Genta
Genta
NPM : 2274201247
Prodi : Hukum (III A)
Dosen : Nurhadi, S.AG, M.A
1. Pengartian Iman
iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah
”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam
perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah
kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak
dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari- hari.
Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar-
Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al-
Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal
hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya
terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga
kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.
~ Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan
perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:
َوِم َن ٱلَّناِس َم ن َيُقوُل َء اَم َّنا ِبٱِهَّلل َو ِبٱۡل َيۡو ِم ٱَأۡلِخ ِر َو َم ا ُهم ِبُم ۡؤ ِمِنيَن ُيَخ ٰـِد ُع وَن ٱَهَّلل َو ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُن وْا َو َم ا َيۡخ َد ُع وَن ِإٓاَّل َأنُفَس ُهۡم
َو َم ا َيۡش ُعُروَن
“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman kepada Allah
dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang
sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka tidak sadar.
~ Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan hatinya tidak
beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:
َّن ٱۡل َن يَن ُيَخ ُع وَن ٱ ُه َخ ُع ُهۡم َذ ا َقا ْا َلى ٱلَّص َلٰو َقا وْا ُك اَلٰى ُي ٓاُءوَن ٱلَّنا اَل ۡذ ُك ُروَن ٱ اَّل َق يً۬ال
َهَّلل ِإ ِل َس َو َي َر ِة ُم َس َو ِإ ُمٓو ِإ َهَّلل َو َو ٰـِد ٰـِد ِإ ُم ٰـِفِق
~ Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-jawatih,
artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan pembenaran hati, dan
mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan anggota badan. Contoh iman
model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid, 57:19:
ۖ َو ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ِبٱِهَّلل َو ُرُس ۤۦِلِه ُأْو َلٰٓـ َك ُهُم ٱلِّصِّديُق
وَن َو ٱلُّش َہَدٓاُء ِع نَد َر ِّبِہ ۡم َلُهۡم َأۡج ُر ُهۡم َو ُنوُر ُهۡمۖ َو ٱَّلِذ يَن َكَف ُروْا َو َڪ َّذ ُبوْا ِبَٔـاَيٰـ ِتَنٓا ِٕٮ
ۡل
ْو َلٰٓـِٕٮَك َأۡص َحٰـ ُب ٱ َج ِح ِمي ُأ
“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang-
orang yang Shiddiqien”.
Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al- Qur’an kata
iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada ucapan, iman sebatas
pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan. Perbuatan dan keyakinan dalam hati.
Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran
yang diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan
untuk melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti
ini, karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya,
namun beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman,
sedang terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.
Hal ini misalnya terlihat pada ayat:
اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقى اَل اْنِفَص اَم َلَه ا
وَِهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman dan
islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan
identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati,
sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.
3. Rukun Iman
Secara harfiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat
tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan
yang mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan tersebut.
َلْيَس اْلِبَّر َأْن ُتَو ُّلوا ُوُجوَهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِر ِب َو َلِكَّن اْلِبَّر َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو اْلَم اَل ِئَك ِة َو اْلِكَتاِب َو الَّنِبِّييَن
“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan
tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-
malaikat, Kitab- kitab, Nabi-nabi….”
Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah,
Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi. Disitu tidak disebutkan rukun
iman yang ke enam, yaitu beriman kepada qada dan qadar.
Dengan demikian, dalam Islam, iman dan amal saling melengkapi. Seorang mukmin
tidak hanya beriman dengan hati, tetapi juga menunjukkan imannya melalui perbuatan
yang baik dan ketaatan kepada Allah. Iman dan amal, bersama-sama, membentuk fondasi
kehidupan seorang muslim yang berupaya untuk mencapai keseimbangan antara dimensi
spiritual dan praktis.
C. Karakteristik Orang Beriman
a. Taqwa (Takwa):
Orang beriman ditandai oleh tingkat taqwa yang tinggi. Takwa merupakan kesadaran
dan kewaspadaan terhadap Allah, yang tercermin dalam tindakan mereka untuk
menjauhi dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.
2. Melakukan sihir
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah tangga
orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan kepada setan. Hal ini
termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’
oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam,
mempercayai bahwa benda-benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga
memalingkan hati perempuan agar menyukainya.
menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal yaitu menukar
barang dengan barang sejenis, namun salah satunya lebih banyak atau lebih sedikit dari pada
yang lainnya.
A. PENGERTIAN TAUHID
Tauhid dalam bahasa arab diambil dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan. Arti dari term
tersebut adalah menjadikan sesuatu satu saja. Menurut penjelasan Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin bahwa makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya. Secara istilah, tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Bila dilihat dari pengertian tersebut,
artinya ada potensi umat Islam untuk memiliki sesembahan seperti malaikat, benda sakral, dan
sebagainya. Dalam tauhid ada penekanan bahwa sesembahan hanya kepada Allah SWT.
Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan
mereka. (Q.S. Al- An’am : 1)
2. Tauhid Uluhiyyah.
Tauhid uluhiyyah adalah bentuk tauhid dalam perwujudan amal shalih. Dalam Al Jadid Syarh
Kitab Tauhid dijelaskan bahwa ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Tauhid ini sangat ditekankan , karena ini adalah
misi dakwah para rasul, dan alas an diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya
jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar
penghambaan kepada selainNya ditinggalkan
C. KETENTUAN TAUHID
1. akan dihapus dosa-dosanya. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW yang artinya,
“...Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi,
sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’”
2. mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman.
Rujukannya adalah firman Allah SWT yang artinya,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
” QS. Al-An’aam : 82
3. dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya,
“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka...” (QS. Ath- Thalaq : 23)
4. dijamin masuk surga. Landasannya adalah firman Allah SWT yang artinya, “Barangsiapa
yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR. Muslim)
5. diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl: 97)
Artinya : Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689]
dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(YUNUS:31).