Anda di halaman 1dari 16

Nama : Muhammad Genta Fikaris

NPM : 2274201247
Prodi : Hukum (III A)
Dosen : Nurhadi, S.AG, M.A

TUGAS RESUME AIK


(KEMANUSIAN DAN KEIMANAN)

Materi 9 ( Iman dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan)


A. Hakikat Iman

1. Pengartian Iman
iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara menurut istilah adalah
”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam hati dan mengamalkan dalam
perbuatannya”. Adapun iman menurut pengertian istilah yang sesungguhnya ialah
kepercayaan yang meresap kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak
dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari- hari.

Kata Iman di dalam al-Qur’an digunakan untuk arti yang bermacam- macam. Ar-
Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa kata iman didalam al-
Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya sebatas di bibir saja padahal
hati dan perbuatanya tidak beriman, terkadang digunakan untuk arti iman yang hanya
terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak beriman dan ketiga
kata iman terkadang digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan
dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari.

~ Iman dalam arti semata-mata ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan
perbuatan dapat dilihat dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu:

‫َوِم َن ٱلَّناِس َم ن َيُقوُل َء اَم َّنا ِبٱِهَّلل َو ِبٱۡل َيۡو ِم ٱَأۡلِخ ِر َو َم ا ُهم ِبُم ۡؤ ِمِنيَن ُيَخ ٰـِد ُع وَن ٱَهَّلل َو ٱَّل ِذ يَن َء اَم ُن وْا َو َم ا َيۡخ َد ُع وَن ِإٓاَّل َأنُفَس ُهۡم‬
‫َو َم ا َيۡش ُعُروَن‬

“ Dan diantara manusia itu ada orang yang mengatakan :” Kami beriman kepada Allah
dan hari Akhirat, sedang yang sebenarnya mereka bukan orang- orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan menipu orang-orang yang beriman, tetapi yang
sebenarnya mereka menipu diri sendiri dan mereka tidak sadar.

~ Iman dalam arti hanya perbuatannya saja yang beriman, tetapi ucapan dan hatinya tidak
beriman., dapat dilihat dari QS. An- Nisa, 4: 142:

‫َّن ٱۡل َن يَن ُيَخ ُع وَن ٱ ُه َخ ُع ُهۡم َذ ا َقا ْا َلى ٱلَّص َلٰو َقا وْا ُك اَلٰى ُي ٓاُءوَن ٱلَّنا اَل ۡذ ُك ُروَن ٱ اَّل َق يً۬ال‬
‫َهَّلل ِإ ِل‬ ‫َس َو َي‬ ‫َر‬ ‫ِة ُم َس‬ ‫َو ِإ ُمٓو ِإ‬ ‫َهَّلل َو َو ٰـِد‬ ‫ٰـِد‬ ‫ِإ ُم ٰـِفِق‬

“ Sesungguhnya orang-orang munafik (beriman palsu) itu hendak menipu mereka.


Apabila mereka berdiri mengerjakan sembahyang, mereka berdiri dengam malas, mereka
ria (mengambil muka) kepada manusia dan tiada mengingat Allah melainkan sedikit
sekali”.

~ Iman dalam arti yang ketiga adalah tashdiqun bi al-qalb wa amalun bi al-jawatih,
artinya keadaan dimana pengakuan dengan lisan itu diiringi dengan pembenaran hati, dan
mengerjakan apa yang diimankannya dengan perbuatan anggota badan. Contoh iman
model ini dapat dilihat dalam QS. Al- Hadid, 57:19:

‌ۖ ‫َو ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ِبٱِهَّلل َو ُرُس ۤۦِلِه ُأْو َلٰٓـ َك ُهُم ٱلِّصِّديُق‬
‫وَن َو ٱلُّش َہَدٓاُء ِع نَد َر ِّبِہ ۡم َلُهۡم َأۡج ُر ُهۡم َو ُنوُر ُهۡمۖ‌ َو ٱَّلِذ يَن َكَف ُروْا َو َڪ َّذ ُبوْا ِبَٔـاَيٰـ ِتَنٓا‬ ‫ِٕٮ‬
‫ۡل‬
‫ْو َلٰٓـِٕٮَك َأۡص َحٰـ ُب ٱ َج ِح ِمي‬ ‫ُأ‬

“ Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu adalah orang-
orang yang Shiddiqien”.

Berdasarkan informasi ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa di dalam al- Qur’an kata
iman digunakan untuk tiga arti yaitu iman yang hanya sebatas pada ucapan, iman sebatas
pada perbuatan, dan iman yang mencakup ucapan. Perbuatan dan keyakinan dalam hati.

2. Hubungan Iman dan Islam


Kata islam sebagaimana diketahui berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang
artinya berserah diri, patuh dan tunduk kepada Allah. Orang yang melakukan demikian
selanjutnya disebut muslim.

Menurut Al-qur’an, iman bukan semata-mata suatu keyakinan akan benarnya ajaran
yang diberikan, melainkan iman itu sebenarnya menerima suatu ajaran sebagai landasan
untuk melakukan perbuatan. Al-qur’an dengan tegas memegang taguh pengertian seperti
ini, karena menurut Al-qur’an walaupun setan dan malaikat itu sama-sama adanya,
namun beriman kepada malaikat acap kali disebut sebagai bagian dari rukun iman,
sedang terhadap setan orang diharuskan mengafirinya.
Hal ini misalnya terlihat pada ayat:

‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َفَقِد اْسَتْمَس َك ِباْلُعْر َو ِة اْلُو ْثَقى اَل اْنِفَص اَم َلَه ا‬
‫وَِهَّلل َسِم يٌع َع ِليٌم‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thagut
dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman dan
islam. Karena diantara keduanya terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan
identitas masing-masing. Iman lebih menekankan kepada segi keyakinan dalam hati,
sedangkan islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.

3. Rukun Iman
Secara harfiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding, bertempat
tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih rukun sering diartikan suatu perbuatan
yang mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan tersebut.

Allah berfirman dalam QS. Al- Baqarah,2 : 177,yaitu:

‫َلْيَس اْلِبَّر َأْن ُتَو ُّلوا ُوُجوَهُك ْم ِقَبَل اْلَم ْش ِرِق َو اْلَم ْغ ِر ِب َو َلِكَّن اْلِبَّر َم ْن آَم َن ِباِهَّلل َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر َو اْلَم اَل ِئَك ِة َو اْلِكَتاِب َو الَّنِبِّييَن‬

“ Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan
tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, Hari kemudian, Malaikat-
malaikat, Kitab- kitab, Nabi-nabi….”

Didalam ayat tersebut disebutkan rukun iman itu ada lima, yaitu beriman kepada Allah,
Hari kemudian, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi. Disitu tidak disebutkan rukun
iman yang ke enam, yaitu beriman kepada qada dan qadar.

4. Manfaat Iman Bagi Kehidupan


a. Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
b. Iman akanmenimbulkan rasa kasih saying kepada sesama dan akanmeningkatkan
tali persaudaraan dengan-Nya.
c. Iman akan membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain
d. Iman yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju
karena membela kebenaran.
e. Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya
kehidupan yang baik, adil dan makmur.
f. Orang yang beriman akan diberikan kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai
khalifah di muka bumi.
g. Orang yang beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.
h. Iman akan membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.

5. Sifat-sifat Orang yang Beriman


a. Teguh pendirian / tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak
lemah karena cobaan.
b. Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima nasehat.
c. Senang mencari dan menambah ilmu
d. Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal sOleh yang dikerjakannya
belum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah sehingga mempunyai
semangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
e. Sederhana dan selalu menjaga kebersihan.
f. dan masih banyak lagi.

6. Hal-hal yang dapat Meningkatkan Keimanan


Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT seperti makna
dari nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-perbuatan-Nya. Semakin tinggi ilmu
pengetahuan seseorang terhadap Allah dan kekuasaan-Nya, maka semakin bertambah
tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada Allah SWT.
Merenungkan ciptaan Allah, keindahannya, keanekaragaman-Nya, dan
kesempurnaan-Nya. Maka kita akan sampai pada kesimpulan : Siapa yang merancang,
menciptakan dan mengatur semua ini ? Jawabannya hanya Allah Senantiasa
menuingkatkan ketaqwaan dan meninggalkan maksiat kepada-Nya

B. Hubungan Dan Iman


Hubungan antara iman (keyakinan) dan amal (perbuatan) memiliki kedalaman dan
kompleksitas dalam konteks ajaran agama, khususnya dalam Islam. Dalam ajaran Islam,
iman dan amal saling terkait erat dan saling memengaruhi. Berikut adalah beberapa aspek
yang mencerminkan hubungan antara iman dan amal:
1. Konsep Kesatuan Iman dan Amal:
Dalam Islam, iman dan amal dianggap sebagai dua sisi dari satu koin. Iman yang tulus
dan kuat seharusnya tercermin dalam perbuatan dan amal yang baik. Konsep ini sesuai
dengan ajaran Islam bahwa iman tanpa amal adalah tidak lengkap.

2. Konsep Amal sebagai Bukti Iman:


Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menekankan bahwa amal perbuatan adalah
bukti dari keimanan yang sejati. Seorang mukmin seharusnya menunjukkan keimanan
mereka melalui tindakan-tindakan yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
"Orang-orang mukmin itu adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang dengan harta dan jiwa mereka
pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Al-Hujurat: 15)

3. Tingkatan Amal Berdasarkan Iman:


Dalam Islam, amal perbuatan dikategorikan berdasarkan tingkatan iman. Amal-amal
kebajikan dan ketaatan kepada Allah menjadi cerminan dari tingkat keimanan seseorang.
Semakin kuat iman seseorang, semakin baik amal perbuatannya.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, merekalah
sebaik-baik makhluk." (Al-Bayyinah: 7)

4. Pentingnya Niat dalam Amal:


Dalam Islam, niat atau tujuan yang tulus di dalam hati saat melakukan amal perbuatan
sangat ditekankan. Niat yang benar akan memperkuat hubungan antara iman dan amal,
karena niat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap amal.
"Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang
hanya akan mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya." (Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim)

5. Pembersihan Diri Melalui Amal:


Amal perbuatan yang baik dianggap sebagai sarana untuk membersihkan diri dari dosa
dan kesalahan. Melalui amal perbuatan yang benar, seseorang dapat mencapai kemurnian
hati dan mendekatkan diri kepada Allah.
"Bertakwalah kepada Allah menurut kemampuanmu dan dengarkanlah serta taatlah. Dan
infakkanlah (hartamu) untuk kepentingan dirimu sendiri. Barangsiapa yang dijauhkan
dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran:
102)

Dengan demikian, dalam Islam, iman dan amal saling melengkapi. Seorang mukmin
tidak hanya beriman dengan hati, tetapi juga menunjukkan imannya melalui perbuatan
yang baik dan ketaatan kepada Allah. Iman dan amal, bersama-sama, membentuk fondasi
kehidupan seorang muslim yang berupaya untuk mencapai keseimbangan antara dimensi
spiritual dan praktis.
C. Karakteristik Orang Beriman
a. Taqwa (Takwa):
Orang beriman ditandai oleh tingkat taqwa yang tinggi. Takwa merupakan kesadaran
dan kewaspadaan terhadap Allah, yang tercermin dalam tindakan mereka untuk
menjauhi dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.

b. Ikhlas (Kehendak Murni):


Orang beriman melakukan amal perbuatan dengan niat yang tulus, tanpa mencari
pujian atau pengakuan dari manusia. Mereka berusaha untuk memperoleh ridha Allah
dan tidak sekadar mengejar pujian dunia.

c. Sabar dan Syukur:


Orang beriman bersikap sabar dalam menghadapi cobaan dan kesulitan, sementara
juga bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dalam keadaan baik. Sikap ini
mencerminkan kepasrahan kepada kehendak Allah.

d. Keadilan dan Kebaikan:


Orang beriman berupaya untuk berlaku adil dalam semua aspek kehidupan dan
menyebarkan kebaikan kepada sesama. Mereka menunjukkan sikap kasih sayang,
belas kasihan, dan perdamaian.

e. Tawakal (Bergantung Sepenuhnya pada Allah):


Orang beriman memiliki sikap tawakal, yaitu bergantung sepenuhnya pada Allah
dalam setiap aspek kehidupan. Mereka menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini
adalah ketentuan Allah, dan mereka percaya bahwa hanya Allah yang dapat
memberikan pertolongan dan keberhasilan.

f. Kesinambungan dalam Ibadah:


Orang beriman konsisten dalam menjalankan ibadah, termasuk shalat, puasa, zakat,
dan haji. Mereka memandang ibadah sebagai bentuk ketaatan dan pengabdian kepada
Allah.
Materi 10 (Konsep Tauhid dan Urgensinya Bagi Kehidupan)
A. HAL-HAL YG MERUSAK IMAN
1. Syirik
Syirik adalah segala keyakinan dan amalan yang semestinya hanya untuk Allah tetapi
dilakukan untuk selain Allah.
1). Syirik akbar (syirik besar)
Syirik akbar (syirik besar) yaitu menyekutukan Allah dengan mahluknya seperti keyakinan
adanya kekuatan selain Allah. Misalnya menyembah berhala. Syirik yang seperti ini disebut
dengan syirik I’tiqody, artinya syirik karena keyakinan yang salah, dan juga disebut syirik jali
artinya syirik yang nyata dan dikategorikan sebagai dosa besar. Tidak ada yang bisa menghapus
dosa ini selain bertaubat selagi masih hidup dan menggantinya dengan bertauhid kepada Allah
SWT.
2).Syirik Asghor (syirik kecil)
Syirik asghor (syirik kecil), syirik kecil juga disebut syirik amali karena perbuatan-perbuatan
yang mempunyai tendensi selain Allah atau disebut juga syirik khofi artinya syirik yang
tersembunyi. Larangan syirik ashgor termaktub dalam surat Al- Kahfi ayat 110 : Katakanlah
sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa
sesungguhnya tuhan kamu adalah Tuhan yang ESAbarang siapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya (QS Al-Kahfi 110)

2. Melakukan sihir
Sihir yang dimaksud dalam bahasan ini adalah tata cara yang bertujuan merusak rumah tangga
orang lain atau menghancurkan orang lain dengan jalan meminta bantuan kepada setan. Hal ini
termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Menurut hadits yang diriwayatkan secara marfu’
oleh ibnu mas’ud, perbuatan yang temasuk sihir adalah memohon kekuatan pada alam,
mempercayai bahwa benda-benda tertentu dapat menolak dari gangguan pada diri, dan juga
memalingkan hati perempuan agar menyukainya.

3. Memakan harta riba


Riba menurut bahasa berasal dari kata “rabaa- yarbuu” yang artinya tambahan, sedangkan
mengenai definisi riba menurut syara’ para ulama berbeda pendapat. Akan tetapi secara
umum riba diartikan sebagai utang piuitang atau pinjam meminjam atau barang yang disertai
dengan tambahan bunga. Agama islam dengan tegas melarang umatnya memakan riba,
Hal itu dikarenakan merugikan dan mencekik pihak yang berhutang. Ia diharuskan membayar
dengan bunga yang berlipat. Seandainya terlambat membayar, bunganya pun akan terus
berlipat. Perbuatan seperti itu banyak dilakukan di zaman jahiliyah dan para ulama

menyebutnya istilah riba nasi’ah. Adapun bentuk riba lainnya adalah riba fadhal yaitu menukar
barang dengan barang sejenis, namun salah satunya lebih banyak atau lebih sedikit dari pada
yang lainnya.

4. Membunuh jiwa manusia


Maksud membunuh dalam pembahasan ini adalah membunuh jiwa yang diharamkan tanpa hak
dengan sengaja (QS. 25 :68-70). Orang yang berbuat seperti itu akan dimasukkan keneraka
jahannam dan kekal didalamnya sebagaimana
firman Allah SWT: Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka
balasannya adalah jahannam, kekal ia didalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya (QS An-Nisa :93)

5. Memakan harta anak yatim


Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya atau ia masih kecil atau dengan kata
lain ditingggal mati oleh orang yang menanggung nafkahnya. Memakan harta anak yatim
dilarang apabila dilakukan secara dzalim. Dengan demikian apabila dilakukan dengan cara
yang patut (baik) orang yang memelihara anak yatim boleh mengambil sedikit harta anak
tersebut (QS. 6:512) yaitu menambil sebatas biaya pemeliharaanya. Itupun kalau sinak sudah
beranjak dewasa. Akan tetapi, apabila mampu, sebaiknya dia tidak mengambil harta anak yatim
tersebut (QS. 4: 6)

B. HAL-HAL YANG DAPAT MEMBATALKAN IMAN


1. Murtad dalam itiqad
Yang termasuk dalam murtad itiqad adalah :
a. Meragukan kebenaran atau keesaan Allah swt, serta menisbatkan sifat-sifat yang mustahil
bagi Allah. Seperti Allah itu mempunyai anak, istri, dan juga Allah mempunyai sifat
mengantuk, tidur, lalai, mati, dan sebagainya. Begitu juga orang yang mengaku mempunyai
sifat seperti yang dimiliki Allah swt, maka kafirlah orang yang demikian dan juga kafir bagi
orang yang mempercayainya.
b. Meragukan kerasulan Muhammad saw, atau juga meragukan Rasul-rasul atau Nabi-nabi
lainnya, terutama mereka yang namanya tercantum dalam al-Qur’an.
c. Meragukan kebenaran isi al-Qur’an walaupun hanya satu ayat.
d. Meragukan adanya hari akhir (kiamat).
e. Meragukan adanya surga dan neraka.
f. Meragukan adanya pahala, atau siksaan (azab atau pembalasan amal).

2. Murtad dalam perbuatan


Pada bagian kedua, yaitu mengenai murtad yang terjadi karena perbuatan, seperti: bersujud
kepada berhala, matahari, atau makhluk lainnya. Meminta-minta kepada makhluk Allah,
memuja-muja, menganggap memiliki kekuatan (kekuasaan) selain kekuasaan Allah.
3. Murtad dalam ucapan
Bagian ketiga, ialah murtad dalam ucapan, hal ini sangat banyak dan tidak di sadari oleh
manusia, bahwa apa yang diucapkannya itu dapat membuat ia keluar dari Islam. Di antaranya:
Mengucapkan kepada orang muslim “Hai kafir, hai Yahudi, atau hai Nasrani”. Sambil beritiqad
bahwa orang yang dituju itu adalah orang yang beragama Islam, maka orang yang memanggil
itu menjadi kafir. “Seseorang yang di dalam hatinya masih tertinggal setitik iman, tidak akan
tetap tinggal di dalam neraka”. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad)
Materi 11 (

A. PENGERTIAN TAUHID
Tauhid dalam bahasa arab diambil dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhidan. Arti dari term
tersebut adalah menjadikan sesuatu satu saja. Menurut penjelasan Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin bahwa makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu
menafikan segala sesuatu selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya. Secara istilah, tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Bila dilihat dari pengertian tersebut,
artinya ada potensi umat Islam untuk memiliki sesembahan seperti malaikat, benda sakral, dan
sebagainya. Dalam tauhid ada penekanan bahwa sesembahan hanya kepada Allah SWT.

B. JENIS- JENIS TAUHID


Tauhid itu terbagi kedalam 3 jenis. Yaitu tauhid rububiyyah, uluhiyyah dan al asma was shifat.
Pembagian ini berdasarkan pengkajian terhadap dalil-dalil tentang tauhid oleh para ulama.
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah adalah tauhid yang menekankan keyakinan bahwa Allah yang
menciptakan segala apa yang ada di alam semesta. Pergerakan matahari dan bulan,
pergantian siang dan malam serta apapun yang terjadi di alam semesta bergerak karena
kehendak Allah SWT.
Landasan atas tauhid tersebut terdapat pada ayat berikut,
1. Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah adalah tauhid yang menekankan keyakinan bahwa Allah yang
menciptakan segala apa yang ada di alam semesta. Pergerakan matahari dan bulan,
pergantian siang dan malam serta apapun yang terjadi di alam semesta bergerak karena
kehendak Allah SWT.
Landasan atas tauhid tersebut terdapat pada ayat berikut,

Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan
mereka. (Q.S. Al- An’am : 1)

2. Tauhid Uluhiyyah.
Tauhid uluhiyyah adalah bentuk tauhid dalam perwujudan amal shalih. Dalam Al Jadid Syarh
Kitab Tauhid dijelaskan bahwa ini adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Tauhid ini sangat ditekankan , karena ini adalah
misi dakwah para rasul, dan alas an diturunkannya kitab-kitab suci, dan alasan ditegakkannya
jihad di jalan Allah. Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang disembah, dan agar
penghambaan kepada selainNya ditinggalkan

3. Tauhid al-Asma was Shifat.


Tauhid al-asma was shifat ialah dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah
tetapkan bagi diriNya dan menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan
tanpa tahrif, tanpa ta‟thil dan tanpa takyif Landasan dari tauhid ini adalah firman Allah SWT
yaitu,
Artinya ; Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa- ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.

C. KETENTUAN TAUHID
1. akan dihapus dosa-dosanya. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi SAW yang artinya,
“...Wahai bani Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sepenuh bumi,
sedangkan engkau ketika mati tidak menyekutukan Aku sedikit pun juga, pasti Aku akan
berikan kepadamu ampunan sepenuh bumi pula.’”

2. mendapatkan petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman.
Rujukannya adalah firman Allah SWT yang artinya,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan kezhaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
” QS. Al-An’aam : 82

3. dihilangkan kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah
SWT yang artinya,
“...Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberi-nya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka...” (QS. Ath- Thalaq : 23)

4. dijamin masuk surga. Landasannya adalah firman Allah SWT yang artinya, “Barangsiapa
yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” (HR. Muslim)

5. diberi kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT,
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl: 97)

D. MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAAH


Kalimat ini ringkas, namun menjadi titik sengketa antara umat islam dengan kaum musyrikin.
Kalimat yang menjadi pemisah antara islam dan kesyirikan. Kalimat yang hanya terdiri dari 3
huruf: alif, lam, dan ha, namun mengubah suasana dunia. Sebelum mengkaji tinjauan makna
kalimat ini, hendak menegaskan bahwa orang musyrikin yang menjadi musuh Nabi Shallallahu
„alaihi wa sallam paham akan makna kalimat laa ilaaha illallah. Ketika Nabi Shallallahu „alaihi
wa sallam diutus oleh Allah, beliau mengajak masyarakat Quraisy dan sekitarnya untuk
mengikrarkan kalimatLaa ilaaha illalaah.. Dari Rabi’ah bin Ibad ad-Daili,

Orang Musyrikin Mekah Beriman Akan Keberadaan Allah


Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa orang musyrikin Mekah, mereka mengenal
Allah. Mereka mengimani keberadaan Allah. Bahkan mereka juga mengimani bahwa Allahlah
yang menciptakan dan mengatur alam semesta ini. Kita bisa lihat, ayah Nabi Muhammad,
namanya Abdullah. Dari mana mereka tahu nama itu, padahal Nabi Muhammad belum diutus?
Tentu saja jawabannya, karena orang jahiliyah telah mengenal Allah. Al-Quran juga
menceritakan aqidah dan keyakinan mereka tentang Allah. Diantaranya, Allah berfiirman,

Artinya : Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup[689]
dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka
Katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"(YUNUS:31).

Allah Maha Kuasa


Allah yang menciptakan, yang memiliki, dan yang mengatur alam semesta beserta isinya. Dan
mereka memberikan pemujaan kepada selain Allah, agar yang dipuja itu mengantarkan doa
mereka kepada Allah.

Mengucapkan Laa ilaaha illallah Tapi Tidak Beramal


Ini kebalikan dari yang pertama. Penyakit kedua yang dialami sebagian masyarakat, ada yang
beralasan dengan laa ilaaha illallah namun dia sama sekali tidak pernah beramal. Tidak shalat,
tidak puasa, tidak peduli dengan agamanya. Ketika diingatkan, dia beralasan, yang penting saya
masih punya laa ilaaha illallah.

E. JAMINAN BAGI ALLAH YANG BER-TAUHID MURNI


Tidak diragukan lagi bahwa tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Oleh
karena itu, bagi siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat
beberapa keistimewaan.
1. Ahli Tauhid Mendapat Keamanan dan Petunjuk
Seseorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa aman dan petunjuk. Allah
Ta‟ala menegaskan dalam firman-Nya,
َ
Artinya : Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk.(AL-AN‟AM ;82)
Kezaliman meliputi tiga perkara :
-Kezaliman terhadap hak Allah yaitu dengan berbuat syirik
-Kezaliman seseorang terhadap dirinya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat
-Kezaliman seseorang terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang lain.

2. AHLI TAUHID DIAMPUNI DOSA DOSANYA


Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Oleh karena itu pengampunan dosa
adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Dengan melaksanakan tauhid secara benar, menjadi
sebab terbesar dapat menghapus dosa-dosa kita. Rasulullah shalallahu „alaihi wa salaam
bersabda,
Allah berfirman: „ Wahai anak adam, sesungguhnya sekiranya kamu datang kepada-Ku dengan
kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu datang kepada-Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun
dengan-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi pula”
Jaminan Bagi Masyarakat yang Bertauhid
Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu. Jika suatu masyarakat benar-
benar merealisasikan tauhid dalam kehidupan mereka, Allah Ta‟ala akan memberikan jaminan

bagi mereka sebagaimana firman-Nya :


Artinya : Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. An Nuur:45)
Dalam ayat yang mulia ini Allah memberikan beberapa jaminan bagi suatu masyarakat yang
mau merealisasikan tauhid yaitu :
1. Mendapat kekuasaan di muka bumi.
2. Mendapat kemantapan dan keteguhan dalam beragama.
3. Mendapat keamanan dan dijauhkan dari rasa takut.

Anda mungkin juga menyukai