Anda di halaman 1dari 59

1

PROPOSAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA PADA POKOK PEMBAHASAN MITIGASI BENCANA
SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 WOLO

OLEH:

PUTRY CRISTIANI
NIM 181321271

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2023
2

DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................i
Halaman Persetujuan ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambarl v
Lampiran vi

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 6
2.1 Kajian teori dan konsep 6
2.1.1 konsep model pembelajaran Problem Based Learning 6
2.1.2 pembelajaran problem based Learning 7
2.1.3 Langkah-langkah model pembelajaran PBL 8
2.1.4 kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PBL 9
2.1.5 Hasil Belajar 10
2.1.6 materi mitigasi bencana alam 15
2.2 Penelitian yang relavan 17
2.3 Kerangka berpikir 26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 27
3.2 waktu dan tempat penelitian 27
3.2.1 waktu penelitian 27
3.2.2 Tempat penelitian 27
3.3 Populasi dan sampel penelitian 27
3.3.1 sampel penelitian 28
3.4 Desain dan prosedur penelitian 28
3.4.1 Desain penelitian 28
3.4.2 Prosedur penelitian 30
3.5 Definisi Operasional 33
3.6 Teknik Pengumpulan data 34
3.7 Instrumen Penelitian 35
3.8 Teknik analisis data 37
3.9 Indikator Keberhasilan 40

DAFTAR PUSTAKA
3

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

2.1 Perbedaan penelitian 21


3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian 26
3.2 populasi siswa kelas XI IPS 28
3.3 Instrumen penelitian 36
3.4 Predikat nilai Pelaksanaan pembelajaran 38
4

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka berpikir 26


3.1 Peta 27
3.2 Modifikasi Siklus Tindakan Kelas 29
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah hal yang paling penting dan perlu diperhatikan terutama

bagi generasi penerus bangsa sekarang ini. Dari masa ke masa, pendidikan di

Indesia terus berkembang. Wujud perkembangan pendidikan yang ada di Indonesia

salah satunya yaitu dengan penerapan kurikulum dari waktu kewaktu diperbaiki

agar seiring perkembangan zaman dapat meningkatkan kualitas pendidikan

sekarang ini. Proses pendidikan dipengaruhi oleh banyak factor lain seperti input

peserta didik, sarana dan prasarana pendidikan, bahan ajar, administrasi, Sumber

Daya Manusia (SDM) yang mampu mendukung terciptanya suasana yang

kondusif. Proses pendidikan yang memperhatikan komponen pendidikan

diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Pendidikan

berperan penting dalam menghasilkan generasi- generasi yang berkualitas. Jadi,

pendidikan mempuyai tugas dalam meningkatkan kualitas, kreativitas, dan

mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik (Anugraheni, 2017).

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menjamin

pembangunan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Secara langsung atau tidak

langsung, pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan masa depan

kehidupan melalui kegiatan, penyuluhan, pengajaran dan pelatihan, untuk

mempersiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak (Yusuf, 2018). Selain itu

pendidikan masa depan harus lebih berkualitas dibanding dengan kinerja

pendidikan yang telah berlangsung saat ini.

1
6

Pendidikan memiliki tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia

yang berkualitas sehingga mampu meningkatkan taraf hidupnya, kemudian dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan dari

waktu ke waktu mengalami perkembangan kemajuan khususnya dalam hal ilmu

pengathuan dan teknologi. Salah satu yang menyebabkan terjadinya perkembangan

limu pengetahuan tersebut adalah adanya hasil temuan dari berbagai hasil

penelitian (Sundayana, 2014).

Pemilihan model pembelajaran yang baik akan membawah suasana

belajar yang menyenangkan serta memotivasi siswa untuk meningkatkan

kreatifitasnya. Motivasi belajar yang tinggi menjadi salah satu aspek penentu

keberhasilan siswa dalam meraih hasil belajar yang terbaik. Nilai hasil belajar jadi

salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kaberhasilan belajar siswa

(Maisaroh dalam Ningsi, 2021).

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

siswa adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning. Model

pembelajaran dapat Meningkatkan Antusias siswa keaktifan dan suasana

menyenagkan dalam proses pembelajaran, juga melatih siswa menghargai

pendapat-pendapat orang lain memberikan kesempatan bagi orang lain untuk

mengemukakan pendapat, meningkatkan partisipasi antusias siswa dalam belajar

tanpa memikirkan latar belakangnya. Model Problem Based Learning merupakan

alternatif belajar yang diterapkan dalam prosespembelajaran geografi. Problem Ba

sed Learning lebih menekankan pada kegiatan-kegiatan yang berfokus pada

pemecahan masalah maupun perkembanagn aktivitas belajar siswa. Problem


7

Based Learning dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

dan mencipkatan kondisi pembelajaran yang kondusif dalam membentukan

motivasi siswa untuk belajar lebih

dalam. Menurut Sari, (2021). Problem Based Learning merupakan suatu

model pembelajaran yang dimana siswa mengerjakan permaslahan yang autentik

dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri mengembangkan

kemampuan berpikir kognitif mengembangkan kemandirian dan percaya diri

dalam menyelesaikan masalah. Suardana, (2019).

Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Wolo

bahwa proses pembelajaran geografi di kelas XI metode pembelajarannya masih

menggunakan metode ceramah dan mencatat, dimana media yang digunakan

adalah buku, hal ini membuat siswa bosan dan tingkat pemahaman siswa dalam

pembelajaran masih rendah. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa kurang

aktif, mengantuk, dan pasif. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa pada

ulangan akhir semester (UAS) sangat rendah dan banyak siswa tidak mencapai

ketuntasan. Permasalahan hasil belajar ini disebabkan oleh kurangnya siswa aktif

belajar, kurangnya pemahaman pada materi yang diajarkan, budaya membaca

sangat kurang dan kemampuan siswa kurang di asah. Oleh karena itu, demi

memperbaiki berbagai masalah yang ada, peneliti menghadirkan sebuah solusi

untuk mengatasi suatu hambatan-hambatan yang terjadi, peneliti menggunakan

model pembelajaran Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar

siswa pada pokok pembahasa mitigasi bencana siswa kelas XI SMA Negeri 1
8

Wolo. Model pembelajaran ini menimbulkan rasa senang pada peserta didik

(Betyka, 2019).

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok

Pembahasan Mitigasi Bencana Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wolo”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah pokok dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada Pokok Pembahasan Mitigasi Bencana Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Wolo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan pokok

bahasan mitigasi bencana melalui penerapan model pembelajaran Based Learning

XI SMA Negeri 1 Wolo.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis. Uraian mengenai maanfaat tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
9

Secara teoritis penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pendidikan khususnya pada mata pelajaran geografi, dalam memperbaiki proses

kegiatan belajar disekolah dan mengembangkan keaktifan siswa agar dapat

meningkatkan hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah penelitian dilakukan karena ada masalah yang

ingin diselesaikan atau dipecahkan. Manfaat praktis menjelaskan manfaat yang

berguna untuk memecahkan masalah secara praktis. Ada beberapa manfaat praktis

sebagai berikut:

a. Bagi siswa dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran geografi

sehingga motivasi dan pengalaman siswa dengan model pembelajaran

Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil bealajar.

b. Bagi guru sebagai masukan untuk menambah wawasan bagi guru ingin

menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga model pembelajaran

bisa berjalan secara efektif untuk meningkatkan pembelajaran geografi di

SMA Negeri 1 Wolo.

c. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah yang

bersangkutan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

geografi.

d. Bagi peneliti menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan baru dalam

menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning pada pembelajaran

geografi.
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori dan Konsep

2.1.1 Konsep Model Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar (Pane,

2017). Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha pendidik untuk membantu

peserta didik agar mereka belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Arfani,

2018). Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik

yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu

(Fakhrurrazi, 2018).

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran

adalah suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Proses kegiatan pembelajaran yang harus

diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi

pembelajaran serta metode, variasi dan di tempat yang nyaman sehingga peserta

didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik tanpa merasa jenuh.


11

Pada pembelajaran terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan dan

saling mengisi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu,

relevansi komponen pembelajaran juga memberikan gambaran bahwa betapa

pentingnya setiap komponen, pembelajaran tidak akan bisa berjalan apabilah salah

satu komponennya tidak terpenuhi. Komponen merupakan system yang memiliki

keterkaitan satu sama lain dan berinteraksi dalam mengembangkan pembelajaran

(Dolong, 2016).

2.1.2. Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran problem based learning (PBL) merupakan salah satu

model pemblajaran inovatif. Model pembelajaran ini dapat memberikan kondisi

belajar aktif kepada siswa dimana siswa terlibat untuk memecahkan sesuatu

masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Dengan demikian siswa akan dapat

mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan

sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah

model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik

untuk belajar, dalam kelas yang menerapkan pembelajaran ini peserta didik

bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata. Pembelajaran dengan

model ini merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar

bagaimana belajar” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari

permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk peserta

didik pada rasa ingin tau terhadap pembelajaran yang dimaksud masalah diberikan
12

kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang

diberikan dengan masalah yang harus dipecahkan (Daryanto, 2014).

Menurut Aren, 2013 pengertian dari model problem based learning

merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada sebuah

permasalahan yang mengantarkan mereka pada pengetahuan dan konsep baru

yang belum mereka sebelumnya.

2.1.3 Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran menggunakan model PBL adalah beberapa tahapan-tahapan

dalam pelaksanaannya yaitu:

1. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa yang relevan dengan topik

yang akan dikaji. Permasalahan yang diajukan merupakan permasalahan

kompleks yang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata.

2. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil. Kelompok

mengklarifikasi fakta dan mencari hubungan konsep yang relevan. Anggita

melakukan diskusi berdasarkan pengetahuan awal mereka dalam Upaya

memahami permasalahan dan mengajukan usulan solusi.

3. Siswa atau kelompok melakukan perencanaan untuk menyelesaikan

permasalahan.

4. Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau observasi

berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi kelompok.

5. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dan berbagi informasi atau

pengetahuan yang diperoleh untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji.


13

6. Kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman kelas. Penyajian

solusi permasalahan harus dipersiapkan terlebih dahulu.

7. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang terhadap proses penyelesaian


masalah yang telah dilakukan dan menilai kontribusi dari masing-masing
anggota (Sani, 2014).

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL

A. Kelebihan model pembelajaran PBL

Sanjaya, 2013 menyatakan bahwa pembelajaran PBL memiliki beberapa

kelebihan yaitu:

1. Teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2. Dapat menantang kemampuan siswa.

3. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Dapat membantu siswa sebagaimana menstranfer pengetahuan mereka untuk

memhami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahun barunya dan

pelajarannya bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,

disamping itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik

terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6. Bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa mata pelajaran, pada dasarnya

merupakan cara berpikir dan sesuatu hal yang harus dimengerti oleh siswa.

7. Dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8. Dapat mengembangkan kemampuan siswa.

9. Dapat memberikan kesempatan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan

yang mereka miliki dalam dunia nyata.


14

10. Dapat mengembangkan minat siswa untuk terus menerus belajar sekalipun

balajar pada pendidikan formal berakhir.

B. Kelemahan Model Pembelajaran PBL

Beberapa kelemahan dari model pembelajaran PBL

1. Mana kalah siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan maka mereka akan enggang

untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui pemecahan masalah

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. Untuk mengatasi kelemahan

tersebut maka guru sebaiknya membuat persiapan yang matang sebelum

menerapkannya. Guru juga sebaiknya menjelaskan secara detail agar siswa

memahami permasalahan yang akan dipecahkan. Selain itu guru juga harus

mampu membangun kepercayaan diri siswa untuk siswa berhasil (Satirman,

2013).

2.1.5 Hasil Belajar

Belajar adalah proses aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk

melakukan perubahan sikap yang berlaku yang keadaanya berbeda dari sebelum

induvidu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan yang

serupa dan yang bersifat menetap (Maa, 2018). Hasil belajar adalah hasil yang

diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses pembelajaran


15

dengan menilai pengetahuan, sikap, keterampilan pada diri siswa dengan adanya

perubahan tangka laku (Nurita, 2018). Hasil belajar dapat mengambarkan

kemampuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, siswa akan

berperilaku sangat berbeda dengan sebelumnya, dengan adanya proses belajar

diharapkan siswa memperoleh hasil belajar yang baik (Firmansyah, 2015). Hasil

belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima materi.

Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi untuk mendapatkan data

siswa selama proses belajar, yang akan menunjukan tingkat kemampuan atau

prestasi yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran (Nurhasanah, 2016).

2.1.6 Materi Mitigasi Bencana Alam

A. Pengertian Bencana

Bencana alam adalah suatu peristiwa yang terbagi menjadi dua

berdasarkan pemicunya. Pertama bencana yang terjadi secara alami dapat berupa

banjir, letusan gunung api gempa bumi tsunami dan lain-lain. Menurut kamus

besar bahasa indonesia, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan

(menimbulkan) kesusahan, kerugian, atau penderitaan,kecelakaan dan bahaya.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah suatu

fenomena atau peristiwa yang mengancam atau merugikan manusia.

1. Jenis-Jenis Bencana

Jenis bencana alam di kelompokan menjadi tiga jenis bencana yaitu

a. Bencana alam
16

Bencana alam merupakan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain adalah berupa

gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angina topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non alam

Bencana non alam berupa bencana yang diakibatkan oleh fenomena non alam

antara lain berupa kegagalan teknologi, kegagalan modernisasi dan epidemic

atau wabah penyakit.

c. Bencana Sosial

Bencana sosial merupakan bencana yang diakibatkan oleh interaksi

antarmanusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau konflik

antarkomunikasi masyarakat dan terorisme.

B. Macam-Macam Bencana Alam

1 . Bencana Alam Gempa Bumi

Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu

lempeng Indo-Uustralia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-australia

bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lapas pantai Sumatra, Jawa dan

Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di Utara Irian dan Maluku Utara.

Pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik

dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas

berupa gampa bumi.

Daerah rawan gempa bumi di Indonesia tersebar pada daerah yang

terletapada zono penujaman maupun sesar aktif. Daerah yang terletak dekat zona

penujaman adalah pantai barat Sumatra. pantai selatan Jawa. Pantai selatan Bali
17

dan Nusa tenggara. Kepulawan Makuku, Maluku utara, pantai timur dn utara

Sulawesi dan pantai utara papua. sedangkan daerah di Indonesia yang terletak

dekat zona sesar aktif adalah daerah sepanjang bukit barisan di pulau Sumatra,

Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur,

Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Pulau Sulawesi, Kepulauwan

Maluku, dan Papua Barat. Beberapa sesar aktif yang telah dikenal di indonesia

antara lain adalah Sesar Sumatra, Cimandiri, Lambang Beribis, Opak, Busur

Belakang Flores, Palu Koro, Ransiki, dansystem sesar aktif lainya yang belum

terungkap.

2. Bencana Alam Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa jepang “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti

gelombang berarti secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di

pelabuhan. Tsunami adalah suatu pergeseran naik atau turun yang terjadi secara

tiba-tiba pada dasar samudra padasaat terjadi gempa bumi bawah laut, akan

menimbulkan gelombang laut pasang yang sangat besar yang lazim disebut tidal

waves. Berdasarkan statistic kejadian tsunami di dunia, Jepang tercatat diposisi

teratas dan indonesia berada diposisi keempat. Wilayah rawan bencana tsunami

ditentukan berdasarkan sejarah kejadian tsunami, morfologi (bentuk) pantai,

misalnya pantai landai atauk teluk, dan berhadapan langsung dengan sumber

gempa bumi penyebab tsunami, di indonesia wilayah rawan bencana tsunami

meliputi 18 wilayah provinsi yang tersebar dari Nanggro Aceh Darusalam hingga

Fak-Fak di Papua.
18

c. Bencana Alam Banjir

Secara geografi indonesia terletak didaerah iklim tropis dan memiliki 2

musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan dengan ciri-ciri perubahan cuaca

suhu, dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi ini dapat menimbulkan

ancaman-ancaman yang bersifat hidrometeorologis seperti banjir dan kekeringan.

Daerah-daerah dengan risiko tinggi terhadap ancaman banjir tersebar diwilayah

indonesia, daerah pantai timur Sumatra bagian utara, daerah pantai utara Jawa

bagian barat, Kalimantan bagian barat dan selatan, Sulawesi selatan dan Papua

bagain selatan. Banjir merupakan peristiwa meluapnya air dari sungai sehingga

menggenangi wilayah daratan yang normalnya kering banjir terjadi ketika volume

air sungai melebihi daya tampung sungai tersebut.

Jenis Dan Penyebab Utama Banjir

a) Sungai

Endapan air hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran

Sungai, diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar

dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga

seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di

sebelah hulu rintangan.

b) Muara

Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasan laut yang diakibatkan angin


badai.

c) Malapetaka
19

Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau

bencana lain seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

d) Manusia

Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.

Pengolahan tata ruang yang salah, hal ini menyebapkan air tidak mudah terserap

atau lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat meningkat atau lebih banyak

yang tertahan daripada yang tersalurkan ataupun yang terserap.

2.1.6 Mitigasi Bencana Alam

1) Mitigasi bencana banjir

Untuk mengurangi risiko kerugian bencana banjir, sebaiknya dilakukan

pencegahan seperti berikut ini :

a. Mengawasi penggunaan lahan dan merencanakan lokasi untuk menempatkan

fasilitas vital di daerah yang aman.

b. Menyusuaikan desain bangunan di daerah banjir dengan membuat bangunan

rumah tahan banjir, mulai dari material dan fomdasi yang kuat.

c. Membangun infrastruktur kedap air.

d. Membangun tembok dan tanggul di sepanjang sungai.

e. Membersikan sedimen.

f. Meningkatkan kewaspadaan tentang penggundulan hutan.


20

g. Melati kewaspadaan dengan melakukan penyimpanan bahan makan, menaruh

tempat tidur di daerah yang lebih tinggi.

2) Mitigasi bencana tanah longsor

Berikut ini adalah kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko

kerugian dari bencana tanah longsor.

a. Membangun permukiman dan fasilitas utama lainnya dengan menghindari

daerah rawan bencana

b. Melakukan relokasi atau pemindahan tempat

c. Menyarankan pembangunan fondasi tiang pancang untuk menghindari bahaya

likuifaksi tanah.

d. Membangun fondasi disarankan menyatuh untuk menghindari penurunan yang

tidak seragam.

e. Membangun utilitas yang ada di dalam tanah harus fleksibel.

f. Mengurangi tingkat keterjalan lereng.

3) Mitigasi bencana gunung berapi

Langkah langkah mitigasi bencana gunung berapi yang bisa dilakukan:

a. Merencanakan lokasi pemanfaatan lahan untuk aktivitas vital harus harus jauh

dari kawasan rawan bencana.

b. Menghindari tempat tempat memiliki kecenderungan dialiri lava atau lahar

saat gunung api meletus.

c. Menerapkan desain bangunan yang tahan terhadap tambahan beban akibat abu

gunung api.
21

d. Melakukan penyuluhan masyarakat yang bermukim di sekitar gunung api

untuk mengetahui posisi tempat tinggalnya pada peta rawan bencana.

4) Mitigasi bencana gempa bumi

Mitigasi yang bisa dilakukan untuk mengurangi resiko kerusakan karena

gempa bumi

a. Memastikan menggunakan konstruksi bangunan tahan getar atau gempa.

b. Memastikan kekuatan bangunan sesuai dengan standar kualitas bangunan.

c. Membangun fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi

d. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang sudah ada

e. Merencanakan penempatan permukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan

hunian di daerah rawan bencana.

2.2 Penelitian Relevan

1. Surya (2017) dengan judul penelitian Penerapan model pemebalajaran

Problem Based Learning unutk meningkatakan hasil belajar siswa matematika

siswa keLas IV SDN 016 Langgini Kabupaten Kampar. Tujuan penelitian

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Matematika siswa kelas IV SDN 016

Langgini. Penelitian ini merupakan penelitian tinfdakan kelas yang

dilaksanakan selama dua siklus. Penelitian ini dilaksankan di kelas IV SDN

016 langgini tahun ajran 2016/ 2017 dengan jumlah siswa 27 orang.

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis disimpulkan melalui model

pembelajaran Problem Based Learning dalam menungkatlkan hasil belajar

matematika siswa pada materi menyelessikan masalah yang melibatkan uang.

Meningkatnya aktivitas guru dalam proses pembelajaran disebabka karena


22

guru sudah terbiasa menggunakankan model pembelajaran Problem Based

Learning. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Hasil belajar siswa sebelum tindakan yang mencapai KKM hanya 13 siswa

dengan rata-rata klasikal sebesar 48%. Kemudian pada siklu I siswa yang

mencapai KKM hanya 19 siswa yang mencapai KKM siswa dengan rata-rata

klasikal sebesar 70%. Siklus II siswa yang mencapai KKM 25 siswa dengan

rata-rata klasikal sebesar 92%

2. Fauzan (2017) dengan judul penelitian Penerapan model Problem Based

Learning pada pembelajaran materi sistem tata surya untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

hasil belajar siswa setelah mengikuti 33 dengan model Pemlajaran Problem

Based Learning (PBL). Metode penelitian yang digunakan adalah quasi

experimental dengan desain control group pretest-posttest serta

teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan pretest-

posttest untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif, untuk sikap

sosial dan ketrampilan peserta didik melalui observasi. Hasil analisis pada

kelas eksperimen menunjukkan N-gain hasil belajar kognitif sebesar 53,18%

sedangkan kelas kontrol sebesar 38,86%. Uji normalitas dan homogenitas

menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen. Uji hipotesis dilakukan

dengan menggunakan Uji T. Hasil uji t nilai N-gain menunjukkan t hitung > t

tabel atau ( 2,887 > 2,042), dapat disimpulkan signifikan. Hasil analisis data

observasi sikap social peserta didik, pada kelas eksperimen rata-rata sebesar

76 dan kelas kontrol sebesar 70. Hasil analisis ketrampilan, rata-rata kelas
23

eksperimen sebesar 73 dan kelas kontrol sebesar 68. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model PBL dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3. Rahmasari (2016). penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

untuk meningkatkan hasil belajar IPA Kelas IV SD. Penelitian ini bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas IV SD Negeri Nglempong

Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan Adalah Penelitian

Tindakan Kelas, subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan

jumlah siswa 24 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes,

observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif. Hasil nilai mata pelajaran IPA pada pra siklus ialah dari 24

siswa sebanyak 10 siswa masih memiliki nilai ≤65, 9 siswa mendapat nilai

65-75 dan baru 5 siswa ang mendapat nilai >75. Setelah siklus 1 hasil nilai

mata pelajaran IPA meningkat menjadi 23 siswa yang memiliki nilai ≥65 dan

hanya satu siswa saja yang memiliki nilai ≤65. Dari 23 siswa yang nilainya

memenuhi kriteria ketuntasan minimal, 13 diantaranya sudah memiliki nilai

>75.

4. Wahyuni (2017) dengan judul penelitian upaya peningkatan hasil belajar

fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa, aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola

pemebalajaran dan respon siswa terhadap penerapan model pemebalajaran


24

Problem Based Learning (PBL) dalam proses pemebalajaran. Jenis penelitian

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa -siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Darussalam tahun ajaran

2016/2017 dengan jumlah siswa 16 orang. Instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi, tes dan angket yang

ketiganya dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa (1) persentase ketuntasan individual secara keseluruhan meningkat dari

siklus I sampai siklus III yaitu 69%, 81%, dan 94%, dan persentase ketuntasan

klasikal secara keseluruhan juga meningkat yaitu 50%, 60%, dan 80%. (2)

adanya peningkatan aktivitas guru dan siswa selama proses pemebalajaran. (3)

terjadi peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pemebalajaran dari

ketegori cukup baik menjadi baik.

5. Eismawati (2019) dengan judul penelitian Peningkatan hasil belajar

matematika melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa

kelas 4 SD. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

matematika siswa kelas 4 SDN Ngasinan 01 Kecamatan Susukan Kabupaten

Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan menggunakan

Problem Based Learning. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas yang

dilakukan sebanyak dua siklus dan masing-masing siklus tiga kali pertemuan.

Subjek dalam penelitian ini siswa kelas 4 SDN Ngasinan 01 yang berjumlah

25 siswa variable dalam penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu Problem

Based Learning dan variabel terikat yaitu hasil belajar matematika. Teknik

pengumpulan data menggunakan teknik tes. Teknik analisis data menggunakan


25

deskriptif komparatif yang berupa presentase dari hasil belajar matematika

antara pra siklus dan setelah siklus. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based

Learning dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika

materi bangun datar. Hasil sebelum dilakukan tindakan yaitu pada pra siklus

hanya 11 siswa atau 44% yang tuntas, pada siklus I meningkat menjadi 16

siswa atau 64% yang tuntas belajar matematika dan pada siklus II meningkat

lagi menjadi 22 siswa yang tuntas belajar matematika atau 88%. Penelitian ini

dikatakan berhasil karena mencapai indikator kinerja yaitu ≥ 80% dari seluruh

siswa dengan KKM ≥ 70.

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Relevan

No Penelitian Judul Penelitian Perbedaan


Relevan

Penerapan model Dalam pelitian sebelumnya


pemebalajaran Problem lokasi penelitian ini
Based Learning unutk dilaksanakan SD Negeri 016
meningkatakan hasil Langgini Kabupaten Kampar.
belajar siswa Penelitian ini dilaksankan di
matematika iswa keLas kelas IV SDN 016 langgini
IV SDN 016 Langgini tahun ajran 2016/ 2017
Kabupaten Kampar dengan jumlah siswa 27
1 orang. Mata pelajaran yang
Surya (2017) digunakan yaitu materi
menyelessikan masalah yang
melibatkan uang. Sementara
pada penelitian ini
dilaksanakan di SMA Negeri
2 kolaka, dengan mata
pelajaran yang digunakan
persebaran flora dan fauna di
Indonesia.
26

Metode penelitian yang


digunakan adalah quasi
experimental dengan
desain control group pretest-
posttest serta teknik purposive
sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan pretest-
2 Fauzan (2017) posttest untuk mengetahui
Penerapan model
peningkatan hasil belajar
Problem Based
kognitif, untuk sikap sosial
Learning pada
dan ketrampilan peserta didik
pembelajaran materi
melalui observasi. Mata
sistem tata surya untuk
pelajaran yang digunakan
meningkatkan hasil
yaitu materi menyelessikan
belajar siswa.
masalah yang melibatkan
uang. Sementara pada
penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 2 kolaka, dengan
mata pelajaran yang
digunakan persebaran flora
dan fauna di Indonesia.

Dalam pelitian sebelumnya


lokasi penelitian ini
dilaksanakan SD Negeri
Nglempong Sleman
3 Rahmasari Penerapan model Yogyakarta. Subjek dalam
(2016). pembelajaran Problem penelitian ini adalah
Based Learning untuk siswa kelas IV dengan jumlah
meningkatkan hasil siswa 24 anak. Sementara
belajar IPA Kelas IV pada penelitian ini
SD. dilaksanakan di SMA Negeri
2 kolaka, dengan mata
pelajaran yang digunakan
persebaran flora dan fauna di
Indonesia.
27

Dalam pelitian sebelumnya


lokasi penelitian ini
dilaksanakan SMA Negeri 1
Darussalam tahun ajaran
2016/2017 Subjek
dalam penelitian ini adalah
siswa -siswi kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Darussalam
tahun ajaran 2016/2017
dengan jumlah siswa 16
Upaya peningkatan hasil
4 Wahyuni (2017) orang. Instrumen
belajar fisika siswa
pengumpulan data yang
melalui penerapan
digunakan dalam penelitian
model pembelajaran
yaitu lembar observasi, tes
Problem Based
dan angket. Mata pelajaran
Learning (PBL).
yang digunakan fisika pada
kelas XI. Sementara pada
penelitian ini dilaksanakan di
SMA Negeri 2 kolaka. Teknik
pegumpulan data yang
digunakan yaitu tes, observasi
dan dokumentasi.Mata
pelajaran yang digunakan
persebaran flora dan fauna di
Indonesia.

5 Eismawati(2019) Peningkatan hasil Dalam pelitian sebelumnya


belajar matematika lokasi penelitian ini
melalui model dilaksanakan SDN Ngasinan
pembelajaran Problem 01 Kecamatan Susukan
Based Learning (PBL) Kabupaten Semarang
siswa kelas 4 SD. Semester 2 Tahun Pelajaran
2018/2019. Subjek dalam
penelitian ini siswa kelas 4
SDN Ngasinan 01 yang
berjumlah 25 siswa. Teknik
analisis data menggunakan
deskriptif komparatif. Mata
pelajaran yang digunakan
matematika. Sementara pada
penelitian ini dilaksanakan di
28

SMA Negeri 2 kolaka. Teknik


pegumpulan data yang
digunakan yaitu tes, observasi
dan dokumentasi. Tekink
analisis data yang digunakan
yaitu deskriptif kuantitatif .
Mata pelajaran yang
digunakan persebaran flora
dan fauna di Indonesia.

2.3 Keranngka Berpikir

Kegiatan pembelajaran disekolah masih berpusat pada guru sehingga pada

umumnya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara pasif. Sehingga

hal ini membuat siswa bosan, jenuh, dalam belajar dan berdampak pada aktivitas

belajar siswa yang rendah. Oleh karena itu, untuk mengatsi hal tersebut dengan

melakukan perubahan dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran

dapat berhasil dalam meningkatkan hasil belajr siswa dengan menerapkan model

pembelajaran Problem Based Learning. Kerangka penelitian digunakan sebagai

landasan dalam penelitian. Adapun kerangka penelitian disajikan pada gambar

2.1.

Kondisi Awal

Pembelajaran masih menoton, siswa tidak terlibat


aktif dalam proses pembelajran

Hasil belajar siswa rendah dalam pembelajaran


geografi

Tindakan

Siklus I
Penerapan model
pembelajaran
Problem Based
29

Guru menggunkan model pembelajaran


Siklus II perbaikan
Problem Based Learning.

Kondisi akhir

Hasil belajar siswa meningkat

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan sebab-akibat dari

perlakukan yang diberikan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika

perlakuan diberikan dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian

perlakuan sampai dengan perlakuan tersebut (Arikunto, 2015).

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas dengan tujuan

memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran, yang dilakukan

melalui tindakan kelas oleh guru/peneliti dan suatu bentuk refleksi diri yang

dilakukan oleh partisipasi dalam situasi-situasi sosial (temaksud pendidikan)

untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri (Susilowati, 2018).


30

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan pada Semester ganjil

Tahun Ajaran 2023/2024 di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wolo, Kecamatan Wolo,

Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu pelaksanaan penelitian ini

dilaksnakan pada bulan Juli-Agustus 2022. Waktu penelitian mencakup

pelaksanaan penelitian, pengelolaam data, analisis data, dan pengajuan laporan

hasil penelitian. Tahapan pelaksanaan penelitian disajikan pada tabel 3.1 berikut.

27
Table 3.1 Waktu Penelitian

Bulan/ Tahun
No Kegiatan Sep Okto Mei Juli Ags Sep Okt Nov
2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
Pengajuan Judul
1 Proposal

Penyusunan
2 Proposal

Bimbingan
3 Proposal
penelitian
Senimar
4 Proposal
penelitian
Pelaksanaan
5 Penelitian

Pengelolahan
6 Data penelitian

Seminar Hasil
7 Penelitian

Ujian Skripsi
8

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Wolo, Desa

Samendre, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tempat Penelitian secara astronomis berada diantara alasan peneliti memilih SMA

Negeri 1 Wolo karena belum ada penelitian serupa dengan penelitian yang di

lasanakan seperti model pembelajaran Problem Based Leraning pada mata

pelajaran geografi kelas XI IPS I. Lokasi penelitian dapat disajikan pada gambar

3.1 sebagai berikut:


32

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian SMA Negeri 1 Wolo

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas

XI IPS I SMA Negeri 1 Wolo. Penjelasan mengenai populasi dan sampel dalam

penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IPS XI SMA Negeri 1 Wolo semester

ganjil pada tahun 2022/2023.


33

Tabel 3.2 Gambar Populasi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Wolo

No Kelas Jumlah Siswa


1 Kelas XI IPS I 31
2 Kelas XI IPS II 30
3 Kelas XI IPS III 33
4 Kelas XI IPS IV 32
Jumlah 126

3.3.1 Sampel Penelitian

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi yang

karakteristiknya benar-benar diselidiki, dari jumlah populasi yang ada maka

diambil sebagian sebagai sampel untuk mewakili keseluruhan populasi (Kadir

2015). Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPS 1 di SMA

Negeri 1 Wolo yang terdaftar pada tahun ajaran 2023/2024. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah siswa yang terdiri dari orang siswa laki-laki dan orang

siswa perempuan.

3.4 Desain dan ProsedurPenelitian

3.4.1. Desain Penelitian

Desaian penelitian adalah sebuah proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Penelitian tindikan kelas (PTK) ini

dilaksanakan menjadi dua siklus, di mana masing-masing siklus terdiri dari dua

kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk proses pembelajran dan siklus kedua

dilaksanakan untuk melakukan pengujian sampai dimana pemahaman yang

dibawakan oleh seorang penelitian, apakah penerapan model pembelajaran ini

berpengaruh atau tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.


34

Refleksi Siklus I I Pelaksanaa

Observasi

Perencanaan

Refleksi Siklus II
Pelaksanaa
IIII

Observasi

Terselesaikan

Gambar 3.2 Modifikasi Siklus Tindakan Kelas (Nuraini, 2020)

Sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan

secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Setelah rencana disusun

secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Bersamaan dengan dilakukannya

tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanan tindakan itu sendiri dan akibat

yang ditimbulkannya. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian

melakukan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi

menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka

rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan

berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya.

Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara

optimal. Penelitian yang akan dilakukan peneliti merupakan bentuk penelitian

tindakan kelas (PTK) kolaboratif.


35

3.4.2 Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu pelaksanan pembelajaran yang

berpedoman pada Prosedur pembelajaran yang telah disusun dengan menerapkan

pembelajaran penemuan terbimbing. Prosedur penelitian tindakan kelas ini di bagi

menjadi dua siklus yaitu siklus I dan siklus II yang merupakan rangkaian yang

saling berhubungan. Adapun tahapan-tahapan pada masing-masing siklus sebagai

berikut:

a. Pelaksanaan Siklus I

1. Perencanaan

Perencanaan adalah mengungkapkan, mengambarkan dan menyimpulkan

hasil pemecahan suatu masalah melalui cara-cara tertentu. Kegiatan yang

dilakukan peneliti sebagai pendidik pada tahap perencanaan ini adalah sebagai

berikut:

a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar

yang akan disampaikan pada siswa dengan cara mengidentifikasi masalah,

mendiagnosis masalah, dan mengembangkan pemecahan masalah.

b. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator pada

pelaksanaan siklus I.

c. Merancang alat peraga, media pembelajaran, dan lembar kegiatan siswa.

d. Menyusun lembar pengamatan hasil belajar siswa dan menyusun tes formatif.

2. Tindakan
36

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus I peneliti dan guru

berkolaborasi dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap tindakan meliputi:

a. Menyiapkan rencana pembelajaran.

b. Menyiapkan alat peraga, bahan dan lembar kegiatan siswa.

c. Menyiapkan lembar aktivitas siswa dan performasi guru untuk pengamat.

d. Mengamati proses pembelajaran melakukan tes.

e. Siswa mengerjakan tes formatif I pada akhir pertemuan siklus I.

3. Pengamatan

Sesuai dengan tujuan penelitian, pengamatan difokuskan pada aktivitas

belajar siswa dan performansi guru. Kegiatan pengamatan dilakukan selama

proses pelaksanaan tindakan berlangsung, pelaksanaan pengamatan dilakukan

oleh guru mitra. Guru mitra mengamati segala sesuatu yang terjadi selama

tindakan berlangsung melalui penerapan model pembelajaran dengan

menggunakan Problem Based learninng. Keaktifan siswa yang

diamati dalam proses kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.

Pengamatan terhadap performansi guru dilakukan oleh Kepala Sekolah.

Pengamatan dilakukan untuk menilai proses pembelajaran yang dilakukan guru

dari awal hingga akhir pembelajaran yang meliputi penguasaan materi dan

pengelolaan kelas.

4. Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis perencanaan,

pelaksanaan, observasi yang dilakukan pada siklus I untuk melakukan


37

pengamatan berupa performansi guru, aktivitas, dan hasil belajar. Hasil belajar

siswa meliputi rata-rata nilai kelas XI IPS 1, banyaknya siswa yang tuntas belajar,

dan persentase tuntas belajar klasikal. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui

kelebihan dan kekurangan unsur-unsur yang diamati pada siklus I, kemudian guru

kelas merefleksikan hasil analisis tersebut untuk merencanakan tindakan

berikutnya yaitu siklus II.

b. Pelaksanaan Siklus II

1. Perencanaan

Tahap perencanaan pada siklus II pada penerapan model pembelajaran

Problem Based learning berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Kegiatan yang

dilakukan pada tahap perencanaan siklus II meliputi:

a. Merancang kegiatan pembelajaran sesuai hasil refleksi.

b. Merancang alat peraga, bahan dan lembar kegiatan siswa.

c. Menyusun lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dan performansi guru

dan menyusun tes formatif II.

2. Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II peneliti berkolaborasi

dengan guru kelas melakukan.

a. Menyiapkan rencana pembelajaran.

b. Menyiapkan alat peraga, bahan dan lembar kegiatan siswa.

c. Menyiapkan lembar aktivitas siswa dan performansi guru untuk pengamat

mengamati proses pembelajaran.


38

3. Pengamatan

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kegiatan pengamatan difokuskan

pada performansi guru dan aktivitas belajar siswa yang dilakukan oleh kepala

sekolah. Pengamatan performansi guru dilakukan pada saat proses pembelajaran

yang dilakukan guru dari awal hingga akhir pembelajaran yang meliputi

penguasaan materi dan pengelolaan kelas. Aktivitas belajar siswa diamati oleh

guru kelas XI IPS 1. Pengamatan keaktifan siswa dalam proses kegiatan

pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.

4. Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis perencanaan,

pelaksanaan, observasi yang dilakukan pada siklus II. Kegiatan ini dilakukan

untuk mengetahui pencapaian hasil belajar dan mengetahui kelebihan dan

kekurangan proses belajar mengajar yang diamati pada siklus II.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan atas sifat-sifat

hal yang didefinisikan serta dapat diamati. Peneletian ini secara operasional

didefinisikan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran penemuan terbimbing (discovery learning) adalah

pembelajaran yang mengarahkan kepada siswa, dengan bantuan guru menjadi

fasilitator atau peran guru mengarahkan siswa untuk mencari tahu sendiri

materi untuk meningkatkan pemahaman konsep dan melatih kemampuan

menalar siswa.
39

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang

didapat oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yang

ditunujukan dengan siswa dapat memahami dan menguasai materi yang

disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran serta dapat terlihat

hasilnya dari perubahan yang terjadi dalam benuk angka maupun non angka

yang semakin optimal.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data sesuai

tata cara penelitian sehingga diperoleh data yang dibutuhkan. Sugiyono, (2020)

mengatakan bahwa pengumpulan data dapat dilakukan berbagai setting, sember

dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Teknik Tes

Teknik tes adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan

data atau suatu cara atau metode yang digunakan dalam rangka melaksanakan

kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai macam pertanyaan-

pertanyaan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh

peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik (Kuncahyono, 2020).

Tes berupa tes esai sebanyak 7 butir soal dengan materi sebaran dan pengelolaan

sumber daya alam pada siswa kelas XI IPS I dengan tujuan untuk mengetahui

hasil belajar siswa selama proses pembelajaran.


40

b. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan

langsung dan pencatatan secara sistematis dengan objek yang akan diteliti.

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan

mengenai pelaksanaan pembelajaran dikelas.

c. Dokumentasi

Dokumenasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun data dan menganalisis dokumen, baik dokumen tertulis, gambar

maupun tidak tertulis. Penelitian membutuhkan dokumentasi sebagai bukti telah

diadakan penelitian. Bukti dokumentasi berupa foto kegiatan pembelajara, hasil

lembar ulangan siswa maupun data-data siswa (Paramita, 2019).

3.7 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian, untuk

mendapakan data yang benar demi kesimpulan yang sesuai keadaan sebenarnya,

maka diperlukan suatu instrumen yang valid dan konsisten serta tempat dalam

memberikan data hasil penelitian (Sugiyono, 2020). Variabel penelitian pada

dasarnya adalah suatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian

ditarik kesimpulannya (Ulfa, 2021).

Berkaitan dengan penelitian ini, variabel penelitian terbagi menjadi dua

yang terdiri dari variabel independen (penerapan model pembelajaran discovery

learning) sebagai variabel tindakan penelitian dan variabel dependen (hasil belajar
41

siswa) sebagai variabel harapan, maka Instrumen penelitian yang digunakan

dalam penelitian disajikan pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 Instrumen penelitian


No Variabel Instrumen

Variabel tindakan: penerapan


1 model pembelajaran discovery Lembar pengamatan pembelajaran
learning

Variabel harapan: hasil belajar


2. Soal dan rubriknya.
siswa

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen variabel

independen adalah menggunakan lembar pengamatan (observasi) dan variabel

dependen dengan menggukan instrument soal dan rubriknya. Adapun penjelasan

instrumen dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Lembar Pengamatan Pembelajaran

Lembar pengamatan pembelajaran adalah lembar kerja yang berfungsi

untuk mengobservasi dan mengukur tingkat keberhasilan atau ketercapaian tujuan

pembelajaran pada kegiatan belajar mengajar dikelas dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based learning.

Lembaran pengamatanakan berlaku pada setiap siklus baik siklus I

maupun siklus II dan seterusnya. Masing- masing siklus dalam penelitian ini

terdiri dari satu kali pertemuan. Setiap lembaran observasi terdapat catatan dari

pengamat yang kemudianakan dijadikan peneliti sebagai bahan refleksi untuk

memperbaiki siklus yang sedang dilaksanakan maupun pada siklus berikutnya.

2. Tes hasil belajar


42

Tes hasil belajar siswa ini diberikan untuk memperoleh informasi tentang

tingkatpemahaman siswa sebaran dan pengelolaan sumber daya alam melalui

model pembelajaran Problem Based learning. Tes hasil belajar ini berupa lembar

soal yang digunakan sebagai instrumen evaluasi dalam penelitian. Soal yang

digunakan adalah soal yang berbentuk esai yang berjumlah 7 soal.

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui

bagaimana menggambarkan data, hubungan data, sistemantik data dan batasan

data yang ada pada suatu sistem informasi (Edi, 2009). Adapun data yang

dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu data pengelolaan pembelajaran dan data

hasil belajar siswa.

1. Analisis Data Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran diamati dengan lembar pengamatan, pada

lembar pengamatan terdiri dari aspek-aspek yang diamati. Setiap aspek

mendapatkan skor 0 atau 1. Skor yang akan diperoleh yaitu “Ya” diberikan skor 1,

sedangkan “Tidak” diberi skor 0, selanjutnya akan dihitung menggunakan rumus

yang telah disiapkan (Indriani, 2020). Adapun rumus yang digunakan dalam

menghitung nilai pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

S
N= X 100
S Maks

Keterangan:

N = nilai pelaksanaan pembelajaran


43

S = Skor pelaksanaan pembelajaran

S = Skor maksimum pembelajaran

Setelah mengetahui nilai pelaksanaan pembelajaran pada setiap siswa

kelas XI IPS 1, selanjutnya peneliti menyesuaikan nilai yang didapat dengan

predikat nilai pelaksanaan pembelajaran yang telah ditetapkan. Adapun Predikat

nilai pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.4 Predikat nilai pelaksanaan pembelajaran

No Nilai Predikat

1 N ≤ 70 Kurang

2 70 < N ≤ 80 Cukup

3 80< N ≤90 Baik

4 90 < N ≤ 100 Sangat baik

Sumber: (Indriani, 2020)

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar diperoleh dari nilai ulangan post tes pada akhir siklus. Hasil

tes pada akhir siklus dapat ditentukan nilai tinggi, nilai rendah, dan rata- ratanya.

Kategori nilai hasil belajar siswa disesuaikan dengan KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) geografi yaitu 75, dengan KKM tersebut dapat dibuat predikat hasil

belajar. Prestasi belajar akan digunakan untuk menentukan ketentusan individual

dan ketentuan klasikal. Siswa dikatakan tuntas secara individual jika mencapai

nilai ≤ 75, sedangkan ketuntasan klasikal terdapat 80% siswa yang telah mencapai

≤ 75 (Nurjannah, 2022). Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:


44

1. Menentukan irata-rata inilai ihasil ites idengan imenggunakan irumus:

∑X
X
∑N

Keterangan

X : Nilai Rata-Rata

∑X : Jumlah Semua Nilai Siswa

∑N : Jumlah Siswa

Tabel 3.5 Predikat nilai pelaksanaan pembelajaran

No Skor Nilai Kategori

1 90 – 100 Sangat baik


2 75 – 89 Baik
3 65 – 72 Cukup baik
4 55 – 64 Kurang
5 0 – 54 Sangat kurang

Sumber: (Rhamayanti, 2019)

2. Menetukan ketuntasan belajar siswa individual dengan menggunakan rumus:

T
KI= × 100%
TI

Keterangan:

KI = Ketentusan individual

T = Banyak siswa yang memperoleh nilai tidak tuntas

T1 = Jumlah skor maksimal Sumber: (Nurjannah, 2022)


45

3. Menentukan ketuntasan belajar siswa klasikal dengan menggunakan rumus:

Nt
KK= × 100%
T

Keterangan:

KK = Ketuntusan Klasikal

T = Banyak siswa yang memperoleh nilai tuntas

T1 = banyaknya siswa. Sumber: (Nurjannah, 2022)

3.9 Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan merupakan ukuran atau patokan dalam menentukan

berhasil dan tidaknya sebuah penelitian yang akan dilaksanakan. Hasil belajar

siswa selama mengikuti pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa telah

mencapai kriteria yang ditentukan. Kriteria keberhasilan tindakan kelas pada

penelitin di atas Kriteria Kelulusan Minimal (KKM) yang diterapkan di SMA

Negeri 1 Wolo adalah ≥ 75. Apabila terdapat 80% siswa yang telah mencapai

hasil belajar ≥ 70 dikatakn berhasil mengikuti pembelajaran yang dibawakan oleh

peneliti dengan model pembelajaran Discovry Learning.


46

DAFTAR PUSTAKA

Kadir. 2015. Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar Abdul Kadir.Al-
ta’dib,8(2), 70-81.

Arkunto, S. S. (2015). Supard, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi


Aksara

Darling Surya. (2016). Penerapan Pembelajaran Metode Penemuan Terbimbing


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Geografi Pada Materi
Bentuk-Bentuk Muka Bumi Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Kota
Ternate. Edukasi 14.2.

Anugraheni, I. (2017). Penggunaan Portopolia Dalam Perkuliahan Dan


Pembelajaran Jurnal Pendidikan Perkhasa: Jurnal Penelitian
Pendidikan Dasar, 3(1), 246-258.

Laili, (2018). Mengurangi Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran. Pelita


Bangsa Pelestarian Pancasila, 11.2.

Solehha, N. M. (2019) Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia. Jurnal Buana


Pengapdian. 1 (1). 66-72.

Linda. (2021) Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil


Belajar Siswa SMP Kelas VII Pada Materi Perubahan Iklim Dan
Dampaknya. Diss. Universitas Penelitian Ganesha.

AJriani, R.J. (2021) Penerapan Model Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Kemampuan Berfikir Keritis Peserta Didik di
Sekolah Dasar (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS)

Duskri, M. (2016). Peningkatatan Kemampuan Penelaran Matematika Siswa


Melalui Model Discovery Learning. Jurnal Didaktik Matematika,
3(1), 77-86.

Selvia Erita. (2019) Pengambangan Lembar Aktivitas Siswa Berbasis


Penemuan Terbimbing Pada Materi Segitiga “JURING (Jurnal for
Research in Mathematics Learning) 2.2: 179-189.

Anugraheni, I. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning


Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil
belajar Siswa. Perspektif Ilmu Pendidikan, 32(1), 67-75.

Dolong, J. (2016). Teknik Analisi Dalam Komponen Pembelajaran. Jurnal


Inspiratif Pendidikan, 5(2), 293-300.
47

Fitri, M. (2015). Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap


Hasil Belajar Matematika. Judika (Jurnal Pendidikan UNSIKA).
3(1), 34-44.

Fakhrurrazi. (2018). Hakikat Pembelajaran Yang Efektif. At-Tafkir, 11.1.

Ilham, D. (2019) Menggasgas Pendidikan Nilai dalam Siste m Penelitian


Nasional. Didaktika: jurnal pendidikan. 8 (3), 109-122

Indriani, K. W. A (2020). Meningkatkan Kemampuan Spasial Siswa Kelas VII


SMPN 4 Taliwang melalui aplikasi Android Virtual Realitiy
Mathematiics Berpaduan Google Cardboard. Indonesia Jurnal of
Teacher Education, 1(2), 80-86.

Dian Utami, (2019) Analisi Minat Belajar dan Aktivitas Belajar Melalui Model
Disscovery Learning Terhadap Hasil Belajar Geografi. JPG (Jurnal
Penelitian Geografi) 7.2.

Kadir. (2015). Statistik Terhadap Konsep Contoh dan Analisis Data Dengan
Program SPLL/Lisrel dalam Penelitian Edisi Kedua Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

Kristin, F. (2016) Analisi Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan dasar
perkhasa: jurnal penelitian pendidikan dasar, 2(1)69-80.

Sundayana, R. 2014. Statistik Penelitian Pendidikan. Cetakan Pertama.


Bandung: Alfabeta.

Kasman, K. (2020) Modul Pembelajaran SMA Geografi Kelas XI: Sebaran dan
Pengolahan Sumber Daya Kehutanan, Pertambahan, Kelautan, dan
Pariwisata.

Muzakki, A. (2020). Aplikasi E-Test “That Quiz” Sebagi Digitasi Keterampilan


Pembelajaran Abad 21 di Sekolah Indonesia Bangkok. Lectura:
Jurnal Pendidikan, 11(2), 153-66

Kurniawan, B. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning


Dengan Media Google Earth Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pola Keruangan Desa Kota Di Kelas XII
IPS SMK IGN. Slamet Riyadi Bojonegoro.

Lestari, W. (2017) Evektivitas Model Pembelajaran Guided Discovery Learning


terhadap hasil belajar siswa matematika jurnal susunan artikel
pendidikan (sap), 2(1), 64-74.
48

LAMPIRAN
Lampiran 1

SILABUS

Mata Pelajaran : Geografi


Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Wolo
Kelas/Semester : XI/ Genap
Tahun Pelajaran : 2023/2024

Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi pembelajaran Indikator Kegiatan Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
3.7 Menganalisis MITIGASI 3.2.1 memahami  Mencari informasi 20JP  Buku  Keaktifan
Mitigasi Bencana BENCANA pengertian tentang mitigasi Geografi siswa
di Indonesia mitigasi bencana kelas XI  Evaluasi
 Klasifikasi bencana  Mengumpulkan soal
pengertian 3.3.2 informasi tentang
mitigasi bencana mengidentifi mitigasi bencana
 Penanggulangan kasi mitigasi  Mendiskusikan
bencana melalui bencana mitigasi bencana
edukasi, kearifan 3.3.3  Mengidentifikasi
local dan mendsekripsi mitigasi bencana
pemanfaatan kan potensi  Menyajikan laporan
teknologi dan mitigasi hasil pengelolaan
peran masyarakat bencana informasi tentang
dalam mitigasi mitigasi bencana
bencana alam
50

 Persebaran
wilayah rawan
bencana di 3.3.4
Indonesia dan mengidentifi
lembaga-lembaga kasi mitigasi
penganggulangan bencana
4.4 Mitigasi bencana 3.3.5 menyajikan
Bencana  Jenis dan laporan hasil
karakteristik pengelolaan
bencana serta tentang
siklus mitigasi
penanggulangan bencana

Kolaka, oktober 2023

Guru mata pelajaran Peneliti

EDA HARTINI, S.Pd PUTRY CRISTIANI


NIP.197103142003122006 NIM. 181321271
Mengetahui
Kepala Sekolah SMAN 1 Wolo

MUH. TANG, S.Pd


NIP.196809071997021004
Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP SIKLUS I)

Mata pelajaran : Geografi


Kelas/semester : XI IPS/Genap
Materi pokok : Mitigasi Bencana Alam
Alokasi waktu : 2x45 menit

a. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu
memahami dan mengidentfikasi tentang Mitigasi bencan alam

b. Model pembelajaran
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu model Based learning

c. Kegiatan pembelajaran
Alat/bahan : papantulis dan spidol
Sumber belajar : Buku

d. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan pendahuluan (10 menit)
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

 Memberi apresiasi yaitu dengan mengulas materi sebelumnya tentang


mitigasi bencana alam kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa,
 yaitu dengan menyempaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (30 menit)
1. Guru menyampaikan materi tentang mitigasi bencana alam.
2. Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok, setiap kelompok diberi
tugas untuk membuat rumusan masalah yang berkaitan dengan materi
mitigasi bencana alam.
3. Setiap kelompok diberikan kesempatan oleh guru untuk berdiskusi dan
mengumpulkan infromasi sebanyak mungkin dengan anggota
kelompoknya mengenai materi mitigasi bencana alam.
4. Guru membimbing atau mengarahkan salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
5. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi.
Kegiatan penutup (10 menit)
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secar bersama-
sama dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
52

e. Penilaian Hasil pembelajaran


1. Pengetahuan: tertulis uraian
2. Keterampilan: penilaian untuk kerja

Kolaka, oktober 2023

Guru mata pelajaran peneliti

EDA HARTINI, S.Pd PUTRY CRISTIANI


NIP.197103142003122006 NIM. 181321271

Mengetahui
Kepala Sekolah SMAN 1 Wolo

MUH. TANG, S.Pd


NIP.196809071997021004
53

Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP SIKLUS II)

Mata pelajaran : Geografi


Kelas/semester : XI IPS/Genap
Materi pokok : Mitigasi bencana alam
Alokasi waktu : 2x45 menit

a. Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu
memahami dan mengidentfikasi tentang Mitigasi bencan alam

b. Model pembelajaran
Model yang digunakan dalam pembelajaran ini yaitu model Based learning

c. Kegiatan pembelajaran
Alat/bahan : papantulis dan spidol
Sumber belajar : Buku

d. Langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan pendahuluan (10 menit)
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.

 Memberi apresiasi yaitu dengan mengulas materi sebelumnya tentang


mitigasi bencana alam kemudian guru memberikan motivasi kepada siswa,
yaitu dengan menyempaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti (30 menit)
1. Guru menyampaikan materi setelah itu mengidentifikasi masalah, guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat atau jawaban
sementara sebanyak mungkin terkait dengan materi pembelajaran.
2. Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok yang dilakukan secara acak.
3. Setiap kelompok diberikan kesempatan oleh guru untuk berdiskusi dengan
anggota kelompoknya mengenai materi mengenai materi mitigasi bencana
alam dalam buku paket
4. Guru membimbing atau mengarahkan salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemudian siswa kelompok lain
mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang presentasi sesuai materi yang
di presentasikan
5. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi.
Kegiatan penutup (10 menit)
Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secar bersama-
sama dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
54

e. Penilaian Hasil pembelajaran


1. Pengetahuan: tertulis uraian
2. Keterampilan: penilaian untuk kerja

Kolaka, oktober 2023

Guru mata pelajaran peneliti

EDA HARTINI, S.Pd PUTRY CRISTIANI


NIP.197103142003122006 NIM. 181321271

Mengetahui
Kepala Sekolah SMAN 1 Wolo

MUH. TANG, S.Pd


NIP.196809071997021004
55

Lampiran 4

SOAL TES SIKLUS I

Petunjuk :

1. Tulislah nama langkap dan kelas pada lembar jawaban

2. Teliti sebelum menjawab soal

3. Jawablah terlebih dahulu apa yang dianggap mudah

4. Waktu 40 menit

Soal

1. Jelaskan menurut pendapat anda tentang bencana alam?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bencana non alam?

3. Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana?

4. Tuliskan tiga tahap penyelenggaraan penanggulangan bencana?

5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan letusan gunung api dan tsunami?
56

Lampiran 5

Lembar Jawaban Soal Tes Siklus I

1. Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

dan menganggu kehidupan masyarakat yang disebabkan baik faktor alam

ataupun factor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,

dan dampak psikologis.

2. Rencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemic dan wadah penyakit.

3. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana

baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

kemampuan menghadapi bencana alam.

4. Ada tiga tahap penyelanggara penanggulangan bencana yaitu sebagai berikut:

a. Prabencana yang meliputi: situasi tidak terjadi bencana dan situasi terdapat

potensi bencana.

b. Tahap tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana

c. Pascabencana yang dilakukan setelah terjadi bencana

5. Letusan gunung api adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam

perut gunung berapi, akibatnya aktifitas magma dan pergerakan lempeng

tektonik, sedangkan tsunami adalah gelombang air besar yang diakibatkan

oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi


57

Lampiran 6

SOAL TES SIKLUS II

Petunjuk:

1. Tulislah nama langkap dan kelas pada lembar jawaban

2. Teliti sebelum menjawab soal

3. Jawablah terlebih dahulu apa yang dianggap mudah

4. Waktu 40 menit

Soal

1. Sebutkan 5 persebaran wilayah yang rawan terhadap bencana alam yang

terjadi di Indonesia?

2. Tuliskan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana pada

tahap prabencana?

3. Apa yang menyebabkan Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana?

4. Apa yang dimaksud dengan banjir bandang?

5. Tuliskan tugas BPNB dalam penanggulangan pasca terjadinya bencana?


58

Lampiran 7

Lembar Jawaban Soal Tes Siklus II

1. 5 persebaran wilayah yang rawan terhadap bencana alam yang terjadi di

Indonesia antara lain:

a. Wilayah rawan bencana alam gempa bumi (Acuh, Sumatera Barat,

Banjarnegara dan Lampung)

b. Wilayah rawan bencana alam letusan gunung api (Pulau sumatera, NTT,

Bali, Banten dan Jawa)

c. Wilayah rawan bencana alam tsunami (Aceh, palu, Jawa, pulau sumatera

dan Jakarta)

d. Wilayah rawan bencana alam banjir ( sumatera, jawa, Sulawesi dan Jakarta)

e. Wilayah rawan bencana alam kekeringan (sumatera utara, Jogjakarta dan

lampung)

2. Mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana pada tahap

prabencana antara lain: kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana.

3. Secara geologis Indonesia berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia,

Lempeng Eurasia dan lempeng pasifik yang aktif dan saling bergerak serta

saling bertumbukan diikuti oleh kondisi kerusakan lingkungan menimbulkan

potensi rawan bencana alam di wilayah Indonesia.

4. Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan jumlah air

yang besar disebabkan terbendungnya aliran sungai pada air sungai.

5. Tugas BNPB dalam penanggulangan pasca terjadinya bencana yaitu:

memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan


59

bencana yang mencakup pencegahan bencana menetapkan standarisasi dan

kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan UU.

Anda mungkin juga menyukai