Standar SPPN AB 2023 Final TTD Dirjenpas
Standar SPPN AB 2023 Final TTD Dirjenpas
(SPPn AB)
PENANGGUNG JAWAB
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
TIM PENYUSUN
Direktorat Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Anak
Pujo Harinto, Bc.IP., S.Sos., M.Si
Giyanto, S.IP.,M.Si
Dr. Surya Permana Barus, A.Md.I.P., S.Sos., M.Si.
Muhtar, A.Md.I.P., S.H., M.Si.
Ina Imelga Leora Putranto
Indah Tri Wahyuni
Wahono Widodo., S.Pd.
Fadhila Hasna Kumalasari, A.Md.P.
Tamyis Ade Rama, S.Psi., M.M.
DITERBITKAN OLEH
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Veteran Nomor 11, Jakarta Pusat
Telp. (021) 3857 611
Tahun 2023
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
STANDAR SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN ANAK BINAAN (SPPn AB)
MEMUTUSKAN
Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
TENTANG STANDAR SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN
ANAK BINAAN (SPPn AB).
KESATU Standar Sistem Penilaian Pembinaan Anak Binaan (SPPn
AB) adalah pedoman dalam melaksanakan penilaian
pembinaan Anak Binaan dengan metode pengamatan
perilaku sebagaimana tercantum pada lampiran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
a. Latar Belakang;
b. Dasar Hukum;
c. Definisi Global dan Detail Standar;
d. Maksud dan Tujuan;
e. Kebutuhan Sumber Daya Manusia;
f. Kebutuhan Sarana Prasarana;
g. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur;
h. Jangka Waktu Penyelesaian;
i. Kebutuhan Biaya Pelaksanaan; dan
j. Instrumen Penilaian Program.
KEEMPAT Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan ini mulai
berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
apabila terdapat perubahan akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Agustus 2023
Puji Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat dan anugerah-Nya sehingga Standar Sistem Penilaian
Pembinaan Anak Binaan (SPPn AB) telah selesai disusun.
PUJO HARINTO
NIP 196703311990011001
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya penyusunan Standar Sistem Penilaian Pembinaan Anak Binaan
(SPPn AB) dapat diselesaikan dengan baik. Standar SPPn AB ini mengatur
sistematika, mekanisme, dan prosedur penilaian pembinaan Anak Binaan.
Penilaian terhadap Anak Binaan ini sejatinya sejalan dengan tujuan
pemasyarakatan yakni meningkatkan kualitas kepribadian dan kemandirian
Anak Binaan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik, taat hukum,
bertanggung jawab, dan dapat aktif berperan dalam pembangunan.
Standar SPPn AB ini merupakan buku yang terbuka yang setiap waktu
menjadi pelajaran dan pembelajaran. Harapannya Standar SPPn AB ini
mampu menjadi acuan dan pedoman bagi seluruh petugas pemasyarakatan
dalam menjalankan pembinaan terhadap Anak Binaan dengan
mengedepankan objektivitas penilaian. Akhirnya, saya haturkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat dan mendukung terwujudnya
standar ini. Semoga standar ini dapat berguna sebaik-baiknya bagi kemajuan
penyelenggaraan pemasyarakatan.
1
1.10.1. PENGERTIAN DAN TUJUAN ..................................................... 37
1.10.2. JUSTIFIKASI VARIABEL, ASPEK, DAN ITEM PENILAIAN ......... 38
1.10.2.1. PENCATATAN ANAK PENYANDANG DISABILITAS .............. 38
1.10.2.2. VARIABEL PENILAIAN PEMBINAAN KEPRIBADIAN ............ 40
1.10.2.3. VARIABEL PENILAIAN PEMBINAAN KEMANDIRIAN ........... 53
1.10.2.4. VARIABEL PENILAIAN PERILAKU ...................................... 54
1.10.2.5. VARIABEL PENILAIAN KONDISI MENTAL .......................... 65
1.10.2.6. PENANDATANGANAN KESETIAAN TERHADAP NKRI ......... 74
1.10.2.7. PENANDATANGANAN PERNYATAAN TIDAK MENGULANGI
(SEMUA JENIS) TINDAK PIDANA ......................................................... 74
1.10.3. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ............................ 77
1.10.4. GRAFIK PERKEMBANGAN PENILAIAN ..................................... 81
1.11. LAMPIRAN ..................................................................................... 86
1.11.1. INSTRUMEN SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN ANAK BINAAN . 86
1.11.2. FORMAT POST-TEST PENGETAHUAN (PELATIHAN
KETERAMPILAN) .................................................................................... 87
1.11.3. LEMBAR PENILAIAN DIRI SELF-ASSESSMENT ....................... 91
1.11.4. SURAT PERNYATAAN SETIA KEPADA NKRI (UNTUK ANAK
BINAAN BERAGAMA ISLAM) .................................................................. 96
1.11.5. SURAT PERNYATAAN SETIA KEPADA NKRI (UNTUK ANAK
BINAAN NON-MUSLIM) ........................................................................... 99
1.11.6. SOP PENDATAAN, KOORDINASI, PENANDATANGANAN,
PUBLIKASI, DAN BIMBINGAN LANJUTAN ............................................ 102
2
1.1. LATAR BELAKANG
Secara filosofis, sistem pemasyarakatan Indonesia merupakan sistem
pemasyarakatan yang telah maju. Sistem pemasyarakatan Indonesia telah
lama meninggalkan sifat retributif (pembalasan) dan penjeraan (Haryadi &
Wening, 2022). Hal tersebut dapat tercermin dalam tujuan pemasyarakatan,
asas, dan fungsi pemasyarakatan. Pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:
a. memberikan jaminan perlindungan terhadap hak tahanan dan anak
b. meningkatkan kualitas kepribadian dan kemandirian Warga Binaan agar
menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak
pidana, sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik, taat hukum,
bertanggung jawab, dan dapat aktif berperan dalam pembangunan.
Dalam konteks anak, ditinjau secara filosofis, tujuan, asas, dan fungsi,
sistem pemasyarakatan telah banyak mengadopsi nilai-nilai yang terkandung
dalam Beijing Rules dan Havana Rules. Dalam Beijing Rules, negara-negara
didorong untuk menjamin kehidupan dari Anak Binaan agar berguna bagi
masyarakat dengan memberi perhatian lebih dalam mempromosikan well-
being dari Anak Binaan (Beijing Rules, 1985). Sementara itu, dalam Havana
Rules, negara anggota didorong untuk terus menjaga dan meningkatkan
kualitas fisik dan mental dari Anak Binaan. Secara garis besar, peraturan-
peraturan internasional di atas memiliki nilai-nilai yang bertujuan untuk
3
melindungi anak yang merupakan kelompok rentan, khususnya Anak
Binaan yang ditempatkan di LPKA.
Sampai saat ini, masih didapati Anak Binaan yang ditempatkan di Lembaga
Pemasyarakatan dengan narapidana dewasa. Meskipun terdapat penilitian-
penelitian yang menyatakan bahwa penempatan anak dalam fasilitas
penahanan dewasa dapat mempengaruhi tingkat depresi yang dialami oleh
anak (Ng et al., 2011)—tetapi penempatan anak dalam Lembaga
Pemasyarakatan sejatinya disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan yang
paling umum adalah bahwa di Indonesia jumlah LPKA hanya ada satu di tiap
provinsi, yang mana penempatan seorang anak di Lembaga Pemasyarakatan
bertujuan untuk lebih mendekatkan Anak Binaan tersebut dengan
keluarganya. Dengan alasan ini, keluarga dari Anak Binaan tersebut
diharapkan dapat lebih sering mengunjungi anaknya. Penelitian
menunjukkan bahwa Anak Binaan yang lebih konsisten dikunjungi oleh
keluarga atau kerabatnya cenderung tidak melakukan residivisme ketika ia
bebas nanti (Young, 2021).
Dalam mencapai tujuan tersebut, SPPn AB membawa dua nilai, yaitu gender
equality dan gender equity. Gender equality merupakan kesetaraan antara
perempuan dan laki-laki, yang mana mereka harus memiliki kondisi yang
sama dalam pemenuhan Hak Asasi Manusia dan berkontribusi serta
diuntungkan dalam ekonomi, sosial, budaya, politik, dan pembangunan (de
Austria, 2014). Sementara itu, gender equity merupakan proses dalam
mendorong keadilan antara perempuan dan laki-laki. Dalam rangka
mendorong gender equity, diperlukan affirmative action terhadap perempuan
untuk menyelesaikan persoalan ketidaksetaraan yang telah menyejarah yang
menyebabkan perempuan dirugikan dalam berbagai bidang kehidupan di
dunia (social, ekonomi, politik, dan lain-lain) (de Austria, 2014).
Hal tersebut juga sejalan dengan arahan RPJMN 2020-2025 dalam hal
Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan. Pada Bab V tentang
Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, arahan kebijakan yang
diamanahkan adalah “Memperkuat Moderasi Beragama untuk
Mengukuhkan Toleransi, Kerukunan dan Harmoni Sosial”. Dalam rangka
menciptakan hal tersebut terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
(BAPPENAS, 2020). Pertama, Penguatan cara pandang, sikap, dan praktik
beragama dalam perspektif jalan tengah untuk memantapkan persaudaraan
dan kebersamaan di kalangan umat beragama melalui pengembangan
penyiaran agama untuk perdamaian dan kemaslahatan umat. Kedua,
Penguatan harmoni dan kerukunan umat beragama melalui perlindungan
umat beragama untuk menjamin hak-hak sipil dan beragama serta
pembangunan solidaritas sosial, toleransi, dan gotong-royong. Ketiga,
penyelarasan relasi agama dan budaya melalui penghargaan atas ekspresi
budaya berbasis nilai-nilai agama. Keempat, peningkatan kualitas pelayanan
7
kehidupan beragama melalui peningkatan fasilitasi pelayanan keagamaan
(BAPPENAS, 2020).
8
Bentuk implementasi terhadap akomodasi terhadap disabilitas adalah
sebagai berikut:
• Terdapat pencatatan disabilitas Anak Binaan pada data demografi Anak
Binaan atas pertimbangan 2 (dua) hal. Pertama, disabilitas yang terdiri
dari berbagai jenis harus dicatat agar pihak LPKA dapat memberikan
penanganan yang tepat. Kedua, adanya keinginan untuk tidak
membatasi kemampuan dan kreativitas Anak Binaan dengan disabilitas.
Akomodasi terhadap disabilitas tidak dalam bentuk frekuensi, tetapi
catatan-catatan dari petugas pemasyarakatan agar nilai yang didapat
adalah nilai yang kontekstual dan pengidap disabilitas bisa mendapatkan
hak yang sama.
• Perhatian pada Anak Binaan penyandang disabilitas ini diharapkan dapat
meningkatkan komitmen tiap Lembaga Pembinaan untuk
mengakomodasi kebutuhan Anak Binaan penyandang disabilitas dengan
sarana dan/atau pra-sarana yang memadai.
9
a. Pasal 1 ayat (1) menjelaskan penyandang disabilitas sebagai
setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan
warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
b. Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bahwa jenis disabilitas terdiri dari
disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas mental,
dan/atau disabilitas sensorik. Lebih lanjut, dalam ayat (2)
disebutkan bahwa jenis disabilitas-disabilitas tersebut dapat
dialami secara tunggal, ganda, atau multi dalam jangka waktu
lama yang ditetapkan oleh tenaga medis.
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana
Kekerasan Seksual;
a. Pasal 4 ayat (1) dan (2) mengatur tentang jenis-jenis tindak
pidana kekerasan seksual, yang meliputi non-fisik dan fisik.
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan;
a. Standar Sistem Penilaian Pembinaan Anak Binaan disusun
dengan mengingat bahwa bahwa pemasyarakatan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem peradilan pidana
terpadu yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai bagian
dari proses penegakan hukum dalam rangka pelayanan serta
pembinaan dan pembimbingan untuk reintegrasi sosial.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999
tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.01.PK-04.10 Tahun 2007 tentang Wali
Pemasyarakatan;
11. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: PAS-
23.OT.02.02 Tahun 2018 tentang Standar Pengasuhan Anak;
12. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: PAS-
10.OT.02.02 Tahun 2021 tentang Sistem Penilaian Pembinaan
Narapidana; dan
10
13. Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor
97/PUU- XIV/2016.
a. Putusan ini mempertegas pengakuan atas masyarakat yang
merupakan pemeluk agama minoritas atau aliran kepercayaan,
khususnya secara administratif.
11
pelayanan pemasyarakatan yang mengatur bagaimana dan kapan harus
dilakukan, di mana dan oleh siapa harus dilakukan, apa dan bagaimana
instrumen monitoringnya serta bagaimana evaluasi yang dilakukan,
untuk mengukur sejauh mana keberhasilan pelaksanaan standar
pemasyarakatan.
11. Penilaian pembinaan adalah kegiatan mengamati, mengumpulkan,
menganalisis dan menginterpretasikan sikap dan perilaku narapidana
untuk mengetahui perubahan dan perkembangan narapidana sebagai
hasil dari program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan.
12. Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya yang dapat
diamati dan bahkan dipelajari.
Tujuan standar Sistem Penilaian Pembinaan Anak Binaan (SPPn AB) adalah:
1. Melindungi Hak Anak Binaan agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,
dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan serta mencegah terjadinya kekerasan dan diskriminasi
demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan
sejahtera;
2. Menilai tumbuh kembang Anak Binaan dari sisi perilaku, mental, dan
pendidikan;
3. Menjadi dasar pemberian Hak Bersyarat (Pengurangan Masa Pidana,
Asimilasi, PB, CB, CMB) – sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
Tabel 1.5.1.
Kebutuhan Sumber Daya Manusia
No. Kegiatan Jumlah Kompetensi Pelaksana Objek
Pelaksana Pendidikan Pelatihan Pelaksa
na
1 Penilaian 5 Wali S1 bidang 1. Diklat 25 Anak
Pembinaan Pemasyarak Psikologi, Pembinaan Binaan
Kepribadian atan Ilmu Sosial, Anak di
12
atau Ilmu LPAS dan
Pendidikan LPKA
2. Bimbingan
Teknis
SPPn AB
2 Penilaian 3 Instruktur S1 bidang 1. Diklat 30 Anak
Pembinaan Psikologi, Pembinaan Binaan
Keterampilan Ilmu Sosial, Anak di
atau Ilmu LPAS dan
Pendidikan LPKA
2. Bimbingan
Teknis
SPPn AB
3 Penilaian 1 Psikolog S1 bidang 1. Diklat 30 Anak
Perilaku dan Psikologi Pembinaan Binaan
Mental Anak di
LPAS dan
LPKA
2. Bimbingan
Teknis
SPPn AB
4 Penilaian 2 Asesor S1 bidang 1. Diklat 30 Anak
Risiko Pemasyarak Psikologi Pembinaan Binaan
atan dan Ilmu Anak di
Sosial LPAS dan
LPKA
2. Bimbingan
Teknis
SPPn AB
Tabel 1.6.1.
Kebutuhan Sarana dan Prasarana
Tempat Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan
• LPKA Lembar Pencatatan 1 Jika tablet tidak
• LPP Perilaku tersedia
Alat Tulis Kantor 1
13
• Lapas Fingerprint/Daftar Hadir 1 Dalam setiap lokasi
kegiatan
Komputer 3
Tablet 3 Untuk 10 Wali
CCTV 1
Ruang Penilaian 1 Beserta
(Konseling/Wawancara) perlengkapannya
14
Alur Pelaksanaan SPPn AB
Observasi,
Wawancara,
Studi
Dokumen,
Tes Evaluasi
15
dapat digunakan hal-hal penting yang meliputi bahan pertimbangan
untuk menyusun Litmas, pertimbangan pemberian hak-hak bersyarat,
dan sebagai bahan rujukan yang mungkin diperlukan seorang Anak
Binaan untuk mendapatkan penanganan khusus (misalnya konseling
psikologis bagi Anak Binaan dengan kondisi mental yang
mengkhawatirkan).
16
1.7.4.2. WAWANCARA
Wawancara adalah aktivitas tanya jawab antara dua pihak dalam
rangka mengumpulkan data dan informasi. Petugas menggunakan
item-item penilaian sebagai panduan dalam melakukan wawancara.
Dalam melakukan wawancara, petugas harus memberi perhatian
penting dalam struktur pertanyaan yang akan ditanya (Bryman,
2012). Dalam melaksanakan ‘pencatatan’, petugas harus melihat
kondisi yang ada, di mana dalam kondisi tertentu petugas tidak
boleh langsung mencatat di depan Anak Binaan atau tidak boleh
terlihat mencatat oleh Anak Binaan (Bryman, 2012). Wawancara
dilakukan pada di LPKA pada lingkungan pembinaan komunal pada
saat konseling, kegiatan pembinaan, pengontrolan keliling,
pemberian makanan, serta berbagai kegiatan interaksi langsung
lainnya.
17
• Tes evaluasi pada kegiatan pendidikan (formal maupun non
formal), self-assessment dan pelatihan keterampilan;
• Pelaksanaan tes evaluasi dilakukan secara komunal;
• Pelaksanaan tes evaluasi menggunakan sarana prasarana yang
tidak berpotensi mengganggu ketertiban dan keamanan.
18
Alur Pengisian
Catatan Rekomendasi
Disabilitas
Data
Tanggal Pengisian Hasil Pelaporan
Demografi
Pengisian Penilaian Penilaian
Pengisian Penghitungan
Skor Skor
Keterangan:
Manual
Otomatis
Adapun penjelasan dan tata cara pengisian dari item-item di bagian Data
Demografi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.7.6.1.
Penjelasan Data Demografi
DATA DEMOGRAFI
No. Indikator Penjelasan Pengisian Metode
Penggalian
Informasi
1 Nama Anak Binaan Isi kolom ini dengan Pertanyaan
mengetik nama lengkap langsung/Berkas
Anak Binaan sesuai Anak
dengan identitas resmi Binaan/SDP
(Kartu Keluarga) serta
nama lain (jika ada)
20
2 Nama UPT Isi kolom ini dengan Pertanyaan
mengetik nama lengkap langsung/Berkas
Lembaga Pembinaan Anak
Khusus Anak tempat Binaan/SDP
Anak Binaan
ditempatkan
3 Jenis Kelamin Isi kolom ini dengan cara Pertanyaan
meng-click tanda segitiga langsung/Berkas
terbalik di sebelah kanan Anak
kolom jawaban, lalu pilih Binaan/SDP
jenis kelamin sesuai
dengan kartu identitas
resmi Anak Binaan yaitu
Laki-laki atau
Perempuan
4 Tempat Lahir Isi kolom ini dengan Pertanyaan
mengetik nama kota
langsung/Berkas
tempat lahir Anak Binaan Anak
Binaan/SDP
5 Tanggal Lahir Isi kolom ini dengan Pertanyaan
mengetik tanggal lahir langsung/Berkas
Anak Binaan Anak
Binaan/SDP
6 Usia Kolom ini akan terisi Otomatis
secara otomatis ketika
petugas mengisi tanggal
lahir Anak Binaan sesuai
format.
21
Anak Binaan
berdasarkan jawaban
dari Anak Binaan dan
kartu keluarga.
Terdapat 8 (delapan)
pilihan
agama/kepercayaan
yang terdiri dari:
Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik
Buddha, Konghucu,
Hindu, Penghayat
Kepercayaan, dan
Agama/Kepercayaan
Lainnya.
22
10 Rekomendasi Isi kolom ini dengan Petugas/Hasil
Pembinaan rekomendasi pembinaan Asesmen
Asesmen bagi Anak Binaan
berdasarkan hasil
Litmas. Terdapat 3
pilihan yang disediakan
dalam dropdown, yaitu:
• Kemandirian
• Pendidikan
• Kepribadian
11 Lama Pidana Isi kolom dengan Pertanyaan
(Bulan) mengetik angka lama langsung/Berkas
pidana dalam hitungan Anak
bulan berdasarkan Binaan/SDP
keputusan hakim. Jika
terdapat lebih dari 1
(satu) tindak pidana,
maka jumlah lama
pidana ditambahkan
(dalam hitungan bulan).
12 Sisa Pidana (Bulan) Isi kolom dengan Pertanyaan
mengetik angka sisa langsung/Berkas
pidana penjara yang Anak
harus dijalani Anak Binaan/SDP
Binaan (dalam hitungan
bulan). Namun, kolom ini
akan otomatis berkurang
di lembar-lembar
penilaian berikutnya.
13 Jumlah Isi kolom ini dengan Pertanyaan
Pengulangan mengetik angka jumlah langsung, berkas
Tindak Pidana residivisme (frekuensi Anak Binaan/
Anak Binaan melakukan SDP/ keterangan
kembali tindak kriminal petugas LPKA
setelah keluar dari LPKA)
14 Penyakit yang Isi kolom ini dengan Pertanyaan
diderita/perawatan mengetik kondisi langsung, hasil
Kesehatan yang kesehatan Anak Binaan, pemeriksaan
dibutuhkan terutama terkait penyakit medis,
yang menular dan keterangan
penyakit yang petugas LPKA
23
membutuhkan
perawatan kesehatan
khusus berdasarkan
hasil pemeriksaan medis.
15 Disabilitas Isi kolom ini dengan cara
meng-click tanda segitiga
terbalik di sebelah kanan
kolom jawaban. Isi kolom
berdasarkan pengamatan
secara langsung,
wawancara dengan Anak
Binaan, dan hasil
pemeriksaan medis.
Namun, jika tidak
ditemui disabilitas pada
Anak Binaan, maka pilih
pilihan “Tidak Ada”.
Sementara itu,
penjelasan pilihan
disabilitas yang terdapat
di instrumen adalah
sebagai berikut:
24
a. Disleksia: Lambat
dalam proses belajar,
sehingga ia
membutuhkan waktu
yang lebih lama
dibandingkan
sekelompok anak lain
yang memiliki taraf
potensi intelektual yang
sama.
b. Amputasi: Hilang atau
putusnya bagian tubuh,
seperti jari, lengan, atau
tungkai.
c. Kelumpuhan: Satu
atau beberapa bagian
tubuh tidak dapat
digerakkan.
d. Paraplegia:
Kelumpuhan pada
anggota gerak, dimulai
dari panggul ke bawah.
e. Cerebral Palsy:
Gangguan yang
memengaruhi gerakan
dan tonus otot atau
postur tubuh.
f. Disabilitas Grahita:
Kelainan yang fungsi
intelektual umumnya di
bawah rata-rata.
g. Down Syndrome:
Kelainan genetik yang
menyebabkan
penderitanya memiliki
tingkat kecerdasan yang
rendah dan kelainan fisik
yang khas.
h. Autis: Kelainan
perkembangan saraf
yang menyebabkan
gangguan perilaku dan
interaksi sosial.
25
i. Hiperaktif: Kondisi
dimana anak tidak bisa
diam atau bahkan sulit
untuk fokus.
j. Disabilitas Netra:
Individu yang mengalami
kerusakan atau
hambatan dalam
kemampuan melihatnya.
k. Disabilitas Rungu:
Individu yang mengalami
kerusakan atau
hambatan dalam
kemampuan
mendengarnya.
l. Disabilitas Wicara:
Individu yang mengalami
kerusakan atau
hambatan dalam
kemampuan berbicara.
m. Disabilitas Daksa:
Individu yang mengalami
gangguan atau hambatan
dalam pergerakan
(mobilitas) atau
ketangkasannya.
16 Tindak Pidana Isi kolom ini dengan cara Pertanyaan
meng-click tanda segitiga langsung/
terbalik di sebelah kanan Berkas Anak
kolom jawaban, pilih Binaan/ SDP
salah satu tindak pidana.
Isi kolom ini dengan cara
meng-click tanda segitiga
terbalik di sebelah kanan
kolom jawaban, pilih
salah satu tindak pidana.
Jika hanya 1 (satu)
tindak pidana, maka pilih
pilihan ‘ ‘ atau kosong.
Isi kolom ini dengan cara
meng-click tanda segitiga
terbalik di sebelah kanan
26
kolom jawaban, pilih
salah satu tindak pidana.
Jika hanya 1 (satu) atau
2 (dua), maka pilih
pilihan ‘ ‘ atau kosong.
Pada kolom tanggal awal pengisian, kolom ini diisi dengan tanggal
awal penilaian (lihat Gambar 1.7.7.1.1.). Pada kolom tanggal awal
pengisian tersebut, terdapat pilihan tanggal dari 1 (satu) sampai 31
(tiga puluh satu). Jika Anak Binaan baru masuk, maka pada tanggal
awal pengisian dipilih tanggal awal Anak Binaan masuk. Sebagai
contoh, jika Anak Binaan masuk pada tanggal 16, maka kolom ini
diisi dengan 16 juga. Namun, pada bulan-bulan setelahnya, maka
selalu diisi angka 1 (satu) pada tanggal awal pengisian.
27
Gambar 1.7.7.1.2. Kolom Tanggal Awal Pengisian Diisi “1”
28
Pada kolom bulan pengisian, terdapat kolom pilihan bulan (lihat
Gambar 1.7.7.1.4.). Pada kolom tersebut terdapat pilihan bulan
Januari-Desember yang wajib dipilih oleh petugas. Kotak di samping
nama bulan yang berisi angka akan langsung menyesuaikan dengan
jumlah hari sesuai bulan yang dipilih.
Pada kolom tahun pengisian, kolom diisi tahun pada saat pengisian
tersebut (lihat Gambar 1.7.7.1.5.). Kolom ini harus diisi
manual/diketik secara langsung. Pengisian tahun ini akan
mempengaruhi jumlah hari di bulan Februari, di mana akan menjadi
29 saat tahun kabisat dan kembali menjadi 28 saat tahun normal.
29
Gambar 1.7.8.1. Item “Mengikuti pelatihan keterampilan yang tersedia”
30
Gambar 1.7.8.3. menunjukan variabel penilaian “Pernyataan Komitmen”.
Pada variabel tersebut, terdapat item “Menandatangani pernyataan
kesetiaan terhadap NKRI” dan “Menandatangani pernyataan tidak
mengulangi (semua jenis) tindak pidana”. Kedua frekuensi item tersebut
dapat disesuaikan oleh petugas. Adapun penyesuaian tersebut
didasarkan atas tindak pidana Anak Binaan. Item “Menandatangani
pernyataan kesetiaan terhadap NKRI” hanya diwajibkan pada Anak
Binaan dengan tindak pidana khusus terorisme. Sementara itu, item
“Menandatangani pernyataan tidak mengulangi (semua jenis) tindak
pidana” diwajibkan untuk seluruh Anak Binaan. Kemudian, kedua
frekuensi item tersebut dapat disesuaikan jadwal diadakannya
penandatanganan pernyataan tersebut. Jika Anak Binaan bukan kasus
tindak pidana khusus terorisme dan/atau pada bulan yang tidak ada
pelaksanaan penandatanganan pernyataan tersebut, maka petugas bisa
memilih “0” (nol) pada frekuensi tersebut.
31
Namun, hal ini berbeda dengan variabel penilaian perilaku dan kondisi
mental. Dalam dua variabel ini, semakin sering Anak Binaan melakukan
apa yang tertulis dalam item penilaian, maka nilainya akan semakin
berkurang. Dengan kata lain, setiap nilai “1” (satu) yang diisi akan
mengurangi nilai Anak Binaan. Hal ini dikarenakan item-item dalam
variabel penilaian ini merupakan pernyataan yang bersifat negatif.
Perhatikan Gambar 1.7.9.2. dan Gambar 1.7.9.3.
32
gejala yang sesuai dengan item penilaian, petugas dapat mengisi angka
“1”.
33
1.7.10.2. Kolom Catatan Skor
Pada kolom ini (Gambar 1.7.11.1.) diisi Nomor Induk Pegawai, Nama, dan
Tanda Tangan Digital dari Kasi/Subsi Binadik, Wali Pemasyarakatan,
dan Kepala UPT.
34
1.7.12. PENGHITUNGAN SKOR
1. Penghitungan skor adalah proses mengubah hasil temuan data
menjadi nilai kuantitatif yang akan menghasilkan skor penilaian
pembinaan narapidana;
2. Penghitungan skor dilakukan dengan mengisi data pada file excel
yang telah disediakan sesuai pengamatan, karena di dalam file excel
sudah terdapat rumus yang akan mengubah temuan data menjadi
skor bulanan perilaku narapidana secara otomatis;
3. Penghitungan skor dilakukan pada 4 Variabel yaitu Penilaian
Pembinaan Kepribadian, Penilaian Pembinaan Keterampilan,
Penilaian Perilaku dan Penilaian Kondisi Mental;
4. Penghitungan skor dilakukan melalui tiga tahapan:
a. Menghitung skor item;
b. Menghitung skor aspek;
c. Menghitung skor variabel;
d. Interpretasi skor
5. Skor item diperoleh dengan menjumlahkan data penilaian harian
dalam sebulan, dibagi dengan frekuensi ideal bulanan dan dikalikan
dengan bobot item;
6. Skor aspek diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor item;
7. Skor variabel diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor aspek
dibagi dengan jumlah aspek pada setiap variabel;
8. Interpretasi skor:
Tabel 1.7.12.1.
Interpretasi Skor Variabel
Interpretasi Skor Variabel
Rentang Pembinaan Pembinaan Perilaku Kondisi
Skor Kepribadian Keterampilan Mental
Variabel
0 – 16,66 Sangat tidak Sangat tidak Sangat tidak Sangat tidak
baik baik patuh sehat
mental
16,67 – Tidak baik Tidak baik Tidak patuh Tidak sehat
33,33 mental
33,34 – Cukup baik Cukup baik Cukup Cukup
66,67 patuh sehat
mental
66,68 – Baik Baik Patuh Sehat
83,35 mental
83,36 – Sangat baik Sangat baik Sangat Sangat
100 patuh sehat
mental
35
1.7.13. PELAPORAN
1. Pelaporan hasil penilaian pembinaan Anak Binaan dilakukan setiap
bulan;
2. Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari Wali Pemasyarakatan,
Petugas Pembinaan, Kepala Seksi Pembinaan, Kepala Lapas, Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM cq. Divisi Pemasyarakatan,
dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan cq. Direktorat Bimbingan
Kemasyarakatan. Dan Pengentasan Anak;
3. Laporan hasil penilaian pembinaan Anak Binaan dapat digunakan
untuk dasar pengambilan keputusan terkait pelaksanaan pembinaan
selanjutnya serta data tambahan untuk penyusunan Penelitian
Kemasyarakatan (Litmas).
Setiap tahapan penilaian yang telah diuraikan dalam sistem, mekanisme dan
prosedur penilaian pembinaan Anak Binaan memiliki jangka waktu
penyelesaian kegiatan seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.8.1.
Jangka Waktu Penyelesaian
No. Kegiatan Output Waktu Keterangan
1 Pengumpulan Data Informasi 1 Hari; Waktu
• Harian dan Data 1 Minggu; pengumpulan data
• Mingguan 1 Bulan disesuaikan
• Bulanan dengan frekuensi
penilaian setiap
indikator
2 Pengisian 1 15 Menit Pengisian
Dokumen dilakukan ke
dalam instrumen
excel secara
manual maupun
secara langsung ke
Sistem Database
Pemasyarakatan
3 Penghitungan Skor 1 Otomatis Penghitungan skor
Dokumen dilakukan secara
otomatis dengan
instrumen excel
penormaan atau
36
secara IT melalui
Sistem Database
Pemasyarakatan
4 Pelaporan 1 1 kali Pelaporan
Dokumen sebulan dilakukan sebelum
tanggal 15 satu
bulan setelah
penilaian
Tabel 8.1
Kebutuhan Biaya Pelaksanaan
No. Kebutuhan Jumlah Biaya per Unit Total
Cetak Lembar 15 Rp. Rp. 15.000/
1
Pencatatan Lembar 1.000/lembar Orang
Rp. Rp. 50.000/
2 Alat tulis Kantor 1 paket
50.000/paket Orang
Fingerprint/ Daftar Rp. Rp.
3 3 Unit
hadir 3.000.000/unit 9.000.000
Rp. Rp.
4 Komputer 3 unit
10.000.000/unit 30.000.000
Rp. Rp.
5 Tablet 3 unit
6.000.000/unit 18.000.000
Ruang Penilaian 1
6 (Disesuaikan) (Disesuaikan)
(Konseling/wawancara) ruangan
Sementara itu, Pasal 29 Ayat (1) dan (2) UUD 1945 berbunyi:
a. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
40
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
43
Anak-Anak Binaan yang beragama Konghucu diwajibkan untuk
mengikuti ibadah tiap minggunya. Bagi Anak Binaan penganut
agama Konghucu, frekuensi untuk item ini adalah 4 kali dalam
sebulan.
Anak-Anak Binaan yang beragama Hindu diwajibkan untuk
mengikuti ibadah setiap hari. Bagi Anak Binaan penganut agama
Hindu, frekuensi untuk item ini adalah 30/31 kali dalam
sebulan dengan penyesuaian untuk Anak Binaan perempuan.
44
D. Mengikuti Kegiatan Ceramah atau Khotbah atau
Disesuaikan Dengan Kepercayaan Yang Dianut
Dalam Standar Pelayanan Pemasyarakatan, UPT wajib
mengundang pemuka agama secara berkala, yang mana
selanjutnya Anak Binaan/tahanan dikumpulkan untuk
menerima bimbingan rohani. Oleh karena itu, kegiatan ceramah
atau khotbah ini frekuensinya adalah 4 kali dalam sebulan
untuk semua agama. Angka 4 dipilih dengan
mempertimbangkan juga kemampuan UPT untuk dapat
mengundang pemuka agama dari berbagai jenis agama.
45
sebulan. Angka 8 ditentukan dengan mempertimbangkan masih
banyaknya kegiatan anak di LPKA yang harus diikuti.
B. Melakukan Olahraga
Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai strategi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan sosial dan emosional pada at-risk
youth (Collingwood, 1997). Selain itu, item ini didasarkan oleh
Pasal 3 PP no. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan yang
mengamanahkan pembinaan untuk Kesehatan jasmani.
Frekuensi melakukan olahraga bagi Anak Binaan laki-laki
adalah 8 kali dalam sebulan. Namun, karena alasan biologis,
anak frekuensi melakukan olahraga bagi Anak Binaan
perempuan dikurangi menjadi 6 kali dalam sebulan.
Pengurangan ini dilakukan sebagai bentuk akomodasi bagi anak
perempuan yang sedang dalam masa datang bulan.
46
Oleh karena itu, Aspek Kesadaran Hukum, Berbangsa, dan
Bernegara menjadi penting untuk diturunkan dalam item-item
penilaian sebagai sebagai tolok ukur penilaian pembinaan.
Adapun hal ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta tanah
air, upaya deradikalisasi, sekaligus moderasi faham-faham
radikal yang dianut oleh Anak Binaan.
E. Mengikuti Pramuka
Seperti yang telah dijelaskan pada penjelasan Aspek Kesadaran
Hukum, Berbangsa, dan Bernegara bahwa beberapa bentuk dari
radikalisme dan penolakan terhadap NKRI dan simbol negara
lainnya adalah tidak diakuinya Bendera Republik Indonesia
(Merah Putih) dan tidak mau menyanyikan lagu Kebangsaan
Republik Indonesia serta lagu wajib lainnya (Tahir, Malik, &
Novrika, 2020), maka item ini penting sebagai upaya counter
terhadap faham radikal penanaman cinta tanah air,
deradikalisasi, dan moderasi faham radikal. Item ini juga
didasarkan atas Amanah Pasal 24 PP No. 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
Frekuensi sebanyak 1 kali dalam sebulan. Angka satu dipilih
dengan menyesuaikan kemampuan UPT untuk melaksanakan
kegiatan yang berkaitan dengan kesadaran hukum, berbangsa,
dan bernegara.
50
Dalam item ini, terdapat penggunaan media-media yang berbeda
menyesuaikan kebutuhan Anak Binaan. Bagi Anak Binaan yang
tidak mengalami disabilitas, maka item kegiatan adalah
“Mengikuti Kegiatan Yang Menambah Pengetahuan Baik Secara
Visual atau Audiovisual (Membaca atau Mendengar Buku atau
Menonton)”.
51
pengunjung harus mendapatkan izin dari Kepala LPKA atau
pihak yang ditunjuk. Selain itu, dalam kebijakan tersebut juga
tertulis bagaimana anak berhak dikunjungi sebanyak 3 kali
dalam seminggu dan 1 kali seminggu bagi mereka yang masih
menjalani masa orientasi. Dalam instrumen penilaian ini,
frekuensi yang ditentukan adalah 4 kali dalam sebulan.
Sejalan dengan hal tersebut, maka dirasa penting bagi Anak Binaan
untuk tetap mendapatkan kesempatan untuk menerima dan
mengikuti kegiatan guna meningkatkan kemandiriannya.
Peningkatan kapasitas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Anak
Binaan sebagai bekal saat proses reintegrasi nanti
53
mendorong pihak UPT agar dapat melaksanakan kegiatan
bimbingan penyaluran bakat yang tersedia serutin mungkin.
Jenis-jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan mengikuti
kebijakan dari masing-masing UPT.
54
C. Tidak Menunjukkan Perilaku Empati Terhadap Orang Lain
Dalam item ini, toleransi frekuensi yang ditentukan adalah 3 kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan
kesalahan dalam bentuk Tidak Menunjukkan Perilaku Empati
Terhadap Orang Lain, maka nilai akan berkurang.
Oleh karena itu, item penilaian ini ada untuk mendorong Anak
Binaan di LPKA untuk tetap bersikap toleransi terhadap mereka
yang menganut agama atau kepercayaan beda dari mereka.
55
F. Tidak Mengucapkan Sapa, Salam, Senyum, Sopan, Dan
Santun Kepada Petugas Dan Sesama Anak
Toleransi frekuensi untuk item penilaian ini adalah 3 (tiga) kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan
kesalahan tidak mengucapkan sapa, salam, senyum, sopan, dan
santun kepada petugas dan sesama anak, maka nilai akan
berkurang.
56
H.Berbohong Kepada Wali Dan Teman
Toleransi frekuensi untuk item penilaian ini adalah 3 (tiga) kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan
kesalahan berbohong kepada wali dan teman, maka nilai akan
berkurang.
57
Toleransi frekuensi untuk item penilaian ini adalah 1 (satu) kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan
kesalahan tidak mau bergaul dan bekerja sama dengan orang
lain (di luar kelompok ekstremisme berbasis kekerasan), maka
nilai akan berkurang.
58
b. Kontak fisik (menganiaya, memukul, mendorong,
menjambak, dsb.)
c. Kontak verbal langsung (memeras, menindas, mengancam,
mempermalukan, dsb.)
d. Non-verbal langsung (menatap dengan sinis, menjulurkan
lidah, dsb.)
e. Non-verbal tidak langsung (secara sengaja mengucilkan,
mendiamkan, dsb.)
59
C. Tidak Mau Berpakaian Rapih Dan Sopan
Sesuai dengan yang tertulis dalam Pasal 14 Undang-Undang No.
22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, Anak Binaan memiliki
wajib menaati memelihara perikehidupan yang bersih, aman,
tertib, dan damai—yang langkah kecilnya adalah dengan
berpakaian rapih dan sopan. Oleh karena itu, item penilaian ini
ada untuk mengakomodasi apa yang tertuang dalam undang-
undang.
60
Toleransi frekuensi untuk item penilaian ini adalah 3 (tiga) kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan
kesalahan tidak menghormati petugas, maka nilai akan
berkurang.
61
dianutnya (ideologi kekerasan) kepada sesama anak binaan
maupun petugas, maka nilai akan berkurang.
63
Berdasarkan pasal tersebut, maka aspek eksprsi simbolik
dijadikan salah satu penilaian perubahan perilaku.
64
D. Menggunakan Kata “Kami” Dan “Mereka” Dalam Maksud
Memisahkan Antara Kelompoknya Dengan Petugas
Maupun Anak Binaan Lain
Menurut Sternberg (2005), penggunaan pemisahan antara
“Kami” dan “Mereka” merupakan salah satu pembentukan
pemisahan identitas yang tegas yang didasarkan oleh kebencian
atas identitas tertentu yang bisa didasarkan apapun seperti
perbadaan kelompok, agama, suku, dan identitas lainnya. Dalam
penggunaan kata-kata antara “Kami” dan “Mereka” terdapat
usaha dehumanisasi orang lain yang tidak teridentifikasi dalam
kelompoknya serta melambangkan penolakan terhadap orang
lain yang bukan merupakan anggota kelompoknya (dalam Simi,
Blee, DeMichele, & Windisch, 2017).
Oleh karena itu, item ini penting karena penggunaan kata “Kami”
dan “Mereka” merupakan bentuk ekspresi simbolik yang
berbasiskan kebencian atas dasar identitas. Toleransi frekuensi
untuk item penilaian ini adalah 3 (tiga) kali dalam sebulan.
Dengan kata lain, jika Anak Binaan melakukan kesalahan
menggunakan kata “kami” dan “mereka” dalam maksud
memisahkan antara kelompoknya dengan petugas, maka nilai
akan berkurang.
66
Dalam instrumen SPPn AB, terdapat aspek yang diberi judul
Hyperactivity dengan enam butir item penilaian di dalamnya,
yaitu:
B. Banyak Bergerak
Dalam item ini, toleransi frekuensi yang ditentukan adalah 14
kali dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan
mengalami gejala banyak bergerak, maka nilai akan berkurang.
67
1.10.2.5.2. ASPEK GEJALA EMOSI
Item-item untuk aspek gejala emosi tertuang dalam DSM-5,
dalam penjelasan mengenai Disruptive Mood Dysregulation
Disorder (DMDD). Secara sederhana, American Psychiatric
Association menjelaskan DMDD sebagai ledakan emosi di luar
proporsi yang terjadi berulang kali. Lebih lanjut, apabila
mengacu pada DSM-5, gejala-gejala ini harus terlihat tiga kali
atau lebih dalam seminggu. Maka, bila diterapkan dalam SPPn
AB, frekuensi penilaian untuk item-item dalam aspek Gejala
Emosi adalah 12 kali dalam sebulan. Namun, terdapat
penyesuaian untuk item penilaian “cenderung suka menyendiri”
yang frekuensinya menjadi 8 kali untuk anak penyandang
disabilitas.
68
akan berkurang dan jika gejala terjadi sebanyak 12 kali dalam
sebulan, maka nilai berkurang sampai 0.
69
B. Sulit Tidur
Dalam item ini, toleransi frekuensi yang ditentukan adalah 4 kali
dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan mengalami
gejala Sulit Tidur, maka nilai akan berkurang. Sementara itu,
toleransi frekuensi bagi anak binaan dengan disabilitas adalah
2 kali dalam sebulan.
E. Murung Terus-Menerus
Dalam item ini, toleransi frekuensi yang ditentukan adalah 14
kali dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan
mengalami gejala Murung Terus-Menerus, maka nilai akan
berkurang. Sementara itu, toleransi frekuensi bagi anak binaan
dengan disabilitas adalah 10 kali dalam sebulan.
F. Menangis Terus-Menerus
Dalam item ini, toleransi frekuensi yang ditentukan adalah 14
kali dalam sebulan. Dengan kata lain, jika Anak Binaan
mengalami gejala Menangis Terus-Menerus, maka nilai akan
berkurang. Sementara itu, toleransi frekuensi bagi anak binaan
dengan disabilitas adalah 10 kali dalam sebulan.
70
akan berkurang. Sementara itu, toleransi frekuensi bagi anak
binaan dengan disabilitas adalah 10 kali dalam sebulan.
71
mengalami gejala Tidak Mau Berbicara, maka nilai akan
berkurang. Sementara itu, toleransi frekuensi bagi anak binaan
dengan disabilitas adalah 10 kali dalam sebulan.
72
Dalam lingkungan fasilitas penahanan, malingering bukan
hanya dilakukan untuk menghindari kewajiban, tetapi juga
mendapatkan hal lain seperti tambahan uang saku, tambahan
jam berkunjung, dll. Penghindaran Kewajiban dengan
mengeluhkan gejala yang sebenarnya dibuat-buat tentu tidak
sejalan dengan kewajiban tahanan untuk mengikuti seluruh
kegiatan yang diprogramkan, yang mana kewajiban ini tertuang
dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib
Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara. Dalam
menentukan frekuensi penilaian untuk aspek malingering ini,
DSM-5 tidak bisa digunakan sebagai acuan sebab bukan
termasuk sebagai gangguan jiwa. Maka, frekuensi ideal yang bisa
digunakan untuk aspek malingering ini adalah 4 kali dalam
sebulan mengingat Anak Binaan memiliki kewajiban untuk
melaksanakan program pembinaannya dan angka 4 dipilih
karena merupakan frekuensi paling kecil di SPPn AB.
74
INSTRUMEN PENILAIAN STANDAR PENILAIAN PEMBINAAN ANAK
BINAAN
Nama UPT
Jumlah Anak
Binaan
Petunjuk Pengisian:
Berilah tanda (v) pada kotak yang telah disediakan
(Penjelasan: Uraikan
1 perbandingan jumlah
Anak Binaan
seluruhnya dan
yang sudah
mengikuti program
(Penjelas
pembinaan
an:
kepribadian)
Jumlah
Banyaknya Anak
seluruh
Binaan yang sudah
Anak
dilakukan penilaian
Binaan)
keterampilan
(Penjelasan: Uraikan
2
perbandingan antara
jumlah Anak Binaan
yang sudah
mengikuti program
pembinaan
keterampilan)
Banyaknya Anak
3
Binaan yang sudah
75
dilakukan penilaian
Perilaku
(Penjelasan: Uraikan
perbandingan antara
jumlah Anak Binaan
seluruhnya dengan
Anak Binaan yang
sudah dilakukan
penilaian perilaku)
Banyaknya Anak
Binaan yang sudah
dilakukan penilaian
terhadap kondisi
mental Anak Binaan
(Penjelasan: Uraikan
4 perbandingan antara
jumlah Anak Binaan
seluruhnya dengan
Anak Binaan yang
sudah dilakukan
penilaian terhadap
kondisi mental Anak
Binaan)
Banyaknya Anak
Binaan yang sudah
menandatangani
komitmen kesetiaan
(Penjelas
terhadap NKRI
an:
Jumlah
(Penjelasan: Uraian
5 Anak
perbandingan antara
Kasus
jumlah Anak Kasus
Teroris
Teroris seluruhnya
(AKT))
dengan AKT yang
sudah berkomitmen
kesetiaan terhadap
NKRI)
Banyaknya Anak (Penjelas
6 Binaan yang sudah an:
menandatangani Jumlah
76
komitmen seluruh
pernyataan tidak Anak
mengulangi (semua Binaan)
jenis) tindak pidana
(Penjelasan: Uraikan
perbandingan antara
jumlah Anak Binaan
seluruhnya dengan
jumlah Anak Binaan
yang telah
menyatakan
komitmen tidak
mengulangi (semua
jenis) tindak pidana.
Keterangan:
Nilai ≥ 61%: Baik
Nilai 41% - 60%: Cukup
Nilai ≤ 20%: Kurang
77
NOMOR : (2)
STANDAR
TANGGAL : (3)
PEMBUATAN
TANGGAL : (4)
REVISI
TANGGAL : (5)
DISAHKAN
DIREKTORAT JENDERAL NAMA SOP : (7)
PEMASYARAKATAN (1)
Simbol yang digunakan dalam SOP hanya terdiri dari 5 (lima) simbol, yaitu: 4
(empat) simbol dasar flowcharts (Basic Symbol of Flowcharts) dan 1 (satu) simbol
penghubung ganti halaman (Off-Page Connector). Kelima simbol yang
dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut:
78
Ketersediaan
Ada
Tidak
No Nama SOP Dilakuka Tidak Ada
Dilakuka
n (Nilai:0)
n
(Nilai: 2)
(Nilai: 1)
Prosedur Pengangkatan Wali Pemasyarakatan
1 SOP Pengangkatan Wali
Prosedur Penilaian Pembinaan Anak Binaan
SOP Penginputan Data
2 dan Penilaian Pembinaan
Anak Binaan
SOP Penginputan dan
3 Penormaan Penilaian
Pembinaan Anak Binaan
SOP Pelaporan Penilaian
4
Pembinaan Anak Binaan
Prosedur Pernyataan Komitmen
SOP Pendataan Anak
Binaan yang akan
5
melakukan pernyataan
komitmen NKRI
SOP Pendataan Anak
Binaan yang akan
melakukan pernyataan
6 komitmen tidak terlibat
dalam jaringan
narkoba/gang kriminal/
kelompok kekerasan
SOP Koordinasi dengan
7
Lembaga Terkait
SOP Penandatanganan
8
Pernyataan Komitmen
SOP Publikasi
9
Pernyataan Komitmen
SOP Observasi dan
10
Pembinaan Lanjutan
TOTAL NILAI
79
Keterangan:
Nilai ≥ 16 : Baik
Nilai 7 – 15 : Cukup
Nilai ≤ 6 : Kurang
Keterangan:
Nilai ≥ 6 : Baik
Nilai 4-5 : Cukup
Nilai ≤ 3 : Kurang
80
SUMBER DAYA MANUSIA
Ketersediaan
No Pernyataan 0 1-3 ≥4
(0) (1) (2)
Jumlah petugas yang
1 menangani penilaian
pembinaan Anak Binaan
Jumlah petugas yang telah
2 dilatih mengoperasikan
komputer
Jumlah petugas yang telah
dilatih penggunaan instrumen
3
penilaian pembinaan Anak
Binaan
Jumlah petugas yang telah
4 dilatih teknik pengumpulan
data
Jumlah petugas yang memiliki
5
latar belakang Sarjana 1
Jumlah tenaga instruktur
6 untuk melakukan penilaian
pelatihan keterampilan
Jumlah petugas yang telah
mendapatkan pelatihan dan
7
materi dasar soal psikologi
anak
Jumlah petugas yang telah
mendapatkan pelatihan
8 pengarus-utamaan perspektif
kesetaraan gender, disabilitas,
dan inklusi sosial
TOTAL NILAI
Keterangan:
Nilai ≥ 14 : Baik
Nilai 11-13 : Cukup
Nilai ≤ 10 : Kurang
81
kemunduran) Anak Binaan dalam Pembinaan Kepribadian, Pembinaan
Keterampilan, Perilaku, dan Kondisi Mental. Grafik yang dirancang
diperuntukan untuk transformasi teknologi di lingkungan
pemasyarakatan.
Kerohanian
66,68
66,68
Kesadaran
hukum,
Berbangsa,
dan bernegara
Keterangan:
NKM : 66,68
82
Variabel Pembinaan Keterampilan
60
40
20
0
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 dst
NKM Performa
Keterangan:
NKM : 66,68
83
Variabel Penilaian Perilaku
Perilaku Prososial
(Kepedulian
100 &
kejujuran)
85
80
50
100 Hubungan
90100 dengan NKM
Ekspresi Simbolik8070 70 85 Teman Sebaya
60
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
dst
70 Tanggung Jawab,
Kemampuan 80
78 80Kedisiplinan, dan
90
Mempengaruhi 90
100 100 Ketaatan
Keterangan:
NKM : 100
84
Variabel Penilaian Kondisi Mental
P E R F O R MA P E N I L A I A N K O N D IS I ME N T A L
Hyperactivity (Sifat
100 aktif
yang sangat
90
dan berlebihan)
80
66.68
60
100 100
95
Potensi Bunuh Diri79 Gejala Emosi
70
66.68 66.68
50
30 NKM
Bulan 1
Bulan 2
20
66.68 66.68 Bulan 3
8982
Malingering 75 Depresi
10090 97
100
Dst
50
66.68 66.68
78
Psikomatis80 Kecemasan
85
90
100 100
Keterangan:
NKM : 66,68
85
1.11. LAMPIRAN
1.11.1. INSTRUMEN SISTEM PENILAIAN PEMBINAAN ANAK BINAAN
Penilaian pembinaan Anak Binaan dilaksanakan dengan mencatat data
yang berkaitan dengan perilaku Anak Binaan ke dalam Instrumen SPPn
AB yang dapat diases pada link:
bit.ly/INSTRUMENSPPNAB
86
1.11.2. FORMAT POST-TEST PENGETAHUAN (PELATIHAN
KETERAMPILAN)
POST-TEST PELATIHAN KETERAMPILAN
Nama Anak Binaan
LPKA
Pelatihan yang Diikuti
A. Pengetahuan
Pertanyaan Skor
1. Jelaskan tujuan dan keluaran kegiatan pelatihan.
Jawaban:
Total Skor
87
Pertanyaan Indikator Penilaian
Jelaskan tujuan dan keluaran Pemberian skor didasarkan pada
kegiatan pelatihan tujuan dan keluaran pelatihan
yang telah ditetapkan oleh
instruktur/ petugas.
•
Skor 1: Menjelaskan
mengenai judul pelatihan
• Skor 2: Menjelaskan
mengenai judul pelatihan
dan keluaran yang ingin
dicapai
• Skor 3: Menjelaskan
mengenai judul pelatihan,
keluaran yang ingin dicapai
beserta kualitas keluaran
• Skor 4: Menjelaskan
mengenai judul pelatihan,
keluaran yang ingin dicapai;
kualitas keluaran dan
manfaat dari kegiatan
pelatihan
Sebutkan prosedur/tahapan kerja Pemberian skor didasarkan pada
dari kegiatan pelatihan prosedur/tahapan kerja yang
telah ditetapkan oleh instruktur/
petugas.
•
Skor 1: Menyebutkan <50%
tahapan kerja secara tepat
• Skor 2: Menyebutkan 51% -
75% tahapan kerja secara
tepat
• Skor 3: Menyebutkan 76% -
90 % tahapan kerja secara
tepat
• Skor 4: Menyebutkan >90%
tahapan kerja secara tepat
dan berurutan
Jelaskan penerapan Kesehatan & Pemberian skor didasarkan pada
Keselamatan Kerja (K3) dalam aturan K3 yang telah ditetapkan
kegiatan pelatihan oleh instruktur/ petugas.
88
•Skor 1: Menyebutkan <50%
aturan K3 secara tepat
• Skor 2: Menyebutkan 51% -
75% aturan K3 secara tepat
• Skor 3: Menyebutkan 76% -
90 % aturan K3 secara tepat
• Skor 4: Menyebutkan >90%
aturan K3 secara tepat dan
dapat memberikan solusi
jika terdapat hambatan
dalam penerapan aturan K3
Sebutkan alat/bahan yang Pemberian skor didasarkan pada
digunakan dalam kegiatan ketentuan alat/bahan yang telah
pelatihan beserta kegunaannya ditetapkan oleh instruktur/
petugas.
B. Keahlian
89
dst (Isilah kolom dengan tahap
selanjutnya dari pelatihan
keterampilan)
Jumlah Skor
Jumlah Tahapan
Skor Akhir (Jumlah Skor ÷ Jumlah Tahapan)
Interpretasi Skor Akhir:
0-20: Tidak baik
21-40: Kurang baik
41-60: Cukup baik
61-80: Baik
81-100: Sangat Baik
Penjelasan Formulir:
• (a): Isi kolom ini dengan nomor urut sesuai jumlah tahapan/proses
kegiatan pelatihan keterampilan
• (b): Isi kolom ini dengan judul tapahan/proses kegiatan pelatihan
keterampilan secara berurutan
• (c): Isi kolom ini dengan Skor dengan rentang 1-100 yang diberikan
terhadap keahlian Anak Binaan dalam melaksanakan tahapan terkait
sesuai dengan indikator pemberian skor
90
1.11.3. LEMBAR PENILAIAN DIRI SELF-ASSESSMENT
1. Lembar self-assessment merupakan instrumen penilaian yang
bertujuan untuk melihat konsistensi Anak Binaan dengan frekuensi
pengisian 1 kali dalam 3 bulan;
2. Lembar penilaian diri ini berisi beberapa pernyataan yang perlu
dijawab oleh Anak Binaan untuk menggali pola pemikiran mulai dari
aspek kognitif, sikap, dan afeksi;
3. Pengisian lembar self-assessment dilakukan secara mandiri oleh Anak
Binaan dengan mencentang kolom kesesuaian pernyataan dengan
pola pikir dan pemahamannya. Rentang kolom jawaban terdiri dari
Sangat tidak setuju (STS), Tidak setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat
Setuju (SS);
4. Anak Binaan dikatakan konsisten ketika jawaban dari pengisian
lembar self-assessment beragam;
5. Anak Binaan dikatakan tidak konsisten ketika jawaban dari pengisian
lembar self-assessment terlalu beragam atau terlalu seragam;
6. Hasil dari penilailaian diri ini dapat digunakan untuk:
a. Mengamati dan membandingkan konsistensi jawaban Anak
Binaan;
b. Data dukung dalam penilaian perubahan perilaku;
c. Data dukung dalam penyusunan program pembinaan;
d. Data dukung dalam pemberian dan pemenuhan hak-hak Anak
Binaan;
e. Data dukung dalam pelaporan pembinaan Anak Binaan.
7. Hasil instrumen self-assessment saja belum dapat membedakan Anak
Binaan yang sudah berperilaku baik maupun belum, harus ada data
dukung lain yang dapat menguatkan perubahan perilaku.
A. Petunjuk Pengisian:
• Bacalah setiap pertanyaan yang ada, kemudian berilah tanda “✔”
pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda
• STS: Sangat Tidak Sesuai
• TS: Tidak Sesuai
• S: Sesuai
• SS: Sangat Sesuai
• Isi identitas Anda dengan baik dan benar
91
Identitas Anak Binaan
Nama
Tanggal Lahir
Pasal Pidana
Nama LPKA
NO. PERNYATAAN STS TS S SS
Pemikiran
1 Saya berjanji tidak akan memakai
atau mengedarkan narkoba
2 Saya berjanji tidak akan
melakukan perbuatan melanggar
hukum yang merugikan pihak
lain
3 Saya akan menjadi orang yang
lebih baik setelah keluar dari
LPKA
4 Saya berada di LPKA karena saya
bersalah
5 Saya tidak merasa marah
ditempatkan di LPKA ini
6 Saya merasa kecewa terhadap diri
saya sendiri akibat tindakan yang
saya lakukan
Kebangsaan
7 Saya mencintai Indonesia,
Pancasila, dan UUD 1945
8 Saya tidak meyakini bahwa
sistem khilafah adalah sistem
yang benar
9 Saya menghargai perbedaan ras,
suku, dan budaya
10 Saya menghargai perbedaan
agama
11 Saya mampu menyampaikan
pendapat serta menghargai
pendapat teman saya
12 NKRI dan Pancasila tidak
bertentangan dengan
agama/kepercayaan saya
92
13 Keluarga dan kerabat terdekat
tidak mendukung tindakan
terorisme dan tindakan intoleran
14 Menurut saya Negara Indonesia
bukan negara kafir
15 Menurut saya Polisi, Tentara,
Petugas Pemasyarakatan, dan
lain-lain bukan kafir
16 Menurut saya Polisi, Tentara,
Petugas Pemasyarakatan, dan
lain-lain bukan musuh
17 Apa yang saya lakukan tidak
mencerminkan perjuangan
membela agama saya
18 Saya tidak meyakini bahwa jalan
masuk surga adalah memerangi
penganut agama/kepercayaan
lain
19 Saya tidak meyakini bahwa
ISIS/Al Qaeda/Organisasi sejenis
lainnya yang bersifat kekerasan
dan/atau diskriminatif terhadap
agama lain adalah kelompok yang
paling benar
93
25 Saya tidak pernah terlibat dalam
perkelahian fisik
26 Saya tidak pernah terlibat adu
mulut dengan sesama Anak
Binaan
27 Saya tidak pernah melakukan
perundungan terhadap orang lain
(verbal dan non-verbal)
28 Saya tidak pernah mengancam
orang secara fisik
29 Saya tidak tega untuk menyakiti
orang secara fisik (kecuali sebagai
bentuk self-defense yang
mengancam diri saya)
30 Saya tidak pernah melakukan
pelecehan/kekerasan seksual
terhadap orang lain
94
38 Saya mudah untuk mendapatkan
akses guna memperoleh
informasi baru
39 Saya mudah untuk
mengungkapkan ide-ide dan
pikiran saya
40 Saya dapat menentukan prioritas
dan mengatur waktu kegiatan
selama berada di dalam LPKA
41 Saya memahami peran gender
dan stereotip gender
42 Saya mendapatkan pemahaman
mengenai kesadaran gender
43 Saya sering membaca atau
mempelajari isu-isu gender dan
kesetaraan
44 Saya menghormati perbedaan
gender dalam berinteraksi sosial
45 Saya berkomunikasi dengan
tidak merendahkan terhadap
jenis kelamin tertentu
95
1.11.4. SURAT PERNYATAAN SETIA KEPADA NKRI (UNTUK ANAK
BINAAN BERAGAMA ISLAM)
Lampiran Surat :
Nomor :
Tanggal :
SURAT PERNYATAAN
IKRAR SETIA KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
96
Pada hari ini, hari/tanggal/bulan/tahun,
Demi Allah, Saya bersumpah:
1. Niat ikhlas Beribadah Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
2. Melepaskan baiat saya dari amir atau pemimpin
kelompok/jaringan/organisasi Radikalisme dan Terorisme yang
bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Mengakui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara
yang sah dalam pandangan Islam dan Mengakui bahwaPancasila, UUD
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika tidak bertentangan dengan syariat
Islam.
4. Melindungi segenap tanah air Indonesia serta meninggalkan dan
menjauhi segala bentuk paham/organisasi yang mendukung
terorisme/ekstremisme berbasis kekerasan yang dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Berbakti dan mengabdi kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menjaga kerendahan hati,
berbudi pekerti luhur, toleransi, anti kekerasan, peduli terhadap
sesama serta akomodatif terhadap budaya dan kearifan lokal.
6. Memegang teguh Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, UUD 1945, dan menaati aturan hukum serta
perundang-undangan yang berlaku.
7. Menyesali kesalahan yang telah saya lakukan dan tidak akan
mengulangi tindakan yang mengarah
/mendukung aksi terorisme/ekstremisme berbasis kekerasan serta
tidak akan bergabung dengan kelompok teroris lainnya yang terlibat
dan menyetujui aksi terorisme dimanapun di dunia ini.
8. Bersedia mengikuti program pembinaan dan deradikalisasi yang
diselenggarakan oleh Lapas maupun instansi lainnya serta menaati
semua peraturan di dalam Lapas.
Pernyataan ini saya sampaikan tidak dalam tekanan ataupun paksaan dari
pihak manapun tetapi karena saya telah menyadari bahwa Pemerintah
Indonesia memberikan hak kebebasan kepada umat Islam untuk
menjalankan syariatnya.
97
Hari, Tanggal Bulan Tahun
………………..
………………..
NIP:
________________
Saksi-saksi:
1. BNPT
2. Densus 88 AT Polri
3. Kodim
4. Polres
5. Kemenag Kab/Kota
6. Bapas
Materai
10.000
98
1.11.5. SURAT PERNYATAAN SETIA KEPADA NKRI (UNTUK ANAK
BINAAN NON-MUSLIM)
Lampiran Surat :
Nomor :
Tanggal :
SURAT PERNYATAAN
IKRAR SETIA KEPADA NEGARA KESATUAN REPUBLIK
INDONESIA
Pernyataan ini saya sampaikan tidak dalam tekanan ataupun paksaan dari
pihak manapun.
……………….. ………………..
NIP: ________________
Saksi-saksi:
7. BNPT
8. Densus 88 AT Polri
9. Kodim
10. Polres
100
11. Kemenag Kab/Kota
12. Bapas
Materai
10.000
101
1.11.6. SOP PENDATAAN, KOORDINASI, PENANDATANGANAN, PUBLIKASI, DAN BIMBINGAN LANJUTAN
Nomor SOP PAS-40.OT.02.02 TAHUN 2023
Tanggal Pembuatan 31 Agustus 2023
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
Keterikatan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pelaporan Penilaian Pembinaan Anak Binaan 1. Berkas pernyataan komitmen;
2. SOP Undangan 2. Instrumen SPPn-AB;
3. Komputer atau tablet;
4. Alat tulis
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Evaluasi program pembinaan kepribadian dilaksanakan melalui kerja sama dengan instansi dan lembaga eksternal; Pencatatan dapat dilakukan secara elektronik maupun manual.
102
PROSES SOP PENDATAAN
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KETERANGAN
KEPALA SEKSI
PETUGAS KEPALA LPKA KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
PEMBINAAN
Ya
Kepala LPKA melakukan pembahasan Daftar Anak Binaan/AKT
daftar Anak Binaan/AKT yang bersedia yang akan melakukan
7 Laporan hasil pendataan 10 menit
melakukan pernyataan komitmen pada pernyataan komitmen
Sidang TPP disepakati
103
Nomor SOP PAS-40.OT.02.02 TAHUN 2023
Tanggal Pembuatan 31 Agustus 2023
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
Keterikatan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pelaporan Penilaian Pembinaan Anak Binaan 1. Berkas pernyataan komitmen;
2. SOP Undangan 2. Instrumen SPPn-AB.
3. Komputer atau tablet;
4. Alat tulis
104
PROSES SOP KOORDINASI DENGAN LEMBAGA TERKAIT
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KETERANGAN
KEPALA SEKSI
PETUGAS KEPALA LPKA KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
PEMBINAAN
105
Nomor SOP PAS-41.OT.02.02 TAHUN 2023
Tanggal Pembuatan 31 Agustus 2023
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
SOP PENANDATANGANAN
LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK Nama SOP
PERNYATAAN KOMITMEN
Keterikatan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Undangan 1. Berkas pernyataan komitmen;
2. SOP Publikasi Pernyataan Komitmen 2. Instrumen SPPn-AB;
3. SOP Pengisian Instrumen SPPn-AB 3. Alat tulis;
4. Saksi internal;
5. Saksi eksternal (opsional);
6. Alat perekam video;
7. Komputer;
8. Speaker.
2. Pernyataan komitmen yang diberikan oleh Anak Binaan/AKT harus dengan prinsip kesukarelaan dan tanggung jawab penuh pribadi Anak
Binaan/AKT;
106
PROSES SOP PENANDATANGANAN PERNYATAAN KOMITMEN
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KETERANGAN
PETUGAS
KEPALA LPKA KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
PEMBINAAN
Berkas pernyataan
Petugas menyiapkan sarana dan
komitmen, instrumen SPPn-
1 prasarana yang dibutuhkan untuk 10 menit Sarana prasarana tersedia
AB, alat tulis, alat perekam,
pernyataan komitmen
komputer, speaker
Petugas mengumpulkan Anak
Binaan/AKT, saksi dan tamu undangan Tempat penyelenggaraan Anak Binaan/AKT, saksi dan
2 15 menit
lainnya di tempat penyelenggaraan pernyataan komitmen tamu undangan terkumpul
pernyataan komitmen
Petugas mengkoordinasi dan Penandatanganan
Berkas pernyataan
mendokumentasikan jalannya pernyataan komitmen
3 komitmen, alat tulis, alat 15 menit
penandatanganan dan pernyataan terlaksana dan
perekam
komitmen Anak Binaan/AKT terdokumentasi
107
Nomor SOP PAS-42.OT.02.02 TAHUN 2023
Tanggal Pembuatan 31 Agustus 2023
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan,
Keterikatan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Penandatanganan Pernyataan Komitmen 1. Alat perekam video;
2. SOP Observasi dan Pembinaan Lanjutan 2. Komputer;
3. SOP Publikasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan 3. Alat komunikasi;
4. Kendaraan dinas
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Pencatatan dapat dilakukan secara elektronik maupun manual.
Apabila sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk penilaian pembinaan Anak Binaan tidak tersedia makan kegiatan akan terhambat.
108
PROSES SOP PUBLIKASI PERNYATAAN KOMITMEN
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KETERANGAN
KEPALA BIDANG/
PETUGAS KEPALA LPKA MEDIA KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
SEKSI/ SUB SEKSI
109
Nomor SOP PAS-43.OT.02.02 TAHUN 2023
Tanggal Pembuatan 31 Agustus 2023
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Keterikatan Peralatan/perlengkapan
1. SOP Pengisian Instrumen SPPn-AB 1. Instrumen SPPn-AB;
2. SOP Pembinaan Kepribadian 2. Komputer atau tablet;
3. SOP Pelaporan 3. Alat tulis;
4. SOP Pemindahan Anak Binaan 4. Alat komunikasi;
5. Data penilaian.
110
PROSES SOP OBSERVASI DAN PEMBINAAN LANJUTAN
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KETERANGAN
KEPALA SEKSI
PETUGAS KEPALA LPKA KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
PEMBINAAN
Ya
Ya
111
DAFTAR PUSTAKA
Buku
American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders Fifth Edition. Washington DC: American Psychiatric
Publishing.
Bryman, A. (2012). Social Research Methods (4 ed.). New York: Oxford
University Press.
Haryadi, D. S., & Wening, P. P. (2022). Peran Pemasyarakatan dalam
Pelaksanaan Keadilan Restoratif. Jakarta Pusat: Center for Detention
Studies.
Haryanto, J. T. (2018). Negara Melayani Agama dan Kepercayaan:
(Konstruksi “Agama” dan Pelayanan Negara Terhadap Umat Beragama
dan Berkepercayaan di Indonesia). Jakarta Pusat: Litbangdiklat Press.
Neuman, W. L. (2014). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches (7 ed.). Essex: Pearson Education Limited.
Tahir, S., Malik, A., & Novrika. (2020). Buku Panduan Pencegahan
Radikalisme di Lingkungan Kerja BUMN dan Perusahaan Swasta.
Bogor: BNPT, BUMN, dan KADIN INDONESIA.
112
UNODC. (1990). United Nations Rules for the Protection of Juveniles Deprived
of their Liberty. Vienna: UNODC.
UNODC. (2010). (The Bangkok Rules) United Nations Rules for the Treatment
of Women Prisoners and Non-custodial Measures for Women Offenders
with their Commentary. Vienna: UNODC.
UNODC. (2015). The United Nations Standard Minimum Rules for the
Treatment of Prisoners (the Nelson Mandela Rules). Vienna: UNODC.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan
Seksual;
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan;
Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Lingkungan Satuan Pendidikan.
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: PAS-23.OT.02.02
Tahun 2018 tentang Standar Pengasuhan Anak.
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: PAS-10.OT.02.02
Tahun 2021 tentang Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana.
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 97/PUU-
XIV/2016.
113
Artikel Jurnal
Abram, K. M., Choe, J. Y., Washburn, J. J., Teplin, L. A., King, D. C., &
Dulcan, M. K. (2008). Suicidal Ideation and Behaviors Among Youths
in Juvenile Detention. Journal of the American Academy of Child &
Adolescent Psychiatry, 47(3), 291–300.
Braddock, K., & Horgan, J. (2015). Towards a Guide for Constructing and
Disseminating Counternarratives to Reduce Support for Terrorism.
Studies in Conflict & Terrorism, 39(5), 381–404.
Braddock, K., & Dillard, J. P. (2016). Meta-analytic evidence for the
persuasive effect of narratives on beliefs, attitudes, intentions, and
behaviors. Communication monographs, 83(4), 446-467.
Coker, D. (2020). Action research in a juvenile detention school: New
processes, paradigms, and possibilities. Education Quarterly
Reviews, 3(3). 411-430.
Collingwood, T. R. (1997). Providing physical fitness programs to at-risk
youth. Quest, 49(1), 67-84.
Darbouze, K. (2008). Rehabilitative methods and the affect on juvenile
delinquents. The University of Maryland McNair Scholars Undergraduate
Research Journal, 1, No. 1, 104-117.
de Austria, J. J. (2014). The Fine Line between Gender Equity and Gender
Equality. Research Journal of Social Science & Management, 4(7), 1-4.
Doosje, B., & van Eerten, J. J. (2017). ‘Counter-narratives’ against violent
extremism. De-radicalisation, 83-95.
Fulcher, P. A. (2013). The double-edged sword of prison video visitation:
Claiming to keep families together while furthering the aims of the
prison industrial complex. Florida A&M Univ. Law Review, 9, 83-112.
Greene, J. W., & Walker, L. S. (1997). Psychosomatic Problems and Stress
in Adolescence. Pediatric Clinics of North America, 44(6), 1557–1572.
Jufri, M. (2020). Persoalan Hukum Pengakuan Hak-hak Penganut Aliran
Kepercayaan di Bidang Administrasi Kependudukan. Jurnal
Rechtsvinding, 9(3), 461-480.
Listyani, N. (2015). Reconstruction of Prisoners Development System into
Correctional System. Al' Adl, 13, 42-55.
MacKenzie, D. L. (2000). Evidence-Based Corrections: Identifying Waht
Works. Crime & Delinquency, 46(4), 457-471.
doi:10.1177/0011128700046004003.
114
Ng, I. Y., Shen, X., Sim, H., Sarri, R. C., Stoffregen, E., & Shook, J. J. (2011).
Incarcerating juveniles in adult prisons as a factor in
depression. Criminal Behaviour and Mental Health, 21(1), 21-34.
Pechorro, P., DeLisi, M., Andrade, J., Gonçalves, R. A., & Quintas, J.
(2021). Primary and Secondary Variants of Psychopathy in Incarcerated
Youth: An Investigation with a Focus on Social Anxiety. Deviant
Behavior, 1–13.
Roberts, R. E., Lewinsohn, P. M., & Seeley, J. R. (1995). Symptoms of DSM-
III-R major depression in adolescence: evidence from an epidemiological
survey. Journal of the American Academy of Child & Adolescent
Psychiatry, 34(12), 1608-1617.
Rushchenko, J. (2019). Terrorist recruitment and prison radicalization:
Assessing the UK experiment of “separation centres.” European Journal
of Criminology, 1-20.
Ryan, E. P., & Redding, R. E. (2004). A Review of Mood Disorders Among
Juvenile Offenders. Psychiatric Services, 55(12), 1397–1407.
Smith, M. S. (1990). Psychosomatic Symptoms in Adolescence. Medical
Clinics of North America, 74(5), 1121–1134.
Tarolla, S. M., Wagner, E. F., Rabinowitz, J., & Tubman, J. G. (2002).
Understanding and treating juvenile offenders: A review of current
knowledge and future directions. Aggression and Violent Behavior, 7(2),
125–143.
Thomas, C. R., & Penn, J. V. (2002). Juvenile justice mental health services.
Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America, 11(4), 731–
748.
Simi, P., Blee, K., DeMichele, M., & Windisch, S. (2017). Addicted to Hate:
Identity Residual among Former White Supremacists. American
Sociological Review, 82(6), 1167-1187.
doi:https://doi.org/10.1177/0003122417728719.
Varghese, F. P., Magaletta, P. R., Fitzgerald, E. L., & McLearen, A. M. (2015).
Counseling psychologists and correctional settings: Opportunities
between profession and setting. Counselling Psychology Quarterly,
28(2), 200–214.
Young, B. (2021). Change in the Context of Relationships: The Effect of
Visitation on Dynamic Risk Change Among Incarcerated Youth. Youth
Violence and Juvenile Justice, 19(3). 308-329.
115
Kanal Media
Kementerian Agama RI. (2021, Desember 20). Indeks Kerukunan Umat
Beragama Tahun 2021 Masuk Kategori Baik. Kementerian Agama
Republik Indonesia. Dilansir dari
https://www.kemenag.go.id/nasional/indeks-kerukunan-umat-
beragama-tahun-2021-masuk-kategori-baik-latuic.
Kumparan. (2019, Maret 31). [Part 2] Kisah Komunitas Yahudi di Manado |
Special Content. Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
116