada masa lampau (Wachidah et al., 2017). Cerita rakyat digunakan
sebagai ciri pembeda pada penduduk yang memiliki beragam budaya etnis dan
memasukkan nilai-nilai budaya (Faisol Efendi et al., 2019a). norma, serta nilai etika
dan moral masyarakat pendukung (Evy Tri Widyahening & Sri Rahayu, 2021). Cerita
rakyat kaya akan kearifan lokal dan nilai-nilai moral, sehingga fungsinya tidak hanya
untuk menghibur saja tetapi juga bisa untuk mendidik dan memvalidasi peraturan dan
kelembagaan, serta untuk mengelaborasi nilai-nilai moral, aturan, atau adat istiadat di
masyarakat di daerah tersebut (Maziyah et al., 2019).
Metode penelitian ini menggunakan perspektif antropologi dalam bentuk
metode atau pendekatan yang menyelidiki manusia sebagai makhluk biologis, metode
produksi, tradisi, dan nilai-nilai mereka dalam afiliasinya. Akibatnya, manusia dapat
dilihat dari dua perspektif: makhluk biologis dan makhluk budaya
(Edhie Rachmad et *al., 2022).
Table 1.1
Minangkabau adalah suku penting di Nusantara dan tinggal di Sumatera Barat. Suku
Minangkabau terkenal karena nafsu berkelananya, dengan anggota yang tersebar di
seluruh nusantara. Selanjutnya, suku Minangkabau terkenal dengan budayanya
(Munir, n.d.). Budaya suku Minangkabau istimewa dan unik. Keanehan ini dapat
dilihat pada garis dari keturunan yang diikutinya, yaitu matrilineal. Suku-suku lain
Lebih banyak garis keturunan berdasarkan keturunan ayah atau patrilineal diikuti di
Nusantara (Lestari et al., 2022). Hal ini tampaknya menunjukkan bahwa nenek
moyang orang Minangkabau bekerja keras untuk menentukan keturunan berdasarkan
garis keturunan ibu. Sistem kepercayaan kekerabatan ini tampaknya telah mengakar
dan menjadi nilai yang sulit dibantah dalam kehidupan masyarakat Minangkabau
(Fajrin & Lestari, 2016) . Menurut penjelasan di atas, daerah Minangkabau memiliki
sistem kekerabatan matrilineal. Sistem kekerabatan matrilineal ini terdiri dari adat
istiadat yang akan dilestarikan sepanjang masa karena didirikan oleh nenek moyang
masyarakat Minang, khususnya Datuk Ketumanggungan dan Datuk Parpatih nan
Sabatang (Harmitasari dkk., 2022).
Pembahasan
Matrilineal
Kekerabatan matrilineal mengacu pada kekerabatan yang dibangun melalui
ibu atau Wanita (Sihombing, 2020). Sistem matrilineal di mana anak perempuan dan
laki-laki diturunkan dari pihak ibu. Anak perempuan adalah orang yang dapat
mewariskan garis keturunan sukunya kepada anak-anaknya, namun jika putranya
adalah anak tunggal, ia dapat mewarisi suku ibunya. Anak laki-laki yang sendirian ini
pada akhirnya akan menggantikan ibunya dalam mewariskan suku kepada anak-
anaknya (Ramadhani et al., 2019) . Sistem kekerabatan ini tertanam kuat dalam
masyarakat Minangkabau. Suku Minangkabau juga terkenal dengan sistem
kekerabatan matrilinealnya. Struktur kekerabatan yang kompleks Dan berakar tidak
terjadi secara kebetulan. Hal ini disebabkan masyarakat Minangkabau
mengembangkan dan menerapkan sistem kekerabatan berdasarkan konsep-konsep
yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari (Meiyanti, 2014: 58). Sistem kekerabatan
dasar dan matrilineal masyarakat Minangkabau memiliki tiga karakteristik: (1) garis
keturunan ditentukan berdasarkan garis keturunan ibu, (2) suku anak dihitung
berdasarkan suku ibu, ada pepatah Minangkabau menyatakan bahwa “Basuku
kabakeh ibu, Babangso Kabakeh ayah, jauah mancari suku dakek mancari ibu,
Tabang basitumpu Hinggok mancakam”, (3) Pusako tinggi adalah keturunan dari
mamak ka kamanakan, sedangkan “pusako randah” adalah keturunan dari “ayah
kapado anak” (Hidajat & Burka, 2020).
Dengan sifat-sifat intrinsik tersebut, tampak bahwa peran perempuan cukup
esensial dalam masyarakat Minangkabau (Suryani & Rahmawati, 2022). Wanita
memiliki tempat yang sangat tinggi di masyarakat. Ini adalah salah satu karakteristik
yang membedakan Minangkabau dari daerah Indonesia lainnya. Perempuan dalam
masyarakat Minangkabau juga disebut sebagai “penghias nagari” (kampung)
(Hidajat & Burka, 2020)
.
Jika berpacu pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya system
kekerabatan yang ada pada cerita rakyat malin kundang yaitu system kekerabatan
matrilineal. Yang dimana system kekerabatan ini menetapkan garis keturunan dihitung
menurut garis ibu atau perempuan. Berikut penggalan kalimat yang menunjukkan
bahwasannya pada cerita rakyat malin kundang hanya ada system kekerabatan
matrilineal yaitu Malin Kundang sebagai seorang anak yang dimana keturunan dari
Mande Rubayah sebagai seorang ibu: (1) “Sehingga sang ibu menempati posisi sang
ayah Malin dalam mencari nafkah”, (2) “Malin kundang mengatakan rencananya
kepada sang ibunya. Pada awalnya sang ibundanya kurang setuju dengan rencana
Malin Kundang tersebut, akan tetapi karena Malin sangat mendesak ibundanya,
akhirnya Ibunda Malin Kundang menyetujui rencananya walau dengan berat hati”, (3)
“setelah itu Malin pergi dengan segera ke dermaga sembari diantar oleh sang
ibundanya. “wahai anakku, jika saja engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang
sukses, jangan kau lupa dengan ibundamu dan kampung halamanmu ini, nak”, ucap
sang Ibu Malin Kundang sembari berlinang air mata”, (4) “ketika berita Malin
Kundang yang telah menjadi orang yang sukses serta kaya raya dan telah menikah
sampai juga kepada ibunda Malin Kundang. Ibunda Malin Kundang merasa sangat
bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibunda Malin
Kundang setiap hari pergi menuju ke dermaga, menantikan sang anaknya yang
mungkin pulang ke kampung halamannya” (5) “Ia disambut oleh sang ibundanya.
Setelah cukup dekat, sang ibundanya melihat belas luka ditangan kanan orang
tersebut, semakin yakinlah ibundanya bahwa ia datangi adalah Malin Kundang.
"Malin Kundang, anakku, mengapa setelah kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan
kabar?", katanya sembari memeluk Malin Kundang”; dan (6) “Ibunda Malin Kundang
begitu marah anaknya. Ia tidak menduga bahwa sang anaknya menjadi anak durhaka.
Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil
berkata “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang
menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan
menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang”.
Pada penggalan-penggalan di atas menggambarkan bahwasannya pada cerita rakyat
malin kundang terdapat system kekerabatan matrilineal yang dimana menetapkan
garis keturunan dihitung menurut garis ibu atau perempuan.
D. Simpulan
Pada cerita malin kundang ini terdapat system kekerabatan matrilineal yang
dimana system kekerabatan ini menetapkan garis keturunan dihitung melalui garis ibu
atau perempuan. Hal ini berpacu kepada system kekerabatan yang ada pada suku
Minangkabau yang dimana suku Minangkabau ini menganut paham system keturunan
matrilineal. Hal ini juga berpacu pada penjelasan tentang suku Minangkabau dan
budaya khas yang ada pada suku tersebut, serta berpacu pada penggalan-penggalan
yang ada pada cerita malin kundang. Dapat disimpulkan bahwasannya system
kekerabatan yang ada pada cerita rakyat malin kundang dan system kekerabatan yang
ada pada suku Minangkabau ini saling berkaitan, yang dimana system kekerabatan ini
yaitu system kekerabatan matrilineal.
E. Daftar Pustaka
Aditya Afela, R. (2022). Pengertian Antropologi Hukum Menurut Para Ahli Indonesia dan Dunia dalam
Mendukung Perkembangan Antropologi Hukum.
Ahmad, R. (2020). Antropologi Sastra Dalam Cerita Rakyat Gadis Bermata Biru Dan Tolire Ma
Gam Jaha. Totobuang, 8(2), 195–207.
Edhie Rachmad, Y., Mellina Tobing, S., Johannes Johny Koynja, M., Rianto, M., Nina Yuliana,
M., & Juliana Mangngi, Sp. (2022). Pengantar Antropologi Penerbit Cv. Eureka Media
Aksara.
Evy Tri Widyahening, C., & Sri Rahayu, M. (2021). Pembelajaran Kosa Kata Bahasa Inggris
dengan Media Cerita Rakyat bagi Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Komunikasi
Pendidikan, 5(1), 108–123. www.journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik
Fajrin, H. R., & Lestari, U. F. R. (2016). Struktur cerita rakyat bugis Cenrana Aju Maddara Tau
(Pendekatan Antropologis Sastra). Salingka, 13(1), 63–76.
Harmitasari, S., Nensilianti, N., & Faisal, F. (2022). Kekerabatan Budaya dalam Antologi Cerpen
Bertarung dalam Sarung Dan Kisah-Kisah Lainnya Karya Alfian Dippahatang: Tinjauan
Antropologi Sastra. … : Journal of Social Sciences and …, 2(1), 26–40.
https://ojs.unm.ac.id/societies/article/view/37006
Hidajat, E., & Burka, A. (2020). Unsur Kesenian dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata:
Kajian Antropologi Sastra. Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia,
Daerah, Dan Asing, 3(1), 74–85. https://doi.org/10.31540/silamparibisa.v3i1.627
Irawan Rahmat, L. (2019). Kajian Antropologi Sastra Dalam Cerita Rakyat | 83 Kajian
Antropologi Sastra Dalam Cerita Rakyat Kabupaten Banyuwangi Pada Masyarakat Using.
Juherni, M., Wardiah, D., & Fitriani, Y. (2021). Budaya Masyarakat Besemah Dalam Cerita
Rakyat Kisah Tiga Dewa Pendiri Jagat Besemah Karya Dian Susilastri (Kajian Antropologi
Sastra). KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 5(1), 98–120.
https://doi.org/10.24176/kredo.v5i1.5721
Lestari, S., Magister, M., Bahasa, P., Universitas, I., & Mataram, U. (2022). Santi Lestari 1 ,
Rusdiawan 2 , Sukri 3 Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Mataram 23 Universitas Mataram. 8(2), 1795–1807.
https://doi.org/10.36312/jime.v8i2.3347/http
Maharani, P., Wardarita, R., & Wadiah, D. (2021). Kajian Antropologi Sastra dalam Kumpulan
Cerita Rakyat Sumatera Selatan “Sembesat Sembesit.” Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(3),
7563–7574.
Maulidiah, N., & Mulyono, S. (2018). Kajian Antropologi Sastra Dan Nilai Pendidikan Dalam
Cerita Rakyat Kalantika Serta Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Di SMP. In Sastra
Indonesia dan Pengajarannya (Vol. 6, Issue 1).
Maziyah, N., Rais, R., & Pendidikan Guru Sekolah Dasar, J. (2019). Analisis Nilai Spiritual dalam
Pembentukan Karakter pada Buku Cerita Rakyat Karya Wirodarsono. IVCEJ, 2(1), 11.
Munir, M. (n.d.). Sistem Kekerabatan Dalam Kebudayaan Minangkabau: Perspektif Aliran
Filsafat Strukturalisme Jean Claude Levi-Strauss.
Muzakka, M. (2017). Moh. Muzakka, Perjuangan Kesetaraan Gender dalam Karya Sastra 30. In
Agustus (Vol. 12, Issue 3).
Purwaningsih, L., Sudibyo, A., Isnaini, H., Pendidikan, P. M., & Indonesia, B. (2023).
Problematika pada Pembelajaran Apresiasi Sastra. Jurnal Sastra Dan Pendidikan
Kesusastraan, 1(2), 69–73. https://doi.org/10.56854/jspk.v1i2.66
Putra, B. R. (2023). Pengertian Antropologi Menurut Para Ahli Luar Dan Dalam Negri.
Ramadhani, S., Wardhani, N. S., & Putri, L. (2019). Hak-Hak Perempuan Enggano Dalam Sistem
Kekerabatan Matrilineal. In Bengkulu Law Journal (Vol. 4).
http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-
Ramadhanty, E., Effendi, D., & Hetilaniar, H. (2022). Antropologi Sastra Dalam Kumpulan Cerita
Rakyat Ogan Komering Ilir. Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia),
12(1), 26–38. https://doi.org/10.31851/pembahsi.v12i1.6142
Sidik, A. S., & Putraidi, K. (2018). Cerita Rakyat Dan Relevansi Pendidikan Karakter Sebagai
Upaya Pengikisan Deklinasi Moral (Sebuah Kajian Antropologi Sastra). Seminar Nasional
Lembaga Penelitian Dan Pendidikan (LPP) Mandala, September, 72–78.
Sitanggang, J. M., Sinambela, M., Simanjuntak, E., Lubis, F., & Medan, U. N. (2021). Kajian
Antropologi Sastra Dalam Novel Kau, Aku, Dan Sepucuk Angpau Merah. In Jurnal Serunai
Bahasa Indonesia (Vol. 18, Issue 2).
Sriyono, S. (2021). Motif Kargoisme Dalam Cerita Rakyat Fakfak: Sebuah Pendekatan
Antropologi Sastra/the Motivation of Cargoism in Fakfak’S …. Aksara, 33(2), 211–224.
https://doi.org/10.29255/aksara.v33i2.602.hlm.
Sihombing, D. L. (2020). Analisis Antropologi Sastra Novel Menolak Ayah Karya Ashadi
Siregar. http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/4533
Suryani, S. E., & Rahmawati, E. (2022). Unsur-Unsur Budaya Suku Bajo Dalam Novel Mata
Dan Manusia Laut Karya Okky Madasari: Kajian Antropologi Sastra. SEMIOTIKA:
Jurnal Ilmu Sastra Dan Linguistik, 23(1), 46.
https://doi.org/10.19184/semiotika.v23i1.24488