Anda di halaman 1dari 5

SURVEI SIFAT FISIK DAN KANDUNGAN NUTRIEN ONGGOK

TERHADAP METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA


DI DUA KABUPATEN PROVINSI LAMPUNG

Survey of the Physical Properties and Nutrient Content of Cassava to Different


Drying Methods in Two Districts of Lampung Province
I Nyoman Ary Vidyanaa, Syahrio Tantalo YSb, dan Limanb
a
The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
b
The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University
Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University
Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347

ABSTRACT

Cassava into industrial waste which is generated in the form of wet tapioca . Utilization of cassava as
animal feed , usually first dried . The drying process can be done on the cement floor and on the
ground . The differences in the drying potential to provide different quality of nutrients .
This study aimed to compare the nutritional composition and physical properties of the drying cassava
on the ground and the cement floor , and to know the method of drying on the ground or on a cement
floor the better the nutritional composition and physical properties of the onggok.Pelaksanaan
research conducted at the Laboratory of Nutrition and Animal Feed Animal Husbandry Department of
the Faculty of Agriculture, University of Lampung . This study uses data obtained will be analyzed
using Student's t-test at the 5% significance level.
The results showed that : ( 1 ) there is a significant difference ( P > 0.05 ) in ash content, BETN levels
; ( 2 ) there is no significant difference ( P < 0.05 ) in moisture content, protein content, fat content,
and crude fiber ;

Key words: cassava, nutrient content, organoleptic

Onggok adalah salah satu limbah


PENDAHULUAN pertanian dan agroindustri yang dapat
dijadikan sebagai pakan ternak. Onggok
Kebutuhan daging di Indonesia setiap tersedia dalam jumlah yang berlimpah
tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan sehingga mudah didapat, harganya murah, dan
oleh bertambahnya jumlah penduduk yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia.
diikuti dengan meningkatnya taraf hidup dan Pemanfaatan onggok sebagai pakan ternak
kesadaran akan arti pentingnya gizi dapat mengatasi penyediaan bahan pakan dan
masyarakat. Keadaan ini menyebabkan menanggulangi dampak negatifnya terhadap
kebutuhan protein asal hewani semakin lingkungan.
meningkat. Onggok yang berasal dari pengolahan
Sektor peternakan merupakan salah ubi kayu menjadi tepung tapioka merupakan
satu sendi perekonomian yang dalam limbah padat yang masih mengandung protein
perkembangannya masih menemui masalah dan karbohidrat sebagai ampas pati,
terkait penyediaan bahan pakan. Penggunaan kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen
lahan untuk tanaman pangan yang lebih (BETN) dalam onggok dapat mencapai
banyak daripada hijauan mengakibatkan 71,64%. Berdasarkan tingginya kandungan
ketersediaan pakan hijauan yang merupakan BETN ini, maka onggok dapat dimanfaatkan
pakan utama ternak berkurang, khususnya sebagai bahan pakan sumber energi untuk
pada akhir musim kemarau hingga awal ternak (Puslitbangnak,1996).
musim penghujan. Upaya yang dapat Di Lampung sebagian besar
dilakukan adalah memanfaatkan limbah penjemuran onggok dilakukan di atas tanah
pertanian dan agroindustri sebagai pakan dan di atas lantai semen. Hal ini diduga akan
ternak. menghasilkan komposisi nutrisi dan sifat fisik
onggok yang berbeda. Berkaitan dengan

58
uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk membandingkan kandungan nutrisi dan
sifat fisik onggok pada kedua metode Uji organoleptik
pengeringan tersebut di provinsi Lampung.
Penelitian ini bertujuan untuk Uji organoleptik ini dilakukan untuk
membandingkan kandungan nutrisi dan sifat dapat mengetahui adanya pengaruh proses
fisik onggok pada penjemuran di atas tanah pengeringan onggok yang berbeda pada sifat
dan lantai semen,serta mengetahui metode fisik onggok. Peubah yang diamati antara lain
pengeringan di atas tanah atau di lantai semen adalah aroma, tekstur dan warna. Sampai saat
yang lebih baik terhadap kandungan nutrisi ini belum ada standar karakteristik SNI
dan sifat fisik pada onggok. tentang onggok. Uji organoleptik dilakukan
secara deskriptif oleh beberapa orang yang
terbiasa menangani onggok dan menyortir
MATERI DAN METODE onggok di pabrik pengolahan tapioka,
kemudian dilakukan skoring pada tiap-tiap
Penelitian ini dilaksanakan pada parameter untuk mengetahui metode
September 2013--Oktober 2013. Pengambilan pengeringan yang terbaik pada sifat fisik
sampel onggok diperoleh di Kabupaten onggok.
Lampung Timur dan Lampung Tengah. Uji organoleptik dilakukan pada tiga
Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium parameter yaitu warna, tekstur dan aroma.
Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Hasil uji organoleptik dalam penelitian ini
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas dapat dilihat pada Tabel 1.
Lampung. Pada parameter warna terdapat variasi
Metode yang digunakan dalam yang berbeda-beda hampir di setiap sampel
penelitian ini adalah dengan menggunakan dari putih kekuningan hingga abu-abu
metode survei. Metode survei adalah kehitaman. Onggok yang memiliki warna abu-
penyelidikan yang diadakan untuk abu kehitaman ini disebabkan oleh
memperoleh data primer. Metode survei juga pengangkutan onggok basah yang tidak diayak
dikerjakan evaluasi serta perbandingan terlebih dahulu sebelum dikeringkan, selain itu
terhadap hal-hal yang dikerjakan orang dalam faktor pekerja yang tidak aktif untuk
menangani masalah yang serupa sehingga membolak-balikkan onggok menyebabkan
hasilnya dapat digunakan dalam analisis dan endapan air di onggok yang paling bawah
pengambilan keputusan di masa datang (Putra sehingga menyebabkan warna agak kehitaman
dan Hayusudina, 2006). pada onggok. Selain itu warna onggok erat
Teknik pengambilan sampel yang kaitannya dengan umur singkong sewaktu
digunakan adalah non probability sample dipanen, semakin muda umur singkong warna
(selected sample). Pemilihan sampel dengan onggok akan semakin putih dan bersih. Rata-
teknik ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip rata uji organoleptik pada parameter warna
probability. Pemilihan sampel tidak secara menunjukkan bahwa onggok yang dikeringkan
random karena hasil yang diharapkan hanya di lantai semen berwarna putih kecoklatan
merupakan gambaran kasar tentang suatu (2,2) sedangkan onggok yang dikeringkan di
keadaan. Pengambilan sampel dilakukan atas tanah berwarna coklat (3,2).
hanya atas dasar pertimbangan penelitinya Terdapat beberapa variasi dalam
saja yang menganggap unsur-unsur yang parameter tekstur onggok yang dikeringkan di
dikehendaki telah ada dalam anggota sampel lantai semen dan yang dikeringkan di tanah.
yang diambil. Cara ini digunakan agar Ada yang berteksur keras, agak keras dan
mengefesiensikan biaya dan hasil yang remah. Hal ini dikarenakan cuaca, suhu dan
didapat tidak membutuhkan waktu yang lama juga ketebalan onggok pada saat dijemur yang
(Nasution, 2003). Pada praktek di lapangan berbeda masing-masing sampel yang membuat
terdapat tiga klasifikasi onggok yang berbeda jumlah kadar airnya pun berbeda, dan semakin
yaitu, onggok yang digunakan untuk bahan tinggi kadar air dalam suatu sampel maka
pangan manusia, onggok untuk pakan ternak semakin keras tekstur onggok yang dihasilkan.
dan onggok yang digunakan sebagai pupuk. Ketebalan onggok pada waktu pengeringan
Pengambilan sampel hanya dilakukan untuk yang didukung dengan kekurang aktifan
klasifikasi onggok yang kedua yaitu onggok pekerja membolak-balik onggok
untuk pakan ternak. menyebabkan air mengendap di lapisan
terbawah onggok yang menyebabkan kadar air
tinggi dan menyebabkan tekstur onggok
menjadi keras. Rata-rata uji organoleptik pada

59
parameter tekstur menunjukkan bahwa onggok dihasilkan dari tiap sampel sama. Onggok
yang dikeringkan di lantai semen dan di atas untuk pakan ternak yang telah berbau tengik
tanah bertekstur agak keras. akan disortir untuk dijadikan pupuk.

Tabel 1. Hasil uji organoleptik onggok Tabel 2. Rata-rata kandungan zat makanan
sampel onggok yang dikeringkan di
Metode pengeringan alas semen dan di atas tanah
Kriteria Ulangan onggok (berdasarkan bahan kering)
Semen Tanah
1 1 2 Rata-rata (%)
2 2 5 Zat Nutrisi
Semen Tanah
3 5 2
4 2 5 Kadar air* 9,72 ±2,55 8,99±1,29
b
5 3 5 Kadar abu 3,08±0,80 9,50±1,16a
Warna
6 4 2 Kadar protein 0,94±0,12 1,02±0,07
7 1 2
Kadar lemak 6,42±1,94 8,81±1,56
8 2 2
9 1 2 Kadar serat kasar 14,68±5,01 17,64±2,70
10 1 5 Kadar BETN 67,07±5,51a 57,25±1,50b
Rata-rata 2,2 3,2 Keterangan:
1 1 2 a = Hasil uji t-student taraf nyata 5%
2 2 3 menunjukkan berbeda nyata lebih
3 3 2 besar
4 2 2 b = Hasil uji t-student taraf nyata 5%
5 2 2 menunjukkan berbeda nyata lebih
Tekstur kecil
6 1 2
7 1 1 *) = Data berdasarkan kering udara
8 3 1
9 1 2
10 1 2 Kadar Air
Rata-rata 1,7 1,9
1 1 1 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-
2 1 1 rata kadar air antara pengeringan di lantai
semen dan di atas tanah yaitu masing-masing
3 1 1
sebesar 9,72% dan 8,99%. Terdapat hasil
4 1 1
bahwa kadar air onggok yang dijemur di lantai
5 1 1
Aroma semen tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan
6 1 1 onggok yang dijemur di alas tanah. Hal ini
7 1 1 disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
8 1 1 lama pengeringan, cuaca dan faktor pekerja.
9 1 1 Lama pengeringan dan cuaca pada saat
10 1 1 pengeringan onggok relatif sama yaitu antara
Rata-rata 1 1 4--6 hari dan cuaca yang tidak jauh berbeda
Keterangan: akan menghasilkan kadar air yang tidak jauh
Warna : (1) putih kekuningan; (2) putih berbeda pula. Faktor pekerja juga diduga
kecoklatan; (3) coklat; (4) abu- menyebabkan kadar air onggok yang tidak
abu; (5) abu-abu kehitaman. berbeda nyata. Hal ini dikarenakan beberapa
Tekstur : (1) remah; (2) agak keras; (3) industri onggok yang dikeringkan di atas
keras. lantai tanah secara teratur membolak-balikkan
Aroma : (1) khas onggok; (2) agak tengik; onggok yang membuat penguapan onggok
(3) tengik. yang lebih merata sehingga kadar air onggok
yang seharusnya lebih tinggi di atas lantai
Hasil uji organoleptik ini menunjukkan semen menjadi tidak berbeda nyata.
tidak terdapat perbedaan pada parameter Hasil penelitian ini berbeda dengan
aroma onggok yang dikeringkan di lantai teori yang diungkapkan Abdurrahman (2011)
semen ataupun di atas tanah. Hal ini bahwa seharusnya kadar air onggok yang
dikarenakansampel onggok yang digunakan dikeringkan di alas semen seharusnya lebih
adalah onggok yang diklasifikasikan untuk tinggi karena pengurangan kadar air pada
pakan ternak sehingga aroma onggok yang

60
onggok yang dikeringkan di atas tanah terjadi onggok ini relatif sama sehingga didapat hasil
melalui penguapan pada permukaan onggok bahwa kadar protein tidak berbeda nyata.
melalui udara dan kadar air pada onggok Menurut Poedjiadi (1994), perubahan
mengalir ke bawah yang kemudian diserap konformasi alamiah menjadi suatu konformasi
oleh tanah. Berbeda dengan pengeringan yang yang tidak menentu merupakan suatu proses
dilakukan di lantai semen, air hanya berkurang yang disebut denaturasi. Denaturasi protein
melalui penguapan karena lantai tidak dapat dapat diakibatkan bukan hanya oleh panas,
menyerap air yang mengalir dari onggok tetapi juga oleh pH ekstrim, oleh beberapa
sehingga air yang berada pada permukaan pelarut organik seperti alkohol atau aseton, zat
lantai menjadi terhambat penguapannya terlarut tertentu seperti urea, detergen atau
karena terhalang oleh onggok. hanya pengguncangan intensif larutan protein
dan bersinggungan dengan udara sehingga
terbentuk busa. Setiap pereaksi yang
Kadar Abu menyebabkan denaturasi ini merupakan
perlakuan yang relatif lunak. Aktivitas biologi
Hasil uji t-student (Tabel 2) protein tergantung dari sesuatu yang lebih dari
menunjukkan bahwa metode pengeringan hanya deret asam amino (Lehninger, 1998).
menggunakan lantai semen memiliki kadar Kebanyakan protein hanya berfungsi
abu lebih rendah (P<0,05) dibandingkan aktif biologis pada daerah pH dan suhu yang
dengan pengeringan di atas tanah. Hal ini terbatas. Jika pH dan suhu berubah melewati
karena proses pengeringan di atas tanah batas-batas tersebut, protein akan mengalami
memungkinkan terjadinya kontaminasi berasal denaturasi. Pada protein globular terjadinya
dari partikel tanah dan pasir yang ikut denaturasi jelas terlihat dari berkurangnya
tercampur pada onggok pada saat daya larut. Kebanyakan denaturasi terjadi
pengangkutan. sekitar suhu 50--60°C dan 10--15°C (Girindra,
Kadar abu pada metode pengeringan 1989).
menggunakan alas tanah lebih tinggi
dibanding alas lantai. Jika dilihat dari jenis
alas yang digunakan, alas tanah memiliki Kadar Lemak
tingkat kontaminasi lebih tinggi. Hal ini
disebabkan oleh kontak langsung onggok Hasil uji t-student dengan taraf nyata
basah yang dikeringkan di atas tanah yang 5% memperlihatkan bahwa pengeringan di
tidak dapat dihindari, sehingga pada proses atas tanah dan di lantai semen tidak berbeda
pengangkutan kembali tanah juga ikut nyata (P>0,05) terhadap kadar lemak onggok.
terangkat. Berbeda dengan alas lantai yang Suhu yang digunakan dalam pengeringan
memiliki permukaan yang padat sehingga relatif hampir sama sehingga tidak
meminimalkan partikel alas ikut terangkat berpengaruh nyata pada kadar lemak onggok.
pada proses panen onggok. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Djaya
(1995) yang mengatakan bahwa suhu
pengeringan yang tinggi dapat menyebabkan
Kadar Protein terjadinya peningkatan reaksi oksidasi pada
onggok sehingga mengubah komposisi
Hasil uji t-student taraf nyata 5% kandungan lemak yang selanjutnya
menunjukkan bahwa metode pengeringan memodifikasi komposisi lemak.
yang di lantai semen dan di atas tanah tidak
berbeda nyata (P>0,05) terhadap kadar protein
onggok. Hasil analisis kadar protein onggok Kadar Serat Kasar
dapat dilihat pada Tabel 2. Adanya perbedaan
kandungan protein kasar pada onggok yang Rata-rata kadar serat kasar onggok
dikeringkan di lantai semen dan di atas tanah pada masing-masing metode dapat dilihat
diduga karena adanya unsur N pada tanah pada Tabel 2 adalah 14,68—17,64%. Hasil uji
yang tertangkap pada saat analisis protein t-student pada taraf nyata 5% memperlihatkan
dilakukan. bahwa pengeringan onggok di lantai semen
Saat proses pengeringan dengan dan di atas tanah tidak berbeda nyata (P>0,05)
bantuan sinar matahari, cuaca berada pada terhadap kadar serat kasar onggok.
kondisi tidak stabil sehingga akan Serat kasar (Crude Fiber) tersusun atas
berpengaruh terhadap suhu pengeringan. Suhu selulosa, gum, hemiselulosa, pektin dan lignin
akan berpengaruh terhadap denaturasi protein. (Muchtadi dan Sugiono, 1992), juga dengan
Suhu dan lama pengeringan pada sampel faktor pengolahan atau perlakuan terhadap

61
bahan pangan sangat berpengaruh terhadap daripada onggok yang dikeringkan di atas
kandungan seratnya. Panas yang tidak jauh tanah karena memiliki kadar abu yang
berbeda menyebabkan tidak terlalu banyak lebih rendah dan memiliki kadar BETN
adanya perbedaan serat kasar. Panas pada yang lebih tinggi daripada onggok yang
suhu 60°C akan membantu merombak ikatan dikeringkan di atas tanah.
lignin pada onggok. Selain itu, kontaminasi
benda asing berupa unsur hara yang terdapat
pada metode pengeringan dengan bantuan DAFTAR PUSTAKA
sinar matahari akibat berada di tempat yang
terbuka ikut berpengaruh terhadap Abdurrahman, G. 2011. Analisa Nutrient
perombakan ikatan lignin pada onggok. Jika Onggok pada Pengeringan yang
dilihat dari segi kelembaban, metode Berbeda. Skripsi. Jurusan Peternakan
pengeringan dengan alas lantai maupun tanah Fakultas Pertanian Universitas
memiliki tingkat kelembaban yang tinggi Lampung.
sehingga mampu membantu proses Djaya, S. 1995. Minyak dan Lemak Pangan.
pelapukkan ikatan lignin pada onggok. Penerbit Uneversitas Indonesia.
Jakarta.
Girindra, A. 1989. Biokimia Patologi Hewan.
Kadar BETN Bogor. PAU IPB.
Lehninger, A.L. 1998. Dasar – Dasar
Hasil uji t-student dengan taraf nyaata Biokimia. Terjemahan, M.
5% pada kadar BETN menunjukan hasil Thenawidjaja. Pustaka Sinar
bahwa kadar BETN pada onggok yang Harapan.Jakarta.
dikeringkan di lantai semen lebih baik Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu
daripada onggok yang dikeringkan di atas Pengetahuan Bahan Pangan. PAU.
tanah, hal ini disebabkan karena onggok yang Bogor.
dikeringkan di tanah memiliki kadar abu, Poedjiadi, A. 1994. Dasar-dasar Biokimia. UI
protein, dan lemak yang lebih tinggi yang Press. Jakarta.
menyebabkan kadar BETN menjadi lebih Putra, A.A. dan N.D.Hayusudina. 2006.
rendah daripada onggok yang dikeringkan di Efisiensi Tata Letak Fasilitas dan
alas semen. Sarana Proyek dalam Mendukung
Metode Pekerjaan Konstruksi.
Fakultas Teknik Universitas
SIMPULAN Diponegoro. Semarang.
Puslitbangnak. 1994. Pemanfaatan Limbah
1. Metode pengeringan tidak berbeda nyata Pertanian dan Limbah Pengolahan
terhadap kadar air, kadar protein, dan Tapioka/sagu sebagai Pakan Ternak.
kadar serat kasar, tetapi berbeda nyata Warta Penelitian danPengembangan
pada kadar abu dan BETN. Pertanian
2. Metode pengeringan di atas lantai semen
menghasilkan onggok yang lebih baik

62

Anda mungkin juga menyukai