LAPORAN PRAKERIN
LAPORAN PEMANTAUAN & LAPORAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
KOTA BATAM
TAHUN 2011
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyratan
Mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN)
DISUSUN OLEH :
SAMBA AGUNG PERMANA
NIS : 0416
SEKOLAH MENENGAH KE1URUAN NEGERI 4 BATAM (SMKN 4)
PROGRAM KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI
TAHUN PELA1ARAN 2011/2012
BATAM
SYW
SYW
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin)/ Pendidikan sistem Ganda (PSG) di Pemerintahan
Kota Batam.
Penyusunan dari laporan Prakter Kerja Industri (Prakerin) adalah sebagai bentuk laporan
akhir penulis selama mengikuti kegiatan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Pemerintahan Kota
dan penulis di tempatakan di bagian Analisa Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota Batam,
yang mana Praktek kerja Industri (Prakerin) merupakan salah satu program yang dianjurkan oleh
Dinas Pendidikan Nasional sebagai upaya untuk menigkatkan mutu program produktiI dalam
tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Batam
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Pemerintah Kota Batam dan
ditempatkan di bagian Badan Pengendalian Dampak LIngkungan Kota Batam beralamat di JL.
EngkuPutri No. 1 Batam Center Batam. Penulis ditempatkan di Badan pengendalian Dampak
Lingkungan Kota Batam selama 3 (Tiga) Bulan yaitu mulai tanggal 18 (Delapan Belas) Juli
sampai pada tanggal 26 Oktober 2011..
Banyak sekali ilmu dan pelajaran baru yang penulis dapatkan dalam melaksanakan Praktek
Kerja Industri (Prakerin) di Pemerintah Kota Batam., Adapun dalam penyusunan karya tulis,
penulis menemukan beberapa hambatan seperti pembagian waktu dalam penyusunan laporan
Praktek Kerja Industri (Prakerin), sedangkan judul karya tulis yang penulis ambil berdasarkan
jurusan dan kegiatan penulis di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dimana penulis di
tempatkan.Meskipun begitu penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan baik.
SYW
Dalam menyelesaikan laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini, penulis mendapat bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis Mengucapkan banyak terima kasih yang
sebesar besarnya kepada pihak industri tempat penulis melaksanakan Praktek Kerja Industri
(Prakerin), yaitu :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga laporan ini bisa
terselesaikan .
2. Ayah dan Ibu Tercinta yang telah memotivasi penulis untuk melakukan yang terbaik.
3. Bapak Ir. Dendi N Purnomo, selaku Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Kota batam.
4. Ibu Ir. Husnaini, selaku Sekretaris Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota
batam.
5. Ibu Ir.Mince Sihotang, selaku Kepala Bidang Analisis Pengendalian Dampak
Lingkungan
6. Ibu Hamidah Saragi, SH, selaku Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan.
7. Bapak Saprial, S.PI, MT, selaku Kepala Bidang Penegakan Hukum Lingkungan.
8. Bapak Ir.H.kiagus Rozali, selaku Kepala Bidang Pelestarian Lingkungan.
9. Bapak Moh Zani,S.SI, selaku Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan
10. Bapak Endra Rika, ST, selaku Kepala Sub Bidang Teknis Amdal
11. Bapak Adiyanto, ST, selaku Kepala Sub Bidang Pengendalian Usaha
12. Bapak Didi Wahyudi, selaku Pembimbing Industri di Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Kota batam.
13. Seluruh Pegawai yang ada di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Batam
SYW
Penulis Juga mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah SMK Negeri 4 Batam yaitu :
1. Bapak Baharuddin Sitepu, S. Pd, selaku Kepala SMK Negeri 4 Batam
2. Ibu Rismawati Sihotang, selaku Ketua Humas SMK N 4 Batam
3. Bapak Rudais Hazkim,Selaku Wakil Humas SMK N 4 Batam
4. Ibu Fahmiati,S.Pdselaku Kapro Keahlian Kimia Industri
5. Ibu Dessy Irianti, S.Si , Selaku Pembimbing Laporan
6. Seluruh Majelis Guru di SMK Negeri 4 Batam
7. Seluruh Sahabat serta teman teman di SMK Negeri 4 Batam khususnya XI Kimia
Industri 1 yang telah memberikan dukungan beserta saransarannya kepada penulis.
8. Seluruh pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung
Penulis juga menyadari selama melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Indsutri (prakerin) di
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Pemerintah Kota Batam dan selama belajar di
sekolah, penulis banyak sekali melakukan kesalahan dan kekhilaIan baik dalam tindakan dan
perbuatan yang disengaja maupun tidak disegaja. Untuk itu penulis mohon maaI kepada StaI dan
Pegawai Di Pengendalian Dampak Lingkungan dan juga kepada guru-guru penulis beserta
seluruh karyawan yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Batam.
Dalam pembuatan karya tulis ini terdapat banyak sekali kesalahan-kesalahan. Oleh sebab
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersiIat membangun
sebagai bahan masukan penulis di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga laporan ini bermanIaat bagi penulis dan bagi
pembaca pada umumnya, khususnya bagi adik-adik kelas yang juga akan menyusun karya
tulis, cukup sekian dan terima kasih atas perhatianya.
Batam, Oktober 2011
Penulis
Samba Agung. P
NIS : 0416
SYW
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembaran Pengesahan ................................... 2-3
Kata Pengantar .................................. 4-6
DaItar Isi ........................................ 7-8
Bab I PENDAHULUAN .................................. 9
1.1.Pengertian Prakerin .................................
1.2.Latar Belakang Prakerin .............................
1.3.Tujuan Prakerin .................................
1.4.Perumusan Masalah ..............................
Bab II ISI .......................................
2.1. Sejarah Perusahaan .................................
2.2. Fasilitas / Kegiatan Usaha / Bagian .......................
2.3. Kegiatan yang dilakukan selama Prakerin .....................
2.4 Laporan prakerin.............................
2.4.1 Pengertian lingkungan hidup........................
Bab III SPPL ..................................
2.4.2 Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan..................
Bab IV UKL - UPL.............................
2.4.3 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL & UPL)..................................
Bab V AMDAL...............................
2.4.4 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan....................
SYW%
Bab VI DPLH...............................
2.4.5 DokumenPengelolaanLingkunganHidup(DPLH)...............
Bab VII PENUTUP
3.1. Kesimpulan .................................
3.2. Saran .....................................
Daftar Pustaka...........................
Lampiran
SYW%
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN PRAKTEK KER1A LAPANGAN (PKL)
Praktek Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk emplementasi secara sistematis dan
sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang
diperoleh melalui kegiatan kerja secara langsung didunia kerja untuk mencapai tingkat keahlian
tertentu.
Disamping dunia usaha,Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) Dapat memberikan keuntungan
pada pelaksanaan itu sendiri yaitu sekolah, karena keahlian yang tidak diajarkan di sekolahan
bisa di dapat di dunia usaha , sehingga dengan adanya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) dapat
meningkatkan mutu dan relevensi Pendidikan Menengah Atas yang dapat diarahkan
mengembangkan untuk suatu sistem yang mantap antara dunia pendidikan dan dunia usaha.
1.2 LATAR BELAKANG PRAKERIN.
Pelaksanaan kegiatan Praktek Industri di SMK Negeri 4 Batam adalah bagian dari PSG
(Pendidikan Sistem Ganda) yang mana merupakan sebagian dari kebijaksanaan dari 'Link and
Match, dimana dalam melaksanakan proses belajar dilaksanakan pada dua tempat yaitu di
sekolah dan di dunia industri, baik besar, sedang, ataupun kecil atau industri rumah tangga.
Upaya ini dilaksanakan untuk meningkatkan kualiatas lulusan pelajar SMK, agar lebih sesuai
dengan tuntutan pembangunan nasional pada umumnya dan kebutuhan tenaga kerja pada
SYW
khususnya. Harapan utama dari kegiatan penyelenggaraan praktek di dunia usaha atau industri
ini disamping keahlian proIessional siswa meningkat sesuai kebutuhan Dunis Usaha atau
Industri, siswa juga akan memiliki etos kerja, kualitas, disiplin waktu dan kerajinan kerja dalam
bekerja, serta memiliki wawasan yang luas tentang dunia usaha atau industri.
Untuk meninjau perkembangan para siswa di dunia usaha atau industri, diperlukan suatu
perangkat yang dapat memberikan inIormasi tentang kualiIikasi dan jenis kegiatan praktek
siswa. Perangkat tersebut adalah jurnal kegiatan praktek siswa dalam bentuk laporan kegiatan
praktek siswa selama berada di dunia usaha atau industri.
1.3 MAKSUD & TU1UAN PRAKTEK KER1A LAPANGAN (PKL)
Maksud dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang diwujudkan dalam kerja
disuatu perusahaan. Selain sebagai salah satu syarat tugas akhir Praktek Kerja Lapangan ( PKL
),Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) juga sebagai kegiatan Siswa untuk mencari pengalaman kerja
sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya,
yang tercermin dalam Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila yang bertujuan
meningkatkan kecerdasan, kreativitas, dan ketrampilan agar dapat menumbuhkan manusia yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas Pembangunan Bangsa dan
Negara dalam pencapaian perekonomian meningkat dan kehidupan yang makmur.
SYW
BAB II
2.1. SE1ARAH PERUSAHAAN
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Kota Batam mulai terbentuk
berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau Nomor : 225 Tahun 1999
tanggal 28 Oktober 1999 seiring dengan terbentuknya daerah otonom Kota Batam berdasarkan
Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999. Susunan organisasi saat itu hanya terbagi menjadi
Sekretariat dan dua seksi bidang yaitu pengawasan & pengendalian serta pemantauan &
pemulihan.
Selanjutnya susunan organisasi Bapedal Kota Batam diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 11 tahun 2007 tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kota Batam dan Peraturan Walikota Batam Nomor 09 tahun 2008 tentang Uraian Tugas
dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Batam, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Kota Batam terdiri dari seorang Kepala Badan serta membawahi Sekretaris dan 4 (empat)
Kepala Bidang, seperti tergambar pada gambar di samping.
SYW
Visi dan Misi Bapedal Kota Batam
VISI
' Menuju Batam Sadar Lingkungan
MISI
1. Meningkatkan kemampuan aparatur yang proIesional
2. Mewujudkan kesadaran lingkungan dan penegakan hukum lingkungan
3. Pengembangan kajian dampak lingkungan, pengendalian kerusakan dan pencemaran
Tugas Dan Fungsi Bapedal Kota Batam
TUGAS
Berdasarkan Peraturan Walikota Batam Nomor 9 Tahun 2008 tentang Uraian Tugas dan
Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Batam, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup
Kota Batam mempunyai tugas pelaksanaan, pengkoordinasian dan penyusunan kebijakan daerah
di bidang pengendalian dampak lingkungan dan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai
dengan lingkup tugas dan Iungsinya.
FUNGSI
1. Penyusunan program dan kegiatan badan dalam jangka pendek, menengah dan jangka
panjang;
2. Penyelenggaraan urusan tata usaha perkantoran yang meliputi urusan perencanaan dan
evaluasi, urusan keuangan serta urusan umum dan kepegawaian;
3. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengendalian dampak lingkungan;
SYW
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bapedal sesuai dengan lingkup tugas dan
Iungsinya.
BIDANG ANALISIS PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN (APDL)
Sub Bidang Teknis AMDAL
1. Penyelenggaraan bimbingan teknis tata cara penyusunan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL);
2. Pelaksanaan pekerjaan kegiatan penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) keperluan pemerintah kota;
3. Penyiapan, pengkajian, dan pelaksanaan penilaian terhadap AMDAL, UKL dan UPL;
Sub Bidang Evaluasi AMDAL
1. Pemetaan kondisi eksisting lingkungan hidup serta upaya untuk melakukan pemantauan dan
pelestarian lingkungan hidup;
2. Pengembangan perangkat ekonomi lingkungan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup;
BIDANG PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (PL)
Sub Bidang Pelestarian Ekosistem Darat, Pesisir dan Laut
1. Penyelenggaraan bimbingan teknis tata cara pelestarian lingkungan hidup di darat, pesisir dan
laut;
2. Pelaksanaan program pencegahan kerusakan lingkungan dan kegiatan yang berhubungan
dengan pelestarian ekosistem darat, pesisir dan laut;
SYW
KEBIJAKAN
Untuk melaksanakan visi dilakukan dengan kebijakan yang meliputi :
1. Peningkatan SDM Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
2. Pengembangan akses inIormasi, komunikasi dan sistim inIormasi.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup.
4. Peningkatan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
5. Penegakan hukum di bidang lingkungan.
PROGRAM DAN KEGIATAN
Untuk mendukung visi dan misi dilakukan beberapa program sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Sumber Daya Manusia
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana
3. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
4. Program Pembinaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
5. Program Penaatan dan Penegakan Hukum di Bidang Lingkungan
2.2. Fasilitas Instansi / Kegiatan Usaha / Struktur Instansi
1. Fasilitas Perusahaan
Bapedal Kota Batam menyediakan beberapa Iasilitas yang mendukung jalanya
kegiatan. Beberapa Iasilitas yang membantu tersebut ialah :
a. Computer;
b. Printer;
c. Ruang Rapat;
d. Pentry;
e. Gudang;
I. Pos Pengaduan;
SYW%
2. Kegiatan Usaha
Bapedal Kota Batam mempunyai kegiatan masing-masing di setiap bidang, sebagai
berikut :
a. Sub Bidang Teknis AMDAL
O Penyelenggaraan bimbingan teknis tata cara penyusunan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan
Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
b. Sub Bidang Pelestarian Ekosistem Darat, Pesisir dan Laut
O Penyelenggaraan bimbingan teknis tata cara pelestarian lingkungan hidup di
darat, pesisir dan laut.
.. Sub Bidang Pengendalian Lingkungan
O Koordinasi, pembinaan dan pengendallian terhadap pencemaran air, udara,
kebisingan dan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3).
d. Sub Bidang Penataan Lingkungan
O Penerimaan, Pencarian inIormas dari masyarakat yang terkena kasus
lingkungan.
SYW
KEPALA
BAPEDAL
BDANG
ANALSS
PENCEGAHAN
DAMPAK LNGKUNGAN
SUBBD.
TEKNS AMDAL
SUBBD.
EVALUAS AMDAL
BDANG PELESTARAN
LNGKUNGAN
SUBBD
PELESTARAN
EKOSSTEM DARAT,
PESSR & LAUT
SUBBD
PEMANTAUAN
KUALTAS
LNGKUNGAN
BDANG
PENGENDALAN
LNGKUNGAN
SUBBD
PENGENDALAN
USAHA LNGKUNGAN
SUBBD
PENGENDALAN
LNGKUNGAN
BIDANG PENEGAKAN
HUKUM LINGKUNGAN
SUBBD
OPERAS PENTAATAN
SUBBD
PEMULHAN
LNGKUNGAN
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
SEKRETARIAT
SUBBAG. UMUM
DAN KEPEGAWAIAN
SUBBAG.
KEUANGAN
SUBBAG.
PERENCANAAN DAN
EVALUASI
3. Bagian Instansi / Struktur Instansi
SYW
Bab III
Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
SPPL
Merupakan PERNYATAAN KESANGGUPAN dari penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan untuk melakukan PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
lingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya.
Berikut ini adalah salah satu contoh Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan :
SYW
Maicrai F. 6.000,-
Tanda iangan
Ca crusaIaan
Menyetujui,
A/n Kepala Bapedal Kota Batam
Kabid APDL,
SYW
Lampiran I
FORM ISIAN
SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
I. IDENTITAS PEMRAKARSA
1. Nama perusahaan :
2. Nama penanggungjawab pengelolaan
lingkungan
:
3. Alamat kantor
:
4. Nomor telepon/Iax :
II. RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
1. Nama rencana usaha
dan/atau kegiatan
:
2.
3.
Lokasi rencana usaha dan/atau
kegiatan
Skala usaha dan/atau Kegiatan
:
:
(Satuan)
SYW
Keterangan.
Tuliskan ukuran luasan dan atau panfang dan/atau volume dan/atau kapasitas atau
besaran lain yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang skala
kegiatan. Sebagai contoh antara lain.
1. Bidang Industri. fenis dan kapasitas produksi, fumlah bahan baku dan penolong,
fumlah penggunaan energi dan fumlah penggunaan air
2. Bidang Pertambangan. luas lahan, cadangan dan kualitas bahan tambang,
panfang dan luas lintasan ufi seismik dan fumlah bahan peledak
3. Bidang Perhubungan. luas, panfang dan volume fasilitas perhubungan yang
akan dibangun, kedalaman tambatan dan bobot kapal sandar dan ukuran-
ukuran lain yang sesuai dengan bidang perhubungan
4. Pertanian. luas rencana usaha dan/atau kegiatan, kapasitas unit pengolahan,
fumlah bahan baku dan penolong, fumlah penggunaan energi dan fumlah
penggunaan air
5. Bidang Pariwisata. luas lahan yang digunakan, luas fasiltas pariwisata yang
akan dibangun, fumlah kamar, fumlah mesin laundry, fumlah hole, kapasitas
tempat duduk tempat hiburan dan fumlah kursi restoran
SYW%
3. Limbah gas
kualitas air Sungai
XYZ akibat
pembuangan limbah
padat
Penurunan kualitas
udara akibat
pembakaran
dihasilkan adalah
1,2 m
3
/minggu.
akan terfadi)
SYW
Maicrai F. 6.000,-
Tanda iangan
Ca crusaIaan
SYW
Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut SPPL, adalah pernyataan
kesanggupan dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
2
melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas dampak
lingkungan hidup dari usaha dan/atau kegiatannya di luar usaha
dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.
3. Pemrakarsa adalah penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
4. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota adalah kepala
instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup kabupaten/kota.
5. Kepala instansi lingkungan hidup provinsi adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup provinsi.
6. Deputi Menteri adalah Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup yang
tugas dan tanggungjawabnya di bidang amdal.
7. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 2
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria
wajib amdal wajib memiliki UKL-UPL.
(2) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
wajib membuat SPPL.
Pasal 3
(1) Jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL atau SPPL
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ditetapkan oleh gubernur atau
bupati/walikota berdasarkan hasil penapisan.
(2) Penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan pedoman penapisan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 4
(1) UKL-UPL disusun oleh pemrakarsa sesuai dengan Iormat penyusunan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II.
(2) SPPL disusun oleh pemrakarsa sesuai dengan Iormat penyusunan
sebagaimana tercatum dalam Lampiran III.
(3) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Pemrakarsa mengajukan UKL-UPL atau SPPL kepada:
a. kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, apabila usaha
dan/atau kegiatan berlokasi pada 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;
SYW
3
b. kepala instansi lingkungan hidup provinsi, apabila usaha dan/atau
kegiatan berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;
2. di lintas kabupaten/kota; dan/atau
3. di wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil dari garis pantai ke
arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan untuk provinsi
dan 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan provinsi untuk
kabupaten/kota; atau
c. Deputi Menteri, apabila usaha dan/atau kegiatan berlokasi:
1. lebih dari 1 (satu) wilayah provinsi;
2. di wilayah sengketa dengan negara lain;
3. di wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis
pantai ke arah laut lepas; dan/atau
4. di lintas batas Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan negara
lain.
Pasal 6
(1) Pemrakarsa mengajukan UKL-UPL atau SPPL kepada kepala instansi
lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup
provinsi, atau Deputi Menteri sesuai dengan kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5.
(2) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri memberikan tanda bukti
penerimaan UKL-UPL atau SPPL sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada pemrakarsa yang telah memenuhi Iormat penyusunan UKL-UPL
atau SPPL.
(3) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri setelah menerima UKLUPL
atau SPPL yang memenuhi Iormat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) melakukan pemeriksaan UKL-UPL atau pemeriksaan SPPL yang
dalam pelaksanaannya dilakukan oleh unit kerja yang menangani
pemeriksaan UKL-UPL atau pemeriksaan SPPL.
Pasal 7
(1) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri wajib:
a. melakukan pemeriksaan UKL-UPL berkoordinasi dengan instansi
yang membidangi usaha dan/atau kegiatan dan menerbitkan
rekomendasi UKL-UPL paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya UKL-UPL; atau
b. melakukan pemeriksaan SPPL dan memberikan persetujuan SPPL
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya SPPL.
4
(2) Dalam hal terdapat kekurangan data dan/atau inIormasi dalam UKLUPL
atau SPPL serta memerlukan tambahan dan/atau perbaikan,
pemrakarsa wajib menyempurnakan dan/atau melengkapinya sesuai
SYW
Batas amdal
Batas UKL-UPL
3
sumur resapan, berjarak tertentu dari batas daerah milik jalan
(DAMIJA), dan lain-lain.
UKL-UPL merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi
dalam pelaksanaan penerbitan izin lingkungan, sehingga bagi usaha
dan/atau kegiatan yang UKL-UPLnya ditolak maka pejabat pemberi
izin wajib menolak penerbitan izin bagi usaha dan/atau kegiatan
bersangkutan. UKL-UPL dinyatakan berlaku sepanjang usaha
dan/atau kegiatan tidak melakukan perubahan lokasi, desain,
proses, bahan baku dan/atau bahan penolong. Bagi UKL-UPL yang
telah dinyatakan sesuai dengan isian Iormulir atau layak, maka UKLUPL
tersebut dinyatakan kadaluarsa apabila usaha dan/atau
kegiatan tidak dilaksanakan dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak
rekomendasi atas UKL-UPL diterbitkan.
II. Langkah dan kriteria penapisan jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL
Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL dilakukan dengan langkah berikut:
1. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan
tersebut tidak termasuk dalam jenis usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal.
a. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak termasuk dalam daItar
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi amdal, baik yang ditetapkan dalam
peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
atau keputusan bupati/walikota sesuai kaidah
penetapan wajib amdal;
Catatan: Bupati/walikota atau Gubernur DKI
Jakarta atas pertimbangan ilmiah dapat
menetapkan suatu jenis usaha dan/atau
kegiatan menjadi wajib amdal atas
pertimbangan daya dukung, daya tampung dan
serta tipologi ekosistem setempat menjadi lebih
ketat dari daItar jenis usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi amdal dalam peraturan
Menteri.
b. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak berlokasi di kawasan
lindung;
LANGKAH
PERTAMA
SYW%
4
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang
berbatasan dan/atau berlokasi di kawasan
lindung wajib dilengkapi amdal.
c. Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut tidak berlokasi di lokasi yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
(RTRW) dan/atau rencana tata ruang kawasan
setempat.
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang
berlokasi tidak sesuai tata ruang wajib ditolak.
2. Pastikan bahwa potensi dampak dari rencana
usaha dan/atau kegiatan telah tersedia teknologi
untuk menanggulangi dampak tersebut.
Catatan: Jika tidak tersedia teknologi penanganan
dampak dari suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, maka kemungkinan rencana usaha
dan/atau kegiatan tersebut wajib dilengkapi amdal.
3. Periksa peraturan yang ditetapkan oleh menteri
departemen sektoral atau kepala lembaga
pemerintah non departemen (LPND) tentang jenis
usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL untuk
ditetapkan menjadi usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan UKL-UPL.
Catatan:
Dalam hal menteri departemen sektoral atau
kepala lembaga pemerintah non departemen
(LPND) belum menetapkan jenis usaha
dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL, maka
lakukan penetapan jenis usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana langkah
keempat dan langkah kelima.
Dalam hal menteri departemen sektoral atau
kepala lembaga pemerintah non departemen
(LPND) telah menetapkan jenis usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL tetapi tidak dilengkapi
dengan skala/besaran, atau skala/besarannya
ditentukan tetapi tidak ditentukan batas
bawahnya, maka lakukan penetapan jenis
LANGKAH
KEDUA
LANGKAH
KETIGA
5
usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL
SYW%
dan/atau kegiatan
:
Keterangan.
Tuliskan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, seperti antara lain.
nama falan, desa, kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi tempat
akan dilakukannya rencana usahan dan/atau kegiatan. Untuk
kegiatan-kegiatan yang mempunyai skala usaha dan/atau kegiatan
besar, seperti kegiatan pertambangan, perlu dilengkapi dengan peta
lokasi kegiatan dengan skala yang memadai (1.50.000 bila ada) dan
letak lokasi berdasarkan Garis Lintang dan Garis Bufur.
3. Skala usaha dan/atau Kegiatan : (satuan)
Keterangan.
Tuliskan ukuran luasan dan atau panfang dan/atau volume dan/atau
kapasitas atau besaran lain yang dapat digunakan untuk memberikan
gambaran tentang skala kegiatan. Sebagai contoh antara lain.
1. Bidang Industri. fenis dan kapasitas produksi, fumlah bahan baku
dan penolong, fumlah penggunaan energi dan fumlah penggunaan air
2
2. Bidang Pertambangan. luas lahan, cadangan dan kualitas bahan
tambang, panfang dan luas lintasan ufi seismik dan fumlah bahan
peledak
3. Bidang Perhubungan. luas, panfang dan volume fasilitas
perhubungan yang akan dibangun, kedalaman tambatan dan bobot
kapal sandar dan ukuran-ukuran lain yang sesuai dengan bidang
perhubungan
4. Pertanian. luas rencana usaha dan/atau kegiatan, kapasitas unit
pengolahan, fumlah bahan baku dan penolong, fumlah penggunaan
energi dan fumlah penggunaan air
5. Bidang Pariwisata. luas lahan yang digunakan, luas fasiltas
pariwisata yang akan dibangun, fumlah kamar, fumlah mesin
laundry, fumlah hole, kapasitas tempat duduk tempat hiburan dan
fumlah kursi restoran
4. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Tuliskan komponen-komponen rencana usaha dan/atau kegiatan
yang diyakini akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup.
Teknik penulisan dapat menggunakan uraian kegiatan pada setiap
tahap pelaksanaan proyek, yakni tahap prakonstruksi, konstruksi,
operasi dan pasca operasi atau dengan menguraikan komponen
kegiatan berdasarkan proses mulai dari penanganan bahan baku,
proses produksi, sampai dengan penanganan pasca produksi.
Contoh: Kegiatan Peternakan
Tahap Prakonstruksi :
a. Pembebasan lahan (jelaskan secara singkat luasan lahan yang
dibebaskan dan status tanah).
b. dan lain lain..
Tahap Konstruksi:
SYW
limbah cair
Terjadinya penurunan
kualitas air Sungai XYZ
akibat pembuangan
limbah padat
Penurunan kualitas
udara akibat
pembakaran
(Tuliskan ukuran yang
dapat menyatakan
besaran dampak)
Contoh:
Limbah cair yang
dihasilkan adalah 50
liter/hari.
Limbah padat yang
dihasilkan adalah 1,2
m3/minggu.
(Tuliskan
informasi lain
yang perlu
disampaikan
untuk
menfelaskan
dampak
lingkungan yang
akan terfadi)
4
IV. PROGRAM PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP
Uraikan secara singkat dan jelas:
1. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah dan mengelola
dampak termasuk upaya untuk menangani dan menanggulangi keadaan
darurat;
2. Kegiatan pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui eIektiIitas
pengelolaan dampak dan ketaatan terhadap peraturan di bidang
lingkungan hidup;
3. Tolok ukur yang digunakan untuk mengukur eIektiIitas pengelolaan
lingkungan hidup dan ketaatan terhadap peraturan di bidang
lingkungan hidup.
V. TANDA TANGAN DAN CAP
Setelah UKL-UPL disusun dengan lengkap, pemrakarsa wajib
menandatangani dan membubuhkan cap usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan.
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
SYW
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad
1
Lampiran III
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 13 Tahun 2010
Tanggal : 7 Mei 2010
FORMAT SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN
PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (SPPL)
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ............................................................................
Jabatan : ............................................................................
Alamat : ............................................................................
Nomor Telp. : ............................................................................
Selaku penanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dari:
Nama perusahaan/Usaha : .........................................................
Alamat perusahaan/usaha : .........................................................
Nomor telp. Perusahaan : .........................................................
Jenis Usaha/siIat usaha : .........................................................
Kapasitas Produksi : .........................................................
Perizinan yang dimiliki : .........................................................
Keperluan : .........................................................
Besarnya modal : .........................................................
Dengan ini menyatakan bahwa kami sanggup untuk:
1. Melaksanakan ketertiban umum dan senantiasa membina
hubungan baik dengan tetangga sekitar.
2. Menjaga kesehatan, kebersihan dan keindahan di lingkungan
usaha.
3. Bertanggung jawab terhadap kerusakan dan/atau pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan
tersebut.
4. Bersedia dipantau dampak lingkungan dari usaha dan/atau
kegiatannya oleh pejabat yang berwenang.
5. Menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup di
lokasi dan disekitar tempat usaha dan/atau kegiatan.
6. Apabila kami lalai untuk melaksanakan pernyataan pada angka 1
sampai angka 5 di atas, kami bersedia bertanggung jawab sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SYW
Keterangan:
a. Dampak lingkungan yang terjadi:
1.
2.
3.
4.
5. dst.
2
b. Pengelolaan dampak lingkungan yang dilakukan:
1.
2.
3.
4.
5. dst.
SPPL ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan berakhirnya
usaha dan/atau kegiatan atau mengalami perubahan lokasi, desain,
proses, bahan baku dan/atau bahan penolong.
Menyetujui,
Kepala Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi/Kabupaten/Kota
N A M A
(..................................................)
NIP.
Tanggal, Bulan, Tahun
Yang menyatakan,
N A M A
(..................................................)
Catatan:
Contoh Iormat di atas merupakan Iormat minimum dan dapat
dikembangkan.
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
SYW
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad
Materai Rp. 6.000,-
Tanda tangan
Cap perusahaan
1
Lampiran IV
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 13 Tahun 2010
Tanggal : 7 Mei 2010
FORMAT SURAT REKOMENDASI UPAYA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
SYW
Bab IV
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
UKL - UPL
Merupakan PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan
hidup yang diperlukan bagi PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) adalah salah satu instrument pengelolaan lingkungan
yang merupakan salah satu persyaratan perijinan bagi pemrakarsa yang
akan melaksanakan suatu usaha/kegiatan di berbagai sektor.
SYW%
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan ManIaat
1.3.Peraturan
BAB II RUANG LINGKUP STUDI
2.1 Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah dan AlternatiI
Komponen Usaha dan/atau Kegiatan
a. Status dan Lingkup Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah
b. AlternatiI-alternatiI Yang Akan Dikaji Dalam ANDAL
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal
2.3 Pelingkupan
a. Proses pelingkupan
b. Hasil proses pelingkupan
1. Dampak penting hipotetik
2. Lingkup wilayah studi dan batas
BAB III METODE STUDI
3.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data
3.2 Metode Prakiraan Dampak Penting
3.3 Metode Evaluasi Dampak Penting
BAB IV PELAKSANAAN STUDI
4.1 Pemrakarsa
4.2 Penyusun Studi AMDAL
4.3 Biaya Studi
4.4 Waktu Studi
SYW
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pada bagian ini dilampirkan berbagai keputusan perijinan yang berkaitan usaha dan / atau
kegiatan.
SYW
Bab V
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi
terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat. Reaksi ini
mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan
penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti
pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan
pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL
sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat, yaitu
ational Environmental Policy Act (EPA) pada tahun 1969. NEPA mulai berlaku pada tanggal
1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,
'Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah Iederal yang besar yang akan diperkirakan akan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental
Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah
No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan
yang bersiIat birokratis maupun metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah
mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang
AMDAL dalam rangka eIektivitas dan eIisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya
Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan. Oleh
karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat
lebih optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan hidup adalah
pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan oleh beroperasinya
pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat beroperasi atau layak
dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang
dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam peraturan
pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan disebutkan bahwa
AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:
SYW
Bab VI
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
DPLH
DeIinisi DPLH: Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya
disingkat DPLH, adalah dokumen yang memuat pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup yang dikenakan bagi usaha dan/atau kegiatan yang sudah memiliki izin usaha dan/atau
kegiatan tetapi belum memiliki
UKL-UPL.
DPLH juga diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010
1
SALINAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 14 TAHUN 2010
TENTANG
DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
YANG TELAH MEMILIKI IZIN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TETAPI
BELUM MEMILIKI DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 121 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, usaha
dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki dokumen amdal
wajib menyelesaikan audit lingkungan hidup dalam waktu
paling lama 2 (dua) tahun;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 121 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, usaha
dan/atau kegiatan yang telah memiliki izin usaha
dan/atau kegiatan tetapi belum memiliki UKL-UPL wajib
membuat dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam
waktu paling lama 2 (dua) tahun;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruI a dan huruI b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Dokumen
Lingkungan Hidup Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Telah Memiliki Izin Usaha Dan/Atau Kegiatan Tetapi
Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup;
SYW
(2) DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disusun
paling lama tanggal 3 Oktober 2011.
(3) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat meminta bantuan kepada konsultan dalam
penyusunan DELH atau DPLH.
4
(4) Penyusunan DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan tata laksana sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Persyaratan Penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
Pasal 3
(1) Penyusun DELH harus memenuhi persyaratan:
a. memiliki sertiIikat pelatihan penyusun dokumen amdal, sertiIikat
kompetensi penyusun dokumen amdal, dan/atau sertiIikat auditor
lingkungan hidup bagi penyusunan DELH yang dilakukan sejak
Peraturan Menteri ini ditetapkan sampai dengan tanggal 3 Oktober
2010; atau
b. memiliki sertiIikat kompetensi auditor lingkungan hidup yang
teregistrasi bagi penyusunan DELH yang dilakukan antara tanggal 4
Oktober 2010 sampai 3 Oktober 2011.
(2) Penyusunan DELH menggunakan Iormat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Mekanisme Penetapan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup
Pasal 4
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) mengajukan permohonan penyusunan DELH kepada:
a. kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota;
b. kepala instansi lingkungan hidup provinsi; atau
c. Menteri melalui Deputi Menteri
sesuai dengan kewenangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
yang mengatur mengenai tata kerja komisi penilai amdal.
Pasal 5
(1) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota melakukan veriIikasi
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruI a dan
menyampaikan usulan penyusunan DELH yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) kepada kepala instansi
lingkungan hidup provinsi dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak diterimanya permohonan.
(2) Kepala instansi lingkungan hidup provinsi melakukan veriIikasi usulan
SYW
6
sesuai dengan kewenangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
yang mengatur mengenai UKL-UPL.
Pasal 11
(1) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri melakukan veriIikasi
permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya permohonan.
(2) Dalam hal veriIikasi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1), kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi
Menteri menetapkan permohonan DPLH dalam bentuk surat perintah
penyusunan DPLH.
(3) Penyusunan DPLH menggunakan Iormat sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Kelima
Penilaian Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup dan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Pasal 12
(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan mengajukan permohonan
penilaian DELH kepada kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi
Menteri sesuai dengan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4.
(2) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri memberikan tanda bukti
penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah memenuhi
Iormat penyusunan DELH.
(3) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri setelah menerima DELH
yang memenuhi Iormat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
penilaian terhadap DELH yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
unit kerja yang menangani penilaian dokumen amdal.
Pasal 13
(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan mengajukan permohonan
penilaian DPLH kepada kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi
Menteri sesuai dengan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10.
(2) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri memberikan tanda bukti
SYW
7
penerimaan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah memenuhi
Iormat penyusunan DPLH.
(3) Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri setelah menerima DPLH
yang memenuhi Iormat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
penilaian terhadap DPLH yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
unit kerja yang menangani penilaian UKL-UPL.
Pasal 14
(1) Penilaian, pengambilan keputusan, dan penerbitan surat keputusan
terhadap DELH dan DPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan
Pasal 13, dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal tanda bukti penerimaan.
(2) Dalam hal kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala
instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri tidak
menerbitkan surat keputusan DELH atau DPLH dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DELH atau DPLH yang diajukan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dianggap telah dinilai dan
disahkan oleh kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala
instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri.
Pasal 15
Prosedur operasional standar untuk proses DELH atau DPLH sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Keenam
Keputusan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup dan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 16
Keputusan DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat
(1) atau DELH atau DPLH yang dianggap telah dinilai dan disahkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) digunakan sebagai dasar
bagi penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
BAB III
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
(1) Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
penilaian DELH dan DPLH yang dilakukan oleh instansi lingkungan
hidup provinsi dan/atau kabupaten/kota.
8
(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
SYW
penilaian DELH dan DPLH yang dilakukan oleh instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota.
Pasal 18
Penyusunan DELH atau DPLH tidak membebaskan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan dari sanksi hukum sesuai dengan peraturan perundangundangan.
BAB IV
PEMBIAYAAN
Pasal 19
(1) Biaya penyusunan dan penyelenggaraan rapat penilaian DELH atau DPLH
dibebankan kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
(2) Biaya administrasi dan persuratan, pengadaan peralatan kantor untuk
menunjang proses pelaksanaan penilaian DELH atau DPLH, penerbitan
penetapan DELH atau DPLH, penerbitan keputusan DELH atau DPLH,
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, sosialisasi DELH atau DPLH,
dibebankan kepada:
a. APBN untuk DELH atau DPLH yang penilaiannya dilakukan di Kementerian
Lingkungan Hidup; atau
b. APBD untuk DELH atau DPLH yang penilaiannya dilakukan di instansi
lingkungan hidup provinsi atau instansi lingkungan hidup kabupaten/kota.
(3) Biaya pelaksanaan koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dibebankan kepada APBN dan/atau APBD.
Pasal 20
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2010
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2010
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 NOMOR 232
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad
1
SYW%
Lampiran I
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 14 Tahun 2010
Tanggal : 7 Mei 2010
TATA LAKSANA PENYUSUNAN DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP
(DELH) DAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)
1. Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan mengajukan permohonan
penyusunan DELH atau DPLH kepada kepala instansi lingkungan hidup
kabupaten/kota, kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau
Deputi Menteri sesuai kewenangan penilaiannya atas DELH atau DPLH
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri melakukan veriIikasi
terhadap permohonan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
menggunakan kriteria:
a. telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
b. telah melakukan kegiatan tahap konstruksi sebelum
diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
c. lokasi usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan; dan
d. tidak memiliki dokumen lingkungan hidup atau memiliki dokumen
lingkungan hidup tetapi tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan tidak memenuhi kriteria tersebut di
atas, maka usaha dan/atau kegiatan dimaksud tidak dapat diproses
melalui mekanisme DELH atau DPLH.
3. Kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala instansi
lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri menggolongkan usaha
dan/atau kegiatan wajib melakukan penyusunan DELH atau DPLH
mengacu pada Peraturan Menteri yang mengatur tentang jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan amdal. Apabila
tergolong sebagai usaha dan/atau kegiatan wajib amdal, maka wajib
DELH, atau apabila tergolong sebagai usaha dan/atau kegiatan wajib
UKL-UPL, maka wajib DPLH.
4. Bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan DELH,
maka:
a. untuk usaha dan/atau kegiatan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota,
(1) kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota melakukan
veriIikasi permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan
2
menyampaikan usulan penyusunan DELH yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam angka 2 kepada kepala instansi
SYW%
kewenangan
kabupaten/kota
Deputi Menteri
memberitahukan
usaha dan/atau
kegiatan yang
akan
diperintahkan
menyusun DELH
Penilaian DELH
Ada keberatan dari kepala
instansi LH provinsi/
kabupaten/kota?
kepala instansi LH
kabupaten/kota
Mengusulkan yang
akan diperintahkan
menyusun DELH
Surat Keputusan (SK)
atas hasil kajian DELH
SK dijadikan dasar pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup
kepala instansi LH
prov. menetapkan
perintah
menyusun DPLH
Deputi Menteri
menetapkan
perintah
menyusun DPLH
kepala instansi LH
kabupaten/kota
menetapkan
perintah
menyusun DPLH
Penilaian DPLH
Surat Keputusan (SK)
atas hasil kajian DPLH
usaha dan/atau
kegiatan
kewenangan
provinsi
usaha dan/atau
kegiatan
kewenangan
Pusat
SYW
kepala instansi LH
provinsi
Mengusulkan yang
akan diperintahkan
menyusun DELH
usaha dan/atau
kegiatan
kewenangan
kabupaten/kota
usaha dan/atau
kegiatan
kewenangan
provinsi
usaha dan/atau
kegiatan
kewenangan
Pusat
Pemberitahuan
Pemberitahuan
Deputi Menteri menetapkan usaha
dan/atau kegiatan yang akan
diperintahkan menyusun DELH
DELH DPLH
Apakah usaha dan/atau
kegiatan memenuhi kriteria
wajib DELH dan DPLH?
Apakah usaha dan/atau
kegiatan tergolong wajib
amdal?
Penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan mengajukan permohonan
penyusunan DELH/DPLH kepada:
kepala instansi LH kabupaten/kota
kepala instansi LH provinsi
Deputi Menteri
sesuai dengan kewenangannya
Tidak dapat diproses
melalui mekanisme
DELH atau DPLH
Gunakan kriteria wajib
DELH dan DPLH
dalam Pasal 2 ayat (1)
Gunakan Peraturan Menteri
tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi Dengan Amdal
SYW
YA
TIDAK
YA TIDAK
TIDAK
Gambar Bagan alir proses DELH dan DPLH
Menteri
berkoordinasi
dengan instansi
LH prov/kab/kota
YA
5
12. Penilaian, pengambilan keputusan, dan penerbitan surat keputusan
terhadap DELH dan DPLH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dan
Pasal 13, dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung
sejak tanggal tanda bukti penerimaan.
13. Dalam hal kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota, kepala
instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri tidak
menerbitkan surat keputusan DELH atau DPLH dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DELH atau DPLH yang diajukan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dianggap telah dinilai dan
disahkan oleh kepala instansi lingkungan hidup kabupaten/kota,
kepala instansi lingkungan hidup provinsi, atau Deputi Menteri.
14. Keputusan DELH atau DPLH sebagaimana dimaksud dalam angka 12
atau DELH atau DPLH yang dianggap telah dinilai dan disahkan
sebagaimana dimaksud dalam angka 13 digunakan sebagai dasar bagi
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
15. Semua langkah-langkah pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup yang tercantum dalam DELH diperlakukan setara dengan RKLRPL
hasil proses AMDAL, dan semua langkah-langkah pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup yang tercantum dalam DPLH
diperlakukan setara dengan UKL-UPL.
16. Seluruh kewajiban yang tercantum dalam DELH dan DPLH wajib
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dan
dilaporkan secara berkala kepada instansi lingkungan hidup Pusat,
provinsi dan/atau kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
17. Peraturan Menteri ini wajib disampaikan kepada penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan dan/atau pihak terkait lainnya antara lain
dalam bentuk sosialisasi.
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
SYW
ttd
Ilyas Asaad
1
Lampiran II
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 14 Tahun 2010
Tanggal : 7 Mei 2010
FORMAT DOKUMEN EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP (DELH)
Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) paling sedikit berisi hal-hal
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pada bab ini diinIormasikan identitas perusahaan, perizinan yang telah
dimiliki dan latar belakang kegiatan.
2. Ruang Lingkup
Pada bab ini diinIormasikan deskripsi kegiatan utama dan kegiatan
pendukung yang meliputi:
a. Kegiatan yang telah berjalan;
b. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang pernah dilakukan
(apabila tidak pernah melakukan pengelolaan lingkungan, hal ini
agar diinIormasikan di dalam bagian ini).
3. Kajian evaluasi terhadap kegiatan yang berjalan
Pada bagian ini beberapa komponen yang perlu disajikan sebagai dasar
untuk melakukan kajian evaluasi dampak, adalah sebagai berikut:
a. Komponen kegiatan-kegiatan yang menimbulkan dampak atau
sebagai sumber dampak,
b. Data-data jenis, parameter, siIat, dan jumlah bahan
pencemar/buangan/limbah yang dihasilkan oleh masing-masing
sumber dampak,
c. Data-data kondisi rona lingkungan atau kondisi eksisting lingkungan
yang berpotensi terkena dampak,
d. Baku mutu yang telah ditetapkan oleh peraturan perundangundangan,
e. Upaya pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan apabila
telah ada upaya-upaya tersebut,
I. InIormasi kegiatan dan kondisi lingkungan sekitar.
Kajian Evaluasi seharusnya dapat menjawab keterkaitan antara
komponen-komponen tersebut di atas, sehingga dapat dianalisis dan
diambil kesimpulan mengenai dampak-dampak yang dihasilkan,
pengaruhnya terhadap lingkungan serta upaya pengelolaan yang
seharusnya dilakukan sehingga tidak mencemari lingkungan.
Hasil evaluasi dan kesimpulan dijadikan arahan-arahan pengelolaan dan
pemantauan yang kemudian digunakan sebagai dasar penetapan RKLRPL.
2
4. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup.
Pada Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup diuraikan dan dilengkapi
SYW
Alamat :
2. Lokasi Kegiatan
Wilayah administrasi
pemerintahan :
Koordinat:0`BT/BB sampai0`BT/BB
0`LU/LS sampai0`LU/LS
Lain-lain:
3. Bidang Usaha dan/atau Kegiatan
Pertahanan dan Keamanan :
Perindustrian :
Pertanian :
Pertambangan dan Energi :
Kehutanan dan Perkebunan :
2
Pekerjaan Umum :
Perhubungan :
Pariwisata, Seni dan Budaya :
Transmigrasi dan Pemukiman:
Perambah Hutan
Kesehatan :
Dan lain-lain (tuliskan) :
4. Mulai beroperasi: // (tanggal/bulan/tahun)
5. Deskripsi usaha dan/atauKegiatan :
a) Kegiatan utama:
b) Kegiatan pendukung:
3
c) Kapasitas:
d) Sarana penunjang:
Catatan:
Berbagai inIormasi pendukung deksripsi kegiatan dapat disampaikan, baik
berupa peta, gambar, Ioto, sketsa, tata letak, dll.
4
DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
..................................
MATRIKS PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
NO
DAMPAK LINGKUNGAN
YANG HARUS DIKELOLA
SERTA PARAMETERNYA
SUMBER
DAMPAK
TOLOK
UKUR
UPAYA PENGELOLAAN
CARA/TEKNIK
SYW
MENGELOLA
LOKASI
PENGELOLAAN
HASIL YANG
DICAPAI
TINDAKAN
PERBAIKAN
PENGELOLAAN*
(jika diperlukan)
6.a) 6.b) 7 8.a) 8.b) 8.c) 8.d)
*) Kolom tindakan perbaikan pengelolaan lingkungan hidup ini wajib diisi apabila upaya
pengelolaan lingkungan
hidup yang dilaksanakan saat ini masih belum memadai untuk memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur
dalam peraturan perundangan yang berlaku (baku mutu, baku kerusakan dan lain-lain)
5
DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
..................................
MATRIKS PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
NO
DAMPAK LINGKUNGAN
YANG HARUS DIPANTAU
SERTA PARAMETERNYA
SUMBER
DAMPAK
TOLOK
UKUR
UPAYA PEMANTAUAN
CARA/TEKNIK
MEMANTAU
LOKASI
PEMANTAUAN
HASIL YANG
DICAPAI
TINDAKAN
PERBAIKAN
PEMANTAUAN*
(jika diperlukan)
6.a) 6.b) 7 8.a) 8.b) 8.c) 8.d)
*) Kolom tindakan perbaikan pemantauan lingkungan hidup ini wajib diisi apabila upaya
pemantauan
lingkungan hidup yang dilaksanakan saat ini masih belum memadai untuk memenuhi persyaratan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku (baku mutu, baku kerusakan dan
lain-lain).
6
SYW%
Catatan:
Format tersebut di atas merupakan muatan minimum yang wajib
dilengkapi dalam DPLH.
MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP,
ttd
PROF. DR. IR. GUSTI MUHAMMAD HATTA, MS
Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang
Penaatan Lingkungan,
ttd
Ilyas Asaad
1
Lampiran IV
Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 14 Tahun 2010
Tanggal : 7 Mei 2010
PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PELAKSANAAN DOKUMEN
EVALUASI LINGKUNGAN HIDUP (DELH) DAN DOKUMEN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)
Prosedur operasional standar ini terdiri dari beberapa contoh Iormat
atau lembar kerja yang dapat digunakan dalam pelaksanaan DELH
atau DPLH yang meliputi:
1. FORMAT PERMOHONAN PENYUSUNAN DELH ATAU DPLH DARI
PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
2. FORMAT SURAT USULAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB
DELH DARI PROVINSI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB
DELH YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI
3. FORMAT LAMPIRAN SURAT USULAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
WAJIB DELH DARI KABUPATEN/KOTA
4. FORMAT SURAT PEMBERITAHUAN/PERMINTAAN TANGGAPAN
ATAS USULAN DELH DARI PROVINSI KEPADA KABUPATEN
5. FORMAT SURAT TANGGAPAN DARI KABUPATEN/KOTA KEPADA
PROVINSI DAN PUSAT ATAS USULAN USAHA DAN/ATAU
KEGIATAN WAJIB DELH DARI PROVINSI
6. FORMAT SURAT KEPUTUSAN DELH OLEH KEPALA INSTANSI
LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN/KOTA
7. FORMAT SURAT REKOMENDASI DPLH OLEH KEPALA INSTANSI
LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN/KOTA
Contoh Iormat di atas dapat disesuaikan dengan kebutuhan
kabupaten/kota, provinsi atau Pusat.
2
1. FORMAT PERMOHONAN PENYUSUNAN DELH ATAU DPLH DARI
PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN
Kami yang bertandatangan di bawah ini:
SYW%
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat Kantor :
Selaku penanggung jawab atas kegiatan:
1. Nama Kegiatan :
2. Lokasi Tapak Kegiatan :
3. Skala/besaran kegiatan : ...........(ton/hari, dll), *) amdal/UKL-UPL
4. Kewenangan Penilaian : *) Kabupaten/Kota / Provinsi / KLH
5. Perizinan yang dimiliki :
(sebutkan)
6. Kesesuai dengan RTRW :
7. Status kegiatan : tanggal....... bulan........tahun.........
(dimulainya tahap konstruksi)
Dengan ini mengusulkan kegiatan kami (data kegiatan terlampir) untuk
ditetapkan sebagai kegiatan *) DELH atau DPLH.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya sesuai
dengan jenis kegiatan yang kami lakukan.
kota, hari, tanggal bulan tahun
Nama Kegiatan
ttd. dan Cap Perusahaan
Nama penanggung jawab kegiatan
Jabatan
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu
3
2. FORMAT SURAT USULAN USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB
DELH DARI PROVINSI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB
DELH YANG MENJADI KEWENANGAN PROVINSI
kota, tanggal, bulan, tahun
Nomor : Kepada Yth.
Lampiran : ...lembar usulan usaha dan/ Deputi Menteri Negara
atau kegiatan wajib DELH Lingkungan Hidup Bidang
Perihal : Usulan Penetapan Usaha ................................
dan/atau kegiatan wajib di
DELH .....................
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor...tahun.. tentang Dokumen Lingkungan Hidup
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang telah Memiliki Izin
Usaha dan/atau Kegiatan tetapi Belum Memiliki
Dokumen Lingkungan Hidup, bersama ini kami usulkan
usaha dan/atau kegiatan yang telah memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud dalam peraturan di atas, yaitu:
1. telah memiliki izin usaha dan/atau kegiatan sebelum
ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
2. telah melakukan kegiatan tahap konstruksi sebelum
SYW%
BAB VII
3.1. Kesimpulan
Demikianlah atas tersusunnya laporan Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini di Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan selama 3 bulan untuk dapat diperhatikan dan
dipertimbangkan oleh pelaksanaan program Praktek Kerja Industri (Prakerin).
Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan inIormasi yang penulis dapatkan selama
melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) di Badan Pengendalian Dampak LIngkungan,
maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa Badan Pengendalian Dampak Lingkungan adalah Instansi yang bergerak
dibidang Limbah B3;
2. Bahwa Badan Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai sistem kerja yang bagus
dan sangat cepat dan tegas pada saat pengambilan keputusan;
3. Bahwa Badan Pengendalian Dampak Lingkungan tidak akan membiarkan sebuah
Perusahaan di Kota Batam untuk melakukan pembuanagan limbah B3 di sembarangan
tempat.
SYW%%
3.2. Saran
Setelah penulis melakukan prakerin selama 3 bulan penulis memberi beberapa saran baik
kepada pihak perusahaan maupun pihak sekolah agar lebih diperhatikan dan ditingkatkan
pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) dan menjadi lebih sempurna atau lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.
Saran-saran yang dapat penulis kemukakan yaitu sebagai berikut :
A. Bagi Pihak Perusahaan.
1. Pembimbing dunia usaha diharapkan lebih banyak memberi bimbingan atau ilmu
yang bermanIaat agar dapat membantu dan meningkatkan keahlian atau
keterampilan siswa-siswi, lebih memperhatikan dan menanyakan kepada siswa-
siswi yang melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) tentang bkesulitan yang
dihadapi dalam menjalankan tugas yang diberikan.
2. Hubungan antara atasan dengan bawahan dan siswa-siswi dengan pembimbing
harus dipelihara dan ditingkatkan lagi, sehingga menciptakan rasa kekeluargaan
dan keharmonisan.
3. Penulis berharap agar pihak perusahaan atau dunia Industri bersedia menerima
siswa-siswi untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) baik dimasa
sekarang maupun dimasa yang akan datang.
SYW%%