Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/279805576

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger,


perbandingan aliran parallel dan counter flow

Article · November 2013

CITATIONS READS

5 10,248

1 author:

Mustaza Ma'a
Politeknik Caltex Riau
8 PUBLICATIONS 20 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Mustaza Ma'a on 07 July 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.I, No.2, Oktober 2013, 161-168 161

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger,


perbandingan aliran parallel dan counter flow
Mustaza Ma’a

Program Studi Teknik Mekatronika Politeknik Caltex Riau


email : mustaza@pcr.ac.id

Abstrak
Penelitian tentang propertis fluida yang mengalir pada proses pemanasan dan pendinginan sangat
penting di teknologi industri makanan dan minuman, baik secara kimiawi maupun farmasi. Penelitian ini
dikaji secara eksperimen dengan menggunakan Double Pipe Heat Exchanger, karena murah, konstruksi
sederhana dan tidak membutuhkan permukaan perpindahan panas yang besar. Fluida yang mengalir
menggunakan air, diatur parallel dan counterflow. Variasi debit aliran dingin adalah 10; 13,3; 16,7 dan
20 lpm dengan temperatur 32oC dan laju aliran 0,17 kg/s s/d 0,33 kg/s. Sedangkan aliran panas 6,7; 10;
13,3; 16,7 dan 20 lpm dengan temperatur 60oC dan laju aliran 0,11 kg/s s/d 0,33 kg/s. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini pada aliran parallel dengan nilai cr 0,5 kJ/s.K menghasilkan effectiveness
() 31,42% dan NTU 0,43. Sedangkan untuk counterflow dengan nilai cr yang sama menghasilkan
effectiveness () 31,99% dan NTU 0,42.

Kata kunci: karakteristik perpindahan panas, Double Pipe Heat Exchanger, aliran parallel, counterflow

Abstract
Research on the properties of the fluid flowing in the heating and cooling processes are very important in
the food and beverage industry technology, either by chemical or pharmaceutical. This research studied
experimentally using a Double Pipe Heat Exchanger, because it is cheap, simple construction and does
not require a large heat transfer surface. Using water flowing fluid, set parallel and counterflow. Cold
flow variation is 10; 13.3; 16.7 and 20 lpm with 32oC temperature and flow rate of 0.17 kg /s - 0.33 kg/s.
Meanwhile, heat flow 6.7, 10, 13.3; 16.7 and 20 lpm with a temperature of 60°C and flow rate of 0.11
kg/s - 0.33 kg s. The results obtained from this study on the flow parallel to the value of cr 0.5 kJ/sK
produces effectiveness () - NTU 31.42% and 0.43. As for the counterflow with the same value of cr
produce effectiveness () - NTU 31.99% and 0.42.

Keywords: heat transfer characteristics, Double Pipe Heat Exchanger, parallel flow, counterflow

1 Pendahuluan
Perkembangan industri pengolahan kimia, pembangkit listrik, pengkondisian udara dan
sebagainya telah banyak melakukan perpindahan energi panas dari suatu aliran fluida ke aliran
fluida lainnya [1,2]. Alat yang digunakan untuk melakukan proses perpindahan energi panas
tersebut salah satunya adalah Double Pipe Heat Exchanger. Dipilihnya alat tipe ini dikarenakan
konstruksi yang dimiliki oleh Double Pipe Heat Exchanger ini sederhana, cukup murah untuk
dibuat, dan dibandingkan dengan tipe lain, jumlah ruang yang ditempati umumnya lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe lainnya[2]. Alat penukar kalor tipe pipa ganda merupakan peralatan
perpindahan panas yang sesuai dalam aplikasi – aplikasi yang tidak membutuhkan permukaan
perpindahan panas yang besar[3].

Penelitian dengan menggunakan Double Pipe Heat Exchanger ini telah banyak
dilakukan, baik secara eksperimental maupun secara numerik. Hasil dari penelitian
memperlihatkan tren pada efektifnes – NTU menyerupai tren yang dihasilkan oleh berbagai
referensi lainnya. Nilai cr yang dihasilkan pada 0,5 dan 1 memperlihatkan tren yang
162 Mustaza Ma’a

menyerupai teoritis[4]. Aliran yang dibangun menghasilkan koefisien perpindahan panas yang
non uniform disepanjang tabung[4,5]. Perhitungan untuk efektifnes berdasarkan koefisien
perpindahan panas overall rata – rata dan terdapat deviasi dari prediksi secara teoritis[4,5].
Penelitian dengan menggunakan metoda LMTD (Logarithmic Mean Temperature Difference)
juga telah dilakukan. Hasilnya koefisien perpindahan panas overall 711 W/m2K dan LMTD
sebesar 48oC[6].

2 Tujuan Penelitian
Dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan karakteristik
perpindahan panas yang terjadi pada Double Pipe Heat Exchanger dengan menggunakan aliran
parallel dan counterflow. Pada akhir penelitian ini didapatkan nilai efektifnes – NTU aliran
parallel dan counterflow serta tren koefisien perpindahan panas konveksi h sepanjang tabung
pipa.

3 Metoda Penelitian
Sebuah alat Double Pipe Heat Exchanger diletakkan pada peralatan pengujian. Alat
tersebut terbuat dari dua pipa stainless steel dengan panjang 1,02 m. Diameter tabung dalam
yang digunakan adalah 0,0127 m sedangkan diameter tabung luar yang digunakan adalah
0,0254 m. Dimensi dari alat Double Pipe Heat Exchanger secara keseluruhan dapat dilihat dari
Tabel 1.

Tabel 1 Dimensi Double Pipe Heat Exchanger


No Deskripsi Dimensi (m)
1 Diameter inner tabung dalam 0,0107
2 Diameter outer tabung dalam 0,0127
3 Diameter inner tabung luar 0,0234
4 Diameter outer tabung luar 0,0254
5 Panjang Alat Penukar Kalor 1,02

Peralatan pengujian yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
Pada peralatan pengujian ini menggunakan dua bak penampung. Bak dingin untuk menampung
fluida dingin. Dan bak panas untuk menampung fluida panas. Untuk menghasilkan panas pada
fluida di bak panas digunakan heater yang temperaturnya diatur dengan menggunakan
thermostat. Fluida panas dijaga pada temperatur 60oC. Sedangkan fluida dingin didapatkan dari
tangki reservoir dimana fluida dingin berkisar pada temperatur 32oC melalui katup K7.
Keluaran fluida dingin langsung dibuang keluar dari sistem. Hal ini dilakukan agar temperatur
fluida dingin tetap terjaga.

Untuk melihat debit aliran yang mengalir pada fluida panas dan dingin dipasang
Rotameter. Rotameter 1 dipasang setelah Pompa 1 digunakan pada fluida panas. Sedangkan
Rotameter 2 dipasang setelah Pompa 2 digunakan pada fluida dingin. Pengaturan debit aliran
yang mengalir pada sistem digunakan pipa bypass dengan katup K1 untuk fluida panas dan
katup K2 untuk fluida dingin, yang dapat mengalirkan kembali fluida ke bak penampungan.
Fluida panas diatur untuk dapat bersirkulasi di dalam sistem. Sedangkan fluida dingin diatur
agar tidak bersirkulasi di dalam sistem untuk menjaga temperatur fluida.

Untuk mendapatkan nilai tekanan yang mengalir di dalam sistem digunakan 4 unit
Pressure Gauge yang masing – masing diletakkan pada masukan dan keluaran Double Pipe
Heat Exchanger. Sedangkan nilai temperatur dapat dilihat pada layar LCD di control panel
yang dihubungkan ke 9 unit thermocouple. Untuk mengetahui nilai temperatur pada masukan
fluida panas digunakan thermocouple Thi, dan nilai temperatur pada keluaran fluida panas
digunakan thermocouple Tho. Sedangkan nilai temperatur untuk fluida dingin baik masukan
Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger... 163

maupun keluaran menggunakan thermocouple Tc1 dan TC2, tergantung aliran yang mengalir
pada sistem tersebut dalam kondisi parallel atau counterflow. Untuk mengukur temperatur yang
terjadi disepanjang permukaan tabung Double Pipe Heat Exchanger, dipasang 5 unit
thermocouple pada bagian luar anulus.

Agar aliran yang mengalir didalam sistem tersebut menjadi aliran parallel, maka katup
K3 dan K6 dibuka. Sedangkan katup K4 dan K5 ditutup. Pada kondisi tersebut aliran fluida
panas dipompa mengalir dari bak panas masuk ke alat Double Pipe Heat Exchanger melalui
Rotameter 1. Dan keluar dari alat kembali bersirkulasi masuk ke dalam bak panas. Sedangkan
aliran fluida dingin dipompa mengalir dari bak dingin melalui Rotameter 2, masuk ke alat
Double Pipe Heat Exchanger melalui katup K3 dan dibuang keluar sistem melalui katup K6.
Untuk mendapatkan aliran counterflow yang mengalir didalam sistem, maka katup K4 dan K5
dibuka, sedangkan katup K3 dan K6 ditutup. Pada kondisi ini aliran fluida panas mengalir sama
seperti aliran parallel. Namun aliran fluida dingin mengalir setelah dipompa melalui Rotameter
2 masuk ke alat Double Pipe Heat Exchanger melalui katup K5. Keluar dari sistem melalui
katup K4 ke pembuangan.

Gambar 1 Eksperimen Aparatus.

3.1 Persamaan dan simbol


Laju perpindahan panas dan koefisien perpindahan panas konveksi yang terjadi pada
aliran yang mengalir di alat Double Pipe Heat Exchanger, dapat dinyatakan sebagai berikut :

(1)

(2)

Untuk mendapatkan nilai Tm, maka temperatur rata – rata pada aliran yang mengalir
dalam Double Pipe Heat Exchanger harus didapatkan. Nilai Ts dalam persamaan ini adalah
temperatur pada permukaan lokal, yang didapat dari thermocouple yang disusun dengan jarak
tertentu, pada dinding luar anulus.
164 Mustaza Ma’a

Bilangan Nusselt dan bilangan Reynolds yang terjadi pada alat Double Pipe Heat
Exchanger ini dapat dinyatakan sebagai berikut :

(3)

(4)

Sehingga dari persamaan diatas maka didapatkan nilai bilangan Nusselt dan bilangan
Reynolds yang terjadi pada aliran di dalam alat Double Pipe Heat Exchanger ini.

Berikut adalah simbol – simbol yang digunakan dalam persamaan dan maksud dari
simbol tersebut adalah sebagai berikut :

Nomenclatur
A : luas permukaan tabung (m2)
D : diameter tabung (m)
h : koefisien perpindahan panas (W/m2 K)
k : konduktifitas termal (W/mK)
L : panjang penukar kalor (m)
TLMTD : Beda temperatur rata-rata log (K atau C)
q : laju perpindahan panas (W)
U : koefisien perpindahan panas overall (W/m2K)
T1 : beda temperatur masuk (K)
T2 : beda temperatur keluar (K)
 : density (kg/m3 )
 : viskositas dinamis (kg/m.s)

3.1. Metoda Logarithmic Mean Temperature Difference (TLMTD)

Metoda Logarithmic Mean Temperature Difference adalah metoda yang sering


digunakan dalam perancangan dan perhitungan unjuk kerja dari alat Double Pipe Heat
Exchanger, dengan menggunakan perbedaan temperatur rata – rata secara logaritmik yang
terjadi [2,4]. Nilai TLMTD didapatkan dari perbedaan temperatur rata – rata masuk, T1, dan
perbedaan temperatur rata – rata keluar, T2, yang dibandingkan dengan nilai logaritmik
perbandingan dua nilai tersebut. Persamaannya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

(5)

Sehingga nilai laju perpindahan panas yang terjadi pada aliran dari alat Double Pipe
Heat Exchanger ini, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

(6)

Dalam menggunakan persamaan 5 dan 6 ini, diperlukan beberapa asumsi yang dibuat,
seperti berikut :

1. Kondisi tunak.
2. Konduksi yang terjadi hanya berlangsung satu dimensi ke arah radial pipa.
Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger... 165

3. Harga U konstan untuk seluruh panjang pipa.


4. Perpindahan panas yang terjadi hanya diantara kedua pipa saja.
5. Perbedaan energi potensial dan kinetik diabaikan.

Untuk aliran parallel yang terjadi di dalam Double Pipe Heat Exchanger ini, berlaku
kondisi berikut :

(7)

Dan
(8)

Sedangkan untuk kondisi counterflow, berlaku sebagai berikut :

(9)

Dan

(10)

3.2 Metoda Effectiveness – NTU ( - NTU)

Metoda Effectiveness – NTU digunakan untuk mengetahui unjuk kerja dari alat Double
Pipe Heat Exchanger. Nilai effectiveness () didapat dari rasio antara jumlah perpindahan panas
secara aktual dengan perpindahan panas maksimum yang terjadi [7]. Nilai effectiveness ()
merupakan bilangan tanpa dimensi yang nilainya berada pada batas 0 ≤  ≤ 1. Persamaan ini
dapat dinyatakan sebagai berikut :

(11)

Unjuk kerja Double Pipe Heat Exchanger ini didefenisikan terlebih dahulu dengan
mengetahui perpindahan panas maksimum (qmax) yang mungkin terjadi [7]. Hal ini dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Jika Cc < Ch , maka (12)


Jika Cc > Ch , maka (13)

Secara keseluruhan, untuk semua Heat Exchanger, nilai effectiveness () dapat
dinyatakan sebagai berikut:

(14)

Nilai Number of Transfer Unit (NTU) sama seperti effectiveness () yakni merupakan
bilangan tanpa dimensi yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

(15)

Nilai Cmin dalam persamaan 15 ini, diperoleh untuk nilai yang terkecil dari :
166 Mustaza Ma’a

(16)

Atau

(17)

3.3 Hasil dan Pembahasan


Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa karakteristik perpindahan panas pada
Double Pipe Heat Exchanger, dapat dilihat dari laju perpindahan panas dan koefisien
perpindahan panas konveksi yang terjadi, yang ditunjukkan melalui bilangan Nusselt pada
gambar 2 dan 3. Pada gambar 2 dapat dilihat bahwa tren yang dihasilkan dari aliran parallel
pada penelitian ini menyerupai tren yang telah dihasilkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Warakorm[1]. Dimana dari grafik ini dijelaskan bahwa adanya kenaikan pada bilangan
Reynolds mempengaruhi kenaikan bilangan Nusselt.

Gambar 2 Pengaruh Re terhadap laju perpindahan panas pada aliran parallel

Dengan kenaikan bilangan Nusselt maka mempengaruhi koefisien perpindahan panas


konveksi h. Kenaikan harga pada koefisien perpindahan panas konveksi h, mempengaruhi
kenaikan laju perpindahan panas q[2]. Melalui persamaan (2) dan (3) maka hal ini dapat
dibuktikan. Maka dapat disimpulkan dari diskusi ini bahwa pada grafik memperlihatkan
pengaruh kenaikan bilangan Reynolds akan mempengaruhi kenaikan laju perpindahan panas
yang terjadi.
Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger... 167

Gambar 3 Pengaruh Re terhadap laju perpindahan panas pada aliran counterflow

Seperti yang terjadi pada aliran parallel, pada aliran counterflow, maka dapat dilihat
pada gambar 3 tentang karakteristik perpindahan panas yang terjadi pada Double Pipe Heat
Exchanger ini. Dari gambar 3 memperlihatkan tentang pengaruh dari kenaikan bilangan
Reynolds terhadap laju perpindahan panas, q, dan koefisien perpindahan panas konveksi, h,
yang terjadi. Melalui persamaan (3), maka akan dapat dinyatakan bahwa adanya kenaikan nilai
pada bilangan Nusselt akan mempengaruhi kenaikan pada koefisien perpindahan panas
konveksi h. Sedangkan melalui persamaan (2) dapat dinyatakan bahwa perubahan nilai yang
terjadi pada koefisien perpindahan panas konveksi h, akan mempengaruhi dari nilai laju
perpindahan panas q yang terjadi.

Hasil ini juga diperlihatkan pada penelitian lain. Seperti pada penelitian Warakorm[1].
Tren yang dihasilkan pada penelitian ini juga sama. Dari tren yang dihasilkan dapat dijelaskan
bahwa adanya kenaikan bilangan Reynolds yang kecil, maka akan mempengaruhi kenaikan
bilangan Nusselt yang rendah pula. Namun seiring dengan kenaikan bilangan Reynolds yang
besar, maka pengaruh terhadap kenaikan bilangan Nusselt, juga lebih besar. Atau bisa dapat
disimpulkan bahwa, seperti pada aliran parallel, maka kenaikan laju perpindahan panas pada
aliran counterflow juga dipengaruhi oleh perubahan kenaikan bilangan Reynolds. Perbedaan
kecil yang terjadi pada aliran counterflow dibandingkan aliran parallel adalah, dengan debit
aliran yang lebih tinggi mempengaruhi perubahan kenaikan bilangan Reynolds, sehingga untuk
penelitian ini, makin tinggi debit aliran yang mengalir pada aliran counterflow, maka makin
cepat mempengaruhi kenaikan laju perpindahan panas.

Gambar 4 Pengaruh cr terhadap  – NTU aliran parallel dan counterflow


168 Mustaza Ma’a

Selain karakteristik yang ditunjukkan pada gambar 2 dan 3, penelitian yang dilakukan
ini juga menghasilkan unjuk kerja dari Double Pipe Heat Exchanger ini. Hal ini bisa dilihat dari
gambar 4. Pada gambar 4 dapat dijelaskan bahwa terdapat tren yang sama yang dihasilkan, baik
pada aliran parallel maupun counterflow. Demikian juga tren yang dihasilkan oleh penelitian
yang lain. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Rennie[4,5]. Dari grafik dapat dijelaskan bahwa
perubahan pada nilai cr dan NTU, mempengaruhi perubahan nilai pada effectiveness () yang
dimiliki oleh heat exchanger. Sedikit perubahan pada nilai NTU, memiliki pengaruh besar
terhadap nilai effectiveness (). Seiring dengan pertambahan nilai NTU, namun nilai
effectiveness () tidak mengalami kenaikan yang besar. Sehingga dapat dilihat bahwa tren grafik
yang terjadi berbentuk hiperbolik.

Dengan menggunakan persamaan (11) dan (15), maka akan didapatkan nilai
effectiveness () dan NTU. Pada cr 0,5 memiliki tren kurva yang lebih tinggi pada nilai
effectiveness () – NTU, dibandingkan dengan nilai cr 1,0 baik pada aliran parallel, maupun
pada aliran counterflow. Namun untuk perbedaan hasil pengaruh nilai cr terhadap effectiveness
() – NTU, untuk aliran parallel, pada rasio kapasitas cr 0,5 kJ/s.K, menghasilkan nilai
effectiveness () sebesar 31,42% dan NTU sebesar 0,43. Sedangkan pada aliran counterflow,
pada nilai cr 0,5 kJ/s.K menghasilkan nilai effectiveness () sebesar 31,99% dan NTU sebesar
0,42. Dari hasil ini dapat dinyatakan bahwa pada penelitian ini, untuk aliran counterflow jika
dibandingkan dengan aliran parallel, mengalami kenaikan effectiveness () sebesar 0,57% untuk
nilai cr yang sama yakni 0,5 dan NTU yang tidak mengalami perubahan yang besar.

4 Kesimpulan
Dari data eksperimen yang disajikan pada penelitian ini, maka bilangan Reynolds,
bilangan Nusselt, rasio kapasitas cr dan NTU, telah mempengaruhi karakteristik perpindahan
panas dan unjuk kerja pada alat Double Pipe Heat Exchanger ini. Dari penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh kenaikan bilangan Reynolds akan mempengaruhi
perubahan kenaikan laju perpindahan panas baik untuk aliran parallel maupun counterflow.
Pada aliran counterflow, makin tinggi debit aliran yang mengalir, makin cepat mempengaruhi
laju perpindahan panas yang terjadi pada Double Pipe Heat Exchanger ini. Pada aliran parallel,
nilai cr 0,5 menghasilkan effectiveness () sebesar 31,42% dan NTU sebesar 0,43. Sedangkan
untuk aliran counterflow, pada nilai cr yang sama, menghasilkan kenaikan effectiveness ()
sebesar 0,57% menjadi 31,99% dan NTU sebesar 0,42.

5 Daftar Pustaka

[1] Warakorm et al, “Heat Transfer and Pressure Drop Characteristics in a Double-pipe Heat
Exchanger Fitted with a Tubulator”.
[2] Mustaza Ma’a, Ary Bachtiar Krishna Putra, “Karakteristik Perpindahan Panas dan
Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah”, Proceding
Applied Engineering Seminar 2012, hal 18-22.
[3] Mehrabian, M.A, Mansouri S.H, and Sheikhzadeh G A, The overall heat transfer
characteristics of a double pipe heat exchanger : comparison of experimental data with
predictions of standard correlations, IJE Transaction B : Applications, Vol 15 No 4,
December 2002, 395 – 406.
[4] Rennie, Timothy J, Raghavan, Vijaya G.S, Experimental studies of a double pipe helical
heat exchanger, Experimental Thermal and Fluid Science, 29 (2005) 919-924.
[5] Timothy J Rennie, Vijaya G.S. Raghava , “Numerical studies of a double-pipe helical
heat exchanger”, Applied Thermal Engineering, 26, 2006, hal 1266-1273.
[6] Joshua, Folaranmi, Design and Construction of a Concentric Tube Heat Exchanger, AU
J.T. 13(2): 128 – 133 (Oct 2009).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai