Anda di halaman 1dari 218
TEOR! DAN MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN Sebuah Kajian Fundamental NASIB TUA LUMBAN GAOL Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Penulis : Nasib Tua Lumban Gaol ISBN : 978-623-09-2648-8 Desain Sampul dan Tata Letak: Tika Reformatika Fuadi Sumber: www.canva.com Cetakan : April 2023 Ukuran : BS ISO (17,6 X 25 cm) Halaman 2x, 258 halaman Penerbit : PT. Scifintech Andrew Wijaya Anggota IKAPI Redaksi : JI, Mega Kuningan Barat No. 3 Kel. Kuningan Timur Kee Setia Budi Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta No. Hp : 087808498369 Email : andrewscifintech@ gmail.com Website : scifintech.com Hak cipta © 2023 Nasib Tua Lumban Gaol F, Aspek-Aspek Pertimbangan dalam Mendesain Organisasi.. G. Prosedur Mendesain Struktur Organisas H. Tugas Latihan BAB V JENIS-JENIS DESAIN STRUKTUR ORGANISASL.... A. Desain Struktur Organisasi Sederhana B. Desain Struktur Orgat Fungsional C. Desain Struktur Organisasi Multidivisi D. Desain Struktur Organisasi Matriks .. E. Desain Struktur Organisasi Tim F. Desain Struktur Organisasi Virtual G. Tugas Latihan..... BAB VI ORGANISASI PENDIDIKAN A. Pengertian Organisasi Pendidikan B, Tujuan dan Fungsi Organisasi Pendidikan . C. Komponen-Komponen Organisasi Pendidikan . D. Tujuan Eksistensi Organisasi Pendidikan .. E, Sumber Daya Manusia dan Non-Manusia Pendidikan. F, Budaya Organisasi Pendidikan. 94 G. Desain Struktur Orgat Pendidikan 96 H. Tugas Latihan.... BAB VII BIDANG ILMU MANAJEMEN A. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Manajemen B. Konsep Dasar IImu Manajemen..... C. Karakteristik Manajemen D. Prinsip-Prinsip Manajemen E. Manajemen sebagai IImu dan Seni F. Fungsi-Fungsi Manajemen . G. Manajer dan Leader dalam Organisasi H. Perbedaan Manajemen, Administrasi, dan Kepemimpinan L. Tugas Latihan..... BAB VIII MANAJEMEN PROSES DALAM PENDIDIKAN A. Pengertian Manajemen Proses.... B, Tujuan Manajemen Proses... C. Peran Manajer Proses dalam Pendidi D. Prosedur Melakukan Manajemen Proses.... E, Tugas Latihan.... BAB IX PERKEMBANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN, A. Sejarah Kemunculan Manajemen Pendidikan B. Periode Ideologi (1820-1899). C. Periode Preskriptif (1900-1946) D. Periode Imiah (1947-1985) E. Periode Dialektika (1986-sekarang) . F. Sejarah dan Perkembangan Manajemen Pendidikan di Indonesia G. Manajemen Pendidikan Berbasis Keagamaan di Indonesia...... H. Tugas Latihan... BAB X HAKIKAT MANAJEMEN PENDIDIKAN A. Terminologi Manajemen Pendidikan ... B. Pengertian Manajemen Pendidikan C. Urgensi Teori Manajemen Pendidikan D. Manajemen Pendidikan sebagai IImu Saintifik. E, Prinsip Operasional Manajemen Pendidika F. Fungsi dan Tujuan Manajemen Pendidikan G. Sektor Kajian Manajemen Pendidikan F. Manajemen Pendidikan yang Efektif G. Tugas Latihan BAB XI MODEL-MODEL MANAJEMEN PENDIDIKAN wesssseseseeees 197 Pengertian Model Manajemen Pendidikan. Model Formal Manajemen Pendidikan Model Kolegial Manajemen Pendidikan. Model Politik Manajemen Pendit Model Subjektif Manajemen Pendidikan Model Ambigu Manajemen Pendidikan. Model Budaya Manajemen Pendidikan. H. Tugas Latihan..... an am mpOD> DAFTAR PUSTAKA. PROFIL PENULIS DAFTAR GAMBAR Gambar |. Model Sistem Keberfungsian Pendidikan. Gambar 2. Arah pengembangan dan pencapaian tujuan pendidikan Gambar 3. Sistem Terbuka ... Gambar 4, Desain Struktur Organisasi Sederhana, Gambar 5. Desain Struktur Organ Funsional, Gambar 6. Desain Struktur Organisasi Multidivisi Gambar 7. Desain Struktur Organisasi Geograt Gambar 8. Desain Struktur Organisasi Multidivisi Berdasarkan Market Gambar 9. Desain Struktur Organisasi Matriks... Gambar 10. Desain Struktur Organise Gambar 11. Desain Struktur Organisasi Virtual Gambar 12. Keterkaitan Tujuan, Strategi, dan Aktivitas di Organisasi Gambar 13. Level Budaya Organisasi Gambar 14. Desain Struktur Organisasi Sekolah ..... Gambar 15. Desain Struktur Organisasi Sekolah Menengah. Gambar 16. Desain Struktur Organisasi Sekolah Dasar .. Gambar 17. Organisasi sebagai Sebuah Sistem Terbuka. Gambar 18. Fungsi Manajemen... Gambar 19. Alur dari Input, Proses, dan Output .. Gambar 20. Diagram Manajemen Proses Gambar 21. Alur Pendaftaran Siswa Baru di Sekolah Gambar 22. Periode Perkembangan Bidang Manajemen Pendidikan . Gambar 23. Tiga Sektor Kajian Manajemen Pendidikan Gambar 24. Keterkaitan Teori, Fenomena, dan Data . Gambar 25. Model Kepemimpinan Esensial Gambar 26. Model Formal Manajemen Pendidikan. Gambar 27. Model Kolegial Manajemen Pendidikan. Gambar 28. Model Politik Manajemen Pendidikan. Gambar 29. Model Subjektif Manajemen Pendidikan Gambar 30. Model Ambigu Manajemen Pendidikan . Gambar 31. Model Budaya Manajemen Pendidikan .. si Tim, vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Area-Area Penelitian Manajemen Pendidikan... Tabel 2. Pendapat ahli tentang definisi organisasi ‘Tabel 3. Perbedaan organisasi formal dan informal Tabel 4. Kelemahan dan Keunggulan Desain Struktur Organisasi Sederhana. 74 Tabel 5. Pioner dan Karya Ilmiah tentang Manajemen Tahun 1825 s.d. 1900-an .. Tabel 6. Perbedaan Leader dan Manajer. Tabel 7. Perbedaan Kepemimpinan, Manajemen dan Administrasi Tabel 8. Perbedaan Manajemen dan Administrasi Tabel 9. Perbedaan manajemen dan kepemimpinan. . 136 129 Tabel 10. Perbedaan kepemimpinan dan Administr 137 Tabel 11. Penulis Bidang Manajemen Pendidikan tahun 1980-an .. 161 Tabel 12. Tokoh dan karya Penting di bidang manajemen Pendidika 163 Tabel 13. Pendapat Para Tokoh tentang Manajemen Pendidikan. 172 Tabel 14, Perbedaan karakteristik pada model-model manajemen . 203 Tabel 15. Tipologi Model Manajemen dan Model Kepemimpinan 204 Tabel 16. Komponen-Komponen Model Kolegial di Sekolah .. 213 Nasib Tua Lumban Gaol BABI PENDAHULUAN “Pendidikan tanpa nilai-nilai, meski bermanfaat, tampaknya justru hanya membuat manusia menjadi seorang iblis yang lebih pandai.” C.S. Lewis A. Kebutuhan Pendidikan di Abad Kedua Puluh Satu Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi semua umat manusia yang terhimpun di setiap Negara, Keberadaan pendidikan dapat menolong setiap bangsa agar menjadi bangsa yang sejahtera, dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dengan baik. Beberapa negara di dunia ini yang menghendaki kemajuan negaranya selalu memperhatikan sektor pendidikan secara serius, seperti Finland, Cina, Amerika, Jerman, dan negara maju lainnya. Pendidikan menjadi prioritas sa diposisikan sebagai hal urgen dan utama bagi negara-negara tersebut, sehingga kemajuan pendidikan mereka telah memberikan pengaruh signifikan terhadap kemajuan bidang teknologi dan informasi secara global. Pada abad kedua puluh satu ini, umat manusia berada dalam sebuah dunia yang saling terkoneksi (globalisasi) karena teknologi_ komunikasi informasi dan ledakan pengetahuan yang telah mengecilkan dunia menjadi sebuah desa global (Malik, 2018). Artinya, peran teknologi secara khusus teknologi Komunikasi dan informasi telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan umat manusia. Kondisi tersebut dikenal dengan teknologi digital di mana informasi lebih mudah berpindah, dihadirkan, dimanipulasi, dan dihadirkan kembali. Misalnya, dalam hal interaksi sosial, saat ini komunikasi dapat dilakukan oleh orang yang berbeda lokasi_ meskipun berjarak mencapai ribuan atau bahkan berada di pulau yang berbeda. Adanya kemajuan teknologi dan informasi telah menembus ruang dan batas kehidupan umat manusia di bumi. Kondisi demikian pun dikenal dengan isitilah “no man is an island”, di mana semua individu dapat saling menjalin komunikasi atau interaksi, Tidak menjadi permasalahan setiap individu itu berada pada negara atau pulau yang berbeda-beda. Dalam konteks pendidikan, kondisi kemajuan teknologi dan informasi secara alamiah juga telah membawa perubahan dalam pelaksanaan pendidikan dimana pelaksanaan pendidikan harus melibatkan teknologi dan informasi. Sebagai contoh, pendidikan kini sudah dapat dilaksanakan secara online (daring) atau tidak lagi hanya di kelas (tatap muka). Penggunaan teknologi dan dan senant Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 1 Nasib Tua Lumban Gaol informasi dalam pendidikan telah menjadi sebuah kebutuhan mendasar bagi setiap satuan pendidikan karena dengan adanya teknologi, pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, pengelola atau pemimpin pendidikan dan stakeholder pendidikan harus memperhatikan dan memanfaatkan secara optimal berbagai komponen pendidikan, termasuk teknologi, apabila menghendaki hasil terbaik dari pelaksanaan pendidikan. Selanjutnya, dengan adanya perkembangan dan kemajuan yang signifikan dari pemanfaatan teknologi dalam sektor pendidikan, maka hal itu dapat mendorong peningkatan efektivitas dan efisiensi proses manajemen dalam organisasi pendidikan. Artinya, keberadaan teknologi dan informasi tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan saat ini karena kehadiran teknologi sesungguhnya dapat mempermudah pelaksanaan_ pendidikan. Namun, meskipun telah terjadi kemajuan yang begitu cepat pada bidang teknologi dan informasi, hakikat pendidikan tidak dapat dikesampingkan. Dengan kata lain, meskipun teknologi dan informasi berperan penting dalam pelaksanaan pendidikan, namun tidak dapat serta merta menjadikan teknologi sebagai dewa untuk mencapai tujuan akhir pendidikan, yakni memanusiakan manusia. Sejalan dengan perubahan-perubahan di dunia Karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi, maka pendidikan sebagai proses pengembangan potensi sumber daya manusia harus mampu menjawab kebutuhan abad ke-21 melalui perubahan kurikulum dan pembelajaran. Selain itu, pendidikan juga harus sesuai dengan konteks lokal di dunia global dan memenuhi kebutuhan khusus siswa dalam budaya yang beragam (Higgins, 2014). Konteks lokal perlu menjadi perhatian agar dapat beradaptasi secara bertahap terhadap tuntutan perubahan yang sedang terjadi pada konteks global, dan agar tidak kehilangan budaya lokal itu sendiri. Sedangkan pemenuhan kebutuhan siswa harus didukung oleh kemampuan guru dalam mengajar dan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah sebagai lembaga pembelajaran. Secara khusus, agar dapat mewujudkan sekolah yang efektif Lumban Gaol dan Nababan (2022) mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah, yakni menciptakan visi, misi dan tujuan sekolah; membuat kebijakan sekolah; mengimplementasikan kepemimpinan; melakukan manajemen krisis; mengembangkan, mengawasi, dan mengevaluasi kurikulum dan pembelajaran; meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan; memanajemen keuangan sekolah yang efektif dan efisien; menciptakan budaya kondusif; melibatkan stakeholder 2 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol pendidikan; dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan informasi. Dengan demikian, hal fundamental yang perlu dibenahi pada pendidikan Indonesia di abad kedua puluh satu ini tidak hanya kemampuan siswa, tetapi seluruh sumber daya manusia yang memiliki peran penting di organisasi pendidikan, termasuk pendidik, tenaga kependidikan, dan secara khusus pemimpin satuan pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat tiga pertanyaan penting yang sangat perlu dibahas demi keterlaksanaan pendidikan di abad kedua puluh satu yang lebih baik, yakni: apakah skill yang perlu dikembangkan bagi peserta didik di abad kedua puluh satu? Bagaimanakah seharusnya guru mendidik siswa di abad ke dua puluh satu? Bagaimanakah kepala sekolah sebagai pemimpin dapat mengelola lembaga pendidikan secara efektif dan efisien? 1. Mengembangkan skill peserta didik Pendidikan pada esensinya bukan sekadar proses mentransfer pengetahuan kepada peserta didik atau hanya sebagai upaya memperoleh sertifikat atau ijazah. Namun, pendidikan harus menjadi sebuah upaya penting dalam menggali dan mengembangkan semua potensi setiap individu secara maksimal agar potensi yang dimiliki dapat termanfaatkan dalam kehidupannya pada masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan berperan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Siswa mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi tidak cukup hanya mengetahui hal-hal abstrak, tetapi harus diperkenalkan dengan dunia nyata supaya memiliki kesadaran untuk mau terus belajar. Secara khusus, ada empat tema penting yang harus diperkenalkan kepada siswa demi membekali mereka dalam menghadapi abad ke-21 (Greenhill, 2010), yaitu: a. Kesadaran global termasuk pemahaman isu-isu global, nasional, dan budaya lain. b. Literasi_ keungan, ekonomi, binis, dan kewirausahan yaitu mengetahui bagaimana membuat pilihan-pilihan ekonomi, memahami peran ekonomi dalam masyarakat. c. Literasi kewarganegaraan yaitu keterlibatan secara aktif dalam kehidupan bernegara, melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4. Literasi kesehatan adalah pemahaman tentang layanan dan informasi kesehatan, pencegahan, dan pengukuran kesehatan mental dan fisik. e. Literasi lingkungan yaitu pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan dan situasi yang memengaruhi lingkungan; mengambil Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 3 Nasib Tua Lumban Gaol tindakan individu atau kelompok dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan. Lebih lanjut, pendidikan di abad ke-21 harus mampu mempersiapkan siswa dengan berbagai keterampilan agar mereka mampu beradaptasi dengan perubahan yang berkelanjutan, atau yang tidak dapat dihentikan selama kehidupan masih ada di permukaan bumi ini. Tindowen, Bassig, dan Cagurangan (2017) menyatakan bahwa: “Keterampilan abad ke-21 didefinisikan sebagai seperangkat luas pengetahuan, keterampilan, kebiasaan kerja, dan sifat-sifat karakter yang diyakini sangat penting bagi keberhasilan di dunia dewasa ini, terutama dalam program-program perguruan tinggi dan karier dan tempat kerjakontemporer, dan dapat diterapkan di semua bidang studi akademik dan dalam semua pengaturan pendidikan, karier, dan kewarganegaraan sepanjang kehidupan siswa.” Terakhir, keterampilan abad ke-21 perlu diajarkan kepada siswa supaya mereka yang diluluskan baik dari sekolah maupun perguruan tinggi mampu berjuang dalam kehidupannya. Hixson, Ravitz, dan Whisman (2012) mengidentifikasi delapan skill atau keterampilan yang harus dimiliki siswa atau peserta didik di abad kedua puluh satu, yaitu sebagai berikut: a. Keterampilan berpikir kritis yakni kemampuan menganalisis permasalahan yang begitu kompleks, menginvestigasi pertanyaan- pertanyaan di mana tidak ada jawaban yang jelas, mengevaluasi sudut pandang yang berbeda dari sumber-sumber informasi yang ada, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti dan pertimbangan. b. Keterampilan berkolaborasi yakni kemampuan melakukan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan atau menjawab pertanyaan- pertanyaan, bekerja secara efektif, dan memiliki respek yang baik di dalam grup, untuk mencapai tujuan utama dan mengasumsikan tanggung jawab bersama untuk mencapai tujuan. c. Keterampilan berkomunikasi yakni kemampuan mengorganisasi pikiran-pikiran, data, dan temuan-temuan; kemudian membagikan hal tersebut secara efektif melalui berbagai media baik secara tertulis maupun lisan. d. Keterampilan_ berkreativitas dan berinovasi_yakni_kemampuan menghasilkan dan menemukan solusi pada permasalahan yang begitu kompleks atau tugas berdasarkan_sintesis, analisis_ dan mengkombinasi atau mempresentasikan apa yang mereka telah 4 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol pelajari dalam cara yang baru dan original. e. Keterampilan mengarahkan diri sendiri atau kemandirian yakni kemampuan mengambil tanggung jawab atas pembelajarannya melalui penemuan topik untuk mengikuti dan memproses keperluan belajamya, dan mampu mereview pekerjaan milik mereka dan merespon dengan memberikan umpan balik (feedback). f. Keterampilan melakukan_ koneksi global yakni_kemampuan memahami permasalahan global dan geopolitik termasuk kesadaran geografi, budaya, bahasa, sejarah dan literatur dari berbagai negara. g. Keterampilan koneksi lokal yakni kemampuan menerapkan apa yang telah dipelajari pada isu lokal dan komunitas. h. Keterampilan menggunakan teknologi yakni kemampuan mengelola pembelajaran secara mandiri dan menghasilkan produk dengan menggunakan teknologi dan informasi yang memadai. 2. Transformasi kurikulum dan pembelajaran melalui peran guru Transformasi kurikulum dan pembelajaran sangat ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam mendidik di satuan pendidikan. Meskipun terdapat kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan dan bagaimana kompetensi tersebut diperoleh, namun hasil kajian internasional masih mengindikasikan bahwa strategi mengajar untuk kompetensi abad kedua puluh satu masih cenderung gagal diimplementasikan dalam praktek pendidikan saat ini. Adapun beberapa alasan terkait hal tersebut adalah: (1) kurangnya integrasi dari kompetensi-kompetensi abad kedua puluh satu dalam kurikulum dan penilaian, (2) persiapan yang kurang memadai dari guru-guru, dan (3) ketiadaan perhatian yang sistematis untuk strategi- strategi mengadopsi metode dalam praktik pembelajaran dan pengajaran yang inovatif (Voogt, Erstad, Dede, & Mishra, 2013). Sehingga, hal demikian telah memperlambat kemajuan pengembangan skill peserta didik melalui berbagai program pendidikan di satuan pendidikan. Oleh karena itu, peran guru harus ditransformasi sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik di abad kedua puluh satu. Guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus mampu menggali segala potensi yang dimiliki_ oleh Guru perlu menguasai_kompetensi-kompetensi tertentu untuk memastikan bahwa proses pembelajaran terlaksana dengan baik dan berdampak positif terhadap kemajuan hasil belajar_siswa. Adapun kompetensi sesuai abad ke-21 yang diperlukan oleh guru (Greenhill, 2010) agar mampu melakukan transformasi kurikulum dan pembelajaran dengan baik adalah sebagai berikut: Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 5 Nasib Tua Lumban Gaol . Kemampuan menyelaraskan teknologi, konten atau dan pedagogi. Kemampuan mengembangkan kompetensi pribadi secara kreatif dalam menggunakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran tertentu. c. Kemampuan menyelaraskan pengajaran dengan standar-standar yang e ada, terutama standar yang mencakup pengetahuan dan keterampilan di abad ke-21. . Kemampuan menyeimbangkan arah strategi pengajaran dengan o metode-metode pengajaran yang berorientasi proyek. . Kemampuan menerapkan pengetahuan perkembangan anak dan remaja pada persiapan pendidik dan kebijakan pendidikan. ° f. Kemampuan menggunakan berbagai strategi_penilaian untuk mengevaluasi kinerja siswa dan membedakan pengajaran, misalnya ujian formatif, penilaian berbasis portofolio, sumatif, dan lain-lain. g. Kemampuan terlibat secara aktif dalam komunitas _ belajar; memanfaatkan keahlian dalam sekolah atau distrik sekolah melalui pembinaan, pendampingan, berbagi pengetahuan, dan pengajaran tim. h. Kemampuan bertindak sebagai mentor dan pelatih teman sejawat dengan pendidik lainnya. i. Kemampuan menggunakan berbagai strategi untuk menjangkau siswa yang beragam dan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengajaran dan pembelajaran yang berbeda. j. Kemampuan mengejar kesempatan belajar berkelanjutan dan menganut pembelajaran sepanjang karier sebagai sebuah etika profesional. 3. Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sangat perl diimplementasikan oleh kepala sekolah dalam mengelola sekolah. Hal tersebut dikarenakan kepemimpinan yang efektif sangat fundamental terhadap keberhasilan sekolah dan sistem pendidikan (Bush, 2008a). Tidak ada sekolah yang berhasil tanpa kepala sekolah yang mampu memimpin dengan efektif, Oleh karena itu, sekolah sebagai organisasi pendidikan harus dipimpin oleh kepala sekolah yang dapat memfungsikan peran kepemimpinannya dengan baik (Lumban Gaol & Siburian, 2018). Di abad kedua puluh satu ini telah muncul sebuah revolusi baru dalam tatanan kepemimpinan pendidikan yang dicirikan dengan kurang 6 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol hierarkis, organisasi yang lebih datar, dan lebih cair (Kaume-Mwinzi, 2016). Artinya, pemimpin sekolah harus mampu berbaur dengan yang dipimpin demi sebuah inspirasi dalam pencapaian tujuan yang ditentukan. Hierarki kepemimpinan tidak lagi menjadi sesuatu yang harus dipertahankan Karena apabila masih tetap dipertahankan akan dapat berdampak buruk terhadap kinerja organisasi pendidikan, Sehingga, kepala sekolah sangat memerlukan skill kepemimpinan, seperti skill merangkul tim kerja, skill memotivasi pengajaran, non-pengajaran, skill melibatkan stakeholder dan siswa dalam pembuatan keputusan, skill mengimplementasikan keputusan yang dibuat, demokratis, _ skill berkomunikasi yang efektif dan multi-arah, inovatif, skill menciptakan budaya kondusif dalam pembelajaran, skill bekerja sama atau berkolaborasi dan keterkaitan dengan yang lain, pribadi yang mudah didekati, dan skill memimpin dengan teladan. Lebih lanjut, pada abad ke-21 terdapat tuntutan besar pada pelaksanaan pendidikan agar memampukan manusia dapat beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Sekolah sebagai wadah pembelajaran harus mampu menjadi pusat pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir dan bertindak serta beradaptasi.tanpa_harus menghilangkan nilai-nilai kemanusian dan spiritualitas. Perwujudan hal yang demikian tentunya tidak terlepas dari tugas kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah perlu secara efektif dalam memimpin sekolah. Adapun beberapa kriteria kepala sekolah yang efektif (Odhiambo & Hii, 2012), yaitu: a, Kepala sekolah menciptakan hubungan kerja positif dengan masing-masing guru dan siswa untuk memastikan sekolah berjalan dengan efektif. Praktik kepemimpinan kepala sekolah dapat dipercaya. Kepala sekolah bertanggung jawab memastikan budaya sekolah yang saling memercayai melalui mempertahankan sebuah iklim kepercayaan antara masing-masing pemangku kepentingan. c. Kepala sekolah = mampu — mengomunikasikan visi dan menghubungkannya dengan pemangku kepentingan. Lebih lanjut, hasil studi Daniéls, Hondeghem, dan Dochy (2019) menemukan lima Kategori utama sebagai tolak ukur kepemimpinan Kepala sekolah yang efektif. Pertama, pemimpin sekolah berfokus pada kurikulum dan pengajaran, Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan menyediakan waktu untuk —mengembangkan _ program-program x Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 7 Nasib Tua Lumban Gaol pendidikan, mensupervisi program-program pendidikan yang dikembangkan oleh guru, dan memonitoring pencapaian pengajaran dan siswa. Dengan adanya dukungan aktif terhadap pengajaran, maka hal tersebut dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap pengembangan budaya dan iklim positif sekolah. Kedua, kepala sekolah berkomunikasi secara efektif dan mempertahankan hubungan-hubungan eksternal dan internal dengan baik. Komunikasi yang dimaksud dapat terdiri dari mengomunikasikan visi dan standar pencapaian sekolah, Hal tersebut berkontribusi terhadap komitmen organisasi dan pengembangan budaya dan iklim sekolah. Selain itu, komunikasi yang baik oleh kepala sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan guru dalam pengambilan keputusan. Lebih lanjut, hubungan baik dengan pengawas sekolah, orang tua, dan stakeholder sekolah baik internal maupun eksternal sangat perlu dipertahankan dengan baik oleh kepala sekolah. Ketiga, kemampuan kepala sekolah membentuk iklim organisasi sekolah yang baik, seperti membangun kepercayaan dan berkolaborasi. Dengan membangun kepercayaan dan berkolaborasi akan dapat meningkatkan budaya organisasi sekolah yang secara tidak langsung dapat mendukung kepemimpinan kepala sekolah. Keempat, keterlibatan kepala sekolah dalam mendefinisikan dan mempertahankan vi sekolah, kemudian secara efektif mengimplementasikan visi dan misi sekolah, dapat memengaruhi peningkatan mutu sekolah, Kelima, kepala sekolah sering memberikan umpan balik, mengakui dan menghargai pencapaian-pencapaian yang diperoleh oleh setiap warga sekolah. Sebagai pemimpin di sekolah, kepala sekolah harus menghargai dan menghindari konflik personal dengan pendidik dan tenaga kependidikan. dan misi B, Permasalahan dan Solusi Perbaikan Sistem Pendidikan Eksistensi_pendidikan harus selalu sejalan dengan kemajuan peradaban umat manusia karena kalau tidak demikian pendidikan hanya seperti aktivitas tanpa makna atau rutinitas semata, Pendidikan harus dimaknai sebagai sebuah proses perwujudan peradaban manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, sebuah sistem adalah menjadi kebutuhan mendasar yang harus dijalankan dengan baik dalam proses operasional organisasi pendidikan, Sistem memainkan peran penting untuk mendukung peningkatan kinerja organisasi pendidikan melalui aktivitas manajemen. Artinya, sebuah sistem merupakan sekumpulan berbagai elemen yang berfungsi sebagai sebuah unit yang beroperasi (Lunenburg, 2010). Elemen- 8 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol elemen yang ada harus terintegrasi dengan baik supaya keseluruhan elemen tersebut dapat secara optimal berfungsi. Sebagai contoh, sebuah sistem di sekolah dapat berfungsi dengan baik apabila terdiri dari input, proses, output, outcome, feedback, dan lingkungan yang termanajemen secara efektif (lihat Gambar 1). Environment(Lingkungan) dan manajemen sekolah Feedback(Umpan balik) Gambar 1. Model Sistem Keberfungsian Pendidikan (Lunenburg, 2010; Scheerens, 2016) 1. Unsur input pendidikan Masukan (input) adalah sumber daya pendidikan yang digunakan dalam operasional sistem pendidikan, Merujuk pada Young, O’ Doherty, dan Cunningham (2022), sumber daya terdiri dari organisasi, komunitas, keuangan, manusia, waktu, dan ruang fisik (ruang rapat, ruang kelas, dll.). Organisasi pendidikan adalah satuan pendidikan yang berfungsi sebagai wadah pelaksanaan pendidikan, seperti sekolah dan perguruan tinggi. Komunitas adalah stakeholder yang terlibat dalam operasional sekolah, misalnya masyarakat setempat. Finansial adalah keuangan yang dibutuhkan dalam operasional sekolah. Sumber daya manusia termasuk siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua siswa. Sumber daya fisik terdiri dari persediaan, bahan-bahan, fasilitas, dan perlengkapan. Selain itu, input sekolah adalah sumber informasi terdiri dari pengetahuan, kurikulum, data, dan informasi lainnya (Lunenburg, 2010). Apabila ditinjau dari setiap unsur input tersebut, pada umumnya permasalahan sistem pendidikan berasal dari rendahnya kemampuan siswa, kompetensi tenaga pendidikan dan kependidikan, keterbatasan keuangan, keterbatasan sarana dan prasarana, dan keterbatasan informasi. Kondisi yang demikian berdampak terhadap _ proses pendidikan schingga output pendidikan tidak memuaskan. Untuk mengatasi permasalahan input pendidikan di atas, maka peran orang tua siswa dan stakeholder pendidikan sangat penting supaya mutu input pendidikan ini lebih baik. Sebagai contoh, sebelum anak memasuki Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 9 Nasib Tua Lumban Gaol sekolah dan ketika bersekolah orang tua harus _berkontribusi mempersiapkan anak didik supaya ketika mengikuti pendidikan anak didik dapat maksimal belajar. Dengan kata lain, orang tua sebaiknya tidak menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak hanya ke lembaga pendidikan, tetapi harus terlibat aktif mendukung proses pendidikan anak, Selain itu, stakeholder pendidikan baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat harus mendukung pengembangan sumber daya manusia, melengkapi kebutuhan sumber daya fisik, menyediakan finansial, dan mengembangkan teknologi dan informasi yang memadai. Pengetahuan dan wawasan stakeholder —_pendidikan tentang pengembangan pendidikan harus memadai agar setiap kebutuhan input pendidikan dapat terpenuhi dengan baik. 2. Unsur proses pendidikan Proses (process) adalah suatu interaksi yang menghasilkan aktivitas di mana terjadi dalam konteks pendidikan dengan melibatkan seluruh komponen input pendidikan, Kegiatan-kegiatan terdiri dari berbagai tindakan yang diambil selama proyek—apa yang direncanakan untuk dilakukan (Young, O’Doherty, & Cunningham, 2022). Sebagai contoh, kegiatan di sekolah dapat berupa rutinitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan siswa yang melibatkan sumber daya lainnya, Selain itu, proses di sekolah dapat juga dimaknai dari adanya pengimplementasian fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan pengendalian (Lumban Gaol, 2022) melalui tindakan manajerial kepala sekolah. Proses pendidikan cendurung tidak berjalan dengan maksimal dikarenakan terdapat permasalahan manajerial, perubahan dan ketidakrelevanan, dan rendahnya kualitas pengajaran (Sofo, Fitzgerald, & Jawas, 2012). Permasalahan manajerial berkaitan dengan rendahnya efisiensi dalam manajemen, kekurangan pengalaman mengeksekusi otoritas, dan rendahnya komitmen. Sehingga, kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi_ pendidikan tidak mampu mengelola sekolah dengan baik (Lumban Gaol, 2021), Akibatnya, permasalahan perubahan politik yang tak menentu berkaitan dengan perubahan kurikulum, kurangnya representasi karakteristik siswa, dan relevansi pembelajaran melemah menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan. Permasalahan rendahnya kualitas pengajaran terdiri dari kompetensi dan kualitas profesional pengajaran, kurang ambisi, kerajinan, dan inovasi, 10 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol keamanan kerja lebih dihargai daripada keinginan berkembang dan berpengaruh. Solusi terhadap masalah proses di atas dapat dilakukan dengan mengurai_kompleksitas hierarki organisasi_ sekolah, memberikan pelatihan dan pengembangan berkelanjutan, meningkatkan kesadaran dan rasa kepemilikan, memberikan penghargaan berdasarkan kinerja. Selain itu, perbaikan proses juga dapat dilakukan dengan melibatkan stakeholder pendidikan dalam pembuatan kebijakan. Kebijakan pendidikan sebaiknya harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang berkembang. Lebih lanjut, perlu dipahami dengan baik kondisi siswa di sekolah dan menghadapi tantangan dan kesempatan pada masa depan. Terakhir, permasalahan proses pendidikan dapat dilakukan dengan penerapan pendekatan strategis pada pengembangan profesional. Unsur output pendidikan Luaran (output) adalah pencapaian langsung yang diperoleh pesera didik sesuai dengan proses pendidikan yang telah diikuti. Luaran ini dapat terdiri dari laporan nilai hasil belajar, prestasi siswa, dan lain sebagainya, Luaran dapat mencakup hasil nyata yang diperoleh seperti profil lulusan, definisi kerja kepemimpinan yang responsif secara budaya, pemetaan kurikulum yang disusun berdasarkan bulan, atau persentase penilaian umum program yang selaras dengan standar nasional (Young, O'Doherty, & Cunningham, 2022). Permasalahan luaran pendidikan masih perlu mendapatkan perhatian serius apabila hendak mewujudkan sistem pendidikan yang lebih baik, Luaran pendidikan tidak cukup hanya berdasarkan bukti nilai atau kinerja akademik pada report hasil belajar atau sekolah, tetapi luaran pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk mengatasipermasalahan Iuaran pendidikan, maka penentuan Iuaran harus jelas didemonstrasikan sehingga proses pendidikan dapat berlangsung dengan baik. Sebagai contoh, beberapa keterampilan dasar dan keterampilan terapan yang perlu dimiliki siswa sebagai luaran yang dibutuhkan setelah menyelesaikan studi dari sekolah dan perguruan tinggi terdiri dari keterampilan berkomunikasi secara tertulis dan lisan, berpikir kritis dan menyelesaikan permasalahan, profesionalisme dan etika kerja, kerja dalam tim dan berkolaborasi, bekerja dalam tim yang beragam, menerapkan teknologi, dan kepemimpinan dan manajemen proyek (Trilling & Fadel, 2009). Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 11 Nasib Tua Lumban Gaol 4. Unsur outcome pendidikan Hasil (outcome) adalah akibat atau efek yang ditimbulkan dari proses pelaksanaan dan luaran pendidikan. Hasil pendidikan lebih menitikberatkan pada efek atau dampak, manfaat, dan perubahan yang diperoleh siswa dari pelaksanaan pendidikan. Hasil pendidikan dapat terlihat dari adanya perubahan kesadaran, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik dalam masyarakat. Sebagai contoh, hasil pendidikan dapat berupa pengadopsian kurikulum koheren yang selaras atau sesuai dengan standar-standar nasional, misalnya standar lulusan. Sedangkan outcome ini dapat dipahami melalui serangkaian tindakan- tindakan, seperti pertemuan-pertemuan mitra kabupaten (kegiatan) yang membahas tentang hasil analisis silabus (output) dan sebuah audit tentang seberapa baik kurikulum terkini yang menggambarkan standar- standar nasional (output) (Young, O’Doherty, & Cunningham, 2022). Berdasarkan analisis. yang dilakukan tersebut, kemudian dapat ditemukan apakah outcome dari pelaksanaan pendidikan. Outcome pendidikan dapat berdampak lebih luas terhadap kondisi sosial, ekonomi, kependudukan, dan lingkungan di dunia. Artinya, aspek outcome pendidikan tidak hanya sebatas luaran terhadap apa yang telah diperoleh dari pelaksanaan pendidikan, misalnya_nilai-nilai belajar, tetapi lebih dari hal tersebut. Dampak berkaitan dengan apa yang dapat diberikan oleh pendidikan terhadap kemajuan peradaban umat manusia. Sebagai contoh, adanya temuan-temuan ilmuwan dari perguruan tinggi, seperti software komputer, adalah outcome pendidikan yang bermanfaat terhadap kehidupan umat manusia. Selain itu, dampak pendidikan bagi kondisi sosial adalah berupa kemajuan alat komunikasi yang telah memudahkan setiap individu dalam berinteraksi we Unsur feedback pendidikan Umpan balik (feedback) adalah saran atau rekomendasi yang disampaikan oleh baik pihak internal maupun pihak eksternal dalam sistem pendidikan terkait dengan komponen pendidikan, seperti input, output, dan outcome (lihat Gambar 1). Di sekolah, saran dari guru, siswa dan staf lainnya merupakan feedback internal. Sedangkan feedback eksternal adalah saran atau rekomendasi dari luar sekolah, seperti berasal dari orang tua siswa, masyarakat sekitar, dan stakeholder pendidikan lainnya. Umpan balik dari internal dan eksternal sekolah perlu dipertimbangkan dengan baik dalam upaya memperbaiki sekolah. 12 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol Permasalahan feedback di organisasi pendidikan dapat muncul ketika sekolah mengabaikan saran atau rekomendasi, seperti ketidakpuasan masyarakat. Hal itu dapat berdampak pada keterlibatan masyarakat ketika hendak berkontribusi, Oleh karena itu, untuk mengatasi_permasalahan terkait feedback ini, pemimpin organisasi pendidikan sangat penting menanggapinya dengan sebaik mungkin agar dapat meningkatkan keberhasilan operasionalsekolah. Dengan demikian, sangat diperlukan kemampuan memimpin yang baik agar setiap feedback yang datang dapat dibuat lebih bermanfaat bagi kemajuan sekolah, Feedback negatif dapat digunakan untuk memperbaiki kekurangan dalam proses transformasi, input atau keduanya, di mana hal tersebut dapat berdampak pada luaran sekolah pada masa mendatang (Lunenburg, 2010) 6. Unsur environment Lingkungan (environment) merupakan kondisi di luar organisasi pendidikan yang memberikan pengaruh terhadap _ pelaksanaan pendidikan, termasuk lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, dan lingkungan politik. Kondisi sosial merupakan keadaan atau situasi masyarakat yang ada di suatu negara, termasuk usia, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, kemampuan, keluarga, dan lain sebagainya. Kondisi ekonomi adalah suatu posisi rasional yang membuat seseorang berbeda dengan yang lainnya, dapat ditinjau dari pekerjaan, penghasilan, pengeluaran, kesehatan, dan lainnya. Sedangkan kondisi politik adalah situasi yang berkaitan dengan pengaturan dalam bentuk kebijakan yang ada di negara tertentu. Situasi politik di suatu negara memengaruhi pelaksanaan_pendidikan. Untuk menciptakan sistem pendidikan yang baik, tentunya kondisi ekonomi, sosial dan politik perlu menjadi perhatian serius. Artinya, lingkungan eksternal tersebut dapat memengaruhi tujuan-tujuan sekolah (Bush, 2006). Sehingga, perbaikan aspek kondisi sosial, ekonomi, dan politik harus dilakukan untuk mendukung terciptanya sistem pendidikan yang berkualitas di setiap satuan pendidikan. C. Peran Penting Manajemen dalam Organisasi Pendidikan Pada abad kedua puluh satu ini telah diakui secara luas bahwa signifikansi manajemen yang efektif merupakan salah satu aspek penting terhadap keberhasilan pengoperasian sekolah dan perguruan tinggi (Bush, 2020). Hal tersebut sejalan dengan kemunculan berbagai permasalahan Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 13 Nasib Tua Lumban Gaol pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari proses manajemen pendidikan yang kurang maksimal, dan masih perlunya mendapatkan perhatian serius dari para peneliti dan praktisi pendidikan. Sehingga manajemen pendidikan sangat diperlukan apabila hendak memperbaiki sistem pendidikan yang ada. Manajemen pendidikan memiliki peran krusial untuk menata setiap Komponen atau aspek-aspek pendidikan yang tercakup dalam. sistem pendidikan. Artinya, keberadaan bidang manajemen pendidikan dalam sistem pendidikan tidak dapat dipisahkan dari praktik operasional organisasi pendidikan. Lynch, Asavisanu, Rungrojngarmcharoen, dan Ye (2020) menyarankan manajemen pendidikan harus tanggap terhadap perubahan yang terjadi baik pada tataran global maupun lokal sebagai akibat dari perkembangan teknologi yang berdampak langsung pada proses belajar mengajar melalui perubahan kurikulum dalam hal praktik pedagogis dan penilaian. Oleh karena itu, apabila reformasi atau perbaikan mutu pendidikan ingin dilakukan dengan baik, maka bidang manajemen pendidikan juga harus diperhatikan secara komprehensif. Berbagai kegiatan manajemen pendidikan di lembaga pendidikan sebaiknya tidak hanya sekadar rutinitas, tetapi harus didorong atau diupayakan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Ironisnya, ketika tuntutan terhadap peningkatan skala besar dalam sistem pendidikan meningkat, — struktur stem pendidikan secara berkelanjutan gagal memenuhi atau membuat kemajuan berarti sesuai tuntutan-tuntutan tersebut (Tarrag6 & Wilson, 2010). Sehingga, penyelesaian terhadap permasalahan pendidikan melalui implementasi bidang manajemen pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan mendasar. Artinya, tujuan pendidikan hanya dapat tercapai secara optimal apabila fungsi-fungsi manajemen pada setiap komponen pendidikan terkelola secara komprehensif dan terintegrasi sebagai paradigma manajemen. Oleh karena itu, adanya paradigma tersebut kan manfaat dan proses manajemen pendidikan sebagai suatu sumber (Aedi, 2016). Tentunya optimalisasi sumber yang dimaksud tidak hanya sumber daya manusia tetapi juga sumber daya non manusia yang dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian, manajemen pendidikan dapat membantu pemanfaatan sumber daya yang ada di organisasi pendidikan secara efektif dan efisien. Selanjutnya, kualitas pendidikan sangat ditentukan bagaimana proses manajemen yang dilakukan di dalam organisasi_ pendidikan. Semua 14 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol organisasi_ pendidikan memerlukan manajemen. Apabila organisasi pendidikan tidak menjalankan fungsi manajemen dengan baik, maka organisasi pendidikan tersebut hanyalah seperti pribahasa yang mengatakan ‘hidup segan, mati tak mau’, Bagaimana pun solusi yang dilakukan terhadap sistem keberfungsian pendidikan tentunya tidak akan dapat berjalan dengan maksimal apabila tidak didukung oleh praktik manajemen pendidikan. Artinya, manajemen pendidikan memberikan kontribusi fundamental dalam memperbaiki mutu pendidikan karena manajemen pendidikan sangat berkaitan dengan bidang psikologi, ekonomi, budaya, politik, dan sosiologi, yang mana dapat membantu operasional organisasi pendidikan. Salah satu kunci menuju manajemen yang berhasil adalah kemampuan untuk memahami dan mengimplementasikan berbagai prinsip dan teknik manajemen (Pindur, Rogers, & Kim, 1995). Dalam konteks pendidikan, peran manajemen yang demikian sangat penting dan tidak dapat dikesampingkan karena dengan adanya kemampuan manajerial pemimpin Iembaga pendidikan yang memadai berbagai komponen pendidikan dapat dioptimalkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Pemimpin organisasi pendidikan sebagai manajer harus mampu mengimplementasikan pengetahuan yang mendalam terkait teori, proses, dan model manajemen supaya tujuan organisasi dapat tercapai. Teori, proses, dan model manajemen adalah aspek utama yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan manajemen yang efektif dalam sektor pendidikan. Tantangan Bidang Manajemen Pendidikan Kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat menuntut adanya reformasi pendidikan di abad ke-21, dan konsekuensinya adalah memunculkan tantangan tersendiri pada bidang manajemen pendidikan. Adapun tantangan utama yang dihadapi oleh bidang manajemen pendidikan, yakni berkaitan dengan pengelolaan perubahan secara efektif dan inovatif di dalam konteks lokal, regional, dan global dalam beberapa dekade mendatang (Lynch, Asavisanu, Rungrojngarmcharoen, & Ye, 2020). Sebagai contoh, perubahan teknologi dan informasi memaksa praktik manajemen pendidikan agar adaptif dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Oleh karena itu, manajemen pendidikan, sambil memandu perubahan yang direncanakan, harus responsif terhadap perubahan yang tidak direncanakan dan mengganggu yang diciptakan oleh perubahan yang cepat baik dalam struktur sosial dan budaya serta kemajuan teknologi digital. Tarragé dan Wilson (2010) dalam karyanya berjudul “Educational management challenges for the 21" century” berpendapat bahwa praktik Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 15 Nasib Tua Lumban Gaol manajemen pendidikan saat ini memiliki keterbatasan. Hal tersebut terindik: jari adanya gab yang begitu luas atara tujuan yang ditetapkan dengan realitas hasil yang dicapai. Terkait isu dalam bidang manajemen pendidikan yang demikian kompleks, terdapat empat aspek yang perlu menjadi perhatian, yaitu pemerintah, indikator kinerja dan sekolah efektif, kondisi kerja guru, dan pendidikan dalam jabatan (Holdaway, 1990). Holdaway menuliskan keempat tema tersebut berdasarkan pengalamannya sebagai seorang profesor di Jurusan Administrasi Pendidikan, Universitas Alberta, Edmonton, Kanada. Apabila dibandingkan dengan kondisi saat ini, hal tersebut menjadi lebih luas sebagaimana telah terjadi perubahan sistem pendidikan yang terdesentralisasi. Mulyasa (2005) menyarankan ketika mengimplementasikan bidang manajemen pendidikan terdapat_ enam permasalahan yang perlu diantisipasi terkait dengan paradigma manajemen pendidikan yang terdesentralisasi, yaitu. kepentingan nasional, mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan, perluasan dan pemerataan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas. Di lain pihak, kegagalan atau ketidaktercapainya mutu pendidikan yang diharapkan sangat dipengaruhi kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang kurang memperhatikan proses pendidikan dan hanya fokus pada input pendidikan. Padahal proses pendidikan menentukan output pendidikan (Aedi, 2016). Mutu pendidikan tidak akan dapat tercapai apabila tata kelola lembaga pendidikan tidak bermutu. Oleh karena itu, mutu tata kelola organisasi pendidikan harus didukung oleh kebijakan pendidikan di organisasi, sehingga dalam praktik manajemen pendidikan dapat berjalan dengan baik. Terlaksananya praktik manajemen pendidikan yang efektif harus didukung oleh kebijakan pendidikan yang kontekstual dan adaptif. Kebijakan pendidikan yang kontekstual dan adaptif yang dimaksud adalah kebijakan pendidikan yang sesuai dengan kondisi keberagaman Indonesia dan tuntutan global. Kebijakan pendidikan yang menuntut standar mutu pendidikan melebihi kemampuan sumber daya daerah tertentu di Indonesia hanya akan berdampak pada kegagalan proses manajemen pendidikan baik pada level pusat maupun lokal. Sebaliknya, kebijakan pendidikan yang tidak adaptif dengan perubahan global dapat memperlambat kemajuan sumber daya manusia. Untuk itu, mengadaptasikan kebijakan yang akan dibuat dengan kondisi keberagaman geografi, budaya, sosial, dan politik sangat penting menjadi perhatian ketika proses pembuatan kebijakan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 16 | Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol Selain itu, koordinasi pemerintah pusat dan daerah harus terjalin dengan baik agar mutu pendidikan yang diharapkan dapat tercapai. Tantangan utama dan sangat perlu menjadi perhatian serius saat ini adalah ketika hendak mengimplementasikan keilmuan manajemen pendidikan yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan, Pemerintah sebagai lembaga yang mempunyai otoritas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia melalui kebijakan-kebijakan yang dibuat harus mampu memengaruhi bagaimana praktik pengelolaan pendidikan yang efektif. Oleh Karena itu, pemerintah harus memperhatikan bagaimana kepentingan nasional dan kebutuhan global ketika membuat kebijakan pendidikan apabila ingin proses manajemen pendidikan lebih maksimal berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Dalam konteks pendidikan abad ke dua puluh satu ini, Kaume-Mwinzi (2016) berpendapat bahwa manajemen pendidikan harus mampu mengupayakan manajemen berbasis hasil melalui kesepakatan kinerja, penentuan target, penilaian secara terbuka, perencanaan pengembangan strategi dan penelitian tindakan. Upaya yang demikian perlu menjadi fokus perhatian dalam sektor pendidikan karena hasil yang maksimal merupakan tujuan utama adanya manajemen pendidikan. Kebiasaan praktik manajemen yang hanya sebagai rutinitas tanpa hasil harus ditinggalkan karena hal demikian menjadikan organisasi tidak efektif. Oleh Karena itu, praktik manajemen pendidikan perlu difokuskan terhadap hasil yang hendak dicapai melalui keterlibatan aktif setiap personil yang ada di organisasi pendidikan untuk membuat kesepakatan pencapaian atau tujuan dalam organisasi pendidikan. Sehingga, setiap personil dapat berkontribusi_ memajukan organisasi pendidikan melalui upaya manajemen berbasis hasil tersebut. E. Pengembangan Bidang Manajemen Pendidikan Faktor utama penyebab rendahnya efektivitas praktik_manajemen pendidikan di Indonesia adalah tidak terlepas dari kajian dan penelitian tentang manajemen pendidikan yang masih terbatas dilakukan (Lumban Gaol, 2021; Lumban Gaol, 2020a). Kondisi yang demikian mengakibatkan kurangnya referensi yang digunakan para stakeholder pendidikan; sehingga pengelolaan satuan pendidikan tidak dapat dilakukan secara saintifik. Padahal, manajemen pendidikan merupakan sebuah bidang ilmiah yang berkembang dan telah menarik makin banyak visibilitas sosial dan politik, dan juga telah menjadi objek banyak penelitian (Torres & Lima, 2015). Oleh karena itu, kajian dan penelitian bidang manajemen pendidikan sangat dibutuhkan dalam praktik pengelolaan pendidikan. Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 17 Nasib Tua Lumban Gaol Penelitian manajemen pendidikan dapat dianggap sebagai sebuah studi tentang struktur organisasi pendidikan; peran dan tanggung jawab staf dalam mengatur dan mengarahkan pekerja di organisasi pendidikan, termasuk aktivitas kerja, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan pengalokasian sumber daya (Briggs, Coleman, & Morrison 2012). Dari pengertian tersebut perlu diperhatikan area-area yang dapat menjadi kajian dan penelitian bidang manajemen pendidikan supaya manajemen pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualiatas pengelolaan organisasi pendidikan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Torres dan Lima (2015) terdapat beberapa tren utama bidang manajemen pendidikan yang telah diidentifikasi, yaitu: 1. Sinkronisasiantara agenda politik, pengalaman profesional, dan kepentingan penelitian. Penggunaan pluralisme teoretis tertentu, memobilisasi dua atau lebih v model anal organisasi. 3. Penggunaan sebagian besar metodologi kualitatif, cenderung ke arah metode studi kasus. 4. Memobilisasi pendekatan meso untuk organisasi sekolah, berusaha untuk mengkoordinasikan tingkat analitis mikro dan makro. Tabel 1. Area-Area Penelitian Manajemen Pendidikan (Somantri, 2020) ‘Area Riset Topik ‘Sub-topik Proses Perencanaan Rencana strategi, rencana program jangka manajemen _pendidikan panjang, rencana program jangka menengah, rencana program = jangka_pendek/ operasional/tahunan; visi, misi, — tujuan, strategi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan, kebijakan pendidikan Pengorga Bentuk dan aturan organisasi, _struktur Pendidikan organisasi_ dan pemetaan posisi, analisis pekerjaan, pengisian jabatan, range kontrol, dan efektivitas organisasi Seleksi_Karyawan, mutasi__ pegawai, peningkatan dan rotasi karyawan Pengisian stat Pengarahan Sosialisasi visi, misi, tujuan _organisasi, karyawan memotivasi dan melatih, implementasi penuh, dan tugas utama Kontrol atau Pengawasan struktural, rentang kendali, dan pemantauan instrumen kontrol Penganggaran & — Rencana anggaran pendapatan, _mekanisme 18 | Teori dan Mode! Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental Nasib Tua Lumban Gaol pembiayaan Pelaporan pembayaran pendapatan, alokasi distribusi dan pencairan biaya, pedoman penganggaran, an, e-penganggaran, dan kewajiban ‘aporan kegiatan rutin (harian, mingguan, bulanan, triwulanan, tengah tahun, dan tahunan), laporan kegiatan khusus, laporan kinerja, dan laporan pertanggungjawaban Manajemen substansial Kurikulum dan pembelajaran Sarana dan prasarana Pendidik dan tenaga kependidikan Kurikulum ——(legalitas _ pengembangan kurikulum, dokumen-dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan pembelajaran), monitoring dan evaluasi_implementasi kurikulum, relevansi kurikulum (kompetensi lulusan dengan pekerjaan), umpan_balik eksternal, dan tinjaua Analisis Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, profil sarana dan _prasarana pendidikan, analisis kekuatan/ kelemahan sarana dan prasarana, pengadaan sarana dan prasarana (menambah/membeli barang yang kurang/dibutuhkan), peningkatan kualitas sarana dan prasarana melalui (rehab, maintenance, repair, replacement), pemanfaatan sarana dan prasarana (efektivitas dan efisiensi penggunaan), pengendalian dan dokumentasi sarana—dan_prasarana, penghancuran sarana_ dan prasarana pendidikan, pemantauan, dan evaluasi sarana dan prasarana. ‘Analisis kebutuhan dan organisasi pendidik dan tenaga kependidikan, _kondisi/profil pendidik dan tenaga kependidikan, analisis kelebihan/kelemahan pendidik dan tenaga kependidikan, rekrutmen, pengangkatan, dan penempatan tenaga —_pendidik dan kependidikan, arahan dan bimbingan pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan (pengawasan, pendidikan dan pelatihan, studi banding, dan sejenisnya), pemberian reward dan punishment, mutasi, promosi_ pendidik dan tenaga kependidikan, pemberhentian kurikulum Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 19 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol ada setelah bangsa Kolonial masuk ke Indonesia. Pada tahun 1906, pemerintahan Kolonial mendirikan sekolah-sekolah _ perkampungan (Kristiansen & Pratikno, 2006) di wilayah Indonesia. Beranjak dari kondisi yang demikian, pendidikan Indonesia pun makin mengalami perkembangan secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perkembangan pendidikan di Indonesia berdasarkan hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya (Faisal & Martin, 2019; Kristiansen & Pratikno, 2006; Kroef, 1957; Makmur, Haryono, & Musa, 1993) dapat diklasifikasikan menjadi lima periode penting, yaitu pra-kolonial, penjajahan, pasca kolonial, awal kemerdekaan, dan reformasi sistem pendidikan. 1. Periode pra-kolonial Periode sebelum penjajahan atau prakolonial merupakan kondisi awal pendidikan di berbagai wilayah dimana belum terjadi penjajahan di Indonesia (nama setelah merdeka). Pendidikan Indonesia pada periode ini dapat dirunut mulai dari “...semenjak zaman kuno, pengaruh agama Hindu dan Budha, pengaruh agama Islam,...” (Pidarta, 2009:125). Kroef (1957) memberikan istilah "autochthonous" (asli) pada periode ini. Pada periode ini belum ada diperkenalkan dan disebarkan berbagai metode pembelajaran atau pendidikan dari negara Barat. Tidak adanya sentuhan dari orang asing atau negara lain menjadikan masyarakat hanya belajar seadanya dari budaya dan adat istiadat yang ada. Diptoadi (1999) menegaskan bahwa kondisi asli penduduk di wilayah bumi Indonesia pada tahap prakolonial ini dahulunya dipengaruhi seperti budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Ketika itu budaya dan adat istiadat memiliki peran penting dalam pendidikan. Sehingga, pendidikan masih dikarakteristikkan dengan tidak adanya lembaga pendidikan ilmiah atau satuan pendidikan formal, dan masih difokuskan pada budaya dari masyarakat perkampungan dan pada kemahiran anak atas budaya-budaya suci yang dilakukan, secara khusus berkaitan dengan hubungan ke orang tua, anggota masyarakat, dan orang-orang pemilik kekuasaan yang membentuk basis kehidupan sosial dan ekonomi. Bjork dan Raihani (2018) menandaskan bahwa sebagaimana pada umumnya di banyak negara Asia, pengajaran agama merupakan pendidikan pertama yang ditawarkan kepada anak-anak yang tinggal di pulau-pulau wilayah Indonesia. Dengan kata lain, pendidikan di Indonesia sebelum kehadiran para penjajah masih bersifat tradisional atau belum terorganisasi dengan baik. Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 23 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” (Bab I, Pasal 1: 1). Apabila dijabarkan definisi pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tersebut, maka konsep pendidikan di Indonesia dapat dimaknai sebagai adanya upaya yang disengaja (dimengerti dan direncanakan) dengan tujuan dan maksud tertentu. Pertama, adanya upaya yang disengaja memiliki makna bahwa kegiatan yang dilakukan dengan dasar pemahaman dan direncanakan adalah aspek penting pendidikan. Secara luas, pemerintah—pusat dan daerah, mengupayakan pendidikan agar pendidikan dapat dinikmati oleh setiap warga Indonesia. Dalam konteks lembaga pendidikan, guru sebagai pribadi yang berhadapan langsung dengan subjek pembelajar harus berupaya semaksimal mungkin agar pembelajaran berlangsung dengan baik. Kedua, tujuan dan maksud tertentu merupakan hasil yang diharapkan dari adanya upaya yang dilakukan. Setiap upaya-upaya pendidikan yang dilakukan pastinya menginginkan hasil terbaik, misalnya pembelajaran yang dilakukan adalah untuk mengembangkan potensi setiap siswa. Sehingga, siswa nantinya mendapatkan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian iri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai negara pancasilais, pendidikan Indonesia harus bermuara pada kepemilikan iman sesuai dengan agama yang diyakini. Pendidikan merupakan sebuah konsep yang sangat Iuas karena dalam bidang pendidikan berbagai komponen terlibat dan berkontribusi penting. Oleh karena itu, dalam memahami pendidikan sebaiknya tidak hanya fokus terhadap interaksi guru dan siswa saja karena pendidikan tidak terjadi dengan begitu saja, tetapi melibatkan sejumlah komponen. Berkaitan dengan komponen pendidikan, Coombs (1968) menguraikannya beberapa dekade lalu dan masih relevan dengan pemaknaan pendidikan di dunia saat ini, termasuk Indonesia. Adapun komponen-kompen utama pendidikan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Tujuan dan prioritas yakni sebagai penuntun berbagai aktivitas sistem pendidikan. 2. Peserta didik adalah sebagai subjek pembelajar dalam pendidikan. 3. Manajemen merupakan sebagai pengkoordinasi, pengarah, dan pengevaluasi sistem. em Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 27 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol ‘Tujuan Pendidikan Nasional Arah Arah penjabaran pencapaian tujuan ‘Tojuan Kurikuler tujuan ‘Tuyjvan Pembelajaran Gambar 2. Arah pengembangan dan pencapaian tujuan pendidikan Sanjaya (2013:69) Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan sesuai dengan keberadaan institusi yang dapat dipahami sebagai maksud dari berdirinya lembaga pendidikan tersebut. Meskipun demikian, bukan berarti tujuan institusi bertentangan dengan tujuan_ pendidikan nasional, Setiap lembaga pendidikan di Indonesia harus benar-benar merujuk pada tujuan pendidikan nasional. Hal ini sangat penting dilakukan supaya dapat menghindari penyimpangan proses ataupun hasil pendidikan dari pancasila sebagai ideologi bangsa. Tujuan kurikuler merupakan tujuan yang dimiliki oleh setiap kurikulum yang dibuat oleh lembaga pendidikan. Pada dasarnya kurikulum ini disesuaikan dengan kurikulum yang sudah dibuat oleh pemerintah. Kurikulum yang dimaksud di sini adalah mencakup berbagai pelajaran yang ada dalam kurikulum jenjang pendidikan, seperti jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, terdapat berbagai mata pelajaran yang menjadi muatan dalam kurikulum setiap satuan pendidikan, Atau dengan kata lain, tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran sesuai dengan tujuan satuan pendidikan. Tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan yang diterjemahkan menjadi tujuan pembelajaran yang bersifat lebih spesifik dari tujuan kurikuler. Sebagai contoh, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, meskipun nama mata pelajaran adalah sama, seperti matematika, tetapi pada level pendidikan dasar dan menengah, mata pelajaran tersebut memiliki Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 31 image not available image not available image not available 5. Nasib Tua Lumban Gaol cukup, cabang ilmu psikologi lainnya seperti psikologi organisasi harus juga dilibatkan, supaya jelas bahwa psikologi secara umum berkontribusi signifikan pada kemajuan pendidikan karena pembelajaran yang efektif adalah cerminan dari organisasi pendidikan yang efektif. Landasan psikologi pendidikan adalah mencakup keseluruhan bidang psikologi dalam pelaksanaan pendidikan baik pada level, mikro, meso, dan makro. Misalnya, implementasi psikologi dalam praktik pendidikan terdapat pada pembelajaran di sekolah (level mikro), tetapi psikologi juga perlu dalam memahami perilaku individu- individu yang bekerja di lingkungan sekolah, seperti guru, tenaga administrasi, kepala sekolah, dan stakeholder pendidikan lainnya. Selanjutnya, pada level meso, setiap stakeholder pendidikan atau kepala dinas, pengawas sekolah harus memahami kondisi psikologis Kepala sekolah dalam memimpin sekolah supaya dapat memberikan upaya pengembangan yang tepat kepada mereka, Demikian juga halnya pada level makro, pemerintah pusat harus_memahami psikologis para pegawai kependidikan di daerah supaya kebijakan yang sudah dirumuskan adalah sesuai dengan kebutuhan daerah, Landasan ekonomi Ekonomi merupakan bidang yang berkaitan dengan kegiatan produksi, distribusi, dan penggunaan barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan) di masyarakat. Kegiatan ekonomi ini tidak dapat dipisahkan dalam praktik pendidikan Karena proses produksi, distribusi dan barang-barang juga terjadi dalam kegiatan pendidikan. Hal tersebut disebabkan oleh “fungsi ekonomi dalam pendidikan adalah menunjang kelancaran_ proses pendidikan...” (Widiansyah, 2017:209). Karenanya, kondisi ekonomi yang memadai akan mendorong perbaikan pendidikan; sebaliknya apabila ekonomi terpuruk maka pendidikan sulit mengalami reformasi dengan baik. Dengan kata lain, kondisi ekonomi nasional atau daerah sangat memengaruhi bidang pendidikan di setiap negara, termasuk Indonesia. Ekonomi sebagai sebuah landasan pendidikan dapat dilihat dari perannya (Widiansyah, 2017), yaitu: (a) pemenuhan keperluan pendidikan yang tak dapat dibuat sendiri seperti prasarana dan sarana, media, alat peraga dan sebagainya; (b) membiayai semua perlengkapan gedung, seperti air, listrik, dan telepon; (c) membayar Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 35, image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol program Sarjana, Magister, dan Doktor. Sedangkan_ pendidikan profesional fokus pada kesiapan penerapan keablian tertentu dengan jenjang pendidikan seperti Diploma I, Diploma II, Diploma III, dan Diploma IV. Pendidikan tinggi dilaksanakan di perguruan tinggi. Perguruan tinggi dapat berbentuk akdemik, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas, Pada umumnya, pendidikan tinggi ada yang berstatus swasta dan ada berstatus negeri. Pendidikan informal Pendidikan informal merujuk pada pembelajaran di luar sekolah di mana tidak berstruktur dan tidak memiliki kurikulum spesifik. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasiontal Nomor 20 tahun 2003 disebutkan bahwa Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal dapat diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Pendidikan dalam keluarga dan lingkungan dimaknai sebagai pendidikan yang sumber pengetahuan dan proses pembelajarannya dari keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal dari keluarga dapat berlangsung dalam bentuk Homeschooling (Sekolah rumah). Sekolah rumah ini dapat diselenggarakan oleh semua masyarakat/keluarga dan keberadaan sekolah rumah dijamin oleh undang-undang. Sekolah rumah merupakan penyelenggaraan sekolah yang berbasis kepada keluarga, bertujuan untuk memberikan pendidikan secara khusus, namun tetap mengacu kepada kurikulum pendidikan nasional (Sadid, 2012). Hasil studi Sadid (2012) menyimpulkan bahwa sekolah rumah dapat dilaksanakan seperti bentuk sekolah rumah = murni_ (pure homeschooling) dan sekolah rumah bermitra. Sekolah rumah murni adalah model sekolah rumah yang mandir, mengembangkan kurikulum dan perencanaannya tanpa asistensi dari pihak manapun; hasil pembelajaran melalui sekolah muri sekolah rumah adalah program kesetaraan, Sedangkan, sekolah rumah bermitra adalah tipe sekolah rumah bermitra dengan sekolah formal baik pada aspek perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kurikulum belajar dan evaluasi belajar. Siswa sekolah rumah bermitra akan mengikuti setiap proses evaluasi belajar semester dan ujian akhir yang Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 39 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol Khonghucu, dan Perguruan Tinggi Keagamaan. Pendidikan Khusus Pendidikan Khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Istilah kelainan mengarah pada adanya kebutuhan khusus bagi peserta didik, sehingga perlu mengikuti pendidikan khusus. Peserta didik yang perlu mengikuti pendidikan khusus adalah apabila mengalami gangguan penglihatan (tunanetra), gangguan pendengaran (tunarungu), gangguan bicara (tunawicara), rendah intelektual (tunagrahita), intelektual di atas rata- rata (giffied dan genius), gangguan anggota gerak (tunadaksa), gangguan perilaku dan emosi (tunalaras) gangguan prilaku dan emosi (tunalaras), lamban belajar (slow learner), autis, dan gangguan mental (attention deficit hyperactivity disorder). G. Tugas Latihan AukwWN . Jelaskan sejarah dan perkembangan pendidikan Indonesia! . Jelaskan konsep dasar pendidikan Indonesia! . Jelaskan fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia! . Jelaskan landasan pelaksanaan pendidikan! . Jelaskan jalur pelaksanaan pendidikan Indonesia! . Jelaskan jenis-jenis pendidikan di Indonesia! Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 43, image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol biologis manusia dalam sebuah lingkungan ekologis (Friedman & Allen, 2021) yang dikenal dengan Teori Sistem Bioekologi (Bioecological Systems Theory) (Paquette & Ryan, 2001). Teori Sistem Bioekologi memberikan penekanan bahwa biologi seseorang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan utamanya, yakni mulai dari terdekat sampai lingkungan Jebih luas. . Sejarah Kemunculan Bidang Ilmu Organisasi Ilmu organisasi muncul pada awal abad ke-19 (Bernardez, 2010) setelah teori sistem makin berkembang, dan makin banyak peneliti memberikan kontribusi signifikan berkaitan dengan kehidupan manusia sehingga diperlukan organisasi. Scott dan Davis (2016) menegaskan bahwa memang organisasi telah hadir di peradaban yang lebih tua —Cina, Yunani, India— tetapi hanya dalam masyarakat industri modern kita menemukan sejumlah besar organisasi yang melakukan hampir setiap tugas yang dibutuhkan masyarakat agar berfungsi dengan baik. Dengan kata lain, kemunculan studi organisasi ini dipengaruhi oleh ide di mana organi juga seluruh komunitas adalah seperti mesin fisik yang dapat didesain untuk memenuhi tujuan. Berdasarkan pandangan ini, setiap komponen organisasi dianggap sebuah bagian dari mesin metafora yang dapat dirancang dan direkayasa untuk memenuhi beberapa tujuan (Bernardez, 2010). Merujuk pada Cornelissen dan Kafouros (2008), metafora [dalam konteks organisasi] dapat didefinisikan sebagai sebuah pemetaan entitas (satuan kesatuan yang berwujud), memiliki struktur, dan adanya hubungan dari satu domain (disebut sumber) ke domain yang berbeda (disebut sebagai target). Konsep ini pun dikenal sebagai tipe sistem rasional (Bernardez, 2010). Pada waktu itu, terdapat peningkatan atas perlunya rasional dalam berorganisasi. Sehingga, untuk merespon terhadap peningkatan rasionalitas kehidupan modern, berbagai penelitian mulai fokus mengkaji aturan rasional legal dan regulasi dalam mengatur organisasi-organisasi. Namun, tidak berapa lama pendekatan sistem rasional mulai disandingkan dengan kemunculan pendekatan baru, yakni pendekatan sistem natural. Pendekatan sistem natural ini menguji aspek-aspek informal yang ada pada organisasi. Pandangan sistem natural ini muncul pada tahun 1930-an. Kedua pendekatan ini termasuk pendekatan sistem tertutup (Closed System Approach). Selanjutnya, sebagai respon ketidakpuasan terhadap pendekatan sistem tertutup, pendekatan sistem terbuka pun mulai diperkenalkan guna memahami konteks organisasi. Pada tahun 1930-an, pengertian Teori Sistem Umum pertama kali diformulasikan oleh Von Bertalanffy (1972:410) dengan i dan Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 47 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol sebagai berikut: a. Mengembangkan sebuah ilmu (aturan-aturan, regulasi dan prosedur terukur) untuk proses kerja daripada menggunakan metode aturan praktis. Pekerja-pekerja dipilih secara saintifik dan dilatih daripada pekerja yang memiliki kontrol terhadap proses produksi. c. Manajemen bekerja sama dengan _pekerja-pekerja untuk memastikan pekerja mengikuti prosedur yang ditetapkan untuk menetapkan standar. Pekerjaan dan tanggung jawab adalah terbagi antara pekerja dan manajemen daripada itu menjadi tanggung jawab utama pekerja. Secara singkat, manajemen saintifik ditujukan pada peningkatan efisiensi melalui perhitungan berbagai variabel yang memengaruhi proses produksi dalam organisasi dan dengan menggunakan pengetahuan saintifik untuk memastikan produktivitas dimaksimalkan melalui kontrol manajerial formal dari tugas-tugas individu. Teori administrasi juga mengambil sebuah pendekatan sistem rasional pada organisasi. Namun, tidak seperti manajemen saintifik, di mana fokus pada tingkat analisis psikologi sosial, teori administrasi fokus pada tingkat struktur organisasi. Berdasarkan perspektif tersebut, perubahan prosedur formal adalah paling terbaik dibutat dari atasan ke bawahan (perubahan pada tingkat struktur kerja akan memengaruhi kerja individu), daripada bawah-atas (perubahan-perubahan pada level pekerjaan individu yang mana akan memengaruhi struktur kerja lebih luas. Administrasif teori fokus pada dua bagian dari struktur organisasi, yakni koordinasi dan spesialisasi. Koordinasi adalah bentuk organisasi hierarki yang mengontrol hubungan antara partisipan dalam organisasi. Spesialisasi berkaitan dengan bagaimana aktivitas-aktivitas dikelompokkan di antara kelompok kerja. Teori administrasi_ bergerak melampai manajemen saintifik dengan melihat melampai individu dan fokus pada struktur organisasi. Namun, seperti manajemen_ saintifik, administrasi juga berfokus untuk mempelajari aspek-aspek formal organisasi dalam sebuah upaya meningkatkan efisiensi. Selanjutnya, pandangan sistem rasional adalah teori_ pembuatan keputusan yang berfokus pada aspek formal organisasi, seperti manajemen saintifik (dan tidak seperti teori administrasi). Namun, Simon mengkritik asumsi-asumsi manajemen saintifik dari pekerja rasional secara ekonomis. Teori pembuatan keputusan oleh Simon fokus pada individu daripada struktur, Walaupun pekerja-pekerja mungkin mencari upaya untuk i * Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 51 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol pada revolusi ilmu pengetahuan (Sabila, 2019). Kuhn mengkritik dan menolak paham-paham yang sudah ada seperti Positivisme ala August Comte (1798-1857), Positivisme Logis ala Vienna Circle, Popperian dengan konsep Falsifikasionisme, hingga Imre Lakatos(1922-1994). Berdasarkan hasil studinya, Sabila (2019) menyimpulkan bahwa Kuhn mengajak para peneliti untuk beralih kepada cara pandang paradigmatif di mana cara pandang ini memperluas ruang lingkup ilmu pengetahuan kepada setiap aspek dalam kehidupan tidak terkecuali dalam bidang sosial. Pergerakan ilmu pengetahuan yang berlangsung bertahun-tahun memberikan kontribusi terhadap kemunculan teori sistem terbuka di mana terjadi perluasan pandangan terhadap organisasi—tidak hanya dipandang sebagai sebuah sistem tertutup. Meskipun perspektif sistem terbuka berkembang lebih lambat daripada pandangan sistem rasional dan alami, tetapi perspektif sistem terbuka telah memperoleh pengikut dengan cepat dan sangat mengubah konsepsi yang ada tentang organisasi dan karakteristik dan proses utama organisasi-organisasi (Scott & Davis, 2016). Tepatnya setelah Perang Dunia II (1960-an), pandangan sistem terbuka muncul sebagai bagian dari gejolak intelektual yang sudah terjadi beberapa tahun lampau. Sehingga, kondisi demikian menciptakan bidang studi baru seperti Teori Sibernetika dan Informasi; merangsang penerapan-penerapan baru, seperti sistem-sistem rekayasa, dan operasi riset; mengubah disiplin ilmu yang ada, termasuk studi tentang organisasi; dan mengusulkan hubungan yang lebih erat di antara disiplin ilmu (Scott & Davis, 2016). Teori sistem umum muncul dan makin berkembang melalui karya Bertalanffy (Ludwig Von Bertalanffy, 2013) yang mana aplikasinya pada bidang organisasi dan manajemen telah dikaji oleh Kast dan Rosenzweig (1981). Kast dan Rosenzweig menyatakan sistem adalah relatif terbuka dan tertutup, tetapi dimensi yang mereka berikan penekanan untuk sebuah organisasi merupakan sistem terbuka. Hal demikian sejalan dengan pendapat Scott dan Davis (2016) yang memandang bahwa organisasi sebagai sebuah m terbuka yang berfungsi pada level yang lebih kompleks. Fokus teori sistem terbuka ini adalah pentingnya faktor lingkungan eksternal bagi organisasi. Artinya, lingkungan (environement) memberikan kontribusi besar terhadap eksistensi sebuah organisasi schingga pendekatan sistem terbuka ini melengkapi pemahaman tentang organisasi. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 3 di mana sebagai sebuah organisasi, lingkungan adalah salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Aspek lingkungan dapat memengaruhi input, proses, dan bahkan Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 55 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol G. Tugas Latihan 1. Jelaskan pengertian sistem! 2. Jelaskan sejarah kemunculan teori sistem! 3. Jelaskan sejarah kemunculan bidang ilmu organis 4, Jelaskan implementasi konsep sistem dalam organisasi! 5. Mengapa dalam mempelajari organisasi perlu memahami sistem? 6. Jelaskan perspektif sistem tentang organisasi! ‘Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 59 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol setiap anggota dalam suatu organi: formal (Irawan, 2018) adalah: a. Memiliki seperangkat aturan dan peraturan yang ditetapkan dengan baik Mengandung struktur kewenangan yang memungkinkan semua departemen organisasi bekerja secara terkoordinasi untuk mencapai target . Semua kegiatan dilaksanakan berdasarkan tujuan dan kebijakan yang ditetapkan . Setiap individu ditugaskan dengan tugas dan tanggung jawab yang spesifik e. Koordinasi antara berbagai departemen dipelihara dengan ketat untuk mencapai hasil yang paling efisien Pesan dikomunikasikan melalui rantai vertical supaya rantai komando dan kesatuannya dipertahankan g. Adanya simbol status di mana organisasi sebagai entitas sosial. Organisasiformal adalah entitas sosial yang terpisah. Kegiatan memiliki entitas yang terpisah dari individu yang melakukan aktivitas tersebut. si. Adapun karakteristik organisasi ¥ © a mh 2. Organisasi informal Organisasi informal adalah struktur sosial yang saling terkait yang mengatur bagaimana orang bekerja sama dalam suatu kegiatan (Irawan, 2018). Organisasi informal berkembang secara organik dan spontan sebagai respons terhadap perubahan lingkungan kerja dan dinamika sosial yang kompleks dari para anggotanya. Organisasi informal muncul dari interaksi sosial yang terjadi. Sifat organisasi informal menjadi lebih berbeda bila karakteristik utamanya disandingkan dengan organisasi formal. Adapun karakteristik organisasi informal (Irawan, 2018) adalah: . Berkembang terus-menerus, akar rumput (sesuatu yang lemah, yang mudah terombang-ambing) b. Dinamis dan responsif, bagus pada motivasi c. Membutuhkan pengetahuan orang dalam untuk dilihat d. Memperlakukan orang sebagai individu e. f; & . Datar dan lebih cair Kepercayaan dan timbal balik . Sulit untuk dijabarkan dan penting untuk situasi yang berubah dengan cepat atau belum sepenuhnya dipahami Dari penjelasan di atas, organisasi formal dan informal memiliki Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 63, image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol keterampilan dan kapasitas pemegang pekerjaan sebaik mungkin dan untuk memberikan motivasi intrinsik tingkat tinggi kepada pekerja tersebut. 12.Untuk merencanakan dan mengimplementasikan berbagai kegiatan pengembangan organisasi demi kepastian bahwa setiap proses dalam organisasi beroperasi dan memberikan kontribusi terhadap efektivitas organisasi. 13. Untuk membentuk tim dan kelompok proyek yang dibutuhkan agar bertanggung jawab terhadap aktivitas administratif atau pelaksanaan proyek tertentu. D. Pengertian Mendesain Struktur Organisasi Organisasi berbeda satu sama lain dalam banyak hal (Baligh, 2006), misalnya perbedaan terkait desain struktur organisasi_ yang dimilikinya (Robbins et al., 2014). Setiap organisasi formal berupaya mendesain struktur si dengan tujuan supaya setiap orang atau anggota resmi di si dapat terkoneksi dengan baik. Selain itu, adanya desain organi dapat membantu manajer mewujudkan organisasi yang lebih efektif. Tujuan dari mendesain organisasi adalah untuk menemukan bentuk optimal sebuah organisasi, sehingga organisasi dapat memaksimalkan kinerjanya (Cichocki & Irwin, 2011). Hal tersebut dikarenakan desain struktur organisasi dapat menentukan kinerja, dan kinerja bersama-sama dengan lingkungan menentukan hasil (Baligh, 2006). Oleh Karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut pemimpin organisasi perlu mendesain struktur organisasi yang tepat dengan kebutuhan organisasi yang dipimpin. Mendesain struktur organisasi adalah proses menciptakan sebuah struktur yang terbaik sesuai dengan tujuan, strategi, dan lingkungan (Lunenburg, 2017) baik lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Baligh (2006) menyatakan bahwa mendesain struktur organisasi sama halnya dengan membuat koneksi; dan cara membuat koneksi ini merupakan proses mendesain struktur organisasi. Selanjutnya, mendesain organisasi adalah proses memutuskan bagaimana organis berfungsi (Harris & Raviv, 2002). Lebih lanjut, untuk menjadikan desain struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan, Cichocki dan Irwin (2011) memberikan pemaknaan lebih komprehensif tentang mendesain struktur organisasi, yaitu: 1. Mendefinisikan tujuan organisasi dan maksud strategis 2. Menetapkan ide-ide awal dan memeriksa ide tersebut (konsep desain) 3. Menghasilkan sketsa awal dari keadaan masa depan organisasi atau harus terstruktur dan Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 67 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol muncul dari lingkungan, maka organisasi makin membutuhkan fleksibilitas yang ditawarkan oleh desain struktur organisasi organik. Atau dengan kata lain, di dalam lingkungan yang stabil dan sederhana, sebuah struktur organisasi_ yang makanistik cenderung lebih efektif; sedangkan pada lingkungan yang tidak stabil dibutuhkan struktur organisasi organik. stik desain struktur organisasi yang organik adalah isasi, spesialisasi rendah, dan memiliki beberapa divisi, serta struktur yang datar dengan pengawasaan luas. Oleh karena itu, salah satu cara mengurangi ketidakpastian lingkungan adalah melalui penyesuaian pada struktur organisasi (Robbins e¢ al., 2014). . Prosedur Mendesain Struktur Organisasi Sebuah organisasi merupakan sekumpulan orang yang berkerja secara bersama untuk mencapai sebuah tujuan (Lunenburg, 2017). Tujuan setiap organisasi pasti berbeda. Agar tujuan organisasi dapat dicapai melalui keterlibatan orang-orang yang ada di organisasi, maka setiap organisas sangat perlu mendesain strukturnya. Penempatan posisi setiap personil atau seseorang di dalam struktur organisasi menjadi hal penting. Sehingga, pertimbangan tujuan, strategi, ukuran, teknologi, dan lingkungan harus diperhatikan supaya desain struktur organisasi yang didesain sesuai dengan kebutuhan organisasi. Organisasi membutuhkan sistem koordinasi yang baik dan hal itu dapat terwujud melalui adanya sebuah struktur organisasi. Daft (2010) menegaskan tanpa lem koordinasi yang efektif, tidak ada struktur organisasi yang lengkap. Oleh karena itu, di dalam sebuah organisasi perlu dibangun struktur organisasi yang lengkap dan mengandung sistem koordinasi yang efektif. Koordinasi yang efektif ini dapat terjadi apabila tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan dalam memosisikan personil dan pembagian tugas-tugas yang perlu untuk dikerjakan. Dengan demikian, untuk mendapatkan struktur organisasi yang efektif, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan ketika mendesain struktur organisasi, yaitu: 1.Menentukan tujuan organisasi. Sedethana atau kompleksnya sebuah desain struktur organisasi sangat ditentukan oleh tujuan organisasi. Karenanya, pembuatan desain struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan organisasi itu sendiri, Tujuan organisasi harus dianalisis dengan baik sehingga nantinya desain organisasi dapat membantu pencapaian tujuan organisasi. 2.Menentukan strategi pencapaian tujuan. Tujuan tidak akan dapat dicapai apabila tidak memiliki strategi. Karenanya, pemimpin harus Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 71 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol . Organisasi memahami dengan baik kebutuhan pelanggan . Organisasi dengan lini produk yang terbatas, . Organisasi mengembangkan produk dan siklus hidup yang panjang . Spesialis pekerja sangat dibutuhkan Desain struktur organisasi fungsional mengikuti pembagian kerja yang AuRwW jelas di dalam perusahaan, dengan fungsi berbeda yang berfokus pada tugas yang berbeda (Hill & McShane, 2008). Sehingga, kegiatan-kegiatan dikelompokkan bersama melalui fungsi umum dari bawah ke atas organisasi (Daft, 2021). Sebagai contoh, pada desain struktur organisasi fungsional (lihat Gambar 5), top manajer membawahi beberapa manajer menengah yang sesuai dengan fungsional masing-masing, seperti manajer produksi, manajer_pemasaran, dan manajer lainnya. Setiap manajer_ menengah mengurusi sesuai dengan bidangnya masing-masing, sehingga satu manajer Khusus mengurusi satu bidang tertentu, Sedangkan, manajer puncak (CEO) mengembangkan strategi dan mengelola bawannya (manajer menengah). = Gambar 5. Desain Struktur Organisasi Funsional (Hill & McShane, 2008:192) Desain struktur organisasi fungsional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: 1. Mengejar tujuan fungsional dapat menyebabkan manajer melupakan apa yang terbaik untuk organisasi secara keseluruhan. Hal tersebut dikarenakan sp ialis fungsional menjadikan kondisi terisolasi dan memiliki sedikit pemahaman tentang apa yang dilakukan unit lain (Robbins er al., 2018; Dafi,2021). Desain struktur fungsional yang demikian dapat menyebabkan konflik jika fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi memiliki persepsi yang berbeda tentang tujuan organisasi (Boddy, 2020). . Struktur fungsional hanya dapat bekerja dengan baik untuk perusahaan atau organisasi yang aktif dalam satu lini bisnis dan berfokus pada satu area geografis saja, Ketika perusahaan mengembangkan bisnis yang n Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajlan Fundamental | 75 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol 2. Desain struktur organisasi multidivisi geografis yakni divisi-divisi yang ada di dalam organisasi diorganisasir berdasarkan daerah, area atau wilayah, dan bahkan negara di mana organisasi beroperasi (lihat Gambar 7) (Cichocki & Irwin, 2011). Karenanya, semua fungsi yang diperlukan untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa di wilayah tersebut (Daft & Armstrong, 2015) harus tersedia, Dengan desain struktur organisasi ini sangat memungkinkan staf cabang dapat mengidentifikasi kebutuhan lokal, dan memudahkan manajer divisi untuk memantau kinerja (Boddy, 2020). = Gambar 7. Desain Struktur Organisasi Geografis (Hill & McShane, 2008) Selain itu, struktur geografis dapat membantu perusahaan berekspansi ke pasar baru dan menggunakan sumber daya secara lebih efisien dan untuk mendorong koordinasi dan kolaborasi yang lebih besar di seluruh wilayah (Daft, 2021). Adapun perusahan multinasional menggunakan desain struktur organisasi geografis ini, seperti perusahaan Nestlé (berpusat di Swiss yang memiliki divisi di 186 negara), dan perusahaan Asus (berpusat di Taiwan yang memiliki divisi di 32 negara). . Desain struktur organisasi multidivisi pasar dan kastomer yakni terdiri dari divisi-divisi yang ada di dalam organisasi, kemudian diorganisasikan berdasarkan ukuran pasar atau pelanggan yang dapat dijangkau oleh organisasi (Jihat Gambar 8). w Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 79 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol yang tinggi antar departemen memerlukan sejumlah besar koordinasi dan pemrosesan informasi baik dalam arah vertikal_maupun horizontal. Adapun keunggulan desain struktur organisasi matriks, yaitu: n w ~ ww 2 x od Dapat mencapai koordinasi yang diperlukan untuk memenuhi permintaan ganda dari pelanggan (Daft, 2021). . Berbagi sumber daya manusia yang fleksibel di seluruh produk (Daft, 2021) . Cocok untuk keputusan yang kompleks dan perubahan yang sering terjadidi lingkungan yang tidak stabil (Daft, 2021) Memberikan kesempatan untuk pengembangan _ keterampilan fungsional dan produk (Daft, 2021) . Terbaik di organisasi menengah dengan banyak produk (Daft, 2021) Respons yang cepat terhadap perubahan lingkungan, termasuk perubahan-perubahan dalam strategi, dan berhadapan dengan kompetisi (Fang & Kant, 2011). . Pengambilan keputusan dan pengambilan tindakan umumnya lebih cepat (Fang & Kant, 2011). Keterampilan dan keahlian khusus sering tersedia secara langsung (Fang &Kant, 2011). . Persaingan dan politik kantor diminimalkan melalui pembangunan tim, mengembangkan hubungan kerja yang sehat dan program pelatihan dan pertemuan bisnis yang direncanakan secara strategis (Fang & Kant, 2011). Adapun kelemahan desain struktur organisasi matriks, yaitu: w - w * . Menyebabkan anggota mengalami otoritas ganda, yang dapat membuat frustrasi dan membingungkan (Daft, 2021). Seperti_ pada Gambar 9 ditunjukkan bahwa wakil presiden memiliki peran product menager A, B,C, dan D. Peserta membutuhkan keterampilan interpersonal yang baik dan pelatihan ekstensif (Daft, 2021). . Menggunakan banyak waktu; melibatkan pertemuan yang sering dan sesi resolusi konflik (Daft, 2021). Tidak akan berfungsi_ kecuali_ peserta memahaminya dan mengadopsi hubungan kolegial daripada tipe vertikal (Daft, 2021). . Membutubkan upaya besar untuk menjaga keseimbangan daya (Daft, 2021) Kompleksitas penugasan dan penempatan orang (Fang & Kant, 2011). Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 83 image not available image not available image not available Pre Cree eet cue! Nasib Tua Lumban Gaol Piet Aer Gambar 11. Desain Struktur Organisasi Virtual (Daft, 2010:251) G. Tugas Latihan 1 nN w w a . Jelaskan pengertian, keunggulan, organisasi sederhana! . Jelaskan pengertian, keunggulan, organisasi! . Jelaskan pengertian, keunggulan, organisasi multidivisi! . Jelaskanpengertian, keunggulan, organisasi Matriks! . Jelaskan pengertian, keunggulan, organisasi tim! . Jelaskan pengertian, keunggulan, organisasi virtual! dan dan dan dan dan dan kelemahan kelemahan kelemahan kelemahan kelemahan kelemahan desain desain desain desain desain desain struktur struktur struktur struktur struktur struktur Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 87 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol organisasi yang telah diidentifikasi oleh Sindhu (2012) berkaitan dengan fungsi organisasi pendidikan, yaitu: . Peningkatan efisiensi_ manajerial dan administrasi__yang memungkinkan terlaksananya kegiatan manajemen dan administrasi dengan mudah dan nyaman. Pembatasan moral terhadap tindak kejahatan, seperti korupsi, yang mana organisasi yang efisien membuat orang memiliki nilai dan karakter moral yang tinggi. . Peningkatan spesialisasi dan pembagian pekerjaan agar organisasi makin efektif dalam mencapai tujuannya. w 4. Pendorong anggota organisasi supaya berkarya atau melakukan pekerjaan secara kreatif dan inovatif. 5. Peningkatan kecepatan pengembangan melalui berbagai aktivitas- aktivitas sehingga mempercepat proses pencapaian tujuan. 6. Pengembangan sumber daya manusia supaya dapat bekerja lebih optimal. 7. Memudahkan koordinasi di antara beberapa departemen dalam organisasi. 8. Memudahkan pendelegasian kepada bawahan untuk mengambil alih tugas. 9, Penggunaan sumber daya secara optimal melalui pemberian tanggung jawab yang tepat kepada orang-orang di organisasi. 10. Penggunaan secara optimal berbagai teknologi terbaru untuk mencapai hasil maksimal dengan upaya minimum. . Pengontrolan pekerjaan dapat lebih mudah karena aspek hierarki organisasi memudahkan siapa (bawahan) bertanggung jawab kepada siapa (atasan). 12. Peningkatan keamanan nasional. Melalui organisasi pendidikan dapat ditingkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, serta berpikir global. Komponen-Komponen Organisasi Pendidikan Organisasi pendidikan tidak terlepas dari berbagai komponen yang terkandung di dalamnya, sehingga komponen tersebut mengakibatkan terlaksananya kegiatan layanan pendidikan dan kegiatan edukasi. Merujuk pada Sullivan (2005), tugas-tugas yang perlu dilakukan oleh organisasi dan bagian-bagiannya terdiri dari peran dan konten pekerjaan, desain pekerjaan, jumlah posisi, dan pekerjaan apa yang dilakukan pada level tertentu. Artinya, organisasi pendidikan sebagai sebuah komunitas sosial harus memiliki komponen yang lengkap supaya dapat beroperasi sesuai dengan fungsinya Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 91 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol berdasarkan sejauh mana fenomena budaya yang ada dan dapat terlihat. Artinya, ketiga level budaya organisasi dimulai dari sesuatu yang sangat nyata sampai dengan yang abstrak. Pembagian level budaya yang ada di organisasi dapat terlihat seperti pada Gambar 13 dan dijelaskan sebagai berikut: . Artefak-artefak (artefacts) merupakan sebuah struktur dan proses yang terlihat dan dapat dirasakan di organisasi, seperti bahasa, etiket, teknologi, emosi, kreasi artistik, gaya seperti dalam berpakain, ritual, seremoni, mitosdan cerita-cerita dalam organisasi, dan lainnya. Keyakinan dan nilai-nilai (beliefs and values) adalah akumulasi ide yang dimiliki anggota tentang pekerjaan mereka, seperti bagaimana pembuatan keputusan, bagaimana tim bekerja, dan bagaimana permasalahan terselesaikan. . Aswnsi mendasar (assumptions) adalah dipegang teguh oleh anggota kelompok sebagai cara untuk bekerja sama. Artinya, ketika di id w organisasi sudah memililiki nilai dan keyakinan, maka hal itu mendasari seseorang untuk bertindak dan menolak tindakan berdasarkan hal lain. Gambar 13. Level Budaya Organisasi (Sukiennik & Bak, 2019:3) Apabila diperhatikan dari segitiga level budaya pada Gambar 13, maka perwujudan budaya yang nyata memiliki fondasi kuat dari asumsi-asumsi bersama yang dimiliki oleh para anggota organisasi. Artinya, beranjak dari asumsi-asumsi yang dimiliki anggota akan dapat terbentuk nilai-nilai dan kepercayaan anggota itu sendiri, kemudian menjadi artefak dalam organisasi sebagai perwujudannya, Sehingga, untuk mengubah budaya organisasi bukanlah pekerjaan yang mudah bagi pemimpin yang mana ketika hendak melakukan inovasi pemimpin sering sekali menghadapi kesulitan karena budaya yang kuat di organisasi tersebut. Bush (2015) menegaskan para pemimpin menemukan bahwa budaya organisasi jauh lebih sulit untuk Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajlan Fundamental | 95 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol Pada dasarnya, terdapat tiga komponen utama yang dapat digunakan dalam memahami definisi struktur organisasi (Daft & Armstrong, 2015), yaitu: 1. Struktur organisasi menunjuk hubungan pelaporan formal, termasuk jumlah level dalam hierarki, dan rentang kendali manajer dan supervisor. 2. Struktur organisasi mengidentifikasi pengelompokan bersama- individu kedalam departemen dan departemen ke dalam organi: secaramenyeluruh. 3.Struktur organisasi mencakup desain sistem untuk memastikan komunikasi yang efektif, koordinasi, dan integrasi upaya_lintas departemen. Pelibatan ketiga aspek tersebut dalam desain struktur organisa dilakukan melalui melalui proses kodifikasi. Proses kodifikasi bertujuan menciptakan desain struktur organisasi yang terdiri dari pembuatan peraturan, kebijakan, dan pembagian kerja, sehingga dapat dilakukan pemaknaan dan penjelasan secara eksplisit tentang bagaimana orang-orang melakukan pekerjaan dan bagaimana bagian-bagian yang ada di organisasi dapat berhubungan satu sama lain (Scott & Davis, 2016). Sebagai contoh, desain struktur organisasi sekolah pada Gambar 15 dan Gambar 16 merupakan hasil kodifikasi dari Permendikbud Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pedoman Umum Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2016. Dengan demikian, desain struktur organisasi adalah kerangka kerja yang mana organisasi menentukan bagaimana tugas dibagi-bagi, sumber daya dikerahkan untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, dan departemen dikoordinasikan agar sistem di organisasi menjadi efektif (Daft, 2010). sama H. Tugas Latihan . Jelaskan pengertian organisasi pendidikan! . Jelaskan tujuan dan fungsi organisasi pendidikan! . Jelaskan komponen-komponen organisasi pendidikan! . Jelaskan pengertian struktur organisasi pendidikan! . Jelaskan karakteristik organisasi pendidikan! . Buatlah desain struktur organisasi sekolah disertai dengan tugas dan fungsi setiap personil dalam struktur organisasi tersebut! auEwWN Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 99 image not available image not available image not available Nasib Tua Lumban Gaol ‘Tabel 5. Pioner dan Karya Itmiah tentang Manajemen Tahun 1825 s.d. 1900-an (Nienaber (2019) a Tahun Nama Asal Negara Judul Karya Tmiah eit Robert Owen Skotlandia A new view of society 1825 Charles Babbage Ingeris, (On the division of labour 1832 Captain H. Metcalfe Amerika Serikat The science of administration _ 1885 Henry Towne Amerika Serikat The engineer as economist 1886 Frederick W. Taylor Amerika Serikat_ The principles of scientific 1903 ‘management Henry Gantt ‘Amerika Serikat Training workmen in habits of — 1908 industry and co-operation. Russell Robb ‘Amerika Serikat Organizations as affected by 1910 purpose and conditions Harrington Emerson Amerika Serikat_ The first principle: Clearly 1912 defined ideals Alexander H. Church Amerika Serikat The principles of management 1912 dan Leon P. Alford Henri Fayol Francis General principles of 1916 management Frank Gilbreth ‘Amerika Serikat Science in management forthe 1922 one best way to do work Oliver Sheldon Inggris A professional creed for 1923 managers Mary Parker-Follet Amerika Serikat_ The essentials of leadership __1927 Harry Hopf ‘Amerika Serikat Management and the optimum 1935 Elton Mayo Amerika Serikat The first inquiry 1945 Chester Barnard Amerika Serikat__The theory of authority 1938 Douglas McGregor __Amerika Serikat The human side of enterprise __1966 Publikasi pertama bidang manajemen pun muncul pada tahun 1825 (Nienaber, 2010) dan selanjutnya berkembang begitu pesat (lihat Table 5). Berdasarkan asal usulnya tersebut, manajemen dianggap berasal dari pandangan “manajer umum (general manager)” sebuah bisnis dan secara khusus manajemen ditujukan pada tugas-tugas di mana seseorang harus mampu memastikan kegiatan bisnis yang berjalan dengan sukses. Adapun tugas-tugas yang dimaksud dalam manajemen pada awalnya adalah merencanakan (planning), mengorganisir (organizing), memerintah (command), _—_mengordinasikan (coordination), dan mengontrol (control). Pada setiap tugas-tugas tersebut terdiri beberapa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan— tugas utama manajemen. Sedangkan tugas sekunder manajemen adalah Teori dan Model Manajemen Pendidikan: Sebuah Kajian Fundamental | 103

Anda mungkin juga menyukai