Anda di halaman 1dari 25

PEREKONOMIAN PADA MASA KHULAFA` AL - RASYIDIN

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Dosen Pengampu : Nurul Inayah, M.E

Di susun oleh :

Kelompok 3

MJ 4 C

Tasya Umaira (0506223178)

Siti Khairani (0506222163)

M. Fikri Tanjung (0506223093)

Aryadino Anggara (0506222066)

Nicholas Faisal Simanjuntak (0506222088)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2024
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuuh Puji syukur kehadirat Allah


SWT, yang telah memberikan segala berkah kenikmatan, rahmat dan karunia kepada kami,
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok 3 yang berjudul “Perekonomian
Pada Masa Khulafa` Al - Rasyidin”. Tidak lupa juga shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang mana syafaatnya sangat diharapkan di Yaumil akhir kelak. Aamiin
aamiin ya rabbal aalamiin. Disini penulis juga ingin mengucapkan banyaknya terimakasih
yang tidak terhitung kepada orang-orang yang ikut dan membantu dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga ucapan terimakasih untuk Dosen Pengampu mata
kuliah Sejarah pemikiran Ekonomi Islam yaitu Ibu Nurul Inayah, M.E yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini.
Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu dan menambah
wawasan dan pengetahuan kepada para pembaca. Dalam penulisan makalah ini juga kami
sangat menyadari masih banyaknya kekurangan. Untuk itu penulis makalah ini meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini dan penulisan makalah berikutnya. Akhir
kata penulis ucapkan sekian dan terimakasih.

Medan, 18 Maret 2024

Penulis/Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................... 2

A. Kebijakan Ekonomi Pasa Masa Abu Bakar As - Shiddiq RA ................................... 2

1. Biografi Abu Bakar As- Shiddiq ............................................................................. 2

2. Kekhalifahan Abu Bakar As - Shiddiq..................................................................... 2

B. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab RA ............................. 3

1. Biografi Khalifah Umar Bin Khattab ....................................................................... 3

2. Kekhalifahan Umar Bin Khattab ............................................................................. 4

3. Sektor – Sektor Kebijakan Pada Masa Jabatan Umar Bin Khattab ........................... 5

C. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan RA ................................. 11

1. Biografi Utsman Bin Affan ................................................................................... 11

2. Kekhalifahan Utsman bin Affan ............................................................................ 11

3. Relevensi Pemikiran Utsman Bin Affan dengan Kondisi Saat Ini .......................... 16

D. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Ali bin Abi Thalib ...................................................... 17

1. Biografi Ali bin Abi Thalib ................................................................................... 17

2. Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ........................................................................... 18

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 21

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 21

B. Saran ........................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode awal Islam, yang terdiri dari era kenabian Muhammad Saw. dan era khulafaur
Rasyidin merupakan rentang waktu yang sangat penting dalam sejarah Islam. Sebabnya
adalah, pada periode ini ajaran Islam yang komprehensif meliputi seluruh aspek
kehidupan, baik ibadah, sosial, politik maupun ekonomi betul-betul diimplementasikan.
Dengan kata lain, periode awal Islam merupakan prototipe ideal yang harus ditiru oleh
masyarakat kita saat ini. Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin yang memimpin umat
Islam secara politik dan spiritual setelah kemangkatan Nabi Muhammad. Masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin meliputi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Perekonomian pada masa Khulafaur Rasyidin merupakan
subjek yang menarik karena memberikan wawasan tentang bagaimana konsep ekonomi
Islam diterapkan dalam praktiknya pada masa awal perkembangan agama Islam. Dalam
pengembangannya, perekonomian Islam pada periode ini berlandaskan pada prinsip-
prinsip keadilan, distribusi kekayaan, dan kesejahteraan sosial, sebagaimana yang
tergambar dalam ajaran Islam yang diwariskan oleh Nabi Muhammad.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kebijakan ekonomi pada masa Khulafa` Al - Rasyidin?
2. Bagaimana Perekonomian pada masa Abu bakar As-Sshiddiq?
3. Apa saja Implementasi perekonomian pada masa Umar bin Khattab?
4. Bagaimana Perekonomian pada masa Ustman bin Affan ?
5. Bagaimana keadaan ekonomi pada masa Ali bin Abi thalib?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja kebijakan ekonomi pada masa Khulafa` Al – Rasyidin
2. Untuk mengetahui bagaimana perekonomian pada masa Abu Bakar As- Shiddiq
3. Untuk mengetahui perekonomian pada masa Umar bin Khattab
4. Untuk mengetahui perekonomian dan politik pada masa Usman bin Affan
5. Untuk mengetahui keadaan ekonomi pada masa Ali bin Abi thalib

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Ekonomi Pasa Masa Abu Bakar As - Shiddiq RA


1. Biografi Abu Bakar As- Shiddiq
Sahabat pertama Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar As-Siddiq, menjadi khalifah atas
permintaan Nabi Muhammad SAW. Dia adalah sahabat Daulah At-Taim, salah satu marga
Quraisy yang paling terkenal dalam hal keuangan. Abu Bakar adalah seorang pengusaha yang
ingin membantu orang yang terlilit hutang. Abu Bakar As- Shiddiq mempunyai ayah yang
bernama Ibnu Quhafah. Nama lengkap Abu Bakar adalah Abdullah bin Abu Quhafah Al
Tamimi. Abu Bakar berdagang kain. Sebelum menjadi nabi, Nabi Muhammad SAW bekerja
dengan Abu Bakar. Hadis tersebut menggambarkan Abu Bakar sebagai orang yang sangat
kurus sehingga kakinya kadang-kadang melemah hingga di atas mata kaki. (Hasanah, 2024)

2. Kekhalifahan Abu Bakar As - Shiddiq


Abu Bakar tiga tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW, dan dia disebut sebagai
assabiquna al-awwal, atau orang pertama yang masuk Islam. Utsman bin Affan adalah salah
satu dari banyak orang yang masuk Islam setelah Abu Bakar. Itu sebabnya Abu Bakar dipilih
sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW. Dia juga berhasil mendorong orang-orang kelas
bawah untuk memeluk Islam, seperti Bilal bin Rabbah, yang dia selamatkan dari penyiksa oleh
tuannya Umayyah bin Khallaf. Pemerintahan Abu Bakar berlangsung singkat, sekitar dua
tahun.Selama sekitar dua tahun kekhalifahan Abu Bakar, dia menghadapi banyak masalah di
tanah airnya, termasuk kelompok murtad, nabi palsu, dan orang-orang yang tidak mau
membayar zakat. Akhirnya, perang kemurtadan berakhir, dan Khalifah Abu Bakar menang.
Konsep ekonomi utama dari Perang Mundur menunjukkan kemampuan Abu Bakar untuk
membangun dasar perpajakan Islam. Zakat, yang merupakan sumber pendapatan pemerintah,
digunakan untuk mencapai hal ini.

Pada masa Abu Bakar menjabat khalifah, Abu Bakar menerapkan beberapa kebijakan
umum di bidang perekonomian, antara lain :

a) Usaha dapat dilakukan melalui pelaksanaan perjanjian usaha, yang harus dibuat sesuai
dengan prinsip ekonomi syariah..
b) Mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang menentang dan melanggar zakat

2
c) Mengelola dan menghitung zakat dengan teliti dan benar.
d) Abu Bakar mengalokasikan zakat untuk pendapatan negara, yang kemudian disimpan di
Baitul Maal, sebagai hasil dari upaya mengumpulkannya.
e) Tidak ada penunjukan orang-orang yang terlibat dalam Perang Badar atau ahli Badar untuk
menjalankan pemerintahan negara.
f) Ulama Badari tidak memiliki hak yang lebih tinggi dalam pembagian kekayaan negara.
g) Manajemen komoditas tambang seperti perak, emas, besi, perunggu, baja, dan sebagainya,
yang merupakan sumber pendapatan pemerintah.
h) Memberikan pelatihan dan pemilihan direktur Baitul Mal.
i) Menentukan gaji karyawan berdasarkan karakteristik yurisdiksi tertentu.
j) Tidak mengubah atau bertentangan dengan kebijakan Nabi Muhammad SAW tentang
Jizyah. Tidak ada perintah khusus mengenai jenis Jizyah atau kadarnya yang diberikan oleh
Abu Bakar RA, seperti halnya Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, perhiasan,
kambing, unta, emas, pakaian kayu, dan hewan ternak lainnya dapat digunakan sebagai
Jizyah.

Dipilihnya Abu Bakar sebagai khalifah karena dua alasan: pertama, pendapat umum
bahwa khalifah harus dari suku Quraisy, dan kedua, para sahabatnya setuju. Profil Abu Bakar
sebagai khalifah didasarkan pada beberapa keutamaan yang dia miliki. Dengan kata lain,
mereka memprioritaskan orang dewasa yang baru memeluk Islam. Abu Bakar adalah
satusatunya sahabat Nabi Muhammad SAW yang pergi bersamanya selama hijrah. Ketika
beliau bersembunyi di gua Sari, Nabi Muhammad SAW sering memilih Abu Bakar untuk
memimpin salat ketika beliau pergi. Abu Bakar juga berasal dari kalangan bangsawan, cerdas,
dan berakhlak mulia.

B. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Umar Bin Khattab RA


1. Biografi Khalifah Umar Bin Khattab
Umar bin Khatthab (581-644 M) bin Nafiel bin Abdul Uzza, lahir pada tahun 513 M di
Mekkah keturunan Bani Adiy, salah satu rumpun suku Quraisy, sekitar 12 tahun setelah
kelahiran Rasulullah Saw. Kelahiran Umar bin Khatthab merupakan suatu peristiwa besar di
kalangan suku Quraisy dikarenakan ayah Umar bin Khattab merupakan salah satu anggota
terkemuka di tengah suku Quraisy. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Hantamah
binti Hasyim bin al Mughirah al-Makhzumiyah. Hantamah merupakan sepupu dari Abu Jahal
yang juga suku Quraisy. Nasab Umar adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza
bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah.

3
Umar bin Khatthab juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana perawakannya tinggi besar
dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya. Umar adalah orang yang
sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Makkah. Umar bin Khatthab, sebelum memeluk
Islam merupakan orang yang sangat benci dengan ajaran yang dibawa Nabi Muhammmad.
Namun di antara keluarganya ada yang simpati bahkan sudah memeluk islam. Islamnya Umar
bin Khatthab membawa pengaruh yang sangat besar bagi perjuangan Nabi Muhammad.
Dalam kurun waktu 30 tahun. Keikhlasan dan kebersihan hati dari segala hawa nafsu serta
cintanya pada keadilan membuat gelar al-Faruq melekat pada dirinya. Disebutkan bahwa
Rasulullah saw berkata: "Allah menempatkan kebenaran di lidah dan di hati Umar. Semenjak
Umar bin Khatthab memeluk agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah
tangguh. Dialah alFaruq yang memisahkan antara yang hak dengan yang batil dan penakluk
terbesar yang pernah dihasilkan Sejarah. (Fathonah, 2022)

2. Kekhalifahan Umar Bin Khattab


Suatu ketika, saat Abu Bakar RA sedang menjabat sebagai seorang khalifah, beliau
jatuh sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidurnya, beliau merasakan bahwa
kemampuannya dalam menjadi pemimpin untuk rakyatnya tidak akan bertahan lama lagi,
sehingga ia ingin mencalonkan seseorang untu menjadi penggantinya, pemikiran seperti itu
didasarkan atas kepentingan terhadap umat yang memerlukan adanya sosok seorang
pemimpin yang hebat dan mampu mencegah terjadinya perpecahan antar golongan. Abu
Bakar benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun kecuali Umar bin Khatthab yang dapat
bertanggung jawab terhadap amanah yang berat itu. Untuk mewujudkan hal tersebut, beliau
meminta pertimbangan dari para sahabat seperti Usman bin Affan RA, Abd al-Rahman bin
Auf, Said bin Zaid dan lain-lain untuk menyepakati Umar bin Khattab sebagai pilihan beliau
untuk menggantikannya menjadi khalifah atau memimpin umat. Selain itu, karena Abu Bakar
ingin menerapkan sistem musyawarah dan demokrasi, maka beliau juga meminta pendapat
umum melalui tokoh-tokoh masyarakat yang dapat mewakili aspirasi masyarakat luas. Benar
saja, ternyata ada beberapa sahabat yang kurang setuju atas usulan Abu Bakar RA tersebut,
diantaranya adalah seorang sahabat yang bernama Talhah bin Ubaidillah. Mereka merasa
cemas karena bawaan Umar bin Khatthab adalah sosok yang keras dan karena kekerasannya
itupun umat akan terpecah belah. Mendengar penolakan itu, Abu Bakar sangat marah
Selanjutnya Abu Bakar bergegas menuju masjid tempat para sahabat berkumpul seraya
berkata: “Demi Allah, ada permasalahan apa kalian dengan orang yang akan dicalonkan
menjadi pemimpin kalian? Saya sudah berijtihat menurut pendapat saya dan tidak saya

4
mengangkat seorang kerabat. Umar bin Khatthab adalah pengganti saya, patuhi dan taatilah
dia!, orang-orang yang ada di masjid menjawab; kami patuh dan taat” .

Ketika Abu Bakar RA meninggal dunia, atas wasiat beliau Umar bin Khatthab RA
ditunjuk menjadi khalifah Islam yang kedua. Diantara sifat-sifat beliau yang luar biasa, sosok
Umar bin Khattab memiliki kewibawaan yang luhur, antara lain : adil, bertanggung jawab,
keras, kasar dan tegas dalam menyelesaikan berbagai persoalan dan menghadapinya dengan
tegar dan penuh ketegasan, baik itu terkait masalah pribadi, negara dan agama, santun
terhadap rakyat dan sangat berwibawa, disegani, tajam firasatnya, luas ilmunya, cerdas
pemahamannya, dan lain sebagainya. Michael H. Hart, seorang penulis buku yang berjudul
“100 tokoh paling berpengaruh di dunia”, memposisikan khalifah Umar bin Khatthab RA
pada urutan ke 51 sebagai orang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Beliau dinilai paling
berperan dalam memperluas daulah khilafah islamiyah serta sebagai penerus cita-cita Nabi
Muhammad SAW. Kebijaksanaannya dan manajeman administrasi yang efisien menjadikan
Umar bin Khatthab sebagai salah seorang pemimpin yang paling sukses. ada masa
pemerintahannya,

Umar membentuk dua dewan penasihat: dewan penasihat umum dan dewan penasihat
khusus, yakni badan penasehat umum dan badan penasehat khusus. Badan penasehat umum
bertugas menyelesaikan persoalan jika negara dalam keadaan darurat atau bahaya. Dewan
Penasihat Umum bertugas menyelesaikan masalah ketika suatu negara dalam keadaan darurat
atau bahaya. Dewan Penasihat Khusus, di sisi lain, bertanggung jawab untuk menangani
masalah sehari-hari dan penting negara. Umar bin Khatthab telah menduduki jabatan khalifah
dengan sangat kuat selama 10 setengah tahun (1323 H / 634644 M). Masa pemerintahan Umar
Bin Khattab merupakan masa terbesar dalam sejarah kedaulatan Islam, bahkan dalam sejarah
peradaban manusia

3. Sektor – Sektor Kebijakan Pada Masa Jabatan Umar Bin Khattab


a. Kebijakan Sektor Keuangan Publik

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA serta para khulafaur rasyidin lainnya,
pendapatan negara berasal dari zakat, fai, kharâj, dan juga usyr. Pendapatan negara ini cukup
untuk mengelola pemerintahan, termasuk untuk memenuhi kebutuhan sektor lainnya.
Dokumen yang mendukung yang berkaitan dengan utang luar negeri yang dibuat selama
periode khulafaur rasyidin sampai saat ini masih belum ditemukan. Berbeda dengan Khalifah
Abu Bakar Al-Siddiq RA, Khalifah Umar bin Khattab RA mengimplementasikan kebijakan

5
keutamaan dalam penyebaran harta baitul mal. Beliau berpendapat bahwa kesulitan yang
dihadapi oleh umat Islam harus dipertimbangkan dalam memutuskan bagian harta negara.
Pembagian pemasukan dan pengeluaran kas negara ditentukan oleh jenis penerimaan. Dalam
hal ini, penerimaan negara dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Penerimaan yang peruntukannya telah ditentukan oleh nash, seperti penerimaan zakat dan
khums. Khums adalah salah satu ‘pajak’ wajib dalam Islam yang berasal dari harta orang-
orang kaya. Jumlahnya yang harus dibayarkan adalah satu perlima dari keuntungan yang
diperoleh setelah menyisihkan biaya-biaya yang digunakan (diluar dari kebutuhan pokok
dan hutang). (Fathonah, 2022)
Ketentuan orang yang wajib meberikan Khums nya diambil dari tujuh hal:
 Harta rampasan perang.
 Hasil dari barang-barang tambang (setelah menyisihkan biaya penambangan).
 Harta karun.
 Berbagai jenis permata, barang berharga dan semacamnya yang diambil dari dalam
laut.
 Keuntungan perniagaan (setelah menyisihkan biaya dan kebutuhan hidup untuk
dirinya dan keluarga).
 Tanah yang dibeli ahludzimmah dari muslim.
 Harta halal yang bercampur dengan harta haram yang kadar dan pemiliknya tidak
diketahui.

Orang-orang yang memperoleh uang dan penghasilan dari hal-hal di atas, wajib
memberikan khumsnya kepada hakim syar`i untuk dipergunakan dengan sebagaimana
mestinya. Didalam Al-Quran dijelaskan bahwa, “Ketahuilah bahwa keuntungan
(ghanimah) yang kalian peroleh, maka satu perlimanya adalah milik Allah, Rasulullah,
kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, bila memang kali an
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada hamba-Nya di hari Furqan (perang
Badar) dimana dua kelompok saling bertemu. Allah Mahakuasa atas segalanya.” [357]

2. Penerimaan yang tidak peruntukannya tidak dicantumkan dalam nash, seperti kharaj,
jizyah dan infaq. Kharaj adalah pajak tanah, semacam biaya yang dikeluarkan atas tanah
yang dimiliki oleh orang non-Muslim. Lebih tegas lagi, ini berarti "pajak yang dibayarkan
untuk kepemilikan tanah dan bukan jizyah”. Kharaj hanya dikeluarkan satu kali per tahun,
terlepas dari kenyataan bahwa tanah yang ditanam dan panen beberapa kali dalam

6
setahun. Sedangkan jizyah adalah berasal dari jaza’, yang berarti “ganti atau kompensasi”
atau “bayaran untuk tujuan kebaikan” atau “denda atas suatu kejahatan”. Secara lebih
detailnya, jizyah merupakan pajak yang dibebankan kepada kafir dzimmi sebagai imbalan
bagi perlindungan yang diberikan kepada diri mereka, keluarga dan segala sesuatu yang
menjadi tanggungannya. Dalam perkembangan selanjutnya khalifah Umar bin Khattab
merubah jumlah jizyah menjadi empat dinar bagi golongan kaya, dua dinar untuk kelas
menengah, dan satu dinar unuk kaum miskin. Setelah membayar jizyah, ternak dan hasil
ahli dzimmi dibebaskan dari zakat (pajak) dan usyr. Umar RA mendistribusikan zakat dan
khums seperti yang telah diatur oleh nash. Sedangkan yang lain didistribusikan untuk
tujuan yang berbeda, yang dibutuhkan dapat memenuhi proses jalannya pemerintahan.
Umar RA memisahkan pos-pos pengeluaran negara menjadi tiga jenis santunan sosial,
kebutuhan rutin, dan investasi. Atas dasar pemikiran ini, terlihat bahwa pemerintah Islam
sangat peduli dengan perkembangan pengusaha-pengusaha baru atau start up di tengah
masyarakat.

b. Kebijakan Sektor Politik Ekonomi


Umar bin Khatthab juga memiliki pedoman ekonomi yang sesuai dengan kepentingan
negara. Beliau memotivasi rakyatnya untuk berbisnis, kerena menurut Umar bin Khatthab
berdagang merupakan 1/3 dari harta, Pencapaian yang didapatkan pada masa pemerintahan
Umar bin Khatthab, banyak ditentukan oleh berbagai kebijakan dalam mengatur dan
menerapkan sistem pemerintahannya. Kebijakan ini dikenal dengan kebijakan ekonomi secara
umum. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan mengenai kebijakan ekonomi Umar bin
Khatthab tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Umar bin Khatthab menetapkan zakat kuda, khusus di wilayah S Suriah dan Yaman
sebagai objek zakat, karena kuda merupakan harta kekayaan yang paling berharga dan
menjadi simbol status ekonomi seseorang pada masa itu. Pada masa pemerintahan
Umar bin Khatthab, perdagangan kuda semakin diminati, bahkan pernah diriwayatkan
pernah ada seekor kuda arab taghlabi yang diperkirakan bernilai 20.000 dirham. Umar
bin Khatthab adalah khalifah pertama yang menetapkan zakat atas hewan ternak dan
mendistribusikan zakat tersebut kepada para fakir miskin serta budak-budak. Penentuan
zakat kuda ditetapkan sebesar 1 dinar atau sebesar 2,5% dari hasil penjualan kuda.
2. Umar bin Khatthab juga menetapkan karet dan madu sebagai objek zakat, karena
merupakan hla yang lumrah diperjual belikan secara besarbesaran dan mendatangkan
keuntungan yang sangat besar bagi para penjual.
7
3. Umar bin Khatthab fokus pada pendistribusian harta zakat kepada para fakir dan miskin
dengan harapan mereka dapat dijauhkan dari kefakiran dan kemiskinan. Umar juga
mendukung adanya desentralisasi zakat, sebab zakat harus disalurkan kepada para
masyarakat dimana zakat dihimpun.
4. Umar menerapkan pajak/biaya atas usyur, bea cukai untuk perdagangan lintas negara
jika mencapai 200 dirham kepada para pedagang yang memasuki wilayah kekuasaan
Islam yang dibayarkan satu kali dalam setahun. Sebelum Islam datang, setiap suku atau
kelompok yang tinggal dipedasaan membayar pajak (usyur) pembelian dan penjualan
(maqs). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pembebanan satu persepuluh dari hasil pertanian
kepada pedagang Manbij (Hierapolis) dikatakan ketetapan ini sebagai yang pertama
dalam masa Umar bin Khatthab. Penduduk yang pertama kali dipungut pajak usyur dari
kaum kafir harbi adalah penduduk Ming. Selain itu, ketika Umar melihat kebijakan bea
cukai yang merugikan salah satu pihak, terutama negara Islam, maka Umar pun
menerapkan wajib pajak/bea cukai bagi siapa saja dari warga asing non-muslim yang
hendak memasuki wilayah teritorial Islam untuk berdagang ke wilayah islam, dengan
ketentuan harus membayar sebesar 10% dari barang yang dijual, sementara bagi kafir
dzimmi yang berada dalam kekuasaan Islam dikenakan biaya sebesar 5%, dan
masyarakat muslim dikenakan biaya sebesar 2,5% dari harga barang dagangan.
5. Memberikan keringanan jizyah kepada kaum dhuafa dan laki-laki yang telah uzur usia
yang tidak bekerja dan kalangan non muslim dan melakukan desentralisasi zakat di
seluruh wilayah negara.
6. Umar memberikan gaji tetap bagi para tentara, selain sebagai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, juga agar terjaga motivasi para tentara dalam membela negara.
7. Dana pensiun pertama kali diberikan oleh Umar kepada ahlul bait. Peserta perang Badar
dan Uhud, sahabat yang imigrasi, sahabat yang ikut dalam sumpah hudaibiyyah
(sewaktu nabi pergi menunaikan ibadah haji) dan sahabat yang ikut dalam perang
qadisiyyah.
8. Pendirian baitul mal dalam rangka mengelola pendapatan negara. Umar bin Khatthab
mengeluarkan kebijakan agar pendapatan yang menjadi kas negara dikelola dengan
terencana dan terarah. Lembaga baitul mal yang telah dicetuskan pada masa Rasulullah,
menjadi institusi yang memiliki peran penting pada masanya dalam rangka mengelola
tata kelola keuangan negara. Fungsi baitul mal adalah untuk menyimpan kekayaan
negara seperti zakat, jizyah, kharja, usyur, khums, fa’I, rikaz, pinjaman dan lain
sebagainya. Institusi baitul mal didirikan untuk pertama kalinya di ibukota, kemudian
8
dibangun cabang-cabangnya di ibukota propinsi. Untuk mewujudkan keberhasilan
pengawasan harta negara (baitul mal), maka khalifah Umar menerapkan independensi
perangkat pengawasan baitul mal dari kekuasaan eksekutif yakni para wali dan
bersandar pada sistem pemisahan tugas administrasi dan tugas-tugas akuntansi dalam
perangkat negara.
9. Kebijakan Umar bin Khatthab tentang uang menjadi fenomenal dan fundamental
dalam peredaran uang pada masanya, dimana Umar bin Khatthab memiliki gagasan
yang spektakuler, yakni dengan menciptakan mata uang dari kulit onta. Gagasan
tersebut akhirnya gagal dan tidak jadi dilanjutkan karena kekhawatiran Umar terhadap
banyaknya onta yang dikuliti dan mudahnya orang untuk membuat uang tiruan.
Selanjutnya untuk menghindarkan dan melenyapkan kebingungan masyarakat terhadap
bobot dirham yang tidak seragam, maka Umar bin Khatthab menetapkan bahwa ;
dirham perak seberat 14 qirat atau sama dengan 70 gram barley, setara dengan 100 butir
biji gandum terbaik. Dengan demikian rasio antara satu dirham dengan satu mitsqal
adalah tujuh per sepuluh.
10. Terkait dengan kebijakan fiskal, Umar bin Khatthab tetap mempertahankan struktur
arus keluar masuk devisa yang sudah dikenal sejak zaman Rasulullah dengan berbagai
macam penyempurnaan sesuai dengan perkembangan masyarakat pada saat itu.
Kebijakan fiskal telah memberikan dampak positif terhadap tingkat investasi dan
penawaran sekaligus berpengaruh pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Dalam menjalankan kebijakan tersebut Umar bin Khatthab telah mencatat sejarah,
dimana beliau berhasil mengukir prestasi sebagai berikut:
a. Defisit anggaran negara jarang terjadi
b. Pemungutan pajak secara pro-porsional sesuai dengan tingkat ekonomi
Masyarakat
c. Besaran pajak tanah (kharaj) disesuaikan dengan hasil panen dan produktifitas
lahan
d. Perhitungan zakat perdagangan berdasarkan besarnya keuntungan bukan atas
harga jual
e. Membangun pusat perdagangan di Kota Basrah
f. Membangun jaringan antar baitul mal kota dan daerah serta pemasukan baitul
mal yang besar.
11. Untuk menghindari terjadinya monopoli dan oligopoli, Umar bin Khattab melakukan
pengawasan terhadap para pedagang yang menperjualbelikan barangbarang yang dijual
9
di pasar. Umar sangat sering turun langsung ke pasar untuk mengontrol harga-harga
yang berlaku, tujuan Umar bin Khatthab adalah agar tidak terjadi kecurangan dan tidak
ada yang terzhalimi.

c. Kebijakan Sektor Riil

Strategi kebijakan penguasaan tanah pada masa khalifah Umar Khattab RA


menunjukkan bahwa beliau fokus pada perluasan efisiensi lahan pertanian. Dalam
pembagiannya ada tiga sifat tanah yang perlu diketahui, sebelumnya yang disebut dengan
pemilik tanah/lahan adalah orang yang mengurus atau mengelola tanah tersebut. Kepemilikan
tanah akan menjadi hak milik negara apabila pemilik tanah tidak merawat tanah mereka atau
dalam kata lain menelantarkan tanah untuk waktu yang lama, kurang lebih selama 3 tahun.
Diantara beberapa sifat tanah tersebut adalah :

1. Tanah/lahan dapat memenuhi kebutuhan mendasar dan tahan lama bagi manusia
2. Tanah dalam jumlah terbatas
3. Tanah yang sifatnya tetap
4. Tanah bukan produk dari tenaga kerja. Jadi segala sesuatu selain tanah adalah produk
tenaga kerja. Bumi juga akan memberikan hasil yang bagus apabila segala prosesnya
dikembangkan dan dikelola dengan baik.

Dari sini Umar bin Khattab memahami bahwa perlu adanya persyaratan serta
pengawasan yang cukup ketat untuk manajemen yang ketat dalam pengelolaan tanah untuk
mencegah hal hal yang tidak di inginkan seperti pembagian atas tanah yang tidak adill. Umar
bin Khattab paham betul pentingnya sektor pertanian dalam proses keberlangsungan
perekonomian bangsa. Pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, tanah yang
dinyatakan hak kepemilikannya oleh negara berkisar sekitar 4.000.000 hektar. Penghasilan
yang diterima atas pengelolaan tanah ini mencapai sekitar 7.000.000 dinar setiap tahunnya,
yang secara eksklusif diperuntukkan bagi kesejahteraan umat. Selain itu, kebijakan-kebijakan
lain yang diterapkan oleh khalifah Umar bin Khattab pada masa kepemimpinannya di dalam
sektor riil ini adalah kepemilikan tanah, dalam mengelola tanah-tanah yang yang berada pada
kepemilikan negara, Umar bin Khattab tidak membagi-bagikan tanah-tanah yang dikelola
negara tersebut kepada kaum muslimin secara cuma-cuma, tetapi beliau memberikan
sepenuhnya kepemilikan tanah tersebut kepada pemilik pertama, dengan ketentuan mereka
telah membayar kharaj dan jizyah sebesar 50% dari hasil panen yang dikumpulkan, atau

10
dengan demikian tanggung jawab atas tanah. dari tanah yang baru saja ditaklukkan tetap
diberikan kepada pemiliknya, terlepas dari apakah pemiliknya muslim ataupun nonmuslim.

Selanjutnya, negara juga bertanggung jawab atas pembangunan infrastruktur yang


diperlukan pada sektor pertanian seperti tata kelola air atau irigasi serta jalanan. Berselang dua
tahun sejak masa itu, Muadz memberikan sebagian dari harta zakat yang dikumpulkannya di
Yaman kepada Khalifah Umar bin Khattab, namun Umar bin Khattab memberikannya Kembali
kepada Muadz. Pada tahun selanjutnya, yaitu pada tahun ketiga, Muadz berkata: “Saya belum
menemukan seorang pun yang memenuhi syarat untuk mendapatkan bagian dari zakat yang
saya kumpulkan.” Sejarah di atas menunjukkan bahwa keberhasilan khalifah Umar bin Khattab
dalam menjalankan tugasnya dalam pemerintahan, khususnya pada sektor ekonomi.
Bagaimanapun, khalifah Umar bin Khattab RA masih merupakan salah satu pemimpin yang
dihormati dan disegani oleh para sahabat dan rakyatnya, baik yang beragama muslim maupun
yang beragama non-muslim, hingga detik ini pun nama khalifah Umar bin Khattab masih
merupakan salah sosok hebat yang paling banyak dikagumi dan diteladani kepemimpinannya
hingga sekarang.

C. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan RA


1. Biografi Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan adalah seorang sahabat Rasulullah dan dikenal sebagai khalifah
Rasulullah yang ketiga memerintah selama 12 tahun (644-656 M).(Nashrillah et al., 2017)
Nama Lengkap beliau adalah Utsman bin Affan bin Al- ‘Ash bin Umayyah, bin Abdus Syams
bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib, Al-Qurasyi
Al-Umawi Al-Makki Al-Madani, Abu ‘Amr. Selain dikenal dengan Abu ‘Amr dia juga
dipanggil Abu Abdullah dan Abu Laila. Utsman bin Affan dilahirkan di suatu kota bernama
Thaif pada tahun keenam tahun Gajah. Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin
Habib bin Abdu Syams. Sementara nenek dari ibunya bernama Al Baidha’ binti Abdul
Muthalib, bibi Rasulullah SAW yakni saudari kembaran Abdullah, ayah Rasulullah SAW,
dan ia merupakan salah seorang yang menerima Islam di awal perjalanan dakwah Islam.

2. Kekhalifahan Utsman bin Affan


Utsman bin Affan terpilih menjadi khalifah ketiga berdasarkan suara mayoritas dalam
musyawarah tim formatur yang anggotanya dipilih oleh Khalifah Umar bin Khattab
menjelang wafatnya. Saat menduduki amanah sebagai khalifah beliau berusia 70 tahun. Pada

11
masa pemerintahan beliau, bangsa Arab berada pada posisi permulaan zaman perubahan. Hal
ini ditandai dengan perputaran dan percepatan pertumbuhan ekonomi disebabkan aliran
kekayaan negeri-negeri Islam ke tanah Arab seiring dengan semakin meluasnya wilayah yang
tersentuh syiar agama. (Susanti, 2023)

a. Ekspansi Wilayah

Salah satu pencapaian utama Utsman adalah ekspansi wilayah kekhalifahan. Dengan
menaklukkan wilayah-wilayah baru seperti Khorasan, Mesir, dan sebagian besar wilayah
Persia, kekhalifahan Islam menerima aliran pendapatan tambahan dari hasil pajak dan
ghanimah (harta rampasan perang). Salah satu pencapaian utama Khalifah Utsman bin Affan
adalah ekspansi wilayah kekhalifahan Islam. Dengan menaklukkan wilayah-wilayah baru
seperti Khorasan, Mesir, dan sebagian besar wilayah Persia, kekhalifahan Islam mengalami
pertumbuhan wilayah yang signifikan. Hal ini memiliki beberapa dampak ekonomi yang
signifikan:

1) Pendapatan Pajak: Ekspansi wilayah membawa wilayah-wilayah baru di bawah


kendali Islam. Hal ini berarti bahwa Utsman memiliki akses kepada sumber daya dan
pendapatan tambahan dari pajak yang dikenakan pada penduduk setempat.
Pendapatan pajak menjadi sumber utama pendapatan negara.
2) Harta Rampasan Perang (Ghanimah): Pada saat itu, harta rampasan perang
(ghanimah) menjadi salah satu sumber pendapatan penting. Penaklukan wilayah baru
seringkali diikuti dengan perolehan harta rampasan perang dari pertempuran yang
berkontribusi pada kekayaan kekhalifahan.
3) Perdagangan: Penaklukan wilayah-wilayah baru juga membuka peluang perdagangan
yang lebih luas. Utsman memfasilitasi jalur perdagangan yang lebih besar yang
membawa keuntungan ekonomi. Ini melibatkan impor dan ekspor berbagai komoditas
4) Infrastruktur: Utsman juga memerhatikan pembangunan infrastruktur, seperti jalan
dan bendungan, yang membantu mendukung pertanian dan transportasi. Ini dapat
meningkatkan produktivitas ekonomi.
5) Konversi Penduduk: Dengan konversi sebagian besar penduduk wilayah yang
ditaklukkan menjadi Islam, mereka menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar
dan terlibat dalam aktivitas ekonomi Islam. Semua ini bersama-sama menciptakan
kondisi ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan di bawah kepemimpinan Khalifah

12
Utsman bin Affan, yang berkontribusi pada kemakmuran kekhalifahan Islam pada
masa itu
b. Standarisasi Mata Uang

Khalifah Utsman bin Affan memperkenalkan standarisasi mata uang dalam bentuk dinar
emas dan dirham perak selama masa pemerintahannya. Tindakan ini memiliki dampak
signifikan pada ekonomi kekhalifahan Islam pada masa itu:

1) Stabilitas Nilai Mata Uang: Dengan menetapkan berat dan nilai tetap untuk dinar emas
dan dirham perak, Utsman menciptakan stabilitas dalam sistem moneter. Hal ini
membuat perdagangan dan pertukaran ekonomi menjadi lebih mudah, karena para
pelaku ekonomi dapat dengan jelas menilai dan membandingkan harga barang dan
jasa.
2) Fasilitasi Perdagangan: Mata uang yang lebih terstandarisasi memfasilitasi
perdagangan baik di dalam maupun di luar kekhalifahan. Para pedagang dapat dengan
lebih mudah menghitung harga dan melakukan transaksi tanpa perlu khawatir tentang
fluktuasi nilai mata uang.
3) Peningkatan Kepercayaan: Standarisasi mata uang juga meningkatkan kepercayaan
dalam sistem moneter. Orang-orang memiliki keyakinan bahwa uang yang mereka
terima atau mereka keluarkan memiliki nilai yang konsisten.
4) Fasilitasi Pajak dan Pemasukan Keuangan: Pemerintah dapat lebih efisien
mengumpulkan pajak dalam bentuk mata uang yang konsisten. Ini membantu dalam
mengelola keuangan negara dengan lebih baik. Tindakan ini adalah salah satu contoh
bagaimana kebijakan moneter dapat berdampak signifikan pada stabilitas ekonomi
dan kemakmuran suatu negara atau kekhalifahan.
c. Perbaikan Infrastruktur

Beberapa cara di mana Utsman memperbaiki infrastruktur termasuk:

1) Pembangunan Jalan: Utsman memerintahkan pembangunan jaringan jalan yang lebih


baik. Ini membantu dalam meningkatkan konektivitas antara berbagai wilayah dalam
kekhalifahan. Jalan yang baik mendukung perdagangan dengan memfasilitasi
pergerakan barang dan orang.
2) Saluran Irigasi: Pembangunan saluran irigasi merupakan langkah penting dalam
meningkatkan pertanian. Dengan memberikan akses yang lebih baik ke air untuk

13
pertanian, hasil pertanian dapat ditingkatkan. Ini juga mendukung ketahanan pangan
kekhalifahan.
3) Fasilitas Umum: Selain jalan dan saluran irigasi, Utsman juga membangun berbagai
fasilitas umum seperti masjid, pasar, dan tempat-tempat umum lainnya. Ini juga
berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi dan sosial dalam masyarakat.
4) Pengembangan Kota: Beberapa kota berkembang pesat di bawah kepemimpinan
Utsman, yang menciptakan pusat-pusat ekonomi dan perdagangan yang penting.
Salah satu contoh yang paling terkenal adalah Kufah, sebuah kota penting di Irak,
yang tumbuh pesat pada masa itu. Pembangunan infrastruktur seperti ini memberikan
kontribusi besar dalam meningkatkan produksi pertanian dan perdagangan di
berbagai wilayah kekhalifahan. Dengan infrastruktur yang lebih baik, masyarakat
dapat dengan lebih efisien mengakses sumber daya alam, memasarkan barang-barang
mereka, dan berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Hal ini mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kemakmuran dalam kekhalifahan Islam pada masa itu. (Fahrani, 2023)
d. Peningkatan Perdagangan

Khalifah Utsman bin Affan memainkan peran kunci dalam membuka jalur perdagangan
baru dan memfasilitasi perdagangan antara berbagai wilayah dalam kekhalifahan Islam. Ini
memiliki sejumlah dampak positif pada perkembangan ekonomi dan pertukaran barang:

1) Pembukaan Jalur Perdagangan Baru: Penaklukan wilayah-wilayah baru membuka


jalur perdagangan yang lebih luas. Dengan memiliki kendali atas wilayah seperti
Mesir, Khorasan, dan Persia, kekhalifahan memiliki akses ke berbagai produk dan
sumber daya yang dapat diperdagangkan.
2) Koneksi Regional: Perbaikan infrastruktur seperti jalan dan saluran irigasi
memungkinkan konektivitas yang lebih baik antara berbagai wilayah dalam
kekhalifahan. Ini memungkinkan pertukaran barang dan jasa yang lebih mudah antara
berbagai pusat ekonomi regional.
3) Peningkatan Perdagangan: Dengan perdagangan yang lebih lancar dan efisien,
perdagangan antara wilayah-wilayah beragam menjadi lebih meningkat. Ini
meningkatkan volume perdagangan dan memberikan peluang ekonomi yang lebih
besar.
4) Diversifikasi Sumber Ekonomi: Dengan memiliki wilayah yang berbeda dengan
berbagai jenis sumber daya, kekhalifahan dapat lebih diversifikasi dalam ekonominya.
Ini membantu dalam mengatasi risiko dan menjaga kestabilan ekonomi.

14
5) Peningkatan Kesejahteraan: Dengan pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh
perdagangan yang lebih aktif, kesejahteraan masyarakat dapat meningkat. Lebih
banyak peluang kerja dan akses ke berbagai barang dan jasa menjadi tersedia
e. Pengembangan Pertanian

Utsman memberikan perhatian khusus pada pengembangan pertanian. Dia mendorong


pendirian bendungan, saluran irigasi, dan penggunaan teknik pertanian yang lebih efisien untuk
meningkatkan produksi pertanian. Upaya Khalifah Utsman bin Affan dalam mengembangkan
sektor pertanian adalah langkah yang sangat penting dalam memperbaiki perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat pada masa pemerintahannya. Beberapa tindakan konkret yang
diambilnya untuk mendorong pertanian dan meningkatkan produksi pertanian meliputi:

1) Pembangunan Bendungan dan Saluran Irigasi: Utsman memerintahkan pembangunan


bendungan dan saluran irigasi yang bertujuan untuk mengalirkan air ke daerah-daerah
pertanian. Ini sangat penting untuk meningkatkan produksi pertanian, terutama dalam
daerah yang memiliki kendala air.
2) Penggunaan Teknik Pertanian yang Lebih Efisien: Utsman mendorong penggunaan
teknik pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan. Hal ini mencakup praktik-
praktik seperti rotasi tanaman, pemupukan, dan pengendalian hama. Penggunaan
teknik-teknik ini membantu dalam meningkatkan hasil pertanian.
3) Pendukung Petani: Khalifah Utsman memberikan dukungan finansial kepada petani
untuk memperbaiki alat-alat pertanian mereka dan untuk meningkatkan produksi.
Dukungan ini dapat berupa pinjaman, bantuan benih, dan peralatan pertanian.
f. Distribusi Zakat

Beberapa manfaat dari manajemen yang efisien dari zakat dan infak pada masa Utsman
termasuk:

1. Distribusi Kepada yang Membutuhkan: Manajemen yang efisien memastikan


bahwa zakat dan infak mencapai mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan
ekonomi. Ini membantu dalam mengurangi kesenjangan sosial dan memastikan
bahwa masyarakat yang kurang mampu mendapatkan dukungan yang mereka
butuhkan.
2. Kesejahteraan Masyarakat: Dengan mengelola zakat dan infak dengan baik,
pemerintahan Utsman berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

15
secara keseluruhan. Ini membantu masyarakat yang rentan untuk menjalani
kehidupan yang lebih layak.
3. Redistribusi Kekayaan: Sistem zakat dan infak adalah bentuk redistribusi
kekayaan dalam masyarakat. Ini membantu dalam mengurangi akumulasi
ekonomi di tangan sedikit orang dan memastikan bahwa sumber daya disalurkan
kembali kepada masyarakat yang lebih luas.
4. Keberlanjutan Sosial: Manajemen yang baik dari zakat dan infak dapat membantu
dalam membangun sistem keberlanjutan sosial.Ini menciptakan saluran
pendapatan yang stabil bagi masyarakat yang kurang mampu.

3. Relevensi Pemikiran Utsman Bin Affan dengan Kondisi Saat Ini


a) Sumber Pemasukan dan Pengeluaran
Suatu pemerintahan dapat berjalan jika adanya dana untuk pembiayaan keperluan-
kepeluaran negaranya, dalam hal kepemerintahan Utsman ibn Affan menjadikan kharaj,
khums, zakat, usyur, jizyah sebagai sumber pemasukan Negara. Kemudian pengeluaran
dana dan belanja untuk keperluan Negara dalam pemerintahn ini dipergunakan untuk
pembiayaan peralatan dan asset Negara, kepentingan sosial dan investasi seperti
pembayaran gaji beberapa penajabt Negara, pembiayaan pembuatan insfrastruktur
(gedung, Masjid dan saluran air), pemberian tunjangan para pensiunn, pembiayaan armada
perang dan pembayaran upah orang yang mengumandangkan adzan. Selain itu ada juga
seperti biaya perbaikan Masjid Nabwai dan Masjdiil Haram dan beberapa masjid lainnnya.
b) Keuangan Sosial
Perwujudan keadilan pemberian bantuan sosial berupa penyaluran zakat dengan
memprioritaskan rakyat yang lebih membutuhkan dengan jumlah yang berbeda hal ini
dilakukan sama seperti masa sebelumnya yaitu pada masa khalifahan Umar ibn Khattab.
Selain itu, Utsman ibn Affan cenderung memberikan kelonggaran dalan zakat harta dengan
menugaskan perhitungan zakat dilakukan oleh masingmasing rakyat sendiri Masa Utsman
ibn Affan melakukan pembagian lahan milik pemeritah kepada masyarakat yag kemudian
menetapkan kharaj atas itu, sehingga di baitul mal dana terkumpul sebasar 50 juta Dirham.

c) Pajak
Munculnya berbagai macam pajak karena semakin meluasnya negara-negara yang
ditaklukan oleh Islam ketika itu sehingga dalam melindungi mereka diperlukan biaya yang
tinggi yang sumbernya dapat berasal dari pajak. Pemerintahan Ustman ibn Affan juga

16
mengenakan pajak untuk kaum non muslim seperti kaum harbi dan kaum mu’hid yang
melintas di kawasan negara yang sedang dipimpin Ustman ibn Affan. Kaum harbi
dikenakan 1 per dua dari harta mereka sedangkan kaum mu’hid dikenakan 1 per 10 dari
harga perdangannya.
d) Infrastruktur
Salah satu strategi Utsman ibn Affan yang paling mencolok adalah pengaturan kekuatan
armada laut. Armada laut ini merupakan kekuatan armada laut perdana dalam dunia sejarah
Islam. Armada laut ini pada awalnya sudah diusulkan oleh Mu'awiyah, yang pada saat itu
menjabat sebagai Gubernur dan diusulkan kepada Umar ibn Khattab. Seperti diketahui,
Mu'awiyah merupakan pemimpin yang letaknya paling jauh dari ibu kota umat Islam.
Waktu itu, perjalanan dari Madinah ke Damaskus memerlukan waktu 40 hari 40 paling
dekat musuh. Romawi yang pernah dikalahkan dalam Perang Yarmuk di masa Abu Bakar
sewaktu-waktu dapat menyerang kaum muslimin di Syam. Mu’awiyah berpendapat,
angkatan laut perlu segera dibentuk untuk memperkuat pertahanan kaum muslimin
sekaligus mempermudah operasi penaklukan ke daerah-daerah baru. Namun Umar ibn
Khattab tampaknya belum memprioritaskan program tersebut. Mu’awiyah mengajukan
permohonan yang sama di masa Utsman ibn Affan. Permohonan tersebut akhirnya
dikabulkan dan akhirnya umat Islam memiliki angkatan lautnya yang pertama (Fahrani,
2023)

D. Kebijakan Ekonomi Pada Masa Ali bin Abi Thalib


1. Biografi Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada sekitar tahun
600 atau 10 tahun sebelum kenabian Muhammad. Ayahnya, Abu Thalib, adalah paman dari
Nabi Muhammad SAW. Ali memiliki nama asli Assad bin Abi Thalib. Nama Assad, yang
berarti singa, dipilih sebagai harapan keluarganya agar mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Sedangkan nama ibu Ali
bin Abi Thalib adalah Fatimah binti Asad, di mana Asad merupakan anak dari Hasyim, pendiri
Bani Hasyim sekaligus kakek buyut Nabi Muhammad SAW.

Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk pertama kalinya, para ahli sejarah
berpendapat bahwa Ali adalah lelaki pertama yang memercayai wahyu tersebut. Ali
diperkirakan masih berusia 10 tahun saat wahyu pertama kali turun kepada Nabi Muhammad
SAW. Ali menerima ajaran Islam yang dibawa Nabi tanpa paksaan, dan bahkan tanpa meminta

17
izin orang tuanya. Sejak saat itu, Ali selalu belajar langsung kepada Nabi Muhammad SAW
hingga ia menjadi menantunya

2. Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib


Dalam pemerintahan Ali bin Abi Thalib, pemilik hutan dikenakan pajak sebesar 4.000
dirham dan Ibnu Abbas dari Kufah diizinkan untuk mengenakan zakat atas bumbu-bumbu yang
digunakan dalam masakan, yaitu sayur-sayuran segar. Pada masa pemerintahan Ali bin Abi
Thalib, beliau membagi-bagikan uang rakyat secara merata sesuai dengan kemampuannya.
Ada kemungkinan bahwa strategi keuangan ISIS tidak banyak berubah selama pemerintahan
Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini, ia hanya menyebut apa yang dilakukan pemerintahan Abu
Bakar as-Sidiq yang harus memberikan gaji dengan nominal yang sama kepada pejabat tinggi
dan pekerja. Di antara keduanya, tidak ada yang menjadi prioritas. Gaji direktur sama dengan
gubernur. Penguasa bertanggung jawab atas urusan keuangan beberapa subdaerah. Kais bin
Saad bin Ubadah bertanggung jawab, seperti yang terjadi di Mesir."Kebaikan-Nya dan
kebaikan mereka, yang menjamin kebaikan manusia, ada pada mereka", katanya dalam
suratnya saat mengirim Al Acital Annakai ke Mesir. karena setiap individu dan anggota
keluarganya harus membayar pajak. (Hasanah, 2024)

Konvensi umum gubernur yang berlaku mengenai pembagian dan pembagian APBN
untuk kepentingan daerah: Sesuai. Kekayaan ini biasanya digunakan untuk jihad dan
penaklukan. Misalnya, menyediakan senjata api, kendaraan, gaji militer, dan kebutuhan lain
yang dibutuhkan jihadis. Selain itu, untuk penempatan dan pembiayaan pegawai negeri sipil,
serta pegawai daerah lainnya. bahkan untuk membiayai penggalian mata air, sungai, jembatan,
dan saluran air. Ini membutuhkan dana dari pendapatan daerah. jika wilayah Baitul Mål atau
wilayah pajak terpisah dari wilayah umum. Oleh karena itu, gubernur dengan tanggung jawab
umum harus mengajukan permohonan kepada otoritas pajak untuk mendapatkan dana untuk
tujuan ini atau mempekerjakan staf khusus untuk proyek tersebut. Jika swasembada, dana
pekerjaan dan perlengkapannya kemudian diambil dari pendapatan daerah melalui kantor
pajak. Begitu pula, sebagian besar pembiayaan dan pendanaan diberikan oleh gubernur jika
tanggung jawab pemungut pajak dipisahkan, baik untuk tujuan jihad maupun untuk
kepentingan pembangunan daerah. Para fuqaha mengingatkan bahwa para gubernur (penjaga
wilayah) harus menggunakan uang tersebut untuk kemaslahatan umat Islam dan tidak boleh
menyia-nyiakannya.

18
Karena dana yang dikumpulkan dan tidak digunakan untuk kepentingan umat Islam,
menyetorkannya sama dengan menimbunnya secara tidak adil. Mereka menilai penitipan dana
dan dana masyarakat merupakan bentuk ketidakadilan dan kelalaian para wali. Daerah dan
daerah mempunyai hak yang lebih besar dalam menggunakan kekayaan daerah dan pajaknya
dibandingkan daerah lain. Oleh karena itu, kecuali kebutuhan daerah terpenuhi dan dana
tercukupi, administrator dan pemimpin daerah tidak boleh memindahkan dana tersebut dari
wilayah mereka ke Madinah atau Kufah.

Pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, pertikaian politik di kalangan umat Islam
menjadi semakin penting, misalnya terjadi konflik dan peperangan antara Khalifah Ali dengan
Aisyah, Thalhah dan Zubair dalam Perang Jamal (Perang Jamal) dan pertempuran antara Ali
ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah (perang Shiffin) berakhir dengan tahkim (arbitrase) dan
berimplikasi pada munculnya mazhab dalam teologi Islam. Ali memerintah hanya enam tahun.
Selama masa pemerintahannya ia mengalami berbagai pergolakan. Tidak ada periode sedikit
pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menjabat sebagai khalifah, ia
memberhentikan para gubernur yang diangkat oleh khalifah Utsman. Dia percaya bahwa
pemberontakan itu karena kecerobohan mereka. Dia juga menarik tanah yang disumbangkan
oleh Utsman kepada negara dan memberikan pendapatannya kepada negara dan menggunakan
sistem distribusi pajak tahunan di antara umat Islam seperti yang digunakan oleh Umar.

Berikut dampak konflik pada masa Ali bin Abi Thalib:

1. Dalam Bidang Politik Militer


Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki banyak kelebihan, kecerdasan, ketelitian ketegasan,
keberanian dan sebagainya. Karena ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat
itu masih membara di dalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukannyatermasuk bagaimana
merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan Negara, agama dan umat Islam kemasa
depan yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah
berani, penasehat yang bijaksana, penasehat hukum yang ulung, dan pemegang teguh
tradisi, seorang sahabat sejati dan seorang kaean yang dermawan. Dia telah bekerja keras
sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi
Muhammad saw.

2. Bidang Ilmu Bahasa

19
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah melampaui
sungai Eufrat, Tigris dan Amu Dariyah, bahkan sampai Indus, akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan masyarakat
Arab memluk Islam, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks al-Qur’an atau
hadis sebagai sumber hokum Islam, Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa
kesalahan ini sangat fatal, terutama bagi orang orangyang akan mempelajari ajaran Islam
dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Oleh karena itu, Khalifah memerintahkan Abu
Al-Aswadal-Duali mengarang pokok pokok ilmu Nahwu Qawaid Nabahab).
3. Dalam Bidang Pembangunan
Pada masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,
terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuan politis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari berbagai rongrongan para
pembangkang, misalnya Muawiyah Bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota
tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian
menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu
Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya. Pembangunan kota Kufah ini dimaksudkan sebagai
salah satu cara Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak
semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh
dengan pusat pergerakan Muawiyah Bin Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat
strategis bagi pertahanan Khalifah
4. Dalam Bidang Pendidikan
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan erat kaitannya denganekspansi
Islam pada masa permulaannya. Penaklukan daerah-daerah baru itu seperti telah diuraikan
menyebabkan munculnya pusat-pusat pemukiman baru. Para sahabat utama baik dalam
kedudukan mereka sebagai pejabat, maupun dengan suka rela, berangkat ketempat-tempat
pemukiman baru itu dengan kota-kota lainnya untuk mengajarkan agama Islam kepada
penduduk setempat. Tidak jarang ditempat- tempat baru ini mereka berhadapan dengan
berbagai macam masalah. Pemecahan masalah- masalah tersebut merupakan cikal bakal
bagi lahirnya ilmu pengetahuan terutama dalam bidang agama. (Pratama, 2023)

20
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin yang memimpin umat Islam secara politik
dan spiritual setelah kemangkatan Nabi Muhammad. Masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin
meliputi Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Pada masa
Abu Bakar menjabat khalifah, Abu Bakar menerapkan beberapa kebijakan umum di bidang
perekonomian yaitu Mengelola dan menghitung zakat, Abu Bakar mengalokasikan zakat
untuk pendapatan negara, Tidak mengubah atau bertentangan dengan kebijakan Nabi
Muhammad SAW tentang Jizyah, dan kebijakan lain nya.

Setelah Abu Bakar wafat maka masuk lah kekhalifahan Umar Bin Khattab, ada
beberapa sektor kebijakan ekonomi pada masa Umar Bin Khattab yaitu: Kebijakan sektor
keuangan publik, kebijakan sektor politik ekonomi , dan kebijakan sektor rill. Masa
pemerintahan Umar Bin Khattab adalah masa pemerintahan yang paling lama. Lalu masuklah
kemasa khalifah Utsman Bin Affan yang diangkat melalui musyawarah menjelang wafat nya
Abu bakar. Pada masa ini utsman berada di posisi permulaan zaman perubahan. Kebijakan
masa pemerintahan Utsman Bin Affan yaitu Ekspansi wilayah, Standarisasi mata uang,
peningkatan perdagangan , dan pengembangan pertanian,

Lalu masuk lah ke masa khalifah Ali Bin Abi Thalib, Pada masa kekhalifahan Ali bin
Abi Thalib, pertikaian politik di kalangan umat Islam menjadi semakin penting, misalnya
terjadi konflik dan peperangan antara Khalifah Ali dengan Aisyah, Thalhah dan Zubair dalam
Perang Jamal (Perang Jamal) dan pertempuran antara Ali ibn Abi Thalib dan Mu'awiyah
(perang Shiffin) berakhir dengan tahkim (arbitrase) dan berimplikasi pada munculnya mazhab
dalam teologi Islam.

B. Saran
Makalah ini dimulai dengan memberikan konteks sejarah singkat tentang periode
Khulafaur Rasyidin, yaitu keempat khalifah yang memimpin umat Islam setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW. Penjelasan ini akan membantu pembaca memahami latar belakang
ekonomi pada masa tersebut. Pastikan untuk mendukung setiap argumen dengan bukti historis
yang kuat dan kutipan dari sumber-sumber tepercaya tentang periode Khulafaur Rasyidin
untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.

21
DAFTAR PUSTAKA

Fahrani, I. (2023). Pemikiran Ekonomi Masa Utsman bin Affan dan. Al-Istimrar: Jurnal
Ekonomi Syariah, Volume 2, Nomor 1,.

Fathonah, S. A. (2022). Implementasi Kebijakan Ekonomi Pada Masa Khalifah Umar Bin
Khattab RA. Al-Ibar: Artikel Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, lume 1, Nomor 1.

Hasanah, R. A. (2024). Perekonomian Pada Masa Al-Khulafa’ Al-Rasyidin. Journal of Islamic


Economics and Finance, Volume. 2 No. 1.

Pratama, T. S. (2023). Masa Pemerintahan Ali Bin Abi Thalib Dari Tahun 655-660M. Jazirah:
Jurnal Peradaban dan Kebudayaan, Vol. 4 No. (2).

Susanti, E. (2023). Perkembangan Perekonomian Pada Masa Khalifah Utsman Bin Affan.
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, Volume 1, Nomor 10.

22

Anda mungkin juga menyukai