Anda di halaman 1dari 25

https://www.bing.com/images/search?

BUKU AJAR

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (KWN) UNTUK


MAHASISWA

SEBUAH UPAYA MENGHIDUPI JATI DIRI BANGSA

MINTO RAHAYU, S.S., M.Si.

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2021

1
BAB 2
IDENTITAS NASIONAL

https://www.bing.com/images/

2.1 KARAKTERISTIK IDENTITAS NASIONAL


Identitas setiap manusia ditentukan oleh ruang hidupnya yang secara alami akan
berakulturasi dan membentuk ciri khas atau karakter khas dalam norma kehidupan. Identitas
diartikan sebagai ciri/keadaan khusus, dalam antropologi berarti sifat khas yang menerangkan dan
sesuai dengan kesadaran diri pribadi, golongan sendiri, komunitas sendiri, dan negara sendiri.
Identitas tidak hanya mengacu pada individu tetapi juga pada suatu kelompok.
Identitas meliputi nilai, norma, dan simbol ekspresi sebagai ikatan sosial untuk
membangun solidaritas dan kohesivitas sosial yang digunakan untuk menghadapi kekuatan luar
yang menjadi simbol ekspresi yang memberikan pembenaran bagi tindakan di masa lalu, masa
sekarang, dan masa yang akan datang. Sedangkan nasional berasal dari bangsa sendiri atau
meliputi diri bangsa. Jadi identitas nasional Indonesia ialah jati diri yang membentuk bangsa yaitu
berbagai suku bangsa, agama, bahasa Indonesia, budaya nasional, wilayah nusantara, ideologi
Pancasila. Identitas nasional tidak terlepas dari nasionalisme yang berhubungan dengan jati diri
bangsa.

2
Jati diri bangsa berarti totalitas penampilan bangsa yang utuh dengan muatan dari
masyarakat sehingga dapat membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Usaha
mengukuhkan jati diri bangsa sangat diperlukan karena jati diri yang diibaratkan sebagai akar umbi
dan akar tunjang keutuhan hidup berbangsa dan bernegara goyah, akan menggoyahkan keutuhan
bangunan bangsa.

2.1.1 Asal Usul Bangsa, Agama dan Budaya Indonesia


Setiap manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama,
mereka dikaruniai akal budi dan bergaul dengan sesamanya dalam persaudaraan. Manusia selalu
berhubungan dengan sesama dan dengan lingkungan hidupnya, keduanya dipertahankan untuk
kelangsungan hidup manusia. Maka masalah geografi menjadi sangat penting karena
mempengaruhi falsafah, pandangan hidup bangsa, budaya, sejarah, kehidupan sosial (adat
istiadat), bahkan politik. Menurut Friedrich ratzel, tabiat, ambisi, dan budaya manusia dibentuk
oleh alam sekitarnya serta adanya kaitan antara iklim dan budaya.
Konstelasi geografi (ciri khusus wilayah yang meliputi bentuk, luas, letak, iklim, sumber
daya) perlu dibahas dalam rangka memahami budaya suatu bangsa. Jika ada manusia yang telah
terpengaruh oleh budaya asing, yang bukan merupakan geografinya, manusia tersebut akan
dihadapkan pada konflik budaya. Yang dalam pandangannya budaya asing membuat martabatnya
meningkat tetapi akar budaya aslinya tidak lepas dari dirinya. Sebaik-baiknya manusia hidup harus
selaras dengan lingkungan hidupnya.

2.1.1.1 Asal Usul Bangsa Indonesia


Berdasarkan sumber tertulis (pasal 46 United Nations Convention The Law of The Sea)
terdapat banyak kerajaan Kuna di Nusantara yang dipengaruhi peradaban Hindu. Data arkeologi
dan antropologi menyatakan bahwa masyarakat Nusantara bukan berasal dari India maupun
Cina Selatan/kira-kira provinsi Yuman (Simbolon. 1995:6), kemungkinan dari wilayah pulau dan
daratan sekelilingnya. Perkiraan tradisional, bahwa masyarakat Nusantara berasal dari Cina
Selatan dan dikenal sebagai ras Melayu, mereka datang bergelombang dan perkiraan pangkal
penyebarannya adalah Filipina Selatan, kemudian menyebar ke Pasifik hingga Madagaskar.
Pengaruh peradaban India tersirat pada prasasti yang mengabsahkan kekuasaan raja dan

3
membudayakan adanya kekuasaan pendeta. Pendeta merupakan penghubung antara Tuhan/Dewa
dengan raja dan umat manusia. Konsep membuat pendeta sangat berkuasa.
Dua gelombang yang terpenting adalah pertama; Proto-Melayu (Melayu Polenisia) datang
sekitar 3000 SM dan menyebar dari Pasifik Timur hingga Madagaskar dengan budaya zaman batu;
kedua Deutro-Melayu yang berbudaya besi; datang kira-kira 2000-1000 SM. Namun,
diperkirakan, pangkal penyebaran sekitar Cina Selatan, lautan Nusantara, teluk Benggala, dan
Samudera India, mereka berbaur dan dikenal sebagai ras Melayu. Pembauran ini dikenal dengan
istilah Bhineka Tunggal Ika.
Gambaran pembauran digambarkan: “Di suatu desa tampak penduduk yang jelas
bertampang semit, dan yang lebih tua di antara mereka menyerupai tampang raja-raja Assyria
yang berjenggot, seperti dalam patung-patung peningggalan Niniveh. Di desa tetangga, tampak
penduduk yang sama jelasnya, bertampang Negroit. Sungguh tak ada barang satu pulau pun,
betapa kecil pun ukurannya, penduduknya tidak bercampur secara ras.” (H.M. Vlekke dalam
Simbolon.1995:375). Melalui pembauran inilah masyarakat di Nusantara dengan mudah
menggunakan bahasa-bahasa Melayu yang berasal dari rumpun bahasa Austronesia yang
kemudian dikenal dengan bahasa Indonesia.
Sumber tertulis paling tua mengenai Nusantara berupa catatan dari dinasti Han, Cina
sekitar tahun 1-6 M, berisi permintaan kaisar Wang Mang berupa upeti seekor badak, kepada
penduduk Huang-ze (sebutan bagi Aceh), yaitu negeri badak laut dan pedagang batu mulia. Namun
sumber tertulis lain, tahun 400 M, berupa empat batu bertulis (yupa/prasasti) di tepi sungai
Mahakam menyatakan bahwa: “Pangeran yang mashur Kundungga punya anak yang terkenal
bernama Aswawarman, sang pendiri wangsa. Salah satu yang terhebat dari putra Aswawarman,
yang telah mempersembahkan banyak emas, sehingga untuk mengenangnya didirikan batu
persembahan ini oleh para pemuka yang lahir dua kali.”

2.1.1.2 Asal Usul Agama dan Budaya Indonesia


Keterpengaruhan peradaban Hindu, bukan berarti Nusantara pernah menjadi koloni India,
tetapi bisa saja masyarakat Nusantara berkunujng ke India dan membawa unsur budaya Indis,
khususnya Hindu, hal ini dibuktikan bahwa bahasa Sansekerta yang ada di Jawa Kuna dan Bali
Kuna terbatas pada istilah teknis. Yang terjadi adalah konvergensi, bahwa ada kesamaan masalah
kenegaraan yang terjadi di India dan di Nusantara. Atau lebih, karena terjadi pertukaran budaya

4
dengan kedatangan orang Nusantara dan sebaliknya. Masyarakat Nusantara juga dipengaruhi
agama Budha yang berkembang di Asia Tenggara, jadi mereka mengakui agama Budha di samping
agama Hindu. Awal pengaruh agama Budha diperkirakan oleh adanya kunjungan Budha ke Jawa
dan Sumatera, pengaruh Budha terlihat pada kerajaan-kerajaan yang menjadi pusat agama Budha.
Dua agama yang berbeda ini, menimbulkan konflik antara penguasa/dinasti di Nusantara.

https://www.bing.com/images/search?view

Beberapa penguasa dibantu oleh pendeta mencoba menggabungkan budaya Budha dan
Hindu. Salah satu kerajaan yang menerimanya ialah Sriwijaya yang pada masa jayanya
menghasilkan penulis handal, seperti Mpu Tantular dengan seloka persatuan dan kesatuan dalam
karya Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua, Mpu Prapanca yang menulis Negara
Kertagama (dalam bentuk daun lontar dan ditemukan di Cakra Negara) yang menyembah dan
menyebutkan bahwa Hayam Wuruk sebagai Betara Abadi dan Ciwa Budha. Dengan demikian
Raja Mulawarman sampai Hayam Wuruk dipengaruhi budaya India (Hindu dan Budha). Seperti
kita ketahui, Majapahit menjadi besar setelah menguasai Nusantara berkat Perdana Menteri Gajah
Mada, tetapi sepeningggal Gajah Mada, kerajaan ini menjadi lemah bersamaan dengan kedatangan
peradaban Islam.
Peradaban Islam berkembang melalui perdagangan rempah-rempah, dan berasal dari
pantai. Kerajaan yang terpengaruh agama Hindu dan Budha sulit menerima Islam sehingga terjadi
sinkritisme kepercayaan. Prasasti di Nusantara menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Jawa
ada di Demak. Pusat peradaban Islam berkembang dari pusat perdagangan yang umumnya

5
dikuasai pedagang Arab, Persi, dan India. Setelah Islam menguasai sebagian besar Nusantara,
datanglah ras Eropa yang hendak mencari rempah-rempah dengan cara menguasai pusat
komoditas. Akibatnya, kerajaan-kerajaan kecil yang Islam menjadi mendua dan saling konflik.
Mereka berusaha melawan ras Eropa dengan senjata teknologi yang kurang memadai
(buatan artis/empu) sedangkan Eropa menggunakan senjata teknologi hasil pertukangan (craft).
Kemampuan sistem senjata sosial yang bersumber adat istiadat, etika, norma, dan budaya
nusantara mulai dilanggar karena pengaruh Eropa. Sementara itu, ras Eropa bangkit bersamaan
dengan zaman renaisance (pencerahan), Nusantara dikuasai Belanda, Inggris, Portugal, Spanyol.
Mayoritas Nusantara dijajah Belanda, yang telah berhasil menjadikan masyarata berkelas-kelas
yang menimbulkan primordialisme yang memungkinkan adanya perpecahan antarnegara etnis.
Koentjaraningkrat (1979:301-316) menyatakan; masyarakat Nusantara yang majemuk
diperkirakan terdiri atas 200 suku bangsa yang memiliki bahasa, budaya, adat istiadat, sistem nilai
yang berbeda meskipun ada juga yang mirip. Letak Nusantara yang berada di jalan silang dunia
menjadi bangsa yang terbuka, dapat menerima konsekuensi kedatangan bermacam-macam
ras/bangsa sehingga terjadi asimilasi bangsa dan dengan sendirinya terjadi asimilasi budaya.

2.2 Kebudayaan Indonesia


Ras Melayu yang mendiami Nusantara membentuk kerajaan-kerajaan, yang menjadikan
suku yang selanjutnya membentuk budaya yang dipengaruhi oleh konstelasi geografi. Kerajaan
yang berada di pedalaman; budaya, etika, adat istiadat, norma yang dipengaruhi oleh usaha
pertanian, sedang kerajaan di pantai dipengaruhi oleh perdagangan. Wilayah yang belum mengenal
Hindu dan Budha (masih menyembah berhala) lebih kenal budaya Islam dan budaya yang dibawa
oleh Eropa. Masuknya budaya dengan jalan damai ini, tidak menutup kemungkinan terjadinya
konflik sebagai proses akulturasi yang wajar.
Akulturasi dapat terjadi, karena budaya tidak mempunyai wujudnya yang abadi karena
perkembangan zaman, budaya yang pada zamannya baik, tetapi pada zaman lain tidak baik.
Dengan lahirnya bangsa Indonesia yang menegara, maka kebudayaan bangsa ialah kebudayaan
yang timbul sebagai sebuah usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli
terdapat puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia, terhitung sebagai
kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan
persatuan; dengan tidak menolak bahan-bahan baru dan budaya asing yang dapat memperkaya

6
kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia (Ki Hajar
Dewantara).

https://www.bing.com/images/search?q=perjuangan+bangsa+indonesia&qs

2.3 Perjuangan Menjadi Bangsa Indonesia

2.3.1 Teori Terbentuknya Negara


1) Teori hukum alam (Plato dan Aristoteles); Kondisi alam tempat tumbuhnya manusia
yang terus berkembang dan membutuhkan aturan dan ketertiban hingga membentuk
suatu pemerintahan, dan menjadi suatu negara.
2) Teori Ketuhanan; segala sesuatu terjadi karena kehendak dan ciptaan Tuhan.
3) Teori Perjanjian (Thomas Hobbes); Manusia menghadapi kondisi alam dan
menimbulkan kekerasan, manusia akan musnah bila tidak mengubah hidupnya,
akhirnya mereka bersatu untuk mengatasi tantangan dan menggunakan persatuan
dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama.
4) Proses terbentuknya negara di zaman modern; dapat berupa penaklukan, peleburan,
pemisahan diri, dan pendudukan atas negara atau wilayah yang belum ada
pemerintahan sebelumnya.

2.3.2 Unsur Negara


1) Bersifat konstitusi, artinya dalam negara terdapat wilayah yang meliputi udara, darat, dan
perairan (perairan tidak mutlak), rakyat/masyarakat, pemerintahan yang berdaulat

7
2) Bersifat deklaratif; sifat ini ditunjukkan oleh adanya tujuan negara, undang-undang
dasar, pengakuan dari negara lain; baik de facto dan de jure dalam perhimpunan bangsa-
bangsa (PBB)
3) Negara dapat berbentuk negara kesatuan (unitary state) dan negara serikat (federation).
Bentuk negara juga ditentukan oleh proses bangsa yang bersangkutan menjadi suatu
negara/menegara; yaitu sekelompok manusia yang berada di dalamnya merasa sebagai bagian dari
bangsa. Negara merupakan organisasi yang mewadahi bangsa, bangsa merasakan pentingnya
keberadaan negara sehingga tumbuh kesadaran untuk mempertahankan tetap tegak dan utuhnya
negara melalui upaya bela negara. Upaya ini dapat dilaksanakan dengan baik apabila tercipta pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak bangsa yang berbudaya yang bermotivasi untuk membela negara.
Bangsa yang berbudaya berarti bangsa yang mempunyai hubungan dengan pencipta
(beragama), bangsa yang dapat memenuhi kebutuhan/usaha dengan, sesama manusia, alam sekitar
(sosial), bangsa yang berhubungan dengan kekuasaan (politik), bangsa yang berusaha
mendapatkan keamanan, ketertiban, dan ketentraman (pertahanan keamanan).
Sesuai dengan deklarasi dan kelaziman yang dibenarkan oleh bangsa-bangsa di dunia yang
diimplementasikan dalam pembukaan UUD 1945, bangsa Indonesia memutuskan bahwa Nagara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ada, karena kemerdekaan adalah hak segala bangsa sehingga
penjajahan yang bertentangan dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan harus dihapuskan. Dalil
ini menunjukkan bahwa hidup berkelompok dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
seharusnya tidak atas dasar ekploitasi sesama manusia tetapi harus berdasarkan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.
Pada perjalanan suatu bangsa/negara, sering timbul pertentangan karena perbedaan konsep
negara yang dilandasi oleh ideologi. Di sinilah ada tuntutan terbentuknya suatu negara;
memerlukan pengakuan dari bangsa lain yang diwadahi oleh mekanisme yang lazim disebut
Proklamasi Kemerdekaan.
Perkembangan ini mempengaruhi perdebatan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) tentang batas wilayah dan perumusan UUD 1945 yang sedianya menjadi naskah
proklamasi. Tetapi tidak satu pun bangsa Indonesia yang menganggap NKRI terbentuk atas dasar
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, sekalipun pemerintah belum terbentuk, bahkan hukum
dasar juga belum disyahkan. Jadi NKRI terjadi atas proses yang bersinambungan, yaitu:
✓ Perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia

8
✓ Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan
✓ Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil,
dan makmur.

2.3.3 Bangsa Indonesia Menjadi Negara


Proses bangsa yang menegara di Indonesia diawali dengan pengakuan atas kebenaran
hakiki dan kesejarahan yang merupakan kebenaran yang otentik, yaitu:
1) Kebenaran yang berasal dari Tuhan Pencipta Alam Semesta, yaitu Keesaan Tuhan;
manusia harus beradab, bersatu, berhubungan sosial, berkeadilan. Kebenaran ini
direalisasikan dalam nilai-nilai yang dikandung Pancasila yang digali oleh Bung Karno
dan dirumuskan oleh Badan Pekerja Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945. Lima nilai ini dituangkan dalam Pembukaan UUD
1945.
2) NKRI terbentuk oleh perjuangan, karena bangsa Indonesia membutuhkan wadah
organisasi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan, maka adalah logis apabila BI
memperoleh hak-haknya dan mempertahankan keutuhan NKRI. Setiap generasi harus
mempunyai pandangan yang sama untuk membangun visi dan misi bangsa, di sinilah
peran PKn.
Perkembangan bangsa Indonesia menjadi suatu negara dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Terbentuknya NKRI dimulai dari pembentukan ide dasar hingga Proklamasi
2) Proklamasi baru mengantar bangsa Indonesia sampai pintu gerbang kemerdekaan,
artinya dengan kemerdekaan bukan berarti kita telah selesai, tatapi justru bangsa
Indonesia baru memulai.
3) Keadaan negara yang dicita-citakan belum tercapai, hanya dengan adanya
pemerintahan, wilayah, bangsa; melainkan harus kita isi menuju keadaan merdeka,
bersatu, dan berdaulat.
4) Terbentuknya NKRI adalah kehendak seluruh bangsa, bukan sekedar keinginan
golongan tertentu.
5) Religiositas mengiringi terbentuknya NKRI dengan pernyataan, Indonesia bernegara
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang didasarkan atas kemanusiaan yang adil
dan beradab.

9
2.3.4 Proses Berbangsa dan Bernegara
Sebuah bangsa baru dapat menegara apabila memenuhi syarat, yaitu
✓ Memiliki wilayah.
✓ Memiliki warga/penduduk.
✓ Memiliki pemerintahan/undang-undang.
✓ Memiliki pengakuan dari negara lain/internasional.
Hubungan bangsa, warga negara, dan negara sangat erat, dan harus dibina dan ditingkatkan
dengan memberikan hak dan kewajiban masing-masing. Warga negara berhak mendapatkan
kesejahteraan dan keamanan namun wajib membela negara; sedangkan negara berhak
mendapatkan pembelaan dari warganya, namun wajib memberikan kesejahtreaan dan keamanan
kepada warganya. Hubungan timbal balik inilah yang akan membuat suatu negara tetap kokoh.

2.3.5 Masyarakat, Bangsa, dan Negara


Untuk menyamakan visi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita harus
memahami dan menerima pengertian masyarakat, bangsa, dan negara.
1) Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan orang yang diikat oleh suatu pola atau karakteristik
tertentu; misalnya wilayah, profesi, kegemaran, tujuan. Masyarakat madani terkait dengan
peraturan negara dan mempunyai interaksi, interelasi, dan interdependensi kelompoknya.
Contoh, masyarakat desa mempunyai pola/karakeristik yang berbeda dengan masyarakat kota,
orang desa lebih guyup satu sama lain, sederhana, dan lebih percaya pada orang tua, ketimbang
kebenaran atau hukum. Pada pascareformasi, muncul istilah masyarakat madani (civil society),
yaitu masyarakat yang mempunyai tujuan bersama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai
peradaban bukan agama, politik, paham, dan bukan dikotomis sipil militer. Masyarakat madani
menginginkan tatanan hidup yang manusiawi, tanpa kekerasan, berdasarkan hukum, aktif
mengimbangi negara, proses check and balance antar kaum terpelajar; sesuai dengan azas
demokrasi, HAM dalam hidup berbangsa dan bernegara.
2) Bangsa
Bangsa adalah kumpulan orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat, bahasa,
sejarah, dan berpemerintahan sendiri. Bangsa biasanya terikat oleh kesatuan bahasa dan

10
wilayah tertentu di muka bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia:89). Jadi, bangsa Indonesia
ialah sekelompok orang/manusia yang mempunyai beberapa kesamaan dan kepentingan yang
sama pula serta menyatakan dirinya sebagai suatu bangsa serta berproses dalam satu wilayah
Nusantara/Indonesia. Pernyataan diri bangsa-bangsa di Nusantara sebagai bangsa Indonesia
dilakukan oleh pemuda-pemuda pada Sumpah Pemuda, yaitu Kami putra dan putri Indonesia
menyatakan berbangsa satu bangsa Indonesia.
3) Negara
Negara dapat diartikan sebagai: Suatu organisasi dari sekelompok atau beberapa
kelompok manusia yang bersama-sama mendiami satu wilayah tertentu dan mengakui adanya
satu pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok orang tersebut.
Satu perserikatan yang melaksanakan satu pemerintahan melalui hukum yang mengikat
masyarakat dengan kekuasaan memaksa untuk ketertiban sosial. Masyarakat ini berada di
suatu wilayah yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain di luarnya.

Masyarakat yang mendiami pulau-pulau di nusantara yang dilatarbelakangi nilai-nilai


rohani dan jasmani yang berbeda-beda telah berikrar menjadi satu bangsa yaitu bangsa Indonesia
(Sumpah Pemuda) karena mempunyai satu tujuan bersama, yaitu kesejahteraan. Kelompok
masyarakat yang telah menjadi bangsa Indonesia ini terus berjuang untuk dapat menegara; yang
kemudian direbutnya dari tangan penjajah. Tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia menegara
dan telah mempunyai syarat bernegara dan telah pula diakui secara internasional.

2.4 Pembentukan Jati Diri Bangsa


Jati diri bangsa dapat ditemukan melalui dua pandangan; pertama: jati diri sebagai konsep
theologi, identik dengan fitrah manusia, maka jati diri bangsa merupakan kualitas universal yang
inheren pada setiap manusia, kedua: jati diri bangsa dari segi politik sebagai suatu pilihan melalui
Sumpah Pemuda yang mengubah kekamian menjadi kekitaan, sebagai upaya memperoleh
kesadaran baru jati diri bangsa Indonesia.
Jati diri bangsa tidak saja menyangkut persamaan simbolis lahiriah, seperti pakaian; yang
lebih esensial adalah keterkaitan dan komitmen terhadap nilai budaya yang sama. Jati diri bangsa
Indonesia terkait dengan kesadaran kolektif yang terbentuk melalui proses sejarah yang

11
direfleksikan dalam budaya sipil dengan titik kulminasinya saat diikrarkan Sumpah Pemuda dan
Proklamasi Kemerdekaan.
Sumpah Pemuda
Kami putra putri Indonesia mengaku:
Berbangsa satu, bangsa Indonesia
Bertanah air satu, tanah air Indonesia
Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Proklamasi
Kami, bangsa Indonesia, dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai perpindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama
dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

17 Agustus 1945
atas nama bangsa Indonesia
Sukarno, Hatta

Bangsa Indonesia mendiami pulau-pulau di nusantara yang membentuk komunitas utuh


yang memiliki jati diri. Jati diri bangsa Indonesia dibentuk oleh:
1) Suku bangsa: Suku Bangsa merupakan kelompok sosial dan kesatuan hidup yang mempunyai
sistem interaksi, sistem norma, kontinuitas, dan rasa identitas yang mempersatukan semua
anggota serta memiliki sistem kepemimpinan tesendisi. Di nusantara terdapat banyak kerajaan
Kuna yang dipengaruhi Hindu. Masyarakat nusantara berasal dari wilayah sekitar pulau dan
daratan di sekelilingnya (bukan dari Cina Selatan dan India) dengan ras melayu yang menyebar
ke Filipina Selatan, Pasifik, hingga Madagaskar. Mereka membaur dan menjadi suku bangsa
di Indonesia.
2) Agama: Sejak awal nusantara dipengaruhi Hindu (Kerajaan Erlangga) dan Budha (Kerajaan
Sriwijaya), tetapi mereka memberi toleransi terhadap datangnya peradaban Islam melalui
Gujarat; dengan sesanti Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangwua (walaupun berbeda
namun satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda) sedangkan
agama Kristen masuk bersama dengan ras Eropa, agama Kong Hu Chu diakui sejak tahun
2000.
3) Bahasa: Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter dari alat ucap manusia. Di Indonesia
terdapat banyak bahasa mewakili banyaknya suku bangsa maka diperlukan bahasa yang
mampu menyatukan semua bahasa daerah. Telah ditetapkan bahwa bahasa Indonesia yang

12
berasal dari bahasa melayu dan telah dipakai sebagai bahasa lingua franca (pergaulan)
antarpedangan di nusantara menjadi bahasa persatuan/ nasional di Indonesia. Bahasa adalah
anak kebudayaan, tanpa kemampuan berbahasa, manusia tidak dapat mengembangkan
kebudayaannya karena akan hilang sarana untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi
ke generasi.
4) Budaya Nasional: Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin manusia, berisi nilai yang
digunakan sebagai rujukan hidup. Kebudayaan nasional ialah sebagai puncak-puncak
kebudayaan daerah yang menyatu dalam semangat nasionalisme yaitu sumpah pemuda.
Kemajemukan budaya dijadikan konsep Bhineka Tunggal Ika yang menjadi budaya nasional
yang dijadikan pegangan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dengan
landasan cinta dan bangga terhadap tanah air, menjaga nilai kebersamaan; saling menghormati;
saling mencintai; saling menolong antar sesama. Budaya nasional merupakan manifestasi
kekitaan sebagai bentuk keterbukaan bukan kekamian sebagai bentuk ketertutupan.
Kebudayaan sebenarnya adalah jawaban dari pertanyaan Siapa kita? Akan jadi apa kita?,
Watak apa yang kita inginkan? Bagaimana kita mewujudkan masa depan?
5) Wilayah Nusantara: Wilayah nasional Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau besar dan kecil
yang terbentang di khatulistiwa serta terletak di posisi silang yang sangat strategis; memiliki
karakteristik khas yang berbeda dangan negara lain. Wilayah nusantara mempunyai potensi
yang dapat diperlakukan secara negatif maupun positif sehingga memunculkan keunggulan
sekaligus kelemahan. Semua ini harus dipandang secara utuh menyeluruh dan harus disikapi
dalam kebijakan politik. Kebijakan nasional yang berwawasan nusantara tanpa melupakan ciri
khas bagian wilayah dalam rangka mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, yang
merupakan bagian dari identitas nasional.
6) Ideologi Pancasila: Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan manusia; masyarakat; dan
dunia secara keseluruhan sehingga merupakan suatu sistem. Kemudian digunakan untuk
menamakan pengetahuan yang mengkaji motivasi dan penghalalan tindak-tindak politik.
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dimuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai sistem ide secara normatif memberikan persepsi, landasan, serta pedoman
tingkah laku bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan untuk mencapai tujuan. Dalam ideologi
Pancasila dikandung pemikiran komprehensif integral, sebagai aliran kesisteman, dari situasi
kehidupan bangsa di nusantara yang serta majemuk. Ideologi Pancasila sebenarnya

13
menggambarkan keinginan bangsa Indonesia ke depan; yang dulunya terjajah, mudah diadu
domba, rapuh, tidak memiliki interaksi sosial dan serba majemuk. Jadi (Prof. Dr. Franz Magnis
Suseno SJ) jangan pernah menyerahkan negara dan bangsa Indonesia ini kepada ideologi
manapun karena setiap ideologi akan lebih cocok dengan bangsanya sendiri. Dengan demikian
Ideologi Pancasila dijadikan pandangan hidup (way of life), dasar falsafah NKRI, dan norma
dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Unsur-unsur pembentuk jati diri bangsa membentuk tiga identitas, yaitu:
✓ Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar negara,
dan ideologi negara.
✓ Identitas Instrumental, yaitu UUD 1945 dan tata perundangannya, bahasa Indonesia.
Lambang negara, bendera negara, lagu Indonesia Raya.
✓ Identitas Alamiah, yaitu ruang hidup bangsa sebagai negara kepulauan yang pluralis
dalam suku, bahasa, agama dan kepercayaan.

2.5 Paham Nasionalisme Indonesia

2.5.1 Pengertian Nasionalisme


Nasionalisme, menurut Ernest Gellenervia adalah suatu prinsip politik yang beranggapan
bahwa unit nasional dan politik seharusnya seimbang (Arifin, M. 2006:21). Sedang Hobsbawm
menyatakan; nasionalisme lebih menekankan aspek politik (E.J. Hobsbawn, 1992:9). Gellner
berpendapat, nasionalisme adalah suatu bentuk munculnya sentimen dan gerakan, sentimen secara
psikologis merupakan bentuk antipati atau ungkapan marah, benci; yang menurutnya sentimen ini
memunculkan bentuk gerakan penekan (Arifin, M. 2006:16).
Anderson berpendapat bahwa nasionalisme dipahami sebagai kekuatan dan kontinuitas
dari sentimen dan identitas nasional dengan mementingkan nation, yaitu suatu konstruksi ideologi
yang nampak sebagai pembentuk garis antara kelompok budaya dan negara, dan mereka yang
membentuk komunitas abstrak berdasarkan perbedaan dari negara, dinasti, atau komunitas
berdasarkan kekerabatan yang mendahului pembentukan negara (Anderson, Benedict.1999:100).
H. Kohn mengemukakan, nasionalisme adalah suatu bentuk state of mind and an act of
consciousness, jadi sejarah pergerakan nasional harus ditanggapi sebagai history of idea. Jadi ide/

14
pikiran/ motif/kesadaran harus berhubungan dengan lingkungan konkret dari sosio-historis
(Masoed, Mohtar. 1998: 195).

Rumusan nasionalisme yang dikutip oleh Sartono Kartodirdjo (1972) antara lain:
nasionalisme sebagai persepsi mahasiswa terhadap nasionalisme pasca reformasi (K.
Lamprech.1920) mental masyarakat (F, Meineck.1901), sejumlah perasaan dan ide yang kabur (F.
Hertz.1951), a sense of belonging. Sejumlah pengertian tersebut tidak terdapat perbedaan yang
mendasar, justru menunjukkan persamaan, yaitu semua lebih bersifat sosiopsikologis. Artinya
nasionalisme tidak lahir dengan sendirinya, tetapi lahir dari suatu respon secara psikologis, politik,
dan ideologis terhadap peristiwa yang mendahuluinya, yaitu imperialisme. Dengan demikian
terbentuknya nasionalisme lebih bersifat subyektif karena merupakan reaksi group consciousness,
we-sentiment, corporate will dan berbagai fakta mental lainnya. Secara analisis, nasionalisme
mempunyai tiga aspek yang dapat dibedakan;
1) Aspek kognitif menunjukkan adanya pengetahuan atau pengertian akan suatu fenomena
yaitu situasi kolonial pada segala posisinya.
2) Aspek orientasi yang menunjukkan kesadaran yang dianggap berharga oleh pelakunya;
dalam hal ini adalah bebas dari kolonialisme.
3) Aspek afektif yaitu tindakan kelompok yang menunjukkan situasi dengan pengaruhnya
yang menyenangkan atau menyusahkan bagi pelakunya, (Kartodirdjo, Sartono. 1972:
55-69).

15
2.5.2 Perkembangan Nasionalisme di Indonesia
Untuk menjelaskan perkembangan nasionalisme di Indonesia, sebaiknya dijelaskan
bagaimana keberadaan kolonialisme/penjajahan, hal ini sesuai dengan beberapa rumusan
pengertian nasionalisme yang merupakan dampak langsung maupun tidak langsung dari
kolonialisme.
Kolonialisme di Indonesia telah dirasakan sejak tahun 1511, yaitu ketika Portugis
menundukkan Malaka, dan sekitar tahun 1640 ketika Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan
Portugis. Portugis masuk ke wilayah Nusantara melalui perdagangan, demikian juga dengan
Belanda menguasai perdagangan interinsuler di hampir seluruh Nusantara. Hal ini menunjukkan
awal masuknya penguasaan kolonialisme Belanda, terutama di Pulau Jawa ketika Raja Mataram
menyerahkan kekuasaan atas daerahnya di Pantai Utara Pulau Jawa kepada VOC tahun 1749
(Husken.1998:64-67).
Eksploitasi kolonial Belanda mulai dirasakan di Pulau Jawa sejak tahun-tahun pembubaran
VOC, tahun 1675 dan awal pembentukan culturstelstel, terutama rencana Daendels membangun
sarana dan prasarana yang membutuhkan pengerahan tenaga kerja paksa dan rencana Raffles
menerapkan sistem pajak tanah. Puncaknya ketika Jenderal Van den Bosch (1830) mengeluarkan
kebijakan tentang eksploitasi negara tanah jajahan menjadi pedoman kerja pemerintah kolonial.
Maksud kebijakan tersebut untuk mencapai peningkatan semaksimal mungkin produksi pertanian
untuk Eropa. Kebijakan ini lebih bermuatan ekonomi, tetapi seiring dengan perkembangan
ekonomi yang pesat berdampak pada kebijakan yang bersifat politis; yaitu adanya perluasan
jabatan pemerintah kolonial secara besar-besaran di Nusantara; mulai dari keresidenan hingga ke
distrik. Sistem pemerintahan ini bersifat sentralistik dan ekstrim, birokrasi kaku dan otokrasi
mutlak, tidak ada satu badan politik pun yang menjadi alat penyalur aspirasi rakyat
(Kartodirdjo.1972:29-29). Jelas bahwa penindasan ini memunculkan kesadaran untuk melepaskan
diri dari kungkungan kolonialisme, bentuk kesadaran inilah mengarah pada suatu bentuk ikatan
sentimen dan solidaritas sosial berupa nasionalisme.
Nasionalisme di Indonesia dimunculkan berbagai bentuk pergerakan nasional. Pergerakan
ini lebih disebabkan oleh adanya kesadaran yang terus berkembang, yaitu kesadaran terhadap
situasi yang tertindas, terbelakang, dan diskriminatif yang melahirkan suatu keinginan untuk
bebas, merdeka, dan maju. Sedangkan secara eksternal, dipengaruhi oleh perlakuan Jepang
terhadap Rusia tahun 1905, kemudian Gerakan Turki Merdeka, Revolusi Cina, dan gerakan

16
nasional di negara-negara tetangga, seperti India dan Filipina. Peristiwa-peristiwa tersebut
membesarkan kesadaran nasional yang memunculkan harga diri sebagai bangsa yang mandiri.
Walaupun pengaruh eksternal ini dapat membangun kesadaran pemuda Indonesia “kalau mereka
bisa kenapa kita tidak bisa”; tetapi sebenarnya kesadaran akan harga diri bangsa lebih dimunculkan
karena faktor internal karena dirasakan langsung oleh bangsa Indonesia.

2.5.3 Nasionalisme Mahasiswa


Bentuk gerakan nasional dimulai dari Gerakan Budi Utomo 1908, Gerakan Jawa Muda
(Jong Java) 1911, Gerakan Pribumi (Inlandsche Beweging) 1914, Kongres Kebudayaan 1916, dan
Sumpah Pemuda 1928. Berdirinya Organisasi Mahasiswa Indonesia di Belanda, yaitu Indische
Vereeniging 1908 berkembang menjadi Organisasi Identitas Nasional 1925 dengan nama
Perhimpunan Indonesia dan berubah menjadi Indonesia Merdeka. Berdirinya Sarikat Islam 1921
yang disponsori oleh Tjokroaminoto dan berdirinya Persatuan Nasional Indonesia (PNI) 1927, dan
berbagai bentuk organisasi lainnya yang bersifat kesukuan, seperti Jong Sumatera, Jong Celebes,
dan lain-lain.
Meskipun muncul berbagai gerakan, yang bersifat kesukuan; tetapi pada akhirnya dapat
dipersatukan oleh gerakan-gerakan yang bersifat integratif karena dapat merangkul semua
kepentingan. Gerakan Pribumi, Perhimpunan Indonesia, dan puncaknya Sumpah Pemuda;
dikatakan sebagai gerakan yang integratif yang mengusung Ideologi Nasionalis, antara lain:
✓ Kesatuan nasional; perlunya mengeyampingkan perbedaan-perbedaan yang sempit
dan perlu dibentuk suatu kesatuan aksi melawan Belanda untuk menciptakan
kebangsaan Indonesia yang merdeka dan bersatu.
✓ Solidaritas tanpa melihat perbedaan yang terdapat antara sesama bangsa Indonesia, dan
perlu kesadaran adanya pertentangan kepentingan antara penjajah dan yang terjajah,
serta kaum nasionalis harus mempertajam konflik.
✓ Non-kooperatif; keharusan untuk menyadari bahwa kemerdekaan bukan hadiah suka
rela dari Belanda, tetapi harus direbut oleh bangsa Indonesia dengan mengandalkan
kekuatan dan kemampuan sendiri dan oleh karena itu tidak perlu mengindahkan dewan
perwakilan kolonial.
✓ Swadaya; dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri perlu
dikembangkan suatu struktur alternatif dalam kehidupan nasional, politik, sosial,

17
ekonomi, dan hukum yang kuat berakar dalam masyarakat dan sejajar dengan
administrasi kolonial.

https://www.bing.com/images/search?view

Dengan kemampuan dan kekuatan bangsa Indonesia ini, akhirnya mampu merebut
kemerdekaannya sendiri dan diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 oleh Sukarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Sejak saat ini bangsa Indonesia
mempunyai tugas untuk mencapai cita-cita nasional yaitu membentuk negara merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur; dan mewujudkan tujuan nasional yaitu melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia. Semua ini didasari oleh
perdamaian abadi yang berlandaskan Pancasila.
Bangsa Indonesia harus mampu mengisi kemerdekaan dengan pembangunan yang
dilaksanakan sesuai dengan perkembangan bangsa dan negara Indonesia, terutama kekuasaan
pemerintah. Terjadi periodesasi pembangunan, yaitu 1) 1945 sampai 1965 Orde Lama, 2) 1965
sampai 1998 Orde Baru, 3) 1998 sampai sekarang Orde Reformasi. Semua orde membutuhkan
nasionalisme dari warga negara, yang bentuknya mengikuti perkembangan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sikap nasionalisme mahasiswa Indonesia dimulai pada masa kolonial Belanda, yaitu ketika
mahasiswa yang belajar di STOVIA mencoba memulai gerakan anti kolonial dan imperialis
dengan mendirikan Budi Utomo 1908, Tri Koro Dhormo 1915. Kedua gerakan ini yang
mempelopori aksi mahasiswa dalam mengimplementasikan sikap nasionalismenya dan betujung
pada Sumpah Pemuda. Setelah kemerdekaan, sekitar tahun 1950-1959 banyak organisasi pemuda

18
yang menarik anggota dari Front Pemuda Indonesia, dan pada 28 Februari 1957 mahasiswa
Universitas Indonesia (UI) memprakarsai pembentukan Federasi Mahasiswa dengan menggalang
senat mahasiswa dari berbagai universitas dengan nama Majelis Mahasiswa Indonesia.
Melihat sepak terjang politik Indonesia yang bersinergi dengan militer, mahasiswa tidak
ambil diam. Bukti-bukti peran mahasiswa dalam kehidupan berbangsa cukup banyak, misalnya
gerakan Malari yang menentang kezaliman Presiden Sukarno yang berakhir dengan dipecatnya
Jenderal Sumitro yang dianggap pro mahasiswa. Yang paling populer adalah gerakan mahasiswa
dalam menggoyang Orde Baru 1998 yang berujung pada lengsernya Suharto sebagai presiden
Indonesia keenam kalinya dan digantikan BJ Habibie. Sejak saat itu, mahasiswa sebagai agent of
change menjadi sangat populer. Belum lagi peran-peran kecil yang sangat menentukan kehidupan
di lingkungannya, baik di kampus, daerah, maupun nasional dalam mengusung isu-isu untuk
kesejahteraan rakyat.
Bangsa Indonesia saat ini ada dalam Pandemic covid 19 hal ini menuntun nasionalisme
yang sesuai dengan tuntutan kondisi. Bagaimana bentuk nasionalisme mahasiswa saat ini?
Silakan didiskusikan bersama teman-teman. Hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada dosen

2.5.4 Aspek Nasionalisme


Secara analitis, nasionalisme mempunyai tiga aspek, yaitu:
1) Aspek kognitif yang menunjukkan adanya pengetahuan dan situasi/fenomena
kolonial pada segala prosinya.
2) Aspek nilai yang menunjukkan keadaan yang dianggap berharga untuk
memperoleh hidup yang bebas dari kolonialisme.
3) Aspek tindakan kelompok yang menunjukkan situasi yang dapat menyenangkan
atau menyusahkan bagi pelakunya, misalnya berbagai macam diskriminasi pada
masyarakat kolonial.
Ciri nasionalisme Indonesia ialah:
✓ Bhineka Tunggal Ika; mengakui keanakeragaman budaya, bahasa, tradisi di nusantara,
✓ Etis; memahami Pancasila,
✓ Universalitas; mengakui harkat martabat manusia yang universal,
✓ Terbuka secara budaya dan religi; tidak menutup diri dan merupakan pertemuan aneka
ragam budaya dan agam,

19
✓ Percaya diri dalam menjamin komunikasi dengan tetangga dan dunia.

2.5.5 Integrasi Nasional


Integrasi nasional merupakan komunikasi dan interaksi suku bangsa yang mendiami bumi
nusantara yang diikrarkan dalam Sumpah Pemuda. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui
oleh bangsa-bangsa lain di dunia melalui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17
Agustus 1945. Sejarah menunjukkan; keanekaragaman budaya justru menjadi hikmah bagi bangsa
Indonesia yang mampu memunculkan faktor perekat integrasi bangsa. Perekat bangsa Indonesia
ialah bahasa Indonesia sebagai perekat social budaya bangsa, Pancasila sebagai perekat semangat
hidup meraih cita-cita bersama, dan TNI sebagai perekat wilayah NKRI. Integrasi nasional
merupakan kerangka berpikir filosofi segenap bangsa Indonesia yang mengacu pada wawasan
nusantara dalam penciptaan persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara melalui persamaan dan
perbedaan dari seluruh elemen bangsa yang ada di dalamnya.
Identitas nasional memerlukan integrasi nasional yang kokoh. Integrasi berbeda dengan
pembaruan. Integrasi sosial berwujud pluralisme, integrasi budaya; berarti penyesuaian dua atau
lebih budaya agar menjadi suatu sistem budaya yang selaras melalui penyerapan unsur-unsur baru;
integrasi sosial ialah penangguhan masalah konflik melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-
unsur budaya baru dan lama yang menyatupadukan kelompok masyarakat yang asalnya berbeda,
hal ini dapat disamakan dengan pembauran. Pembauran berwujud asimilasi antarindividu atau
antarkelompok yang mempunyai jati diri asal menjadi kelompok baru dengan jati diri bersama,
sedangkan pluralisme budaya adalah pendekatan heterogen suku-suku dan kelompok-kelompok
minoritas diperkenankan mempertahankan jati dirinya masing-masing.
Integrasi nasional yang merupakan penyatuan bagian-bagian yang berbeda menjadi satu
kesatuan utuh yang membentuk bangsa, boleh juga diartikan bahwa integrasi nasional merupakan
upaya pemerintah yang semakin meningkat untuk menerapkan kekuasaan di seluruh wilayah.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional sehingga
diperlukan keadilan dan kebijakan dengan tidak membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan
dalam membangun dan membina stabilitas politik. Upaya integrasi nasional bangsa Indonesia
perlu terus diupayakan karena integrasi nasional menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan
persatuan bangsa yang menjamin terwujudnya negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur.

20
Ancaman disintegrasi bangsa masih terjadi, baik di bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, pertahanan keamanan semata tetapi juga dapat merembet ke arah perpecahan fisik
atau wilayah. Hal ini dapat dilihat pada konlik yang terjadi di Aceh, Ambon, Kalimantan Barat,
dan Papua. Tetapi, harus diingat bahwa setiap manusia tidak dapat dipisahkan dari ruang hidupnya.
Salah satu upaya mencegah disintegrasi bangsa, bangsa Indonesia harus memiliki wawasan yang
sama atas wilayah yang diklaim sebagai miliknya dan harus dipertahankan sampai titik darah yang
penghabisan.

2.6 Pemberdayaan Identitas Nasional


Pemberdayaan identitas nasional, tidak lain melalui revitalisasi Pancasila, yang
mengandung dimensi:
✓ Realitas; dalam arti nilai-nilai yang dikandung Pancasila bersifat obyektif yang dapat
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.
✓ Idealitas; dalam arti idealisme yang dikandung Pancasila bukan sekedar utopis tanpa
makna tetapi sebuah kata kerja untuk membangkitkan gairah dan optimisme dalam
menjalani masa depan.
✓ Fleksibilitas; artinya Pancasila terbuka bagi tafsir-tafsir baru untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan sehingga Pancasila tetap aktual, relevan, serta fungsional
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bhineka tunggal ika.
Dengan demikian identitas nasional dapat dipahami oleh masyarakat sebagai penerus
tradisi dengan nilai-nilai yang diwariskan dan diajarkan oleh nenek moyang kita. Namun perlu
diingat bahwa zaman senantiasa berubah yang tidak saja berbeda, bahkan bertentangan dengan
nilai-nilai tradisi yang diwariskan. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir dan bertindak
dengan mengkritisi nilai tradisi menjadi visi ke dapan sehinga nilai tradisi bukan hanya sebagai
normatik dan nostalgik tetapi yang lebih penting adalah sebagai visi bangsa.
Dalam kehidupan yang terus berubah, Pancasila tidak terhindar dari rasa sinisme,
pelecehan, gugatan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara atau sebagai manisfestasi
identitas nasional. Tetapi perlu diingat bahwa pada masa orde lama, ada upaya untuk
membengkokkan Pancasila oleh komunis, tetapi bangsa Indonesia mampu mengembalikan
Pancasila sebagai identitas bangsa dan dasar negara. Pada orde reformasi ini, Pancasila mendapat
tantangan globalisasi, dan belajar dari sejarah; Pancasila akan tetap tegak di bumi pertiwi

21
Indonesia. Untuk itu, kita harus sadar bahwa ideologi akan sesuai untuk suatu bangsa adalah
ideologi yang sesuai dengan jati diri bangsa yang merupakan manifestasi identitas nasional. Bagi
bangsa Indonesia, ideologi yang sesuai adalah Pancasila, bukan yang lain.

Pengaruh budaya asing (https://www.bing.com/images/search?view)

2.6.1 Keterkaitan Identitas Nasional dan Globalisasi


Faktor-faktor globalisasi memungkinkan terjadinya transnasionalisme, yaitu warga negara
yang mengikuti atau masuk dalam pergaulan global sehingga nasionalisme diungguli oleh warna
global. Tantangan global ini dapat mengikis kepribadian bangsa Indonesia, globalisasi dapat
mengubur nilai nasionalisme dan mengedepankan nilai transnasionalisme.
Dalam hal ini tata nilai bangsa Indonesia semakin luntur yang ditandai dengan
mengedepankan sikap individual yang bertentangan dengan asas gotong-royong, semakin
mengedepankan sikap materialisme yang menilai harkat dan martabat manusia hanya diukur dari
kekayaan; hal ini bertentangan dengan nilai spiritual bangsa Indonesia. Hal ini semakin serius
dengan adanya arus informasi melalui perkembangan teknologi informasi yang tidak dapat
dibendung.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antarnegara sangat longgar
sehingga muncul kejahatan multinasional, misalnya narkoba, pencucian uang, pemalsuan
dokumen keimigrasian, terorisme. Hal ini akan mempengaruhi nilia-nilai budaya bangsa yang
selama ini dipertahankan semakin memudar. Diperkuat oleh peredaran narkoba sampai ke pelosok
negeri yang merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya generasi penerus bangsa. Semua
ini adalah upaya global dalam pembelokan jati diri bangsa.
Kemana kita harus berjalan?

22
Sebagai antisipasi kita harus meningkatkan kecintaan kita terhadap nilai-nilai yang dianut
oleh bangsa Indonesia. Di satu sisi kita tidak boleh menutup diri dari globalisasi dengan berbagai
macam dampaknya, di sisi lain; sebagai bangsa; kita harus mempertahankan karakter atau
kepribadian bangsa sesuai dengan nilai spiritual bangsa Indonesia, yaitu Pancasila dan bersikap
mandiri; disiplin; proaktif/wirausaha.
Solusi yang ditawarkan untuk menyelamatkan bangsa ialah kesepakatan kebangsaan
dalam mempertahankan keutuhan bangsa dalam nilai bhineka tunggal ika untuk mengembangkan
semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Faktor perekatnya adalah keberadaan negara Indonesia
yang mampu menjamin dan memberikan kebebasan kepada tiap komponen bangsa untuk
mengembangkan diri dan mengejar kepentingan masing-masing dengan tidak mengenyampingkan
adanya persatuan asosiatif.
Kesepakatan kebangsaan bercirikan:
✓ didasari niat baik, bahwa kesepakatan kebangsaan bukan hanya artifikasi dan formal
tetapi juga spiritual yang direalisasikan dalam gerak dan langkah seluruh warga dalam
mekanisme yang disepakati bersama,
✓ merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari reformasi, dengan tidak ada pamrih dan
kepentingan kelompok tertentu,
✓ melibatkan seluruh warga bangsa dalam kesetaraan untuk membangun bangsa dan
negara,
✓ menjunjung tinggi hukum yanag menjunjung tinggi prinsip praduga tak bersalah,
norma dan etika sosial, serta tidak terpolusi oleh dendam atau politik.
Dengan pola sikap yang didasari niat baik, kejujuran, keterbukaan, kesetaraan dan saling
percaya, akan dapat dikembangkan keikhlasan untuk saling memaafkan dan toleransi yang
mendasari kokoknya komitmen kebangsaan. Dengan demikian akan tercapai satu tekad yang
mendasari itikad setiap komponen bangsa untuk rela berkorban demi kepentingan hari depan
bangsa sehingga globalisasi tidak dapat memanfaatkan kerawanan situasi dan kondisi psikologis
untuk merebut hati, pikiran, kemauan bangsa Indonesia.

2.6.2 Revitalisasi Ideologi Pancasila sebagai Pemberdayaan Identitas Nasional


Pancasila pada hekikatnya adalah ideologi humanis yang bercirikan emansipatoris yang
mampu menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan nilai-nilainya. Menghadapi globalisasi

23
bangsa Indonesia, mulai kehilangan jati dirinya sehingga, misalnya mempunyai kecenderungan
konsumerisme, membeli gengsi, kehidupan yang semu. Semua ini jelas akan membelokkan
identitas nasional yang pada akhirnya dapat mengoyang ideologi Negara, Pancasila, padahal
Pancasila merupakan identitas fundamental.
Ideologi Pancasila telah menempatkan bangsa Indonesia duduk berdampingan dengan
bangsa lain sebagai sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Indonesia telah menjadi bangsa
yang unik dengan ideologi sendiri dan tidak kurang dihanyutkan dalam pusaran ideologi lain,
tetapi aspek emosional dan identitas nasional serta patriotisme telah dipadukan dalam sistem
ideologi Pancasila. Mengapa Pancasila dapat bertahan?
Pancasila mempunyai semua syarat sebuah ideologi, yaitu
1) dimensi realita, yaitu kemampuan ideologi yang mencerminkan nilai-nilai yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat,
2) dimensi idealisme, yaitu kemampuan ideologi memberikan harapan yang lebih
baik dalam membangun masa depan,
3) dimensi fleksibilitas, yaitu kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat.
Revitalisasi Pancasila harus diarahkan pada pembinaan dan pengembangan moral
Pancasila sehingga dapat dijadikan dasar dalam upaya mengatasi krisis yang mulai menyentuh
segala sendi kehidupan. Untuk itu perlu dukungan dengan kepastian hukum sehingga
implementasi Pancasila tidak menimbulkan legalitas yang refresif, kontra produksi, dan tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Caranya? Dengan menggali nilai-nilai yang dikandung
oleh Pancasila.

LATIHAN
1. Jelaskan, mengapa ada kaitan erat antara karakteristik nasional dengan asal-usul bangsa,
agama, dan budaya?
2. Uraikan dengan singkat asal-usul bangsa Indonesia?
3. Uraikan secara singkat asal-usul agama dan budaya Indonesia?
4. Jelaskan, mengapa bentuk negara ditentukan oleh proses bangsa yang bersangkutan menjadi
negara/menegara?

24
5. Bagaimana pendapat anda, apakah NKRI dibentuk atas dasar Proklamasi Kemerdekaan 17
Agustus 1945?
6. Jelaskan dengan singkat, yang dimaksud masyarakat, bangsa, dan negara; dan apa berbedaan
dari ketiganya?
7. Bagaimana kondisi NKRI jika tanpa religiositas?
8. Jelaskan hal yang mempengaruhi kebudayaan nasional, menyatu dengan semangat
nasionalisme Sumpah Pemuda?
9. Apa saja unsur-unsur pembentuk identitas nasional, jelaskan dengan singkat.
10. Jelaskan, mengapa Pancasila terkandung pemikiran komprehensif integral? Dan bagaimana
melaksanakannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
11. Jelaskan yang dimaksud dengan nasionalisme dan perekembangannya di Indonesia?
12. Uraikan dengan singkat perjuangan (nasionalisme) mahasiswa Indonesia dari mulai Gerakan
Budi Utomo sampai Gerakan Reformasi?
13. Jelaskan yang dimaksud dengan integrasi nasional dan bagaimana integrasi dapat menyatukan
bangsa Indonesia?
14. Jelaskan tantangan nasionalisme dalam menghadapi globalisasi?
15. Bagaimana peran Pancasila dalam memperkokoh identitas nasional?

25

Anda mungkin juga menyukai