Anda di halaman 1dari 5

FATWA-FATWA ULAMA TENTANG BUNGA DAN BANK (Majalah Salafy Edisi No.

III/Syawal/1416/1996) Keputusan Majelis Fiqih Rabithah Alam Islami Sesungguhnya majelis fiqih Islam dalam pertemuan rutinnya yang kesembilan, yang diadakan di Gedung Rabithah Alam Islami di Makkah Al-Mukarramah mulai hari Sabtu 12 Rajab 1406 H sampai Sabtu 29 Rajab 1406 H telah melihat/membahas masalah tersebarnya bang-bank riba dan muamalat (hubungan) manusia dengannya serta tidak adanya pengganti daripadanya. Hal ini dikemukakan kepada majelis oleh Doktor Amin Al'am yang mulia sebagai wakil pimpinan majelis. Majelis telah mendengarkan dari tokoh-tokoh anggotanya tentang permasalahan yang gawat ini karena telah dilanggar padanya suatu yang jelas keharamannya dari Al-qur'an, sunnah dan ijma'. Dari berbagai penilitian ekonomi akhir-akhir ini telah ditetapkan bahwa riba sangat berbahaya bagi keselamatan ekonomi dunia, politik, dan akhlak. Riba adalah sumber kesengsaraan dan bencana yang terjadi di dunia ini. Dan tidak ada keselamatan dari bencana ini kecuali dengan mencabut penyakit yang jelek ini dari akarnya, karena ini adalah penyakit yang telah dilarang oleh Islam sejak empat belas abad yang lalu. Pada perkembangan selanjutnya terjadilah langkah amal yang diberkahi, yaitu didirikannya bank-bank Islam yang bersih dari riba dan dari muamalat-muamalat yang dilarang oleh syariat. Berdirinya bank-bank Islam tersebut menunjukkan dustanya dakwah kaum liberalis dan orang yang terpengaruh Barat yang menanggap mustahil ditegakkannya syariat Islam dalam masalah ekonomi karena menurut anggapan mereka, tiada ekonomi tanpa bank dan tiada bank tanpa bunga. Selain itu termasuk juga keputusan-keputusan majelis adalah sebagai berikut: Wajib bagi kaum muslimin untuk menghentikan apa yang telah dilarang Allah, yaitu bermuamalat dengan riba, baik itu mengambil atau memberi, dan bekerjasama dengannya dalam bentuk apapun. Majelis lega melihat didirikannya bank-bank Islam yang sesuai dengan syariat sebagai pengganti bank-bank riba dan majelis berpendapat pentingnya perluasan dengan mendirikan bank-bank ini di setiap penjuru wilayah Islam dan di setiap tempat berkumpulnya kaum muslimin di luar daerahnya. Iniagar terbentuk suatu jaringan yang kuat, yang mempersiapkan (kehidupan) ekonomi Islam yang sempurna. Diharamkannya atas setiap muslim yang memungkinkan bermuamalah dengan bank Islam bermuamalah dengan bank riba di saat adanya bank-bank Islam sebagai penggantinya. Dan wajib atasnya untuk mengganti yang jelek dengan yang baik dan merasa cukup dengan yang halal dari yang haram. Wajib menghibmau para pemerintah di negeri-negeri Islam dan para penanggung jawab bank-bank riba di negeri-negeri tersebut untuk segera bersungguh-sunguh membersihkan negerinya dari kotoran riba. Setiap bunga yang diambil dari bank-bank riba adalah harta yang haram secara syariat, tidak boleh dimanfaatkan oleh seorang muslim (yang menyimpan hartanya di bank) untuk dirinya dan keluarganya, dari segi apapun dan wajib baginya untuk menyalurkan harta (bunga) tersebut untuk kepentingan umum kaum muslimin seperti sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Dan itu bukan sedekah (tidak terhitung sedekah) tapi mensucikan diri dari barang haram. Tidak boleh seorang muslim membiarkan bunga tersebut untuk bank-bank itu dalam keadaaan bagaimanapun juga, karena itu akan memperkuat bank-bank tersebut dan akan menambah dosanya dengan itu terutama jika hartanya ada pada bank-bank luar negeri. Ini karena biasanya mereka menyalurkan harta tersebut untuk yayasan-yayasan Kristen dan Yahudi. Dengan demikian jadilah harta kaum muslimin menjadi senjata untuk memerangi kaum muslimin dan menyesatkan mereka dari aqidahnya.

Dan maklum bahwa yang demikian dengan tidak boleh melanjutkan muamalahnya dengan bank-bank riba tersebut (dapat faidah ataupun tidak). Mejelis juga meminta kepada pendiri bank-bank Islam untuk memilih anggota-anggotanya yang Islam dan shalih dan agar memimpin mereka dengan mengarahkan, memahamkan dan menata akhlak mereka sesuai dengan syariat Islam. Allah-lah yang memberi taufik dan hidayah ke jalan yang lurus. (Majalah Ad-Da'wah 1037) Hukum Bermuamalah dengan Bank Soal 1: Apakah hukum syariat tentang perkara-perkara berikut ini: Menyimpan herta di bank dan setiap tahun mendapatkan bunga? Meminjam dari bank dengan bunga sesuai dangan jangka waktu tertentu Menyimpan harta dibank tapi tidak mengambil bunga? Pegawai yang bekerja di Bank-bank tersebut, sebagai direktur atau selainya? Pemilik tanah yeng menyewakan tempatnya untuk bank tersebut? Jawab: Tidak boleh menyimpan harta di bank untuk mendapatkan bunga, dan tidak boleh meminjam dengan bunga karena semua itu merupakan riba yang jelas. Dan tidak boleh pula menitipkan harta dengan faedah (bunga) pada selain bank. Demikian pula meminjam dengan bunga dari siapapaun selain bank. Yang demikian ini haram menurut semua ulama berdasarkan firman Allah: "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al-Baqarah:275) Dan Allah berfirman : "Allah memusnahkan riba(menghilangkan berkahnya) dan menyuburkan (membungakan) sedekah." (Al-Baqarah:276) Dalam ayat lain Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman tinggalkan apa-apa yang tersisa dari riba kalau kalian orang-orang yang mukmin . Maka jika kalian tidak melakukanya maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya (Allah akan memerangi kalian) dan jika kalian taubat (dari pengambilan riba ) maka bagi kalian pokok harta kalian, kalian tidak menganiaya dan tidak dianiaya." (Al-Baqarah:278-279) Kemudian Allah menyatakan setelah itu semua: "Dan jika ia(orang yang berhutang itu ) dalam kesukaran, maka berilah taggguh sampai dia mampu." (Al-Baqarah:280) Dia (Allah) memperingatkan hamba-hamba-Nya dengan ayat ini bahwa orang yang memberi hutang tidak boleh menuntut orang yang tidak mampu membayar hutangnya serta tidak membebaninya dengan tambahan harta sebagai pengganti waktu tunggu tetapi dia wajib menuggunya sampai orang itu mampu, tanpa tambahan apapun karena tidak mampu membayar. Ini merupakan rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-hambanya serta perlindungannya bagi mereka dari kedhaliman dan kerakusan yang merusak mereka dan tidak memberi manfaat bagi mereka. Adapun menitipkan harta di bank-bank riba tanpa mengambil faidah(bunga) maka tidak apa-apa jika terpaksa seorang muslim untuk melakuknya. Adapun bekerja di Bank-bank riba tidak diperbolehkan, sama saja apakah dia sebagai direktur, sekretaris, bendahara atau lainya karena Alllah berfirman: "Tolong menolonglah atas kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong atas dosa dan permusuhan;"(Al-Maidah:2) Dan juga karena apa yanag telah diriwayatkan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau melaknat pamakan riba, pemberi riba, penulisnya dan 2 saksi kemudian beliau bersabda:

"mereka sama."(HR.Muslim) Selain ayat dan hadits diatas masih banyak sekali dalil-dalil yang menunjukan haramnya berta'awun (tolong menolong) dalam kemaksiatan. Dalil diatas juga melarang menyewakan tanah kepada pengusaha-pengusaha bank-bank riba, karena ini menunjukan dukungan pada perbuatan riba mereka. Kita meminta kepada Allah agar memberi hidayah kepada kita semua dan memberi taufik kepada kaum muslilimin seluruhnya, para pemerintah dan rakyatnya untuk memerangi riba dan berhati-hati dari padanya, serta merasa cukup dengan apa-apa yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya pada perkara-perkara muamalah yang sesuai dengan syariat karena Dia-lah yang berkuasa atasnya. (Syaikh bin Bazz) Soal 2: Seseorang memiliki sejumlah uang yang kemudian disimpan pada salah satu bank dengan tujuan sebagai amanah yang dijaga olehnya dan dia mengeluarkan zakatnya setiap tahunnya. Apakah yang demikian itu diperbolehkan.? Jawab: Tidak boleh memberikan amanah kepada bank riba walaupun tidak mengambil faidah(bunga) karena yang demikian termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan dan Allah telah melarang yang demikian tetapi jika seseorang terpaksa melakukan yang demikian dan tidak mendapati sesuatu yang bisa menjaga hartanya kecuai bank-bank riba itu, maka tidak apa-apa, Insya Allah karena darurat. Allah berfitrman: "Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, keculai apa yang terpaksa kamu memakanaya." (Al-An'am:119) Tetapi Jika dia mendapati adanya bank Islam atau tempat yang terjaga lainya yang tidak ada padanya tolong menolong dalam dosa dan permusuhan, maka wajib dia menitipkan hartanya disana tidak boleh menyimpan di bank-bank riba. (Syaikh bin Bazz) Soal3: Apa hukumnya menitipkan harta dibank-bank dengan keuntungan tertentu? Jawab: Menyimpan harta di bank dengan keuntungan tertentu tidak diperbolehkan karena ini adalah aqad (Perjanjian) yang mengandung riba. Allah telah berfirman (yang artinya): "Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba"(Al-Baqarah:275) Dalam firman lain (yang artinya ): "Wahai orang-orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak melakukanya maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangi kamu dan Jika kamu bertaubat maka bagimu pokok hartaamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya."(Al-Baqarah:278-279) Keuntungan yang diambil oleh penyimpan harta tidak ada berkahnya Allah brfirman (yang artinya): "Allah memusnahkan (menghilangkan berakhnya) riba dan menyuburkan sedekah."(Al-Baqarah: 276) Riba semacam ini termasuk jenis "nasiah" dan "fadl", karena si penitip memberikan uangnya kepada bank dengan syarat. Diakibatkanya pada waktu tetentu dengan keuntungan tertentu. (Lajnah Daimah) "Tunjangan" Itulah Intinya Riba Soal: Salah satu bank menawarkan kepada penanggung jawab kas pelajar untuk menitipkan kekeyaanya pada mereka dengan imbalan apa yang mereka namakan

"tunjangan," yang berupa sejumlah sejumlah uang yang mereka berikan tanpa ada syarat apa-apa kecuali dititipkannya harta itu pada mereka (bank). Bank kemudian akan mengolahnya dan mengembangkanya. Apakah boleh menitipkan harta pada bank tersebut? Jawab: Perbuatan yang demikian itu tidak diperbolehkan karena (tunjangan) itulah intinya riba. Hakikatnya adalah bahwa bank tersebut memakai harta kas itu dengan faidah (bunga) tertentu yang kemudian diberikan kas tersebut. Adapun apabika bank menamakanuya "tunjangan" hanyalah sebagai pengkaburan dan tipuan untuk menutupi riba tersebut . dan riba adalah riba walaupun manusia menamakannya apa saja .Wallahu musta'an. (Syaikh Bin Bazz) Hukum Mengambil fidah Bank untuk digunakan pada kepentingan Umum Soal: Kami adalah oarng-orang Turki yang bekerja di Saudi Arabia. Negeri Kami, sebagaimana yang anda ketahui dibangun diatas "Ilmaniah"(sekularisme). Secara hukum dan Undang-undang, riba tersebar di negeri kami dengan sangat mengherankan, hingga mencapai 50% dalam waktu 1 tahun. Kami disini sangat membutuhkan jasa bank-bank tersebut untuk mengirim uang kepada keluarga-keluarga kami di Turki. Demikian pula kami (Terpaksa) menitipkan uang dibank-bank tersebut karena khawatir hilang, kecurian atau masalah lainya. Dengan gambaran semacam ini kami mengajukan 2 pertanyaan kepada Fadhilatusy Syaikh untuk memberi kami fatwa dalam urusan ini, jazakumullah khairal jazaa. Bolehkah kami mengambil riba (bunga) dari bank tersebut kemudian kami sedekahkan kepada fakir miskin dan membangun tempat-tempat kebikan daripada ditinggalkana (harta tersebut) di bank. Kalau tidak boleh, maka apakah boleh menyimpan uang di bank-bank tersebut dengan alasan darurat (terpaksa) untuk menjaga dari kehilangan atau kecurian dengan tanpa mengambil bunganya, di mana perlu diketahui bahwa bank tersebt akan mengunakanaya selama harta tersebut disana? Semoga Allah meluruskan langkah anda dan memberi manfaat dengan anda dan memimpin anda kepada yang dicintai-Nya. Jawab: Jika terpaksa mengirimakan uang melalui bank-bank riba itu, maka tidak apa-apa insyaAllah, karena firman Allah ta'ala (yang artinya): "Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan -Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakanya." (Al-An'aam:119) Tiada diragukan lagi bahwa pengiriman melalui bank adalah kebutuhan darurat saat ini. Demikian pula penitipan uang di bank-bank riba, jika dalam keadaan darurat dan tidak ada syarat bunga, dan jika diberi faidah (bunga) tanpa ada kesepakatan syarat tertentu maka tidak apa-apa untuk dipakaia dalam kepentingan umum dan usaha-usaha kebaikan, membantu fakir miskindan orang yang terlilit hutang dan lain sebagainya, dan jangan dipergunakan (bunga tersebut ) untuk dimanfaatkan (bagi kepentingan pribadi atau keluarganya). Hukum harta tersebut adalah harta yang merusak kaum muslimin jika dibiarkan (tidak diambil dari bank), bersama dengan itu juga merupakan hasil yang tidak halal, maka dipergunakan untuk kepentingn kaum muslimin lebih utama daripada dibiarkan untuk orang-orang kafir karena mereka akan memakainya untuk apa-apa yang diharamkan Allah. Tapi jika memungkinkan pengiriman melalui bank-bank Islam atau dengan cara lain yang mubah, maka dilarang mengirimkan uang melaui bank-bank riba, demikian pula jika memungkinkan menitipkan uang di bank-bank Islam atau badan-badan usaha (keuangan) Islam, maka tidak diperbolehkan menitipkan uang dibank-bank riba karena hilangnya alasan darurat.Wallahu Waliyut Taufiq.

(Syaikh bin Bazz) Hukum Bekerja dan Menyimpan Harta di Bank-Bank Riba Tanpa Mengambil Bunga Soal: Apa hukum Islam terhadap orang yang bekerja di Bank dan menaruh hartanya disitu tanpa mengambil bunga? Jawab: Tak dapat disangkal lagi, bekerja di Bank yang bermuamalah dengan riba tidak diperbolehkan karena demikian adalah menolong mereka dalam dosa dan permusuhan .Alah telah berfirman (yang artinya): "Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan." (Al-Maidah:2) Nabi juga telah melaknat pemakan riba dan pemberinya, penulis dan dua saksinya seperti dalam hadits Muslim. Tentang menaruh harta di bank riba tanpa mengambil bunga tentu lebih selamat jika meniggalkanya keculai karena darurat (terpaksa) karena walaupun tanpa mengambil bunga, ini merupakan dukungan terhadap amal riba dan dikhawatirkan pelakunya menjadi salah satu dari penolong-penolong dalam dosa dan permusuhan, walaupun dia tidak berniat demikian. Adalah wajib untuk berhati-hati dari apa-apa yang diharamkan oleh Allahdan mencari jalan selamt untuk memelihara hartanya ataupun mempergunakanya. Semoga Allah memudahkan secepatnya berdirinya bank-bank Islam yang selamat dari amal-amal riba. Sesungguhnya Dia adalah pemilik dan berkuasa diatasnya. (Syaikh Bin Bazz) Soal: Bolehkah bekerja di yayasan-yayasan riba sebagai supir atau penjaga (satpam) ? Jawab: Tidak diperbolehkan bekerja di yayasan-yayasan riba walaupun sebagai supir atau penjaga (satpam). Yang demikian karena masuknya dia sebagai pegawai disitu menunjukan keridhaanya. Karena seorang yang mengingkari sesuatu tidak mungkin akan bekerja untuk kemaslahatanya. Jika dia bekerja untuk kemaslahatanya maka dia berarti ridha padanya, sedangkan seseorang yang ridha pada yang haram akan medapatkan bagian dosanya. Sedangkan orang yang langsung terlibat pada muamalahnya, penulisannya, pengirimanaya, penitipanya dan lain sebagainya, maka tidak ragu lagi bahwa yang demikian langsung mengenai keharamanya. Dan telah tetap(sahih) riwayatnya dari hadits Jabir ra bahwa beliau e melaknat pemakan riba, pemberinya, dua saksinya dan penulisnya, kemudian beliau bersabda (yang artinya): " mereka semua sama". (Syaikh Ibnu Utsaimin) *** di copy - paste dari email al akh Sulaiman Rasyid

Anda mungkin juga menyukai