Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/376312721

The Effect of Food on the Incident of Hypertension

Article in JURNAL BIOLOGI TROPIS · December 2023


DOI: 10.29303/jbt.v23i4b.5814

CITATIONS READS

0 33

3 authors, including:

Yusra Pintaningrum Cut Warnaini


University of Mataram University of Mataram
102 PUBLICATIONS 48 CITATIONS 18 PUBLICATIONS 19 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Yusra Pintaningrum on 08 December 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Biologi Tropis
Original Research Paper

The Effect of Food on the Incident of Hypertension

Restia1*, Yusra Pintaningrum2, Cut Warnaini3


1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia;
2
Departemen Kardiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Nusa Tenggara Barat,
Indonesia;
3
Departemen Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Mataram, Nusa
Tenggara Barat, Indonesia;

Article History Abstract: Hypertension is the condition of a person whose blood pressure is
Received : September 22th, 2023 above the normal limit according to medical regulations, namely greater
Revised : October 18th, 2023 than 140/90 mmHg. Hypertension is a major risk factor for cardiovascular
Accepted : October 24th, 2023 disease, stroke, kidney failure and the main cause of death throughout the
world. Consuming foods that are high in fat, carbohydrates, fiber and
sodium can increase the occurrence of hypertension. This study aims to
*Corresponding Author: Restia,
determine the effect of food on the incidence of hypertension. This research
Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran,
uses several relevant literature from various references and focuses on risk
Universitas Mataram, Mataram, factors for hypertension, one of which is food. The references used came
Nusa Tenggara Barat, Indonesia; from searches on NCBI, Pubmed, Google Scholar, and Science Direct and
Email: restirestia0@gmail.com 25 data-based sources were obtained. The results of this research are that
there is an influence between food sources such as carbohydrates, fat and
sodium which can increase the occurrence of hypertension and high fiber
consumption which helps to reduce the occurrence of hypertension.
Excessive sodium consumption causes the sodium concentration in the
extracellular fluid to increase. And consuming excess carbohydrates can
cause triglyceride levels in the blood to increase, causing carbohydrates to
be converted into fat. High fat levels can cause atherosclerosis which will
ultimately lead to hypertension. The conclusion is that consuming foods
high in carbohydrates, fat and sodium can cause hypertension and high fiber
consumption can help minimize the occurrence of hypertension.

Keywords: Complication, food, hypertension, risk factors.

Pendahuluan setelah terjadi komplikasi. contoh komplikasi


yang ditimbulkan yaitu, gagal ginjal, kerusakan
Tekanan darah tinggi atau hipertensi ginjal, stroke, serangan jantung dan komplikasi
merupakan penyakit berbahaya di dunia medis lainnya (Kemenkes, 2020). Hipertensi
karena penyakit tersebut menyebabkan kematian merupakan salah satu penyakit yang
pada setiap orang (Anggriani, 2016). Hipertensi mengakibatkan kesakitan yang tinggi.
merupakan kondisi seseorang yang mempunyai Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah
tekanan darah berada di atas batas normal sesuai gangguan pada pembuluh darah yang
dengan aturan medis yaitu lebih besar dari mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
140/90 mmHg (Safitri & Sri, 2021). Hipertensi dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan
merupakan penyakit yang sebagian besar tidak tubuh yang membutuhkannya. (Kadir, 2019).
ditemukan gejala apapun, sehingga Hipertensi Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini
disebut the silent killer (Lutfi et al., 2020), dengan melakukan pemeriksaan berkala.
seorang penderita tidak mengetahui dirinya Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh
menyandang hipertensi dan baru diketahui kondisi fisiologis tubuh. Menurut WHO (2021),
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 © 2023 The Author(s). This article is open access
International License.
Restia et al., (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (4b): 259 – 264
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i4b.5814

faktor resiko hipertensi digolongkan menjadi Sampai saat ini, masih banyak dari
dua, yaitu faktor primer dan faktor sekunder. penderita masih belum bisa mengontrol dan
Faktor primer merupakan faktor resiko yang mengatur jenis makanan yang berdampak
tidak dapat dimodifikasi dan bersifat mutlak terhadap kesehatan, salah satunya hipertensi.
yaitu jenis kelamin, faktor keturunan (genetik) Oleh karena itu, berdasarkan penjabaran terkait
dan faktor usia. Sedangkan faktor sekunder faktor resiko hipertensi yang berpengaruh salah
merupakan faktor yang dapat dimodifikasi satunya yaitu terkait asupan makanan, peneliti
karena erat kaitannya dengan pola hidup sendiri ingin mengetahui lebih lanjut mengenai
yaitu konsumsi garam, alkohol dan kafein bagaimana pengaruh makanan terhadap
berlebihan, obesitas, stress, merokok serta terjadinya hipertensi.
olahraga yang kurang rutin (Shaumi & Engkus,
2019). Bahan dan Metode
Pencegahan hipertensi merupakan salah
satu upaya penting untuk mencegah terjadinya Metode yang digunakan dalam penulisan
komplikasi. Faktor resiko primer merupakan ini adalah studi literatur yang relevan dari
faktor resiko mutlak yang tidak dapat dihindari berbagai referensi dan terfokus pada komplikasi
atau dimodifikasi, oleh karena itu, upaya untuk hipertensi dan asupan makanan. Adapun mesin
mengontrol pencegahan hipertensi dapat pencari yang digunakan dalam pencarian
dilakukan dengan mengontrol faktor resiko yang literatur antara lain NCBI, Pubmed, Google
dapat dimodifikasi yaitu mengontrol factor Scholar, dan Science Direct. Secara keseluruhan
sekunder. Contohnya yaitu mengontrol digunakan sebanyak 25 sumber yang didapat
konsumsi garam, alkohol dan kafein berlebihan, dari berbagai basis data.
obesitas, stress, merokok serta olahraga yang
kurang rutin (Meher et al., 2023). Hipertensi Hasil dan Pembahasan
yang tidak terkontrol merupakan faktor resiko
utama terjadinya penyakit kronis yang Klasifikasi hipertensi
merupakan penyebab utama kardiovaskular dan Hipertensi merupakan suatu keadaaan
kematian diseluruh dunia (Adeniyi et al, 2016). tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari
Salah satu upaya untuk mempertahankan status batas normal atau biasa disebut dengan tekanan
asupan makanan tetap baik adalah dengan darah tinggi. Diagnosis hipertensi ditegakkan
memperhatikan jenis dan pola makanan yang bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90
dikonsumsi sehari-hari (Dis, 2018). mmHg pada pengukuran di klinik atau fasilitas
Salah satu upaya pencegahan dan layanan kesehatan. Kalsifikasi hipertensi
pengendalian hipertensi yaitu dengan menurut ESC/ESH Hypertension Guidelines
mengetahui faktor-faktor risiko yang 2018 disajikan pada tabel 1.
berhubungan dengan kejadian hipertensi hal ini
dilakukan agar individu yang sehat tetap sehat, Tabel 1. Klasifikasi hipertensi
yang sudah mempunyai risiko dapat Kategori TDS TDD
mengendalikan faktor risiko agar tidak sakit, (mmHg) (mmHg)
dan yang sudah sakit dapat melakukan Optimal < 120 dan < 80
pengendalian agar tidak terjadi komplikasi yaitu Normal 120-129 Dan/atau 80-84
dengan mengetahui faktor makanan yang Normal- 130-139 Dan/atau 85-89
dikonsumsi setiap hari. Penelitian ini tinggi
menunjukkan bahwa kesadaran akan hipertensi Hipertensi 140-159 Dan/atau 90-99
tidak memperbaiki gaya hidup melainkan derajat 1
mereka yang sadar namun tidak menggunkaan Hipertensi 160-179 Dan/atau 100-109
derajat 2
obat antihipertensi apapun, mampu mengontrol
Hipertensi ≥ 180 Dan/atau ≥ 110
tingkat tekanan darahnya lebih baik dengan derajat 3
mengontrol faktor resiko seperti makanan Hipertensi ≥ 140 dan < 90
sehari-hari dibandingkan mereka yang sistolik
menggunakan obat-obatan (Akbarpour et al., terisolasi
2018).

260
Restia et al., (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (4b): 259 – 264
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i4b.5814

Faktor resiko hipertensi makanan dengan kandungan karbohidrat


Faktor resiko hipertensi digolongkan sederhana (contoh gula pasir, permen, minuman
menjadi dua, yaitu factor primer dan factor ringan, dan beberapa jenis produk bakery) dan
sekunder. Faktor primer merupakan factor makanan dengan kandungan karbohidrat
resiko yang tidak dapat dimodifikasi (factor kompleks (contoh biji-bijian, umbi-umbian,
yang tidak dapat dikontrol) dan bersifat mutlak serealia, dan kacangkacangan) Mengonsumsi
yaitu factor keturunan (genetik) dan factor karbohidrat berlebih dapat menyebabkan kadar
umur. Sedangkan faktor sekunder merupakan trigliserida dalam darah meningkat sehingga
factor yang dapat dimodifikasi (factor yang menyebabkan karbohidrat diubah menjadi
dapat dikontrol) karena erat kaitannya dengan lemak. Kadar lemak yang tinggi dapat
pola hidup sendiri yaitu konsumsi makanan menyebabkan aterosklerosis yang akhirnya akan
seperti garam, alkohol dan kafein berlebihan, menyebabkan terjadinya hipertensi (Cinintya,
obesitas, stress, merokok serta olahraga yang 2017).
kurang rutin (Anggriani, 2016). Terdapat hubungan yang signifikan antara
asupan lemak yang tinggi terhadap kejadian
Asupan garam dengan hipertensi obesitas dengan hipertensi (Orlando, 2018).
Konsumsi natrium yang berlebih Asupan lemak dapat meningkatkan kadar tekan
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam darah diastolik dan sislotik. Hal ini disebabkan,
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk kebiasaan mengkonsumsi lemak terutama lemak
menormalkannya kembali, cairan intraseluler jenuh sangat erat kaitannya dengan peningkatan
harus ditarik keluar sehingga volume cairan berat badan yang dapat berisiko terjadinya
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga dapat
cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatkan risiko aterosklerosis yang
meningkatnya volume darah, sehingga berkaitannya dengan tekanan darah. (Wang et
berdampak pada timbulnya hipertensi (Herawati al., 2011). Lemak makanan merupakan sumber
et al., 2020). Orang yang mengkonsumsi energi utama yang mungkin berkontribusi
natrium dalam jumlah yang tinggi mempunyai terhadap perkembangan obesitas, dampak kuat
faktor risiko 5,6 kali lebih besar dibandingkan BMI dalam hubungan FA-hipertensi juga
dengan yang mengkonsumsi dalam jumlah yang mungkin mencerminkan bahwa obesitas dan
rendah. WHO menganjurkan pembatasan proses patofisiologis terkait merupakan langkah
konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari perantara penting yang menghubungkan asupan
(Herawati dkk, 2020). lemak dengan tekanan darah (Wang et al.,
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah 2011).
natrium diserap oleh tubuh dari makanan
melebihi kebutuhan tubuh, kelebihan ini Asupan serat dengan hipertensi
dibuang melalui ginjal bersama urine, sehingga Kebutuhan Serat untuk tubuh kita berkisar
kadar Na dalam darah tetap konstatan. Apabila antara 25-35 gram sehari, namun tiap orang
sewaktu-waktu jumlah konsumsi Na berlebih memiliki kebutuhan Serat yang berbeda-beda,
dan ginjal tidak mampu lagi mengeluarkanya pola makan orang dewasa umumnya hanya 2000
(kapasitas terbatas), maka kadar Na dalam darah kal sehingga kebutuhan seratnya hanya sekitar
akan meningkat (Grillo et al, 2019) untuk 25 gram per hari, makanan tinggi serat banyak
menurunkanya kembali, lebih banyak cairan ditemukan pada buah dan sayur, serat berfungsi
yang ditahan oleh darah. volume darah yang untuk menyerap dan memperlancar pencernaan
beredar dalam saluran darah tubuh meningkat (Lutfi et al., 2020). Natrium berlebih
dan tekanan dalam sistem meningkat sehingga dikonsumsi dan serat kekurangan akan
dapat menyebabkan hipertensi (Herawati et al, mengalami penumpukan pada darah karena
2020). tidak adanya asupan serat atau kurangnya serat
yang dikonsumsi, kekurangan serat dalam tubuh
Asupan karbohidrat dan lemak dengan bisa menyebabkan terutama hipertensi, kaum
hipertensi yang vegetarian umumnya mempunyai tekanan
Makanan yang mengandung karbohidrat darah lebih rendah daripada kaum
dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu nonvegetarian (Nepal et al., 2022).

261
Restia et al., (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (4b): 259 – 264
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i4b.5814

Pergantian makanan dari diet rendah serat terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia
ke diet tinggi serat bisa menurunkan tekanan jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi
darah orang sehat yang biasanya diikuti dengan infark (Nuraini, 2015).
penurunan berat badan, penyakit jantung Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena
koroner dan tekanan darah tinggi identik dengan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi (Pugh
lemak dan kolesterol jahat HDL (High Density et al., 2019) pada kapiler-kepiler ginjal dan
Lipoprotein ), keberadaan lemak dan HDL dari glomerolus. Kerusakan glomerulus akan
dalam tubuh harus dikurangi (Egan et al., 2013) mengakibatkan darah mengalir ke unitunit
serat larut dan serat tidak larut harus sama-sama fungsional ginjal, sehingga nefron akan
berfungsi mencegah penyempitan pembuluh terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan
darah penyebab penyakit hipertensi (Nepal et kematian ginjal (Pugh et al., 2019). Tekanan
al., 2022). Berbagai penelitian menunjukkan darah yang tinggi dapat menyebabkan
bahwa kerusakan pembuluh darah bisa dicegah kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin
dengan mengkonsumsi serat. Serat pangan dapat tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi
membantu meningkatkan pengeluaran kolesterol tersebut berlangsung, maka makin berat pula
melalui feces dengan jalan meningkatkan waktu kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan
transit bahan makanan melalui usus kecil. Selain lain pada retina yang terjadi akibat tekanan
itu, konsumsi serat sayuran dan buah akan darah yang tinggi adalah iskemik optik
mempercepat rasa kenyang. Keadaan ini neuropati (Ma & Jonathan, 2020) atau
menguntungkan karena dapat mengurangi kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah
pemasukan energi dan obesitas, dan akhirnya yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat
akan menurunkan risiko hipertensi (Nepal et al., penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena
2022). retina (Nuraini, 2015).

Komplikasi hipertensi Penatalaksanaan hipertensi


Hipertensi yang tidak terkontrol akan Pola hidup sehat dapat mencegah ataupun
menimbulkan berbagai komplikasi, bila memperlambat awitan hipertensi dan dapat
mengenai jantung kemungkinan dapat terjadi mengurangi resiko kardiovaskular (Lelong et
infark miokard, jantung koroner, gagal jantung al., 2019). Pola hidup sehat telah terbukti
kongestif, bila mengenai otak terjadi stroke, menurunkan tekanan darah yaitu pembatasan
ensevalopati hipertensif, dan bila mengenai konsumsi garam dan alkohol, peningkatan
ginjal terjadi gagal ginjal kronis, sedangkan bila konsumsi sayuran dan buah, penurunan berat
mengenai mata akan terjadi retinopati badan dan menjaga berat badan ideal, aktivitas
hipertensif. Berbagai komplikasi yang mungkin fisik teratur, serta menghindari rokok (PERHI,
timbul merupakan penyakit yang sangat serius 2019). Terdapat bukti hubungan antara
dan berdampak terhadap psikologis penderita konsumsi garam dan hipertensi. Konsumsi
karena kualitas hidupnya rendah terutama pada garam berlebih terbukti meningkatkan tekanan
kasus stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung. darah dan meningkatkan prevalensi hipertensi.
Stroke merupakan kerusakan target organ Rekomendasi penggunaan natrium (Na)
pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi sebaiknya tidak lebih dari 2 gram/hari (setara
(Wajngarten & Gisele, 2019). Stroke timbul dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh
karena perdarahan, tekanan intra kranial yang garam dapur). Sebaiknya menghindari makanan
meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dengan kandungan tinggi garam (PERHI, 2019).
dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan Pasien hipertensi disarankan untuk
tinggi (Wajngarten & Gisele, 2019). System konsumsi makanan seimbang yang mengandung
kardiovaskular, Infark miokard dapat terjadi sayuran, kacangkacangan, buah-buahan segar,
apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis produk susu rendah lemak, gandum, ikan, dan
atau apabila terbentuk trombus yang asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun),
menghambat aliran darah yang melalui serta membatasi asupan daging merah dan asam
pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium lemak jenuh (PERHI, 2019). Penurunan berat
tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. badan dan menetapkan berat badan tetap ideal,
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak Tujuan pengendalian berat badan adalah

262
Restia et al., (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (4b): 259 – 264
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i4b.5814

mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan


menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 – 22,9 Adeniyi, V., Yogeswaran, P., Longo-Mbenza,
kg/m2) dengan lingkar pinggang (PERHI, B., & Goon, D. T. (2016). Uncontrolled
2019). Hypertension and Its Determinants in
Olahraga aerobik teratur bermanfaat untuk Patients with Concomitant Type 2
pencegahan dan pengobatan hipertensi, Diabetes Mellitus (T2DM) in Rural South
sekaligus menurunkan risiko dan mortalitas Africa. PLOS ONE, 1-12.
kardiovaskular (Pescatello et al., 2015) pasien DOI 10.1371/journal.pone.0150033
hipertensi disarankan untuk berolahraga Akbarpour, S., Davood, K., Hojjat, Z.,
setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamik Mohamad, A. M., Azra, R., & Akbar, F.,
berintensitas sedang (seperti: berjalan, joging, (2018). Healthy Lifestyle Behaviors and
bersepeda, atau berenang) 5-7 hari per minggu Control of Hypertension Among Adult
(PERHI, 2019). Merokok merupakan faktor hypertensive Patients. Journal
risiko vaskular dan kanker, sehingga status Nature. ISSN 2045-2322
merokok harus ditanyakan pada setiap Anggreni, D. M. E. &. A. F., (2018).
kunjungan pasien dan penderita hipertensi yang HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN.
merokok harus diedukasi untuk berhenti Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.
merokok (PERHI, 2019). Kebiasaan merokok DOI:
meningkatkan risiko hipertensi, penyuluhan doi.org/10.20473/jpk.V4.I2.2016.151-164
kesehatan tentang risiko peningkatan tekanan Cinintya, R. F. R. D. A. &. H. Y., (2017).
darah terhadap penderita hipertensi yang Hubungan Konsumsi Karbohidrat dengan
memiliki kebiasaan merokok harus dilakukan. Tingkat Tekanan Darah pada Komunitas
Hal ini diperlukan agar terjadi penurunan angka Lansia di Sumbersari Jember The
kejadian hipertensi (Setyanda et al., 2015). Correlation Between
CarbohydrateConsumption with Blood
Kesimpulan Pressure Levels of Elderly Communities
inSumbersari Jember. Journal of
Hipertensi merupakan suatu keadaaan Agromedicine and Medical Sciences, 3(1),
tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari pp. 13-18.
batas normal atau biasa disebut dengan tekanan DOI: doi.org/10.19184/ams.v3i1.4092
darah tinggi. Diagnosis hipertensi ditegakkan Dis, P. N. R., (2018). Hypertension. HHS Public
bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90 Access. pp. 2-22.
mmHg. Faktor resiko hipertensi digolongkan DOI: 10.1038/nrdp.2018.14
menjadi dua, yaitu factor primer dan factor Egan, B. M., Jiexiang, L., Suparna, Q., &
sekunder. Hipertensi yang tidak terkontrol akan Tamara, E.W., (2013). Blood Pressure and
menimbulkan berbagai komplikasi, baik pada Cholesterol Control in Hypertensive
otak, system kardiovaskular, ginjal dan pada Hypercholesterolemic Patients: NHANES
mata. Penatalaksanaan hipertensi dapat 1988–2010. HHS Public Access. 128(1).
dilakukan dengan menjaga pola hidup sehat DOI: 10.1161/CIRCULATIONAHA.112.
yang telah terbukti menurunkan tekanan darah 000500
contohnya yaitu pembatasan konsumsi garam Grillo, A., Lucia, S., Paolo, S., & Gianfranci, P.,
dan alkohol, peningkatan konsumsi sayuran dan (2019). Sodium Intake and Hypertension.
buah, penurunan berat badan dan menjaga berat MDPI Journal Nutrients. pp. 2-16. 11(9).
badan ideal, aktivitas fisik teratur, serta DOI: 10.3390/nu11091970
menghindari rokok. Herawati, N. d., (2020). Hubungan antara
Asupan Gula, Lemak, Garam, dan
Ucapan Terima Kasih Aktifitas Fisik dengan Kejadian
Hipertensi pada Usia 20 – 44 Tahun Studi
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kasus Posbindu PTM di Desa Secapah
dosen pembimbing yang mendukung dalam Sengkubang Wilayah Kerja Puskesmas
pembuatan litteratur review ini. Mempawah Hilir. Jurnal Mahasiswa dan
Referensi Penelitian Kesehatan, 7(1), pp. 35-43.

263
Restia et al., (2023). Jurnal Biologi Tropis, 23 (4b): 259 – 264
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v23i4b.5814

DOI: https://doi.org/10.31596/jkm.v7i2.5 I Public Health. 129(6).


02 DOI: 10.3389/fpubh.2018.00129
Kadir, S., (2019). Pola Makan Dan Kejadian PERHI. (2019). Konsensus Penatalaksanaan
Hipertensi Eating Patterns And Hipertensi. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Evpertension Events. Jambura Health and Hipertensi Indonesia.
Sport Journal, 1(2), pp. 50-60. Pescatello, L. S., Hayley, V. M., Kauren, L., &
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Blair, T.J., (2015). Exercise for
(2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun Hypertension: A Prescription Update
2019. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta Integrating Existing Recommendations
Lelong, H., Jacques, B., Julia, B., Solia, A., with Emerging Research. Current
Pilar, G., Leopold, F., Serge, H., & Hypertension Rep. 17(11).
Emmanuelle, K.G., (2019). Combination DOI: 10.1007/s11906-015-0600-y
of Healthy Lifestyle Factors on the Risk of Pugh, D., Peter, J. G., & Neeraj, D., (2019).
Hypertension in a Large Cohort of French Management of Hypertension in Chronic
Adults. MDPI, Nutrients. 11(7). Kidney Disease. DRUGS, NCBI. 79(4).
DOI: 10.3390/nu11071687 DOI: 10.1007/s40265-019-1064-1
Lutfi, M. J. F. L. &. A. A., (2020). Hubungan Safitri, A., & Djaiman, S. P. (2021). Hubungan
Antara Diet Tinggi Serat Dengan Derajat Hipertensi dalam Kehamilan dengan
HipertensiPada LansiaDiwilayah Kerja Kelahiran Prematur: Metaanalisis. Media
Puskesmas Kecamatan Bangkalan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Ilmiah Ilmu Keperawatan, 10(2), pp. 2-9. Kesehatan, 27-38. DOI:
Ma, J & Jonathan, A. M., (2020). Anterior https://doi.org/10.22435/mpk.v31i1.3881
ischemic optic neuropathy in a patient with Setyanda, Y. O. G., Delmi, S., & Yuniar, L.,
papilledema from idiopathic intracranial (2015). Hubungan Merokok dengan
hypertension. American Journal of Kejadian Hipertensi pada Laki-Laki Usia
Ophthalmology Case Reports. DOI: 35-65 Tahun di Kota Padang. Jurnal
10.1016/j.ajoc.2020.100593 Kesehatan Andalas. 4(2).
Meher, M., Sourabh, P., & Saumya, R. P,. DOI: https://doi.org/10.25077/jka.v4i2.26
(2023). Risk Factors Associated With 8
Hypertension in Young Adults: A Shaumi, N. R. F. &. A. E. K., (2019). Kajian
Systematic Review. Publishing Beyond Literatur: Faktor Risiko Hipertensi pada
Open Access. Pp. 2-8. Remaja di Indonesia. Media Penelitian
DOI: 10.7759/cureus.37467 dan Pengembangan Kesehatan (Media of
Nepal, P., Surya, S., Gauri, P., Sharan, H., Health Research & Development), 29(2),
Chaithanya, A., Mridul, B.., Rabia, I., & pp. 115-122.
Aditya, C., (2022). Hipertensi dan Peran Wajngarten, M & Gisele, S. S., (2019).
Serat Makanan. ScienceDirect. 47(7). Hypertension and Stroke: Update on
DOI: Treatment. European Cardiology Review.
doi.org/10.1016/j.cpcardiol.2022.101203 14(2). DOI: 10.15420/ecr.2019.11.1
Nuraini, B., (2015). Risk Factors Of Wang, L. Joann, E. M., John, P. F., Michael, G.,
Hypertension. Journal Majority, 4(5), pp. Jukie, E. B., & Howard, D, S., (2011).
10-19. Dietary Fatty Acids and the Risk of
Orlando, A., Emanuela, C., Marco, G., Paola, Hypertension in Middle-Aged and Older
P., & Simonetta, G., (2018). Hypertension Women. HHS Public Access.
in Children: Role of Obesity, Simple DOI: 10.1161/HYPERTENSIONAHA.11
Carbohydrates, and Uric Acid. Frountiers 0.154187

264

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai