Anda di halaman 1dari 5

PERISTIWA PENTING MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN

INDONESIA
By: Hafidz Fuad Halimi
16 Aug 2023
3418 kali dilihat
Bagikan:

Terdapat rangkaian peristiwa penting yang terjadi menjelang Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 M / 9 Ramadan 1364 H. Kemerdekaan
Indonesia dicapai dapat diraih dengan berbagai pengorbanan dari berbagai pihak,
terutama para santri dan ulama. Karenanya, Proklamasi menjadi peristiwa penuh makna
bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.
Bangsa Jepang yang melakukan penjajahan pernah berjanji akan memberikan
kemerdekaan pada 24 Agustus 1945. Bahkan pada 7 Agustus 1945, Marsekal Terauchi
selaku panglima tentara Jepang yang bertanggung jawab atas wilayah Asia Tenggara
selama Perang Dunia II telah menyetujui pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Sehari sebelum pembentukan PPKI (6 Agustus 1945 M), Kota Hiroshima, Jepang,
dijatuhi bom atom oleh Angkatan Udara Amerika Serikat yang diberi nama Little Boy.
Amerika yang juga bagian dari pasukan Sekutu melancarkan serangan bom atom kedua
bernama Fat Man pada 9 Agustus 1945 M di kota Nagasaki.
Kedua serangan bom atom tersebut membuat Jepang menyerah kepada pihak Sekutu. Hal
ini ditandai dengan pengakuan Kaisar Jepang Hirohito untuk menyerah dan
menghentikan peperangan di atas kapal kapal perang Amerika USS Missouri yang
sedang berlabuh di Teluk Tokyo.
Menyerahnya Jepang kepada Sekutu membuat kekosongan kekuasaan (vacuum of
power) di Indonesia. Kondisi Jepang tersebut didengar oleh Sutan Sjahrir (tokoh
golongan muda) dan ingin memanfaatkan kondisi tersebut dengan mendesak golongan
tua (termasuk Soekarno dan Moh. Hatta) untuk segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Pada saat itu, Sutan Sjahrir mendatangi kediaman Moh. Hatta yang baru saja tiba dari
Dalat, Vietnam menemui Marsekal Terauchi bersama Soekarno dan Radjiman
Wedyodiningrat. Moh. Hatta tidak bisa memberikan keputusan dan mengajak Sutan
bertemu dengan Soekarno. Sayangnya, Soekarno menolak usulan Sjahrir dan tetap
berpegang pada keputusan awal PPKI, yaitu Proklamasi dilaksanakan pada 24 Agustus
1945 M / 16 Ramadan 1364 H. Para tokoh muda berpandangan bahwa kemerdekaan
harus diraih dan dinyatakan oleh bangsa Indonesia sendiri, bukan hasil pemberian dari
Jepang.
Situasi kekosongan kekuasaan menjadi momen yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk
memerdekakan diri sendiri tanpa campur tangan bangsa lain. Hal tersebut berbanding
terbalik dengan tokoh tua yang ingin bertindak secara hati-hati dan tetap menjadlin
komunikasi dengan pihak Jepang. Soekarno khawatir, bisa terjadi pertumpahan darah
jika proklamasi dilaksanakan tanpa ada pertimbangan yang matang.
Sikap Soekarno dan para tokoh tua membuat tokoh muda memikirkan cara lain agar
tokoh-tokoh berpengaruh tersebut berubah pikiran. Para tokoh muda ingin menjauhkan
golongan tua, terutama Soekarno dan Moh. Hatta dari pengaruh Jepang. Para tokoh muda
berpandangan, jika kedua tokoh besar tersebut tetap berada di Jakarta, keduanya akan
terus dipengaruhi dan ditekan oleh Jepang.

Tokoh dari golongan muda, seperti di antaranya Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh
kemudian menjemput paksa Soekarno beserta istri, Fatmawati, dan putra bungsunya
Guntur pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari. Bersama Soekarno, Moh. Hatta juga
dijemput oleh para para tokoh muda menuju Rengasdengklok, Karawang-Jawa Barat.

1. Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik


Mulanya, Jepang berhasil menghancurkan Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di
Pearl Harbor, Hawai pada 7 Desember 1941.
Namun setelah serangan itu, kode komunikasi rahasia Jepang justru berhasil dibuka oleh
AS. Hal ini membuat AS mengetahui jumlah pasukan dan waktu serangan Jepang.
Dengan begitu, AS dan Sekutu dapat melakukan serangan kepada Jepang dan
memperoleh kemenangan. Bahkan, beberapa pulau milik Jepang, seperti Saipan, Iwo
Jima, dan Okinawa dapat direbut oleh Sekutu.

2. Penolakan Deklarasi Postdam


Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik, Sekutu mengeluarkan Deklarasi
Postdam di Jerman untuk Jepang.
Isinya, Jepang harus menyerah tanpa syarat atau akan dihancurkan secara besar-besaran.
Namun, Jepang menolak isi Deklarasi Postdam tersebut.

3. Peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki


In this Aug. 6, 1945, photo released by the U.S. Army and provided by the Hiroshima
Peace Memorial Museum, a huge cloud resulting from the massive fires started by
Ilustrasi. Rangkaian peristiwa 17 Agustus 1945 lengkap (Hiroshima Peace Memorial
Museum/U.S. Army via AP)
Penolakan Jepang kemudian dibalas AS dengan menjatuhkan bom atom di dua kota di
wilayah Jepang. AS menjatuhkan bom 'Little Boy' di Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

Lalu, AS menjatuhkan bom 'Fat Man' di Nagasaki pada 9 Agustus 1945. Dampaknya,
ratusan ribu penduduk Jepang meninggal dan ratusan ribu lainnya cacat.
Akhirnya, Jepang mau tidak mau menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.

4. Kabar Jepang menyerah sampai ke Indonesia


Rangkaian peristiwa 17 Agustus 1945 lengkap berlanjut pada momen kabar Jepang
menyerah sampai ke Indonesia. Sebab, Sekutu menyiarkan kabar ini melalui radio BBC.
Siaran tersebut didengar oleh Sutan Syahrir, salah satu tokoh pergerakan nasional. Lalu,
Syahrir meneruskan kabar tersebut ke golongan tua dan golongan muda.

Mereka menuntut kebulatan tekad untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Juga bertekad
menunjukkan pada dunia internasional bahwa kemerdekaan Indonesia bukan atas
bantuan Jepang, tetapi tekad seluruh rakyat Indonesia.
Melihat tekad rakyat menggelora dan tidak dapat dihalangi bahkan oleh tentara Jepang,
pemerintah terdorong mengadakan sidang kabinet. Diputuskan Presiden Soekarno dan
Wakil Presiden Moh Hatta dan para menteri datang ke Lapangan Ikada.
Pada kesempatan itu, Soekarno menyampaikan pidato yang disambut rakyat gegap
gempita. Rapat raksasa di Lapangan Ikada berlangsung tertib dan damai.
Pada 19 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII
mengirim kawat ucapan selamat kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh
Hatta atas berdirinya Negara Republik Indonesia dan atas terpilihnya dua tokoh sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.

Dua hari setelah kemerdekaan, kabinet pertama Republik Indonesia dibentuk. Kabinet
pertama ini meliputi 19 menteri, salah satunya Kementerian Luar Negeri dimana Ahmad
Soebardjo tercatat sebagai Menteri Luar Negeri pertama (2 September 1945 — 14
November 1945).
Kabinet ini tak bertahan lama, sejak 14 November 1945 terjadi sejumlah perubahan yang
memunculkan Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet II RI. Perubahan ini
termasuk perubahan sistem pemerintahan dari presidensial ke bentuk ministerial. Sejak
itu Pemerintah RI menempuh kebijakan politik diplomasi untuk berunding dengan
Belanda.
Perundingan pertama terjadi pada 17 November 1945 di markas besar tentara Sekutu di
Jakarta. Perundingan ini berlanjut dengan pengiriman misi diplomatik pertama Indonesia
ke Belanda yang dimulai pada 14 April 1946 di sebuah tempat bernama Hoge Veluwe.
Misi tersebut menjadi salah satu awal rangkaian perundingan panjang antara Indonesia-
Belanda.
Menurut laman Kementerian Luar Negeri tercatat tiga perundingan penting dalam
periode awal tugas diplomasi mempertahankan kemerdekaan, yakni Perundingan
Linggarjati pada 1946–1947 (pengakuan kedaulatan RI meliputi Jawa, Madura dan
Sumatera); Perundingan Renville pada 1947–1948 (kesepakatan gencatan senjata dan
penambahan wilayah Belanda); dan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949
(pengakuan kedaulatan Indonesia).
Perjuangan diplomasi Indonesia akhirnya meraih dukungan masyarakat internasional di
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 17 Agustus 1950 Indonesia kembali menjadi
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemulihan Indonesia sebagai negara
kesatuan ini disusul dengan masuknya Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB pada
September 1950.

Mempertahan Kemerdekaan:

1. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dari kedatangan pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigjen
Bethel di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu yang sedang menuju
Magelang membuat kerusuhan hingga meneror rakyat lokal.
Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah pimpinan Kol. Sudirman kemudian
melakukan pengejaran dan pengepungan. Pertempuran yang kelak dikenal dengan
"Palagan Ambarawa" pun tak terhindarkan dan terjadi selama empat hari (12-15
Desember 1945).
Pertempuran diakhiri dengan kemenangan TKR pada 15 Desember 1945. Tanggal
tersebut dijadikan Hari Juang Kartika TNI-AD.

2. Pertempuran Bandung Lautan Api


Peristiwa Bandung Lautan Api dimulai ketika pasukan Sekutu diboncengi NICA tiba di
kota Bandung pada tanggal 13 Oktober 1945.
Pasukan Sekutu mulai menduduki kota Bandung dengan alasan melucuti dan menawan
tentara Jepang. Lalu pada 27 November 1945, mereka mengeluarkan ultimatum kepada
para pejuang agar meninggalkan area Bandung Utara, namun para pejuang menolak.
Pemerintah pusat Jakarta kemudian turun tangan dan membuat keputusan bahwa Tentara
Republik Indonesia (TRI) bersedia mengosongkan Bandung.
Namun, sebelum meninggalkan Bandung, pada tanggal 23-24 Maret 1946 para pejuang
menyerbu pos-pos Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung dengan api.

3. Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya atau Battle of Surabaya diawali dengan kedatangan Sekutu
dibawah Komando Brigjen A.W.S. Mallaby di Surabaya, pada tanggal 25 Oktober 1945.
Selang beberapa hari, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara
rakyat Surabaya melawan Sekutu yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby.
Sekutu mengultimatum rakyat bersenjata di Surabaya menyerahkan diri pada tanggal 9
November 1945 sebelum pukul 18.00. Jika tidak dipenuhi, Sekutu akan menyerang
Surabaya pada tanggal 10 November 1945.
Dengan kobaran semangat dari Bung Tomo, rakyat Surabaya justru melakukan
perlawanan terhadap Sekutu. Terjadilah pertempuran berdarah pada 10 November 1945
di mana tanggal tersebut akhirnya ditetapkan menjadi Hari Pahlawan.

4. Pertempuran Puputan Margarana


Pertempuran juga terjadi di daerah Bali dalam mempertahankan kemerdekaan.
Pertempuran ini melibatkan pasukan TKR divisi Sunda Kecil di bawah pimpinan
Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda yang ingin menguasai wilayah
Bali.
Peperangan terjadi pada 20 November 1946 dini hari sampai dengan siang hari. Pasukan
I Gusti Ngurah Rai berhasil memaksa bertahan hingga titik darah penghabisan, namun
sayang mereka harus gugur. Pertempuran ini pun disebut sebagai Puputan Margarana.

5. Peristiwa Merah Putih di Biak


Mengutip buku IPS Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah) oleh Nana
Supriatna, dkk, pada 14 Maret 1948, terjadi serangan rakyat Biak terhadap kamp NICA,
yaitu tangsi Sorido di Biak, Papua.
Saat itu, persenjataan NICA lebih baik, sehingga perlawanan itu mengalami kegagalan.
Dua orang pemimpin serangan tersebut dihukum mati dan para pelaku penyerangan
lainnya dihukum seumur hidup.

6. Pertempuran Medan Area


Tentara Sekutu yang diboncengi NICA juga mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober
1945. Pasukan yang dipimpin oleh T.E.D. Kelly menyusul pasukan pimpinan Westerling
yang sudah datang sebelumnya ke Medan.
Melihat kondisi itu, para pemuda Medan segera membentuk TKR. Lalu. tanggal 13
Oktober 1945 terjadi pertempuran yang dikenal dengan nama Medan Area.
Nah, itulah sederet pertempuran yang terjadi dalam mempertahankan kemerdekaan di
berbagai daerah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai