Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGUBINAN DAN SATUAN UKUR KURIKULUM MATEMATIKA SD


Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika MI/SD II (Geometri dan Pengukuran)
Dosen Pengampu : Mikke Novia Indriani, M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Mahrunisa Sheptiani (2321033)

2. Zhavira Adeliyani (2321049)

3. Roikha Wardah (2321064)

4. Abidatul Mukaromah (2321065)

KELAS D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam senantiasa kami ucapkan kepada baginda nabi Muhammad Saw, nabi
sekaligus rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar serta
menyempurnakan akhlak melalui petunjuk wahyu.

Dan tidak lupa kami sampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penulisan makalah ini, khususnya ibu Mikke Novia Indriani,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Matematika MI/SD II
(Geometri dan Pengukuran), sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Pengubinan Dan Satuan Ukur Kurikulum Matematika SD”.

Demikian apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Kami berharap dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan
manfaat, menambah pengetahuan, pengalaman, serta inspirasi kepada pembaca.

Pekalongan, 26 Maret 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Konsep Pengubinan ...................................................................................................... 3


B. Satuan Ukur Berat dan Kapasitas ................................................................................. 4
C. Pengubinan dan Satuan Ukur Pada Kurikulum Matematika SD ................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 14
B. Saran ............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengubinan merupakan penempatan bangun datar dalam suatu luasan secara
tepat tanpa celah. Produser penempatan bangun datar dalam menutupi sebuah luasan
ini bertujuan menghasilkan sebuah karya seni namun menggunakan prinsip-prinsip
matematika. Pengubinan sendiri digunakan pada zaman Romawi Kuno dan merupakan
Karya Seni dalam kebudayaan muslim.
Kata Tessellation (pengubinan) sendiri berasal dari bahasa Yunani Tessera,
yang dikaitkan dengan segiempat dan ubin. Sepertinya, ini adalah sebuah indikasi dan
fakta bahwa ubin bentuk segiempat adalah yang paling mudah untuk saling menutupi
bidang segiempat yang lain tanpa menyisahkan celah. Ubin adalah fitur umum seni
dekoratif dan terjadi di dunia alami disekitar kita. Dua orang pada prinsipnya
bertanggung jawab untuk menyelidiki dan mengembangkan pengubinan Roger Penrose
yaitu seorang ahli matematika terkemuka dan M. C. Escher yaitu seorang seniman.
Pengubinan merupakan salah satu konsep matematika penting yang diberikan
kepada siswa sejak usia sekolah dasar. Oleh karena itu, para gurudan juga calon guru
mesti memahami konsep pengubinan agar dapat mengajarkan konsep pengubinan pada
siswa Sekolah Dasar.
Pengukuran adalah membandingkan nilai suatu besaran dengan satuan. Besaran
adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka-angka.
Sedangkan satuan adalah sesuatu yang menyatakan hasil pengukuran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep pengubinan?
2. Bagaimana satuan ukur berat dan kapasitas?
3. Apa itu pengubinan dan satuan ukur pada kurikulum matematika SD?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep pengubinan
2. Untuk mengetahui bagaimana satuan ukur berat dan kapasitas
3. Untuk mengetahui apa itu pengubinan dan satuan ukur pada kurikulum
matematika SD

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pengubinan
Pengubinan merupakan hasil karya yang sempurna tanpa perbedaan. Daerah
segibanyak adalah gabungan antara segibanyak dan daerah didalamnya. Pengubinan
adalah penyusunan daerah-daerah segibanyak yang sisi-sisinya berimpit sehingga
menutup bidang secara sempurna dalam arti tidak ada bagian yang tidak tertutup. 1 Kita
dapat membentuk ubin atau pengubinan dengan segitiga-segitiga, segi empat, dan segi
banyak lainnya. Seperti contoh gambar di bawah ini.
1. Model Pengubinan dengan segitiga.

2. Model Pengubinan dengan segi empat membentuk pengubinan jajargenjang.

3. Model Pengubinan dengan trapesium sama kaki.

Ada 3 macam pengubinan, yaitu :

a) Pengubinan Beraturan (regular tessellation)


Pengubinan beraturan (regular tessellation), adalah pengubinan dengan satu
macam ubin (poligon) beraturan yang semuanya kongruen, Segi banyak
beraturan memiliki sisi-sısı kongruen dan sudut-sudut kongruen, segibanyak

1
Venni Herli Sundi, dkk. “Modul Geometri & Pengukuran SD Berbasis Project Based Learning”.
(Tangerang Selatan : UM Jakarta Press, 2021), hlm. 120.

2
beraturan terdapat 3 bangun datar yang bisa digunakan pada pengubinan
beraturan yaitu sgitiga sama sisi, persegi, dan segienam beraturan.
Gambar dibawah ini merupakan gambar dari segitiga sama sisi persgi, dan
segienam beraturan.

Pengubinan dengan berbagai segi banyak beraturan.

Pengubinan dengan segitiga siku-siku dan segitiga sama kaki

Pengubinan yang dibentuk oleh segi banyak beraturan disebut dengan


pengubinan beraturan. Pada gambar pengubinan diatas menunjukkan segitiga siku-siku.
Pola pada pengubinan diatas adalah 6 segitiga siku-siku bertemu pada satu titik.
Keadaan seperti ini dikatakan bahwa konfigurasi segitiga siku-siku bertemu di satu titik
adalah (3,3,3,3,3,3).

Barisan enam 3-an ini menyatakan bahwa ada enam segitiga siku-siku bertemu
pada setiap titik sudutnya. Hal serupa juga terjadi pada gambar kedua. Pada gambar
kedua, konfigurasi segitiga sama kaki bertemu di satu titik adalah (3,3,3,3,3,3) juga.

Besar ukuran setiap sudut pada segibanyak beraturan, yaitu sebagai berikut :

1) Segitiga beraturan (segitiga sama sisi)


Gambar dibawah ini merupakan segitiga beraturan Karena jumlah ukuran sudut
dalam segitiga beraturan adalah 180, besar ukuran setiap sudutnya adalah 60.

2) Segiempat beraturan (persegi)


Gambar dibawah ini merupakan segi empat beraturan Karena segiempat
beraturan dapat dibangun dari dua segitiga, maka jumlah ukuran sudut dalam

3
segiempat itu adalah 2 x 180 =360. Dengan demikian, besar ukuran setiap sudutnya
adalah 90.

3) Segilima beraturan

Gambar di atas adalah segilima beraturan yang dibagi menjadi lima buah
segitiga kongruen. Setiap segitiga itu mempunyai jumlah ukuran sudut 1800.
Akibatnya, lima buah segitiga mempunyai jumlah ukuran sudut 5 x 180 = 900.
Ukuran sudut ini menunjukkan gabungan antara jumlah ukuran segitiga segilima
beraturan dan besar sudut pusatnya. Karena ukuran sudut pusat itu adalah 360,
jumlah ukuran segilima beraturan itu adalah 900 – 360 = 540. Dengan demikian,
besar sudut dalam segilima beraturan adalah 540 : 5 = 108.
4) Segienam beraturan

Gambar diatas merupakan segienam beraturan yang dibagi menjadi


enam buah segitiga kongruen. Setiap segitiga itu mempunyai jumlah ukuran sudut
180. jadi, enam buah segitiga mempunyai jumlah ukuran sudut 6 x180 = 1080.
Ukuran sudut ini menunjukkan gabungan antara jumlah ukuran segilima beraturan
dan besar sudut pusatnya (sudut yang ada ditengah-tengah segilima). Karena ukuran
sudut pusat itu adalah 360, jumlah ukuran segienam beraturan itu adalah 1080 – 360
= 720. Dengan demikian, besar sudut dalam segienam beraturan adalah 720 : 60 =
120.2

2
H. Sufyani Prabawanto. “Pembelajaran Pengubinan di Sekolah Dasar”. (Jakarta: Depdiknas 2017). hlm.
12.

4
b) Pengubinan Semi Beraturan (semi regular tessellation).
Pengubinan semi beraturan (semi regular tessellation), yaitu pengubinan yang
menggunakan dua atau lebih segi-n beraturan Pada pengubinan ini setiap titik
sudutnya yaitu bersekutu tiga atau lebih poligon beraturan, ada dua atau lebih
jenis poligon yang setiap jenisnya kongruen, panjang sisi semua poligon sama,
urutan sikla jenis poligon yang bersekutu di setiap titik persekutuan.
Perhatikan gambar dibawah ini merupakan gambar dari pengulinan semi
beraturan.

c) Pengubinan Setengah Beraturan


Pada pengubinan demi-reguler, jika pada suatu titik sudut persekutuan terdapat
kelompok poligon tertentu, maka pada titik sudut lainnya terdapat juga
kelompok yang sama, tetapi di samping itu ada juga titik sudut lain yang
kelompok poligonnya berbeda dari model pertama. Jadi dalam pengubinan
sebuah bidang datar dengan demi-reguler ada lebih dari satu model kelompok
poligon beraturan di titik-titik sudut persekutuan yang berbeda.
Gambar dibawah ini merupakan gambar pengubinan setengah beraturan
campuran.3

B. Satuan Ukur Berat dan Kapasitas


1. Pengertian Satuan Ukur Berat
Satuan berat merupakan standar atau dasar ukuran yang digunakan untuk
menyatakan berat dari suatu benda, misalnya buah ini beratnya 1 kg. Satuan berat
yang sering kita gunaan sehari hari adalah ons, kwintal, ton, kilogram, gram,
pound, dan Ibs. Biasanya kita menggunaan satuan berat ketika misalnya belanja di
pasar, membeli barang di toko bangunan, dan lain-lain. Nah, saat kita akan
membeli sesuatu di pasar maupun toko bangunan, terkadang kita melihat suatu alat

3
Roebyanto, Goenawan. “GEOMETRI, Pengukuran”, (Malang : Gunung Samudra, 2014)hlm. 26

5
yang digunakan untuk menghitung berat suatu benda, alat tersebut dinamakan
dengan timbangan. Ada berbagai macam bentuk timbangan, ada yang digital dan
ada yang manual, bentuknya pun berbeda beda.
2. Tangga Satuan Ukur Berat Dan Konversinya
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, macam-macam satuan berat yang sering kita
gunakan adalah ons, kwintal, ton, kilogram, gram, pound, dan lbs.

• 1 ons = 100 gram = 1/10 kg.


• 1 kwintal = 100 kg.
• 1 ton = 1000 kg.
• 1 pound = 2,20462 kg.
• 1 gram = 1/1000 kg.
• 1 lbs = 1 pound
Selain satuan berat di atas, masih ada beberapa satuan berat yang digunakan, di
antaranya:

• 1 kg = 10 ons.
• 1 ons = 1000 gram.
• 1 hg = 1 ons.
• 1 pon = 5 ons.
• 1 ton = 1000 kg.
• 1 ton = 10 kwintal.
Lalu, untuk memudahkan dalam menghafal satuan berat, perhatikan tangga satuan
berat berikut ini.

6
Keterangan:
• kg = kilogram.
• hg = hektogram (ons).
• dag = dekagram.
• g = gram.
• dg = desigram.
• cm = centigram.
• mg = miligram.
Menurut tangga satuan berat di atas, akan lebih mudah mengkonversikan satuan
berat, perhatikan beberapa contoh berikut ini.

• 1000 g = 1 kg.
• 500 dg = 5 dag.
Sebagai tambahan informasi saja, satuan ton biasanya digunakan untuk mengukur
barang yang lebih berat atau barang curah dengan jumlah banyak seperti besi, baja,
batu bara, pasir, peti kemas, tongkang dan lain-lain. Adapun satuan gram (gr/g)
biasanya digunakan untuk mengukur berat benda yang tidak berat, seperti emas
serta bahan makanan. Sementara itu, barang-barang yang beratnya dapat

7
dinyatakan dalam kwintal adalah kedelai, jagung, gabah, karton, galon, pupuk,
garam, gula, semen, cat, dan masih banyak lagi.4

Contoh hubungan satuan ukur berat:

a. 25 g = ... mg
25 g = 25 × 1.000 mg = 25.000 mg
b. 12 ton = ... kuintal
12 ton = 12 × 10 kuintal = 120 kuintal
c. 9.000 g = ... kg
9.000 g = 9.000 : 1.000 kg = 9 kg
Contoh operasi hitung satuan berat:
a. Menik dan ibunya pergi ke pasar membeli 10 kg beras, 2 kg gula pasir, 600
gram bawang, dan 500 gram cabe. Berapa hg berat belanjaan mereka?
Penyelesaian:
10 kg beras = 100 hg
2 kg gula pasir = 20 hg
600 gram bawang = 6 hg
500 gram cabe = 5 hg
+

Jumlah = 131 hg
Jadi, berat belanjaan mereka adalah 131 hg.
3. Pengertian Pengukuran Kapasitas
Pengukuran kapasitas merupakan sebuah kemampuan sebuah objek untuk
menampung sebuah zat. Zat yang dimaksud adalah zat cair,zat padat ataupun zat
gas. Kapasitas dapat diukur dengan membilang atau menentukan dengan alat ukur
tertentu, sehingga pengukuran kapasitas memunculkan banyak benda maksimal,
milimeter maksimal,gram maksimal yang dapat dimasukan pada suatu kemasan
benda.
4. Kesetaraan Satuan Kapasitas

4
Krismanto, “Geometri Dan Pengukuran,” Pendidikan Matematika 1, no. 1 (2017): 77–84, chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://repository.umj.ac.id/13078/1/2. Bahan Ajar - Geometri
dan Pengukuran - Laely Farokhah.pdf.

8
a) Tangga hitung kapasitas satuan gram

Tangga konversi satuan gram


• 1 kg = 10 ons
• 1 kg = 1000 gram
• 1 ons = 100 gram
• 1 hg = 1 ons
• 1 kwintal = 100 kg
• 1 kg= 2 pon
• 1 ton = 10 kwintal
• 1 pon = 5 ons
• 1 ton = 1000 kg
Keterangan Satuan gram:
kg = kilogram
hg(ons) = hectogram
dag =dekagram
g = gram
dg = desigram
cg = sentigram
mg = milligram
b) Tangga hitung kapasitas satuan liter

9
Tangga konversi satuan liter:
• 1 kl = 10 hl
• 1 hl = 10 dal
• 1 dal = 10 L
• 1 liter = 10 dl
• 1 dl = 10 cl
• 1 cl = 10 ml
Keterangan Satuan liter:
kl = kiloliter
hl = hektoliter
dal = dekaliter
l = liter
dl = desiliter
cl = sentiliter
ml = mililiter5
C. Pengubinan dan Satuan Ukur Pada Kurikulum Matematika SD
1. Pengubinan
Pada kurikulum matematika untuk sekolah dasar (SD), pengubinan biasanya
diajarkan dalam beberapa konteks, terutama dalam pembelajaran geometri dan
pengukuran. Berikut adalah beberapa konsep pengubinan yang mungkin termasuk
dalam kurikulum Matematika SD:
a) Pengubinan bidang datar

5
Toybah,Siti Hawa,and Vina Amalia Suganda,Geometri dan Pengukuran Berbasis Pendekatan
Saintifik, jl.Padat Karya Palembang-Indonesia, 2020, hal 203.

10
Siswa mungkin belajar tentang konsep pengubinan bidang datar dengan
menggunakan bentuk geometri dasar seperti persegi, persegi panjang, segitiga,
dan lingkaran.6 Mereka mungkin belajar cara menggambarkan pengubinan
menggunakan gambar atau model konkret.
b) Pengubinan ruang
Konsep pengubinan ruang mungkin juga diperkenalkan, terutama dalam
konteks geometri tiga dimensi. Ini bisa melibatkan pengenalan dan pemahaman
tentang bentuk-bentuk tiga dimensi seperti kubus, balok, prisma, dan limas.
c) Pengukuran dan pengubinan
Pengukuran luas dan volume merupakan bagian penting dari
pengubinan. Siswa mungkin belajar cara mengukur luas bidang pengubinan
dengan menggunakan satuan pengukuran yang relevan (misalnya, satuan
persegi). Mereka juga mungkin belajar cara mengukur volume objek tiga
dimensi dengan menggunakan satuan volume yang sesuai (misalnya, satuan
kubik)
d) Pemahaman konsep
Selain itu, penting bagi siswa untuk memahami konsep pengubinan,
seperti pemahaman bahwa pengubinan adalah pengisian ruang dengan objek-
objek tertentu tanpa celah atau tumpang tindih.

Konsep pengubinan ini biasanya diajarkan secara terintegrasi dengan konsep-


konsep matematika lainnya dalam kurikulum SD, dan seringkali diajarkan melalui
pendekatan yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pengalaman nyata untuk
membantu siswa memahaminya dengan lebih baik.7
2. Satuan Ukur
Pengukuran adalah suatu proses memberikan bilangan kepada kualitas fisik
panjang, kapasitas volume, luas, sudut, berat (massa) dan suhu. Pengukuran
merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur
yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran. menurut Suprananto mendefinisikan
pengukuran sebagai sekumpulan aturan untuk menetapkan suatu bilangan yang

6
Ririn Arini, dkk, ”Etnomatematika Bangunan Kamlunh Naga Dalam Meningkatkan Literasi Numerasi
Ditinjau Dari Aspek Geometri”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, Vol 8 No 3, 2023, hlm. 10.
7
John A Walle, Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, Jakarta:
Erlangga, 2007, hlm. 74.

11
mewakili objek, sifat atau karakteristik, atribut dan tingkah laku. Sedangkan Azwar
mendefinisikan pengukuran sebagai suatu prosedur pemberian angka (kuantifikasi)
terhadap atribut atau variabel sepanjang garis kontinum.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
merupakan suatu prosedur membandingkan antara atribut yang akan di ukur dengan
alat ukurnya. Pengukuran dalam pelajaran matematika di Sekolah Dasar terdapat
beberapa pengukuran diantaranya: pengukuran satuan waktu, pengukuran satuan
panjang, pengukuran satuan berat, dan pengukuran satuan kuantitas. Di dalam bab
pembahasan pengukuran tersebut membahas bagaimana cara membandingkan suatu
besar pengukuran, bagaimana cara menyelesaiakan yang berkaitan dengan satuan
tersebut, dan menentukan hubungan antar satuan pengukuran. Namun pada bagian ini
pengukuran yang dimaksud pada materi di kelas 1 SD yaitu pengukuran waktu dan
pengukuran panjang.8
Dalam Kurikulum Matematika Sekolah Dasar, terdapat berbagai satuan ukur
yang digunakan untuk mengukur konsep-konsep matematika yang diajarkan kepada
siswa. Berikut adalah beberapa contoh satuan ukur yang umum digunakan:
a. Panjang
Ada dua macam satuan ukuran panjang yaitu:
1) Satuan ukuran panjang tak baku, misalnya: jengkal, hasta, depa, langkah, dan
lengan.
Satuan ukuran panjang tak baku tidak lazim digunakan karena sifatnya
tidak tetap dan selalu berubah-ubah. Namun dalam masyarakat tradisional hal
itu masih sering digunakan.
2) Satuan ukuran panjang baku
Satuan ukuran panjang baku ditetapkan melalui perjanjian internasional
dan sifatnya tetap. Satuan ukuran panjang baku standar internasional adalah
kilometer (km), hectometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm),
sentimeter (cm), dan milimeter (mm).
Satuan ukur untuk panjang biasanya menggunakan meter (m) sebagai
satuan dasar. Namun, dalam konteks sekolah dasar, seringkali digunakan satuan
yang lebih sederhana seperti sentimeter (cm) atau desimeter (dm).

8
Nanik Sukarwati, “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatan Prestasi Belajar Matematika
Siswa Pada Materi Pengukuran”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Matematika (JP2M), Vol. 3, No. 1, Maret
2017, hlm. 35-36.

12
Contoh:

Panjang dan lebar buku yang diukur dengan mistar/penggaris adalah


30 cm dan 20 cm.

• Panjang dan lebar buku disebut besaran (30 dan 20)


• Sedangkan cm disebut satuan

Keterangan :

• Setiap turun satu tangga dikalikan 10


• Setiap turun dua tangga dikalikan 100 dan seterusnya.
• Setiap naik satu tangga dibagi 10
• Setiap naik dua tangga dibagi 100 dan seterusnya.

Contoh 1
1 km = 10 hm = 100 dam = 1000 m dan seterusnya.
1000 mm = 100 cm = 10 dm = 1 m dan seterusnya

Contoh 2
4,2 km = . . . dm
Jawab:
4,2 km = 42000 dm

Alat ukur untuk mengukur panjang di antaranya:

13
b. Luas
Satuan ukur luas menggunakan persegi meter (m²) sebagai satuan dasar. Di
sekolah dasar, siswa biasanya mengenal konsep luas dengan menggunakan
persegi sentimeter (cm²) atau persegi desimeter (dm²).

c. Volume
Volume diukur menggunakan meter kubik (m³) sebagai satuan dasar. Namun,
dalam pembelajaran di sekolah dasar, satuan yang lebih umum digunakan
adalah sentimeter kubik (cm³) atau liter (L).
d. Berat
Satuan ukur untuk berat biasanya menggunakan gram (g) atau kilogram (kg).
Di sekolah dasar, siswa mempelajari konsep berat dengan menggunakan gram
atau kilogram, tergantung pada skala pengukuran yang diperlukan.
e. Waktu
Waktu diukur dengan menggunakan satuan jam (h), menit (min), dan detik (s).
Di sekolah dasar, siswa mulai belajar tentang konsep waktu, seperti jam, menit,
dan detik, serta cara membaca jam analog dan digital.9

9
Kemendikbud, Kurikulum 2013: Pembelajaran SD/MI Kelas 1, tahun 2013, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengubinan atau pengukuran merupakan salah satu konsep matematika yang
sangat penting untuk diajarkan di tingkat SD. Hal ini karena pengukuran membantu
anak-anak memahami konsep-konsep seperti ukuran, perbandingan, estimasi, dan
penggunaan angka dalam konteks nyata. Dalam kurikulum matematika SD yang baik,
pengajaran pengubinan harus dilakukan dengan pendekatan saintifik. Hal ini dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep tersebut dengan lebih baik dan dapat
menerapkannya dalam situasi sehari-hari.
Kurikulum matematika SD juga harus memperhatikan penggunaan satuan ukur
yang tepat sesuai dengan tingkat pemahaman dan pengalaman siswa. Misalnya,
mengajarkan siswa untuk mengukur panjang dengan menggunakan satuan meter atau
sentimeter, serta mengukur berat dengan menggunakan gram atau kilogram. Melalui
pengajaran pengubinan dan satuan ukur, kurikulum matematika SD juga bertujuan
untuk mengembangkan keterampilan matematika siswa seperti pengukuran,
perbandingan, estimasi, dan pemahaman konsep bilangan.

B. Saran
Dalam penyajian makalah ini tidak terlepas dari kesalahan, kami meminta saran
dan kritiknya, apabila dalam menyelesaikan makalah ini banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca
makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arini. Ririn. dkk. ”Etnomatematika Bangunan Kamlung Naga Dalam Meningkatkan Literasi
Numerasi Ditinjau Dari Aspek Geometri”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar. Vol 8
No 3. (2023).
Kemendikbud. Kurikulum 2013: Pembelajaran SD/MI Kelas 1. tahun 2013. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Krismanto. “Geometri Dan Pengukuran.” Pendidikan Matematika 1, no. 1 (2017): 77–84.
chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://repository.umj.ac.id/13078/1/2.
Bahan Ajar - Geometri dan Pengukuran - Laely Farokhah.pdf.

Prabawanto. H. Sufyani. (2017). “Pembelajaran Pengubinan di Sekolah Dasar”. Jakarta:


Depdiknas.
Roebyanto, Goenawan. (2014) “GEOMETRI, Pengukuran”, Malang : Gunung Samudra.
Sukarwati. Nanik. “Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatan Prestasi Belajar
Matematika Siswa Pada Materi Pengukuran”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Matematika (JP2M). Vol. 3. No. 1. Maret. (2017).
Sundi. Venni Herli. dkk. (2021). “Modul Geometri & Pengukuran SD Berbasis Project Based
Learning”. Tangerang Selatan : UM Jakarta Press.
Toybah, Siti Hawa, & Vina Amalia Suganda. (2020). Geometri dan Pengukuran Berbasis
Pendekatan Saintifik. Jalan Padat Karya Palembang, Indonesia. hal 203.
Walle. John A. (2007). Pengembangan Pengajaran Matematika Sekolah Dasar dan
Menengah, Jakarta: Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai