Perekonomian Pada Masa Khulafa Al - Rasyidin Kel 3
Perekonomian Pada Masa Khulafa Al - Rasyidin Kel 3
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
Di susun oleh :
Kelompok 3
MJ 4 C
2024
KATA PENGANTAR
Penulis/Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1
3. Sektor – Sektor Kebijakan Pada Masa Jabatan Umar Bin Khattab ........................... 5
3. Relevensi Pemikiran Utsman Bin Affan dengan Kondisi Saat Ini .......................... 16
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 21
B. Saran ........................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode awal Islam, yang terdiri dari era kenabian Muhammad Saw. dan era khulafaur
Rasyidin merupakan rentang waktu yang sangat penting dalam sejarah Islam. Sebabnya
adalah, pada periode ini ajaran Islam yang komprehensif meliputi seluruh aspek
kehidupan, baik ibadah, sosial, politik maupun ekonomi betul-betul diimplementasikan.
Dengan kata lain, periode awal Islam merupakan prototipe ideal yang harus ditiru oleh
masyarakat kita saat ini. Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin yang memimpin umat
Islam secara politik dan spiritual setelah kemangkatan Nabi Muhammad. Masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin meliputi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Perekonomian pada masa Khulafaur Rasyidin merupakan
subjek yang menarik karena memberikan wawasan tentang bagaimana konsep ekonomi
Islam diterapkan dalam praktiknya pada masa awal perkembangan agama Islam. Dalam
pengembangannya, perekonomian Islam pada periode ini berlandaskan pada prinsip-
prinsip keadilan, distribusi kekayaan, dan kesejahteraan sosial, sebagaimana yang
tergambar dalam ajaran Islam yang diwariskan oleh Nabi Muhammad.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kebijakan ekonomi pada masa Khulafa` Al - Rasyidin?
2. Bagaimana Perekonomian pada masa Abu bakar As-Sshiddiq?
3. Apa saja Implementasi perekonomian pada masa Umar bin Khattab?
4. Bagaimana Perekonomian pada masa Ustman bin Affan ?
5. Bagaimana keadaan ekonomi pada masa Ali bin Abi thalib?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja kebijakan ekonomi pada masa Khulafa` Al – Rasyidin
2. Untuk mengetahui bagaimana perekonomian pada masa Abu Bakar As- Shiddiq
3. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Umar bin Khattab
4. Untuk mengetahui perekonomian dan politik pada masa Usman bin Affan
5. Untuk mengetahui keadaan ekonomi pada masa Ali bin Abi thalib
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada masa Abu Bakar menjabat khalifah, Abu Bakar menerapkan beberapa kebijakan
umum di bidang perekonomian, antara lain :
a) Usaha dapat dilakukan melalui pelaksanaan perjanjian usaha, yang harus dibuat sesuai
dengan prinsip ekonomi syariah..
b) Mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang menentang dan melanggar zakat
2
c) Mengelola dan menghitung zakat dengan teliti dan benar.
d) Abu Bakar mengalokasikan zakat untuk pendapatan negara, yang kemudian disimpan di
Baitul Maal, sebagai hasil dari upaya mengumpulkannya.
e) Tidak ada penunjukan orang-orang yang terlibat dalam Perang Badar atau ahli Badar untuk
menjalankan pemerintahan negara.
f) Ulama Badari tidak memiliki hak yang lebih tinggi dalam pembagian kekayaan negara.
g) Manajemen komoditas tambang seperti perak, emas, besi, perunggu, baja, dan sebagainya,
yang merupakan sumber pendapatan pemerintah.
h) Memberikan pelatihan dan pemilihan direktur Baitul Mal.
i) Menentukan gaji karyawan berdasarkan karakteristik yurisdiksi tertentu.
j) Tidak mengubah atau bertentangan dengan kebijakan Nabi Muhammad SAW tentang
Jizyah. Tidak ada perintah khusus mengenai jenis Jizyah atau kadarnya yang diberikan oleh
Abu Bakar RA, seperti halnya Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, perhiasan,
kambing, unta, emas, pakaian kayu, dan hewan ternak lainnya dapat digunakan sebagai
Jizyah.
Dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah karena dua alasan: pertama, pendapat umum
bahwa khalifah harus dari suku Quraisy, dan kedua, para sahabatnya setuju. Profil Abu Bakar
sebagai khalifah didasarkan pada beberapa keutamaan yang dia miliki. Dengan kata lain,
mereka memprioritaskan orang dewasa yang baru memeluk Islam. Abu Bakar adalah
satusatunya sahabat Nabi Muhammad SAW yang pergi bersamanya selama hijrah. Ketika
beliau bersembunyi di gua Sari, Nabi Muhammad SAW sering memilih Abu Bakar untuk
memimpin salat ketika beliau pergi. Abu Bakar juga berasal dari kalangan bangsawan, cerdas,
dan berakhlak mulia.
3
Umar bin Khatthab juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana perawakannya tinggi besar
dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya. Umar adalah orang yang
sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Makkah. Umar bin Khatthab, sebelum memeluk
Islam merupakan orang yang sangat benci dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammmad.
Namun di antara keluarganya ada yang simpati bahkan sudah memeluk islam. Islamnya Umar
bin Khatthab membawa pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan Nabi Muhammad.
Dalam kurun waktu 30 tahun. Keikhlasan dan kebersihan hati dari segala hawa nafsu serta
cintanya pada keadilan membuat gelar al-Faruq melekat pada dirinya. Disebutkan bahwa
Rasulullah saw berkata: "Allah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar. Semenjak
Umar bin Khatthab memeluk agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah
tangguh. Dialah alFaruq yang memisahkan antara yang hak dengan yang batil dan penakluk
terbesar yang pernah dihasilkan Sejarah. (Fathonah, 2022)
4
mengangkat seorang kerabat. Umar bin Khatthab adalah pengganti saya, patuhi dan taatilah
dia!, orang-orang yang ada di masjid menjawab; kami patuh dan taat” .
Ketika Abu Bakar RA meninggal dunia, atas wasiat beliau Umar bin Khatthab RA
ditunjuk menjadi khalifah Islam yang kedua. Diantara sifat-sifat beliau yang luar biasa, sosok
Umar bin Khattab memiliki kewibawaan yang luhur, antara lain : adil, bertanggung jawab,
keras, kasar dan tegas dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan menghadapinya dengan
tegar dan penuh ketegasan, baik itu terkait masalah pribadi, negara dan agama, santun
terhadap rakyat dan sangat berwibawa, disegani, tajam firasatnya, luas ilmunya, cerdas
pemahamannya, dan lain sebagainya. Michael H. Hart, seorang penulis buku yang berjudul
“100 tokoh paling berpengaruh di dunia”, memposisikan khalifah Umar bin Khatthab RA
pada urutan ke 51 sebagai orang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Beliau dinilai paling
berperan dalam memperluas daulah khilafah islamiyah serta sebagai penerus cita-cita Nabi
Muhammad SAW. Kebijaksanaannya dan manajeman administrasi yang efisien menjadikan
Umar bin Khatthab sebagai salah seorang pemimpin yang paling sukses. ada masa
pemerintahannya,
Umar membentuk dua dewan penasihat: dewan penasihat umum dan dewan penasihat
khusus, yakni badan penasehat umum dan badan penasehat khusus. Badan penasehat umum
bertugas menyelesaikan persoalan jika negara dalam keadaan darurat atau bahaya. Dewan
Penasihat Umum bertugas menyelesaikan masalah ketika suatu negara dalam keadaan darurat
atau bahaya. Dewan Penasihat Khusus, di sisi lain, bertanggung jawab untuk menangani
masalah sehari-hari dan penting negara. Umar bin Khatthab telah menduduki jabatan khalifah
dengan sangat kuat selama 10 setengah tahun (1323 H / 634644 M). Masa pemerintahan Umar
Bin Khattab merupakan masa terbesar dalam sejarah kedaulatan Islam, bahkan dalam sejarah
peradaban manusia
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA serta para khulafaur rasyidin lainnya,
pendapatan negara berasal dari zakat, fai, kharâj, dan juga usyr. Pendapatan negara ini cukup
untuk mengelola pemerintahan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya.
Dokumen yang mendukung yang berkaitan dengan utang luar negeri yang dibuat selama
periode khulafaur rasyidin sampai saat ini masih belum ditemukan. Berbeda dengan Khalifah
Abu Bakar Al-Siddiq RA, Khalifah Umar bin Khattab RA mengimplementasikan kebijakan
5
keutamaan dalam penyebaran harta baitul mal. Beliau berpendapat bahwa kesulitan yang
dihadapi oleh umat Islam harus dipertimbangkan dalam memutuskan bagian harta negara.
Pembagian pemasukan dan pengeluaran kas negara ditentukan oleh jenis penerimaan. Dalam
hal ini, penerimaan negara dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Penerimaan yang peruntukannya telah ditentukan oleh nash, seperti penerimaan zakat dan
khums. Khums adalah salah satu ‘pajak’ wajib dalam Islam yang berasal dari harta orang-
orang kaya. Jumlahnya yang harus dibayarkan adalah satu perlima dari keuntungan yang
diperoleh setelah menyisihkan biaya-biaya yang digunakan (diluar dari kebutuhan pokok
dan hutang). (Fathonah, 2022)
Ketentuan orang yang wajib meberikan Khums nya diambil dari tujuh hal:
Harta rampasan perang.
Hasil dari barang-barang tambang (setelah menyisihkan biaya penambangan).
Harta karun.
Berbagai jenis permata, barang berharga dan semacamnya yang diambil dari dalam
laut.
Keuntungan perniagaan (setelah menyisihkan biaya dan kebutuhan hidup untuk
dirinya dan keluarga).
Tanah yang dibeli ahludzimmah dari muslim.
Harta halal yang bercampur dengan harta haram yang kadar dan pemiliknya tidak
diketahui.
Orang-orang yang memperoleh uang dan penghasilan dari hal-hal di atas, wajib
memberikan khumsnya kepada hakim syar`i untuk dipergunakan dengan sebagaimana
mestinya. Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa, “Ketahuilah bahwa keuntungan
(ghanimah) yang kalian peroleh, maka satu perlimanya adalah milik Allah, Rasulullah,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, bila memang kali an
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada hamba-Nya di hari Furqan (perang
Badar) dimana dua kelompok saling bertemu. Allah Mahakuasa atas segalanya.” [357]
2. Penerimaan yang tidak peruntukannya tidak dicantumkan dalam nash, seperti kharaj,
jizyah dan infaq. Kharaj adalah pajak tanah, semacam biaya yang dikeluarkan atas tanah
yang dimiliki oleh orang non-Muslim. Lebih tegas lagi, ini berarti "pajak yang dibayarkan
untuk kepemilikan tanah dan bukan jizyah”. Kharaj hanya dikeluarkan satu kali per tahun,
terlepas dari kenyataan bahwa tanah yang ditanam dan panen beberapa kali dalam
6
setahun. Sedangkan jizyah adalah berasal dari jaza’, yang berarti “ganti atau kompensasi”
atau “bayaran untuk tujuan kebaikan” atau “denda atas suatu kejahatan”. Secara lebih
detailnya, jizyah merupakan pajak yang dibebankan kepada kafir dzimmi sebagai imbalan
bagi perlindungan yang diberikan kepada diri mereka, keluarga dan segala sesuatu yang
menjadi tanggungannya. Dalam perkembangan selanjutnya khalifah Umar bin Khattab
merubah jumlah jizyah menjadi empat dinar bagi golongan kaya, dua dinar untuk kelas
menengah, dan satu dinar unuk kaum miskin. Setelah membayar jizyah, ternak dan hasil
ahli dzimmi dibebaskan dari zakat (pajak) dan usyr. Umar RA mendistribusikan zakat dan
khums seperti yang telah diatur oleh nash. Sedangkan yang lain didistribusikan untuk
tujuan yang berbeda, yang dibutuhkan dapat memenuhi proses jalannya pemerintahan.
Umar RA memisahkan pos-pos pengeluaran negara menjadi tiga jenis santunan sosial,
kebutuhan rutin, dan investasi. Atas dasar pemikiran ini, terlihat bahwa pemerintah Islam
sangat peduli dengan perkembangan pengusaha-pengusaha baru atau start up di tengah
masyarakat.
1. Tanah/lahan dapat memenuhi kebutuhan mendasar dan tahan lama bagi manusia
2. Tanah dalam jumlah terbatas
3. Tanah yang sifatnya tetap
4. Tanah bukan produk dari tenaga kerja. Jadi segala sesuatu selain tanah adalah produk
tenaga kerja. Bumi juga akan memberikan hasil yang bagus apabila segala prosesnya
dikembangkan dan dikelola dengan baik.
Dari sini Umar bin Khattab memahami bahwa perlu adanya persyaratan serta
pengawasan yang cukup ketat untuk manajemen yang ketat dalam pengelolaan tanah untuk
mencegah hal hal yang tidak di inginkan seperti pembagian atas tanah yang tidak adill. Umar
bin Khattab paham betul pentingnya sektor pertanian dalam proses keberlangsungan
perekonomian bangsa. Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, tanah yang
dinyatakan hak kepemilikannya oleh negara berkisar sekitar 4.000.000 hektar. Penghasilan
yang diterima atas pengelolaan tanah ini mencapai sekitar 7.000.000 dinar setiap tahunnya,
yang secara eksklusif diperuntukkan bagi kesejahteraan umat. Selain itu, kebijakan-kebijakan
lain yang diterapkan oleh khalifah Umar bin Khattab pada masa kepemimpinannya di dalam
sektor riil ini adalah kepemilikan tanah, dalam mengelola tanah-tanah yang yang berada pada
kepemilikan negara, Umar bin Khattab tidak membagi-bagikan tanah-tanah yang dikelola
negara tersebut kepada kaum muslimin secara cuma-cuma, tetapi beliau memberikan
sepenuhnya kepemilikan tanah tersebut kepada pemilik pertama, dengan ketentuan mereka
telah membayar kharaj dan jizyah sebesar 50% dari hasil panen yang dikumpulkan, atau
10
dengan demikian tanggung jawab atas tanah. dari tanah yang baru saja ditaklukkan tetap
diberikan kepada pemiliknya, terlepas dari apakah pemiliknya muslim ataupun nonmuslim.
11
masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal
ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran
kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang
tersentuh syiar agama. (Susanti, 2023)
a. Ekspansi Wilayah
Salah satu pencapaian utama Utsman adalah ekspansi wilayah kekhalifahan. Dengan
menaklukkan wilayah-wilayah baru seperti Khorasan, Mesir, dan sebagian besar wilayah
Persia, kekhalifahan Islam menerima aliran pendapatan tambahan dari hasil pajak dan
ghanimah (harta rampasan perang). Salah satu pencapaian utama Khalifah Utsman bin Affan
adalah ekspansi wilayah kekhalifahan Islam. Dengan menaklukkan wilayah-wilayah baru
seperti Khorasan, Mesir, dan sebagian besar wilayah Persia, kekhalifahan Islam mengalami
pertumbuhan wilayah yang signifikan. Hal ini memiliki beberapa dampak ekonomi yang
signifikan:
12
Utsman bin Affan, yang berkontribusi pada kemakmuran kekhalifahan Islam pada
masa itu
b. Standarisasi Mata Uang
Khalifah Utsman bin Affan memperkenalkan standarisasi mata uang dalam bentuk dinar
emas dan dirham perak selama masa pemerintahannya. Tindakan ini memiliki dampak
signifikan pada ekonomi kekhalifahan Islam pada masa itu:
1) Stabilitas Nilai Mata Uang: Dengan menetapkan berat dan nilai tetap untuk dinar emas
dan dirham perak, Utsman menciptakan stabilitas dalam sistem moneter. Hal ini
membuat perdagangan dan pertukaran ekonomi menjadi lebih mudah, karena para
pelaku ekonomi dapat dengan jelas menilai dan membandingkan harga barang dan
jasa.
2) Fasilitasi Perdagangan: Mata uang yang lebih terstandarisasi memfasilitasi
perdagangan baik di dalam maupun di luar kekhalifahan. Para pedagang dapat dengan
lebih mudah menghitung harga dan melakukan transaksi tanpa perlu khawatir tentang
fluktuasi nilai mata uang.
3) Peningkatan Kepercayaan: Standarisasi mata uang juga meningkatkan kepercayaan
dalam sistem moneter. Orang-orang memiliki keyakinan bahwa uang yang mereka
terima atau mereka keluarkan memiliki nilai yang konsisten.
4) Fasilitasi Pajak dan Pemasukan Keuangan: Pemerintah dapat lebih efisien
mengumpulkan pajak dalam bentuk mata uang yang konsisten. Ini membantu dalam
mengelola keuangan negara dengan lebih baik. Tindakan ini adalah salah satu contoh
bagaimana kebijakan moneter dapat berdampak signifikan pada stabilitas ekonomi
dan kemakmuran suatu negara atau kekhalifahan.
c. Perbaikan Infrastruktur
13
pertanian, hasil pertanian dapat ditingkatkan. Ini juga mendukung ketahanan pangan
kekhalifahan.
3) Fasilitas Umum: Selain jalan dan saluran irigasi, Utsman juga membangun berbagai
fasilitas umum seperti masjid, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya. Ini juga
berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
4) Pengembangan Kota: Beberapa kota berkembang pesat di bawah kepemimpinan
Utsman, yang menciptakan pusat-pusat ekonomi dan perdagangan yang penting.
Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Kufah, sebuah kota penting di Irak,
yang tumbuh pesat pada masa itu. Pembangunan infrastruktur seperti ini memberikan
kontribusi besar dalam meningkatkan produksi pertanian dan perdagangan di
berbagai wilayah kekhalifahan. Dengan infrastruktur yang lebih baik, masyarakat
dapat dengan lebih efisien mengakses sumber daya alam, memasarkan barang-barang
mereka, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran dalam kekhalifahan Islam pada masa itu. (Fahrani, 2023)
d. Peningkatan Perdagangan
Khalifah Utsman bin Affan memainkan peran kunci dalam membuka jalur perdagangan
baru dan memfasilitasi perdagangan antara berbagai wilayah dalam kekhalifahan Islam. Ini
memiliki sejumlah dampak positif pada perkembangan ekonomi dan pertukaran barang:
14
5) Peningkatan Kesejahteraan: Dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh
perdagangan yang lebih aktif, kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Lebih
banyak peluang kerja dan akses ke berbagai barang dan jasa menjadi tersedia
e. Pengembangan Pertanian
Beberapa manfaat dari manajemen yang efisien dari zakat dan infak pada masa Utsman
termasuk:
15
secara keseluruhan. Ini membantu masyarakat yang rentan untuk menjalani
kehidupan yang lebih layak.
3. Redistribusi Kekayaan: Sistem zakat dan infak adalah bentuk redistribusi
kekayaan dalam masyarakat. Ini membantu dalam mengurangi akumulasi
ekonomi di tangan sedikit orang dan memastikan bahwa sumber daya disalurkan
kembali kepada masyarakat yang lebih luas.
4. Keberlanjutan Sosial: Manajemen yang baik dari zakat dan infak dapat membantu
dalam membangun sistem keberlanjutan sosial.Ini menciptakan saluran
pendapatan yang stabil bagi masyarakat yang kurang mampu.
c) Pajak
Munculnya berbagai macam pajak karena semakin meluasnya negara-negara yang
ditaklukan oleh Islam ketika itu sehingga dalam melindungi mereka diperlukan biaya yang
tinggi yang sumbernya dapat berasal dari pajak. Pemerintahan Ustman ibn Affan juga
16
mengenakan pajak untuk kaum non muslim seperti kaum harbi dan kaum mu’hid yang
melintas di kawasan negara yang sedang dipimpin Ustman ibn Affan. Kaum harbi
dikenakan 1 per dua dari harta mereka sedangkan kaum mu’hid dikenakan 1 per 10 dari
harga perdangannya.
d) Infrastruktur
Salah satu strategi Utsman ibn Affan yang paling mencolok adalah pengaturan kekuatan
armada laut. Armada laut ini merupakan kekuatan armada laut perdana dalam dunia sejarah
Islam. Armada laut ini pada awalnya sudah diusulkan oleh Mu'awiyah, yang pada saat itu
menjabat sebagai Gubernur dan diusulkan kepada Umar ibn Khattab. Seperti diketahui,
Mu'awiyah merupakan pemimpin yang letaknya paling jauh dari ibu kota umat Islam.
Waktu itu, perjalanan dari Madinah ke Damaskus memerlukan waktu 40 hari 40 paling
dekat musuh. Romawi yang pernah dikalahkan dalam Perang Yarmuk di masa Abu Bakar
sewaktu-waktu dapat menyerang kaum muslimin di Syam. Mu’awiyah berpendapat,
angkatan laut perlu segera dibentuk untuk memperkuat pertahanan kaum muslimin
sekaligus mempermudah operasi penaklukan ke daerah-daerah baru. Namun Umar ibn
Khattab tampaknya belum memprioritaskan program tersebut. Mu’awiyah mengajukan
permohonan yang sama di masa Utsman ibn Affan. Permohonan tersebut akhirnya
dikabulkan dan akhirnya umat Islam memiliki angkatan lautnya yang pertama (Fahrani,
2023)
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya, para ahli sejarah
berpendapat bahwa Ali adalah lelaki pertama yang memercayai wahyu tersebut. Ali
diperkirakan masih berusia 10 tahun saat wahyu pertama kali turun kepada Nabi Muhammad
SAW. Ali menerima ajaran Islam yang dibawa Nabi tanpa paksaan, dan bahkan tanpa meminta
17
izin orang tuanya. Sejak saat itu, Ali selalu belajar langsung kepada Nabi Muhammad SAW
hingga ia menjadi menantunya
Konvensi umum gubernur yang berlaku mengenai pembagian dan pembagian APBN
untuk kepentingan daerah: Sesuai. Kekayaan ini biasanya digunakan untuk jihad dan
penaklukan. Misalnya, menyediakan senjata api, kendaraan, gaji militer, dan kebutuhan lain
yang dibutuhkan jihadis. Selain itu, untuk penempatan dan pembiayaan pegawai negeri sipil,
serta pegawai daerah lainnya. bahkan untuk membiayai penggalian mata air, sungai, jembatan,
dan saluran air. Ini membutuhkan dana dari pendapatan daerah. jika wilayah Baitul Mål atau
wilayah pajak terpisah dari wilayah umum. Oleh karena itu, gubernur dengan tanggung jawab
umum harus mengajukan permohonan kepada otoritas pajak untuk mendapatkan dana untuk
tujuan ini atau mempekerjakan staf khusus untuk proyek tersebut. Jika swasembada, dana
pekerjaan dan perlengkapannya kemudian diambil dari pendapatan daerah melalui kantor
pajak. Begitu pula, sebagian besar pembiayaan dan pendanaan diberikan oleh gubernur jika
tanggung jawab pemungut pajak dipisahkan, baik untuk tujuan jihad maupun untuk
kepentingan pembangunan daerah. Para fuqaha mengingatkan bahwa para gubernur (penjaga
wilayah) harus menggunakan uang tersebut untuk kemaslahatan umat Islam dan tidak boleh
menyia-nyiakannya.
18
Karena dana yang dikumpulkan dan tidak digunakan untuk kepentingan umat Islam,
menyetorkannya sama dengan menimbunnya secara tidak adil. Mereka menilai penitipan dana
dan dana masyarakat merupakan bentuk ketidakadilan dan kelalaian para wali. Daerah dan
daerah mempunyai hak yang lebih besar dalam menggunakan kekayaan daerah dan pajaknya
dibandingkan daerah lain. Oleh karena itu, kecuali kebutuhan daerah terpenuhi dan dana
tercukupi, administrator dan pemimpin daerah tidak boleh memindahkan dana tersebut dari
wilayah mereka ke Madinah atau Kufah.
Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, pertikaian politik di kalangan umat Islam
menjadi semakin penting, misalnya terjadi konflik dan peperangan antara Khalifah Ali dengan
Aisyah, Thalhah dan Zubair dalam Perang Jamal (Perang Jamal) dan pertempuran antara Ali
ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah (perang Shiffin) berakhir dengan tahkim (arbitrase) dan
berimplikasi pada munculnya mazhab dalam teologi Islam. Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama masa pemerintahannya ia mengalami berbagai pergolakan. Tidak ada periode sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menjabat sebagai khalifah, ia
memberhentikan para gubernur yang diangkat oleh khalifah Utsman. Dia percaya bahwa
pemberontakan itu karena kecerobohan mereka. Dia juga menarik tanah yang disumbangkan
oleh Utsman kepada negara dan memberikan pendapatannya kepada negara dan menggunakan
sistem distribusi pajak tahunan di antara umat Islam seperti yang digunakan oleh Umar.
19
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah melampaui
sungai Eufrat, Tigris dan Amu Dariyah, bahkan sampai Indus, akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan masyarakat
Arab memluk Islam, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks al-Qur’an atau
hadis sebagai sumber hokum Islam, Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa
kesalahan ini sangat fatal, terutama bagi orang orangyang akan mempelajari ajaran Islam
dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Oleh karena itu, Khalifah memerintahkan Abu
Al-Aswadal-Duali mengarang pokok pokok ilmu Nahwu Qawaid Nabahab).
3. Dalam Bidang Pembangunan
Pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,
terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuan politis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari berbagai rongrongan para
pembangkang, misalnya Muawiyah Bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota
tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian
menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu
Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya. Pembangunan kota Kufah ini dimaksudkan sebagai
salah satu cara Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak
semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh
dengan pusat pergerakan Muawiyah Bin Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat
strategis bagi pertahanan Khalifah
4. Dalam Bidang Pendidikan
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan erat kaitannya denganekspansi
Islam pada masa permulaannya. Penaklukan daerah-daerah baru itu seperti telah diuraikan
menyebabkan munculnya pusat-pusat pemukiman baru. Para sahabat utama baik dalam
kedudukan mereka sebagai pejabat, maupun dengan suka rela, berangkat ketempat-tempat
pemukiman baru itu dengan kota-kota lainnya untuk mengajarkan agama Islam kepada
penduduk setempat. Tidak jarang ditempat- tempat baru ini mereka berhadapan dengan
berbagai macam masalah. Pemecahan masalah- masalah tersebut merupakan cikal bakal
bagi lahirnya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang agama. (Pratama, 2023)
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin yang memimpin umat Islam secara politik
dan spiritual setelah kemangkatan Nabi Muhammad. Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
meliputi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa
Abu Bakar menjabat khalifah, Abu Bakar menerapkan beberapa kebijakan umum di bidang
perekonomian yaitu Mengelola dan menghitung zakat, Abu Bakar mengalokasikan zakat
untuk pendapatan negara, Tidak mengubah atau bertentangan dengan kebijakan Nabi
Muhammad SAW tentang Jizyah, dan kebijakan lain nya.
Setelah Abu Bakar wafat maka masuk lah kekhalifahan Umar Bin Khattab, ada
beberapa sektor kebijakan ekonomi pada masa Umar Bin Khattab yaitu: Kebijakan sektor
keuangan publik, kebijakan sektor politik ekonomi , dan kebijakan sektor rill. Masa
pemerintahan Umar Bin Khattab adalah masa pemerintahan yang paling lama. Lalu masuklah
kemasa khalifah Utsman Bin Affan yang diangkat melalui musyawarah menjelang wafat nya
Abu bakar. Pada masa ini utsman berada di posisi permulaan zaman perubahan. Kebijakan
masa pemerintahan Utsman Bin Affan yaitu Ekspansi wilayah, Standarisasi mata uang,
peningkatan perdagangan , dan pengembangan pertanian,
Lalu masuk lah ke masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, Pada masa kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib, pertikaian politik di kalangan umat Islam menjadi semakin penting, misalnya
terjadi konflik dan peperangan antara Khalifah Ali dengan Aisyah, Thalhah dan Zubair dalam
Perang Jamal (Perang Jamal) dan pertempuran antara Ali ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah
(perang Shiffin) berakhir dengan tahkim (arbitrase) dan berimplikasi pada munculnya mazhab
dalam teologi Islam.
B. Saran
Makalah ini dimulai dengan memberikan konteks sejarah singkat tentang periode
Khulafaur Rasyidin, yaitu keempat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Penjelasan ini akan membantu pembaca memahami latar belakang
ekonomi pada masa tersebut. Pastikan untuk mendukung setiap argumen dengan bukti historis
yang kuat dan kutipan dari sumber-sumber tepercaya tentang periode Khulafaur Rasyidin
untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
21
DAFTAR PUSTAKA
Fahrani, I. (2023). Pemikiran Ekonomi Masa Utsman bin Affan dan. Al-Istimrar: Jurnal
Ekonomi Syariah, Volume 2, Nomor 1,.
Fathonah, S. A. (2022). Implementasi Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Umar Bin
Khattab RA. Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, lume 1, Nomor 1.
Pratama, T. S. (2023). Masa Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib Dari Tahun 655-660M. Jazirah:
Jurnal Peradaban dan Kebudayaan, Vol. 4 No. (2).
Susanti, E. (2023). Perkembangan Perekonomian Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan.
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Volume 1, Nomor 10.
22