Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangin dari pengamatan peneliti pada pelaksanaan proses pembelajaran
di SMK Negeri 2 Mandrehe, yang selama ini mengalami hambatan dalam peningkatkan hasil belajar
siswa yang masih belum memenuhi KKM 70. Penelitian ini bertujuan 1). untuk mendeskripsikan
pelaksanaan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran contextual teaching and
learning pada kompetensi dasar memahami spesifikasi dan karakteristik beton, 2). untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memahami spesifikasi dan karakteristik beton
dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning pada siswa kelas X desain
pemodelan dan informasi bangunan di semester ganjil. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (PTK). Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi responden guru, lembar observasi
keaktifan siswa, tes hasil belajar, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMK
Negeri 2 Mandrehe dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X-DPIB semester ganjil tahun pelajaran
2021/2022 yang berjumlah 12 orang. Berdasarkan hasil penelitian: 1). pada siklus I rata-rata hasil
pengamatan terhadap responden guru dalam proses pembelajaran pertemuan pertama 55% dan
pertemuan kedua 61% dengan rata-rata persentase 58%. Persentase pengamatan terhadap siswa yang
aktif dalam kegiatan pembelajaran pertemuan pertama 44,74% dan pertemuan kedua 58,5% dengan rata-
rata persentase 51,62%. Rata-rata hasil belajar siswa 65,85 dengan persentase ketuntasan 41% dan
persentase ketidaktuntasan 59%, dan 2). pada siklus II presentase pengamatan terhadap responden guru
dalam proses pembelajaran pertemuan pertama 78% dan pertemuan kedua 92% dengan rata-rata 85%.
Persentase pengamatan terhadap siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran pertemuan pertama
82,5% dan pertemuan kedua 91% dengan rata-rata 86,75%. Rata-rata hasil belajar siswa 81,66 dengan
persentase ketuntasan 100% dan presentase ketidaktuntasan 0%, sehingga telah mencapai target
ketuntasan 70. Dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning, dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar memahami spesifikasi dan karakteristik beton.
Kata Kunci: model pembelajaran, contextual teaching and learning, hasil belajar siswa
Abstract
The background of this research is the observation of researchers on the implementation of the
learning process at SMK Negeri 2 Mandrehe, which has so far experienced obstacles in improving
student learning outcomes that have not met KKM 70. This research aims 1). to describe the
implementation of the learning process by applying the contextual teaching and learning model to the
basic competencies of understanding the specifications and characteristics of concrete, 2). to determine
the increase in student learning outcomes in basic competence of understanding the specifications and
characteristics of concrete by using the contextual teaching and learning model for class X students of
building design modeling and information in odd semesters. This type of research is classroom action
research (CAR). The instruments used were teacher respondent observation sheets, student activity
observation sheets, learning achievement tests, interviews, and documentation. This research was
conducted at SMK Negeri 2 Mandrehe with the research subjects being class X-DPIB students in the
odd semester of the 2021/2022 academic year, with a total of 12 people. Based on research results: 1).
in cycle I the average result of observations of teacher respondents in the learning process of the first
meeting was 55% and the second meeting was 61% with an average percentage of 58%. The percentage
of observations of students who were active in learning activities in the first meeting was 44.74% and
58.5% in the second meeting with an average percentage of 51.62%. The average student learning
outcomes are 65.85 with a completeness percentage of 41% and an incomplete percentage of 59%, and
2). in cycle II the percentage of observations of teacher respondents in the learning process of the first
meeting was 78% and the second meeting was 92% with an average of 85%. The percentage of
observations of students who were active in learning activities in the first meeting was 82.5% and 91%
in the second meeting with an average of 86.75%. The average student learning outcomes are 81.66
with a completeness percentage of 100% and a incompleteness percentage of 0%, so that the target has
reached 70 completeness. By applying the contextual teaching and learning learning model, it can
improve student learning outcomes in the basic competencies of understanding concrete specifications
and characteristics.
Keywords: learning model, contextual teaching and learning, student learning outcomes
(𝛼 = 0,05). Jadi untuk df = N-2 = 12-2 = Kemudian di hitung jumlah skor ideal
10, rtabel = 0,576 dan karena r11 >rtabel, maka dan di dapat hasil 52. Sehingga dari
tes dinyatakan reliabel. data yang di dapat disubtitusikan
dalam rumus mencari persentase
c. Tingkat Kesukaran pengamatan guru, dari hasil
Untuk mengetahui apakah tingkat pengamatan guru di dapat hasil
kesukaran pada kisi-kisi tes sesuai dengan (responden guru) mencapai 55%.
kondisi yang sebenarnya di sekolah, b) Pada pengamatan keaktifan siswa
berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk dalam kegiatan pembelajaran pada
setiap soal dilakukan perhitungan tingkat siklus I pertemuan pertama, dari hasil
kesukaran, dengan rumus mean di bagi pengamatan dideskripsikan dalam
dengan skor maksimum maka untuk nilai persen dengan menggunakan rumus
kesukaran untuk item nomor 1 yaitu 0,70 persentase pengamatan, dari hasil
(mudah). nomor 2; 0.53 (sedang), nomor 3; rata-rata pengamatan siswa yang aktif
0.53 (sedang), nomor 4; 0.55 (sedang), mengikuti pembelajaran mencapai
nomor 5; 0.62 (sedang), nomor 6; 0.71 44,75%.
(mudah), nomor 7; 0.57 (sedang), nomor 8; c) Rata-rata hasil pengamatan siswa
0.71 (mudah), nomor 9; 0.58 (sedang), yang tidak aktif mencapai 55,25%.
Nomor 10; 0.55 (sedang).
2) Pertemuan 2
d. Daya Pembeda a) Dari hasil pengamatan pada Siklus I
Untuk mengetahui apakah setiap item pertemuan kedua skor yang diperoleh
tes dapat membedakan siswa yang mampu 32, sehingga rata-rata pengamatan
dangan siswa yang kurang mampu maka didapatkan 2,46. Skor ideal 52,
dilakukan perhitungan daya pembeda sehingga dari hasil pengamatan
berdasarkan hasil uji coba instrumen (responden guru) mencapai 61%.
diperoleh untuk item nomor 1 maka mean Pada pertemuan Kedua mulai ada
data kelompok atas = 18,6 dan mean data peningkatan namun demikian masih
kelompok bawah = 9,3 maka mencari daya terdapat beberapa kelemahan yang
pembeda = mean data kelompok atas di perlu disempurnakan pada siklus
kurang mean data bawah dan di bagi skor berikutnya.
maksimum, maka hasilnya 18,6 – 9,3 : 20 = b) Pada pengamatan Keaktifan siswa
0,46. Dengan mengikuti langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran pada
pada item nomor 1, maka perhitungan daya siklus I pertemuan kedua, dari hasil
pembeda soal nomor 2 sampai dengan pengamatan dideskripsikan dalam
nomor 10 dapat dilakukan ternyata semua persen dengan menggunakan rumus,
item tes dapat di terima atau baik, artinya dari hasil rata-rata pengamatan siswa
seluruh item tes dapat membedakan siswa yang aktif mengikuti pembelajaran
yang mampu dengan siswa yang kurang mencapai 58,5%.
mampu. c) Pada pengamatan siswa yang tidak
aktif pada siklus I pertemuan kedua
2. Paparan Data Penelitian dihitung dengan persen 100%.
a. Siklus I pengamatan siswa yang aktif.
1) Pertemuan 1 Sehingga rata-rata hasil pengamatan
a) Hasil pengamatan pada proses siswa yang tidak aktif mencapai
pembelajaran responden guru pada 41,5%.
siklus I pertemuan I di dapat jumlah 3) Akhir Siklus I
skor 29 kemudian skor disubtitusikan a) Pada Siklus I Pertemuan 1
dalam rumus. Di mana rata-rata Hasil pengamatan proses
pengamatan didapatkan hasil 2,23. pembelajaran responden guru
d. Tetap memotivasi siswa untuk lebih aktif pelajaran untuk membantu Penguasaan
dalam proses pembelajaran. materi, Aktif dalam kelompok, Presentasi
e. Mengupayakan keadaan kelas yang lebih kelompok, dan Menjawab pertanyaan.
kondusif dan juga menyenangkan. . Berdasarkan uraian tersebut di atas
Pada siklus II diperoleh rata-rata hasil maka dibandingkan temuan dengan teori,
Persentase pengamatan pada proses yaitu pelaksanaan proses pembelajaran
pembelajaran responden guru pada contextual teaching and learning dapat
pertemuan 1 dan pertemuan 2 yaitu 85% meningkatkan hasil belajar siswa jika di
termasuk kategori baik. Demikian juga rata- terapkan dan dilakukan pencermatan dan
rata persentase keaktifan siswa dalam perbaikan dalam melaksanakan proses
proses pembelajaran pertemuan 1 dan pembelajaran dalam setiap pertemuan dan
pertemuan 2 diperoleh rata-rata direfleksikan untuk mengetahui kelemahan
pengamatan mencapai 86,75% termasuk pada proses pembelajaran.
kategori baik . Rata-rata hasil belajar siswa Implikasi penelitian ini adalah
pada siklus II mencapai 81,66 tergolong melalui penerapan model pembelajaran
kategori baik dan persentase ketuntasan contextual teaching and learning yang
belajar siswa mencapai 100%. memiliki keunggulan di banding dengan
Berdasarkan hasil belajar siswa pada model pembelajaran yang lain. Di mana
siklus II ternyata hasilnya sudah mencapai model pembelajaran contextual teaching
target yang diharapkan dan memenuhi and learning ini dapat menarik perhatian
standar KKM 70. Oleh sebab itu, siswa menjadi terpusat, menghindari
disimpulkan bahwa : kesalahan siswa dalam ingatan, melalui
a) Proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran ini
menerapkan model pembelajaran verbalisme dapat terhindari, dengan cara
contextual teaching and learning dapat siswa dapat mengamati secara langsung dan
meningkatkan hasil belajar siswa. dapat mengikuti pembelajaran yang
b) Rata-rata hasil belajar siswa dengan diberikan guru, sehingga siswa memiliki
menerapkan model pembelajaran kesempatan untuk membandingkan antara
contextual teaching and learning dapat teori dengan kenyataan. Oleh karena itu
meningkat dapat membuat siswa berminat untuk
Selama pelaksanaan ini diperoleh mengikuti proses pembelajaran dengan
beberapa temuan antara lain kegiatan siswa turut aktif bereksperimen, sehingga siswa
dalam proses pembelajaran baru efektif memperoleh pengalaman-pengalaman
ketika guru menyajikan materi pelajaran, kegiatan pembelajaran untuk
memberikan tugas dan siswa mengembangkan kecakapan dan
mempertanggungjawabkannya dengan memperoleh hasil belajar yang baik.
demikian siswa cepat menanggapi materi Melalui penelitian tindakan kelas ini
yang diajarkan. Sehingga proses diharapkan guru dapat memperbaiki proses
pembelajaran lebih bermanfaat serta pembelajaran serta dapat meningkatkan
kemampuan siswa lebih cepat memahami mutu dan relevansi pendidikan.
materi.
Sebagaimana diuraikan bahwa teori KESIMPULAN
dasar yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah penerapan Berdasarkan hasil penelitian yang
model pembelajaran contextual teaching telah dilaksanakan tentang penerapan
and learning. Model pembelajaran model pembelajaran contextual teaching
contextual teaching and learning dapat and learning dalam proses pembelajaran
membuat peserta didik lebih aktif, yaitu Dasar-Dasar Kontruksi Bangunan dan
dengan melibatkan peserta didik dalam Pengukuran Tanah di kelas X-DPIB SMK
belajar secara langsung pada materi Negeri 2 Mandrehe dapat disimpulkan