Anda di halaman 1dari 48

STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

Khotimah

PENGERTIAN

 Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan kerja yang
dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies, 1989,h.121).

 Standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang mengarah


kepada praktek keperawatan profesional (ANA,1992,h.1)

 Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup kehidupan manusia (lokakarya Nasional, 1983)

Jenis standar profesi keperawatan

 Standar proses

 Standar struktur

 Standar hasil

Sumber Standar Keperawatan

1. Organisasi profesional, misalnya PPNI, AIPNI, dll.

2. Badan yang memiliki ijin, misalnya badan hukum.

3. Institusi / lembaga kesehatan, misalnya Rumah Sakit, Pusat Kesehatan.

4. Pemerintah, misalnya departemen kesehatan pusat atau pemerintah daerah.

Berdasarka SK.No.03/DPP/SK/I996 standar profesi keperawatan terdiri dari :


1. Standar pelayanan keperawatan
2. Standar praktek keperawatan
3. Standar pendidikan keperawatan
4. Standar pendidikan berkelanjutan
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

• Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas
yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies,
1989, h. 121).

• Standar praktek keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus dilakukan
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Standar diperlukan untuk


Meningkatkan, menuntun, dan mengarahkan praktek keperawatan profesional.

TUJUAN STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN

Tujuan umum standar praktek keperawatan


meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau
proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.??????
Berguna bagi :

1. Perawat

Pedoman membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang dilakukan


teradap kien.

2. Rumah sakit

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.

3. 3.Klien

Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.

4. Profesi

Alat perencanaan mencapai target dan sebagai ukuran evaluasi.

5. Tenaga kesehatan lain

Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan
bekerja sama secara baik.

Dasar Hukum

1. UU No. 23 tahun 1993 : tentang kesehatan

2. PP No. 32 tahun 1996 pasal 21, 22, 24


3. SK. Menkes No. 647 tahun 2000 : tentang registrasi dan praktek keperawatan

Standar praktek keperawatan dari ANA :

1. Standar I : Pengkajian

2. Standar II : Diagnosa keperawatan

3. Standar III : Identifikasi hasil

4. Standar IV : Perencanaan

5. Standar V : Implementasi

6. Standar VI : Evaluasi

Standar I : Pengkajian

Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien.


Kriteria pengukuran :

1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat
ini.

2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .

3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan..

4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.

5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.

Standar II :Diagnosa

Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.


Kriteria pengukuran :

1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.

2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila
memungkinkan.

3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.

Standar III: Identifikasi hasil


Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.
Kriteria pengukuran :

1. Hasil diambil dari diagnosa.

2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.

3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.

4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan
kemampuan potensial.

5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi
klien.

6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.

7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.

Standar IV : Perencanaan

Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan


untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Kriteria pengukuran :

1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.

2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.

3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang

4. Rencana tersebut didokumentasikan.

5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.

Standar V : Implementasi

Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran :

1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.


2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.

3. Intervensi didokumentasikan

Standar VI : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.

Kriteria pengukuran :

1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.

2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.

3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.

4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa,
hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,

5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.

6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi

Terima Kasih Atas Perhatiannya


STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
A. Definisi Standar Praktek Keperawatan
Praktek keperawatan ditentukan dalam standar organisasi profesi dan sistem pengaturan serta
pengendaliannya melalui perundang – undangan keperawatan (Nursing Act), dimanapun perawat
itu bekerja (PPNI, 2000).

Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu kualitas yang
diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien ( Gillies, 1989h. 121).
Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui proses dan
hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai pelayanan keperawatan.
Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi atan tindakan keperawatan itu yang
telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan apakah klien dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.

B. Tipe Standar Praktek Keperawatan


Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol praktek
keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek keperawatan yang
ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar juga berbentuk
‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil observasi pada sebagaian
besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989,h.125).

C. Jenis Standar Praktek Keperawatan


1. Menurut ANA Tahun 1992
 Standar I : Pengkajian
Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status kesehatan klien.

Kriteria pengukuran :

1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-kebutuhan klien saat ini.
2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian yang sesuai .
3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan.
4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan berkesinambungan.Data-data yang relevan
didokumentasikan dalam bentuk yang mudah didapatkan kembali.
 Standar II : Diagnosa
Perawat menganalisa data yang dikaji untuk menentukan diagnosa.

Kriteria pengukuran :

1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil pengkajian.


2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga kesehatan bila
memungkinkan.
3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang memudahkan perencanaan perawatan.
 Standar III: Identifikasi hasil
Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien.

Kriteria pengukuran :

1. Hasil diambil dari diagnosa.


2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan yang dapat diukur.
3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.
4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan
potensial.
5. Hasil yang diharapkan dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien.
6. Hasil yang diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian.
7. Hasil yang diharapkan memberi arah bagi keanjutan perawatan.
 Standar IV : Perencanaan
Perawat menetapkan suatu rencana keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan
untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Kriteria pengukuran :

1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien.


2. Rencana tersebut dikembangkan bersama klien, orang-orang terdekat klien dan petugas
kesehatan.
3. Rencana tersebut menggambarkan praktek keperawatan sekarang
4. Rencana tersebut didokumentasikan.
5. Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan
 Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.

Kriteria pengukuran :

1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang dibuat.


2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat.
3. Intervensi didokumentasikan
 Standar VI : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap hasil yang telah dicapai.

Kriteria pengukuran :

1. Evaluasi bersifat sistematis dan berkesinambungan.


2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan.
3. Keefektifan intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil.
4. Pengkajian terhadap data yang bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa,
hasil-hasil dan rencana perawatan untuk selanjutnya,
5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan didokumentasikan.
6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan dalam proses evaluasi
2. Menurut DEPKES Tahun 1998
 Standar 1 : pengumpulan data tentang status kesehatan klien atau pasien dilakukan secara
sistematik dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh, dikomunikasikan dan dicatat.
 Standar 2 : diagnosa keperawatan di rumuskan berdasarkan data status kesehatan.
 Standar 3 : rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan yang dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan
 Standar 4 : rencana asuhan keperawatan meliputi prioritas dan pendekatan tindakan keperawatan
yang ditetapkan untuk mencapai tujuan yang di ususn berdasarkan diagnosa keperawatan
 Standar 5 :tindakan keperawatan memberikan kesempatan klien atau pasien untuk berpartisifasi
dalam peningkatan, pemeliharaan, dan pemulihan kesehatan.
 Standar 6 :tindakan keperawatan membantu klien atau pasien untuk mengoptimalkan
kemampuan untuk hidup sehat
 Standar 7 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaina tujuan ditentukan oleh klien atau pasien
dan perawat.
 Standar 8 : ada tidaknya kemajuan dalam pencapaian tujuan memberi arah untuk melakukan
pengkajian ulang, pengetaruran kembali urutan priorits, penetapan tujuan baru dan perbaikan
rencana asuhan keperawatan.
3. Menurut PPNI Tahun1999
Menurut Dewan Pertimbangan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) tahun
1999, standar praktik keperawatan merupakan komitmen professi keperawatan dalam
melindungi masyarakat terhadap praktik yang dilakukan oleh anggota profesi.

Di dalamnya terdapat penegasan tentang mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik,
tepat, dan benar, yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan kepeawatan
diantarannya sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memberikan perhatian padaupaya dan


peningkatan kinerja perawat terhadap target pencapaian tujuan.
2. Meminimalkan tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat bagi klien sehinggadapat menekan
biaya perawatan.
3. Menjaga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dimasyarakat, komunitas,
kelompok dan keluarga.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Standar Praktek Keperawatan
Proses keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspek-aspek
pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan (Doengoes,2000). Faktor-faktor
yang mempengaruhi standar praktek keperawatan antara lain :

1. Kecakapan intelaktual
2. Ilmu pengetahuan
3. Percaya diri perawat
4. Sarana
5. Komunikasi
6. Pengalaman kerja perawat
7. Motivasi pasien untuk sembuh
8. Kedisiplinan
E. Tujuan Standar Praktek Keperawatan
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau
pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan
untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan
berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain
sebagai berikut :

 Perawat, standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk membimbing perawat
dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari
kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam
melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
 Rumah sakit, dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan meningkatkan efisiensi
dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun dengan singkat waktu perwatan di rumah
sakit.
 Klien, dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien dan keluarga
menjadi ringan.
 Profesi, sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk mengevaluasi
penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
 Tenaga kesehatan lain, Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat
saling menghormati dan bekerja sama secara baik.
F. Penerapan Standar Praktek Keperawatan
Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan pendekatan secara umum dan
khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut
:

 Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan ( semua level


keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar ini terdiri dari : filosofi, tujuan, tata
kerja organisasi, fasilitas dan kualifikasi perawat.
 Standar proses : berorientasi pada perawat, khususnya ; metode, prinsip dan strategi yang
digunakan perawat dalam asuhan keperawatan. Standar proses berhubungan dengan semua
kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.
 Standar hasil : berorientasi pada perubahan status kesehatan klien, berupa uraian kondisi klien
yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai hasil tindakan keperawatan.
Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek keperawatan sesuai dengan aspek
yang diinginkan antara lain :

1. Aspek Asuhan keperawatan, dapat dipilih topik atau masalah keperawatan klien yang sering
ditemukan, misalnya standar asuhan keperawatan klien anteatal, intranatal dan postnatal.
2. Aspek pendidikan dapat dipilih paket penyuluhan/pendidikan kesehatan yang paling dibutuhkan,
misalnya penyuluhan tentang perawatan payudara.
3. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur, masalah kesehatan
tertentu misalnya; kelompok menopouse.
Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat dimodifikasi keduanya dalam pelayanan
asuhan keperawatan. Contoh : pelaksanaan standar asuhan keperawatan pada klien postnatal,
perawat dapat mengunakan standar proses (metode, prinsip dan strategi dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.

G. Langkah-Langkah Penyusunan Standar Praktek Keperawatan


Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena ada beberapa
langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim penyusun), menentukan
filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar dengan teori keperawatan, menentukan
topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9). Adapun langkah-langkah penyusunan standar
menurut Dewi Irawaty,1996 adalah

 Menetukan komite (tim khusus)


Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, untuk
itu perlu dibentuk tim penyusun. Tim penyusun terdiri dari orang-orang yang memiliki
kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan.

 Menentukan filosofi dan tujuan keperawatan.


Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti bagi seseorang
dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan interpersonal, agama,
pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan keperawatan perlu
ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini oleh profesi.

 Menghubungkan standar dan teori keperawatan.


Ada beberapa teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar
keperawatan misalnya; teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care). Berdasarkan teori
tersebut maka dapat digunakan sebagai landasan dalam mengembangkan standar praktek
keperawatan.

 Menentukan topik dan format standar


Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada aspek-aspek penyusunan standar misalnya ;
aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu
menggunakan pendekatan meliputi standar struktur, standar proses dan standar hasil.

Format standar tergantung dari cara pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik standar yang
telah ditentukan. Apabila standar praktek keperawatan yang digunakan adalah pendekatan
standar proses maka format standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari
enam tahap yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil, perencanan, implementasi
dan evaluasi.

H. Aspek Hukum Standar Praktek Keperawatan


Dengan diberlakukannya standar praktek keperawatan, maka institusi memberikan kesempatan
pada klien untuk mengontrol asuhan keperawatan yang diberikan perawat pada klien. Apabila
klien tidak mendapat pelayanan yang memuaskan atau klien dirugikan karena kelalaian perawat
maka klien dan keluarga mempunyai hak untuk bertanya dan menuntut. Dinegara maju dimana
standar ini telah diberlakukan maka kekuatatan hukumnya sangat kuat. Apabila perawat
melakukan kelalaian karena tindakan yang menyimpang dari standar maka perawat dianggap
melanggar hukum dan harus dituntut pertanggung jawabannya. Oleh karena itu setiap perawat
harus betul-betul memahami standar praktek keperawatan agar dapat memberikan pelayanan
yang bermutu pada klien.

Sebagai contoh, Jensen dan Bobak mengemukakan hukum of Torts yang memuat tentang
kegiatan yang dikehendaki dari perawat : mencegah penyakit mata pada bayi baru lahir,
mendokumentasikan penyakit akibat hubungan seksual.

Pada pasal 53 ayat 2 dan 4 Undang-undang kesehatan Nomer 23 tahun 1992, dinyatakan bahwa
“tenaga kesehatan termasuk perawat dalam melakukan tugasnya berkewajiban mematuhi standar
profesi dan menghormati hak klien”. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa standar profesi
keperawatan mempunyai dasar hukum dan barang siapa yang melanggar akan menerima sangsi
atau hukuman.

Dimensi praktek profesional adalah adanya sistem etik. Etik adalah standar untuk menentukan
benar atau salah dan untuk pengambilan keputusan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh
dan terhadap manusia. (Wijayarini M.A,1996,h.13) .

I. Klasifikasi Praktek Keperawatan


 Perawat dan pelaksana praktek keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar praktek
keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan Keperawatan.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart
profesi keperawatan.

 Nilai-nilai pribadi dan praktek professional


Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan dan
bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai
pribadi yang memiliki perawat dengan pelaksana praktek yang dilakukan sehari-hari selain itu
pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan tertentu, dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugas
tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

J. Ciri – ciri Standar Praktek Keperawatan


Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.

Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Otonomi dalam pekerjaan


2. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
3. Pengambilan keputusan yang mandiri
4. Kolaborasi dengan disiplin lain
5. Pemberian pembelaan
6. Memfasilitasi kepentingan pasien
K. Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan
Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:

 Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktek
klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.
 Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan yang
dapat dipertanggung jawabkan.
L. Hubungan Standar dan Legislasi
Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauan
Standar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.

M. Kegunaan Standar Praktek Keperawatan


Tujuan utama standar memberikan kejelasan dan pedoman untuk mengidentifikasi ukuran dan
penilaian hasil akhir, dengan demikian standar dapat meningkatkan dan memfasilitasi perbaikan
dan pencapaian kualitas asuhan keperawatan.

1. Pendidikan, Membantu dalam merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja
mahasiswa.
2. Puskesmas, Dapat digunakan untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga
dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai
profesinya dan meningkatkan pelayanan tentunya. Untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan
keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk
memenuhi layanan kesehatan masyarakat.
3. Rumah Sakit, Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini tentunya akan meningkatkan
efisiensi serta juga efektifitas pelayanan keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan
lama rawat pasien di rumah sakit.
N. Lisensi Praktik
Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum atau undang-
undang tidak mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin keselamatan
pelaksanaan standar praktik keperawatan secara minimal.

Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan 3 menyebutkan:
Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.

Ayat 3:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa lisensi sangat diperlukan oleh perawat
profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensi
adalah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan berupa
penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.
Lisensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan
RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang registrsi dan praktik perawat.
Whasington State Nursing Practice Act(The State Nurses Association) menyatakan bahwa orang
yang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap individu
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. American nurse Association(ANA)
membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi institusional menjadi lisensi
individual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:
 Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat
perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.
 Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah
penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.
O. UU Praktek Keperawatan
Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan, tetapi
sebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definisi tentang praktek keperawatan
dipublikasikan oleh ANA pada tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili cakupan
praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian dan
provinsi.

Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU praktek
keperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya peran
keperawatan dalam praktek keperawatan.

P. Manfaat Praktek Keperawatan


 Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat
mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedback untuk perbaikan.
 Administrasi Pelayanan Keperawatan
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola staf,
program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.

 Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.

 Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas askep.

 Sistem Pelayanan Kesehatan


Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan
mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baik
dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.
BAB III
STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN
A. Standar pendidikan keperawatan
Pendidikan Keperawatan di Indonesia Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenjang pendidikan keperawatan
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor.

Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI),
bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun dan
memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas melalui project
Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar
Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar
Pendidikan Ners, standar borang akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar
tersebut mengacu pada Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang
berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.

Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan keperawatan,
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas saya sampaikan beberapa hal
yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan
dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik dan Level KKNI;

B. Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia


1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan
penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan dan
pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup program sarjana, magister, doktor.
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi
perawat.
C. Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar
1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan Ahli Madya
Keperawatan (AMD.Kep)
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya mendapat sebutan
Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar (M.Kep)

1. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:


 Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)
 Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
 Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
 Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
 Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)
1. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)
1. Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai berikut:
 Diploma tiga Keperawatan – Level KKNI 5
 Ners (Sarjana+Ners) – Level KKNI 7
 Magister keperawatan – Level KKNI 8
 Ners Spesialis Keperawatan – Level KKNI 8
 Doktor keperawatan – Level KKNI 9
BAB IV
STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT
A. Standar Pelayanan Di Rumah Sakit
Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai
dengan standar yang ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.Standar adalah
keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas
penerimaan minimal (Clinical Practice Guideline, 1990 dalam Azwar, 1996).

Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan (Donabedian, 1980 dalam Azwar, 1996). Standar adalah
spesifikasi dari fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan agar pemakai
jasa dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari pelayanan yang diselenggarakan
(Rowland dan Rowland, 1983 dalam Azwar, 1996). Keputusan Menteri Kesehatan no. 228 tahun
2002 menyatakan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai
patokan dalam melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan
propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.

Standar pelayanan rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen


rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan, baik rawat inap
maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Standar pelayanan
dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar pelayanan yang diberikan secara langsung
oleh dokter kepada pasien, terlepas dari strata unit pelayanan tempat dia bekerja. Masalah
keterbatasan sarana dan teknologi hanya menjadi pertimbangan ketika kelak
terjadi penyimpangan (Mohamad, 2005).

Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang berlaku dan kode
etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar profesi kedokteran
gigi yang ditetapkan. Standar profesi berdasarkan Undang-Undang No.23 Tahun 1992 adalah
pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi secara baik.
Tenaga kesehatan yang berhadapan dengan pasien seperti dokter dan perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus menghormati hak pasien.
Hak pasien adalah hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia
kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion) (Nasution, 2005). Setiap RSGM dalam
memberikan pelayanan mempunyai kewajiban-kewajiban, salah satunya adalah melaksanakan
pelayanan sesuai dengan standar pelayanan RSGM dan standar profesi kedokteran gigi yang
ditetapkan. Pelayanan kesehatan adalah suatu sistem lembaga,
orang, tekonologi dan sumber daya yang dirancang untuk meningkatkan status kesehatan suatu
populasi, Â misalnya pencegahan, promosi, pengobatan dan sebagainya (Adikoesoemo, 1997).

Standar pelayanan yang harus dimiliki oleh rumah sakit menurut Azwar (1996) adalah sebagai
berikut:

 Pelayanan farmasi harus dilakukan dibawah pengawasan tenaga ahlifarmasi yang baik
 Rumah sakit harus menyediakan pelayanan laboratorium patologi
anatomi dan patologi klinik
 Rumah sakit harus menyediakan ruang bedah lengkap dengan
fasilitasnya
 Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi dan dipelihara dengan baik
untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya.
Crosby dalam Azwar (1997) menyatakan bahwa mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang
telah ditetapkan, sedangkan Aditama (2002) menyatakan bahwa mutu adalah pelayanan yang
mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi
kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya.

Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaian-penilaian, baik terhadap
tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan kesehatan dan kepatuhan terhadap standar
pelayanan. Setiap orang mempunyai kriteria untuk kualitas dan mempunyai cara-cara penilaian
yang berbeda. Penyedia layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah para pasien yang
memberikan pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi yang dilayani
(Kongstvedt, 2000).

Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa mutu suatu pelayanan kesehatan
dianggap baik apabila tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).

Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah menetapkan
standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang ada dan membandingkan dengan
standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga meliputi upaya memperoleh kinerja yang
menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan (Aditama, 2002). Standar ini telah
dikembangkan oleh badan usaha, atau badan usaha dapat
menggunakan standar yang dikembangkan oleh organisasi profesional dan dipublikasikan dalam
literatur medis (Kongstvedt, 2000).Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan
Rosenberg dalam Aditama (2002), yaitu:

 Aspek pendekatan
 Pendekatan secara umum
Pendekatan secara umum dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit dan
atau petugas dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para petugas
dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta pengalaman yang dimilikinya.
Rumah sakitnya dapat dinilai dalam segi bangunan fisik, administrasi organisasi dan manajernya,
kualifikasi SDM yang tersedia dan kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku
saat itu.

 Pendekatan secara khusus


Pendekatan secara khusus dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien
dengan pemberi pelayanan di rumah sakit.

B. Standar Pelayanan Keperawatan


 Standar 1
Divisi keperawatan mempunyai falsafah dan struktur yang menjamin pemberian asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dan merupakan sarana untuk menyelesaikan berbagai
persoalan praktek keperawatan di seluruh institusi asuhan/pelayanan keperawatan.

 Standar 2
Divisi keperawatan dipimpin oleh seorang perawat eksekutif yang memenuhi persyaratan dan
anggota direksi.

 Standar 3
Kebijaksanaan dan praktek divisi keperawatan menjamin pelayanan keperawatan merata dan
berkesinambungan yang mengakui perbedaan agama, sosial budaya, dan ekonomi di antara
klien/pasien di institusi pelayanan kesehatan.

 Standar 4
Divisi keperawatan menjamin bahwa proses keperawatan digunakan untuk merancang dan
memberikan asuhan untuk memenuhi kebutuhan individu klien/pasien dalam konteks keluarga.

 Standar 5
Divisi keperawatan menciptakan lingkungan yang menjamin efektivitas praktik keperawatan.

 Standar 6
Divisi keperawatan menjamin pengembangan berbagai program pendidikan untuk menunjang
pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

 Standar 7
Divisi keperawatan memprakarsai, memanfaatkan, dan berperan serta dalam berbagai proyek
penelitian untuk peningkatan asuhan klien/pasien.

1.1 Definisi
Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia, praktik keperawatan adalah tindakan pemberian
asuhan perawat profesional baik secara mandiri maupun kolaborasi, yang disesuaikan dengan
lingkup wewenangdan tanggung jawabnya berdasarkan ilmu keperawatan. Standar praktek
keperawatan adalah batas ukuran baku minimal yang harus dilakukan perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk
mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus
utamanya.

Praktek keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

· Otonomi dalam pekerjaan

· Bertanggung jawab dan bertanggung gugat

· Pengambikan keputusan yang mandiri

· Kolaborasi dengan disiplin lain

· Pemberian pembelaan

· Memfasilitasi kepentingan pasien

1.2 Klasifikasi
1. Perawat dan Pelaksana Praktek Keperawatan

Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standart praktek
keperwatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standart pendidikan Keperawatan.
Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart
profesi keperawatan.
2. Nilai-nilai Pribadi dan Praktek Profesional

Adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi pada ruang lingkup praktek keperawatan dan
bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai
pribadi yang memiliki perawat dengan pelakasana praktek yang dilakukan sehari-hariselain itu
pihak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan tertentu , dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugas
tersebut sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

1.3 Standar Praktek Keperawatan


Karena keperawatan telah meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlah standar
praktek keperawatan telah ditetapkan. standar untuk praktek sangat penting sebagai petunjuk
yang obyektif untuk perawat memberikan perawatandan sebagai kriteria untuk melakukan
evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien dapat diyakinkan bahwa
mereka mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat mengetahui secara
pasti apakah yang penting dalam pemberian askep dan staf administrasi dapat menentukan
apakah asuhan yang diberikan memenuhi standar yang berlaku.

STANDAR CANADIAN NURSES ASSOCIATION untuk praktek keperawatan:


1· Praktik keperawatan memerlukan model konsep keperawatan yang menjadi dasar praktek

2· Ptraktek keperawatan memerlukan hubungan yang saling membantu untuk menjadi dasar
interaksi antara klien-perawat

3· Praktek keperawatan menuntut perawat untuk memenuhi tanggung jawab profesi


Standar Perawatan
Menguraikan tingkat asuhan keperawatan yang kompeten seperti yang diperlihatkan oleh proses
keperawatan yang mencakup semua tindakan penting yang dilakukan oleh perawat dalam
memberikan perawatan dan membentuk dasar pengambilan keputusan klinik:

1) Pengkajian: Perawat mengumpulkan data kesehatan pasien

2) Diagnosa: Perawat menganalisis data yang diperoleh melalui pengkajian untuk menentukan
diagnosa

3) Identifikasi hasil: Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada
pasien

4) Perencanaan: Perawat membuat rencana perawatan yang memuat intervensi-intervensi


untukuntuk mencapai hasil yang diharapkan

5) Implementasi: Perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang telah diidentifikasi


dalam rencana perawatan

6) Evaluasi: Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil

Standar Kinerja Profesional


1) Kualitas perawatan: perawat secara sistematis mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktik
keperawatan

2) Penilaian kinerja: Perawat mengevaluasi praktik keperawatan dirinya sendiri dalam


hubungannya dengan standar-standar praktik profesional dan negan peraturan yang relevan

3) Pendidikan: Perawat mendapatkan dan mempertahnkan pengetahuan sekarang dalam praktik


keperawatan
4) Kesejawatan: Perawat memberikan kontribusi pada perkembangan profesi dari teman sejawat,
kolega dan yang lainnya

5) Etik: Keputusan dan tindakan perawat atas nama pasien ditentukan dengan cara etis

6) Kolaborasi: Perawat melakukan kolaborasi dengan pasien, kerabat lain, dan pemberi
perawatan kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien

7) Riset: Perawat menggunakan temuan riset dalam praktik

8) Penggunaan sumber: Perawat mempertimbangkan faktor-faktor yang berhubungan dengan


keamanan.

1.4 Manfaat Standart Praktek Keperawatan


a) Praktek Klinis

Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alat
mengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan feeedbeck untuk perbaikan.

b) Administrasi Pelayanan Keperawatan

Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola staf,
program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.

c) Pendidikan Keperawatan

Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.

d) Riset Keperawatan

Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas askep.

e) Sistem Pelayanan Kesehatan


Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkan
mutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baik
dan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.

1.5 Lingkup Standar Keperawatan


a. Lingkup dari definisi keperawatan

b. Falsafah dan tujuan keperawatan

c. Fungsi pelayanan keperawatan

d. Organisasi pelayanan keperawatan

e. Proses keperawatan

f. Tindakan keperawatan independen

g. Catatan askep, meliputi cara, isi dan format-format yang digunakan

h. Kualifikasi tenaga keperawatan

i. Peran dan fungsi keperawatan

j. Administrasi pelayanan dan keperawatan

1.6 Kerangaka kerja pengembangan standar praktek keperawatan


1. Struktur

a. Falsafah, tujuan
b. Lingkup, konsep keperawatan, peran dan fungsi, kualifikasi

c. Organisasi dan administrasi pelayanan keperawatan

d. Fasilitas fisik dan perlengkapan

e. Insentif profesional dan finansial

2. Proses

Asuhan keperawatan: Pengkajian, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi

3. Hasil

– Pengaruh/efek dan kemajuan askep:

a. Status kesehatan

b. Kegiatan

c. Tingkat pengetahuan

– Kepuasan klien

– Kepuasan perawat
1.7 Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan
Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:

1) Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktek
klinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.

2) Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan
yang dapat dipertanggung jawabkan.

1.8 Hubungan Standar dan Legislasi


Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauan
Standar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.

1.9 Lisensi Praktik


Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum atau undang-
undang tidak mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin keselamatan
pelaksanaan standar praktik keperawatan secara minimal.

Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan 3 menyebutkan:
Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.

Ayat 3:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa lisensi sangat diperlukan oleh perawat
profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensi
adalah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan berupa
penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.
Lisensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan
RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang registrsi dan praktik perawat.
Whasington State Nursing Practice Act(The State Nurses Association) menyatakan bahwa orang
yang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab terhadap individu
untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. American nurse Association(ANA)
membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi institusional menjadi lisensi
individual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:

1) Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat
perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.

2) Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah
penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.

UU Praktek Keperawatan
Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan, tetapi
sebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definsi tentang praktek keperawatan dipublikasikan
oleh ANA pada tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili cakupan praktek
keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian dan provinsi.
Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU praktek
keperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya peran
keperawatan dalam praktek keperawatan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN. A. PENGERTIAN
Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan kerja yang dapat
diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil (Gillies, 1989,h.121). Standar merupakan
pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang mengarah kepada praktek
keperawatan profesional (ANA,1992,h.1) Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan
kiat, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada
individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan manusia
(lokakarya Nasional 1983) Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan
untuk klien ( Gillies, 1989h. 121). Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien.
Digunakan untuk mengetahui proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam
upaya mencapai pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah
intervensi atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan
apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Tipe standar praktek keperawatan
Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol praktek
keperawatan. Standar dapat berbentuk ?normatif' yaitu menguraikan praktek keperawatan yang
ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu tinggi, standar juga berbentuk ?
empiris' yaitu menggambarkan praktek keperawatan berdasarkan hasil observasi pada sebagaian
besar sarana pelayanan keperawatan (Gillies 1989,h.125). B.TUJUAN STANDAR Secara umum
standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan asuhan atau pelayanan keperawatan
dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria
pelayanan yang diharapkan. Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat,
rumah sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain. 1. Perawat Standar
praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk membimbing perawat dalam penentuan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam
melakukan tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan yang tepat dan benar. 2. Rumah sakit Dengan menggunakan standar praktek
keperawatan akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun
dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit. 3.Klien Dengan perawatan yang tidak lama maka
biaya yang ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan. 4. Profesi Sebagai alat perencanaan
untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar
sebagai alat pengontrolnya.

5. Tenaga kesehatan lain Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga
dapat saling menghormati dan bekerja sama secara baik. C. PENERAPAN STANDAR
PRAKTEK KEPERAWATAN Dalam penerapan standar praktek keperawatan dapat digunakan
pendekatan secara umum dan khusus. Pendekatan secara umum menurut Jernigan and
Young,1983 h.10 adalah sebagai berikut :

? Standar struktur : berorientasi pada hubungan organisasi keperawatan ( semua level


keperawatan ) dengan sarana/institusi rumah sakit. Standar ini terdiri dari : filosofi, tujuan, tata
kerja organisasi, fasilitas dan kualifikasi perawat. ? Standar proses : berorientasi pada perawat,
khususnya ; metode, prinsip dan strategi yang digunakan perawat dalam asuhan keperawatan.
Standar proses berhubungan dengan semua kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. ? Standar hasil : berorientasi pada perubahan
status kesehatan klien, berupa uraian kondisi klien yang dinginkan dan dapat dicapai sebagai
hasil tindakan keperawatan. Pendekatan lain (khusus) dalam menyusun standar praktek
keperawatan sesuai dengan aspek yang diinginkan antara lain : 1. Aspek Asuhan keperawatan,
dapat dipilih topik atau masalah keperawatan klien yang sering ditemukan, misalnya standar
asuhan keperawatan klien anteatal, intranatal dan postnatal. 2. Aspek pendidikan dapat dipilih
paket penyuluhan/pendidikan kesehatan yang paling dibutuhkan, misalnya penyuluhan tentang
perawatan payudara. 3. Aspek kelompok klien, topik dapat dipilih berdasarkan kategori umur,
masalah kesehatan tertentu misalnya; kelompok menopouse. Dalam penerapan standar prktek
keperawatan dapt dimodifikasi keduanya dalam pelayanan asuhan keperawatan. Contoh :
pelaksanaan standar asuhan keperawatan pada klien postnatal, perawat dapat mengunakan
standar proses (metode, prinsip dan strategi dalam melaksanakan asuhan keperawatan. D.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN STANDAR PRKTEK KEPERAWATAN
Penyusunan standar praktek keperawatan membutuhkan waktu lama karena ada beberapa
langkah yang harus ditempuh diantaranya menentukan komite (tim penyusun), menentukan
filosofi dan tujuan keperawatan, menghubungkan standar dengan teori keperawatan, menentukan
topik dan format standar (Irawaty,1996,h.9) Ada pendapat lain bahwa penyusunan standar secara
otomatis dilakukanoleh tim maka langkah-langkah dalam penyusunan standar sebagai berikut :
merumuskan filosofi dan tujuan, menghubungkan standar dan teori yang relevan, menetapkan
topik dan format standar (Sahar,J, 1996) Adapun langkah-langkah penyusunan standar menurut
Dewi Irawaty,1996 adalah 1. Menetukan komite (tim khusus) Penyusunan standar praktek
keperawatan membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak, untuk itu perlu dibentuk tim
penyusun. Tim penyusun terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan
pengetahuan yang luas tentang pelayanan keperawatan. 2. Menentukan filosofi dan tujuan
keperawatan. Filosofi merupakan keyakinan dan nilai dasar yang dianut yang memberikan arti
bagi seseorang dan berasal dari proses belajar sepanjang hidup melalui hubungan interpersonal,
agama, pendidikan dan lingkungan. Didalam pembuatan standar, serangkaian tujuan
keperawatan perlu ditetapkan berdasarkan filosofi yang diyakini oleh profesi. 3. Menghubungkan
standar dan teori keperawatan. Teori yang dipilih amat bermanfaat dalam merencanakan standar,
mengarahkan dan menilai praktek keperawatan. Konsep-konsep keperawatan dapat digunakan
untuk menilai kembali tentang teori keperawatan yang telah dipilih sebelumnya. Ada beberapa
teori yang dapat dipilih dan disepakati oleh kelompok pembuat standar keperawatan misalnya;
teori Orem. Inti dari teori Orem adalah adanya kepercayaan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk merawat diri sendiri (Self Care). Perawat profesional bertanggung jawab
dalam membantu klien untuk dapat melakukan perawatan mandiri, dengan melihat kemampuan
yang dimiliki klien. Berdasarkan teori tersebut maka dapat digunakan sebagai landasan dalam
mengembangkan standar praktek keperawatan

4. Menentukan topik dan format standar Topik-topik yang telah ditentukan disesuaikan pada
aspek-aspek penyusunan standar misalnya ; aspek asuhan keperawatan, pendidikan dan
kelompok klien atau yang bersifat umum yaitu menggunakan pendekatan meliputi
standar struktur, standar proses dan standar hasil. Format standar tergantung dari cara
pendekatan yang dipilih sebelumnya dan topik standar yang telah ditentukan. Apabila
standar praktek keperawatan yang digunakan adalah pendekatan standar proses maka
format standar yang dipakai adalah format standar ANA 1991 terdiri dari enam tahap
yang meliputi ; pengkajian , diagnosa, identifikasi hasil, perencanan, implementasi dan
evaluasi. Karena standar merupakan pendekatan sistematis yang terencana dalam praktek
keperawatan maka diharapkan bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien
juga termasuk pendekatan diri klien dan keluarganya

E. ASPEK HUKUM STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN Output as PDF file has


been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com | Page
3/5 | This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah Export date: Mon Sep 17
10:01:38 2018 / +0000 GMT Dengan diberlakukannya standar praktek keperawatan,
maka institusi memberikan kesempatan pada klien untuk mengontrol asuhan keperawatan
yang diberikan perawat pada klien. Apabila klien tidak mendapat pelayanan yang
memuaskan atau klien dirugikan karena kelalaian perawat maka klien dan keluarga
mempunyai hak untuk bertanya dan menuntut. Dinegara maju dimana standar ini telah
diberlakukan maka kekuatatan hukumnya sangat kuat. Apabila perawat melakukan
kelalaian karena tindakan yang menyimpang dari standar maka perawat dianggap
melanggar hukum dan harus dituntut pertanggung jawabannya. Oleh karena itu setiap
perawat harus betul-betul memahami standar praktek keperawatan agar dapat
memberikan pelayanan yang bermutu pada klien. Sebagai contoh, Jensen dan Bobak
mengemukakan hukum of Torts yang memuat tentang kegiatan yang dikehendaki dari
perawat : mencegah penyakit mata pada bayi baru lahir, mendokumentasikan penyakit
akibat hubungan seksual. Pada pasal 53 ayat 2 dan 4 Undang-undang kesehatan Nomer
23 tahun 1992, dinyatakan bahwa ?tenaga kesehatan termasuk perawat dalam melakukan
tugasnya berkewajiban mematuhi standar profesi dan menghormati hak klien?. Dari
uraian tersebut jelaslahbahwa standar profesi keperawatan mempunyai dasar hukum dan
barang siapa yang melanggar akan menerima sangsi atau hukuman. Dimensi praktek
profesional adalah adanya sistem etik. Etik adalah standar untuk menentukan benar atau
salah dan untuk pengambilan keputusan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh dan
terhadap manusia. (Wijayarini M.A,1996,h.13) .
CONTOH STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN KLINIS ( ANA,1991,h..9 )
Standar I : Pengkajian Perawat mengidentifikasi dan pengumpulan data tentang status
kesehatan klien. Pengkajian ini darus lengkap, sistematis dan berkelanjutan. Kriteria
pengukuran : 1. Prioritas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi atau kebutuhan-
kebutuhan klien saat ini. 2. Data tetap dikumpulkan dengan tehnik-tehnik pengkajian
yang sesuai . 3. Pengumpulan data melibatkan klien, orang-orang terdekat klien dan
petugas kesehatan.. 4. Proses pengumpulan data bersifat sistematis dan
berkesinambungan. 5. Data-data yang relevan didokumentasikan dalam bentuk yang
mudah didapatkan kembali. Standar II :Diagnosa Perawat menganalisa data yang dikaji
untuk menentukan diagnosa. Kriteria pengukuran : 1. Diagnosa ditetapkan dari data hasil
pengkajian. 2. Diagnosa disahkan dengan klien, orang-orang terdekat klien, tenaga
kesehatan bila memungkinkan. 3. Diagnosa di dokumentasikan dengan cara yang
memudahkan perencanaan perawatan. Standar III : Identifikasi hasil Perawat
mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual pada klien. Kriteria pengukuran
: 1. Hasil diambil dari diagnosa. 2. Hasil-hasil didokumentasikan sebagai tujuan-tujuan
yang dapat diukur. 3. Hasil-hasil dirumuskan satu sama lain sama klien, orang-orang
terdekat klien dan petugas kesehatan. 4. Hasil harus nyata (realistis) sesuai dengan
kemampuan/kapasitas klien saat ini dan kemampuan potensial. 5. Hasil yang diharapkan
dapat dicapai dsesuai dengan sumber-sumber yang tersedia bagi klien. 6. Hasil yang
diharapkan meliputi perkiraan waktu pencapaian. 7. Hasil yang diharapkan memberi arah
bagi keanjutan perawatan. Standar IV : Perencanaan Perawat menetapkan suatu rencana
keperawatan yang menggambarkan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Kriteria pengukuran : 1. Rencana bersifat individuali sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan dan kondisi klien. 2. Rencana tersebut dikembangkan bersama
klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan. 3. Rencana tersebut
menggambarkan praktek keperawatan sekarang 4. Rencana tersebut didokumentasikan. 5.
Rencana tersebut harus menunjukkan kelanjutan perawatan.
Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasikan intervensi yang diidentifikasi dari rencana keperawatan.
Kriteria pengukuran : 1. Intervensi bersifat konsisten dengan rencana perawatan yang
dibuat. 2. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman dan tepat. 3. Intervensi
didokumentasikan Standar VI : Evaluasi Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap
hasil yang telah dicapai. Kriteria pengukuran : 1. Evaluasi bersifat sistematis dan
berkesinambungan. 2. Respon klien terhadap intervensi didokumentasikan. 3. Keefektifan
intervensi dievaluasi dalam kaitannya dengan hasil. 4. Pengkajian terhadap data yang
bersifat kesinambungan digunakan untuk merevisi diagnosa, hasil-hasil dan rencana
perawatan untuk selanjutnya, 5. Revisi diagnosa, hasil dan rencana perawatan
didokumentasikan. 6. Klien, orang-orang terdekat klien dan petugas kesehatan dilibatkan
dalam proses evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
American Nurses Associatiob,(1991), Standards Of Clinical Nursing Practice,
Whasington, DC, American Nurse Publising. Gillies, (1989), (1989), Nursing
Management, Philadelphia, W.B. Souders company Irawaty, D, (1996), Makalah Standar
Praktek Keperawatan, FIK, tidak dipublikasikan Jernigan and Young, (1983), Standards,
job discription and Performance evaluation, Norwalk : Appleton Century Croft.
Lokakarya Nasional Keperawatan, (1983), Makalah Keperawatan, Jakarta, tidak
dipublikasikan Wijayarini,M.A, Skp, MSN, (1996), Konsep Perawat Profesional, tidak
dipublikasikan

Definisi
Menurut (Gillies, 1989,h.121), standar adalah suatu pernyataan diskriptif yangmenguraikan
penampilan kerja yang dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil.Sedangkan
menurut (ANA,1992,hl.1), standar merupakan pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan
asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan profesional. (Sumber : Khotimah,
Standar Praktek Keperawatan
,

https://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-1/standar-praktek-keperawaan) Menurut
(Lokakarya Keperawatan Nasional tahun 1983), keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan ya
ngdidasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yangkomprehensif (dikutip oleh Priharjo, 1995). Pelayanannya juga ditujukan kepada
individu,keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus
kehidupanmanusia. (Sumber : Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009).
Fundamental of Nursing. Seven Edition.
)
Menurut ( Gillies, 1989, h. 121), standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan
yangmenguraikan suatu kualitas yang diinginkan terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikanuntuk klien. (Sumber : . (Sumber : Khotimah,
Standar Praktek Keperawatan
,

https://sites.google.com/site/stikeshusada/ikd-1/standar-praktek-keperawaan) Jadi dapat


disimpulkan, bahwa standar praktek keperawatan adalah batas ukuran bakuminimal yang harus
dilakukan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.Karena keperawatan telah
meningkat kemandiriannya sebagai suatu profesi, sejumlahstandar praktek keperawatan telah
ditetapkan. Standar untuk praktek sangat penting
sebagai petunjuk yang obyektif untuk perawat memberikan perawatan dan sebagai kriteria untuk
melakukan evaluasi asuhan ketika standar telah didefinisikan secara jelas, klien dapat
diyakinkan bahwa mereka mendapatkan asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi, perawat me
ngetahuisecara pasti apakah yang penting dalam pemberian askep dan staf administrasi dapat
menentukanapakah asuhan yang diberikan memenuhi standar yang berlaku.
B. Klasifikasi Praktek Keperawatan
a.

Perawat dan pelaksana praktek keperawatanPerawat memegang peranan penting dalam


menentukan dan melaksanakan standar praktekkeperawatan untuk mencapai kemampuan yang
sesuai dengan standar pendidikan Keperawatan.Perawat sebagai anggota profesi, setiap saat
dapat mempertahankan sikap sesuai dengan standart profesi keperawatan.

b.

Nilai-nilai pribadi dan praktek profesionalAdanya perkembangan dan perubahan yang terjadi
pada ruang lingkup praktek keperawatan
dan bidang teknologi medis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan konflik antara nilai-nilai
pribadi yang memiliki perawat dengan pelaksana praktek yang dilakukan sehari-hari selain itu pi
hak atasan membutuhkan bantuan dari perawat untuk melaksanakan tugas pelayanankeperawatan
tertentu, dilain pihak perawat mempunyai hak untuk menerima atau menolak tugastersebut sesuai
dengan nilai-nilai pribadi mereka.
C. Ciri

ciri Standar Praktek Keperawatan
Standar praktek keperawatan ini digunakan untuk mengetahui proses dan hasil
pelayanankeperawatan yang diberikan kepada pasien sebagai fokus utamanya.Praktek
keperawatan profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:1.

Otonomi dalam pekerjaan2.

Bertanggung jawab dan bertanggung gugat3.

Pengambilan keputusan yang mandiri4.

Kolaborasi dengan disiplin lain5.

Pemberian pembelaan6.

Memfasilitasi kepentingan pasien


D. Tipe Standar Keperawatan
Dua kategori standar keperawatan yang diterima secara luas adalah standar asuhan(
standar of care
) atau pertanyaan yang menguraikan level asuhan yang akan diterima
oleh pasien,dan standar praktek. (
standar of practice
) atau harapan terhadap kinerja perawat dalammemberikan standar asuhan . Aktifitas pemantaan
dan evaluasi memastikan bahwa
level perawatan pasien dan kinerja perawat telah dicapai dengan baik. Dua macam kinerja ini dir
ancang untuk mendukung perawat dalam praktek sehari-hari dengan menyediakan suatu sruktur
untuk praktek tersebut dan untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi
kontribusikeperawatan dalam perawatan pasien.
1.

Standar praktek
Standar praktek meliputi kebijakan (
police
), uraian tugas (
job deskription
), dan standar kinerja(
performance standar
). Ia menuntun perawat dalam melaksanakan perawatan pasien. Ia jugamenetapkan level kinerja
yang perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwastandar asuhan akan dicapai dan
menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapatdilakukan oleh perawat. Kebijakan
menetapkan sumber-sumber atau kondisi yang harus tersediauntuk menfasilitasi pemberian
asuhan.Uraian tugas mencerminkan kompetensi, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan
bagisemua staf yang memiliki peran atau posisi sebagai perawat. Sedangkan standar
kinerjaditurunkan dari uraian tugas dan menyediakan ukuran untuk mengevaluasi level perilaku
perawatyang didasarkan atas pengetahuan, ketrampilan, dan pencapaian aktifitas kemajuan
profesional
Standar Asuhan
Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana asuhan (
care plans
).Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan pasien yang aman dan memastikan
hasilyang berasal dari pasien ini. Prosedur adalah urain tahap pertahap tentang bagaimana
melakukanketerampilan psikomotor dan bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori
utama:manajemen pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralatan non
invatif;manajemen status fisiologis dan psikologis; dan diagnosa keperawatan tertentu. Standar
asuhangenetik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan bagi semua pasien
diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan biasanya mempunyai hubungan dengan
diagnosamedis pasien dan diagnosa keperawatan pasien.
E. Tujuan Standar Praktek Keperawatan
Standar praktek keperawatan mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan asuhan
atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayan
anuntuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan berguna bagi
Perawat
Pedoman membimbing perawat dalam menentukan tindakan keperawatan yang
dilakukanterhadap klien.
2.

Rumah sakit
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.
3.

Klien
Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.
4.

Profesi
Alat perencanaan mencapai target dan sebagai ukuran evaluasi.
5.

Tenaga kesehatan lain


Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati
dan bekerja sama dengan baik
F.

Manfaat Praktek Keperawatan

1.

Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan
alatmengukur mutu penampilan kerja perawat guna memberikan
feeedback
untuk perbaikan.

2.

Administrasi Pelayanan Keperawatan


Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola
staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.
3.

Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
4.

Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki
danmeningkatkan kualitas askep.
5.

Sistem Pelayanan Kesehatan


Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam
mengembangkanmutu askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan
kerja yang baikdan memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.
G.

Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan


Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:1.

Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola
praktekklinis perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.2.

Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan
yangdapat dipertanggung jawabkan.
Hubungan Standar dan Legislasi
Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi
pemantauanStandar Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.
Lisensi Praktik
Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab
terhadap pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran
etis. Hukum atauundang-undang tidak mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin
keselamatan pelaksanaan standar praktik keperawatan secara minimal.Undang-Undang
kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan 3 menyebutkan:
Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan
atau perawatan.
Ayat 3:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmukeperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.Isi undang-undang
tersebut, dapat diartikan bahwa lisensi sangat diperlukan oleh
perawat profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Penge
rtian lisensiadalah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen
kesehatan
berupa penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layana
n kesehatan.Lisensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan
RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang registrsi dan praktik perawat.

Whasington State Nursing Practice Act(


The State Nurses Association
) menyatakan bahwa orangyang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung
jawab terhadap individuuntuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
American nurse Association
(ANA)membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi institusional menjadi
lisensiindividual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:1)
Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung
gugat perawat yang merupakan bagian dari lisensi profesi.2)

Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan
adalah penting, maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.
UU Praktek Keperawatan
Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan,
tetapisebagian besar memiliki aturan yang serupa. Definisi tentang praktek
keperawatandipublikasikan oleh ANA pada tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang
mewakili
cakupan praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian da
n provinsi. Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU praktekk
eperawatan mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya
perankeperawatan dalam praktek keperawatan
H. Pengembangan Standar Keperawatan
Dalam menata standar dibutuhkan pertimbangan-perimbangan kerangka kerja yang
akandigunakan dan berbagai komponen agar standar terpenuhi, selanjutnya dipertimbangkan
siapayang menata standar dan bagaimana proses tersebut dikoordinasikan.Kerangka kerja yang
lazim dalam penataan standar, yaitu :1)

Donabedian Model

Struktur, proses, hasil

2)

Proses model “crossby”


3)

Model kualitas enam dimensi “Maxwell


4)

Model “Criteria Listing”(Crossby, 1989 dan Maxwell, 1984).


Standar keperawatan secara luas menggunakan dan mengadopsi kerangka kerja
ModelDonabedian yang dipadukan dengan berbagai konsep keperawatan.Standar harus tersedia
diberbagai tatanan dengan bermacam-macam pengertian dan persyaratan,namun essensial bagi
setiap operasional pelayanan kesehatan. Keperawatan profesi yang palingresponsive dalam
menata standar karena banyak hal-hal yang berperan penting dalam
asuhan pasien yang tidak disentuh (
intangibles
). Oleh karena itu dalam pengembangan standarkeperawatan membutuhkan pengertian yang
sangat mendasar tentang hakekat keperawatansebagai persyaratan awal, harus diidentifikasi
dengan jelas pengertian multifokal tujuankeperawatan. Selanjutnya perlu diidentifikasi hasil
asuhan pasien / klien

hasil yang diharapkanmenjadi standar asuhan, kemudian performance kinerja perawat
professional berorientasi pada proses keperawatan

menjadi stanar praktek dan berpotensial tidak merugikan

struktur pengelolaan menjadi standar biaya / anggaran. Persyaratan awal diatas tadi untuk menen
tukanhasil yang spesifik dan kaitannya dengan proses keperawatan dan hasil yang diharapkan.

A. Kode Etik dalam Keperawatan

Dalam ilmu keperawatan terdapat suatu standar yang akan menjadi pedoman bagi
perawat dalam melakukan tindakan atau praktik keperawatan profesional. Standar
tersebut adalah kode etik keperawatan. Dengan kode etik tersebut, perawat dapat
bertindak sesuai hukum atau aspek legal perawat. Selain itu, kode etik juga dapat
membantu perawat ketika mengalami masalah yang tidak adil. Karena kode etik adalah
pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku yang
menjadi kerangka kerja dalam membuat keputusan. Kode Etik juga memberikan
pemahaman kepada perawat untuk melakukan tindakan sesuai etika dan moral serta
akan menghindarkan dari tindakan kelalaian yang akan menyebabkan klien tidak
nyaman atau bahkan menyebabkan nyawa klien terancam.

1. Fungsi Kode Etik Perawat

Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan atau
pedoman bagi status perawat profesional yaitu dengan cara:

1. Menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan menerima


kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat
2. Menjadi pedoman bagi perawat dalam berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian
sebagai landasan dalam penerapan praktek etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi yaitu hubungan perawat
dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga profesional kesehatan lain
sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang kontributor dan dengan
masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan
4. Memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

INDONESIAN NATIONAL NURSING ASSOCIATION (INNA) BANJAR DISTRIC

2. Kode Etik Keperawatan Indonesia


Dalam profesi perawat, seorang perawat harus mampu memahami dan menerapkan
berbagai kode etik yang menjadi dasar mereka bertindak khususnya dalam tindakan
asuhan keperawtan. Beberapa kode etik yang ada di Indonesia yang harus di miliki oleh
seorang perawat professional yaitu:

Tanggungjawab Perawat terhadap Individu, Keluarga, dan Masyarakat

 Perawat berpedoman kepada tanggungjawab dari kebutuhan akan keperawatan individu,


keluarga dan masyarakat.
 Perawat memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat,
dan kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga, dan masyarakat.
 Perawat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur keperawatan.
 Menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan.
 Tanggungjawab terhadap Tugas
 Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu,
keluarga dan masyarakat.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
 Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan
yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika
menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.
 Tanggungjawab terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya
 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuannya.
 Tanggungjawab terhadap Profesi Keperawatan
 Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri dan
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan
perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.
 Tanggungjawab terhadap Pemerintah, Bangsa, dan Negara
 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang
diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut(kozier, Erb. 1990):

1. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota
tenaga kesehatan lainnya.
2. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan
pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu
permasalahan secara tidak adil.
3. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan
profesional.
4. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional.
B. Standar Etik dan Legal dalam Keperawatan

Setiap saat bekerja dan berhubungan dengan klien, rekan kerja, dan seluruh komunitas
tentu saja perawat selalu dihadapkan dengan pengambilan keputusan dalam setiap
tindakan yang dilakukan berkaitan dengan etika dan moral. Terdapat dua aturan yang
harus ditaati oleh perawat professional dalam mengambil tindakan yaitu:

 Standar etik
Panduan perilaku moral yaitu seseorang yang memberikan layanan kesehatan harus
bersedia secara sukarela dalam mengikuti standar etik.

 Hukum legal
Panduan berperilaku sesuai hukum yang sah. Jika aturan tersebut tidak dipatuhi maka
perawat wajib menerima tanggung gugatnya.

PERILAKU ETIK DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PROFESSIONAL

A. Perilaku Etik

Dua perilaku etik yang harus dimiliki oleh perawat profesional yaitu:

 Etik yang Berorientasi pada Kewajiban


Dalam hal ini, pedoman perawat adalah apa saja yang harus wajib dilakukan dan
kewajibannya dalam bertindak.

 Etik yang Berorientasi pada Larangan


Pedoman yang digunakan adalah apa saja yang dilarang yang tidak boleh dilakukan
oleh perawat sesuai kewajiban dan kebajikan.

1. Asas Etik dalam Keperawatan

Terdapat enam asas etik dalam keperawatan yaitu:

2. Asas menghormati otonomy klien( autonomy)


3. Asas manfaat( beneficence)
4. Asas tidak merugikan (non –maleficence)
5. Asas kejujuran( veracity)
6. Asas kerahasiaan ( confidentiality)
7. Asas keadilan( justice)
8. Autonomy yaitu klien memiliki hak untuk memutuskan sesuatu dalam pengambilan
tindakan terhadapnya. Seorang perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan
pengobatan kepada klien.
9. Beneficence yaitu semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat bagi klien. Oleh
karena itu, perlu kesadaran perawat dalam bertindak agar tindakannya dapat
bermanfaat dalam menolong klien.
10. Non- maleficence yaitu setiap tindakan harus berpedoman pada prinsip primum non
nocere ( yang paling utama jangan merugikan). Resiko fisik, psikologis, dan sosial
hendaknya diminimalisir semaksimal mungkin.
11. Veracity yaitu dokter maupun perawat hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya
tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh klien. Informasi
yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan klien agar klien mudah
memahaminya.
12. Confidentiality yaitu perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien
meskipun klien telah meninggal dunia.
13. Justice yaitu seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu berlaku adil
terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik, budaya, dan lain sebagainya.
B. Tindakan Perawat Profesional

Tindakan praktik keperawatan profesional adalah suatu proses ketika perawat


berkaitan langsung dengan klien dan dalam tindakan ini masalah klien dapat di
identifikasi dan di atasi.

1. Karakteristik Perawat Profesional

1. Otoriter yaitu memiliki kewenangan sesuai keahliannya yang akan mempengaruhi proses
asuhan melalui peran profesional.
2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri, dan profesi serta
mengambil keputusan sesuai dengan asuhan. Jika perawat profesional dalam melakukan
tindakan atau praktik keperawatan tidak sesuai etik, maka kita dapat menyelesaikannya
dengan:
a) D= Define the problem
b) E= Ethical review
c) C= Consider the option
d) I= Investigate outcome
e) D= Decide on action
f) E= Evaluate result
Contoh Kasus “Kasus Jari Bayi Tergunting”
Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu tidak
meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah. Kejadian
tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf RS anak di
Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi tersebut baru berusia
tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung jari bayi tersebut masih
ditemukan di bak sampah. (Keterangan juru bicara rumah sakit Inggris Salford )

Cara penyelesaian:

 Define the problem/ memperjelas masalah yaitu mengkaji prosedur keperawatan yang
seharusnya dilakukan, dokumentasi keperawatan, serta rekam medis.
 Ethical review/ identifikasi komponen etik perawat harus mampu menggambarkan
komponen-komponen etik yang terlibat. Komponen etik dan hukum dalam masalah ini
berkaitan dengan kelalaian dan malpraktik
 Identifikasi orang yang terlibat karena yang menjadi korban adalah bayi maka yang berhak
memberikan sanksi adalah orang tua bayi. Sedangkan yang terlibat adalah perawat, staf
rumah sakit dan dokter yang melihat tangan bayi tersebut berdarah.
Identifikasi alternatif yang terlibat yaitu:

1. Menjelaskan dengan jalan damai dan kekeluargaan


2. Jika perawat tidak mau bertanggung jawab maka jalan terakhir adalah pengadilan hukum.
 Terapkan prinsip-prinsip etik yaitu nonmaleficence, beneficence, dan justice.
 Memutuskan tindakan yaitu pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
etik.
MASALAH LEGAL DALAM ETIK KEPERAWATAN

Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh setiap warganya.
Jika tidak mematuhi hukum maka setiap orang akan terikat denda atau bahkan
hukuman penjara. Namun secara hukum, kita tidak perlu takut akan terikat denda atau
hukuman penjara jika :

1. Hanya melakukan hal-hal yang diajarkan dan hanya ada pada cakupan pelatihan anda.
2. Selalu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang terbaru.
3. Menempatkan keselamatan dan kesejahteraan pasien sebagai hal yang terpenting.
A. Bentuk Kelalaian Perawat dalam Melakukan Tindakan Asuhan Keperawatan

Pada dasarnya, bentuk kelalaian yang dilakukan perawat tersebut dapat diketahui dari
hasil kerjanya. Untuk lebih jelasnya, 2 bentuk kelalaian tersebut adalah:
1. Tidak melakukan pekerjaan maupun tindakan sesuai yang diharapkan, misalnya: pasien
terbakar karena cairan enema yang disiapkan terlalu panas.
2. Tidak melakukan tugas dengan hati-hati, misalnya: pasien terjatuh dan cedera karena
perawat tidak memperhatikan penghalang tempat tidur klien.
B. Contoh Pelanggaran Kode Ktik Perawat

Berbagai macam pelanggaran kode etik perawat yaitu:

1. Tindakan Aborsi adalah menggugurkan kandungan


2. Euthanasia adalah keinginan pasien untuk mati dengan bantuan tenaga medis, karena nyawa
pasien tersebut akan mati beberapa waktu kemudian.
3. Diskriminasi pasien HIV yaitu membedakan pasien terkena HIV
4. Diskriminasi SARA yaitu membedakan pasien dari segi status, budaya,ras dan agama.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINDAKAN MEDIK PERAWAT

A. Karakteristik Perawat

 Tingkat Pengetahuan
Menurut hasil penelitian Sudiro (2005), banyaknya kasus tindakan medik yang
dilakukan oleh perawat khususnya perawat yang berada di daerah pedesaan,
disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan perawat terhadap fungsi dan
peranannya.

 Tingkat Pendapatan
Banyak perawat bergaji di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Sebagai gambaran,
gaji perawat pemerintah di Indonesia antara Rp 300.000,- – Rp1.000.000,- per bulan
tergantung golongan, sementara perawat di Filipina tak kurang dari Rp 3.500.000,-.
Wajar jika para perawat melakukan tindakan medik mandiri untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Kompas, 2007).

 Lama kerja
Lama kerja juga dapat memberikan implikasi yang berbeda terhadap kemungkinan
berbagai tindakan keperawatan lainnya. Semakin lama seorang perawat menjalankan
tugasnya, maka semakin banyak juga tindakan medik yang mampu untuk dilakukan.

B. Karakteristik Pasien

Menurut Dever (1984) yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinants of Health Service
Utilization”, faktor karakteristik pasien atau masyarakat merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan disamping faktor-faktor lain.
Lebih jelas Dever menjelaskan faktor-faktor tersebut adalah:
1. Faktor Sosio Kultural

Ada 2 macam yaitu:


 Norma dan Nilai
Seorang wanita hamil cenderung akan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ditangani oleh seorang wanita. Hal ini menyebabkan banyak wanita tidak nyaman untuk
bersalin pada fasilitas kesehatan yang ditangani oleh dokter atau perawat laki-laki.

 Teknologi
Kemajuan teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai
contoh dengan ditemukannya berbagai macam vaksin pencegahan penyakit menular
yang dapat mengurangi angka penyakit.

2. Faktor Organisasional

 Ketersediaan sumber daya yaitu suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut
tersedia.
 Keterjangkauan lokasi yaitu peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak,
waktu tempuh, maupun biaya tempuh yang mengakibatkan peningkatan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.
 Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan
karakteristik provider terhadap konsumen seperti etnis, jenis kelamin, umur, ras, dan
hubungan keagamaan.
 Karakteristik struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagai macam bentuk praktik
pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatan mengakibatkan pola
pemanfaatan yang berbeda-beda.
3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)
a) Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh:

1. faktor sosio demografi, meliputi: umur, seks, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah
anggota keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).
2. faktor sosio psikologi, meliputi: persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap
perawatan medis/dokter, dan
3. faktor epidemiologis, meliputi mortalitas, morbilitas, disability, dan faktor resiko.
b) Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh:
1. Faktor ekonomi, yaitu adanya keterbatasan konsumen untuk mengakses pelayanan
kesehatan.
2. Faktor karakteristik provider, meliputi tiga tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas,
keahlian petugas, dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut.
C. Landasan Teori

1. Tindakan medik adalah tindakan pemberian suatu substansi yang digunakan untuk
mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi, membebaskan, atau mencegah penyakit
(Priharjo, 2005).
2. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1239/Menkes/Sk/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Keperawatan, pasal 15 (d) dinyatakan bahwa perawat tidak dapat melakukan
tindakan medik. Tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis
dari dokter. Dalam hal ini perawat bekerja secara kolaboratif dengan dokter. Namun dalam
kenyataanya, banyak ditemukan kasus tindakan medik yang dilakukan oleh perawat tanpa
kolaboratif (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2008).

Kode etik keperawatan Indonesia : Terdiri dari 5 Bab, dan 17 pasal. yaitu:

1. Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat

 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada


tanggungjawab yang bersumber dari adanya kebutuhan akan keperawatan individu,
keluarga dan masyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya di bidang keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat-istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat dalam melaksanakan kewajibannya bagi individu, keluarga dan masyarakat
senantiasa dilandasi dengan rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur
keperawatan.Tanggungjawab terhadap tugas.
 Perawat senantiasa menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga dan
masyarakat dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan khususnya serta
upaya kesejahteraan umum sebagai bagian dari tugas kewajiban bagi kepentingan
masyarakat.

2. Tanggungjawab terhadap tugas

 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
 Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan untuk tujuan
yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
 Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan penuh
kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
 Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika
menerima atau mengalihtugaskan tanggungjawab yang ada hubungannya dengan
keperawatan.

3. Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya

 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan tenaga
kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
 Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya
kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi lain
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
4. Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan

 Perawat senantiasa berupaya meningkatkan kemampuan profesional secara sendiri-sendiri


dan atau bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
 Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan
perilaku dan sifat pribadi yang luhur.
 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan dan pendidikan keperawatan.
 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi
keperawatan sebagai sarana pengabdiannya.

5. Tanggungjawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara

 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang


diharuskan oleh pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada
pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada
masyarakat.

Kode Etik Perawat


Mukadimah

Berkat bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan tugas pengabdian untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan tanah air, Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) menyadari bahwa perawat Indonesia yang berjiwa pancasila dan
UUD 1945 merasa terpanggil untuk menunaikan kewajiban dalam bidang keperawatan
dengan penuh tanggung jawab, berpedoman kepada dasar-dasar seperti tertera di
bawah ini:

A. Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik,
dan agama yang dianut serta kedudukan social.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama dari klien
3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

B. Perawat dan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang keperawatan


melalui belajar terus menerus
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku professional

C. Perawat dan Masyarakat

1. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai


dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

D. Perawat dan Teman Sejawat

1. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun


dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan illegal.

E. Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan


pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

F. Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang


diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai.
Standar asuhan keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan
dapat dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan
antara kualitas dan standar menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena
melalui standar dapat dikuantifikasi sebagai bukti pelayanan meningkat dan
memburuk (Wilkinson, 2006).
Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan pada dasarnya mengukur kualitas
asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen organisasi. Dalam
pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka kerja yang lazim
sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab mengembangkan standar
bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar asuhan berfokus pada hasil
pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja perawat professional untuk
memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial juga harus dikembangkan
dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat bermanfaat bagi pasien, profesi
perawat dan organisasi pelayanan (Kawonal, 2000).
Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti
merancang kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar
pemerataan dan distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi
perawat professional sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam
tatanan pelayanan keperawatan professional (Suparti, 2005)
PPNI telah menyusun Standar Asuhan Keperawatan sebagai panduan bagi perawat
Indonesia untuk melakukan Asuhan Keperawatannya.
Detail mengenai standar asuhan keperawatan bisa diperoleh di kantor
sekretariat PPNI.

PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di Indonesia
mencakup:

a. Pendidikan Vokasional;

yaitu jenis pendidikan diploma sesuai dengan jenjangnya untuk memiliki


keahlian ilmu terapan keperawatan yang diakui oleh pemerintah Republik
Indonesia.

b. Pendidikan Akademik;

yaitu pendidikan tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang diarahkan
terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu

c. Pendidikan Profesi;
yaitu pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.
Sedangkan jenjang pendidikan keperawatan mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis dan doktor. Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas
No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), bersama
dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), telah menyusun
dan memperbaharui kelengkapan sebagai suatu profesi.
Perkembangan pendidikan keperawatan sungguh sangat panjang dengan berbagai
dinamika perkembangan pendidikan di Indonesia, tetapi sejak tahun 1983 saat
deklarasi dan kongres Nasional pendidikan keperawatan indonesia yang dikawal
oleh PPNI dan diikuti oleh seluruh komponen keperawatan indonesia, serta
dukungan penuh dari pemerintah kemendiknas dan kemkes saat itu serta
difasilitasi oleh Konsorsium Pendidikan Ilmu kesehatan saat itu, sepakat bahwa
pendidikan keperawatan Indonesia adalah pendidikan profesi dan oleh karena itu
harus berada pada pendidikan jenjang Tinggi.dan sejak itu pulalah mulai dikaji
dan dirangcang suatu bentuk pendidikan keperawatan Indonesia yang pertama
yaitu di Universitas Indonesia yang program pertamannya dibuka tahun 1985.
Sejak 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama dengan Kemendiknas
melalui project Health Profession Educational Quality (HPEQ), menperbaharui
dan menyusun kembali Standar Kompetensi Perawat Indonesia, Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan Indonesia, Standar Pendidikan Ners, standar borang
akreditasi pendidikan ners Indonesia. dan semua standar tersebut mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor.8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI) dan sat ini sudah diselesaikan menjadi dokumen negara yang
berkaitan dengan arah dan kebijakan tentang pendidikan keperawatan Indonesia.
Standar-standar yang dimaksud diatas juga mengacu pada perkembangan keilmuan
keperawatan, perkembangan dunia kerja yang selalu berubah, dibawah ini sekilas
saya sampaikan beberapa hal yang tertulis dalam dokumen Naskah Akademik
Pendidikan Keperawatan, yang berkaitan dengan Jenis, jenjang, Gelar akademik
dan Level KKNI;
Jenis Pendidikan Keperawatan Indonesia:

1. Pendidikan Vokasi; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan


penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat
2. Pendidikan Akademik; yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan yang mengcakup
program sarjana, magister, doktor.
3. Pendidikan Profesi; yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mencapai
kompetensi profesi perawat.

Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan Indonesia dan sebutan Gelar:

1. Pendidikan jenjang Diploma Tiga keperawatan lulusannya mendapat sebutan


Ahli Madya Keperawatan (AMD.Kep)
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (Sarjana+Profesi), lulusannya
mendapat sebutan Ners(Nurse),sebutan gelarnya (Ns)
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, Lulusannya mendapat gelar
(M.Kep)
4. Pendidikan jenjang Spesialis Keperawatan, terdiri dari:

1) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, lulusannya (Sp.KMB)


2) Spesialis Keperawatan Maternitas, Lulusannya (Sp.Kep.Mat)
3) Spesialis Keperawatan Komunitas, Lulusannya (Sp.Kep.Kom)
4) Spesialis Keperawatan Anak, Lulusannya (Sp.Kep.Anak)
5) Spesialis Keperawatan Jiwa, Lulusannya (Sp.Kep.Jiwa)

Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan, Lulusannya (Dr.Kep)


Lulusan pendidikan tinggi keperawatan sesuai dengan level KKNI, adalah sebagai
berikut:

1. Diploma tiga Keperawatan - Level KKNI 5


2. Ners (Sarjana+Ners) - Level KKNI 7
3. Magister keperawatan - Level KKNI 8
4. Ners Spesialis Keperawatan - Level KKNI 8
5. Doktor keperawatan - Level KKNI 9

Anda mungkin juga menyukai