Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan Cuaca dan iklim merupakan faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap berbagai aktifitas kehidupan.

Aktifitas manusia yang makin meningkat menjadikan timbulnya perubahan pada komponen biofisik lingkungan, seperti peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir, yang merupakan penyumbang utama terjadinya pemanasan dan perubahan iklim. Akibat yang paling penting dari proses perubahan iklim adalah timbulnya peristiwa ekstrim seperti kemarau panjang, hujan badai, banjir, atau tanah longsor yang makin sering terjadi dan bahkan semakin besar. Pada umumnya timbulnya peristiwa ekstrim diasosiasikan dengan terjadinya penyimpangan iklim yaitu suatu penyimpangan cuaca dan iklim dari kondisi umum atau reratanya dalam selang waktu tertentu. Salah satu bentuk penyimpangan cuaca dan iklim adalah terjadinya fenomena El-nino dan Lanina yang akhir-akhir ini makin kerap terjadi. Kejadian El-Nino biasanya berhubungan dengan kejadian kemarau panjang atau kekeringan, sedang La-Nina berhubungan dengan kejadian banjir. Kejadian kebanjiran dan tanah longsor lebih disebabkan karena ulah manusia dan kemajuan teknologi, namun dampak yang ditimbulkan akan semakin besar saat bersamaan dengan fenomena ENSO. Penyimpangan iklim akibat terjadinya El-nino dan La-nina telah menimbulkan dampak negatif yang luas pada kehidupan manusia. Kerugian akibat El-nino telah menyebabkan meningkatnya lahan kekeringan sampai 8 9 kali lipat pada luasan pertanaman dibanding pada kondisi normal. Demikian juga adanya La-nina menyebabkan meningkatnya luas pertanaman terkena banjir sampai 4 - 5 kali lipat dari normal. Selain itu akibat penyimpangan iklim telah menyebabkan meledaknya populasi hama dan penyakit tertentu pada tanaman. Dampak lain akibat penyimpangan iklim adalah mewabahnya berbagai penyakit terhadap manusia, seperti terjangkitnya infeksi saluran pernafasan, diare, dan demam berdarah. Penanganan yang dilakukan untuk mengantisipasi penyimpangan iklim seringkali terlambat karena pada umumnya proses penyimpangan iklim berlangsung secara bertahap, tidak secara mendadak sehingga perhatian yang serius baru diberikan pada saat bencana sudah terjadi. Perencanaan untuk mengatasi penyimpangan iklim lebih bersifat reaktif daripada proaktif. Oleh karena itu perencanaan yang disusun untuk mengantisipasi penyimpangan iklim harus bersifat jangka panjang dan konprehensif dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan. Berbagai upaya untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Secara umum upaya antisipasi dikelompokkan menjadi antisipasi secara teknis dan antisipasi sosialkelembagaan. Antisipasi secara teknis antara lain:

1. Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air (kekeringan). 2. Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk : mengurangi dan atau meniadakan aliran permukaan (run off) meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah, kandungan air tanah disekitar embung tetap tinggi dan untuk daerah dekat pantai dapat digunakan untuk menekan intrusi air laut. mencegah erosi menampung sedimen dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung yang relatif kecil. sebagian air embung dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau. 3. Memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada masyarakat. 4. Mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam agar terhindar dari puso. 5. Meningkatkan sistem pengamatan cuaca sehingga antisipasi penyimpangan iklim dapat diketahui lebih awal. 6. Memetakan daerah rawan bencana alam banjir dan kekeringan untuk penyusunan pola tanam dan memilih jenis tanaman yang sesuai. 7. Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas yang tahan genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi tanaman, sehingga kalau sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap bertahan dan memberikan hasil. 8. Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai). 9. Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau checkdam, dan air daur ulang dari saluran pembuangan. 10. Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan di tingkat usaha tani. Memberi bantuan penanggulangan seperti : benih, pompa air, arakton. Upaya-upaya khusus lain seperti gerakan percepatan tanam dan pengolahan tanah. Upaya-upaya antisipasi sosial - kelembagaan meliputi: Meningkatkan kesiapan dan peran serta masyarakat dalam upaya antisipatif bencana alam banjir sehingga mereka beranggapan bahwa upaya itu adalah untuk kepentingan mereka dan dilaksanakan secara bersama-sama dalam koordinasi yang baik dengan pihak lain. Memanfaatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan masyarakat petani, instansi pemerintah maupun swasta dalam pemakaian teknologi

perkreditan persediaan saran produksi, penyediaan peralatan dan mesin, peitaman serta pengolahan dan pemasaran hasil. PEMBAHASAN Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. iklim bisa diartikan sebagai kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Studi tentang iklim dipelajari dalam meteorologi sedangkan ilmu yang mempelajari tentang iklim adalah klimatologi. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi. Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. A. Iklim Musim (iklim Muson) Iklim Muson terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap setengah tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya dan Angin Musim Timur Laut. 1. Angin Musim Barat Daya. Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan 2. Angin Musim Timur Laut. Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau. B. Iklim Tropika (Iklim Panas) Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika. C. Iklim Laut. Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudra. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan. Perubahan iklim yang terjadi akibat fenomena pemanasan global

menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan siklus hidrologi. Di Indonesia dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan saat ini semakin keringnya musim kemarau dan intensitas banjir yang semakin tinggi di muism hujan. Tindakan mitigasi bencana tersebut memerlukan informasi kondisi iklim yang ada sebagai dasar acuan, sementara itu peta sumberdaya iklim saat ini umumnya menggunakan data sebelum tahun 1970. Kehandalan peta-peta tersebut perlu diperbaharui dengan seri data yang aktual. Dengan demikian perubahan pola dan distribusi curah hujan belakangan ini dapat diperhitungkan dalam kegiatan sistem dan usaha agribisnis. Lebih jauh. pengambil kebijakan dan perencana dan pelaksana lapang di sektor pertanian dan sektor terkait lainnya dapat menyusun strategi menyeluruh sesuai dengan kondisi iklim terkini. 1 KOMENTAR aries rama saputro says 20 Juni 2010 07:25 Selain iklim, apakah ada faktor lain yang mempengaruhi produktifitas lahan dan tanaman POSKAN KOMENTAR Posting Lebih BaruPosting Lama

Categories

Agribisnis Agroklimatologi Akuntansi Akuntansi Manajemen Aplikom Bisnis Finansial Budidaya Perkebunan Dasar-Dasar Agronomi Dasar-Dasar Ilmu Tanah Dinamika Masyarakat Ekonomi Makro Ekonomi Mikro Ekonomi Pertanian Ekonomi Produksi Ekonomi Regional Ekonomi Sumber Daya Alam Evaluasi Proyek kewirausahaan KKN Kliping Komunikasi Pertanian Koperasi Manajemen Agrobisnis Manajemen Perkebunan Manajemen Strategik membina usaha kecil

Metode Ilmiah Metode Penelitian Sosial Ekonomi ngan dan Pembiayaan Masyarakat PEMASARAN PERTANIAN Perdagangan Internasional Proposal Riset Operasi Riset Oprasi Sosial Masyarakat Tanah TPHP UsahaTani

Jurus Ampuh

Anda mungkin juga menyukai