12957-Article Text-37894-1-10-20160818
12957-Article Text-37894-1-10-20160818
ABSTRACT
Bantimurung-Bulusaraung National Park is the largest karst-ecosystem in Indonesia. Situated in the centre of Wallacea-Bioregion, the
national parkhas significance role as stonghold of many species taht are endemic to this biodiversity’s hot spot. This study aims to reveal
mammals’diversity in the national park. The study was conducted from February to March 2011. At leat 12 species consisting of 9 family of
mammals recorded in the national park including the endemic and rare species such as Sulawesis’s Moore Macaque Macaca maura, Sulawesi’s Bear
Cuscus Ailurops ursinus, Sulawesis’s Dwarf Cuscus Strigocuscus celebensis, and Tarsier Tarsius fuscus.
156
Keanekaragaman Jenis Mamalia
habitat. Sedangkan metode yang digunakan di lapangan lebar jalur sebagai batas. Panjang jalur yang digunakan
yaitu dengan cara sampling dengan metode jalur transek adalah 1km dengan lebar kanan dan kiri, sehingga model
(strip transect) dengan menggunakan garis lurus dan dari metode ini berbentuk persegi panjang.
S1
To P1 T
Arah lintasan 1
S2 pengamat
Keterangan : To = titik awal jalur pengamatan, Ta = titik akhir jalur pengamatan, P = posisi pengamat, r = jarak antara
pengamat dengan tempat terdeteksinya satwa liar, S = posisi satwa liar.
Selain itu, metode lain yang digunakan adalah landai, sedangkan di Resort Balocci lebar sungai 2-3
motode wawancara dengan cara mewawancarai warga meter dan cukup curam.
sekitar kawasan yang aktivitas kesehariannya berada di
dalam kawasan. Analisis keanekaragaman dan
Hutan Sekunder. Hutan sekunder di Resort
kemerataan jenis mamalia di Taman Nasional
Bantimurung berbatasan dengan hutan tanaman jati milik
Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) dengan
warga, sehingga jenis vegetasinya merupakan
menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-
percampuran antara keduanya seperti jati (Tectona
Whiener (Diversity Index) dan indeks kemerataan Pilou
grandis), jambu monyet (Anacardium occidentale),
(Evenness Index).
mangga (Mangifera sp.), harendong (Melastoma
malabathricum), kirinyuh . Sedangkan di Resort Balocci,
HASIL DAN PEMBAHASAN jenis vegetasi yang terdapat di hutan sekunder antara lain
kemiri (Aleurites molucana), mangga (Mangifera sp.),
Kondisi Habitat beringin (Ficus sp.), jeruk bali (Cytrus maxima), aren
Pada dua lokasi yaitu Resort Bantimurung dan (Arenga pinnata), dan beberapa jenis tanaman lain
Resort Balocci, pengamatan dilakukan pada beberapa seperti sirih hutan (Piper sp).
tipe habitat yaitu riparian, hutan sekunder dan hutan
karst. Keanekaragaman Jenis Mamalia
Hutan Karst. Tipe habitat ini merupakan habitat khas Berdasarkan hasil inventarisasi mamalia yang
yang terdapat di Taman Nasional Bantimurung dilakukan di Resort Bantimurung Taman Nasional
Bulusaraung, dan terdapat pada lokasi pertama yaitu Bantimurung Bulusaraung, yakni di Dusun Panaikang
Resort Bantimurung. Jenis vegetasi yang terdapat di tipe Desa Kalabbirang diperoleh 4 jenis mamalia. Beberapa
habitat ini antara lain beringin (Ficus sp.), bintangur jenis mamalia tersebut diperolah pada tipe habitat
(Calophyllum sp.), pulai (Alstonia sp.), serta beberapa reparian sekunder. Jenis-jenis mamalia yang
jenis tumbuhan bawah lain seperti harendong diindentifikasi pada jalur pengamatan yakni monyet
(Melastoma malabathricum), dan berbagai jenis epift sulawesi (Macaca maura) dan babi sulawesi (Sus
yang menempel pada batuan tower karst. celebensis) yang diidentifikasi melalui jejak kaki serta
kubangan. Selain dari hasil pengamatan, beberapa
mamalia juga diidentifikasi berdasarkan hasil wawancara
Hutan Riparian. Habitat ini berada di pinggiran sungai dengan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan TN
berpasir dengan aliran air yang cukup deras dan jernih Babul adalah kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis).
berasal dari hutan yang masih tertutup rapat di Sedangkan jenis primata paling kecil yaitu
sekitarnya. Beberapa jenis vegetasi yang ditemukan tarsius/tangkasi terdapat Tarsius fuscus, endemik
diantaranya adalah tempuyung (Sonchus arvensis), asam Sulawesi bagian Selatan (Groves dan Shekelle 2010).
(Tamarindus indica), kemiri (Aleurites moluccana), dan Jenis mamalia yang ditemukan di tempat ini relatif
bingkuru (Morinda brancteae). Di Resort Bantimurung sedikit karena dapat dipengaruhi oleh aktivitas manusia.
habitat riparian terletak di sisi sungai yang lebih lebar dal Dari hasil wawancara cukup banyak diidentifikasi karena
157
Media Konservasi Vol. 16, No. 3 Desember 2011 : 156 – 161
pada umumnya masyarakat sekitar mengenal kondisi keberadaan satwa lebih banyak pula. Jenis mamalia yang
kawasan lebih banyak, sehingga pengetahuan mengenai ditemukan di Dusun Panaikang disjikan pada Tabel 1.
Sedangkan identifikasi yang dilakukan di Resort itu terdapat dua jenis mamalia yang diidentifikasi melalui
Balocci tepatnya di Dusun Kampoan Desa Tompobulu, wawancara yakni rusa timor (Rusa timorensis) dan
dapat diidentifikasi sebanyak enam jenis mamalia (Tabel Tarsius fuscus.
2). Dari enam jenis mamalia tersebut terdapat empat jenis Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian di
mamalia yang ditemukan di dalam jalur pengamatan, tiga atas dan data dari beberapa sumber yang telah ada yakni
diantaranya ditemukan secara langsung yakni bajing tiga Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (2007)
warna (Callosciurus prevosti pluto), tenggalung malaya dan Himakova (2007), keanekaragaman mamalia di
(Viverra tengalunga), dan monyet sulawesi (Macaca Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung terdapat dua
maura). Sedangkan terdapat satu spesies diidentifikasi belas jenis mamalia (Tabel 3).
melalui jejak yakni babi sulawesi (Sus celebensis). Selain
Indeks Keanekaragaman dan Indeks Kemerataan sulawesi (Sus celebensis), Tarsius fuscus, dan monyet
Jenis Mamalia sulawesi (Macaca maura). Keanekaragaman jenis
merupakan suatu karakteristik tingkatan komunitas
Keanekaragaman jenis mamalia di Taman Nasional
berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan
Bantimurung Bulusaraung perlu dipertahankan. karena
untuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto, 1994).
memiliki indeks keanekaragaman sedang namun
Dari hasil penelitian diketahui indeks keanekaragaman di
memiliki jenis yang endemik sub Sulawesi, diantaranya
Dusun Panaikang dan Dusun Kampoan mencapai nilai
adalah musang sulawesi (Macrogalidia musschen-
1,33 dan 1,02 (Gambar 2). Berdasakan Shanon-Wiener
broekii), kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis), babi
yang menyatakan nilai indeks >1 dan <3 merupakan
158
Keanekaragaman Jenis Mamalia
keanekaragaman jenis sedang. Hal ini, akan mencipta- cenderung stabil karena tidak terdapat gangguan habitat
kan ekosistem yang stabil (Ludwig dan Reynold 1998), secara signifikan. Keadaan stabil dapat dipengaruhi oleh
yakni keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah transfer energi dan materi dapat berjalan dengan lancar.
individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas Namun, tidak semua ekosistem ditentukan oleh adanya
sedang. Keanekaragaman jenis mamalia tergolong keanekaragaman hayati yang tinggi, karena terdapat
sedang ini karena dengan kondisi habitat yang beberapa ekosistem yang memiliki keanekaragaman jenis
dipengaruhi oleh kawasan kars, yang dipengaruhi oleh yang rendah namun berada pada kondisi yang stabil
tajuk kurang rapat serta banyak didominasi oleh vegetasi (Ramadhan 2008). Untuk itu, perlu adanya pengelolaan
yang dominan. Namun, dalam hal ini habitat masih habitat yang lestari untuk menjaga kestabilan lingkungan.
1.50 1.33
1.02 0.96
1.00
0.57
0.50
0.00
Index Keanekaragaman (H') Index Kemerataan (E)
Resort Bantimurung Resort Balocci
Gambar 2. Index keanekaragaman dan index kemerataan mamalia di Resort Bantimurung dan Resort Balocci.
Selain nilai kekayaan dan keanekaragaman jenis, kelestariannya agar tidak terjadi kepunahan terhadap
nilai kemerataan juga perlu diperhitungkan. Nilai indeks makhluk hidup.
kemeratan merupakan ukuran keseimbangan kearah
suatu komunitas satu dengan yang lainnya. Nilai ini Status Perlindungan dan Endemisitas jenis Mamalia
dipengaruhi oleh jumlah jenis yang terdapat dalam suatu
Dalam upaya melestarikan keanekaragaman hayati,
komunitas (Ludwig and Reynolds, 1988). Semakin tinggi
Indonesia telah meratifikasi lima konvensi terkait
nilai keanekaragaman jenis di suatu habitat, maka
keanekaragaman hayati. Kelima konvensi tersebut antara
keseimbangan komunitasnya juga akan semakin tinggi.
lain Konvensi RAMSAR, CITES, Konvensi Keaneka-
Nilai kemerataan menunjukan besarnya kemerataan suatu
ragaman Hayati, Protocol Kyoto, dan Konvensi Bio-
jenis mamalia di suatu area. Dari hasi penelitian yang
safety (Noerdjito et al. 2005). Disamping itu, pemerintah
dilakukan di lokasi, diketahui bahwa nilai kemerataan di
Indonesia telah menetapkan beberapa aturan perundang-
Dusun Panaikang dan Dusun Kampoang bernialai 0,96
undangan dalam mendukung upaya konservasi
dan 0,57. Hal ini, menunjukkan bahwa kemerataan jenis
sumberdaya alam dan kehutanan. Aturan perundang-
mamalia di Dusun Panaikang tergolong tinggi,
undangan tersebut adalah sebagai berikut;
sedangkan di Dusun Kampoang tergolong sedang.
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun
Kondisi kemerataan di dua lokasi tersebut masih
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
tergolong baik, karena dari ketersediaan habitat masih
dan Ekosistemnya.
cukup baik, seperti tersedianya air yang cukup melimpah,
2. Undang-undang RI No.41 Tahun 1999 tentang
pakan masih stabil, serta kondisi cover yang masih baik.
Kehutanan.
Kondisi baik ini karena masih minim adanya gangguan
3. Peraturan pemerintah RI No.7 Tahun 1999 tentang
oleh manusia. Gangguan tempat berlindung merupakan
Pengawetan Tumbuhan dan Satwa.
salah satu faktor penting dalam kehidupan mamalia.
Mamalia yang dikenal sensitif terhadap gangguan, akan Keanekaragaman jenis mamalia di Taman Nasional
menghindar jika ada gangguan dari luar, seperti aktivitas Bantimurung Bulusaraung terdapat 12 jenis mamalia,
manusia di dalam kawasan. terdiri dari 9 Famili dan 7 Ordo. Dari 12 jenis tersebut
Gangguan dari aktivitas manusia lama kelamaan terdapat 4 Spesies dilindungi PP No. 7 Tahun 1999, 3
dapat menimbulkan hilangnya keanekaragaman hayati. jenis termasuk dalam Appendix II CITES (2010). Selain
Hilangnya keanekaragaman hayati tidak hanya itu menurut status IUCN versi 3.1 tahun 2011 terdapat 5
berdampak pada punahnya salah satu jenis saja. Apabila jenis yang kurang mendapat perhatian (Least
populasi tumbuhan dan hewan di suatu tempat sudah concern=LC), 5 spesies Rawan (Vulnerable = VU), 1
habis, maka keanekaragaman genetika yang terdapat spesies Mendekati terancam (Near threatened = NT), dan
dalam setiap jenis yang memberi kemampuan bagi jenis 1 spesies Genting (Endangered = EN) (Tabel 4).
tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
juga hilang. Oleh karena itu, setiap jenis perlu dijaga
159
Media Konservasi Vol. 16, No. 3 Desember 2011 : 156 – 161
160
Keanekaragaman Jenis Mamalia
= LC), 5 spesies Rawan (Vulnerable = VU), 1 spesies Ludwig JA and Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology:
mendekati terancam (Near threatened = NT) , dan 1 A Primer on Methods and Computing. New York:
spesies Genting (Endangered = EN). Kegiatan John Wilwy and Sons.
konservasi untuk menjaga kelestarian jenis dan populasi
Noerdjito M, Maryanto I, Prijono SN, Waluyo EB,
serta genetik dapat dilakukan dengan tindakan
Ubaidillah R, Mumpuni, jakrawidjaja AH, Marwoto
inventarisasi mengenai mamalia, mengidentifikasi faktor
RM, Heryanto, Noerdjito WA dan Wiriadinata H.
penyebab ancaman keberadaan mamalia, serta
2005. Kriteria Jenis Hayati yang Harus Dilindungi
meningkatkan peranserta masyarakat. Selain itu kegiatan
oleh dan Untuk Masyarakat Indonesia. Bogor. Pusat
pendidikan konservasi dapat menjadi alat untuk merubah
Penelitian Biologi-LIPI dan World Agroforestry
persepsi masyarakat untuk dapat menjaga keberadaan
Centre-ICRAF.
dan kelestarian mamalia di alam.
Payne J, Francis CM, Philips K, Kartikasari SN. 2000.
Panduan Lapang Mamalia Di Kalimantan, Sabah,
DAFTAR PUSTAKA
Serawak, Brunei Darussalam.
Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. 2007. Ramadhan EP. 2008. Studi Keanekaragaman Mamalia
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Pada Beberapa Tipe Habitat Di Stasiun Penelitian
Nasional Bantimurung Bulusaraung Periode 2008 – Pondok Ambung Taman Nasional Tanjung Putting
2027. Maros: Balai Taman Nasional Bantimurung Kaliamntan Tengah. [skripsi]. Departemen
Bulusaraung. Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
CITES. 2000. Summary of The Status of Wild Fakultas Kehutanan, IPB.
Populations of Species Listed on CITES Appendix I Soegianto A. 1994. Ekologi Kuntitatif : Metode Analisa
and The Difficulty of Keeping or Breeding Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha
Specimens of These Species in Captivity. Nasional.
http://www.cites.org/common/com/AC/ 16/E16-Inf-
15.pdf. [18 Februari 2010]. Supriatna J, dan Wahyono EH. 2000. Panduan lapang
primata indonesia. Jakarta: Yayasan obor indonesia.
[Himakova] Himpunan Mahasiswa Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. 2007. Studi Tilson R. 1994. Population Biology and Analyses for
Konservasi Lingkungan 2007. Bogor: Himpunan Sumatran Tigers. In Sumatran Tiger Population and
Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Habitat Viability Analysis Report eds, Jakarta:
Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Departemen Kehutanan.
Bogor.
161