Anda di halaman 1dari 24

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN NANOPARTIKEL SiO2 TERHADAP DENSITAS DAN KUAT TEKAN SEMEN PORTLAND MENGGUNAKAN METODE SIMPLE MIXING

Oleh Siti Fatimah H1E007007

Diajukan sebagai Pedoman Penelitian pada Tugas Akhir I (PAF08410) Program Studi Fisika Jurusan MIPA Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK 2010

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian PENGARUH PENAMBAHAN NANOPARTIKEL SiO2 TERHADAP DENSITAS DAN KUAT TEKAN SEMEN PORTLAND MENGGUNAKAN METODE SIMPLE MIXING Lingkup Penelitian KMK Fisika Material Identitas Mahasiswa a. b. c. d. e. Nama Jenis Kelamin NIM Angkatan/Semester Jumlah Kredit/IPK : Siti Fatimah : Perempuan : H1E007007 : 2007/VII : 136/3,30 (Semester VI)

Lokasi Penelitian (Pengujian) LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Bandung Jangka Waktu TA I Diterima dan Disetujui pada tanggal : 1 Semester (September 2010- Agustus 2011) :

Pembimbing I

Pembimbing II

Bilalodin, M.Si NIP . 19680112 199512 1 001

Kartika Sari M.Si NIP. 19700615 199702 2 001

Mengetahui, Ketua Program Studi Fisika

Dr.-Ing. R. Wahyu Widanarto NIP. 19711129 199802 1 001

JUDUL PENGARUH PENAMBAHAN NANOPARTIKEL SiO2 TERHADAP DENSITAS DAN KUAT TEKAN SEMEN PORTLAND MENGGUNAKAN METODE SIMPLE MIXING LINGKUP PENELITIAN KMK Fisika Material I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan jumlah penduduk, kebutuhan terhadap sarana pembangunan seperti jalanan umum, jembatan, pemukiman dan berbagai kontruksi bangunan semakin meningkat yang tentunya harus diselaraskan dengan kualitas bangunan yang baik pula. Kontruksi bangunan dalam pembangunannya membutuhkan material semen. Semen Portland merupakan jenis semen hidrolik yang paling banyak digunakan[1]. Portland biasanya digunakan untuk campuran membuat beton[2]. Beton merupakan bahan bangunan yang penting dalam dunia jasa kontruksi bangunan. Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dalam menjawab tuntutan kontruksi bangunan dengan ketahanan fisik yang lebih baik. Ketahanan fisik beton sangat dipengaruhi oleh bahan penyusunnya seperti air, agrerat dan semen. Kualitas semen yang baik akan berdampak pada peningkatan ketahanan fisik diantaranya kuat tekan. Kuat tekan pada semen dapat diperbaiki dengan meningkatkan kehalusan dari semen[3]. Kehalusan semen juga berdampak pada peningkatan densitas pada semen. Peningkatan densitas juga mengurangi porositas pada saat pembuatan pasta semen, sehingga kuat tekannya meningkat[3]. Penggunaan semen

Usaha lain dalam memperbaiki kualitas bahan adalah dengan menerapkan teknologi nano[4]. Teknologi nano merupakan teknologi yang memanfaatkan partikel nano untuk

kepentingan tertentu, dalam berbagai penelitian biasanya dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas bahan. Salah satu keberhasilan teknologi nano adalah penambahan partikel nano SiO2 dalam polimer meningkatkan kekuatan tarik polimer sebesar 24%[5]. Hal yang sama diharapkan pada penambahan partikel nano dalam semen Portland diduga dapat memperbaiki kualitas semen Portland. Guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang pengaruh

penambahan partikel nano terhadap peningkatan densitas dan kuat tekan perlu dilakukan penelitian. Selanjutnya pembuatan nano SiO2 dibuat menggunakan teknik Ball Milling dan pengaruhnya terhadap densitas dan kuat tekan yang dianalisis dengan alat XRD, UTM dan SEM. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif bagi industri semen dalam meningkatkan kualitas semen dan juga menjadi acuan bagi para peneliti dalam pengembangan ilmu material untuk pemanfaatan bahan nano.

1.2 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat dicapai tujuan sebagai berikut: 1. Menghasilkan partikel nano SiO2 dengan metode Ball Milling; 2. Menentukan pengaruh partikel nano SiO2 terhadap densitas dan kuat tekan pada semen Portland.

1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1. Memberikan alternatif bagi industri semen dalam meningkatkan mutu semen; 2. Menjadi acuan bagi para peneliti dalam pengembangan ilmu material untuk pemanfaatan bahan nano.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Portland Kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin) yang berarti bahan perekat yang mampu mempersatukan atau mengikat bahan-bahan padat menjadi satu kesatuan[6]. Semen yang umumnya digunakan dan diproduksi di Indonesia adalah semen portland. Semen

portland didefinisikan sesuai dengan ASTM C150, sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang pada umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama dengan bahan utamanya[1]. Salah satu penggunaan semen Portland yaitu sebagai beton. 2.1.1 Sifat Sifat Semen Portland Sifat-sifat bahan sangat penting diketahui karena akan mempengaruhi kualitas suatu bahan dan menentukan perlakuan yang tepat untuk setiap bahan. Salah satu bahan penyusun beton, yaitu semen Portland. Semen Portland memilki sifat yang terbagi menjadi dua, yaitu sifat fisis dan sifat kimianya. Sifat Fisis Semen Portland[1]

Sifat fisis bahan merupakan sifat yang terlihat secara fisis dan dapat diidentifikasi secara langsung. Bahan penyusun beton, yaitu semen Portland. Semen Portland memiliki sifat fisis sebagai berikut: a. Kehalusan Butir Semakin halus butiran semen, jarak antar butir-butir akan semakin dekat atau rongga yang ada pada beton semakin kecil. Butir-butir halus lebih cepat bereaksi dengan katalisnya (air). Partikel semen menjadi lebih cepat reaksinya sehingga lebih kuat. Hal ini berarti bahwa butir-butir semen yang halus akan menjadi lebih kuat dan reaksi antar partikel lebih cepat dari

pada semen dengan butir-butir yang lebih kasar. Menurut SII 0013-81 paling sedikit 90% berat semen harus lolos ayakan lubang 0,09 mm. b. Panas Hidrasi Panas hidrasi adalah kuantitas panas dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi. Pada

dasarnya semen mempunyai sifat panas yang dapat menghambat perekatan (reaksi) antar partikelnya. Perekatan antar partikel akan lebih cepat seiring panas hidrasi dari semen lebih cepat terbuang dengan menambahakan katalis (air) pada campuran semen. c. Waktu Ikatan Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan semen untuk mencapai keadaan kaku tahap pertama dan cukup kuat untuk menerima tekanan. Waktu minimum untuk pengikatan adalah 60 menit dan waktu maksimum 8 jam. kekuatan fisik bahan lebih cepat meningkat. d. Massa Jenis Ikatan antar partikel yang cepat menunjukkan

Massa jenis semen berkisar pada 3,15. Massa jenis digunakan dalam hitungan perbandingan campuran. Massa jenis menunjukkan jumlah atau massa partikel yang tersusun dalam setiap luasan. Sifat Kimia Semen Portland[1]

Semen Portland dibuat dari serbuk mineral kristalin yang komposisi utamanya disebut mayor oksida, terdiri dari : kalsium atau batu kapur (CaCO3) 60 %, aluminium oksida (Al2O3) 10 %, pasir silikat (SiO2) 20 %, dan bijih besi (FeO2) 10 % serta senyawa-senyawa lain yang jumlahnya hanya beberapa persen dari jumlah semen yaitu minor oksida yang terdiri dari : MgO, SO3, K2O, NaO2. Empat senyawa yang paling penting dalam semen adalah Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CaO.SiO3 mengalami pengerasan yang signifikan sampai 15 hari. Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 mengalami pengerasan yang signifikan sampai 14 hari. Unsur C2S ini juga

membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan. Trikalsium Aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 mengalami pengerasan setelah 24 jam. Tetrakalsium aluminoferit (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.FeO2 kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton. Senyawa dalam proses pengerasan semen Portland yang paling dominan pengaruhnya adalah senyawa silikat dibandingkan senyawa aluminat. Meskipun reaksi kimia yang terjadi pada senyawa aluminat jauh lebih cepat, namun proses pengerasan hanya 10 % dari keseluruhan proses pengerasan yang sempurna. Senyawa silikat yang menyempurnakan

pengerasan semen Portland tersebut karena komposisinya jauh lebih banyak dari senyawa aluminat.
Tabel 2.1. Komposisi larutan semen Portland dan notasi kimia[1]

Nama Kimia Trikalsium Silikat Dikalsium Silikat Trikalsium Aluminat Tetrakalsium Aluminoferit Kalsium Sulfat Dihidrat (Gypsum)

Formula Kimia 3CaO.SiO2 2CaO.SiO2 3CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 CaSO4.2H2O

Notasi C3 S C2 S C3 A C4AF CSH2

Massa (%) 55 18 10 8 6

Pengaruh terhadap Pengerasan (jam) Sampai 360 Sampai 336 setelah 24 -

2.1.2 Jenis Jenis Semen Portland Pemakaian semen Portland pada bahan bangunan sebagai bahan pengikat hidrolis karena sifat-sifat yang lebih baik dan angka kepadatannya tinggi yaitu bila dicampur dengan air maka akan terjadi proses pengerasan. Selain sebagai perekat, semen Portland juga berfungsi sebagai isolator dan bahan pengawet, serta dapat mengurangi sifat mudah terbakar[7]. Berikut jenis-jenis semen portland berdasarkan prosentase kandungan penyusunnya semen portland terdiri dari 5 tipe yaitu:

1. Semen tipe I, yaitu tipe standar untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. 2. Semen tipe II, yaitu untuk penggunaan tahan sulfat dan mempunyai panas hidrasi sedang. 3. Semen tipe III, yaitu semen yang mempunyai panas hidrasi tinggi, untuk penggunaan beton dengan kekuatan awal tinggi (cepat mengeras). 4. Semen tipe IV, yaitu semen yang memiliki panas hidrasi rendah, untuk penggunaan pengecoran beton yang bersifat masal atau volume pengecoran sangat besar. 5. Semen tipe V, yaitu semen yang tahan terhadap sulfat untuk pengecoran beton dipantai atau dilaut. 2.1.3 Reaksi Semen Portland Reaksi semen Portland dengan air dibedakan menjadi dua periode yaitu periode pengikatan dan periode pengerasan. Periode pengikatan adalah peralihan dari kondisi plastis ke kondisi keras. Kondisi pada periode pengikatan yaitu[1] : 1. Kondisi pada saat semen mulai menjadi kaku setelah semen itu diaduk dengan air. Kondisi ini disebut pengikatan awal. 2. Kondisi yang berlangsung antara permulaan semen menjadi kaku sampai saat semen beralih ke kondisi keras dan padat, atau kondisi ini dapat diartikan disebut waktu pengikatan. Periode pengerasan adalah penambahan kekuatan setelah pengikatan selesai. Pengerasan mula-mula berlangsung terus secara cepat, kemudian lebih lambat untuk jangka waktu yang lama.

2.2 STRUKTUR KRISTAL Partikel tidak mungkin mengisi penuh ruang kristal dengan partikel berbentuk bulat. Khusus untuk partikel yang berbentuk bulat yang tersusun dalam kubus sederhana (simple cubic), volum maksimum ruang kubus yang dapat ditempati partikel sekitar 72% dan sisanya adalah ruang kosong antar partikel. Nilai ini disebut packing fraction[8]. Gambar 2.1 adalah ilustrasi penyusunan partikel-partikel dan ruang kosong yang ditinggalkan.

Partikel

Gambar 2.1. Penampang kristal simple cubic menunjukkan partikel tidak mungkin mengisi penuh ruang kristal[8]

Proses pembuatan beton diawali dengan pembentukan/pencetakan bahan dasar semen dan air. Dalam semen tersebut terjadi kontak antara satu partikel dengan partikel lainnya. Selanjutnya pengeringan dilakukan untuk membuang air sehingga hanya tersisa material kering berupa partikel-partikel semen yang terikat satu sama lainnya. Dalam proses ini pula, partikel-partikel yang semula terikat lemah karena hanya melakukan kontak lemah satu sama lain, mulai memperluas permukaan kontak akibat difusi atom. Kontak tersebut meluas menjadi leher (neck), yang ukurannya bergantung pada lama pengeringan, dan jenis proses difusi yang terjadi. Makin lama waktu pengeringan maka ukuran leher makin besar sehingga ikatan antar partikel makin kuat. Proses pembentukan ukuran kontak dipicu oleh difusi permukaan, difusi kisi, dan difusi grain boundary. Gambar 2.2 adalah ilustrasi pertumbuhan luas permukaan kontak antar partikel ketika dilakukan pengeringan.

2X R
Gambar 2.2 Ilustrasi pertumbuhan leher (permukaan kontak) pada posisi kontak antara dua partikel[8]

Ketika material yang disusun oleh partikel-partikel tersebut berikatan maka luas permukaan kontak partikel bertambah, namun ruang kosong antar partikel tetap ada, meskipun bentuknya berubah. Ruang kosong tetap ada dikarenakan partikel yang berbentuk bulat yang luas permukaannya kontak dengan partikel yang lain tidak sempurna (tidak seluruhnya permukaan partikel kontak dengan partikel lain). Tidak mungkin menghilangkan ruang kosong kecuali terjadi penyusutan volum total material atau perubahan jarak antar atom (makin besar). Dengan demikian, dalam semen yang berikatan, ruang kosong di dalamnya tetap ada[8]. Jika partikel-partikel penyusun semen melakukan kontak dengan z tetangga terdekat dan tiap kontak menghasilkan gaya ikat rata-rata , maka gaya ikat total yang dialami tiap partikel adalah z. Gaya ikat tersebut menentukan kekuatan mekanik semen. Partikelpartikel yang tersusun dalam struktur kubus sederhana memiliki z = 6 sedangkan yang tersusun dalam hexagonal closed packed (hcp) memiliki z = 12. Dengan demikian, semen yang disusun oleh partikel-partikel dalam struktur hcp lebih kuat daripada yang tersusun dalam kubus sederhana. Penyusunan partikel dalam bahan semen tidak mudah dikontrol[8].

Partikel mikro Partikel nano Ruang kosong

(a) (b) Gambar 2.3. Partikel-partikel nano dapat mengisi ruang kosong antar partikel mikro dan menghasilkan ikatan baru dengan partikel mikro[8]

Namun, yang jelas bahwa penyusunan partikel-partikel akan melahirkan celah yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran partikel. Dengan kenyataan ini akan menjadi sangat logis apabila kita dapat mengisi celah antar partikel-partikel tersebut dengan partikel yang ukurannya lebih kecil dari ukuran celah maka kontak yang dialami partikel semen semakin banyak. Kontak tidak hanya terjadi antar partikel semen tetapi juga antara partikel semen dengan partikel-partikel kecil yang mengisi ruang kosong. Gambar 2.3 adalah ilustrasi

terbentuknya kontak antar partikel sebelum pengeringan (a) dan sesudah pengeringan (b)[8].

2.3 TEKNOLOGI NANO Teknologi nano adalah teknologi di mana rekayasa terhadap obyek yang diteliti berada pada kisaran nano meter (nm) atau seper semiliar meter. Skala tersebut sama dengan diameter rambut manusia yang dibagi menjadi 80.000 atau sepuluh kali besar atom hidrogen. Sebenarnya Kunci dari teknologi nano adalah dengan bekerja pada skala nano memungkinkan kepadatan bahan menjadi semakin besar yang diharapkan dapat membuat harga kuat tekan bahan semakin besar. Seluruh material dan sistem kehidupan ternyata memiliki sifat dasarnya pada skala nano, sehingga bahan yang dimanfaatkan pada teknologi ini juga bahan berukuran nano meter (partikel nano). Pembuatan semen Portland juga akan menjadi jauh lebih efisien dengan menambahkan partikel nano untuk menghasilkan semen yang memiliki harga kuat tekan yang

lebih besar. Partikel nano diduga dapat meningkatkatkan kepadatan dari padatan semen Portland dan diharapkan dapat meningkatkan kuat tekan.

Partikel mikro

Partikel nano

Atom

Partikel nano

(a)

(b)

Gambar 2.4. (a) Top down (b) Bottom up

Pembuatan partikel nano memiliki cara yang lebih sederhana dibandingkan dengan partikel mikro atau makro. Pembuatan partikel nano itu sendiri dengan dua cara yaitu, Top down dan Bottom up yang terlihat pada Gambar 2.4. Top down adalah pembuatan struktur yang kecil dari material yang berukuran besar. Bottom up adalah penggabungan atom-atom atau

molekul-molekul menjadi partikel yang berukuran lebih besar[9]. Secara umum karakteristik partikel nano yang berkaitan dengan atom permukaan adalah sebagai berikut[9]: 1. Partikel nano memiliki luas permukaan yang besar serta jumlah atom dipermukaan yang besar. 2. Partikel nano memiliki energi permukaan dan tegangan permukaan yang tinggi. 3. Permukaan dari partikel kristalin dengan ukuran nano cenderung membentuk permukaan. 4. Bidang permukaan cenderung tersusun dari bidang yang paling rapat. 5. Permukaan bersifat sangat reaktif dan mudah teroksidasi.

2.4 SILIKON OKSIDA (SiO2) Silikon dioksida (SiO2) atau biasa juga disebut silika pada umumnya ditemukan di alam dalam batu pasir, pasir silika atau quartzite. Zat ini merupakan material dasar pembuatan semen. Silika merupakan salah satu material oksida yang keberadaannya berlimpah di alam, khususnya di kulit bumi. Keberadaanya biasa dalam bentuk amorf , dan kristal. Ada tiga bentuk kristal silika, yaitu quartz, tridymite, cristobalite, dan terdapat dua kristal yang merupakan perpaduan dari bentuk kristal tersebut[5].

Gambar 2.5. Ikatan SiO2 [9]

Beberapa sifat fisis SiO2 tampak pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 menunjukkan beberapa sifat fisis SiO2 yang berbentuk kuarsa dan silika kering. Berdasarkan Tabel 2.2 daya tekan dan kerapatan kuarsa lebih baik dibandingkan silika kering. Oleh karena itu, kuarsa yang terdapat dalam suatu bahan akan dapat memperkuat ketahanan fisiknya. Perbedaan bentuk kristal pada silika juga memperlihatkan perbedaan pada sifat-sifat silika itu sendiri. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.2. Beberapa Sifat Fisis SiO2 [5]l Quartz F

Material Kerapatan (g/cm ) konduktivitas Termal (Wm-1 K) Koefisien Ekspansi Termal (10-6 K-1) Daya Rentang (MPa) Daya Tekan (MPa) Rasio Poisson Fracture toughness (MPa) Titik Lebur (C) Modulus elastisitas (GPa) Daya Tahan Getaran Termal Permitivitas (') Tan ( x 104) Loss factor () Kuat Medan Dielektrik (kV/mm) Resistivitas (m)
3

Kuarsa 2.65 1.3 12.3 55 2070 0.17 1830 70 Excellent 3.8-5.4 3 0.0015 15.0-25.0 1012-1016

Silika kering 2.2 1.4 0.4 110 690-1380 0.165 0.79 1830 73 Excellent 3.8 15.0-40.0 >1018

Tabel 2.3. Perbedaan diantara bentuk-bentuk Kristal[5]

Bentuk Kristal Quartz (Kuarsa) Tridymite Cristobalite 2.5

Kerapatan (g/m) 2,65 2,3 2,2

Koefisian Ekspansi Termal (10-6 K-1) 12,3 21 10,3

SIFAT-SIFAT MATERIAL

2.5.1 DENSITAS Salah satu sifat penting dari suatu zat adalah kerapatan alias massa jenisnya, istilah lainnya adalah densitas (density). Densitas merupakan sifat khas dari suatu zat murni yang

dinyatakan dengan massa per satuan volume zat. Secara matematis ditulis[10]:

(
(2.1)

dengan (dibaca rho) menyatakan massa jenis sampel semen (kg/m3), m menyatakan massa sampel (Kg) dan v menyatakan volume sampel (m3). Walaupun kebanyakan zat padat

mengembang sedikit bila dipanaskan dan menyusut sedikit bila dipengaruhi pertambahan tekanan eksternal, perubahan volume relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa densitas kebanyakan zat padat tak bergantung pada temperatur dan tekanan[11]. 2.5.2 KEKUATAN TEKAN (COMPRESSIVE STRENGT)

Tekanan dengan lambang (dibaca tho) didefinisikan sebagai gaya per satuan luas awal, secara matematis dinyatakan pada persamaan 2.2[12]. (2.2) Gaya yang bekerja pada sampel adalah F=mg, karena kuat tekan merupakan massa beban maksimum per satuan luas awal maka gaya yang bekerja pada sampel menjadi F=mmaks.g, persamaan 2.2 menjadi, (2.3) Dalam hal ini, gravitasi pada setiap sampel adalah konstan, sehingga gravitasi g dapat tidak diperhitungkan. Nilai gravitasi g konstan membuat persamaan 2.3 menjadi, (2.4) adalah kuat tekan sampel (Kg/m2), mmaks adalah massa beban maksimal (Kg) dan A0 adalah luas penampang awal sampel (m2). Karena UCS (Unite Compressive Strength), maka persamaan 2.4 menjadi seperti dinyatakan pada persamaan 2.5[13]. (2.5) Dengan UCS Unit Compressive Strength adalah kuat tekan (Kg), mmaks adalah massa maksimum yang dibebankan pada bahan (Kg) dan adalah luas penampang awal (m2).

2.6

DIFRAKSI X-ray (XRD)

Prinsip dari X-ray Diffractometer (XRD) adalah difraksi gelombang sinar x yang mengalami scattering setelah bertumbukan dengan atom kristal. Pola difraksi yang dihasilkan merepresentasikan struktur kristal. Dari analisa pola difraksi dapat ditentukan parameter kisi, ukuran kristal, identifikasi fasa kristalin. Jenis material dapat ditentukan dengan membandingakn hasil XRD dengan katalog hasil difaksi berbagai macam material[14].

Gambar 2.6. Diagram alat difraksis sinar-X[14]

Metode yang biasa dipakai adalah memplot intensitas difraksi XRD terhadap sudut difraksi 2. Intensitas akan meninggi pada nilai 2 yang terjadi difraksi, Intensitas yang tinggi membentuk puncak-puncak pada nilai 2 tertentu[14]. Pelebaran puncak bisa diartikan

material yang benar-benar amorph, butiran yang sangat kecil dan bagus, atau material yang memiliki ukuran kristal sangat kecil melekat dengan struktur matrix yang amorph. Dari lebar puncak pada grafik XRD, ukuran kristal yang terbentuk dapat dihitung menggunakan persamaan Scherrer pada persamaan 2.6[14]. (2.6) L
ave

merupakan ukuran kristal, k merupakan konstanta (0,9)[15], Bo merupakan lebar puncak

pada setengah maksimum (Full Width Half Maximum, FWHM) dan merupakan sudut

difraksi. Persamaan Scherrer diperoleh dengan asumsi puncak kristal memiliki profil Gauss dan merupakan kristal kubus yang ukuranya kecil[14].

2.7

SCANNING ELECTRON MICROSCOPE (SEM)

SEM dipakai untuk mengetahui struktur mikro suatu material meliputi tekstur, morfologi, komposisi dan informasi kristalografi permukaan partikel. Morfologi yang diamati oleh SEM berupa bentuk, ukuran dan susunan partikel. SEM merupakan pencitraan material dengan mengunakan prinsip mikroskopi. Mirip dengan mikroskop optik, namun alih-alih menggunakan cahaya, SEM menggunakan elektron sebagai sumber pencitraan dan medan elektromagnetik sebagai lensanya[14].

Gambar 2.7. Diagram Scanning Electron Microscope[14]

Elektron diemisikan dari katoda (elektron gun) melalui efek foto listrik dan dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan biasanya adalah tungsten atau lanthanum hexaboride (LaB ). Scanning coil, akan mendefleksikan berkas electron menjadi sekumpulan array
6

(berkas yang lebih kecil), disebut scanning beam dan lensa obyektif (magnetik) akan memfokuskannya pada permukaan sampel[14].

Elektron kehilangan energi pada saat tumbukan dengan atom material, akibat scattering dan absorpsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm sampai 2 m. Ini membuat aterial akan meradiasikan emisi meliputi sinar-X, elektron Auger, back-scattered electron dan secondary electron. Pada SEM, sinyal yang diolah merupakan hasil deteksi dari secondary electron yang merupakan elektron yang berpindah dari permukaan sampel[14].

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Desember 2010 April 2011. Pembuatan partikel nano SiO2 akan dilakukan di LIPI Serpong dan pengujian akan dilakukan di LIPI Bandung. 3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian
a. Bahan,

Penelitian akan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut, 500 gram Semen Portland, 100 gram Nano pasir silikat (SiO2), dan 200 gram Pelarut atau katalis (air). b. Alat Penelitian akan menggunakan alat-alat sebagai berikut, 20 buah cetakan berbentuk silinder, 10 buah wadah bahan, 1 buah wadah adukan, 1 unit timbangan, 1 Stopwatch, 1 buah mixer, 1 buah mistar, 1 masker, 2 buah sendok, 1 Sarung tangan, Milling HEM, Milling PBM, Universal Testing Machine, Scanning Electron Microscope (SEM), dan Perangkat lunak Microsoft Word, Excel 2007. 3.3 Metode Penelitian Dalam penelitian yang akan dilakukan, pasir silika akan dibuat dalam ukuran nano dengan teknik Ball Milling. Nano-silika yang akan dibuat, digunakan sebagai bahan campuran semen Portland. Penambahan nano-silika ke dalam semen Portland digunakan untuk

menentukan pengaruh penambahan nano-silika terhadap densitas dan kuat tekan semen

Portland. Penelitian akan dilakukan dalam empat tahapan, yaitu tahap pembuatan nanosilika, tahap pengukuran nano-silika, tahap pembuatan sampel Semen Dopping nano-silika (SDnS) dan tahap pengujian, dengan perincian sebagai berikut: a. Tahap Pembuatan nano-Silika SiO2 Proses awal yang akan dilakukan adalah membuat nano-silika (SiO2) dengan menghaluskan silika berukuran mikro menjadi ukuran nano. Membuat pasir silika dalam ukuran nano membutuhkan proses yang disebut grinding. Proses grinding ini memerlukan waktu yang cukup lama dengan menggunakan teknik Ball Milling dengan jenis alat yang akan digunakan terbagi atas, proses grinding dengan milling HEM selama 11 jam kecepatan 1400 rpm kemudian proses grinding selanjutnya dengan milling PBM selama 25 jam kecepatan 600 rpm agar didapatkan ukuran silika mencapai ukuran nano. Setelah melalui kedua proses tersebut maka akan didapatkan nano-silika yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan sampel Semen Dopping nano-Silika (SDnS). b. Tahap Pengukuran nano-Silika SiO2 Nano-silika yang melalui proses grinding kemudian akan dilakukan pengukuran dengan menggunakan XRD. Berdasarkan data XRD akan dapat dihitung ukuran nano SiO2 yang dibuat dengan persamaan 2.6. membuktikan ukuran nano SiO2. c. Tahap Pembuatan Sampel SDnS Sampel SDnS merupakan campuran dari nano-silika dan semen Portland dengan variasi perbandingan massa nano-silika dan semen Portland 0:1, 0,05:1, 0,1:1, 0,15:1 dan 0,2:1. Mula mula menimbang semen Portland dengan massa 100 gram sebanyak 15 sampel, penimbangan akan dilakukan sebanyak 3x agar didapat data yang akurat. Penimbangan massa nano-silika akan dilakukan dengan massa 5 sebanyak 3 sampel, penimbangan dilakukan sebanyak 3x. Penimbangan nano-silika dengan cara yang samapun akan dilakukan Pengujian ukuran menggunakan XRD dilakukan untuk

terhadap massa 10, 15, dan 20 gram. Pembuatan 3 sampel pertama, semen Portland dengan tidak dicampurkan nano-silika sampai mencapai homogen dengan metode simple mixing. Sampel berikutnya semen Portland akan dicampur dengan nano-silika sesuai dengan perbandingan yang ditentukan sampai mencapai homogen dengan metode simple mixing dan masing-masing perbandingan sebanyak 3 sampel. Sampel yang telah sesuai perbandingan akan dibuat adonan dengan komposisi air 25% dari massa keseluruhan campuran. Adonan yang dibuat masing-masing dimasukkan ke dalam wadah cetakan berbentuk silinder dan didiamkan sampai memadat. Adonan tersebut akan didiamkan selama 28 hari sampai benarbenar mengeras menjadi padatan dalam suhu ruangan sekitar 25C, proses ini disebut pengeringan. Sampel akan dilepaskan dari wadah cetakan. Permukaan sampel akan

diratakan agar permukaan menjadi rata dengan cutting. d. Tahap Pengujian Pengujian Fisis (Densitas)

Sampel SDnS (Semen Dopping nano-Silika) akan diukur diameter, ketebalan dan massanya, masing-masing sampel diukur sebanyak 3x, untuk menghitung densitasnya. Penghitungan densitas sampel SDnS dengan persamaan 2.1. Pengujian Mekanik (Kuat Tekan)

Pengujian tehadap sampel SDnS dengan parameter kekuatan tekannya. Pengujian akan dilakukan pada hari ke-29 di LIPI Bandung. Uji tekan akan dilakukan dengan menggunakan Universal Testing Machine tipe Orientec Co. Ltd Model UCT-5T sebanyak 3x. Pengkondisian ruangan pada saat pengujian akan diatur dengan suhu 23C dan kelembaban 50 %. Kondisi operasi dengan tekanan pada arah tegak lurus bidang lingkaran. Skala beban tertinggi yang akan digunakan seberat 4 ton. Pengujian akan dilakukan dengan metode, sampel ditekan dengan kecepatan 3,0 mm/menit hingga retak. Data keluaran dari mesin uji akan diolah menjadi data sekunder dengan persamaan 2.5.

Pengujian Mikrostruktur (SEM)

Pengujian terhadap patahan sampel SDnS untuk mengetahui morfologi permukaan sampel. Morfologi yang akan diamati oleh SEM berupa bentuk, ukuran dan susunan partikel. Pengujian akan dilakukan pada hari ke-29 di LIPI Bandung. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope) tipe JEOL- T330A. Kondisi operasi akan diatur dengan tegangan 15 kV, arus 0,55 mA dan perbesaran 350-1000X. Preparasi dengan coating emas dan metode yang akan digunakan standar, yaitu Secondary Electron Image (SEI). 3.4 Data Parameter Mencatat data pada setiap variasi dengan perbandingan massa nanopartikel ( SiO2) dan semen Portland 0:1, 0,05:1, 0,1:1, 0,15:1 dan 0,2:1 pada tabel dibawah ini. Tabel 3.1. Data parameter msemen mair tmixer Tproses tpengerasan nano silika (SiO2) semen Portland : : : : : : :

Massa campuran (gram)


0:1 0,05:1 0,1:1 0,15:1 0,2:1

Persentase kadar (%)

m (gr)

D (mm)

h (mm)

V (mm3)

A0 (m2)

(kg/m3)

Diagram Alir
Mulai

Melakukan studi pustaka

Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

Membuat nano-silika menggunakan Ball Mill

Nano-silika

Mengukur nano-silika menggunakan XRD

Menambahkan nano-silika pada semen Portland

Semen Portland + nano-silika

Semen Portland

Uji fisis dan mekanik

Uji mikrostruktur ( SEM)

Analisa

Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

IV.

JADWAL KEGIATAN

Tahapan-tahapan kegiatan dalam rangka penelitian Tugas Akhir I dan waktu pelaksanaannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1. Jadwal kegiatan penelitian Tugas Akhir I Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Studi Pustaka Pembuatan Proposal TA I Seminar Proposal TA I Pelaksanaan Penelitian TA I Pembuatan Skripsi Seminar Hasil Penelitian Minggu ke1 1 1 1 0 1 2 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0

DAFTAR PUSTAKA [1] Bagus, Julian H.2009.Pengaruh Perbedaan Karakteristik Type Semen Ordinary Portland Cement (OPC) dan Portland Composite Cement (PCC) terhadap Kuat Tekan Mortar.Universitas Gunadarma [2] Austin, G.T.1996. Industri Proses Kimia. Erlangga:Jakarta [3] Suci R.2010. Telaah Densitas dan Kehalusan Semen Portland terhadap Kuat Tekannya. Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto [4] Malathi M dan Vaishnavi S. Nanotechnology in Civil Engineering. UG Third Year Civil Thiruvalluvar College of Engineering and Technology [5] Hadiyawarman, Agus Rijal, Bebeh Wahid Nuryadin, Mikrajuddin Abdullah(a), dan Khairurrijal. 2008. Fabrikasi Material Nanokomposit Superkuat, Ringan dan Transparan Menggunakan Metode Simple Mixing. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi . Vol. 1 No.1

[6] Anonim.2002. Tinjauan Umum Perusahaan. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Palimanan Cirebon [7] Anonim. 1982. Persyaratan Umum Bangunan di Indonesia. Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum: Bandung M.Abdullah, A. D. Sonya, B. W. Nuryadin, A. R. Marully, Khairuddin(*), dan Khairurrijal. 2009. Sintesis Keramik Berbasis Komposit Clay-Karbon dan Karakterisasi Kekuatan Mekaniknya. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi . Vol. 2 No.2

[8]

[9] Schmieg Sebastian. Karakteristik Material 1. Artikel Wordpes [10] Giancoli.C.D. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Erlangga:Jakarta [11] Tipler.A.P. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Erlangga:Jakarta [12] Callister D W,Jr. 1940. Materials Science and Engeenering An Introduction Seventh Edition. Department of Metallurgical Engeenering The University of Utah: USA [13] PUSDIKLAT BATAN. 2006. Pengantar Pengujian Kekuatan. BATAN [14] Dwi Karsa AR, Gitandra W, dan Nugroho PA.2007. Pembuatan Adsorben dari Zeolit Alam dengan Karakteristik Adsorption Properties untuk Kemurnian Bioetanol. ITB:Bandung [15] Nining SN, Suganal, dan Hermanu P.2009. Pengkajian Pengaruh Penambahan Nikel dan Krom pada Katalis Berbasis Besi untuk Pencairan Batubara. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol.5

Anda mungkin juga menyukai