Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA

Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan


yang Dibina oleh Dr. Mutiara Felicita Amsal, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Vioni Yohana Mayzahra (23016292)


2. Aulia Ratu Kintani (23016138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


DEPARTEMEN BAHAS DAN SASRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadiran ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada kita semua. Sholawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan besar kita nabi Muhammad SAW
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen


pengampu mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Dr. Mutiara Felicita Amsal,
S.Pd.I., M.Pd. yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Dengan pertolongan dan hidayah-Nya pemakalah dapat menyusun


rangkaian makalah ini untuk memenuhi tugas Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan.

Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih banyak
kekurangan baik dari segi materi maupun penyusunan kata. Dengan demikian
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun dari kesempurnaan tugas ini selanjutnya.

Padang, 10 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar belakang masalah .................................................................................................


B. Rumusan masalah ..........................................................................................................
C. Tujuan penulisan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Pengertian Landasan Pendidikan .................................................................................... 3


B. Jenis Landasan Pendidikan ......................................................................................... 4
C. Penerapan Masing-Masing Landasan Pendidikan Dalam Pendidikan ...................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 17

A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
B. Saran .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan
isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya
hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh.
Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu
memperkokoh landasan pendidikannya. Mengingat hakikat pendidikan
adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para pendidik perlu
memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Konsep hakikat
manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek
pendidikannya.
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau
dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat
pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat
koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga
macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama dari
sudut praktek sehingga kita mengenal istilah praktek pendidikan, dan kedua dari
sudut studi sehingga kita kenal istilah studi pendidikan.
Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan. Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian landasan pendidikan ?
2. Apa sajakah jenis landasan pendidikan ?
3. Bagaimanakah penerapan masing-masing landasan dalam pendidikan ?

1
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian landasan pendidikan.
2. Mengetahui jenis landasan pendidikan.
3. Mengetahui penerapan masing-masing landasan dalam pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Pendidikan


Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Dari
Pengertian tersebut bisa artikan bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan
manusia , bersifat normative, dan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, praktik pendidikan tidak boleh
dilaksanakan secara sembarangan, namun praktek pendidikan harus terencana, jelas
dan tepat tujuannya agar bisa menghasilkan pendidikan yang kokoh dan berkualitas.
Untuk mendapatkan pendidikan yang kokoh dan berkualitas harus dimulai ldari
landasan pendidikan yang kuat. Landasan pendidikan ibarat pondasi dasar untuk
membangun pendidikan sesuai dengan cita cita bangsa yang tertuang dalam Tujuan
Pendidikan Nasional.
Dalam bahasa Inggris, landasan disebut dengan istilah foundation, yang dalam
bahasa Indonesia menjadi fondasi. Fondasi merupakan bagian terpenting untuk
mengawali sesuatu Dalam bahasa Indonesia, Istilah landasan mengandung arti
sebagai alas, dasar atau tumpuan (kamus besar bahasa Indonesia, 1995:560). Dari
beberapa pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa landasan adalah alas atau
dasar pijakan dari sesuatu hal, suatu titik tumpu atau titik tolak dari suatu hal, atau
suatu fondasi tempat berdirinya sesuatu hal. Sedangkan Pendidikan adalah bagian
penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya,
sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaia kegiatan menuju
pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti (Ardiyanadhian :2014).
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, bisa disimpulkan bahwa landasan
pendidikan adalah pedoman atau asumsi yang menjadi dasar atau titik tolak dalam
rangka praktik pendidikan menuju pendewasaan dan menuju kehidupan manusia

3
yang lebih berarti.

B. Jenis Landasan Pendidikan


Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu Landasan
yang bersifat material, dan Landasan yang bersifat konseptual. Landasan
pendidikan tergolong kedalam jenis yang bersifat konseptual. Landasan yang
bersifat konseptual pada dasrnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan,
kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar,
yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan
atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktek). Jenis landasan
pendidikan dapat diidentifikasi dan dikelompokan menjadi : 1) landasan
religious pendidikan, 2) landasan sosiologis pendidikan, 3) landasan
hukum/yuridis pendidikan, 4) landasan kultural pendidikan, 5) landasan
psikologis pendidikan.

1) Landasan Religius Pendidikan


Landasan Religius Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh :menurut
pandangan Agama Islam turunnya Al-Quran yang pertama kali adalah tentang
perintah membaca (Qs.Al-Alaq) , Qs.Almujadilah yang menjelaskan tentang
derajat orang berilmu, sebuah hadist yang mengatakan (HR.Ibnu Abdil Barr)
mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki laki maupun perempuan
(HR.Ibnu Abdil Barr) Implikasinya bahwa pendidikan adalah kewajiban , dan
ilmu sangat penting bagi kehidupan dunia akherat sampai sampai ada hadist
yang mengatakan : Barang siapa yang menghendaki kehidupan di dunia maka
wajib baginya memiliki ilmu,dan barang siapa yang menghendaki kehidupan
akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki
keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu ((HR.Turmudzi).
Pada landasan religius diperlukan penekanan pada tiga hal pokok yakni
keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam adalah makhluk tuhan, sikap yang
mendorong perkembangan dan peri kehidupan manusia berjalan ke arah dan

4
sesuai dengan kaidahkaidah agama, serta upaya yang memungkinkan
berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya
serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidahkaidah agama untuk
membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu (Marlina, 2019).
Budaya religius sekolah adalah upaya terwujudnya nilai-nilai ajaran
agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh
seluruh warga di sekolah tersebut. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi
dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti
tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan
ajaran agama. Pembudayaan nilai-nilai keberagamaan (religius) dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain melalui kebijakan pimpinan sekolah,
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler, serta
tradisi dan perilaku warga sekolah secara konsisten, sehingga tercipta religious
culture dalam lingkungan lembaga pendidikan (Khadavi, 2016).
Secara khusus akhlak guru tentunya berlandaskan kepada ajaran Islam
itu sendiri, yaitu Al-Quran dan hadis. Di dalam Al-Quran dan hadis, ditemukan
beberapa akhlak yang perlu dimiliki oleh seorang guru seperti berkomunikasi
dengan baik, kasih sayang, jujur, amanah, adil, sabar, tawadu, toleransi, dan
sebagainya. Konseling yang didapat dari pendidikan formal di perguruan tinggi
serta pendidikan non formal bisa diperoleh dengan cara pengalaman bekerja,
usaha dan belajar melalui media buletin, surat kabar, brosur-brosur yang sesuai
dengan bidang bimbingan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya dimiliki seorang
guru adalah keterampilan konseling yaitu keterampilan antar pribadi,
keterampilan mengamati, keterampilan intervensi, keterampilan integrasi, dan
lain-lain (Azami et al., 2023). Sehingga apabila guru telah memiliki semua
persyaratan yang telah dijelaskan di atas tentunya kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah menjadi sesuatu yang dibutuhkan dan menyenangkan bagi
siswa. Pada akhirnya keberadaan bimbingan dan konseling semakin kuat,
tertanam, dan terpatri dalam diri (Afnilaswati dkk., 2021)

2) Landasan Sosiologis
Manusia yang hidup berkelompok, sesuatu yang terjadi dengan yang lain

5
sama halnya hewan, tetapi pengelompokan pada manusia lebih rumit dari pada
hewan. Pada wayan Ardhan hidup berkelompok pada hewan memiliki ciri:
Pembagian pada anggotanya, Ketergantungan pada anggota, Ada kerjasama
anggota, Komunikasi antar anggota, Dan adanya diskrimunasi antara individu
satu denan yang lain dalam kelompok.
Pengertian tentang landasan sosiologi adalah dimana suatu proses
interaksi antar dua individu, bahakan dua generasi dan memungkinkan generasi
muda untuk mengembangkan diri. Sehingga melahirkan cabang cabang
sosiologi antara lain sosiologi pendidikan dan ruang lingkup yang di pelajari
antara lain:
a. Hubungan pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan.
b. Hubungan sisitem pendidikan dan proses kontrol sosiala dengan sstem
kekuasaan lain.
c. Fungsi pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan
perubahan kebudayaan.
d. Hubungan antar kelas social.
e. Fungsional pendidikan formal yang mencakup hubungan dengan ras,
kebudayaam dan kelompok kelompok dalam masyarakat.
b. Masyarakat indonesia sebagai landasan sosiologi sistem pendidikan nasional
(sisdiknas). Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri utama anatara lain:
1) Adanya interaksi antar warga warganya 2) Pola tingkah laku yang diatur adat
istiadat, hukum dan norma yang berlaku 3) Adanya rasa identitas yang mengikat
pada warganya.

3) Landasan Hukum/Yuridis Pendidikan


Landasan yuridis atau hukum pendidikan yakni asumsi-asumsi yang
bersumber dari peraturan perudang-undangan yang berlaku yang menjadi titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan. Landasan
yuridis pendidikan Indonesia ialah seperangkat konsep peraturan perundang-
undangan yang menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar Republik

6
Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan Presiden peraturan
pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri, Instruksi Menteri dan lain-lain.

4) Landasan Kultural Pendidikan


Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik,
sehingga kebudayaan dapat dilestarikan/dikembang dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara informal maupan formal. Pengertian tentang Landasan Kultural
merupakan sebuah kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil
budi dan karya itu akan selalu terkait dengan pendidikan, dan dalam belajar arti
luas dapat berwujud:
a. Ideal seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya.
b. Kegiatan yang berpola dari manusia dalam masyarakat, dan
c. Fisik yakni benda hasil karya manusia.
Seperti yang di kemukakakan sisdiknas, yaitu pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa indonesia, dimana kehidupan masyarakat indonesia
yang majemuk dan akan kaya kebudayaannya dan keberadaan semua itu
semakin kukuh. Oleh karena itu, kebudayaan nasional haruslah dipandang dalam
latar perkembangan yang dinamis, seiring dengan semakin kukuhnya persatuan
dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai dengan asas Bhinneka Tunggal Ika.

5) Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam bidang
pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan tersebut
terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang proses
perkembangan dan proses belajar.
Pengertian Landasan Psiklogis merupakan pemahaman peserta didik
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor
keberhasilan untuk pendididkan. Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan
sejumlah informasi/kebutuhan tentang kehidupan pribadi manusia pada

7
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.
Seperti di kemukakakn teori A. Maslow kategori kebutuhan menjadi
enam kategori meliputi:
f. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan memmpertahankan hidup (makan, tidur,
istrahat dan sebagainya).
g. Kebutuhan rasa aman: kebutuhan terus nenerus merasa aman dan
bebasdari ketakutan.
h. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan: kebutuhan rasa kasih sayang
dalam kelompok.
i. Kebutuhan akan alkuturasi diri: kebutuhan akan potensi potensi yang di
miliki.
j. Kebutuhan untuk mengetahui dan di pahami: kebutuhan akan berkaitan
dengan penguasaan iptek.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis perkembangan
manusia yang berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma)
sampai saat kematian, sebagai perubahan maju (progresif) ataupun
kadangkadang kemunduran (regresif). Salah satu aspek dari pengembangan
manusia seutuhnya adalah yang berkaitan dengan perkembangan
kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian yang mantap dan
mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat dikemukakan
beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip umum
karena prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam
berbagai teori kepribadian. Prinsip itu akan tampak bervariasi pada
kepribadian manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik).
Terdapat dua hal kepribadian yang penting di tinjau dari konteks
perkembangan kepribadian, yakni:
 Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir
secara sistematik.
 Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.

C. Penerapan Masing-Masing Landasan Pendidikan Dalam Pendidikan

8
a) Implikasi Religius
Landasan religius dalam pendidikan di Indonesia memiliki
implikasi yang signifikan karena Indonesia memiliki beragam agama,
dan agama memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat.
Berikut adalah beberapa implikasi landasan religius dalam pendidikan di
Indonesia:
1. Kurikulum Berbasis Agama
Banyak sekolah di Indonesia mengintegrasikan nilai-nilai
agama dalam kurikulum mereka. Materi pelajaran seringkali mencakup
ajaran-ajaran agama yang diakui di Indonesia, seperti Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, dan Konghucu. Hal ini bertujuan untuk membentuk
karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianut oleh
masyarakat.
2. Pendidikan Moral dan Etika
Landasan religius juga tercermin dalam pendidikan moral dan
etika. Siswa diajarkan untuk memahami nilai-nilai moral yang berasal
dari ajaran agama yang mereka anut. Pendidikan moral ini mencakup
aspek-aspek seperti kejujuran, keadilan, kerja sama, dan kasih sayang,
yang sering kali memiliki akar dalam ajaran agama.
3. Agama sebagai Mata Pelajaran Wajib
Di beberapa sekolah, agama dapat menjadi mata pelajaran
wajib. Ini berarti siswa diwajibkan untuk mengambil mata pelajaran
agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Hal ini mencerminkan
komitmen untuk memahami dan menghormati keyakinan agama
masing-masing siswa.
Seperti pengaruh pemikiran al-Ghazali khususnya dalam dunia
pendidikan Islam yang pada gilirannya terajut dengan formulasi murni
keagamaan dan menjadikannya sebagai kekuatan utama konservatisme
dan taqlidisme. Seperti yang terjadi pada lembaga pendidikan pesantren
di Indonesia. Dalam hal ini contohnya pesantren secara fundamental
menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak yang kokoh bagi anak didik.
Para santri tidak hanya diajarkan tentang ilmu-ilmu keislaman secara

9
teoritis, tapi juga dilatih dan dibiasakan untuk mempratekkannya dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren termasuk pola hidup
sederhana.
4. Upacara Keagamaan
Banyak sekolah di Indonesia juga mengadakan upacara
keagamaan sebagai bagian dari kegiatan rutin. Upacara ini mencakup
doa bersama, pengajian, atau kegiatan keagamaan lainnya yang sesuai
dengan ajaran agama yang dianut.
5. Sarana Pendidikan Agama
Pembangunan sarana pendidikan agama seperti masjid, gereja,
pura, dan wihara di sekitar lingkungan sekolah menunjukkan komitmen
untuk mendukung praktik keagamaan siswa. Fasilitas-fasilitas ini juga
dapat digunakan untuk kegiatan keagamaan dan kebudayaan.
6. Toleransi Antaragama
Meskipun Indonesia memiliki mayoritas muslim, landasan
religius dalam pendidikan juga menekankan nilai-nilai toleransi
antaragama. Siswa diajarkan untuk menghormati dan memahami
keberagaman agama di Indonesia, menciptakan atmosfer yang inklusif
di lingkungan sekolah.
7. Peran Guru Agama
Guru agama memiliki peran penting dalam membimbing siswa
dalam memahami nilai-nilai agama dan mengajarkan toleransi. Mereka
juga bertanggung jawab dalam memberikan pemahaman mendalam
tentang ajaran agama yang diikuti oleh siswa.

Implikasi landasan religius dalam pendidikan di Indonesia


mencerminkan upaya untuk membangun karakter dan moral siswa berdasarkan
nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat yang heterogen secara agama.
Tantangannya adalah memastikan bahwa pendidikan agama tidak hanya
menciptakan pemahaman dan penghargaan terhadap keberagaman agama, tetapi
juga mempromosikan toleransi dan kerukunan antar umat beragama.

10
b) Implikasi Sosiologis
Sosial yang sangat cepat, maju dan memperlihatkan gejala
desintegrastif. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tentu saja
mempengaruhi pendidikan, baik sebagai ilmu maupun aktivitas. Itulah
sebabnya John Dewey (1859-1952) menganggap bahwa begitu
esensialnya hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat. Dewey
beranggapan bahwa pendidikan tumbuh di masyarakat dan masyarakat
tumbuh karena adanya pendidikan. Antara keduanya terdapat hubungan
yang bersifat mutual benefit, artinya saling menguntungkan bahkan
merupakan suatu ikatan yang secara aksiomatik sulit dan mustahil untuk
dipisahkan.
1. Konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar
penyelenggaraan pendidikan.
2. Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan tempat
berlangsungnya pendidikan.
3. Pendidikan merupakan sosialisasi atau proses menjadi anggota
masyarakat yang diharapkan.
4. Implikasi sosilogi dalam pengembangan Teori pendidikan
5. Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan
6. Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan.
7. Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan
Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan.

c) Implikasi Hukum/ Yuridis


Landasan hukum pendidikan merupakan seperangkat peraturan
dan perundang-undangan yang menjadi panduan pokok dalam
pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Peraturan yang satu dan
yang lain seharusnya saling melengkapi. Permasalahan yang saat ini
terjadi adalah perundangan dan peraturan yang ada belum sepenuhnya
terlaksana dengan baik.
Pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : “Tiap –
tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Pada kenyataannya

11
masih banyak warga negara baik dari kelompok masyarakat miskin,
daerah tertinggal dan sebagainya yang belum mendapatkan pengajaran
seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.
Pada UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas Pasal 4 ayat 2
berbunyi: “Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Namun dalam kenyataanya sebagian penyelenggaraan pendidikan belum
sesuai dengan peraturan tersebut. Penyelenggaraan pendidikan masih
saja bersifat diskriminatif dan tidak menjunjung hak asasi manusia.
Misalnya dalam penyelenggaraan pendidikan di RSBI dengan
pelajarannya yang begitu padat siswa kehilangan hak-haknya untuk
bermain, serta diskriminatif karena hanya siswa yang pandai dan mampu
saja yang bisa menempuh pendidikan disana.
Kita akan masih banyak menemukan beberapa undang-undang
yang belum mencapai tujuannya, karena bangsa Indonesia merupakan
bangsa yang majemuk, tentu tidak mudah mencapai semua tujuan
dengan singkat dan cepat. Tercapainya tujuan pendidikan membutuhkan
dukungan positif dari pendukung segala aspek masyarakat,
penyelenggara pendidikan dan pemerintah. Maka penyelenggaraan
pendidikan yang baik adalah sesuai dengan landasan-landasan
pendidikan. Pelaksanaan pendidikan yang berlandaskan hukum akan
menjadikan penyelenggaraan pendidikan terarah, teratur dan sesuai
dengan akar kebudayaan nasional.
Sebagai implikasi dari landasan hukum pendidikan, maka
pengembangan konsep pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Ada perbedaan yang jelas antara pendidikan akademik dan
pendidikan profesional.
2. Pendidikan profesional tidak cukup hanya menyiapkan ahli
dalam menerapkan satu teori, tetapi juga mempelajari cara
membina tenaga pembantu dan mengusahakan alat-alat
bekerja.

12
3. Sebagai konsekuensi dari beragamnya kemampuan dan minat
siswa serta dibutuhkannya tenaga kerja menengah yang
banyak, maka perlu diciptakan berbagai ragam sekolah
kejuruan.
4. Untuk merealisasikan terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya maka perlu perhatian yang sama terhadap
pengembangan afektif, kognitif dan psikomotor pada semua
tingkat pendidikan.
5. Pendidikan humaniora perlu lebih menekankan pada
pelaksanaan dalam kehidupan seharí-hari agar pembudayaan
nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah dicapai.
6. Isi kurikulum mulok agar disesuaikan dengan norma-norma,
alat, contoh dan keterampilan yang dibutuhkan di daerah
setempat.
7. Perlu diselenggarakan suatu kegiatan badan kerjasama antara
sekolah masyarakat dan orang tua untuk menampung aspirasi,
mengawasi pelaksanaan pendidikan, untuk kemajuan di
bidang pendidikan.

d) Implikasi Kultural
Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial kulturil dari
masyarakat. Kurikulum disusun bukan saja harus berdasarkan pada nila-
nilai , adat istiadat, cita-cita dari masyarakat, akan tetapi kurikulum harus
berlandaskan pada semua dimensi kebudayaan kehidupan keluarga.,
ekonomi, politik pendidikan.
Memperhatikan unsur fleksibel dan bersifat dinamis sehingga
kurikulum tersebut senantiasa mengandung relevansi yang tepat dengan
masyarakat Konsekwensi logis adalah bahwa kurikulum pada waktunya
perlu diadakan perubahan dan revisi sesuai dengan perkembangan dan
perubahan. Dan revisi sesuai dengan perkembangan dan perubahan
social kulturil yang ada pada masa itu.
Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial

13
budaya dalam masyarakat. bukan saja dengan maksud untuk
membudayakan anak didik akan tetapi sejalan dengan usaha
mengawetkan kebudayaan itu sendiri. Kemajuan dalam bidang teknologi
akan memberikan bahan yang memadai dalam rangka penyampaian
tehnologi baru kepada para siswa yang sekaligus mempersiapkan para
siswa agar mampu hidup dalam tehnologi itu. Dengan demikian sekolah
betul-betul dapat mengemban peranan dan fungsinnya sebagai lembaga
modernisasi.
Kurikulum di sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada
kebudayaan nasional yang berlandaskan pada falsafah Pancasila,dimana
perkembangaan kebudayaan daerah telah tercakup didalamnya. Integritas
kebudayaan nasional akan tercermin dalam isi dan organisasi kurikulum,
karena system pendidikan kita bermaksud membudayakan anak didik ita
berdasarkn kebudayaan masyarakat dan bangsa kita.

e) Implikasi Psikologis
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan
pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan
pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar.
Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada
intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana
in put, proses dan out put pendidikan dapat berjalan dengan tidak
mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik.
Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum
seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu,
baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi,
perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individual lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan
kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Kajian psikologi pendidikan telah
melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Selain

14
itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-
prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni:
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan.
2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan
hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan
berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil
sambilan.
6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual
namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-
benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara
verbalistis.
10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang
sering mengejar tujuan-tujuan lain.
11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang
menyenangkan.
12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh
pemahaman.
13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan.
Melalui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja
yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau
pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata

15
dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik,
terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk
mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia,
karena di mana pun dan kapan pun di dunia terdapat pendidikan. Pendidikan pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,
yaitu untuk membudayakan manusia atau untuk memuliakan manusia. Untuk
terlaksananya pendidikan dengan baik dan tepat, diperlukan suatu ilmu yang
mengkaji secara mendalam bagaimana harusnya pendidikan itu dilaksanakan. Ilmu
yang menjadi dasar tersebut haruslah yang telah teruji kebenaran dan
keampuhannya. Ilmu tersebut adalah ilmu pendidikan. Pendidikan tanpa ilmu
perndidikan akan menimbulkan kecelakaan pendidikan.
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu
atau dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan
tentang kebijakan dan praktik pendidikan. Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan
kenyataan tersebut dapat dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya penemuan
kebijakan dan Pratik pendidikan yang tepat guna dan bernilai guna. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan merupakan dasar bagi upaya
pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya. Landasan pendidikan terdiri
dari beberapa jenis, yaitu landasan religius, landasan sosiologis, landasan hukum,
landasan kultural, dan landasan psilokogis.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
mengalami kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan maupun dalam
penyajian materi yang kami sampiakan. Sehubungan dari itu semua kami
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dan kami ucapkan
terima kasih.

17
DAFTAR PUSTAKA

Conny Seniawan, et. al. 1951. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana


Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: Gramedia.
Dani. (2024, March 10). Makalah Landasan Pendidikan. Blogspot.com.
https://kumpulanmakalahdasarpendidikan.blogspot.com/2016/06/makalah-
landasan-pendidikan.html.
Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Lesmana, D. (2018). Kandungan nilai dalam tujuan pendidikan nasional (Core ethical
values). Kordinat: Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam,
17(1), 211- 126.
Noor, T. (2018). Rumusan tujuan pendidikan nasional pasal 3 undang-undang sistem
pendidikan nasional No 20 Tahun 2003. Wahana Karya Ilmiah Pendidikan,
2(01).
Nurhuda. 2022. Landasan Pendidikan. Malang: Ahlimedia Press.
Parsono, dkk., 1990. Landasan Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Pidarta, Mad.1997 Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Praiwi, RA. (2024, November 5). MAKALAH : LANDASAN PENDIDIKAN. Retrieved
March 11, 2024, from Blogspot.com website:
https://rahayukusumapratiwi.blogspot.com/2012/11/makalah-landasan-
pendidikan.html.
Rachmah, H. (2013). Nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. E-Journal WIDYA Non-Eksakta, 1(1), 7-14.
Redja Mudyarhardjo, 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Universitas Terbuka,
Depdikbud.
Syafril dan Zelhendri Zen. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Kencana
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai