Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI

HUKUM BAGI JUSTICE COLLABOLATOR (STUDI KASUS


PEMBUNUHAN BRIGADIR JOSHUA)
Proposal Jurnal

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Untuk

Memenuhi
Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana

Strata 1 (S1) Syariah dan Hukum

Oleh :
PUTRI DAYANI NASUTION
NIM : 0205203068

HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH & HUKUM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Mengetahui atas segala yang tidak saya
ketahui. Alhamdulillahirabbil`alamin, Segala puji hanya milik Allah yang telah
memberi nikmat yang tiada terkira khususnya kepada penulis,sehingga penulis bisa
menyelesaikan jurnal ini dengan judul. “ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM
TERHADAP SANKSI HUKUM BAGI JUSTICE COLLABOLATOR (STUDI
KASUS PEMBUNUHAN BRIGADIR JOSHUA)”Tidak luput pula shalawat serta
salam kepada Nabi junjungan alam, Rasulullah Saw, yang memiliki dedikasi yang
sangat tinggi terhadap agama Allah, semoga kita mendapatkan safaatnya di akhirat
kelak nanti. Jurnal ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
gelar sarjana (S1) di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Sebab penulis
masih memiliki kekurangan dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman, sehingga
banyak hambatan yang penulis hadapi dalam proses penyusunan jurnal, tetapi berkat
bimbingan serta arahan dari Ibu serta Bapak Dosen Pembimbing Jurnal ini dapat
diselesaikan. Penulis mengucapkan ribuan terima kasih, serta bapak/ibu dosen yang
telah memberikan penulis berbagai ilmu yang tiada tara. Dengan kerendahan hati,
Penulis menyampaikan bahwa jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki
kekurangan dan kejanggalan baik yang menyangkut teknis maupun segi ilmiahnya.
Oleh sebab itu penulis membuka diri untuk menerima kritikan serta saran dari para
pembaca dalam rangka perbaikan.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan ........................................................................................................ 1

Latar Belakang .............................................................................................................. 1

Rumusan Masalah ......................................................................................................... 9

Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 9

Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 9

Kajian Terdahulu ......................................................................................................... 10

Ruang Lingkup ........................................................................................................... 11

Kerangka Teori ........................................................................................................... 11

Metode Penelitian ....................................................................................................... 14

Sistematika Penulisan ................................................................................................. 16

Daftar Pustaka ............................................................................................................. 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Indonesia adalah Negara Hukum (Rechsstaat/The Rule of Law) yang didasari


oleh konstitusi Negara Republik Indonesia. Pasal 1 ayat (3) UndangUndang Dasar
1945 (UUD) menegaskan bahwa sebagai Negara Hukum, segala bentuk hukum di
Indonesia harus dapat memberikan perlindungan terhadap Hak Asasi setiap
orang/warga negara, memberikan rasa keadilan, kesejahteraan dan menjamin
ketertiban umum, memberikan kepastian hukum kepada setiap warga Negara-nya serta
memberikan dan menjamin perlakuan yang sama bagi setiap orang/ warga negara
dihadapan hukum (equality before the law). R. Sugandi, didalam penjelasan Pasal 10
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyatakan, bahwa “ yang dimaksud pidana
(hukuman) yang dijatuhkan oleh hakim dengan vonis kepada orang yang melanggar
UndangUndang Hukum Pidana” 1 .Dalam penentuan perbuatan mana yang dipandang
sebagai perbuatan pidana, menurut Muljatno, kita menganut asas yang dinamakan asas
legalitas (principle of legality), yakni asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan
pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan undang-undang (Pasal 1
ayat (1) KUHP) setidaknya-setidaknya oleh suatu aturan hukum yang telah ada dan
berlaku bagi terdakwa (Pasal 1 ayat (2) UUDS) sebelum orang dituntut untuk pidana
karena perbuatannya2 .Asas Legalitas dalam bahasa latin dikenal dengan Nullum
Delictum Nulla Poena Sine Pravia Lege Poenale, ini berasal dari Von Feuerbach,
Sarjana Hukum Pidana Jerman ( 1775-1833). Menurut Moeljatno, perumusan asas
legalitas tersebut berhubungan dengan teorinya yang dikenal dengan nama teori Von
Psychologischen Zwang, yaitu yang menganjurkan supaya dalam menentukan
perbuatan-perbuatan yang dilarang didalam peraturan bukan saja tentang macamnya
perbuatan yang harus dituliskan dengan jelas, tetapi juga tentang macamnya pidana

1
yang diancam. Dengan cara demikian ini, maka oleh orang yang akan melakukan
perbuatan pidana yang dilarang tadi lebih dulu telah diketahui pidana apa yang akan
dijatuhkan kepadanya jika perubatan itu dilakukan.1

Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran


dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan
hukuman yang merupakan suatu penderitaan atau siksaan. Dalam hukum pidana
Indonesia, kita mengenal adanya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van
Strafrecht) atau yang sering disebut dengan KUHP, merupakan pokok dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang hukum pidana yang berupa “pelanggaran
dan kejahatan” terhadap norma-norma hukum mengenai kepentingan umum yang
berlaku di Indonesia. KUHP memuat peraturan-peraturanpidana yang berlaku terhadap
segenap penduduk dari seluruh Indonesia, karena ia dibuat oleh Badan Legislatif yang
tertinggi dan sesuai dengan asas unifikasi hukum. 2

Selain hukum pidana, di Indonesia terdapat hukum yang berlaku secara formal,
yaitu hukum adat dan hukum Islam. Namun hukum Islam yang berlaku di Indonesia
umumnya hanya mengatur tentang hal hal yang bersifat kekeluargaan atau yang
mengatur tentang hubungan antar individu, misalnya masalah perkawinan dan
kewarisan, ini pun hanya berlaku bagi warga Negara Indonesia yang beragama
Islam.dalam hukum Islam juga mengatur tentang macam-macam perbuatan yang
dilarang menurut syara’ (syari’at) atau yang disebut dengan jinayat. Adapun perbuatan
yang termasuk dalam jinayat antara lain, mencuri, berzina, minum-minuman keras,
murtad, pembunuhan, dan masih ada beberapa perbuatan lain yang dilarang oleh
syara’. Dari beberapa contoh jinayat diatas, salah satu perbuatan yang paling dilarang
atau dilaknat oleh Allah SWT ialah membunuh atau menghilangkan nyawa seseorang.

1 Nugroho Prio Utomo ..Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Penjara Seumur Hidup
Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri
Sleman.(Jurnal, Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta:2013)
2
Besse Muqita Rijal Mentari .Saksi Pidana Pembunuhan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Dengan Hukum Islam. Jurnal Ilmiah Hukum. Vol. 23, No. 1 (Mei 2020) 01 – 38.hal 3

2
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat An-Nisa’ Ayat 93. Dalil
tersebut menegaskan bahwa balasan terhadap orang yang melakukan pembunuhan
adalah siksaan yang teramat pedih di akhirat dan di kutuk oleh Allah SWT. Begitupula
dalam hukum pidana Indonesia, pembunuhan atau merampas nyawa orang lain juga
merupakan salah satu perbuatan pidana dengan sanksi yang sangat berat. Dalam KUHP
tindak pidana pembunuhan salah satunya dikenal dengan pembunuhan yang tidak
disengaja (culpose misdrijven). Selain itu terdapat pembunuhan yang disengaja atau
direncanakan (dolus misdrijven). Pada pembunuhan yang direncanakan terlebih
dahulu, ancaman hukumannya lebih berat daripada yang tidak direncanakan terlebuh
dahulu.

Justice Collaborator adalah tersangka yang terlibat dalam organisasi kejahatan


dan sudah melakukan suatu tindak pidana baik atas inisiatif sendiri ataupun atas
permintaan aparatur hukum untuk berafiliasi dengan penegak hukum menemukan alat-
alat bukti dan barang bukti sehingga penyidikan dan penuntutan bisa berjalan efektif.
3
Perlindungan hukum bagi Justice Collaborator dapat memberikan rasa aman untuk
seseorang dalam memberikan kesaksiannya kepada penegak hukum. Perlindungan
saksi Justice Collaborator memang belum diatur secara eksplisit dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) namun dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Saksi dan Korban (UU PSK), yang telah diratifikasi menjadi
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan United Nations
Convention Against Corruption, 2003 (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti
Korupsi, 2003) dan SEMA Nomor 04 Tahun 2011 Tentang Perlakuan Bagi Pelapor
Tindak Pidana (Whistleblower) dan saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice
Collaborator) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu perlindungan hukum saksi
Justice Collaborator sudah diatur secara eksplisit. Namun, dengan adanya UU
Perlindungan Saksi dan Korban, UNCAC dan SEMA Nomor 04 Tahun 2011 Tentang
Perlakuan Bagi Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan saksi Pelaku Yang

3Ardiva Naufaliz Azzahra .Perlindungan Hukum Bagi Justice Collaborator Dalam Tindak Pidana
Korupsi Menurut Uu Perlindungan Saksi Dan Korban. Jurnal Verstek Vol. 10 No. 1 ( Januari - April
2022 ) hal 2

3
Bekerjasama (Justice Collaborator) di dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu
perlindungan hukum saksi Justice Collaborator tersebut belum tentu dapat
mengakomodir seluruh aspek perlindungan hukum yang akan didapatkan oleh Justice
Collaborator. Kurangnya pemahaman aparat penegak hukum dalam penerapan
perlindungan hukum yang selayaknya didapatkan oleh Justice Collaborator,
menyebabkan koordinasi antar penegak hukum terganggu.

Pada Pasal 338.: Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama larmanya lima belas
tahun.

Pasal 339.: Makar mati diikuti, disertai atau didahului dengan perbuatan yang
dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan atau
memudahkan perbuatan itu atau jika tertangkap tangan akan melindungi dirinya atau
kawan-kawannya dari pada hukuman atau akan mempertahankan barang yang
didapatnya dengan melawan hak, dihukum penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.4

Pasal 340. :Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pem- bunuhan direncanakan (moord),
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lama
dua puluh tahun

Pembunuhan dengan sengaja ini diatur dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat
178, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari

4
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor : 2018), Hal: 240-241

4
Tuhan. kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka
baginya siksa yang sangat pedih”

Pada pasal 10 A 5

(1) Saksi Pelaku dapat diberikan penanganan se- cara khusus dalam proses
pemeriksaan dan penghargaan atas kesaksian yang diberikan.

(2) Penanganan secara khusus sebagaimana di- maksud pada ayat (1) berupa:

a. pemisahan tempat penahanani atau tempat menjalani pidana antara Saksi Pelaku de
ngan tersangka, terdakwa, dan/atau nara- pidana yang diungkap tindak pidananya,

b. pemisahan pemberkasan antara berkas Saksi Pelaku dengan berkas tersangka dan
terdakwa dalam proses penyidikan, dan penuntutan atas tindak pidana yang,
diungkapkannya, dan/atau

c. memberikan kesaksian di depan persi- dangan tanpa berhadapan langsung de ngan


terdakwa yang diungkap tindak pidananya.

(3) Penghargaan atas kesaksian sebagaimana di-maksud pada ayat (1) berupa:

a. keringanan penjatuhan pidana; atau

b. pembebasan bersyarat, remisi tambahan, dan hak narapidana lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Saksi Pelaku yang berstatus nara-
pidana.

(4) Untuk memperoleh penghargaan berupa ke- ringanan penjatuhan pidana


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, LPSK mem- berikan rekomendasi secara
tertulis kepada penuntut umum untuk dimuat dalam tun- tutannya kepada hakim.

(5) Untuk memperoleh penghargaan berupa pem- bebasan bersyarat, remisi tambahan,
dan hak narapidana lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b, LPSK

5Amandemen undang-undang psk uu ri no 31 tahun 2014 tentang perlindungan saksi dan korban hal
9-10

5
memberikan rekomendasi secara tertulis kepada menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.

Pada kasus pembunuhan Brigadir Joshua terdakwa Richard Eliezer


menceritakan momen ketika ia diperintah Ferdy Sambo untuk membunuh Brigadir
Yosua pada 8 Juli 2022 silam. Awalnya, hakim pu bertanya apa perintah yang
disampaikan Sambo kepada pada waktu itu."Saudara disampaikan Ferdy Sambo pada
waktu itu apa?," tanya hakim pada Richard, dikutip dari siaran kanal YouTube
KOMPASTV, Kamis, 5 Januari 2023. Kemudian Richard Eliezer mengatakan awalnya
dia ditanyai oleh Sambo soal peristiwa yang terjadi di Magelang pada 7 Juli 2022.
Richard Eliezer pun mengaku tidak tahu. Setelah itu, katanya, Sambo menyebut Yosua
telah melecehkan Putri Candrawathi yang merupakan istri Sambo.Hal itu disampaikan
Eliezer saat diperiksa sebagai terdakwa dalam sidang pembunuhan Yosua di PN Jaksel,
Kamis, 5 Januari 2023. Eliezer mengatakan perintah itu didapatnya langsung dari
Sambo pada 8 Juli 2022.Pada momen itulah Sambo memerintahkan Eliezer untuk
membunuh Yosua. Mulanya, Richard menyebut Ferdy Sambo sempat menangis ketika
menceritakan peristiwa pelecehan Putri Candrawathi di Magelang."Terus diam, diam,
terus nangis lagi Yang Mulia. Baru dia bilang memang kurang ajar anak itu sudah
enggak menghargai saya, dia sudah menghina harkat, pangkat dan martabat saya. Gak
ada gunanya pangkat saya ini Chad kalau keluarga saya dibeginikan. Terus dia bilang
ke saya, memang harus dikasih mati anak itu," Kata Eliezer.Richard juga mengaku
bahwa pada saat itu Sambo menceritakan kejadian tersebut ia merasa bingung dan
kaget juga karena tidak tahu kejadian di Magelang tersebut.Setelah itu Richard juga
merasa bersalah dengan kejadian yang telah menimpa Putri, karena yang bertanggung
jawab dalam hal tersebut menurut Richard ialah dirinya, almarhum Yosua dan
Ricky."Habis itu dia maju, Yang Mulia. Mengubah posisi, pertama kan biasa duduk,
lalu merapat ke saya. Baru dia lihat saya, Nanti kamu yang bunuh Yosua ya dia bilang
ke saya. Kalau kamu yang bunuh nanti saya jaga kamu, kalau saya yang bunuh nggak
ada yang jaga kita lagi Chad. Saya saat itu cuma jawab 'siap Bapak'," kata
Richard.Dalam hal ini Richard duduk sebagai terdakwa bersama Ferdy Sambo dan

6
Putri Candrawathi yang didakwa melakukan tindak pidana pembunuhan berencana
terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.Tindak pidana itu juga
dilakukan bersama-sama dengan Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf. Kemudian
mereka didakwa telah melanggar Pasal 340 subsider Pasal 338 juncto Pasal 55 ayat 1
ke-1 KUHP.Sementara itu, pembunuhan terhadap Brigadir Yosua terjadi pada Jumat,
8 Juli 2022 di rumah dinas Sambo nomor 46 yang terletak di Kompleks Polri, Duren
Tiga, Jakarta Selatan. Dalam surat dakwaan, Richard Eliezer dan Sambo disebut
menembak Brigadir Yosua.Adapun latar belakang pembunuhan diduga karena Putri
telah dilecehkan Brigadir J saat berada di Magelang pada Kamis, 7 Juli 2022. Namun
dugaan ini telah dibantah oleh pihak keluarga Brigadir Yosua.

Awalnya Bharada Richard Eliezer atau Bharada E seolah menghilang beberapa


hari usai penembakan di Duren Tiga rumah Dinas Ferdy Sambo. Namun, mendadak
kemunculan Richard Eliezer saat itu membuat heboh publik di seantero nusantara.
Pasalnya Bharada Richard Elizer Pudihang Lumiu muncul dan langsung menyatakan
diri bersedia menjadi justice collaborator atau saksi kunci yang siap membuka semua
tabir dan sandiwara pembunuhan terhadap Brigadir J atau Brigadir Yosua Hutabarat.
Banyak masyarakat saat itu bertanya-tanya apa motif Bharada E atau Richard Eliezer
saat itu berbalik arah? Kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat itu, Bharada
E atau Richard Eliezer merasa kecewa usai ditetapkan sebagai tersangka, padahal
sebelumnya Ferdy Sambo menjanjikan adanya penghentian kasus (SP3) atas kematian
Brigadir J.Kekecewaan terhadap Ferdy Sambo itulah membuat Bharada E atau Richard
Eliezer tergugah untuk membuka kasus penembakan terhadap Brigadir J secara
gamblang dan terang benderang. Pengakuan Richard Eliezer atau Brigadir E kepada
Kapolri itu terungkap saat Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menghadiri RDP
bersama Komisi III DPR RI pada tanggal 24 Agustus 2022. Diberitakan sebelumnya
awalnya Brigadir J alias Yoshua disebut tewas setelah terlibat baku tembak dengan
Richard Eliezer atau Bharada E. Polri menyatakan kronologi itu dibuat Sambo untuk
menutup peristiwa. Polri menyatakan kronologi itu dibuat Sambo untuk menutup
peristiwa yang sebenarnya. Keterangan yang disampaikan Bharada E alias Richard

7
Eliezer pun akhirnya mematahkan alibi atau skenario yang dibuat Sambo. "Faktanya
Richard Eliezer atau Bharada E tetap menjadi tersangka sehingga kemudian atas dasar
tersebut, Bharada E alias Richard Eliezer menyampaikan akan mengatakan atau
memberikan keterangan secara jujur dan terbuka. Hal itulah yang mengubah semuanya
menjadi terang benderang.Tak berselang lama setelah ditetapkan sebagai tersangka,
Bharada E alias Richard Eliezer meminta didampingi pengacara baru. Selain itu, dia
menolak bertemu dengan Ferdy Sambo. Pada awal kasus ini terungkap, Richard Eliezer
alias Bharada E didampingi pengacara yang ditunjuk Sambo. Setelah itu, dia
didampingi pengacara nyentrik Deolipa Yumara dan M Boerhanudin. Keterangan
Bharada E atau Richard Eliezer saat awal menyatakan diri jadi JC, adalah Brigadir J
alias Yoshua terkapar bersimbah darah. Saat itu Sambo berdiri di depan jenazah
Brigadir J alias Yoshua. Sambo menyerahkan senjata kepada Richard Eliezer atau
Bharada E.Saat itu Bharada E alias Richard Eliezer menyampaikan bahwa melihat
almarhum Yoshua terkapar bersimbah darah, Ferdy Sambo berdiri di depan dan
memegang senjata lalu diserahkan kepada Bharada E alias Richard Eliezer," ujarnya.
Tim khusus (timsus) yang menangani kasus Ferdy Sambo kemudian melapor ke
Kapolrsi. Kapolri lantas meminta timsus menghadapkan Eliezer secara langsung.Pada
kasus penembakan Brigadir J alias Yosua Hutabarat yang didalangi Ferdy Sambo
sendiri melibatkan 15 saksi dari berbagai instansi seperti Brimob, Propam hingga
eksternal Polri. Kabag Penum Divhumas Polri Kombes Nurul Azizah mengatakan ada
15 orang saksi yang dihadirkan dalam sidang etik yang dijalani Sambo. Para saksi
berasal dari beberapa instansi, dari Brimob, Propam, hingga eksternal. Bahkan,
sejumlah saksi tersebut berasal dari beberapa penempatan khusus (patsus) seerti Provos
Divpropam Polri dan Bareskrim. Saksi yang dimaksud seperti dari Patsus Brimob ada
Brigjen Hendra Kurniawan, Brigjen Benny Ali, Kombes Agus Nurpatria, Kombes
Susanto, Kombes Budhi Herdi. Berikutnya saksi dari Patsus Provos ada AKBP Ridwan
Soplanit, AKBP Arif Rahman, AKBP Arif Cahya, Kompol Chuck Putranto, dan AKP
Rifarizal Samual.Sedangkan saksi dari Patsus Bareskrim saat itu ada Bripka Ricky
Rizal yang sudah divonis hakim 13 tahun penjara, Kuat Maruf yang divonis 15 tahun

8
penjara, serta Bharada E atau Richard Eliezer sendiri yang divonis hakim 1 tahun 6
bulan penjara.

Dengan persoalan-persoalan diatas maka peneliti mengamati dan tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM
TERHADAP SANKSI HUKUM BAGI JUSTICE COLLABOLATOR (STUDI
KASUS PEMBUNUHAN BRIGADIR JOSHUA)”

B.RUMUSAN MASALAH

A.Bagaimana Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukum Bagi Justice


Collabolator Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

B.Bagaimana Sanksi Hukum Pidana Positif Terhadap Justice Collaborator


Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

C.TUJUAN PENELITIAN

A. Untuk Mengetahui Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukum Bagi


Justice Collaborator Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

B.Untuk Mengetahui Sanksi Hukum Positif Terhadap Justice Collabolator


Dalam Tindak Pidana Pembunuhan

D.MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dilakukannya penelitian ini yaitu agar memberikan manfaat baik


manfaat teoritis dan praktis

A.Manfaat Teoritis

9
Merupakan manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu. Maka dari itu, manfaat ini
akan mampu memberikan dampak pada pengembangan ilmu yang diteliti dari segi
teoritis.

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi


pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang hukum baik hukum pidana
positif maupun hukum pidana islam.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mampu untuk memberikan ilmu
dan wawasan sekaligus sanksi yang diberikan kepada justice collabolator dal tindak
pidana pembunuhan baik dalam hukum islam dan hukum positif

B.Manfaat Praktis

Manfaat praktis memberikan dampak secara langsung terhadap komponen-komponen


pembelajaran.

1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan


kemampuan penulis dalam bidang hukum.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan jawaban


ataupun masukkan serta tambahan dibidang hukum mengenai sanksi yang diberikan
kepada justice collaborator dalam tindak pidana pembunuhan baik dalam hukum islam
dan hukum positif

E.KAJIAN TERDAHULU

Dalam kajian terdahulu peneliti Pada pengkajian ini setelah ditelusuri maka penulis
mendapatkan data yaitu sebagai berikut:

1.Skripsi yang di tulis oleh Nurhikmah Saleh dengan judul “Kajian Yuridis
Terhadap Justice Collaborator Dalam Mengungkap Tindak Pidana Korupsi “skipsi ini
membahas kajian yuridisnya yang dimana membahas terhadap tindak pidana korupsi
dari penelitian ini dapat dilihat perbedaannya.

10
2.Skripsi yang ditulis oleh Ilham Ohoirenan dengan judul “Tinjauan Hukum Justice
Collaborator Sebagai Upaya Pengungkapan Fakta Hukum Tindak Pidana
Pembunuhan”dalam penelitan ini membahas pengungkapan faktanya dan proses
pengungkapannya

Dengan demikian, jurnal yang akan saya tulis memiliki fokus yang lebih spesifik
Yaitu Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukum Bagi Justice Collabolator
(Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Joshua) dan untuk mengetahui tinjauan sanksi
terhadap justice collabolator dalam tindak pidana pembunuhan menurut hukum islam
dan positif.

F.RUANG LINGKUP

Ruang lingkup adalah uraian tentang batasan penelitian agar penelitian menjadi
terfokus pada ruang lingkupmasalah yang di inginkan. Ruang lingkup dalam penelitian
ini adalah tentang Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukum Bagi Justice
Collabolator (Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Joshua)

G.KERANGKA TEORI

Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai


landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk
mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan.

Adapun Kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:

1.Sanksi hukum pidan islam dan hukum positif

Dalam Hukum Islam

11
Pembunuhan dengan sengaja ini diatur dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat
178, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka,
hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan. kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka
baginya siksa yang sangat pedih”

Dalam Hukum Positif

Pada Pasal 338.: Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama larmanya lima belas
tahun.

Pasal 339.: Makar mati diikuti, disertai atau didahului dengan perbuatan yang
dapat dihukum dan yang dilakukan dengan maksud untuk menyiapkan atau
memudahkan perbuatan itu atau jika tertangkap tangan akan melindungi dirinya atau
kawan-kawannya dari pada hukuman atau akan mempertahankan barang yang
didapatnya dengan melawan hak, dihukum penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun.6

Pasal 340. :Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pem- bunuhan direncanakan (moord),
dengan hukuman mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lama
dua puluh tahun

6 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor : 2018), Hal: 240-241

12
2.Justice Collabolator

Justice collaborator disebut sebagai seorang pelaku tindak pidana yang telah
memberikan bantuan sebagai saksi kepada penegak hukum dalam pengungkapan suatu
tindak pidana dimana dia terlibat dalam tindak pidana tersebut.24 Pelindungan hukum
terhadap keberadaan justice collaborator perlu mendapatkan perhatian yang serius
mengingat pentingnya peranan seorang justice collaborator khususnya dalam
pengungkapan perkara tindak pidana pembunuhan Pelindungan terhadap justice
collaborator tercantum dalam Pasal 10 dan Pasal 10A Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2006 yang kini telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014
tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pelindungan
Saksi dan Korban.

LPSK akan melakukan komunikasi secara intens ketika akan melakukan


penetapkan seseorang menjadi Justice Collaborator, dengan tujuan agar tidak salah
dalam penerbitan Justice Collaborator. Justice Collaborator tersebut haruslah benar-
benar pihak yang mempunyai informasi cukup dalam perkara tindak pidana yang
terjadi sehingga dapat mempermudah aparat penegak hukum dalam membongkar
tindak pidana yang ada. Selain itu, Justice Collaborator dapat diajukan sendiri oleh
pelaku sendiri selama pelaku tersebut memenuhi syarat kualifikasi penetapan sebagai
Justice Collaborator iyalah sebagai berikut: 1. Tindak pidana yang diungkap
merupakan tindak pidana yang serius dan terorganisir; 2. Keterangan yang diberikan
harus signifikan, relevan dan benar-benar dapat dijadikan petunjuk oleh aparat penegak
hukum dalam mengungkapkan suatu tindak pidana; 3. Orang yang berstatus justice
collaborator bukanlah pelaku utama dalam perkara tersebut karena kehadirannya
sebagai justice collaborator untuk mengungkapkan siapa pelaku utama dalam kasus
tersebut, dan hanya berperan sedikit dalam perkara tersebut; 4. Mengakui perbuatannya
didepan hukum

3.Tindak Pidana Pembunuhan

13
Pembunuhan secara terminologi berarti perkara membunuh, atau perbuatan
membunuh. Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan
menghilangkan nyawa orang lain. Tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik
material bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat
yang dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang. Dalam KUHP,
ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan terhadap nyawa orang
lain diatur dalam buku II bab XIX, yang terdiri dari 13 Pasal, yakni Pasal 338 sampai
Pasal 350. Bentuk kesalahan tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini dapat
berupa sengaja (dolus) dan tidak sengaja (alpa). Kesengajaan adalah suatu perbuatan
yang dapat terjadi dengan direncanakan terlebih dahulu atau tidak direncanakan.Tetapi
yang penting dari suatu peristiwa itu adalah adanya niat yang diwujudkan melalui
perbuatan yang dilakukan sampai selesai.

H.METODE PENELITIAN

Di dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mengambil metode Penelitian


hukum normatif (legal research) biasanya “hanya” merupakan studi dokumen, yakni
menggunakan sumber bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan,
keputusan/ketetapan pengadilan, kontrak/perjanjian/akad, teori hukum, dan pendapat
para sarjana. Nama lain dari penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum
doktrinal, juga disebut sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen. 7Penelitian
dalam bahasa Inggris disebut research, adalah suatu aktivitas “pencarian kembali” pada
kebenaran (truth) Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan
analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.
Sistematis berarti dilakukan berdasarkan perencanaan dan tahapan-tahapan yang jelas.
Metodologis berarti menggunakan cara tertentu dan konsisten, yakni tidak ada hal yang
bertentangan dalam suatu kerangka tertentu. Sehingga mendapatkan hasil berupa

7
Muhaimin,metode penelitian hukum,mataram university press,2020 Hal 45

14
temuan ilmiah berupa produk atau proses atau analisis ilmiah maupun argumentasi
baru.8

A.Jenis Penelitian

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Library


Research (Penelitian Pustaka), maksudnya ialah penulis mengumpulkan data dengan
cara mencari dan melihat buku-buku, website, referensi-referensi yang berkaitan
dengan permasalahan yang penulis angkat

B.Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang berasal dari peraturan perundangundangan yang


berkaitan dengan materi penelitian .Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban.dan KUHP

b.Bahan Hukum Sekunder

Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan


bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum
primer adalah bukubuku, artikel, jurnal hukum, rancangan peraturan
perundangundangan, hasil karya ilmiah para sarjana, hasil-hasil penelitian, yang
tentunya mempunyai relevansi dengan apa yang hendak diteliti

C.Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu dokumentasi, yaitu fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk teks. Dalam

8 Muhaimin.op.cit h17-18

15
penelitian ini, penulis mencari dan mengumpulkan data dari Undang-
Undang/bukubuku yang terkait dengan materi yang penulis teliti.

I.SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk penelitian yang dilakukan ini, nantinya akan dilaksanakan penyusunan


ke dalam lima bab, di dalam setiap babnya ini nantinya akan terdirikan atas sub-sub
yang berdasarkan pada kajian yang peneliti akan laksanakan.

BAB I :PENDAHULUAN, merupakan yang berisi pendahuluan, latar belakang


masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian terdahulu, kerangka
teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI, Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang
pengertian.perlindungan .Sanksi Hukum Islam Dan Hukum Positif Terhadap Justice
Collabolator

BAB III : MEMBAHAS RUMUSAN MASALAH, Bab ini Menganalisis tentang


rumusan masalah untuk menemukan masalah dan solusi terhadap permasalahan yang
terjadi.

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN, Bab ini menjelaskan mengenai hasil


pembahasan yang akan memaparkan Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi
Hukum Bagi Justice Collabolator (Studi Kasus Pembunuhan Brigadir Joshua)

BAB V : PENUTUP, Bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisi
kesimpulan dan saran terkait dengan permasalahan yang ada.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Prio Utomo . .2013.Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana


Penjara Seumur Hidup Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana
(Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Sleman.,(Jurnal, Fakultas Hukum, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta:Yokyakarta)

Mentari Rijal , Muqita Besse Mentari Saksi Pidana Pembunuhan Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Dengan Hukum Islam, Jurnal Ilmiah Hukum. ,Vol.
23, No. 1 (Mei 2020) 01 – 38.

Azzahra ,Ardiva Naufaliz.Perlindungan Hukum Bagi Justice Collaborator Dalam


Tindak Pidana Korupsi Menurut Uu Perlindungan Saksi Dan Korban. Jurnal Verstek
Vol. 10 No. 1 ( Januari - April 2022 )

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Bogor : 2018).

Amandeme undang-undang psk uu ri no 31 tahun 2014 tentang perlindungan saksi dan


korban.

Muhaimin,metode penelitian hukum,mataram university press,2020

17

Anda mungkin juga menyukai