Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Surabaya 2019

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, LEVERAGE, AKTIVITAS, PROFITABILITAS


DAN SALES GROWTH TERHADAP FINANCIAL DISTRESS (STUDI KASUS PADA
PERUSAHAAN SEKTOR PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2012-2016)

Dwi Qurrotul Aini


Universitas Negeri Surabaya
dwiaini@mhs.unesa.ac.id
Purwohandoko
Universitas Negeri Surabaya
purwohandoko@unesa.ac.id

Abstract

Thise study aims to analyze the effect of liquidity, leverage, activity, profitability and sales growth ratios on
financial distress in mining sector companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the period 2012-2016.
This type of research data is secondary data obtained from IDX. This study uses liquidity, leverage, activity,
profitability and sales growth ratios to predict financial distress. The samples of this study were 35 Indonesian
mining sector companies selected using purposive sampling. The analytical method used in this research is
logistic regression analysis. The results showed that liquidity, activity and sales growth did not affect financial
distress. Leverage and Profitability negatively affect financial distress. Liquidity does not affect financial
distress because the size of the liquidity obtained by the company does not affect the occurrence of financial
distress. Activities have no effect on financial distress because the size of the activity of the company is not able
to influence financial distress and sales growth has no effect because the increase or decrease in sales obtained
by the company will not influence the possibility of the company experiencing financial distress. Profitability
has a negative effect because the higher the profits obtained by the company will make it easier to manage the
company and leverage has a negative effect because companies that have high leverage and the interest expense
borne are also higher but if the company is able to fulfill the company will not have difficulty paying so the
company will avoid financial distress.

Keywords: financial distress; financial ratio; sales growth

akan mengalami kebangkrutan (bankruptcy)


PENDAHULUAN (Ayu dan Topowijono, 2017).

Perusahaan ialah bentuk badan usaha organisasi Dengan melihat kinerja keuangan akan
bisnis yang memiliki tujuan yaitu memperoleh memberi informasi tentang prestasi perusahaan
laba dari aktivitas bisnis yang dijalankan. dimasa lalu yang akan digunakan sebagai tolak
Dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan ukur untuk mengambil sebuah keputusan untuk
tidak selamanya akan berkembang dengan baik dimasa berikutnya, sehingga manajer
sebagaimana yang telah diharapkan dan ada perusahaan yang bagian keuangan harus
kalanya perusahaan yang dirintis itu akan memahami kondisi perusahaan dan setelah
mengalami kegagalan. Kegagalan perusahaan dipahami manajer keuangan perlu menganalisis
biasanya dimulai dari kesulitan keuangan. kinerja perusahaan apabila kinerja sudah
Kesulitan keuangan (Financial distress) berkembang dengan baik maka yang harus
menurut Sudana (2015:286) adalah suatu dilakukan adalah mempertahankan kondisi
keadaan ketika arus kas operasional perusahaan seperti itu dan meningkatkan kinerja
sudah tak mencukupi lagi dalam membayar perusahaan, apabila kinerja perusahaan kurang
utang lancar serta perusahaan diharuskan baik sebagai manajer keuangan harus
melakukan pembaruan. Pada kondisi krisis mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang
keuangan yang dialami oleh perusahaan ini bisa mengakibatkan penurunan kinerja keuangan.
menjadikan perusahaan akan berada diposisi Kinerja keuangan biasanya bisa diperoleh pada
rugi apabila hal tersebut tidak dilakukan secara laporan keuangan. Dengan melihat laporan
cepat akan mengakibatkan bisa saja perusahaan keuangan bisa menentukan tindakan apa saja
yang seharusnya diambil perusahaan ditahun

372
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019

berikutnya, laporan keuangan dapat mengetahui nilai EPS yang negatif. Salah satu sektor BEI
persoalan-persoalan yang dihadapi perusahaan adalah sektor pertambangan. Pada tahun 2012–
baik itu kekuatan atau kelemahan yang 2015 Atlas Resources Tbk mengalami nilai
didapatkan perusahaan. Laporan keuangan EPS yang negatif, pada tahun 2011 – 2015
ialah infromasi yang memperlihatkan keadaan SMR Utama Tbk mengalami nilai EPS yang
perusahaan, dengan informasi yang didapatkan negatif, BUMI Resources Tbk mengalami nilai
tersebut bisa menilai kondisi kinerja EPS yang negatif pada tahun 2012 – 2015 dan
perusahaan (Fahmi, 2012: 22). Dengan pada 2012 – 2015 Berau Coal Energy Tbk juga
menggunakan rasio keuangan laporan keuangan mengalami nilai EPS yang negatif, selain
dapat dianalisa jauh lebih lagi. Rasio keuangan perusahaan yang disebutkan tadi masih banyak
menurut Kasmir (2012:92) adalah aktivitas perusahaan yang mengalami nilai EPS yang
yang membandingkan dengan melihat angka- negatif. EPS dapat bermanfaat untuk
angka yang diperoleh di laporan keuangan mengevaluasi atas kinerja operasional
dimana satu angka yang terdapat dalam laporan perusahaan dan profitabilitas perusahaan.
keuangan akan dibagi dengan angka yang Perusahaan dapat dikatan baik apabila
lainnya. Dalam satu laporan keuangan bisa pertumbuhan EPS yang dialami perusahaan itu
diperoleh perbandingan antara komponen satu positif secara terus menerus (Whittaker Dalam
dengan komponen yang lain. Setelah itu angka Rahmawati 2015).
yang didapatkan dari hasil perbandingan tadi Berikut ini merupakan grafik pertumbuhan EPS
seperti angka-angka dalam 1 periode ataupun dari semua sektor indsutri yang terdaftar pada
dari beberapa periode. Rasio keuangan Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2016 :
merupakan salah satu cara untuk
memperlihatkan hubungan antara elemen Trade, Service and Invesment
Finance
laporan keuangan untuk melihat posisi Insfrastructure, Utilities and Transportation
keuangan serta kinerja keuangan perusahaan. Property, Real Estate and Building Construction
Bila dianalisis dengan tepat, rasio keuangan Consumer Goods Industry
Miscellaneous Industry
merupakan barometer kesehatan keuangan Basic Industry and Chemicals
perusahaan dan dapat menunjukkan potensi Mining
masalah sebelum berkembang menjadi krisis Aglicurture

yang serius (Sudana, 2009:27). Dalam


penggunaan rasio keuangan pada penelitian ini,
guna menilai kinerja keuangan yang
berpengaruh kesulitan keuangan ialah rasio
2012 2013 2014 2015 2016
likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan
sales growth.

Menurut Widhiari dan Merkusiwati (2015) Sumber: www.idx.co.id (data diolah)


perusahaan yang mengalami kesulitan Gambar 1. PERTUMBUHAN EPS
keuangan itu cenderung memiliki Earning Per SEKTOR INDUSTRI YANG TERCATAT
Share yang negatif. EPS atau yang disebut PADA BURSA EFEK INDONESIA
dengan rasio laba per lembar saham ialah rasio PERIODE 2012-2016
yang dipergunakan untuk menilai sebera jauh
manajemen bisa berhasil memperoleh Berdasarkan Gambar 1, dari semua sektor yang
pendapatan yang diberikan kepada pemegang tercatat pada Bursa Efek Indonesia yang
saham. Jika nilai rasio ini rendah maka dapat mengalami penurunan yang paling rendah yaitu
dikatan bahwa manajemen belum bisa sektor pertambangan. Sektor pertambangan
memberikan keuntungan bagi pemegang memperoleh nilai EPS yang menurun
saham, tetapi jika rasio ini tinggi maka dapat diperbandingkan dengan sektor yang lainnya
dikatakan bahwa manajemen bisa itu artinya bahwa kinerja sektor pertambangan
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham mengalami penurunan keuntungan. Sektor
(Kasmir, 2012:115). pertambangan termasuk dalam saham indeks
LQ 45 sehingga sektor pertambangan ini
Di Indonesia masih terdapat perusahaan yang memperoleh fungsi yang penting untuk
mengalami kepailitan hal ini dilihat dari EPS pertumbuhan perekonomian negara.
yang diperoleh perusahaan yang mendapatkan

373
Dwi Qurrotul Aini, Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress

Sektor pertambang pada Indonesia adalah salah Kasmir (2012:113) berpendapat bahwa
satu penopang pembangan ekonomi pada suatu aktivitas rasio melihat efektivitas perusahaan
Negara, karena sektor pertambang memiliki dalam menggunakan aktiva yang dimiliki oleh
peran yang menyediakan sumber tenaga yang perusahaan. Peneliti yang dilakukan oleh
banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan Mas’ud dan Srengga (2011) berpendapat bahwa
perekonomian suatu Negara. Kemampuan yang rasio aktivitas mendapat pengaruh yang positif
dimiliki SDA akan meningkatkan perusahaan terhadap financial distress. Hal itu menandakan
dalam melaksanakan eksplorasi dari bahwa sedikit banyaknya kas operasional dapat
pertambangan sumber daya tersebut. Sektor mengakibatkan perusahaan akan berpotensi
pertambangan selain memiliki EPS yang pada financial distress. Tidak sama dengan
negatif pada tahun 2013 sektor pertambangan peneliti yang dijalani oleh Hidayat dan
yang mengalami penurunan 0,70%. Penurunan Meiranto (2014) yang berpendapat bahwa rasio
ini sebab sumur sumber tambang migas dan aktivitas berpengaruh negatif terhadap financial
non migas sudah tua dan harga jual beberapa distress. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
komoditas di pertambangan masih melonjak, peneliti Kusanti (2015) yang mengemukakan
sehingga ekspor Indonesia disisi nilai dan profitabilitas tak berpengaruh signifikan
merendahkan kontribusi sektor ini. Pemilihan terhadap financial distress. Hal ini didukung
objek sektor pertambangan dalam penelitian ini oleh penelitian yang lainnya Simanjuntak dkk
didukung oleh Djumena (2015) menyatakan (2017), Hidayat dan Meiranto (2014) juga
bahwa krisis perekonomian global makin parah. berpendapat profitabilitas tidak memperoleh
Perusahaan pada bidang pertambangan dan pengaruh yang siginifikan terhadap financial
perkebunan yang mengalami akibat yang distress. Selanjutnya yaitu Sales growth hasil
negatif. Kurang lebih dari seratus dua puluh penelitian yang dilakukan oleh Ekawati (2016)
lima perusahaan pertambangan batu bara di mengemukakan bahwa sales growth mendapat
Kalimantan Timur tak beroperasional. pengaruh yang negatif terhadap financial
Sehingga mengakibatkan 5000 orang yang distress. Hal berbeda yang dijalani oleh Rahayu
terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). dan Sopian (2017) yang berpendapat bahwa
sales growth berpengaruh positif terhadap
Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak financial distress. Hal ini menandakan variabel
dkk (2017) didukung oleh peneliti Sopian dan sales growth bisa dipergunakan untuk
Rahayu (2017) rasio likuiditas berpengaruh pertimbangan pada investor yang ingin
tidak signifikan terhadap financial distress. investasi dananya.
Kusanti (2015) serta Putri dan Merkusiwati
(2014). Dimana semakin likuid perusahaan Penelitian tersebut merupakan replikasi dari
mengelola perusahaan tersebut sanggup beberapa penelitian terdahulu, namun terdapat
melunasi hutang saat jatuh tempo sehingga beberapa perubahan pada objek penelitian,
resiko terjadinya financial distress juga akan variable independen sebagai faktor yang
semakin rendah. Hasil penelitian tidak mempengaruhi financial distress. Setelah
sependapat yang dihasilkan oleh peneliti melihat dan mempertimbangkan latar belakang,
Damayanti dkk (2017) yang berpendapat perkembangan data pada Bursa Efek Indonesia,
bahwa rasio likuiditas berpengaruh negatif dan melihat dari hasil penelitian yang terdahulu
terhadap financial distress. Hasil penelitian dengan berbeda-beda hasil yang diperoleh
tersebut juga didukung oleh peneliti Hidayat sehingga penulis tertarik untuk menelitih
serta Meiranto (2014). Cinantya serta kembali dengan judul “Pengaruh Rasio
Merkusiwati dalam penelitiannya mendapatkan Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas
hasil yang tidak sama bahwa rasio leverage dan Sales Growth Terhadap Financial Distress
berpengaruh tidak signifikan terhadap financial Pada Sektor Pertambangan Indonesia”
distress. Hasil penelitian ini juga sependapat
dengan beberapa peneliti yang lainnya seperti KAJIAN PUSTAKA DAN
Rahayu dan Sopian (2017), Kusanti (2015), PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Putri dan Merkusiwati (2014) serta Widhiari
dan Merkusiwati (2015) juga berpendap bahwa Trade off Theory
leverage tak berpengaruh yang signifikan Trade off theory ialah teori yang menargetkan
terhadapp financial distress. target utang (debt ratio) pada perusahaan.
Apabila perusahaan ingin menaikkan utangnya,

374
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019

jadi perusahaan itu akan menerima pendapatan Aktivitas


dari pajak, sebab pajak yang dikeluarkan akan Aktivitas ini dipergunakan untuk menilai
lebih rendah dari pembayaran bunga. Bunga keefektifitasan perusahaan dalam penggunaan
ialah pengurangan pajak (tax deductible). asset yang dimilikinya atau bisa diartikan rasio
Pengurangan utang perusahaan untuk melunasi yang dipergunakan guna menilai tingkat
itu berakibat dipeningkatan arus kas sesudah efisiensi pemanfaat sumber daya yang dimiliki
pajak. Perusahaan terus berupaya menaikkan oleh perusahaan. Efisiensi yang dilakukan oleh
kegagalan pembayaran bagi perusahaan perusahaan ini seperti sales, inventory,
sehingga menimbulkan kondisi financial penagihan atas piutang, dan lainnya. Rasio ini
distress (Zerlinda dan Lestari, 2014). juga dapat dipergunakan untuk melihat sejauh
mana perusahaan itu mampu
Financial Distress mengoperasionalkan aktivitas kesehariannya.
Financial distress ialah keadaan ketika arus kas
operasional perusahaan tidak cukup mencukupi Profitabilitas
kewajiban lancear jadi perusahaan harus ambil Profitabilitas dipergunakan untuk melihat
tindakan reformasi. Menurut (Rahmania dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
Hermanto, 2014) financial distress ialah pendapatan yang maksimal. Rasio ini menilai
langkah merosotnya keadaan keuangan ukuran dari tingkat efektivitas manajemen dari
perusahaan sebelum mengalami kepailitan perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan
ataupun likuidasi. Plat dan platt (2002) bahwa profit yang diperoleh atas penjualan
mengartikan financial distress ialah keadaan yang dilakukan dan pendapatan berinvestasi.
keuangan perusahaan sedang berada pada Sehinggga dapat diperoleh makna bahwa dalam
situasi yang tidak sehat atau keadaan menggunakan rasio ini menandakan tingkat
perusahaan tengah mengalami kesulitan efisiensi perusahaan.
keuangan dalam memenuhi hutangnya.
Sales Growth
Likuiditas Rasio sales growth yaitu rasio yang
Rasio likuiditas merupakan upaya perusahaan menunjukkan kesanggupan perusahaan untuk
dalam membayar hutang lancarnya sesuai memperkokoh kondisi ekonominya di tengah
waktu yang sudah ditetapkan sebelumnya. pertumbuhan perekonomian dan sektor
Likuiditas dapat dipergunakan untuk menilai usahanya (Kasmir,2012).
kesanggupan perusahaan dalam membayar
hutang lancar. Hal ini bermakna bahwa ketika Pengaruh Likuiditas terhadap Financial
waktu yang sudah ditetapkan telah jatuh tempo Distress
perusahaan itu harus memenuhi utang tersebut. Likuiditas dipergunakan untuk menghitung
Menurut Rahayu dan Sopian (2017) likuiditas tingkat likuiditas perusahaan untuk memenuhi
berfungsi sebagai memperhitungkan akibat dari seluruh hutang lancar. Dengan melihat
hasil ketidakmampuan perusahaan dalam likuiditas yang diperoleh perusahaan akan
memenuhi hutang lancar. menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam membiayai biaya operasinal perusahaan
Leverage dan untuk membayar hutang lancar perusahaan.
Leverage adalah rasio yang dapat menilai Jika perusahaan dapat membiayai dan
seberapa jauh aktiva yang diperoleh perusahaan membayar hutang lancar secara baik maka
itu didanai oleh utang. Hal ini bermakna bahwa perusahaan itu berpotensi kecil untuk
seberapa banyak beban utang itu ditanggung mengalami financial distress. Menurut Topaglu
oleh perusahaan dengan membandingkan (2012) menyatakan adanya pengaruh negative
aksetnya. Untuk pengertian yang lebih luas antara likuiditas terhadap financial distress.
leverage bermanfaat untuk membayar Semakin banyak likuiditas yang diperoleh
keseluruhan kewajiban baik itu jangka pendek perusahaan jadi perusahaan itu semakin sehat,
ataupun jangka panjang jika perusahaan itu sedangkan hasil penelitian Damayanti dkk
dilikuidasi. Mayangsari dan Andayani (2015) (2017) rasio likuiditas berpengaruh negatif
berpendapat leverage yang besar menandakan terhadap financial distress. Sedangkan hasil
bahwa perusahaan itu juga mempunyai jumlah penelitian Simanjuntak dkk (2017) likuiditas
utang yang besar pula, sehingga investasi yang tak berpengaruh signifikan terhadap financial
ditaman semakin besar didanai dari pinjaman. distress. Tingkat likuiditas yang rendah

375
Dwi Qurrotul Aini, Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress

menjadikan perusahaan itu berada kondisi baik perusahaan itu mampu memperoleh
financial distress kemungkinan menjadi tinggi. keuntungan perusahaan sehingga perusahaan
itu akan terhindar dari keadaan financial
distress. Dalam penelitian Topaglu (2012)
mengemukakan bahwa ROA mendapat
Pengaruh Leverage terhadap Financial pengaruh yang negative terhadap financial
Distress distress. Nilai ROA yang tinggi dapat
Menurut Kasmir (2012) leverage dipergunakan mengurangi resiko financial ditress dan
untuk menilai seberapa jauh aset perusahaan selanjutnya akan dapat menyelamatkan
dibiayai oleh hutang. Hal itu berarti bahwa perusahaan dari kepailitan. Sebaliknya jika nilai
seberapa banyak beban utang yang ditanggung ROA rendah akan mengabitkan resiko financial
oleh perusahaan itu jika diperbandingkan distress.
dengan asetnya. Leverage juga digunakan
untuk menilai seluruh hutang baik itu berupa Pengaruh Sales Growth terhadap Financial
hutang lancar maupun hutang tidak lancar. Distress
Menurut Hidayat dan Meiranto (2014) rasio Sales growth menggambarkan upaya
leverage mempunyai pengaruh yang positif perusahaan untuk menaikkan penjualannya
terhadap financial distresssedangkan menurut pada saat ini dan pada masa selanjutnya.
Cinantya dan Merkusiwati (2015) tidak Tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi
berpengaruh signifikan antara leverage dalam perusahaan ini menandakan bahwa
terhadap financial distress. Tingkat leverage perusahaan itu berhasil dalam
yang meningkat menandakan bahwa mengoperasionalkan straterinya yang berkaitan
perusahaan akan berkemungkinan menghadapi dengan pemasaran dan berkaitan dengan
kondisi financial distress dan apabila tingkat penjualan produk yang dijual pada perusahaan
leverage yang rendah menandakan bahwa tersebut. Sehingga hal tersebut berarti semakin
perusahaan itu kemungkinan menhadapi tinggi penjualan yang diperoleh perusahaan
keadaan financial distress juga semakin rendah. maka semakin banyak laba yang didapatkan
perusahaan tersebut (Widarjo dan Setiawan,
Pengaruh Aktivitas terhadap Financial 2009).
Distress
Aktivitas merupakan rasio yang menilai Hipotesis
seberapa jauh perusahaan itu memakai sumber Berdasarkan landasan teori, penelitian
daya yang dimiliknya untuk mendorong terdahulu dan kerangka pemikiran jadi
aktivitas perusahaan kedepannya. Hubungan hipotesis yang diajukan pada penelitian ini
dengan financial distress adalah semakin tinggi ialah:
tingkat aktivitas akan menandakan bahwa H1 : Diduga rasio likuiditas berpengaruh
modal kerja yang ditanamkan yang berupa negatif terhadap financial distress pada
piutang itu akan semakin kecil dan tentunya sektor pertambangan yang terdaftar di
perusahaan itu makin sehat dan perusahaan BEI pada tahun 2012-2016
tersebut akan terbebas dari keadaan financial H2 : Diduga rasio leverage berpengaruh
distress. Menurut Kamaludin dan Pribadi positif terhadap financial distress pada
(2011) menyatakan bahwa ada pengaruh positif
sektor pertambangan yang terdaftar di
antara inventory turnever terhadap financial
BEI pada tahun 2012-2016
distress.
H3 : Diduga rasio aktivitas berpengaruh
Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial negatif terhadap financial distress pada
Distress sektor pertambangan yang terdaftar di
Widarjo dan Setiawan (2009) berpendapat BEI pada tahun 2012-2016
bahwa Profitabilitas adalah pendapatan bersih H4 : Diduga rasio profitabilitas berpengaruh
yang diperoleh dari bermacam ketetapan serta negatif terhadap financial distress pada
ketetapan, yang mana rasio ini dijadikan untuk sektor pertambangan yang terdaftar di
alat ukur atas kesanggupan perusahaan dalam BEI pada tahun 2012-2016
mendapatkan pendapatan dari masing-masing H5 : Diduga sales growth berpengaruh positif
rupiah yang diperoleh dari penjualan. Semakin terhadap financial distress pada sektor
tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin

376
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019

pertambangan yang terdaftar di BEI pada Tabel 1.


tahun 2012-2016 STATISTIK DESKRIPTIF

METODE PENELITIAN Std.


N Min Max Mean
Deviation
Penelitian ini memakai pendekatan konklusif FD 175 .00 1.00 .3143 .46556
serta kausal karena di penelitian ini untuk CR 175 .05 99247.35 570.0 7502.1760
menilai hubungan antara variable terikat ialah 371 0
financial distress serta variable independen DAR 175 .01 1.90 .4906 .28239
ialah likuiditas, leverage, aktivitas, IT 175 .00 426.05 24.25 45.66845
profitabilitas dan sales growth. Data yang 02
dipakai untuk penelitian ini ialah data ROA 175 -.78 1.64 .0329 .21078
SG 175 -1.00 110.93 1.402 11.40163
kuantitatif. Sumber data yang dipakai ialah
0
sumber data sekunder, ialah memakai data Valid N 175
laporan keuangan perusahaan sektor (listwise)
pertambangan yang terdaftar di BEI periode Sumber: Output SPSS
2012-2016. Data yang dipakai ialah data yang
dihasilkan dari website www.idx.co.id. Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R
Populasi dalam penelitian ini ialah semua Square)
perusahaan sektor pertambangan yang tercatat Nagelkerke R Square dipergunakan untuk
di BEI periode 2012-2016. Dalam penelitian ini menilai seberapa besar variabel independen
memakai teknik purposive sampling sanggup mempengaruhi variabel independen.
menggunakan kriteria penentuan sampel ialah Adapun hasilnya menunjukkan tabel L-
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI Likelihood sebesar 169.856 dan Nagelkerke R
periode 2012-2016 dan perusahaan yang Square sebesar 0,337 yang artinya variabelitas
mempublikasikan laporan keuangan selama variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
periode 2012-2016. Berdasarkan kriteria yang variabel independennya ialah sebesar 33,7%.
sudah dipastikan, sehingga terpilih 36 Variabel yang mempengaruhi ialah leverage
perusahaan yang bias dipakai sampel (DAR) dan profitabilitas (ROA). Sedangkan
penelitian. 66,3 % tidak mampu mempengaruhi variabel
likuiditas, aktivitas dan sales growth.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Hosmer
Berdasarkan kriteria penentuan sampel maka and Lemeshow’s)
perusahaan-perusahaan yang terpenuhi dengan Nilai statistik Hosmer and Lemeshow
kriteria untuk diteliti pada penelitian ini ialah menunjukkan nilai signifikan 0,198 atau lebih
36 perusahaan sektor pertambangan yang besar dari 0,05. Uji ini merupakan uji
tercatat di Bursa Efek Indonesia. signifikasi keseluruhan model. Berdasarkan
hasil dari uji model fit ini berarti H0 tak bisa
Statistik Deskriptif ditolak yang bermakna bahwa model sanggup
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, memprediksi nilai observasinya atau bisa
yang dipakai karakteristik sampel pada dinyatakan model dapat diterima sebab cocok
penelitian ini mencakup jumlah sampel (N), sama data observasinya.
nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah
serta standard deviasi yang digunakan tiap Matrik Klasifikasi
variabel dapat dilihat di tabel 1. Hasil pengujian matrik klasifikasi dipakai guna
memperlihatkan seberapaa valid prediksi dari
Berdasarkan hasil Tabel 1, apabila nilai standar model regresi guna memperlihatkan
deviasi lebih tinggi dari nilai rata-rata berarti kemungkinan perusahaan berpotensi financial
memperlihatkan bahwa penyimpangan datanya distress.
tinggi begitu juga dengan sebaliknya.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tabel kolom
observed atau observasi perusahaan yang tidak
mengalami kondisi financial distress ialah 120
perusahaan sedangkan untuk 55 perusahaan

377
Dwi Qurrotul Aini, Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress

mengalami financial distress. Sedangkan pada Pengaruh Likuiditas terhadap Financial


kolom prediksi perusahaan yang tidak Distress
mengalami financial distress ialah sebesar 110 Hasil penelitian dari pengujian regresi logistik
perusahaan dan yang mengalami kondisi memperlihatkan likuiditas yang diproksikan
financial distress ialah 30 perusahaan, dengan oleh current ratio tidak memberikan pengaruh
keakuratan prediksi untuk perusahaan yang tak terhadap financial distress. Salah satu
berpotensi financial distress ialah sebesar komponen penyusun asset lancar adalah
91,7%, sedangkan untuk perusahaan yang piutang usaha dan persediaan, apabila dari
mengalami financial distress ialah sebesar kedua komponen tersebut digunakan untuk
45,5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembayaran kewajiban jangka pendek
keakuratan atau ketepatan prediksi perusahaan itu akan memerlukan waktu yang
klasifikasinya ialah 77,1%. tidak singkat. Pada dasarnya setiap perusahaan
memiliki cara dan waktu yang tak sama dalam
Tabel 2. merubah piutang usaha dan persediaan untuk
MATRIK KLASIFIKASI menjadi kas yang nantinya digunakan guna
melunasi utang dalam perusahaan tersebut.
Predicted Dengan begitu seberapa banyak likuiditas yang
Financial diperoleh oleh perusahaan tak akan terpengaruh
Observed Distress Percentage atas profitabilitas financial distress (Putri dan
Non Correct Merkusiwati, 2014). Tidak adanya pengaruh
FD
FD antara likuiditas dengan financial distress tidak
Step Non sesuai dengan trade off theory bahwa jika
110 10 91,7
1 FD FD
perusahaan mendapatkan likuiditas yang besar
FD 30 25 45,5
Overall menandakan bahwa perusahaan itu berada
77,1 dalam keadaan yang sehat dan dalam
Percentage
Sumber: Output SPSS pengelolaan perusahaannya juga dikatakan
semakin membaik (Cinantya dan Merkusiwati,
Uji Estimasi Parameter dan Interprestasinya 2015). Hasil pengujian ini menandakan bahwa
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menguji current ratio tak berpengaruh terhadap
pengaruh variable independen dalam financial distress. Hasil penelitian tersebut
memprediksi kondisi financial distress dengan sama dengan hasil penelitian yang diteliti oleh
menggunakan uji regresi yang ditunjukkan Damayanti dkk (2017), Putra dkk (2017),
pada variable in the equation pada kolom Widhiari dan Merkusiwarti (2015), Hidayat dan
signifikan diperbandingkan pada tingkat Meiranto (2014) yang mengatakan bahwa
kealpahan 0,05 (5%). Jika tingkat signifikansi < current ratio tak berpengaruh secara signifikan
0,05, sehingga Ha diterima. terhadap financial distress.

Tabel 3. Pengaruh Leverage terhadap Financial


VARIABLE IN THE EQUATION Distress
Pengujian regresi logistik memperlihatkan
B Sig. bahwa leverage berpengaruh negative maka
Step 1a CR .000 .919 hasil penelitian ini tak sama dengan hipotesis
DAR -3.678 .000 yang dilakukan. Jumlah tingginya hutang yang
IT -.001 .804 dimiliki oleh perusahaan dapat dinilai dari debt
ROA -11.179 .000 ratio, apabila jumlah debt ratio yang dimiliki
SG .017 .343 perusahaan semakin besar sehingga resiko
Contant 1.056 .024 gagalnya juga semakin besar dengan hal yang
Sumber: Output SPSS seperti itu bisa menyebabkan kondisi financial
distress juga akan rentan terjadi. Namun
Tabel 3 menunjukkan hasil dari pengujian perusahaan yang besar biasanya sering
dengan menggunakan model regresi logistik menggunakan hutang yang tinggi itu untuk
pada tingkat signifikan 0,05 (5%) menghasilkan dijadikan pengembangan dalam pengelolaan
model (1) sebagai berikut. perusahaannya yang selanjutnya akan
p memberikan keutungan bagi perusahaan
n -3 R-11 1 R e ...........(1) tersebut (Mas’ud dan Srengga 2011). Hasil
1-p

378
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019

penelitian ini tak sesuai trade off theory yang profitabilitas berpengaruh negative terhadap
berpendapat bahwa perusahaan akan berupaya financial distress ini sama dengan peneliti
memperbesar rasio hutangnya guna terdahulu yang diteliti oleh Damayanti dkk
mendapatkan untung pajak dari hutangnya (2017), Rahmania dan Hermanto (2014), Ayu
tersebut. Semakin tinggi rasio leverage dan Topowijono (201 ) Mas’ud dan Srengga
mempunyai arti bahwa keuangan yang (2011), Hapsari (2012) yang berpendapat
digunakan oleh perusahaan itu juga semakin bahwa profitabilitas berpengaruh negative
tinggi. Hasil pengujian ini memperlihatkan terhadap financial distress.
bahwa leverage yang diproksikan dengan debt
ratio berpengaruh negative terhadap financial Pengaruh Sales Growth terhadap Financial
distress. hasil penelitian ini sejalan dengan Distress
penelitian yang diteliti oleh Mayangsari serta Sales growth tak berpengaruh terhadap
Andayani (2015) yang mengemukakan bahwa financial distress disebabkan karena penjualan
leverage berpengaruh negative terhadap perusahaan tak dijadikan patokan pertama
financial distress. dalam menilai keadaan financial distress
karena apabila penjualan perusahaan
Pengaruh Aktivitas terhadap Financial mengalami penurunan tak memberikan dampak
Distress pada ssat itu juga mengalami kebangkrutan
Hasil dari analisis regresi logistik menunjukkan hanya saja akan mengalami penurunan hasil
aktivitas tidak berpengaruh terhadap financial bersih yang didapatkan oleh perusahaan
distress. Setiap kenaikan atau penurunan tersebut. Hasil penelitian ini didukung oleh
aktiivtas tak berpengaruh terhadap financial peneliti yang dilakukan oleh Julius (2017) yang
distress. Hal ini bisa diakibatkan adanya biaya juga menunjukkan bahwa sales growth tak
perusahaan yang dikeluarkan oleh perusahaan berpengaruh terhadap kemungkinan perusahaan
itu besar dan hanya saja ditutupi dengan mengalami financial distress. Hasil penelitian
penjualan perusahaan meskipun laba yang ini sejalan dengan penelitian yang diteliti oleh
diperoleh oleh perusahaan itu tidak mengalami Widarjo serta Setiawan (2009), Rahmy (2015),
peningkatan sehingga aktivitas tak mampu Simanjuntak dkk (2017) yang menyatakan
mempengaruhi keadaan financial distress. bahwa sales growth tidak berpengaruh
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diteliti signifikan terhadap financial distress.
oleh Edison (2013).
KESIMPULAN
Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial
Distress Dalam penelitian ini dimaksudkan guna
Pengujian regresi logistik memperliahatkan memperlihatkan pengaruh likuiditas, leverage,
bahwa profitabilitas berpengaruh negative aktivitas, profitabilitas serta sales growth
maka hasil penelitian ini sama dengan hipotesis terhadap financial distress yang terdaftar di
yang dilakukan. Pengaruh negative BEI tahun periode 2012-2016. Dengan
profitabilitas terhadap financial distress menggunakann analisis regresi logistik,
memperlihatkan bahwa makin tinggi kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian ini
profitabilitas perusahaan sehingga yaiutu aktivitas, likuiditas dan sales growth tak
berkemungkinan perusahaan financial distress berpengaruh terhadap financial distress.
akan semakin sedikit. ROA yang negative akan Leverage tak berpengaruh positif serta
menandakan bahwa setiap penurunan nilai profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
ROA akan memperlihatkan peningkatan financial distress.
kemungkinan perusahaan berpotensi financial
distress. ROA yang rendah memperlihatkan Bagi peneliti selanjutnya, berdasarkan hasil uji
bahwa pendapatan yang diperoleh perusahaan Nagelkerke’s R Square menunjukkan table L-
itu rendah yang diakibatkan oleh Likelihood sebesar 169.856 dan Nagelkerke’s R
ketidakmampuan perusahaan untuk Square sebesar 0.337 yang artinya variabel
mengoptimalkan asset yang dimiliki oleh dependen yang mampu mempengaruhi variabel
perusahaan sehingga return yang didapatkan independennya ialah sebesar 33,7%. Sisanya
juga rendah. Dengan hal yang seperti ini sebesar 66,3% tidak mampu mempengaruhinya
menyebabkan terjadinya financial distress sehingga bagi peneliti seterusnya bias
(Topaloglu, 2012). Hasil penelitian menambahkan variabel independen diluar

379
Dwi Qurrotul Aini, Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas dan Sales Growth
Terhadap Financial Distress

variabel yang digunakan pada penelitian ini. Pengaruh Good Corporate Governance
Untuk investor harus mempertimbangkan Dan Kinerja Keuangan Terhadap Financial
kembali nilai ROA dan DAR untuk Distress. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi,
pengambilan keputusan pada waktu 4(4), 1–18.
berinvestasi.
Platt Harlan D. & Platt Marjorie B.. 2002.
DAFTAR PUSTAKA Predicting Corporate Financial Distress:
Reflections on Cjoice-Based Sample Bias.
Ayu,Handayani.,& Topowijono. (2017). Journal of economics & finance, 26(2),
Pengaruh Likuiditas, Leverage, 184-199.
Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Financial Distress Studi pada Rahayu, W. P. & Sopian. (2017). Pengaruh
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Rasio Keuangan dan Ukuran Perusahaan
Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Terhadap Financial Distress (Studi
Efek Indonesia tahun 2012-2015. Jurnal Empiris Pada Perusahaan Food and
Administrasi Bisnis, 43(1), 138-147. Beverage Di Bursa Efek Indonesia).
Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 1(2).
Damayanti, L. D., Yuniarta, G. A., &
Sinarwati, N. K. (2017). Analsis Pengaruh Rahmania, M. F., & Hermanto, S. B. (2014).
Kinerja Keuangan, Ukuran Komite Audit Analisis Rasio Keuangan Terhadap
dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Financial Distress. Jurnal Ilmu & Riset
Prediksi Financial Distress (Studi Pada Akuntansi, 3(11), 1–5.
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) Rahmawati, Aryani. (2015). Analisis Rasio
E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Keuangan Terhadap Kondisi Financial
Ganesha, 1(1). Distress pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
jumena Erlangga. 2015. “Ekonomi esu 125 Tahun 2008-2013. Jurnal Akuntansi, 4(2),
Perusahaan Batu Bara Bangkrut, 5.000 2337-3806.
rang Kena PHK”.
https://properti.kompas.com/read/2015/08/ Simanjuntak, christon., Criston E.B., Titik
12/060100026/Ekonomi.Lesu.125.Perusah Farida & Aminah Wiwin. (2017).
aan.Batu.Bara.Bangkrut.5.000.Orang.Kena Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
.PHK (diakses 09 Februari 2018). Financial Distress (Studi Pada Perusahaan
Transportasi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Fahmi, Irham. (2012). Analisis Kinerja Indonesia periode 2011-2015. Journal E-
Keuangan, Alfabeta, Bandung. Proceeding of Management,4(2), 1580–
1587.
IDX. (2016). Laporan Keuangan. Retrieved
oktober 16, 2017. From Sudana, Made. (2009). Manajemen Keuangan
http://www.idx.co.id/id- Perusahaanteori dan Praktik.Pt. Gelora
id/beranda/perusahaantercatat/laporankeua Aksara Pratama.
ngan.aspx
Sudana, Made. (2015). Manajemen Keuangan
Kasmir, (2012). Analisis Laporan Keuangan. Perusahaan Teori dan Praktik.PT. Gelora
PT. Rajawali: Jakarta. Aksara Pratama.

Mas’ud I. & Srengga Reva Maymi. (2011). Sugiyono, (2014). Metode Penelitian
Analisis Rasio Keuangan Untuk Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta,
Memprediksi Kondisi Financial Distress Bandung.
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi & Topaloglu, Zeynep. (2012). A Multi-period
Auditing Indonesia, 7(2), 1–27. Logistik Model of Bankruptcies in the
Manufacturing Industry.International
Mayangsari, L. P., & Andayani. (2015).

380
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya 2019

Journal of Finance and


Accounting.1(3),28-37.

Widarjo, Wahyu,. dan Setiawan. (2009).


Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap
Kondisi Financial Distress Perusahaan
Otomotif. Jurnal Bisnis dan Akuntansi,
11(2), 107-119.

Widhiari, Ni Luh Made A., & Merkusiwati, N.


K. L. A. (2015). Pengaruh Rasio
Likuiditas, Leverage , Operating Capacity,
dan Sales Growth Terhadap Financial
Distress. Jurnal Akuntansi, 11(2), 456–
469.

Zerlinda, C., & Lestari, H. S. (2014). Pengaruh


Struktur Modal terhadap Debt Agency
Problem. E-Journal Manajemen Fakultas
Ekonomi Trisakti, 1(1), 22-43.

381

Anda mungkin juga menyukai