1668-Article Text-6250-1-10-20191021
1668-Article Text-6250-1-10-20191021
ABSTRACT Infection is the process of invasion and multiplication of bacteria or into the body that can cause disease
and characterized by symptoms of fever or body heat as a reaction of the body reject the antigen
(pathogen microorganisms) in order to paralyze and kill the microorganism. The emergences of various
infectious diseases caused by bacteria encourage us to perform new research continuously that are able to
produce new antibiotics and have the optimal efficacy to against infectious diseases. Tuberculosis (TB) is
a contagious disease commonly caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Pulmonary TB is
a public health problem particularly in developing countries, such as in Indonesia. TB is the number one
of infectious diseases in the world that cause death. In Indonesia the eradication of tuberculosis has been
started since 1950 and according to WHO that recommended since 1986, the treatment regimen that
was originally 12 months should be replaced by the treatments for 6-9 months. There are several methods
for evaluation of TB, viz. BTA, leucocytes and rate of sediment examination. In this study, the
examination of TB was evaluated by methods ziehl neelsen, methods direct counting and methods
westergreen. The results show that there are 37 patients with 6 patients are positive and the rest are
negative tuberculosis. However, only 2 patients can be examined sputum. Leucocytes examination
results can be known by the patient on behalf of with leukosit Tn. ZK 11.37 x 10 ^ 3/μL and Tn.AY 1.15
x 10 ^ 3/μL. And the result of examination of patient's sedimentation rate on behalf of Tn.ZK 20 ml/jam
and Tn.AY 140 ml/hour.
Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang sangat
tanggap terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi melindungi tubuh
terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi.
Leukosit dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit adalah sel yang memiliki segmen atau lobus pada inti sel dan granula
pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil (Wulandari dkk, 2014).
Laju endap darah (LED) disebut juga kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di
dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.
Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam tubuh seseorang,
baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan. Peningkatan
LED merupakan indikator yang tidak spesifik terhadap respons fase akut dan
berguna dalam memonitor aktivitas penyakit. Nilai rujukan LED di lakilaki 0–10
mm/jam dan perempuan 0–15 mm/ jam.
2. Metode Penelitian
3. Pembahasan
3.1. Hasil Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)
Hasil pemeriksaan BTA seperti pada diagram 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa
selama 30 hari kerja praktek, jenis kelamin yang banyak memeriksakan penyakit
tuberculosis ke RSUD Langsa adalah laki-laki (62%) dibandingkan perempuan
(38%). Hal ini didukung oleh data dari Depkes RI (2015) yang menunjukkan bahwa
kelompok laki-laki 10% lebih banyak ditemukan kasus tuberculosis dibandingkan
perempuan. Banyaknya jumlah kejadian tuberculosis paru yang terjadi pada laki-
laki disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan sehingga kemungkinan terpaparnya lebih besar. Selain itu faktor
kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol memicu laki-laki beresiko terinfeksi
tuberculosis 2 kali lebih tinggi dibanding perempuan. Menurut Maykel dkk (2016)
Berdasarkan kurva 2 dapat dilihat bahwa umur pasien yang melakukan didiagnosis
tuberculosis paru paling banyak terdapat pada kelompok usia produktif yaitu 21-60
tahun. Namun kelompok usia tertinggi yang terpapar tuberculosis adalah
kelompok usia 51-60 tahun. Hal ini dapat dijelaskan karena kelompok usia 51-60
tahun lebih lama terpapar faktor-faktor penyebab tuberculosis disbanding
kelompok usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun, seperti asap kendaraan, rokok dan
debu yang mengandung bakteri mycobacterium tuberculosis. Selain itu Dea (2015)
juga menjelaskan tingginya kasus pada usia produktif diduga disebabkan karena
seseorang akan lebih sering melakukan kegiatan seperti bekerja, belajar, ataupun
kegiatan lainnya. Seseorang yang melakukan banyak aktivitas akan lebih sering
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, interaksi ini dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penularan bakteri tuberculosis.
80
Persen (%)
60
40
20
0
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin
12
10
8
Jumlah
6
4
2
0
10-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90
Umur
Dari hasil 37 pasien yang melakukan diagnosa tuberculosis paru (Kurva 3.2), 6
pasien dinyatakan positif (+) teriinfeksi tuberculosis paru (Kurva 3.3) dan hanya 2
pasien yang dapat dilakukan diagnosa lanjut yaitu pemeriksaan leukosit dan laju
endap darah (Tabel 2 a dan 2 b).
Jumlah Pasien
30
25
20
15
10
5 Positif (+)
0 Negatif (-)
Gambar 3 Hasil pemeriksaan BTA, dan Bakteri Tahan Asam Dibawah Mikroskop.
Sputum atau dahak yaitu bahan yang dikeluarkan dari saluran pernafasan
bagian bawah (trakea, bronkus, saluran dalam paru) bersama dengan batuk, yang
berasal dari tenggorokan berupa cairan lendir yang kental dan keluar melalui mulut.
Gambar 4 memperlihatkan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang memiliki ciri-ciri yang
berantai carbon (C) dengan panjang 8 – 95 C dan memiliki dinding sel yang tebal.
Dinding sel ini terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang dapat
mencapai 60% dari berat dinding sel. Mycobacterium merupakan salah satu bakteri
yang banyak ditemukan dimasyarakat. Salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis melalui udara, percikan
dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman tuberculosis (Astryani, 2013).
2. Nama : Tn.AY
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruangan : Poli
Menurut Prima dkk (2015), kekurangan leukosit disebut leukopenia dan kelebihan
jumlah leukosit dari kadar normal disebut leukositosis. Peningkatan jumlah leukosit
menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut seperti penyakit pneumonia,
meningitis, apesdiksitis, tuberculosis dll. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-
obatan. Penurunan jumlah leukosit menunjukkan adanya infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik dll. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan.
Kadar normal monosit ialah 100 sampai dengan 800 sel/mm3. Bila kurang dari 100
sel/mm3 disebut dengan monositopenia dan bila lebih dari 800 sel/mm3 disebut
dengan monositosis.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan laju endap darah menunjukkan bahwa kedua
pasien memiliki nilai laju endap darah yang tinggi, Tn. ZK 20 ml/jam dan Tn. AY
140 ml/jam. Jumlah laju endap darah normal pria dewasa >50 tahun : 0-20 mm/jam
dan wanita dewasa >50 tahun : 0-30 mm/jam. Peningkatan nilai LED pada pasien
4. Kesimpulan
a. Jumlah leukosit dan laju endap darah yang tinggi dapat mendeteksi infeksi
bakteri patogen yang terdapat pada pasien dan mempermudah melakukan
pemeriksaan awal laboratorium.
b. Didapatkan peningkatan jumlah leukosit jenis neutrofil sebanyak 84.8 %
c. Nilai laju endap darah yang didapat kedua pasien 20 ml/jam dan 140 ml/jam.
Tingkatan pengendapan cepat terjadi pada kedua pasien.
Daftar Pustaka
Agus., S. 2011. Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Total Dari Gynura Segetum (Lour)
Terhadap Peningkatan Eritrosit Dan Penurunan Leukosit Pada Mencit (Mus
Musculus). Jurnal Exacta. Vol. 9. No. 2. Hal. 8-16.
Agustina., D., I. 2012. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Cara Westergren
Antara Sampel Darah Simpan Dan Sampel Darah Segar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 1. No. 1. Hal. 10-15.
Ajeng., FS., K., Prijono., S & Novita., A. 2015. Perbedaan Risiko Multidrug Resistance
Organisms (Mdros) Menurut Faktor Risiko Dan Kepatuhan Hand Hygiene. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 3. No.3. hal. 277-289.
Astriany., D., Sri., G., H & Reta., J., M.2017. Karakterisasi Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis Menggunakan Spektrofotometri Fourier Transform Infrared. Jurnal
Indonesia Ilmu Farmasi dan Teknologi. Vol. 6. No. 2. Hal. 1-10.