—
pe a a
Adab Suluk
Amalan Tharigat
Nagsyabandial
&
Wasiat Tuan Gurw
Syekh Abdul Wahab Kokam
ALKhalidi Naqsyabamdi
‘USTAKA BABUSSALAM
SetsA.Adab Suluk.
Adapun adab-adab suluk yang diajarkan oleh Syekk Abd.
Wahab kepaa murid-muridnya sesuai dengan aslinya adalah
sebagai berikut:
“Ketahvilah olehmu bahwasanya adab suluk itu terbagi atas
tiga bahagian. Yang pertama adab dahulu dari bersuluk, kedua
adab di dalam bersuluk dan ketiga adab keluar daripada bersuluk.
1, Adab Dahulu Dari Bersuluk,
Adapun adab dahulu dari bersuluk ada 7 yaitu :
1) Pertama : Cari guru yang Mursyid, artinya guru yang telah
masyhur kesana-kesini dan dapat ilmunya daripada Syekh
Polan dan tiada tercela orang apa-apa pengajarannya,
2) Kedua : Hendaklah gura itu jangan kasih akan dunia atau
pekerjaan yang harus (halal)
3) Ketiga: Hendaklah —selesaikan mana-mana yang
membimbangkan suluk itu sama pekerjaan dunia atau
akhirat.
4) Keempat : Hendaklah bekali suluk itu dengan halal lagi
suei.
5) Kelima : Hendaklah di ‘itikadkan dirinya pergi mati ke
dalam kubur serta dilakukannya kelakuan orang yang
hendak mati, seperti tobat dan minta izia kepada Ibu dan
Bapa serta kepada kaum keluarga sekalian.
6) Keenam : Hendaklah dilakukan dirinya menangeung
beberapa dosa dan tagshir yang tiada terhingga banyaknya
dan sangat harap akan ampunan dan pertolongan Allah
yang sangat kasih sayang akan hamba-Nya yang tobat
7) Ketujuh : apabila bertemu dengan gurunya, maka
hendaklah dikatakannya, hai tuan hamba, adalal: hamba ini
datang dari laut dosa dan tagshir dan kelam jahil dan hamba
pulangkan diri hamba kepada Tuan, Dan harap hamba
dipelihara Tuan atas hamba kemudian dari Allah Ta*ala dan
Rasul supaya jangan hamba karam dalam lautan dosa dan
tagshir dan supaya keluar hamba daripada kelam jahil
kepada terang ilmu di delam tangan tuan hamba, Wassalam
2. Adab Dalam Bersuluk,
Adapun adab di dalam suluk itu dua puluh satu, yaitu :
ian karena dan.
1) Pertama : Mensucikan niat daripada se
kehendak, seperti jangan karena sebab takut akan sesuatu2)
atau kehendak dipuji orang supaya dikatakan orang ia abli
bersuluk dan Jainnya dan lagi berkehendak menjadi
Khalifah tetapi hendaklah niatnya semata-mata beramal
ibadah yang disuruh Allah Ta’ala.
Kedua : Tobat dari sekalian dosa lahir dan bathin serta
mandi tobat dengan lafazt niatnya “Nawaitul al-ghusla
aubati ‘anil ma’shiati”, artinya : “Sahaja aku mandi
tobat daripada sekalian dosaku zahir dan bathin”. Dan
hendaklah lagi sembahyang tobat dua rakaat dengan lafaz
niatnya “Ushalli rak ‘ataini taubatan ‘anil ma’ashi lillahi
(a’ala”, artinya : “Sengaja aku sembahyang dua rakaat
tobat daripada sekalian dosaku lahir dan batin karena Allah
ala”, Allahu akbar. Maka dibaca ayat yang pertama “Qui
iyuhal Kafirun”, dan pada raka’at yang kedua “Qui
ya
hbuallahu ahad". Apabila sudah memberi salam maka
mengueapkan “Astqhfirullah” seribu kali atau seratus kali
dan sekurang-kurangnya dua puluh lima kali serta diniatkan
di dalam hati minta ampun kepada Allah Ta’ala daripada
sekalian dosa yang telah Jalu dan diputuskan niatnya itu
atas bahwa tidak lagi kembali ia mengerjakan maksiat
selama-lamanya, Kemudian mengucapkan shalawat seribu
3
kali atau seratus kali, demikian lafaznya : “Allahumma
shalli wa sallim wa barik ‘ala saidina Muhammad wa
maulana Muhammad nabiyil ummi wa ‘ala alibi wa
shabihi ‘adada khalqillah” atau lainnya. Dan hendaklah
dibanyaknya olehnya membaca Al-Qur’an atau surat
tertentu seperti surat Yasin atau ayatul Kursi atau Qui
Huallahu ahad atau lainnya, Maka hendaklah pahalanya
dihadiahkan kepada Ibu dan Bapa serta kepada guru-guru
yang menyulukkan itu. Dan sunat muakkad banyak-banyak
bersedekah, hadiahkan pahalanya kepada [bu dan Bapa
serta sekalian arwah sadatul karim rahimallahu ‘alaihim,
Khususnya kepada rohaniah Syekh Naqsyabandiah. Dan
lagi banyakkan wirid yang munasabah pada orang yang
suluk. Hendaklah menyedikitkan makan dan terlebih dahulu
Jangan makan yang bernyawa, karena dapat mengkelamkan
cahaya hati. Dan jangan tidur mengunjur tetapi mengetul
supaya ingat akan kelakuan dirinya masa dalam perut
ibunya mengetul lagi sangat dhaif tieda menaruh daya dan
upaya hanya daya upaya ibunya. Maka demikianlah di
dalam suluk tiada daya dan upaya hanyalah daya dan upaya3)
4)
6)
a)
8)
gurunya dan sekalian ikhwan yang suluk itu di dalam perut
gurunya yakni di dalam hatinya.
Ketiga : Mengekalkan air wudhu supaya jauh setan dan
ibtis serta hamper Maiaikat dan arwah,
Keempat enantiasa zikir, khususnya zikir yang
ditentukan gurunya,
Kelima : Berkekalan waquf galbi (menghilangkan fikiran
daripada sekalian perasaan) dan jikalau di dalam kesibukan
sekalipun
Keenam : Mensucikan hati daripada cita-cita dan jikalau
yang dibangsakan kepada akhirat seklipun.\
Ketujuh : Jikalau peroleh perasaan badan atau menilik
akan susuatu pada waktu berzikir, hendaklah dikhabarkan
kepada gurunya atau kepada wakilnya. Dan jangan
dikhabarkan kepada orang Iain, Dan apabila sudah
dikhabarkannya perasaan badan atau pengelihatannya itu,
maka jangan dikatakan ape-apa namanya atau ape-apa
tafsirnya, maka yang demikian itu menyalahi adab.
Kedelapan : Apabila dirasa berobah perasaan atau melihat
akan sesuatu dalam zikir itu, hendaklah di nafikan kuat-kuat
dan jangan diputuskan zikir itu, Karena yang demikian itu
merupakan cobaan dan hijab atas murid, tetapi hendaklah
perbanyak zikir dan wuguf qalbi. Kemudian daripada itu
menghadirkan Rabithah,
9) Kesembilan : Mengekalkan ingatan akan guru dan tiada
bercerai pada tilikan se!ama-lamanya
10) Kesepuluh : Mengekaikan sembahyang berjama’ah. Dan
barang siapa sembahyang seorang dirinya di dalam suluk,
mudah gila.
11) Kesebelas : Hendaklah ia hadir dahulu daripada gurunya
pada tempat zikir itu dan aulanya iaieh dahulu hadir
daripada sekalian jema’ah,
12) Kedua belas : Jangan ia bangkit dahulu daripada gurunya
pada saat berkhatam atau tawajjuh. Dan yang aulanya ialah
terkemudian bangkit daripada sekalian jama’ah.
13) Ketiga belas : Jangan bersandar kepada sesuatu pada
waktu berzikir, itu sama ada seorang dirinya atau bersama-
sama khususnya zikir waktu berkhatam atau tawajjuh,
14) Keempat belas : Hendakiah kuat akan memilihara akan
lidah daripada berkata-kata dengan manusia _hingga
daripada sama-sama jama’ah sekalipun melainkan karena
udzur, Dan dima’afkn berkata-kata itu tujuh kalimat dengan
6g tiada bersuluk dan empat belas kalimat dengan,
orang y
‘ang sama-sama bersuluk.
melazimi duduk pada tempatnya, jangan
orang y
15) Kelima belas :
keluar melainkan karena uzur.
16) Keenam belas : apabila keluar dari tempatnya, hendaklah
selubungi sekalian badan supaya jangan kena panas
matahari dan jangan kena tiupan angin, maka mudah badan
kena penyakit.
17) Ketujuly belas : Mengekalkan menuntut rahmat Allah
‘Ta’ala pada tiap-tiap kelakuan.
18) Kedelapan elas: Hendakiah
ikhwan Khususnya
banyak membuat
kebajikan sekalian ikhwan_ miskin
supaya dapat do’a mereka.
19) Kesembilan belas : Hendaklah membawa adab kepada
Khalifah yang dibawa gurunya seperti adab kepada guru itu
juga. .
20) Kedua puluh : Hendaklah perbanyak bersedekah di dalam
suluk terlebih daripada sedekah di luar suluk supaya
terbuka hijab yang tebal secepatnya.
21) Kedua puluh satu : Hendaklah meninggalkan wirid yang,
sunat, untuk membanyakkan zikir itu
3. Adab Sesudah Suluk
Adab kemudian daripada bersuluk Sembilan, yaitu
1) Pertama :
Hendaklah kuat berzikir pada waktu yan:
lapang, seperti waktu hampir maghrib, antara maghrib dan
yanut intian yang baik dan
Isya serta hampir tidur.
sesudah shatat subuh, Jikalau tiada dikuati zikir diluar
suluk, mudah balik kelam mata hati dan jika ahli kasyaf
mungkir akan kasyafnya. Maka kasyaf inilah yang sebaik-
baiknya dipelihara pada ablinya khususnya Khalifah-
khalifah. Jika tiada baik kasyafnya, maka akan sukarlah
memelihara jama’ah dan lainnya.
2) Kedua : Hendaklah tazimkan berkhatam tiap-tiap hari,
pada Ashar dan lainnya dan Tawajjuh kemudian Zhuhur
hari selasa dan Jum’at,
3) Ketiga : Hendaklah ia kasih sayarg akan apa-apa yang
didapatinya di dalam suluk itu dan dipeliharanya baik-baik
terlebih daripada emas dan perak, karena emas dan perak
itu ditinggal apabila ia mati dan siksanya ditanggungnya
dalam kuburnya. Dan hal ikhwal yang didapatinya dalamsuluk itu bersama-sama dibawa mati dan memelihara dalam
kuburnya,
4) Keempat : Hendaklah banyak beramal dan ibadah serta
jangan kembali kepada pekerjaan dunia dahulu. Dan jika
kembali juga, alamat suluk tiada makbul.
ymemua « covon- hersahabat dengan orang-orang yang
mencela-cela pekerjaan suluk, karena mencela suluk alamat
tanggal iman, tatkala matinya, karena suluk itu kelakuan
Nabi-nabi dan Ulama pilihan.
6) Keenam : Hendaklah kuat-kuat membujuk dan membawa
orang bersuluk supaya dapat pertolongan atas berbuat baik.
7) Ketujuh Hendaklah pilin kelakuannya dan ‘itikadnya
seperti kelakwan dan ‘itikadnya di dalam waktu bersuluk,
8) Kedelapan :
serta itikad yang yakin bahwa tiada hendak
Hendaklah melazimi bersama-sama dengan
gurui
bercerai sampai mati dihadapan gurunya.
9) Kesembilan : Hendaklah dii’tikadkannya bahwa gurunya
itu adalah Khalifah Rasulallah Saw yang besar di dalam
alam ini, tiada yang menyamainya, dan jikalau gurunya itu
budak kecil dan sedikit ilmunya sekalipun. Dan lagi pada
‘itikad gurunya itulah yang member bekas zahir dan bathin
9
pada memelihara dia dan inilah yang membuka hijab dan
menyampaikan ia kepada ilmu Ma’rifat yang besar-besar.
Dan dicari beberapa ribu guru sekalipun, tiada yang
d zahie dan bathin
menyamai gurunya ini, Demikian iitik:
pada gurunya supaya sempurna adab.
Wallahu ‘alam.
Demikianlah adab bersuluk yang sesungguhnya, Dan adab
ini menurut kalangan ahli Tharigat adalah merupakan peraturan
yang harus ditaati, Apabila dilanggar, maka kemungkinan besr
siksa Tuhan akan menimpa,
Sejak Desa Babussalam dibangun, sampai saat ini, ibadah
suluk tidak pernah bethenti, baik dimasa perang maupun di masa
damai,
( Adab Suluk ini dikutib dari Buku :
Hakekat Tarikat Nagsyabandiah,
Oleh : H. Ahmad Fuad Said Bin Fagih Tuah Bin
Syekh Abdul Wahab Rokan)
10B.Amalan Thariqat Nagsyabandiah
Ajaran dasar Thariqat_ menurut “Tanwirul Quiub”
mengandung 11 macam amalan, 8 diantaranya berasal dari Syekh
Abd. Khaliq AL-Pajduani dan 3 lagi berasal dari Syekh
Muhammad Bahauddin Nagsyabandi. Yang 3 adalah Wuquf
Zamani, Wuqut ‘Adadi dan Wuquf Qalbi.
Amalan —amalan itu adalah sebagai berikut :
1. Menjaga diri dari kealpaan ketika keluar masuk nafas, supaya
hati senantiasa tetap hadir serta Allah, Sebab setiap keluar
masuk nafas yang hadir serta Allah itu adalah berarti hidup
yang dapat menyampaikan kepada Allah. Sebaliknya setiap
nafas vang keluar masuk dengan alpa, berarti mati yang dapat
menghambat jalan kepada Allah.
Salik atau orang yang sedang mejalani suluk, kalau berjalan
harus menundukkan kepala melinat kearah kaki dan apabila
duduk tidak memandang kekiri dan kanan. Sebab memandang
aneka ragam ukiran dan warna dapat melengahkan orang dari
mengingat Allah. Apabila bagi orang yang baru berada pada
tingkat permulaan (Mubtadi), karena ia belum mampu
memtihara hatinya,
1
. Berpindah dari sifat-sifat manusia yang rendah kepada sifat-
sifat malaikat yang terpuji.
. Berkhalwat. Berkalwat itu terdiri dari dua macan
a, Khalwat lahir, yaitu orang yang bersuluk mengasingkan diri
kesebuah tempat atau rumah, sersisih dari masyarakat
ramai.
b. Khalwat batin, yaitu mata hatinya menyaksikan rahasia-
rabasia kebesaran Allah dalam pergaula seasama makhluk.
. Bersizikir terus-menerus, senantiasa mengingat Allah, baik
zikir ismu zat (Allah) atau naif dan istbat (La ilaha illa Allah)
sampai yang disebut dalam zikir itu hadir.
Sesudah menghela nafas (melepaskan nafas), orang yang
berzikir itu kembali kepada munajat dengan mengucapkan
kalimat yang mulia “Ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi”,
sehingga terasa dalam kalbunya rahasia tauhid yang hakiki dan
semua makhluk ini lenyap dari pandangannya,
- Setiap murid harus memlihara hatinya dari lintasan-lintasan
atau getaran-getaran, meskipun sekejap, karena lintasan atau
getaran kalbu itu di kalangan ahi Thariqat Nagsyabandiah
adalah suatu perkara yang besar.Syekh Abu Bakar al-Khattani berkata : “Saya menjaga pintu
hatiku selama 40 tahun. Tiada kebaktian selain kepada Allah,
sehingga jadilah hatiku itu tiada mengenal seorangpun selain
Allah.”
Sebahagian ulama ~ lama Tasawuf berkata pula: “Kujaga
hatiku sepuluh malam, maka dijaga-Nya aku 20 tahun.”
8. Tawajjuh (menghadapkan diri) kepada nur zat Ahadiah,
dengan sunyi dari kata-kata (tanpa berkata-kata), Pada
hakekatnya menghadapkan diri kepada nur zat Ahadiah itu
tinda akan lurus kecuali sesudah fana yang sempurna,
9, Wuquf Zamani, yaitu orang yang bersuluk memperhatikan
keadaan dirinya setiap dua atau tiga jam sckali. Apabila
ternyata keadaan hadir serta Allah, maka hendaklah ia
bersyukur kepada-Nya. Kemudian dia mulai lagi dengan hadir
yang lebih sempurna, Sebaliknya apabila keadaannya dalam
alpa atau lalaj, maka harus segera minta ampun, tobat serta
kembali kepada kehadirat yang sempurna.
10. Wuquf Adadi, yaitu memelihara bilangan ganjil pada zikir naif
dan itsbat, 3 atau 5 sampai 21 kali.
LL. Wuquf Qalbi, sebagaimana dikatakan oleh Syekh Ubaidullah
Al-Abrar, adalah “Kehadiran hati serta kebenaran Allah, tiada
13
tersisa dalam hatinya sesuatu maksud selain kebenaran Allah
dan tiada menyimpang dari pengertian dan makna zikir.”
Lebih jauh dikatakan bahwa hati orang berzikir itu, berhenti
(Wuquf) menghadap Allah dan bergumul dengan lafaz-lafaz dan
makna ziki
Menurut Shahibu Ar-Rasyahat, seorang murid dari Maulana
Syekh Ubaidillah Al-Abrar, bahwa Syekh Muhammad Bahauddin
tidak menjadikan nafas dan menjaga bilangan itu sebagai suatu
kelaziman dalam zikir.
Adapun Wugquf Qalbi dengan pengertiannya itu dijadikan
sesuatu yang penting dan dianggapnya sebagai suatu kelaziman
1. Kafiat Zikir.
Adapun Kafiat zikir yang d
jarkan oleh Syekh Abdul
Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku dikalangan Thareqat Nagsyabandiah
adalah sebagai berikut :
1. Menghimpun segala pengenalan dalam hati
2. Menghadapkan diri kehadirat Allah $
3. Membaca Istighfar sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali
4. Membaca Al-Fatihah dan Surat Al-Ikhlas.
45. Menghadirkan Roh Syekh Thariqat Naqsyabandiah.
6. Menghadiahkan pahalanya kepada Syekh ~—Thariqat
Nagsyabandiah,
7. Memandang Rabithah.
8. Mematitsan diri sebelum mati,
9. Munajat dengan menyebut “Illahi anta magshudi wa-ridhaka
mathlubi
10,Berzikir dengan mengucapkan kata-kata “Allah” dalam hati,
memejamkan mata, bersimpuh iri, mengunci__ gigi,
menongekkan lidah ke langit-langit mulut dan menutupi muka
dengan selubung
2. Tingkatan Zikir.
Adapun tingkatan zikir itu ada 7, yaitu :
1. Mukasyafah : Mula-mula zikir dengan menyebut “Allah”
dalam hati sebanyak 5000 kali dalam senari-semalam. Setelah
melaporkan perasaan yang dialami selama berzikir, maka
Syekh atau Mursyid menambah zikimya, yaitu menyebut
“Allah” dalam hati sebanyak 6000 kali dalam sehari semalam,
apabila saatnya telah tiba menurut pertimbangannya, Zikir
15
5000 dan 6000 itu dinamakan zikir Mukasyafah sebagai
Magqam Pertama.
2. Lathail
: Setelah melaporkan perasaan yang dialami dalam
berzikir 6000 kali itu, maka atas pertimbangan Syekh
dinaikkan zikirnya menjadi 7000. Dan demil
menjadi 8000, 9000, 10.000 sampai 11,000 kali schari
semalam. Zikir-zikir tersebut dinamakan zikir Lathaif sebagai
jan seterusnya
Magam kedua.
3. Nafi : Selanjutnya setelah menerima laporan dari zikir sebelas
ribu ditukar zikirnya dengan kalimat “La Taha Ilallah”.
Perobahan zikir itu ditentukan oleh Syekh demikian pula
jumlahnya sesuai dengan laporan perasaan yang diperoleh
selama berzikir. Zikir ini dinamakan Nafi, sebagai Maqam
Ketiga.
4. Wuquf Qalbi (Maqam Keempat )
5. Ahdiah (Maqam Kelima)
Maiyah (Maqam Keenam)
7. Tahtil (Maqam Ketujuh).
a
‘Tingkatan tertinggi bagi laki-laki adalah Khalifah dan bagi
wanita Tahlil. Meskipun seorang laki-laki mencapai tingkatan
16Khalifa atau wanita telah meneapai tingkat Tahlil, namun suluk
masih dapat diteruskan,
Apabila telah memperoleh gelar Khalifah, sesuai dengan
Ijazah yang diperolehnya, maka berkewajiban menyebarluaskan
ajaran Thariyat dan boleh mendirikan suluk di daerah-daerah lain.
Dan orang yang memimpin suluk di sebut Mursyid.
Dalam Praktek Tharigat yang diajarkan Syekh Abdul
Wahab Rokan mengandung dua sistem
1. Pengikut yang hanya mengambil Tharigat : yaitu sesudah
mengambil Tharigat dari Mursyid atau Syekh, dia diharuskan
melaksanakan Zikir qalbi (Menyebut “Allah” dalam hati),
setiap hari sekurang-kurangnya 5000 kali. Dan dibenarkan ikut
berkhatam tawajuh di Madrasah Besar Babussalam, pada
waktu-waktu tertentu, Apabila telah menerima ajaran Tharigat
tersebut, maka ia sudah terikat dengan aturan dan adab-adab
Thariqas,
Pengikut yang mengambil Tharigat dan melaksanakan suluk :
yakni, tidak saja ikut borkhatam tawajjuh, akan tetapi juga
melaksanakan suluk. Suluk adalah berkhalwat, mengasingkan
diri dari _masyarakat ramai di sebuah bangunan yang
17
dinamakan rumah suluk (tempat latihan rohani). Suluk itu ada
kalanya 10 hari, 20 hari dan 40 hari.
Tujuan suluk adalah untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah, menjauhkan diti dari segala sesuatu yang dapat
membimbangkan dari mengingat Allah.
sesudah Khatan
Persulukan dimulai melaksanakan
Tawajjuh selesai shalat Askar.
Setelah diterima sebagai pengikut suluk oleh Syekh atau
Mursyi, Maka mulailah waktu itu’ diberlakukanlah larangan atau
aturan-aturan suluk terhadap dirinya.
(Amalan Tharigat Naqsyabandiah ini dikutib dari Buku +
Sinar Keemasan
Idan It
Oleh : Prof. Dr. Syekh. H. Djalaluddin)
&
Sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan Guru
Babussalam,
Oleh ; H. Ahmad Fuad Said Bin Fagih Tuah Bin Syekh
Abdu! Wahab Rokan)
18. Wasiat Tuan Guru Syekh Abdul Wahab
Rokan Al-Khalid Nagsyabandi
Pada hari Jum’at tanggal 13 Muharram 1300H, Syekh
bdul Wahab telah menulis sebuah wasiat yang terdiri dari 44
pasal. Wasiat ini ditujukan kepada anak cucu, baik kandung
maupun anak murid, Dipesankannya agar anak cucu sekurang-
kurangnya menyimpan satu buah buku ini, dan sering-seringlah
membacanya, seminggu sekali atau sebulan sekali dan sekurang-
kurangnya setahun sekali, serta diamalkan segala apa yang
tersebut di dalamnya :
Menurut wasiatnya itu, kalau sering-sering dibaca dan
diamalkan, maka segala yang termaktub di dalamnya, mudah-
mudahan beroleh martabat yang tinggi, kemuliaan besar dan
kekayaan dunia dan akhirat.
Naskah asli wasiat ini berbunyi sebagai berikut :
tafhila,
wassholatu wassamu ‘ala sayidina Muhammadin nabiyan wa
“Alhamdu
ahi ladzi afdholana ‘ala katsiri ‘ubaidil
rasula, wa aalihi wa ashabihi hadiyan wa nasiran. Amin,
Mutalazimaini daiman abada, Amma ba'du, maka masa hijrah
Nabi kita Muhammad Saw 1300 dan kepada 13 hari bulan
19
Muharram makbul dan kepada hari Jum’at jam 2.00, masa itulah
saya Haji Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi Naqsyabandi
Asysyazili bin Abd, Manaf, Tanah Putih bin Yasin bin Al-tla}
Abdullah Tembusai, membuat surat wasiat ini kepada anak dan
cucu saya Jaki-laki atau perempuan, sama ada anak kandung atau
anak murid,
Maka hendaklah tarus surat wasiat ini satu surat satu orang
dan baca se-Jum’at sekali, atau sebulan sekali, Dan sekurang-
Kurangnya setahun sekali, Dan serte amalkan seperti yang tersebut
di dalain wasiat ini, supaya dapat martabat yang tinggi dan
kemuliaan yang besar dan kaya dunia akhirat.
Dan adalah wasiatku ini 44 wasiat. Dan lagi hai sekalian
nudah dan
anak cucuku, sekali-kali jangan kamu permudah:
an-ringan wasiatku ini, karena wasiatku ini
Jangan kamu pe
datang daripada Allah dan Rasul dan guru-guru pilihan. Dan lagi
telah kuterima Kebajikan wasiat ini sedikit-sedikit dan tetapi
belum habis aku terima kebajikannya, sebab taqshir diripads aku,
Karena tiada habis aku kerjakan seperti yang tersebut di dalam
wasiat ini, Dan barang siapa mengerjakan sekalian wasiat ini
insya Allah mendapat kebajikan sckalian dunia akhirat
201.
Wasiat Pertama : Hendaklah kamu sekalian masyqul dengan
menuntut ilmu Qur'an dan kitab kepada guru-guru yang
Mursyid dan rendahkan dirimu kepada guru-guru kamu, Dan
perbuat epa-apa yang disuruhnya, jangan bertangguh-taneguh.
Dan banyak-banyak bersedekah kepadanya, Dan di 'tikadka
diri kamu itu hambanya. Dan jika sudah dapat ilmu itu, maka
hendaklah kamu ajarkan kepada anak cucuku kemudian maka
orang yang lain, Dan kasih sayang kamu akan muridmu seperti
kasih sayang akan anak cucu kamu, Dan jangan kamu minta
upeh den makan gaji sebab mengajar itu. Tetapi pintalah upah
dan gaji itu kepada Tuhan Yang Maha Esa lagi kaya serta
murah, yaitu Allah Ta’ala,
Apabila sudah kamu baliqh, berakal,
hendaklah menerima ‘Tharigat Syaziliyah atau Tharigat
Wasiat Kedua
Nagsyabandiah, supaya sejalan kamu dengan aku.
Wasiat Ketiga : Janganlah kamu bemiaga sendiri, tetapi
hendaklah berscrikat. Dan jika hendak mencari nafkah,
hendaklah dengan jalan tulang gega (dengan tenaga sendiri,
Pen), seperti bethuma dan berladang dan menjadi amil. Dan di
dalam meneari nafkah itu hendaklah bersedekah tiap-tiap
harinya supaya segera dapat nafkah, Dan jika dapat ringgit
21
sepuluh maka hendaklah sedekahkan su dan taruh Sembilan,
Dan jika dapat dua puluh, sedvkahkah dua, Dan jika dapat
seratus, sedekahkan sepuluh dan taruh Sembilan puluh. Dan
apabila cukup ratkab kira-kira setahun, maka hendaklah
berhenti mencari itu, dan duduk beramal ibadat hingga tinge
nafkah kira-kira 40 hari, maka barulah mencari
. Wasiat Keempat : Maka hendaklah kamu berbanyak sedekah
berbilang hari, istimewa pada malam Jum’at dan harinya. Dan
sekiirang-kurangnya sedekah itu 40 duit pada tiap-tiap hari.
Dan hendaklah bersedekah ke Mekah pada tiap-tiap tahun.
5. Wasiat Kelima : Jangan kamu bersahabat dengan orang y ang
jahil dan fasik. Dan jangan bersahabat dengan orang kaya yang
bakhil, Tetapi bersahabatlah kamu dengan orang-orang ‘alim
dan ulama dan shalih-shatih.
. Wasiat Keenam : Jangan kamu hendak kemegahan dunia dan
kebesarannya, seperti hendak menjadi kadhidan iman dan
lainnya, Istimewa pula hendak menjadi penghulu-penghulu.
Dan lagi jangan hendak menuntut harta benda banyak-banyak
Dan jangan dibanyakkan memakai pakaian yang harus
22. Wasi
Ketajuh : Jangan kamu menuntut sihir seperti kuat
san kebal dan petnanis dan Jainnya, karena sekalian ilmu ad:
di dalam Qur'an dan kita.
8. Wasiat Kedelapan : Hendaklal kamu kuat merendahkan diri
kepada orang Islam. Dan jangan dengici khiatan kepada mereka|
itu, Dan jangan ambil harta mereka itu melainkan dengan izin
syara
9. Wasiat Kesembilan : Jangan kamu menghinakan diri kepada
kafir la’natullah serta makan gaji mereka its. Dan jangan|
bersahabat dengan mereka itu, melainkan sebab uzur syara’.
10.Wasiat Kesepuluh : Hendaklah kamu kuat menolong orang
yang kesempitan sehabis-habis ikhtiar sama ada orang itu
dengan harta benda atau tulang gega, atau bicara atau do’a. dan
lagi-lagi apa-apa hajat orang yang dikhabarkannya kepada
kamu serta dia minta tolong, maka hendaklah sampaikan
seboleh-bolehnya.
§1-Wasiat Kesebelas ; Kekalkan air sembahyang dan puasa tiga
hari pada tiap-tiap bulan,
12.Wasiat Keduabelas :
kepada kamu barang apa kebajikan, maka hendaklah kamu
ika ada orang yang berbuat kebajikan
balas akan kebajikan itu:
23
ika orang dengki khianat kepada kamu,
13.Wasiat Ketigabelas
telah dipeliharakan Allah kamu daripadanya, maka hendaklah
kamu sabar dan jangan dibalas dan beri nasehat akan dia
dengan perkataan lemah lembut, Karena mereka itu orang-
orang yang bebal.
Fika kamu hendak beristri, jangan
14.Wasiat Keempatbelas
dipinang orang tinggi bangsa seperti anak datuk-datuk. Dan ~
Yetapi hendaklah pinang
Jangan dipineng orang kaya-kay
anak orang fakiv-fakir dan miskin.
15.Wasiat Kelimabelas : Jika memakai kamu akan pakaia» vang,
lengkap, maka hendaklah ada di dalamnya pakaian yang buruk,
dan aulanya yang buruk itu sebelah atas
16.Wasiat Keenambelas : Jangan disebut kecelaan orang lain,
tetapi hendaklah sembunyikan sehabis-habis sembunyi.
17.Wasiat Ketujuhbelas : Hendaklah sebut-sebut kebajikan
orang dan kemuliaannya.
it Kedelapanbelas : Jika datang orang ‘alim dan guru-
18.Wa:
guru ke dalam negeri yang tempat kamu itu, istimewa pula
khalifah Tharigat Nagsyabandiah, maka hendaklah kamu
dahulu datang ziarah kepadanya daripada orang lain serta beri
sedekah kepadanya.
2419.Wasiat Kesembilanbelas : Jika pergi kamu kepada suatu
negeri atau dusun dan ada di dalam negeri itu orang alim dan
guru-guru khususnya Khalifah Thariqat Naqsyabandiah, maka
endakloh kamu ziarah kepadanya keinudian hendaklah
membawa sedekah kepadanya.
20.Wasiat Keduapuluh : Jika hendak pergi ke orang alim itu
daripada tempat kamu itu atau engkau hendak pergi daripada
tempat if, maka hendaklah kamu ziarah pula serta member
sedekah supay2 dapat kamu rahmat yang besar.
21.Wastst Keduapuluh satu ; Sekali-kali jangan kamu kawin
dengan janda guru kamu, khususnya guru Tharigat, Dan tiada
mengapa kawin dengan anak guru, tetapi_hendaklah
bersungguh-sungeuh membawa adab kepadanya serta jangan
engkau wathi akan dia, melainkan kemudian daripada meminta
izin. Dan lebihkan olehmu akan dia daripada isterimu yang
lain, karena dia anak guru, hal yang boleh dilebihkan.
22.Wausiat Keduapuluh dua : Hendaklah semua kamu yang laki-
laki beristri lebili dari seorang (poligami), sekurang-kurangnya
dua orang, sebanyak-banyaknya empat orang. Jika istrimu
tidak mengikuti hokum, ceraikan, cari yang lain.
a
23.Wasiat Keduapuluh tiga : Hendaklah kamu yang perempwan
a suami kamu beristri berbilang-bilang.
banya sabar, j
Janganlah mengikuti seperti kelakuan perempuai yang jabil,
jika suaminya beristri berbilang, sangat marahnya, dan jike
suaminya berzina tiada ia marah.
24.Wasiat Keduapuluh empat : Jika ada sanak saudara kamu
berhutang atau miskin dan-sempit nafkahnya dan kamu lapang
nafkah, maka hendaklah kamu beri sedekah sedikit-sedikit
seorang supaya sama kamu. Inilah makna kata orang tua-tua,
jika kamu kaya maka hendaklah bawa sanak saudara kamu
kaya pula dan jika kamu senang, maka hendaklah berikan
senang kamu itu kepada sanak saudara kamu.
25.Wasiat Keduapuluh lima : Mana-mana sanak saudara kamu
yang beroleh martabat dan kesenangan, maka hendaklahi kamu
kuat-kuat mendo’akannya supaya boleh kamu bemaung
dibawah martabatnya.
26.Wasiat Keduapuluh enam : Hendaklah kasih akan anak-anak
dan sayang akan fakir miskin dan hormat akan orar
27.Wasiat Keduapuluh Tujuh : Apabila kamu tidur,
padamkan pelita, jangan dibiarkan terpasang, Karena sangat
makruh, sebab demikian itu kelakuan kafir yahudi
2628.Wasiat Keduapuluh delapan : Jika kamu hendak berpergian,
maka hendaklah ziarah kepada ibu bapa dan kepada guru-guru|
«lan orang saleh-saleh, Minta izin kepada mereka itu serta
minta_tolong
do’akan, dan lagi hendaklah mengeluarkan
sedekah supaya dapat lapang.
29.Wasiat Keduapuluh Sembilan : Jangan berasah gigi laki-laki
dan perempuan. Dan jangan bertindik terlinga jika perempuan,
karena yang demikian itu pekerjaan jahiliah.
30.Wasiat Ketigapuluh : Jangan kuat kasih akan dunia, hanya
sekedar hajat. Siapa kuat kasih akan dunia banyak susah
badannya dan percintaan hatinya dan sempit dadanya. Siapa
benci akan dunia, sentosa badannya dan senang hatinya dan
lapang dadanya.
31.Wa
iat Ketigapuluh satu : Hendaklah kasi sayang akan ibu
bapa seperti diikut apa-apa katanya dan membuat kebajikan
kepada keduanya sehabis-habis ikhtiar, Dan jangan durhaka
pada keduanya, seperti tiada mengikut perintah keduanya dan
kasar perkataan kepada keduanya dan tiada terbawa adabnya.
32. Wa
at Ketigapuluh dua : Jika mati kedua ibu bapa kamu
atau salah seorang, maka hendaklah kamu kuat-kuat
mendo’akannya pada tiap-tiap sembahyang dan ziarah pada
kuburnya pada tiap-tiap hari jum’at
33.Wasiat
kebajikan serta dengan yakin kepada euru-guru dan jan
Ketigapuluh tiga : Hendakah kuat membuat
durhaka kepadanya.
34.Wasiat Ketigapuluh empat : Hendaklah berkasib-kasihan
dengan orang sekampung dan jika kafir sekalipun dan jangan
berbantah-bantah dan berkelahi dengan mereka itu
35.Wasiat Ketigapuluh lima : Jangan diberi hati kamu mencintai
membuat kejahatan, karena yang
akan maksiat, artinya
demekian itu percintaan hati. Dan jika banyak percintaan hati,
membawa kepada kurus badan.
36.Wasiat Ketigapuluh enam : Jangan kamu jabatkan tangan
kamu kepada apa-apa yang haram, karena yang demikian itu
mendatangkan bala.
37.Wasiat Ketigapuluh iajuh : Jika datang bala dan cobaan,
maka hendaklah mandi tobat mengambil air sembahyang, dan
meminta do’a kepada Allah Ta’ala. Dan banyak-banyak
bersedekah kepada fakir dan miskin dan minta tolong do’ekan
kepada guru-guru dan shalih-shalih karena mereka itu kasih
Allah Ta’ala.
2838.Wasiat Ketigapuluh delapan : Apabila hamper bulan
Ramadhan, maka hendaklah selesaikan pekerjaan dunia supaya
senang beramal ibadah di dalam bulan Ramadhan dan jangan
berusaha dan berniaga di dalam bulan Ramadhan, tetapi
hendakiah bersungguh-sungguh beramal dan ibadah dan
membuat kebajikan siang dan malam.
39. Wasiat Ketigapuluh Sembilan : Hendakiah kuat bangun pada
woktu sahur, beramal ibadat dan meminta do’a, karena itu
tempat do’a yang makbul, khususnya waktu sahur malam
Jum’at,
40. Wasiat Keempatpuluh : Hendaklah kuat mendo’kan orang
Islam, sama ada hidup atau mati
41.Wasiat Keempatpuluh satu: Apabila bertambah-tambah
harta benda kamu dan bertambah-tambah pangkat derajat
kamu, tetapi amal ibadat kamu kurang, maka jangan sekali-kali
kamu akan demikian itu, karena demikian its kehendak syetan
dan iblis dan lagi apa faedah harta bertambah-tambah dan
umur berkurang-kurang.
42.Wasiat Keempatpuluh dua : Maka hendaklah kamu
Pitikadkan dengan hati kamu, bahwasanya Allah Ta’aia ada
hamper kamu dengan tiada bercerai-berai siang dan malam.
29
Maka ia melihat apa-apa pekerjaan kamu lahir dan bathin,
Nya sedikit jus,
Maka janganlah kamu berbuat durhaka kepada
karena Ia senantiasa melihat juga tetapi kendaklah senantiasa
kamu memohonkan keredaan-Nya lahir dan bathin. Dan
Jazimkan olehmu i‘tikad ini supaya dapat jannetul ‘aiilah
artinya sorga yang di atas dunia ini.
43.Wasiat Keempatpuluh tiga : Maka hendaklah kamu ingat
bahwa malikat maut datang kepada setiap seorang lima kali
dalam sehari semaiam, mengabarkan akan kamu bahwa aku
akan mengambil nyawa kamu, maka hendaklah kamu ingat
apabila sudah sudah sembahyang tiada sampai nyawa kamu
kepada sembahyang kedua, demikian selama-lemanya.
44,Wasiat Keempatpuluh empat : Hendaklah kamu kuat
mendo’akan hamba yang dha’if ini sekurang-kurangnya kamu
hadiabkan kepada hamba pada tiap-tiap malam Jum’at dibaca
.Fatihah sekali dan Qui Huallahu abad sebelas kali, atau yasin
sekali pada tiap-tiap Jum’at atau ayatul kursi 7 kali dan aku
mendo’akan pula kepada kamu sekalian,
30nila. wasiat hamba yang empat puluh empat atas jalan
ikhtisar dan hamba harap akan anak cucu hamba akan membuat
syarahnya_masing
nasing dengan kadamya yang munasabah,
supaya tahu dha’ifut thullub wa gasitirul fahmi, Wallaku Khairul
Hakimin, Wa magbulus Sailin,
Amin.
Demikian wasiat beliau, dengan tidak merobah redaksinya.
Apabila kita perhatikan dengan seksama, maka akan kita dapati
bahwa wasiat ini sesuai benar dengan firman Allah SWT dan
sabda Rasulallah Saw.
Kita yakin dan percaya apabila wasiat ini kita amalkan,
niscaya kita memperoleh keberuntungan dan kebahagian hidup
dunia dan akhirat
( Wasiat ini dikutib dari Buku :
Sejarah Syekh Abdul Wahab Tuan
Guru Babussalam,
Oleh : H. Ahmad Fuad Said Bin Fagih Tuah Bin
Syekh Abdul Wahab Rokan)