Abdul Jembatan
Abdul Jembatan
Disusun Oleh :
Abdul Rasyid ( 2020250056 )
Dosen Pengampu :
Ir. Denie Chandra, ST., MT
Debby Sinta Devi, ST., MT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pada mata kuliah
PROYEK I PERENCANAAN KONSTRUKSI JEMBATAN ini tepat pada
waktunya untuk memenuhi nilai mata kuliah yang dimaksud dan dengan harapan
laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak penulis maupun pembaca untuk dapat
mengetahui terkait perencanaan konstruksi bangunan air. Pada proses penyelesaian
laporan ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari beberapa pihak. Karena itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terkait, yaitu :
1. Dr. H. Marzuki Alie selaku Rektor Universitas Indo Global Mandiri.
2. Bapak Anta Sastika, S.T., M.T., IAI. Selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Indo Global Mandiri.
3. Ibu Sartika Nisumati, S.T., M.T. Selaku Ketua Program Studi Teknik
SipilUniversitas Indo Global Mandiri.
4. Bapak Ir. Denie Chandra, S.T., M.T. dan Ibu Debby Sinta Devi, S.T.,
M.T. Selaku Dosen Pengampuh pada Mata Kuliah Proyek I
Perencanaan Konstruksi Jembatan.
Akhir kata penulis memohon maaf apabila pada penulisan laporan ini
masihbanyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, maka daripada itu
penulis sangat terbuka dalam hal saran dan kritik yang membangun agar
laporan ini dapat semakinbaik dan bermanfaat bagi semua pihak.
Palembang, 2023
Penulis
Abdul Rasyid
BAB I
PENDAHULUAN
Desain jembatan sangat tergantung pada faktor-faktor seperti lebar sungai atau
lembah yang harus diatasi, jenis kendaraan atau beban yang akan melintasi dan
kondisi lingkungan sekitarnya. Secara umum jembatan terdiri dari beberapa
komponen utama, yaitu fondasi, pilar, balok, lintasan, sistem penahan, dan sistem
drainase. Oleh karena itu diperlukan perencanaan jembatan yang meliputi bangunan
atas dan bangunan bawah sesuai persyaratan standar.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan ialah :
1. Bagaimana perhitungan struktur atas jembatan ?
2. Bagaimana perhitungan struktur bawah jembatan ?
3. Tentukan jenis pondasi konstruksi jembatan sesuai data perencanaan
konstruksi ?
4. Lengkapi gambar detail rencana jembatan tersebut ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
dari kemajuan teknologi dalam pembangunan jembatan. Sejarah jembatan adalah
refleksi dari kecerdasan dan kemampuan manusia untuk menaklukkan alam.
Mereka tidak hanya menghubungkan geografi fisik, tetapi juga menciptakan
konektivitas yang memungkinkan perdagangan, pertukaran budaya, dan
pertumbuhan ekonomi.
2.3 Tujuan
Tujuan dari pembangunan jembatan adalah :
4
2.4.1 Ditinjau Dari Material Yang Digunakan
Klasifikasi jembatan menurut material yang digunakan dibedakan atas bahan
yang dominan dipergunakan, terutama bahan sebagai struktur utama bangunan atas,
berikut jembatan ditinjau dari material yang digunakan dibedakan menjadi:
5
Jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan
yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan
yang lebih baik.
f. Jembatan Bambu
Merupakan jembatan sederhana yang materialnya terbuat dari bamboo, seperti
yang sudah saya tulis pada jembatan dengan material kayu, jembatan ini cukup
dikenal oleh manusia dan banyak dijumpai, pembuatanya juga tidak memerlukan
perlatan modern sehingga mudah dirancang oleh manusia dengan peralatan yang
seadanya.
g. Jembatan Pasangan Batu Kali/Bata
Jembatan jenis ini seluruh struktur baik struktur atas dan struktur bawah dibuat
dari pasangan batu kali atau bata merah yang merupakan jenis jembatan dengan
system gravitasi yang kekuatanyamengandalkan dari berat struktur.
6
bagian bawah jembatan yang berupa abutment, penjangkar kabel dan tiang
penopang.
e. Jembatan Kabel Penahan
Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan gantung
dimana terdapat juga dua pilar atau tower. Akan tetapi pada jembatan kabel dek
jembatan langsung di hubungkan ke tower dengan menggunakan kabelkabel yang
membentuk formasi diagonal, Kalau pada jembatan gantung struktur dek dapat
terbuat dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel umumnya deknya
terbuat dari beton.
7
struktur atas jembatan antara lain adalah balok utama longitudinal atau stringer atau
girder, plat lantai, dan pengaku (bracing atau stiffner), sedangkan bagian sekunder
dari struktur atas antara lain adalah parapet, alat sambung dek, dan lain sebagainya.
a. Bangunan Atas
2. Rangka jembatan terbuat dari baja profil seperti type WF, sehingga lebih baik
dalam menerima beban – beban yang bekerja secara lateral (beban yang bekerja
tegak lurus terhadap sumbu batang).
3. Trotoar Merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya
lebih tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup
untuk dua orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 0,5 – 1,5 meter dan
dipasang pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb)
dipasang lis dari baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan
roda kendaraan.
4. Lantai Kendaraan Merupakan lintasan utama yang dilalui kendaraan, lebar jalur
kendaraan yang diperkirakan cukup untuk berpapasan, supaya jalan kendaraan
dapat lebih leluasa. Dimana masing – masing lajur umumnya memiliki lebar
2,75 meter.
6. Ikatan Angin Atas / Bawah dan Ikatan Rem Ikatan angin berfungsi untuk
menahan atau melawan gaya yang diakibatkan oleh angin, baik pada bagian atas
maupun bagian bawah jembatan agar jembatan dalam keadaan stabil.
8
Gambar Lantai Kendaraan
2.5.2 Struktur Bawah (Sub Structure)
b. Bangunan bawah
2. Abutment Abutment atau kepala jembatan adalah salah satu bagian konstruksi
jembatan yang terdapat pada ujung – ujung jembatan yang berfungsi sebagai
pendukung bagi bangunan diatasnya dan sebagai penahan tanah timbunan oprit.
Konstruksi abutment juga dilengkapi dengan konstruksi sayap untuk menahan
tanah dengan arah tegak lurus dari as jalan. Bentuk umum abutment yang sering
dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada prinsipnya
semua sama yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang paling
dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah dasar dan
penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat dibuat
dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti dinding
atau tembok.
9
3. Pilar (Pier) Pilar adalah suatu bangunan bawah yang terletak di tengah – tengah
bentang antara dua buah abutment yang berfungsi juga untuk memikul beban –
beban bangunan atas dan bangunan lainnya dan meneruskannya ke pondasi
serta disebarkan ke tanah dasar yang keras.
5. Pelat Injak Pelat injak berfungsi untuk menahan hentakan pertama roda
kendaraan ketika akan memasuki awal jembatan. Pelat injak ini sangat
berpengaruh pada pekerjaan bangunan bawah, karena bila dalam pelaksanaan
pemadatan kurang sempurna maka akan mengakibatkan penurunan dan plat
injak akan patah.
a. Beban permanen :
10
MA beban mati perkerasan dan utilitas,
PR prategang
b. Beban Transien :
Berat sendiri adalah berat bahan danbagian jembatan yang merupakan elemen
struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.
11
2.6.3 Beban Mati Tambahan (MA)
Beban mati tambahan (MA) adalah berat elemen non struktural yang
membentuk suatu beban pada jembatan, dan besarnya dapat berubah selama umur
jembatan.
Beban lalu lintas untuk rencana jembatan jalan raya terdiri dari beban lajur
“D” dan beban truk “T”. Pembebanan lajur “D” ditempatkan melintang pada lebar
penuh dari jalan kendaraan. Jembatan dan menghasilkan pengaruh pada jembatan
yang ekivalen dengan rangkaian kendaraan sebenarnya. Beban truk “T” adalah
berat kendaran tunggal dengan tiga gandar yang ditempatkan pada berbagai posisi
sembarang pada lajur lalu lintas. Tiap gandar terdiri dari dua pembebanan bidang-
bidang kontak yang dimaksud agar mewakili pengaruh roda kendaraan berat
(trailer). Beban satu truk “T” ini hanya boleh ditempatkan per lajur lalu lintas
rencana. Pada umumnya beban lajur “D” akan memberikan efek yang lebih
maksimum pada jembatan-jembatan bentang menengah dan panjang
sehingga untuk analisa struktur jembatan bentang menengah dan panjang hanya
akan menggunakan beban lajur “D”. Sedangkan untuk jembatan-jembatan bentang
pendek dan sistem lantai deck, efek beban truk “T” akan lebih maksimum
dibandingkan dengan efek beban lajur “D”
12
Beban Lajur D terdiri dari beban terbagi rata (BTR) yang digabung dengan
beban garis terpusat (BGT) Beban terbagi rata (BTR) mempunyai intensitas q kPa,
dengan q tergantung pada panjang bentang yang dibebani total (L) sebagai berikut:
13
Gambar Beban Truk T
14
Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari 10000 mm
diatas permukaan tanah atau permukaan air, kecepatan angin rencana VDZ, harus
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan tidak adanya data yang lebih tepat, tekanan angin rencana dalam Mpa dapat
ditetapkan dengan menggunakan persamaan berikut :
Pᴅ = Pb x (Vᴅz/Vb)…………………………………………….(2.4)
EQ = Csm/Rd xwt……………………………………………..(2.5)
15
c. Stabilitas Dinamis
Beberapa jembatan mungkin mengalami beban dinamis seperti getaran dari
lalu lintas atau gempa bumi. Analisis dinamis diperlukan untuk memastikan bahwa
jembatan dapat menanggung beban ini tanpa mengalami kegagalan.
16
BAB III
PERHITUNGAN KONSTRUKSI JEMBATAN
17
Tabel 3. 3 Jenis Abutment Jembatan
b. Pondasi
Penentuan jenis pondasi dilihat dari kedalaman lapisan tanah pendukung.
Bentuk alternatif pondasi tertera pada tabel dibawah ini :
- Bentang Jembatan : 23 m
18
- Lebar Jembatan : 4,25 m (2 lajur)
d. Abutment = K – 250
2. Baja Tulangan
Tulangan yang digunakan dalam perencanaan ini adalah tulangan yang ada
dipasaran dengan alasan mudah didapat dan umum bagi pelaksana dilapangan.
Mutu baja yang digunakan :
d. Mutu baja railing mengikuti SK-SNI yang ada atau Standard ASTM
19
3. Balok Prategang
Balok prategang yang digunakan dengan dimensi yang sudah ada dengan tinggi
balok 7,5 m dan panjang 17 m.
5. Elastomer
6. Pipa baja
Pipa baja digunakan dalam sandaran. Dipasang pada jarak tepi 150 cm dan
jarak tengah setiap 200 cm. Diameter pipa yang digunakan Ø 7,63 cm.
20
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
B. Bahan Struktur
mutu beton : k-300
kuat tekan fc' = 0.83* K/10 = 24,9 Mpa
modulus elastik Ec = 4700*√ fc' = 23452,95 Mpa
angka poisson ʋ = 0,2
koefisien muat panjang untuk beton G = Ec/[2*(1+ʋ)] = 9772,063711 Mpa
ἀ= 1.0.E-05 /
21
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
mutu baja:
untuk baja tulangan dengan Ø > 12 mm : U- 24
tegangan leleh baja fy = U*10 = 390 Mpa
untuk baja tulangan dengan Ø < 12 mm: U = 24
tegangan leleh baja fy = U*10 = 240 Mpa
specific gravity:
berat beton bertulang wc = 25 kN/M³
berat betin tidak bertulang (beton rabat) w'c = 24 kN/M³
berat aspal padat wa = 22 kN/M³
C. Analisis Beban
1. Berat Sendiri (Ms)
faktor beban ultimit Kms = 1,3
SNI 2016
berat sendiri ( Self Weight ) adlah berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non-struktural yang dipikulnya dan
bersifat tetap. Beban berat sendiri balok diafragma pada girder dihitung sbb:
22
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
Gaya geser dan momen pada I-Girder akibat berat sendiri (MS):
VMs = 1/2 * QMS *L = 267,188 Kn
MMS = 1/8 *QMS *L = 66,797 kNm
SNI 2016
Beban mati tambahan ( superimposed dead load ),adalah berat seluruh bahan yang
menimnulkan suatu beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktual, dan
mungkin besarnya berubah selama umur jembatan, jemabtan dianalisis harus mampu
memikul beban tambahan seperti :
1. Penambahan lapisan aspal ( overlay) dikemudian hari,
2. Genangan air hujan jika sistim drainase tidak bekerja dengan baik,panjang bentang Girder, L= 23 m
Gaya geser dan momen pada I-Girde akibat beban tambahan (MA):
V MA = 1/2*QMA*L = 48,875 kN
MMA = 1/8*QMA*L = 12,219 kN/m
23
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
SNI 2016
Beban kendaraan yang berupa beban lajur "D" terdiri dari beban terbagi rata (Uniformly
Distibuted Load) ,UDL dan beban garis (Knife Edge Load), KEL seperti pada gambar di bawah
ini UDL mempunyai intensitas q (kPa) yang besarnya tergantung pada panjang bentang L
Yang dibebani lalu lintas seperti gambar dibawah ini:
SNI 2016
24
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
a= 5,00 m
b= 4,00 m
L= 23 m
Gaya geser dan momen pada T-Girger akibat beban truk "T" :
VT T =Ʃ (V*P)*PT T = 267,513 kN
MT T = Ʃ (m*P)*PT T = 849,023 kNm
Gaya geser dan momen yang terjadi akibat pembebanan lalu-lintas, diambil yang memberikan pengaruh terbesar
terhadap T-Girder diantara beban "D" dan beban "T".
Gaya geser maksimun akibat beban , T VT T = 267,513 kN
Momen maksimum akibat beban , D MT D = 849,023 kNm
SNI 2016
Pengaruh pengereman dari lalu-lintas diperhitungkan sebagai gaya dalam arah memanjang,
dan dianggap bekerja pada jarak 1.80 m diatas lantai jembatan,besarnya gaya rem arah
memanjang jembatan tergantung panjang total jembatan (Lt) sebagai berikut:
Gaya rem, HTB = 250 Untuk Lt ≤80 m
Gaya rem, HTB = 250 + 2.5*(Lt-80) untuk 80 < Lt <180 m
Gaya rem, HTB = 500 untuk Lt ≥ 180m
25
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
L= 23 m
Panjang bentang Girder, n girder = 6 bh
jumlah girder HTB = 250 kN
jarak antara girder s= 1,5 m
Gaya rem untuk Lt ≤ 80 m: TTB = HTB/n girder = 42 kN
Gaya rem juga dapat diperhitungkan sebesar 5% beban laju "D" tanpa faktor beban dinamis,
Gaya rem TTB = 5% beban lajur "D" tanpa faktor beban dinamis,
QTD = q *S = 13,5 kN/m
PTD = P *S = 73,5 kN
TTB = 0.05 * (QTD*L+PTD) = 19,2 kN
Diambil dari gaya rem < 41,67 kN
TTB = 41,67 kN
SNI 2016
Gaya angin tambahan arah horizontal pada permukaan lantai jembatan akibat beban angin yang
meniup kenderaan diatas lantai jembatan dihitung dengan rumus :
TEW = 0.0012*Cw*(Vw)² Kn/m² dengan, Cw = 1,20
SNI 2016
SNI 2016
26
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
27
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
Berat total yang berupa berat sendiri dan beban mati tambahan :
Wt = QMS + QMA
Berat sendiri QMS = 23,234 kN/m
Beban mati tambahan QMA = 4,25 kN/m
Panjang bentang L= 23 m
Berat total Wt = (QMS+QMA)*L = 632,125 kN
ukuran girder h= 1,2 m
Momen Inersial penampang girder I =1/2*b*h³ 0,3 m4
Modulus elastik beton Ec = 23452,95 Mpa
Ec = 23452952,91 kPa
kekuatan lentur Girder Kp = 48*Ec*I/L³ = 27757,26 kN/m
Waktu Girder T [ Wt/(g*Kp)] = 0,3026 detik
28
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
data gempa menggunkan SNI 2002 yang terdapat wilayah sumatra selatan
lokasi wilaya gempa Wilayah = 2 palembang
koefisien geser dasar C= 0,760
Untuk struktur jembatan dengan daerah sendi plastis beton beton bertulang, maka faktor tipe struktur dihitung
dengan rumus S = 1.0*F
dengan , F = 1.25 - 0.025 *n dan F diambil ≥ 1
F = faktor perangkkaan
n = jumlah sendi plastis yang menahan deformasi struktur
untuk nilai , n = 1 maka : n= 1
F = 1.25-0.025 * n = 1,225
Faktor tipe struktur S = 1.0*F = 1,225
koefisien beban gempa horisontal Kh = C*S = 0,931
koefisien beban gempa vertikal Kv = 50% * Kh = 0,1 > 0.1 CEK OK
diambil koefisien gempa vertikal Kv = 0,1
GAMABR
Faktor
No Jenis Beban Komb-1 Komb-2 Komb-3
Beban
1 Berat Sendiri (MS) 1,30 √ √ √
2 Beban mati tambahan (MA) 2,00 √ √ √
3 Beban laju 'D' (TD) 2,00 √ √ √
4 Gaya rem (TB) 2,00 √ √
5 Beban angin (EW) 1,20 √
6 Pengaruh Temperatur (ET) 1,20 √
7 Beban gempa (EQ) 1,00 √
Faktor
No Jenis Beban Komb-1 Komb-2 Komb-3
Beban
1 Berat Sendiri (MS) 1,30 √ √ √
2 Beban mati tambahan (MA) 2,00 √ √ √
3 Beban laju 'D' (TD) 2,00 √ √ √
4 Gaya rem (TB) 2,00 √ √
5 Beban angin (EW) 1,20 √
6 Pengaruh Temperatur (ET) 1,20 √
7 Beban gempa (EQ) 1,00 √
30
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
PEMBESIAN GIRDER
9. Pembesian Girder
9.1 Tulangan Lentur
Momen rencana ultimit girder, Mu = 1914,256 Mpa
Mutu beton : fc' = 40 Mpa
Mutu baja tulangan : fy = 240 Mpa
Tebal Sleb beton : ts = 200 mm
Lebar badan girder : b = 500 mm
Tinggi girder, h = 1200 mm
Lebar sayap I-Girder diambil nilai yg terkecil, gabungan plat lanati L/5 = 11500 mm
s = 1500 mm
23 × ts = 4600 mm
diambil lebar efektif sayap I-Girder,beff = 2000 mm beff = 1500 mm
jarak pusat tulangan terhadap sisi luar beton, d' = 150 d'= 150 mm
modulus elastis baja Es = 2.00 E + 05 Mpa Es = 2.0.E+05 Mpa
faktor bentuk distribusi tegangan beton, β1 = 0,85
31
32
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
34
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
35
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
ABDUL RASYID
10. BALOK DIAFRAGMA 2020250056
10.1 BEBAN PADA BALOK DIAFRAGMA
Distribusi beban lantai pada balok diafragma adalah sebagai berikut :
Ukuran balok diafragma,
Lebar bd = 0,3 m
Tinggi hd = 0,5 m
panjang bentang balok diafragma
s= 1,5 m
tebal lantai
ts = 0,2 m
36
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
37
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
38
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
2. Akibat beban mati (PLL), menggunakan muatan "D" pada RSNI 2016
a. Beban garis muatan "D"
Lebar jalur = 3.5 m
P = 12 ton beban P
B=9m
K=1
L = 23 m
P1 = ( 12 x x x ) x 1 = 82.286 ton
346,97
P =( → ) = 324,2 ton
39
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
2. Tekanan tanah ( Ta )
a) Beban Q1 = lapisan aspal penestrasi dan perkerasan
0.20 x 7.00 x 2 = 3 ton
λa = tg² ( 45 °- 45 ° )) = 0,172
2
Ea₁ = q . Λa . H²
⁼ 5.50 x 0.172 x 5.10
₌ 4.81 ton/m
3. Gaya Rem ( R ) yang bekerja horizontal dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap
setinggi 1.20 m diatas permukaan lantai jembatan (RSNI).
⁼ 5.8 + 2.18
⁼ 7,98 ton
Ea1 = q . λa . h
= 4.81 ton/m
Ea2 = ½ . λa . ϒ. h²
= 3.80 ton/m
∑MV =
+ + + + + + +
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
Ea1 = q . λa . h
= 4.81 ton/m
Ea2 = ½ . λa . ϒ. h²
= 3.80 ton/m
= 0.58 + 0.31 + 0.20 + 0.19 + 2.64 + 4.03 + 3.34 + 0.38 + 11.18 - 12.3 - 6.45 - 12.90
= -8,80
σ= → = 12.68 -5.15
Diagram Tegangan :
44
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
Penarikan panjang tiang ditentukan dari data hasil sondir dikurangi ± 4 dari nilai pembacaan
ujung konis dan jumlah hambatan pelekat ( NK & JHP ) Pada grafik sondir.
Misalnya di contoh ini : nilai konis pada kedalaman 15.00 m 75 kg/m²
Ukuran Sumuran = ø 2 m → A = 31400 Cm²
Panjang Sumuran 15.00 m - 4 d → 15.00 - ( 4 x 0.02 ) = 14.92 m
Angkat keamanan (SF) = 2.5
45
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
MBA = - 1/8. q. l²
= − 1/8 x 99 x 0.60²
= -4,455
MBC = 1/12. q . L²
= 1/12 x 99 x 2.00²
= 33
MCD = -33 46
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
MBA = - 1/8. q. l²
= − 1/8 x 99 x 0.60²
= -4,455
MBC = 1/12. q . L²
= 1/12 x 99 x 2.00²
= 33
MCD = -33
TABELLARIS MOMEN :
T. Simpul A B C D
Batang AB BA BC CB CD DC
Fij − 0,71 0,29 0,29 0,71 −
M.Primer 0 −4.25 33 −33 4,45 0
−20.22 −8.25 8,25 20,22
−10.11 4,12 −4.12 10,11
−2.29 −1.20 1,20 2,29
−1.14 0,6 −0.6 1,14
−0.42 −0.174 0,174 0,42
−0.12 0,08 −0.08 0,12
−0.05 −0.02 0,02 0,05
−0.025 0,01 −0.01 0,025
−0.00 0,00 0,00 0
M. Akhir −11.395 −38.1 38,1 −38.1 38,1 11,395
0 0
Arah dibalik 11,395 38,1 −38.1 38,1 −38.1 −11.395
Free Body :
∑MB = 0
VA = 1/2 . q . I + MBA
l
= 1/2.99. 0.60 + −38.1
0,6
= -33,80 ton
Mx = VA . X -½.q.x² ∑MA = 0
dMx Vbki = 1/2 . q . I + MBA
⁼ → VA-qx = 0
dx l
VA 38,1 = 1/2.99.0.60 + 35,14
→x= ⁼ 0.38 m
q 99 0,6
Mmax = −33.80 x 0.35 - 1/2 . 99 x 0.35² = −17.89 ton.m = 93,20 ton
47
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
∑MC = 0
VB ka = 1/2 . q . I - MCD + MCB
I I
= 1/2.99.2.00 + 38,1 + − 38.1
2 2
= 137.1 ton
∑MB = 0
VC ki = 1/2 . q . I - MCD + MCB
I I
= 1/2.99.2.00 + 35,14 + − 35.14
2 2
Mx = VB . X -½.q.x² - MBC = 137.1 ton
dMx
⁼ 0 → VB-qx = 0
dx
VA 38,1
→x= ⁼ 1.00 m
q 99
Mmax = 99 x 1.00 - 1/2 . 99 x1.00² X + −38.1 = 11.4 m
Pembesian :
Mmax = 38.1 ton ke kg.m = 38100
d = 50 cm
h = 50 - 5 = 45 cm
momen maksimum akibat tegangan itu akan diterima oleh daerah kritis dan akan mengalami geser
pons (PBI 1971 )
Ca = 45
=
⁼ 29.07
ẟ = 0.2 ; ҩ₀ ₌ σₐ
n.σᵇ
ҩ₀ → 1400
₌ 0.840
ҩᵇ nilai dari perhitungan tegangan beton ,< 75 kg/cm² 22.2 x 75
dari tabrl : ҩ 2,846 > ҩ₀ → ok
σᵇ = σₐ → 1400
⁼ 22.15 kg/cm²
n.ҩ 22.2 x 2.846 < 75 kg/cm²
48
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
Tulangan :
A=ὠxbxh → 0,047 x 250 x 45 = 23,82
22,2
Dipakai besi : ᴓ 10 - 8.5 cm →
Cukup aman terhadap geser pons,
Akibat gaya lintang (Q),cek tulangan miring : Tijin = 6.5 kg/cm²
Qmax = Vmax = 137.1 ton
Tbu = Q → 137188 ⁼ 13.54 kg/cm²
b.Z 250 X 0.9 x 45
49
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
ABDUL RASYID
2020250056
50