Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BIOLOGICA SAMUDRA 1 (2): 06 – 15 (2019)

PEMERIKSAAN JUMLAH LEUKOSIT, LAJU ENDAP DARAH DAN


BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) PADA PASIEN PENYAKIT
TUBERCULOSIS PARU DI RSUD LANGSA

EVALUATION OF LEUKOSIT, BLOOD RATE AND BACTERIAL ACID


(BTA) IN PATIENTS OF LUNG TUBERCULOSIS DISEASE AT LANGSA
HOSPITAL

Cut Ryla NiaGita.RK1*), Vivi Mardina2)

1ProgramStudi Biologi, Fakultas Teknik, Universitas Samudra, Kampus Unsam


Meurandeh, Langsa 24415

KATA Tuberculosis, Infeksi, Mycobacterium tuberculosis.


KUNCI Tuberculosis, Infection, Mycobacterium tuberculosis.
KEYWORDS
Infeksi merupakan proses invasi dan multiplikasi bakteri mikroorganisme patogen ke dalam
tubuh dan dapat menyebabkan sakit yang ditandai dengan gejala deman atau panas tubuh
sebagai suatu reaksi tubuh menolak antigen (mikroorganisme patogen) agar dapat
melumpuhkan dan mematikan mikroorganisme tersebut. Tuberkulosis (TB) merupakan
ABSTRAK penyakit menular yang secara umum disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB
paru sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di negara-negara
berkembang, khususnya di Indonesia. TB sebagai penyebab kematian nomor satu dari
kelompok penyakit infeksi. Di Indonesia pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai
sejak tahun 1950 dan sesuai rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang
semula 12 bulan diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Metode pemeriksaan pada
penelitian ini adalah metode ziehl neelsen, metode direct counting dan metode westergreen.
Dari hasil pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) dapat diketahui selama 1 bulan (30 hari)
kerja praktik terdapat 37 pasien dengan 6 pasien yang positif terkena penyakit tuberculosis.
Tetapi hanya 2 pasien yang dapat diperiksa sputum. Hasil pemeriksaan leukosit dapat
diketahui pasien atas nama Tn. ZK dengan leukosit 11.37 x 10^3/μL dan Tn. AY 1.15 x
10^3/μL. Dan hasil pemeriksaan laju endap darah pasien atas nama Tn. ZK 20 ml/jam dan Tn
.AY 140 ml/jam.

ABSTRACT Infection is the process of invasion and multiplication of bacteria or into the body that can cause disease
and characterized by symptoms of fever or body heat as a reaction of the body reject the antigen
(pathogen microorganisms) in order to paralyze and kill the microorganism. The emergences of various
infectious diseases caused by bacteria encourage us to perform new research continuously that are able to
produce new antibiotics and have the optimal efficacy to against infectious diseases. Tuberculosis (TB) is
a contagious disease commonly caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis. Pulmonary TB is
a public health problem particularly in developing countries, such as in Indonesia. TB is the number one
of infectious diseases in the world that cause death. In Indonesia the eradication of tuberculosis has been
started since 1950 and according to WHO that recommended since 1986, the treatment regimen that
was originally 12 months should be replaced by the treatments for 6-9 months. There are several methods
for evaluation of TB, viz. BTA, leucocytes and rate of sediment examination. In this study, the
examination of TB was evaluated by methods ziehl neelsen, methods direct counting and methods
westergreen. The results show that there are 37 patients with 6 patients are positive and the rest are
negative tuberculosis. However, only 2 patients can be examined sputum. Leucocytes examination
results can be known by the patient on behalf of with leukosit Tn. ZK 11.37 x 10 ^ 3/μL and Tn.AY 1.15
x 10 ^ 3/μL. And the result of examination of patient's sedimentation rate on behalf of Tn.ZK 20 ml/jam
and Tn.AY 140 ml/hour.

*Koresponding penulis: cutryla10@gmail.com

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |6


1. Pendahuluan

Infeksi adalah keadaan masuknya bakteri atau mikroorganisme patogen ke dalam


tubuh yang dapat menyebabkan sakit. Timbulnya berbagai penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri mendorong untuk terus dilakukannya penelitian baru yang
mampu menghasilkan antibiotik baru yang memiliki efikasi yang optimal sehingga
dapat mengobati penyakit infeksi (Ajeng dkk, 2015).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk


batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis. Penularan
penyakit ini melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung
basil tuberkulosis paru. Pada waktu penderita batuk butir-butir air ludah
beterbangan diudara dan terhisap oleh orang yang sehat dan masuk kedalam
parunya yang kemudian menyebabkan penyakit tuberkulosis paru. Penyakit
tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis. Miko bakteria adalah bakteri aerob,
berbentuk batang, yang tidak membentuk spora (Faika, 2015).

Leukosit merupakan sel yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh yang sangat
tanggap terhadap agen infeksi penyakit. Leukosit berfungsi melindungi tubuh
terhadap berbagai penyakit dengan cara fagosit dan menghasilkan antibodi.
Leukosit dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu granulosit dan agranulosit.
Granulosit adalah sel yang memiliki segmen atau lobus pada inti sel dan granula
pada sitoplasma, terdiri atas neutrofil, eosinofil, dan basofil (Wulandari dkk, 2014).

Laju endap darah (LED) disebut juga kecepatan pengendapan sel-sel eritrosit di
dalam tabung berisi darah yang telah diberi antikoagulan dalam waktu satu jam.
Peningkatan nilai LED menunjukkan suatu proses inflamasi dalam tubuh seseorang,
baik inflamasi akut maupun kronis, atau adanya kerusakan jaringan. Peningkatan
LED merupakan indikator yang tidak spesifik terhadap respons fase akut dan
berguna dalam memonitor aktivitas penyakit. Nilai rujukan LED di lakilaki 0–10
mm/jam dan perempuan 0–15 mm/ jam.

2. Metode Penelitian

Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksaan penelitian selama bulan Januari sampai Februari 2018 Di RSUD
Langsa.

Metode Pengumpulan Data


a. Menurut Maykel dkk (2016) pewarnaan bta dapat menggunakan metode Ziehl
Neelsen
1. Dihidupkan spiritus
2. Dipanaskan objek glass menggunakan spiritus

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |7


3. Diambil sediaan sputum menggunakan lidi
4. Diratakan sediaan dengan teknik memutar (2 × 3 lebarnya) sampai gumpalan
sputum tidak ada
5. Ditetesi larutan karbol fuchsin 1% hingga menutupi permukaan sediaan.
Panaskan sediaan dengan spiritus (diamkan 1-3 menit)
6. Dibilas sediaan menggunakan air mengalir
7. Dicuci sediaan menggunakan larutan asam alkohol 3,0 %
8. Ditetesi larutan methylene blue 0,1 % hingga menutupi permukaan sediaan
(diamkan 1-3 menit)
9. Bilas kembali menggunakan air mengalir. Keringkan dengan dianginanginkan
10. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100×.

b. Menurut Agus (2011) cara menghitung jumlah leukosit menggunakan metode


Direct Counting
1. Mengisi Pipet Leukosit
 Dengan pipet leukosit, hisap darah sampai garis tanda 0,5 tepat
 Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet
 Masukan ujung pipet kedalam larutan turk sambil menahan darah pada
garis tanda tadi. Caranya: pipet dipegang dengan sudut 45 derajat lalu
hisap lar. Turk perlahan-lahan sampai garis tanda 11, jangan sampai terjadi
gelembung dalam pipet.
 Angkat pipet, lalu tutup ujung pipet dengan ujung jari, setelah itu lepaskan
karet penghisapnya.
 Kocok pipet selama 15 – 30 menit
 Jika tidak segera dihitung, letakkan pipet dalam sikap horizontal
2. Mengisi Kamar Hitung
 Letakkan kamar hitung dan kaca penutupnya diatas tempat yangg datar
 Kocok pipet yangg diisi tadi selama 3 menit, jangan sampai ada larutan
yangg terbuang
 Buang cairan yangg ada dalam batang kapiler pipet, lalu segera sentuhkan
ujung pipet dengan sudut 30º pada permukaan kamar hitung dengan
menyentuh pinggir kamar hitung, kamar hitung akan terisi cairan perlahan-
lahan
 Biarkan kamar hitung itu selama 2-3 menit, tujuannya agar leukosit
mengendap, jika tidak dapat dihitung segera,simpan kamar hitung dalam
cawan petri tertutup yang berisi segumpal kapas basah.
3. Menghitung Jumlah Sel
 Pakai lensa objektif pembesaran 10×, turunkan kondensor, kecilkan
diafragma

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |8


 Letakkan kamar hitung dibawah objektif, fokuskan mikroskop pada garis
bagi
 Hitung semua leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar pada
sudut-sudut seluruh permukaan yang dibag
 Mulai menghitung dari sudut kiri atas, lalu kekanan, kemudian turun
kebawah, lalu kekiri dan kebawah lagi.
 Sel yang menyinggung garis batas atas dan kiri harus dihitung, sebaliknya sel
yang menyinggung garis batas bawah dan kanan tidak boleh dihitung.
 Interpretasi hasil.

c. Pemeriksaan Leukosit Di Laboratorium RSUD Langsa


 Diambil darah vena pasien
 Dimasukkan dara kedalam alat BC-5380 Mindrey
 Dicetak hasil pemeriksaan leukosit.

d. Menurut Agustina (2012) pemeriksaan laju endap darah menggunakan metode


Westergreen
 Diambil sampel darah pasien
 Darah yang dipakai 1,6 ml
 Diberi larutan natrium sitrat 0,4 ml
 Darah dan natrium sitrat dicampur sebanyak 2 cc
 Masukkan darah yang berisi natrium sitrat ke tabung westergreen (sampai
tanda 0 mm)
 Diletakkan tabung westergreen ke penyangga westergreen
 Diamkan tabung westergreen selama 1 jam
 Diamati hasil darah (dilihat dari warna darah yang jernih).

3. Pembahasan
3.1. Hasil Pemeriksaan BTA (Bakteri Tahan Asam)

Hasil pemeriksaan BTA seperti pada diagram 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa
selama 30 hari kerja praktek, jenis kelamin yang banyak memeriksakan penyakit
tuberculosis ke RSUD Langsa adalah laki-laki (62%) dibandingkan perempuan
(38%). Hal ini didukung oleh data dari Depkes RI (2015) yang menunjukkan bahwa
kelompok laki-laki 10% lebih banyak ditemukan kasus tuberculosis dibandingkan
perempuan. Banyaknya jumlah kejadian tuberculosis paru yang terjadi pada laki-
laki disebabkan karena laki-laki memiliki mobilitas yang lebih tinggi dibandingkan
perempuan sehingga kemungkinan terpaparnya lebih besar. Selain itu faktor
kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol memicu laki-laki beresiko terinfeksi
tuberculosis 2 kali lebih tinggi dibanding perempuan. Menurut Maykel dkk (2016)

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 |9


merokok dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Jika sistem imun menurun
maka resiko terinfeksi tuberculosis lebih besar.

Berdasarkan kurva 2 dapat dilihat bahwa umur pasien yang melakukan didiagnosis
tuberculosis paru paling banyak terdapat pada kelompok usia produktif yaitu 21-60
tahun. Namun kelompok usia tertinggi yang terpapar tuberculosis adalah
kelompok usia 51-60 tahun. Hal ini dapat dijelaskan karena kelompok usia 51-60
tahun lebih lama terpapar faktor-faktor penyebab tuberculosis disbanding
kelompok usia 21-30 tahun dan 31-40 tahun, seperti asap kendaraan, rokok dan
debu yang mengandung bakteri mycobacterium tuberculosis. Selain itu Dea (2015)
juga menjelaskan tingginya kasus pada usia produktif diduga disebabkan karena
seseorang akan lebih sering melakukan kegiatan seperti bekerja, belajar, ataupun
kegiatan lainnya. Seseorang yang melakukan banyak aktivitas akan lebih sering
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan, interaksi ini dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya penularan bakteri tuberculosis.

80
Persen (%)

60
40
20
0
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin

Gambar 1 Distribusi pasien pemeriksaan tuberculosis berdasarkan jenis kelamin

12
10
8
Jumlah

6
4
2
0
10-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

Umur

Gambar 2 Distribusi pasien pemeriksaan tuberculosis berdasarkan umur. Digram berwarna


merah menunjukkan usia pasien yang telah memeriksa di RSUD Langsa dan positif (+)
terkena penyakit tuberculosis paru.

Dari hasil 37 pasien yang melakukan diagnosa tuberculosis paru (Kurva 3.2), 6
pasien dinyatakan positif (+) teriinfeksi tuberculosis paru (Kurva 3.3) dan hanya 2
pasien yang dapat dilakukan diagnosa lanjut yaitu pemeriksaan leukosit dan laju
endap darah (Tabel 2 a dan 2 b).

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 10


35

Jumlah Pasien
30
25
20
15
10
5 Positif (+)
0 Negatif (-)

Hasil Pemeriksaan BTA

Gambar 3 Hasil pemeriksaan BTA, dan Bakteri Tahan Asam Dibawah Mikroskop.

Sputum atau dahak yaitu bahan yang dikeluarkan dari saluran pernafasan
bagian bawah (trakea, bronkus, saluran dalam paru) bersama dengan batuk, yang
berasal dari tenggorokan berupa cairan lendir yang kental dan keluar melalui mulut.
Gambar 4 memperlihatkan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang memiliki ciri-ciri yang
berantai carbon (C) dengan panjang 8 – 95 C dan memiliki dinding sel yang tebal.
Dinding sel ini terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang dapat
mencapai 60% dari berat dinding sel. Mycobacterium merupakan salah satu bakteri
yang banyak ditemukan dimasyarakat. Salah satu spesiesnya adalah Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menularkan kuman tuberculosis melalui udara, percikan
dahak, atau ludah yang terinfeksi oleh kuman tuberculosis (Astryani, 2013).

A. Hasil Pemeriksaan Leukosit


1. Nama : Tn.ZK
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang : RPP

Tabel 3.1 a.Hasil pemeriksaan leukosit atas nama Tn.Zk


Parameter Result Unit Ref.Range
WBC 1.37 x10^3/μL 4.00 – 10.00
Neu% 84.8 % 50.0 – 70.0
Mon% 11.1 % 20.0 – 40.0
Eos% 2.6 % 3.0 – 12.0
Bas% 1.4 % 0.5 -5.0
Neu% 0.1 % 00 – 1.0
Lyn% 9.64 x10^3/μL 2.00 – 7.00
Mon% 1.26 x10^3/μL 0.80 – 4.00
Eos% 0.30 x10^3/μL 0.12 – 1.20
Bas% 0.16 x10^3/μL 0.02 – 0.50
RBC 5.14 x10^6/μL 4.00 – 5.50

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 11


HGB 15.2 g/dL 12.0 – 18.0
HCT 43.9 % 37.0 – 54.00
MCV 85.5 fL 80.0 – 100.0
MCH 29.6 pg 27.0 – 34.00
MCHC 34.6 g/dL 32.0 – 36.0
RDW-CV 13.7 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 48.6 fL 35.0 – 56.0
PLT 334 x10^3/μL 150 – 350
MPV 8.7 fL 6.5 – 12.0
PDW 16.2 % 9.0 – 17.0
PCT 0.291 % 0.108 – 02.82
*ALY% 0.3 % 00 – 2.0
*LIC% 16.8 % 00 – 2.5
*ALY% 0.03 x10^3/μL 0.000 – 0.20
*LIC% 1.91 x10^3/μL 0.0 – 0.20

2. Nama : Tn.AY
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruangan : Poli

Tabel 3.2 b. Hasil pemeriksaan leukosit Tn. AY


Parameter Result Unit Ref.Range
WBC 1.15 x10^3/μL 4.00 – 10.00
Neu% 82.1 % 50.0 – 70.0
Mon% 12.2 % 20.0 – 40.0
Eos% 0.5 % % 3.0 – 12.0
Bas% 5.0 % 0.5 - 5.0
Neu% 0.2 % 0.0 – 1.0
Lyn% 6.69 x10^3/μL 2.00 – 7.00
Mon% 0.99 x10^/μL 0.80 – 4.00
Eos% 0.42 x10^3/μL 0.12 – 1.20
Bas% 0.01 x10^3/μL 0.00 – 0.10
RBC 4.40 x10^6/μL 4.00 – 5.50
HGB 12.7 g/dL 14.0 – 18.0
HCT 37.7 g/dL % 40.0 – 54.0
MCV 85.7 fL 80.0 – 100.0
MCH 28.9 pg 27.0 – 34.0
MCHC 34.6 g/dL 32.0 – 36.0
RDW-CV 33.7 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 46.6 fL 35.0 – 56.0
PLT 558 x10^3/μL 150 – 350
MPV 8.0 fL 6.5 – 12.0
PDW 15.8 9.0 – 17.0
PCT 0.470 % 0.108 – 02.82

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 12


*ALY% 0.2 % 00 – 2.0
*LICY% 81.9 % 00 – 2.5
*ALY% 0.02 x10^3/μL 0.000 – 0.20
*LIC% 6.68 x10^3/μL 0.00 – 0.20

Pemeriksaan leukosit merupakan diagnosa awal seseorang terinfeksi tuberculosis.


Jumlah leukosit normal pada orang dewasa adalah 3200 sampai dengan 10.000
sel/mm3 peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya proses infeksi atau
radang akut (Prima dkk, 2015). Dari hasil pemeriksaan diatas, nilai jumlah leukosit
pada kedua pasien atas nama Tn. ZK dan Tn. AY adalah 11.37 × 10^3/μL dan 1.15
×10^3/μL. Jumlah leukosit tersebut termasuk kategori leukositosis karena jumlah
leukosit penderita lebih tinggi dari jumlah leukosit normal orang dewasa.
Terjadinya leukositosis terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah neutrofil
(neutrofillia). Neutrofillia ini pada umumnya berhubungan dengan reaksi
imunologis dengan mediator sel limfosit T, dimana kejadian ini dapat terjadi akibat
penyebaran lokal akut dari infeksi tuberculosis pada meningitis tuberculosis atau
dapat terjadi karena pecahnya fokus perkejuan pada bronkus atau rongga pleura.

Menurut Prima dkk (2015), kekurangan leukosit disebut leukopenia dan kelebihan
jumlah leukosit dari kadar normal disebut leukositosis. Peningkatan jumlah leukosit
menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut seperti penyakit pneumonia,
meningitis, apesdiksitis, tuberculosis dll. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-
obatan. Penurunan jumlah leukosit menunjukkan adanya infeksi tertentu terutama
virus, malaria, alkoholik dll. Selain itu juga dapat disebabkan oleh obat-obatan.
Kadar normal monosit ialah 100 sampai dengan 800 sel/mm3. Bila kurang dari 100
sel/mm3 disebut dengan monositopenia dan bila lebih dari 800 sel/mm3 disebut
dengan monositosis.

2. Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)


Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan laju endap darah atas nama Tn. ZK dan Tn. AY
No Nama Umur Jenis Kelamin Nilai Keterangan
LED
1. Tn.ZK 34 tahun Laki-laki 20 Tinggi
ml/jam
2. Tn.AY 27 tahun Laki-laki 140 Tinggi
ml/jam

Berdasarkan dari hasil pemeriksaan laju endap darah menunjukkan bahwa kedua
pasien memiliki nilai laju endap darah yang tinggi, Tn. ZK 20 ml/jam dan Tn. AY
140 ml/jam. Jumlah laju endap darah normal pria dewasa >50 tahun : 0-20 mm/jam
dan wanita dewasa >50 tahun : 0-30 mm/jam. Peningkatan nilai LED pada pasien

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 13


tuberculosis terjadi karena infeksi tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik.
Infeksi tuberculosis merupakan infeksi bakteri intraseluler yang pertama kali
dihadapi oleh neutrophil kemudian bakteri ditangkap oleh makrofag dan Natural
Killer cell sehingga menghasilkan sel T. Sel T kemudian menghasilkan IFN-ƴ dan
TNF. IFN-ƴ dan TNF memiliki peranan dalam mengaktivitasi makrofag. Adanya
aktifitas peradangan aktif menyebabkan neutrophil memfagositosis bakteri dengan
menggunakan anyaman yang mengandung sejumlah factor anti-bakteri seperti
elastase, catepshin, mieloperoksidase (MPO) dan laktoferin. Anyaman merupakan
protein, selain itu aktifitas fagositosis juga mengaktifkan protein dari sistem
komplemen yang merupakan protein fase akut, peningkatan protein fase akut
tersebut meningkatkan agregasi eritrosit membentuk rouleaux sehingga
meningkatkan nilai laju endap darah (Rizka dkk, 2016).

Gambar 5 Hasil Laju Endap Darah

4. Kesimpulan
a. Jumlah leukosit dan laju endap darah yang tinggi dapat mendeteksi infeksi
bakteri patogen yang terdapat pada pasien dan mempermudah melakukan
pemeriksaan awal laboratorium.
b. Didapatkan peningkatan jumlah leukosit jenis neutrofil sebanyak 84.8 %
c. Nilai laju endap darah yang didapat kedua pasien 20 ml/jam dan 140 ml/jam.
Tingkatan pengendapan cepat terjadi pada kedua pasien.

Daftar Pustaka

Agus., S. 2011. Uji Aktivitas Senyawa Flavonoid Total Dari Gynura Segetum (Lour)
Terhadap Peningkatan Eritrosit Dan Penurunan Leukosit Pada Mencit (Mus
Musculus). Jurnal Exacta. Vol. 9. No. 2. Hal. 8-16.
Agustina., D., I. 2012. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Laju Endap Darah Cara Westergren
Antara Sampel Darah Simpan Dan Sampel Darah Segar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 1. No. 1. Hal. 10-15.
Ajeng., FS., K., Prijono., S & Novita., A. 2015. Perbedaan Risiko Multidrug Resistance
Organisms (Mdros) Menurut Faktor Risiko Dan Kepatuhan Hand Hygiene. Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 3. No.3. hal. 277-289.
Astriany., D., Sri., G., H & Reta., J., M.2017. Karakterisasi Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis Menggunakan Spektrofotometri Fourier Transform Infrared. Jurnal
Indonesia Ilmu Farmasi dan Teknologi. Vol. 6. No. 2. Hal. 1-10.

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 14


Depkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI,
2016.
Dea., N., R. 2015 Hubungan Antara Karakteristik Penderita TB Dengan Kepatuhan
Memeriksakan Dahak Selama Pengobatan. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol 3. No. 2
hal. 122-133.
Dian., P., Sugiharto & Isroli. 2015. Total leukosit dan diferensial leukosit darah ayam broiler
akibat penggunaan tepung onggok fermentasi rhizopus oryzae pada ransum. Jurnal
Ilmu-ilmu Peternakan. Vol. 25. No. 3. Hal. 59-68.
Dewi., A., Sri., G., H & Reta., J., M. 2017. Karakterisasi Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis Menggunakan Spektrofotometri Fourier Transform Infrared. Jurnal Ilmu
Informasi dan Teknologi. Vol. 6. No. 2. Hal. 1-9.
Faika., R. 2016. Prevalensi Penyakit Tuberculosis Paru di Kota Metro Provinsi Lampung
Tahun 2011-2013. Jurnal biotek Medisiana Indonesian. Vol. 4. No. 1. Hal. 25-31.
Ibrahim., Suci., A., Muhammad., A & Hardjoeno. 2006. Hasil Tes Laju Endap Darah Cara
Manual Dan Automatik. Jurnal Patologi Klinis dan Laboratorium Medis. Vol. 12. No.
2. Hal. 45-48.
Maykel., S., Jhon., P & Heriyannis., H. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium Tuberculosis
Dari Sputum Penderita Batuk ≥ 2 Minggun Dengan Pewarnaan Ziehl Neelsen Di
Puskesmas Paniki Bawah, Tikala Baru Dan Wonasa Manado. Jurnal e-Biomedik
(eBm). Vol. 4. No. 1 hal. 1-5.
Prima., B., Gede., W & Novia., A., P. 2015. Hematologic Examination In Pulmonary
Tuberculosis Patient Addmitted In General Hospital West Nusa Tenggara Barat
Province In 2011-2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 3. No.2. hal. 27-37.
Ramalia., P., M., Jhon., P & Heriyannis., H. 2016. Hasil diagnostik Mycobacterium
tuberculosis pada penderita batuk ≥2 minggu dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen di
Puskesmas Ranomuut dan Puskesmas Kombos Manado. Jurnal e-Biomedik. Vol. 4. No.
2. Hal. 22-27.
Rizka., L., R., Onny., S & Yusniar. 2016. Profil Laju Endap Darah Pada Pasien
Tuberkculosis Paru Kasus Baru Di RSU Kota Tangerang Selatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 4. No. 3. Hal. 897-904.
Suharyo. 2013. Determinasi Penyakit Tuberkulosis Di Daerah Pedesaan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol. 9. No. 1. Hal. 85-91.
Stephanie., O., W., Jhon., P & Olivia., W. 2016. Hasil Diagnostik Mycobacterium
Tuberculosis Pada Penderita Batuk ≥2 Minggu Dengan Pewarnaan Ziehl-Neelsen Di
Puskesmas Bailang Dan Puskesmas Bengkol Manado. Jurnal e-Biomedik (eBm). Vol.
4. No. 2. Hal. 1-7.
Wulandari., S., E., Kusumanti & Isroli. 2014. Jumlah Total Leukosit Dan Diferensial Leukosit
Ayam Broiler Setelah Penambahan Papain Kasar Dalam Ransum. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. Vol. 3. No. 4. Hal. 517-522.

Biologica Samudra Vol. 1, No. 2, Desember 2019 | 15

Anda mungkin juga menyukai