Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PLNDAHULUAN
A. LA1AR BLLAKANG
Dalam pembangunan globalisasi perekonomian banyak tantangan usaha yang dihadapai,
antara lain persaingan usaha dan perdagangan yang menjurus kepada persaingan produk,komoditi
dan tari.
Perlu disadari bahwa hingga tahun 1998 hukum kebijakan persaingan yang mengatur tentan
gmonopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Peraturan ini merupakan kebutuhan yang mendesak dan
diperlukan ketika pembanguanan ekonomi bersiat monopolistic, sementara disisi lain perilaku anti
persaingan semakin sulit dikendalikan.
Diharapkan undang-unang anti monopoli akan dapat menetukan serta mengatur perilaku
dan batasan tindakan pelaku usaha yang berpotensi menghambat persaingan usaha serta merusak
mekanisme pasar.
Dengan telah diberlakukannya Undang-undang No.5 tahun 1999 tentang Larangna praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha 1idak Sehat, yang landasan yuridisnya Pasal 33 ayat ,1, UUD 1945
dengan asas demokrasi ekonomi yang ciricirinya adalah sebagai berikut
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negaradan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2

4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi degan prinsip


kebersamaan, eisiensi berkeadilan, berkelanjutan berwawasan lingkungan, kemandirian serta
dengan menjaga keseimbangna kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
Dalam penjelasan undang-undang ini agar implementasi serta peraturan pelaksanaannya
dapat berjalan eekti sesuai asas dan tujuannya, maka perlu di bentuk Badan Pengawas
Persaingan Usaha ,KPPU, yaitu lembaga independen yang berwenang melakukan
pengawasan persaingan usaha dan menjatuhkan sanksi, yang terlepas dari pengaruh
pemerintahdan pihak lain
Secaara umum materi undang-undang tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usah tidak sehat ini mengandung 6 bagian pengaturan yang terdiri atas :
a. Perjanjian yang dilarang
b. Kegiatan yang dilarang
c. Posisi dominan
d. Komisi persaingan usaha
e. Penegakan hukum
. Ketentuan lain

B. PLMBLN1UKAN DAN RUMUSAN WLWLNANG KPPU

Seperti tercantum dalam UU No. 5 tahun 1999 tentang Praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat pasal 30 menyebutkan bahwa pembentukan komisi pengawas persaingan usaha
,KPPU, adalah sebgai pengawas pelaksanaan Undang-undang ini, lebih spesiik lagi dalam pasal 1
3

angka 18 menyebutkan Komisi pengawas persaingan usaha adalah komisi yang dibentuk untuk
mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka perkara yang ditangani oleh KPPU adalah sebagai
berikut :
1. Perjanjian yang dilarang
a. Oligopoli
b. Penetapan larga
c. Pembagian \ilayah
d. Pemboikotan
e. Kartel
. 1rust
g. Oligopsoni
h. Integrasi Vertikal
i. Perjanjian 1ertutup
j. Perjanjian denga Pihak Luar Negeri

2. Kegiatan yang dilarang
a. Monopoli
b. Monopsoni
c. Penguasaan pasar
d. Persekongkolan

4

BAB II
SLJARAH DAN PLNGLR1IAN MONOPOLI SLR1A
HUKUM PLRSAINGAN USAHA 1IDAK SLHA1

A. SLJARAH MONOPOLI DI INDONLSIA
Monopoli di Indonesia awalnya didorong akan kebutuhan bangsa-bangsa atau Negara-negara
eropa terhadap rempah-rempah. Bagi mereka berungsi sebagai bumbu atau pelezat masakan, obat-
obatan, dan untuk penghangat tubuh pada musim dingin. Abad ke delapanbelas kebutuhan bangsa
eropa mengalami perubahan beralih ketanaman industry seperti kopi, teh dan tebu.
Bahwa jauh sebelum itu, abad ke 16, Portugis dan Spanyol menguasai pelayaran ke Asia serta
menguasai perdagangan rempah-rempah antara Asia dengan Lropa khususnya perdagangan lada,
supplai rempah-rempah untuk kawasan eropa dikuasai oleh Portugis dan Spanyol. Spanyol tidak
mengizinkan para pedagang belanda membeli rempah-rempah yang berpusat di Lisabon. Untung
belanda mendapatkan inormasi bahwa bangsa Portugis melakukan perjalanan ke Asia dan Indonesia
dari ]av a,gev rav ivcbotev dari seorang penjelajah belanda yang ikut dalam pelayaran portugis.
Dari catatan sejarah ekspedisi kapal Belanda pertama yang melakukan pelayaran ke Indonesia
dalam rangka mencari hasil bumi atau rempah rempah. Pada tanggal 23 lebruari 1605 belanda
berhasil membangun permukiman tetap, kemudian menghusir Portugal dan sekaligus mengakhiri
persaingannya dengan Portugis dalam perdagangan rempah-rempah di kepulauan Maluku. Dari
keberhasilan itu timbul inisiati dan usul Johan an Oldenbarnedeled` maka dibentuklah sebuah
perusahaan dagang yang disebut 1ereevigae oo.t ivai.cbe covagvie ;1OC).
5

1ujuan pembentukan Voc tidak lain adalah menghindari persaingan antar sesama pedangang
Belanda serta mampu menghadapi persaingan dengan bangsa lain terutama bangsa Spanyol dan
Portugis sebagai musuhnya. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi hak oktroi, yaitu hak istimewa
berdasarkan piagam pembentukannya untuk memerintah di Indonesia serta melakukan perdagangan .
hak itu meliputi 9 macam yaitu sebagai berikut :
1. Dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia
2. Monopoli perdagangan
3. Mencetak dan mengedarkan uang sendiri
4. Mengadakan perjanjian
5. Melakukan perang dengan Negara lain
6. Menjalankan kekuasaan kehakiman
. Pemungutan pajak
8. Memiliki angkutan perang
9. Mengadakan pemerintahan sendiri

Cara VOC melakukan praktik monopoli perdangangan di indonesia antrara lain sebagai berikut
:
1. Melakukan pelayanran hongi untuk memberantas penyeludupan
2. Melakukan ekstirpasi, yaitu penebangan tanaman milik rakyat.
3. Penyerahan wajib yang disebut 1erticbte ereravtiev, yaitu perjanjian raja-raja setempat
terutama yang kalah perang wajib menyerahkan hasil bumi yang di butuhkan VOC dengan
harga yang ditetapkannya.
6

4. Covtivgevtev, yaitu rakyat wajib menyerahkan hasil bumi sebagai pajak



B. PLNGLR1IAN MONOPOLI

Monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas
penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha`. Sedangkan
Praktek monopoli adalah pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku usaha yang
mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum`
Dengan demikian monopoli dan praktek monopoli terdiri atas pelaku usaha, penguasaan, dan
pemusatan kekuatan ekonomi, yang berpeluang terjadinya persaingan usaha tidak sehat, Unsur-unsur
diatas diatur melalui mekanisme paraturan pemerintah. Dalam UU No. 5 1ahun 1999 diantaranya
tercantum deenisi mengenai pelaku usaha, pemusatan kekuatan ekonomi, dan persaingan usaha tidak
sehat.
!eta/v v.aba adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
Pemusatan kekuatan ekonomi adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan
oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat menentukan harga barang dan atau jasa.

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antarpelaku usaha dalam menjalankan kegiatan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum dan menghambat persaingan usaha.
Dengan begitu ,dapat di buktikan dengan berpedoman kepada Pasal 4 ayat ,2, secara tegas
dinyatakan bahwa Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, jika 2 atau 3 pelaku usaha atau
kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 5 pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu`.
Menurut Arie Siswanto, apabila ditilik secara mendalam, ada beberapa aspek positi` yang bias
ditemukan dari monopoli, antara lain sebagai berikut :
1. Monopoli bias memaksimalkan eisiensi pengolaan sumberdaya ekonomi tertentu
2. Monopoli juga bias menjadi sarana peningkatan pelayanan terhadap konsumen industry
tertentu
3. Monopoli bias menghindari duplikasi asilitas umum
4. Dari sisi produsen monopoli bias menghindar dari biaya pariwara atau dierensiasi.
5. Dalam monopoli, biaya kontraktual bias dihindarkan.
6. Monopoli bias digunakan sebagai sarana untuk melindingi sumebr daya tertentu yang penting
bagi masyarakat luas dari eksploitasi yang semata-mata bersiat rofit votire
Beberapa alas an menolak monopoli adalahj sebagai berikut :
1. Monopoli membuat konsumen tidak mempunyai kebebasan memilih produk sesuai dengan
kehendak dan keinginan mereka.
2. Monopoliu membuat posisi konsumen menjadi rentan di hadapan produsen.
3. Monopoli juga berpotensi menghambat inoasi teknologi dan proses produksi
8



C. BLN1UK-BLN1UK MONOPOLI

Kwik KIan Gie mengemukakan bentuk-bentuk monopoli yang pada hakikatnya berbeda-beda
seperti berikut
1. Monopoli yang di berikan begitu saja oleh pemerintah kepada swasta bedasarkan nepotisme
2. Monopoli yang terbentuk karena beberapa pengusaha yang bersangkutan membentuk kartel
oensi
3. Monopoli yang tumbuh karena persaingan yang nakal.
4. Monopoli yang dibentuk untuk pembentukan dana, yang penggunaannya adalah untuk social
dan dipertanggungjawabkan kepada publik tujuan tapi jelek prosedurnya.
5. Monopoli adalah yang diberikan kepada innoator dalam bentuk oktroidan paten untuk
jangka waktu yang terbatas
6. Monopoli yang terbentuk karena perusahaan yang bersangkutan selalu menang dalam
persaingan yang sudah di buat wajar dan adil dan air.
. Monopoli yang dipegang oleh Negara dalam bentuk BUMN
8. Monopoli yang disebabkan karena pembentukan kartel deeniti, agar persaingan yang sudah
saling `memotong leher` dan sudah saling mematikan dapat dihentikan

D. PLNGLR1IAN DAN HUKUM PLRSAINGAN USAHA

9

Persaingan usaha dalam kamus lengkap ekonomi, karya Christopher Pass dan Bryan Lowes,
yang dimaksud dengan kebijakan persaingan adalah kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan
eisiensi pemakaian sumber daya dan perlindungna kepentingan konsumen. 1ujuan kebijakan
persaingan adalah untuk menjamin terlaksananya pasar yang optimal khususnya biaya produksi
terendah, harga dan tingkat keuntungan yang wajar, kemajuan teknologi, dan pengembangan produk.
Dalam kaitannya dengan hukum persaingan usaha, terdapat tiga hal pokok:
1. Pencegahan atau peniadaan monopoli,
2. Menjamin terjadinya persaingan yang sehat,
3. Melarang persaingan yang tidak jujur.

Menurut siswanto yang dikutip dari tulisan kheimani, tujuan hukum persaingan usaha
seperlunya sesuai dengan kebutuhan pembahasan, sbb :.
1. Memelihara kondisi kompetisi yang bebas
2. Mencegah penyalahgunaan ekonomi
3. Melindungi konsumen

L. JLNIS-JLNIS PLRSAINGAN USAHA

Menurut Normin, S. Pakpahan, persaingan usaha dapat berbentuk persaingan sehat dan
persaingan tidak sehat.

Persaingan Sehat
10

a. Menjamin persaingan di pasar yang inheren dengan pencapaian eisiensi ekonomi di semua
bidang kegiatan usaha dan perdagangan
b. Menjamin kesejahteraan kuonsumen serta melindungi kepentingan konsumen
c. Membuka peluang pasar yang seluas-luasnya dan menjaga agar tidak terjadi konsentrasi
kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu
Berkenaan dengan kegiatan dan praktik-praktik yang dapat digolongkan sebagai anti
persaingan, secara detail tindakan-tindakan yang masuk dalam kategori tindakan anti
persaingan.
i. !evetaav arga
Penetapan harga adalah termasuk dalam tindakan anti persaingan yang bias terjadi secara
ertical maupun horizontall yang dianggap sebagai hambatan perdagangan karena
berakibat tidak baik terhadap persaingan harga.
a. Penetapan harga secara ertical apabila lebih dari satu perusahaan yang berada pada
tahap produksi yang sama, maka sebnarnya saling merupakan persaing menentukan
harga jual produk mereka dalam tingkat yang sama.
b. Penetapan harga horizontal apabiola perusahaan yang berada dalam pakan titahap
produksi tertentu, menentukan harga produk yang harus dijual oleh perusahaan lain
yang berada dalam tahap produksi yang lebih rendah .
ii. 1ivaa/av oi/ot
1indakan boikot dalam kaitannya dengan persaingna usaha merupakan tindakan
mengorganisir suatu kelompok untuk menolak hubungan usaha degan pihak tertentu.
iii. !evbagiav !.ar ecara oriovtat
11

1indakan ini merupakan salah satu cara untuk menghindari persaingan yang bias diambil
oleh perusahan yang sallin bersaing dalam suatu usaha. 1ujuannya adalah mengurangi
persaingan dengna cara menentukan pasar yang bias diakui secara ekslusi oleh masing-
masing pesaing.
i. !evbata.av !eraagavgav ecara 1erticat Devgav Mevggvva/av .tat etaiv arga.
Ada dua instrument non harga yang bias dipakai untuk menghambat perdagangan
sekaligus menghindari persaingan.
a. lambatan berdasarkan wilayah
b. lambatan berdasarkan penggunaan produk.
. Di./riviva.i arga.
\aitu penetapan harga yang lebih murah bagi pekanggan tetap, umumnya harga
ditetapkan oleh pengusaha yang sedang berupaya menperluas atau membuka pasaran
baru bagi produknya.
ri. iariggivg
Adalah praktik anti persaingan yang bias terjadi diantara para pelaku usaha yang
seharusnya saling merupakan pesaing dalam suatu lelang.
rii. !ev,atabgvvaav !o.i.i Dovivav
Pelaku usaha yang memiliki dominasi melalui kontrak mensyaratkan supaya pelanggan
nya tidak berhubungna dengan pesaingnya, maka ia telah melakukan penyalahgunaan
posisi dominan.
O Aspek positi persaingan
a. perspekti non ekonomi
12

b. perspekti ekonomi
O Aspek negatie persaingan
Beberapa hal aspek-aspek negatie sebagai berikut:
a. sistem persaingan memerlukan biaya dan kesulitan-kesulitan tertentuyang tidak didapati
dalam system monopoli
b. persaingan bias mencegah koordinasi yang diperlukan dalam industry tertentu
c. persaingan apabila dilakukan oleh pelaku ekonomi yang tidak jujur, bias bertentangan dengan
kepentingan publik.
Uraian persaingan yang diatur dalam rancangan undang-undang persaingan sehat dan wajar
adalah meliputi:
a. Larangan atas terjadi persekongkolan sesame pesaing yang menghalangi
terjadinyapersaingnayang sehat dan wajar yang berakibat buruk dan merugikan konsumen
b. Larangan bagi merger yang menimbulkan atau memacu terjadinya dominasi perusahaan-
perusahaan tertentu
c. Larangan terhadap prakti-prakti dominasi perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan
terjadinya halangan dan rintangan bagi usaha baru atau terjadinya pengusaan pasar yang tidak
wajr.

Perasingan tidak sehat
Persaingan tidak sehat dibedakan menjadi 2

a. 1ivaa/av avti er.aivgav
13

Persaingan tidak sehat, adalah tindakan yang bersiat menghalangi atau mencegah persaingan,
yaitu suatu tindakan untuk menghindari persaingan jangan sampai terjadi.bentuk persaingan tidak
sehat antara lain,
1, Monopoli ,monopsoni,,.
Suatu pasar yang disebut monopoli apabila pasar tersebut terdiri atas hanya satu produsen
dengan banyak pembeli dan terlindungi persaingan, sedangkan monopoli adalah pasar yang
hanya terdiri atas satu pembeli dengan banyak penjual. Keduanya mempunyai kekuatan untuk
menentukan harga
2, Cottv.ire otigoot, ,kartel,, dan
Kartel adlah bangunan perusahaan-perusahaan sejenis yan gsecara terbuka sepakat mengatur
kegiatan di pasar. Umumnya kartel membentuk kekuatan monopoli di pasar dengan mengatur
supplay secara bersama-sama melalui pemnbagian kuota produksi kepada anggota-anggotanya.
3, Dovivavt firv ,posisi dominan,
Pasar dengan posisi donminan adalah pasar dimana suatu perusahaan timengusai sebagian
besar pangsa pasar. Sedangkan sebagian kecil pangasa pasar sisanya dikuasai oleh perusahaan-
perusahaan berskala kecil tetapi dengan jumlah yang sangat besar. Posisi dominan dapat
mempengaruhi harga di pasar melalui pengaturan tingkat produksinya sehingga ia mempunyai
kekuatan monopoli yang cukup berarti.

b. 1ivaa/av er.aivgav cvravg
1indakan persaingan curang sebagai persaingan tidak sehat yang melangga moral yang
baik.konsep persaingan curang didasarkan pada pertimbangan etika usaha, tindakan-tindakan tersebut
14

dapat dikategorikan sebagai metode persaingan curang yang dapat diidentiikasi antara lain sebagai
berikut.
O Menyebar inormasi palsu tentang produk pesaing
O Meremehka produk pesaing,
O Menyerang pribadi pesaing,
O Menggangu penjualan produk pesaing
O Merusak produk pesaing
O Menghambat pengiriman produk pesaing
O Mengintimidasi konsumen produk pesaing
O Menyuap membeli produk pesaing
O Mengatur boikot terhadap produk pesaing
O Memata-matai pesaing secara illegal
O Mencuri rahasia perusahaan pesaing
O Menggangu pesaing melalui pengajuan gugatan palsu
O Membuat kesepakatan untuk menyingkirkan pesaing dari pasar
O Membujuk pekerja perusahaan pesaing untuk mogok
O Menjual produk dengan harga di bawah produksi
O Memberikan harga secara tidak wajar, baik secara langsung maupun diskon.


. LARANGAN KAR1LL
15

Kartel ialah Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang
dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat`.
1erjadinya praktik kartel dilatarbelakangi oleh persaingan oleh persaingan yang cukup sengit di
pasar. Untuk mnghindari persaingan atal ini, anggota kartel setuju menentukan harga bersama,
mengatur produksi bahkan menentukan secara bersama-sama pemotongan harga, promosi dan
syarat-syarat penjualan.
Ditinjau dari actor eksistendi, keberadan kartel dapat dilihat dari dua sebab :
1. Kebijakan pelaku usaha dalam pasar untuk menjadi pemegang dalam sebuah persaingan.
2. Kebijakan pemerintah, dengan alas an untuk melindungi sector usaha tertentu atau member
kepastian harga yang menguntungkan konsumen.

Ragam macam kartel dalam dunia usaha dapat dijumpai dan dibedakan kedalam beberapa tipe.
a. Kartel kondisi diwujudkan dalam bentuk syarat-syarat penjual yang sama denga syarat
penyerahan barang dan pembayaran.
b. Kartel harga, persaingan harga diantara naggota kartel ditiadakan.
c. Kartel kalkulasi, dibedakan menjadi 2 yaitu terbuka dan tertutup. 1erbuka hanya menyepakati
harga jual harus terdiri atas unsur-unsur apa saja. 1ertutup disepakati jumlah uangnya yang
boleh dimasukkan sebagai unsur-unsur perhitungan.
d. Kartel produksi dan penjualan
16

e. Kartel pembagian pasar


. Kartel pembagian laba
g. Kartel sindikat.

Karena perjanjian kartel bersiat sementara, maka perjanjiannya dapat dibatalkan. Kerjasama
perjanjiannya adalah terhadap perusahaan-perusahaan dengan produk sejenis dan horizontal.
Dalam hubungan penegakan hukum terhadao kartel dikenal dua teori dalam hukum anti
monopoli. Pertama teori er .e sindikat kartel ini harus dilarang tanpa melihat aksesnya. Kedua teori
rvte of rea.ov yaitu baru dilarang jika ada eek negatinya.
Praktik pelaku usaha yang melanggar ketentuan tentang prakti kartel akan dikenakan sanksi
administrati oleh KPPU berupa pembatalan perjanjian mengenai system harga, system kuota
produksi, system alokasi pangsa pasar, ganti rugi kepada pihak yang dirugikan, sampai denda antara
Rp 1 miliyar dan Rp 25 miliyar. Selainitu pengadilan dapat memberikan pidana tambahan berupa
pencabutan izin perusahaan, penghentian kegiatan atau tindakan tertentu yang menyebabkan
timbulnya kerugian pada pihak lain.

G. LARANGAN PLRSLKONGKOLAN DALAM 1LNDLR
Pengertian dan ruang lingkup
1indalan persekongkolan diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 1ahun 1999 yaitu Pelaku usaha
dilarang bersekongkol dengan pihak lain unuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender
sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat`
1

Pasal tersebut tidak hanya mencakup kegiatan pengadan barang yang dilakukan oleh
pemerintah, tetapi juga oleh perusahaan Negara,BUMN,BUMD, dan perusahaan swsta..
Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha
dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan
pelaku usaha yang bersekongkol. Dari pengertain terbut, persekongkolan dalam bentuk perspekti
kebijakan persaingan usaha sepakat berkonotasi negatie.
1ender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk
mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa.
Pasal 22 dapat diuraikan beberapa Unsur yaitu :
1. Unsur pelaku usaha
2. Unsur bersekongkol
3. Unsur pihak lain
4. Unsur mengatur dan atau Menetukan pemenang tender
5. Unsur persaingan usaha tidak sehat

Persekongkolan dalam tender dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu persekongkolan
horizontal, persekongkolan ertikal, dan persekongkolan horizontal -ertikal. 1ujuan utama yang
dicapai dlam penawaran tender adalah mengupayakan kesempatan yang seimbang terhadap semua
penawar yang mengajukan penawaran, agar harga yang dikehendaki sesuai dengan keinginan dan
kepuasan semua pihak dengan hasil yang optimal dan eekti.
Ruang lingkup tender meliputi hal berikut :
18

1. 1awaran untuk mengajukan harga terendah untuk memborong suatu pekerjaan


2. 1awaran untuk mengajukan harga terendah untuk pengadaan barang, jasa.
3. 1awan mengajukan harga tertinggi seperti penawaran atau penjualan lelang.
Modus operasi persekongkolan penawaran tender, antara lain sbb:
a. ia .vre..iov ,tekanan terhadap harga,
b. Covtevevtar, bidding ,penawaran yang saling melengkapi,
c. ia rotatitiov ,perputaran penawaran atau arisan tender,
d. Mar/et airi.iov ,pembagian pasar,

Hubungan persekongkolan dengan kartel

lasilitas yang dimiliki kartel akan lebih mudah dilakukan terhadap kegiatan usaha tertentu dalam
modus persekongkolan tender. Beberapa alas an dari pendapat ini antara lain sebagai berikut:
a. Sturktu pasar kartel menyediakan kesempatan bagi perusahaan untuk berkomunikasi satu
sama lain.
b. Pasar yang bersiat sedemikian rupa sehingga perusahaan -perusahaan dapat mendeteksi
kegagalan dalam mematuhi suatu kesepakatan karena ketidak patuhan dianggap sebagai
penipuan
c. Kartel harus dapat menghukum perusahaan yang melakukan penipuan.
d. Perjanjian lebih mudah dilanggar jika kesepakatan tersebut menyangkut masalah tertentu.

Indikasi Persekongkolan dalam 1ender
19


Persekongkolan dalam tender dengan cara dan bentuk apapun dilang undang-undang anti
monopoli, karna bersiat anti persaingan.
Indikasi bentuk-bentuk penyelewengan dalam tender dapat berupa :
a, Pengelembungan anggaran
b, Pengadaan,tender barang,jasa yang diarahkan
c, Penentuan jadwal yang tidak realistis
d, Pembentukan panitia yang tidak transparan
e, Keberpihakan panitia pada salah satu peserta tender
, Dokumen administrasi yang tidak memenuhi persyaratan,`kadang aspal`
g, Spesiikasi yang diarahkan sesuai dengan keinginan salah satu peserta tender, dll.

Untuk mengetahui telah terjadi atau tidaknya suatu persekongkolan dalam tender dapat dilihat
dari berbagai indikasi persekongkolan yang sering dijumpai pada pelaksanaan tender antara lain:
a, Indikasi persekongkolan pada saat perencanaan
b, Indikasi persekongkolan pada saat pembentukan
c, Indikasi persekongkolan pada saat prakualiikasi perusahaan atau pra lelang
d, Indikasi persekongkolan pada saat pembuatan persyaratan untuk mengikuti tender atau lelang
maupun pada saat penyusunan dokumen tender atau lelang
e, Indikasi persekongkola pada saat pengumuman tender atau lelang
, Indikasi pada saat pengambilan dokumen tender
g, Indikasi oersekongkolan pada saat penentuan harga perkiraan sendiri atau dasar tender,lelang
20

h, Indikasi persekongkolan pada saat penjelasan tenderatau open house lelang


i, Indikasi persekongkolan pada saat penyerahan dan pembukaan dokumen ata kotak penawaran
tender,lelang
j, Indikasi persekongkolan pada saat ealuasi dan penetapan pemenang tenderatau lelang
k, Indikasi persekongkolan pada saat pengumuman pemenang
l, Indikasi persekongkolan pada sat penunjukan pemenang tender,lelang dan penandatanganan
kontrak
m, Indikasi persekongkolan pada saat pelaksanaan dan ealuasi pelaksanaan

Kewenangan lembaga yang berhak memeriksa dan menangani tender jika terbukti adanaya
indikasi terjadnya pesekongkolan adalah sebagai berikut :
a, Pemeriksaan oleh KPPU
b, Pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri
c, Pemeriksaan oleh KPK

Dampak Persekongkolan dalam 1ender
Secara normatie proses penentuan pemenang tender tidak dapat diatur-atur sedemikian
rupa, melainkan siapa yang sanggup melakukan penawaran yang terbaik ,murah,. Dampak
persekongkolan dalam tender berakibat kerugian diantaranya :
a, Persekongkolan tender menciptakan hambatan bagi peserta lainnya
21

b, Barang,jasa yang diperoleh seringk kali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender
dlakukan secara jujur
c, Nilai proyek menjadi lebih tinggi akibat mark-up yang dilakukan pihak-pihak yang
bersekongkol
d, Dapat menimbulkan in-eisiensi anggaran pemerintah serta merugikan Negara.
e, Dapat merugkan kepercayaan pasar terhadap kredibilitas pemerintah, aparat pemerintah
sebagai penyelenggara tender.

Upaya Menangani Persekongkolan 1ender
J. Secara Preventif
a. Diperlukan peraturan yang menjamin diterpaknnya prinsip-prinsip tender
b. Perlu pembenahan dan peningkatan terhadap kemampuan serta kualitas sumber daya
manusia
c. Diperlukan kejujuran dari pihak panitia dan penyelenggara
d. Mencegah ikut sertanya kartel ,dalam wujud asosiasi, dalam suatu penawaran

2. Secara Represif
a. KPPu dapat menghentika kegiatan tender
b. Mewajibkan pelaku usaha melaporkan kegiatannya usaha secara rutin ke KPPU
c. KPPU memerintahkan pelaku usaha untuk mengumumkan aktiitas usahanya yang
melanggar larangan persekongkolan tender melalui media massa
22

d. Penerapan pemberian ganti rugi kepada pihak yang dirugikan


e. Menerapkan sanksi administrati ,Pasal 4 UU No. 5 1ahun 1999
. KPPU dapat menetapkan denda administrati tambahan,berupa pungutan atas suatu
produk dari peserta tender yang dimenangkan


23

BAB III
HIPO1LSIS KAJIAN UNDANG-UNDANG
NO. S 1AHUN J999 1LN1ANG LARANGAN PRAK1IK MONOPOLI
DAN PLRSAINGAN USAHA 1IDAK SLHA1

A. LA1AR BLLAKANG LAHIRNYA UU NO S 1AHUN J999
Sebelum dikeluarkan Undang-undang No.5 1ahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha 1idak Sehat, maka pengaturan mengenai persaingan usaha tidak sehat, maka
pengaturan mengenai usaha tidak sehat didasarkan pada Pasal 1365 KUlPerdata mengenai
perbuatan melanggar hukum, dan Pasal 382 bis KUlPidana ,
Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau memperluas hasil perdagangan atau
perusahaan miliknya sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan
khalayak umum atau seorang tertentu , diancam jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi
konkuren-konkurennya atau konkuren-konkuren lainnya, karena persaingan curang dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak tiga belas ribu lima ratus ribu
rupiah.
Latar belakang keberadaan undang-undang No 5 tahun 1999 tentang Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha 1idak Sehat bermula ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 199-
1998 yang mengoncangkan roda pemerintahan dan system perekonomian, inlasi meningkat,
pemerintah kesulitan di sector keuangan, maka untuk mengatasinya pemerintah mencari sumber dana
lain untuk menghidupi perekonomian dan pemerintahan agar Indonesia tidak terseret ke dalam arus
24

krisis ekonomi berkepanjangan. Kemudian Indonesia mendapat pinjaman dari M ;vtervatiovat


vovetar, fvva) dengan membuat memorandum kesepakatan atter of vtevt,ot dipertegas lagi dan di
tuangkan dalam Memorandm 1ambahan mengenai Kebijakan Lkonomi dan Keuangan
Pemerintah`. Untuk menindak lanjuti hal itu pemerintah mengeluarkan deregulasi terhadap berbagai
peraturan di bidang ekonomi yang menginstruksikan penghentian tindakan yang mendistorsi pasar
yang dilakukan oleh dan untuk beberapa kepentingan kelompok yang dekat dengan penguasa
pemerintah. Deregulasi yang di terbitkan pemerintah di bidang perekonomian dan persaingan usaha,
yaitu tentang anti monopoli dan persaingan usaha` yakni melalui Undnag-undang No. 5 1ahun 1999
tentang Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha 1idak Sehat.
Menurut Didik J. Rachbini, tuntutan perlunya bisnis yang air sudah ada sejak 20- 25 tahun yang
lalu. Sementara pada landasan yang lain bahwa motiasi utana dibuyatnya UU No. 5 1ahun 1999
adalah sebagai persyaratan untuk mendapatkan bantuan dari IMl yang sangat dibutuhkan , disamping
keinginan IMldalam rangka globalisasi perdagangan yang berusaha membuka pasar Indonesia agar
produk-produk asing bias masuk dan menguasai pangsa pasar dengan harga yang lebih murah.

B. 1UJUAN UNDANG-UNDANG NO. S 1AHUN J999

1ujuan pembentukan diatur dalam Pasal 3 Undang-undang No. 5 1ahun 1999 tentang Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha 1idak Sehat yaitu :
a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan eisiensi ekonomi nasional sebagal salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
25

b. mewujudkan iklim usaha yang kondusi melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat
sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha
besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil,
c. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh
pelaku usaha, dan
d. terciptanya eektiitas dan eisiensi dalam kegiatan usaha.

Menurut Sutan Remy Syahdeni, tujuan pokok UU NO. 5 1ahun 1999 tentang tentang Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha 1idak Sehat adalah eisiensi dimana di jelaskan sebagai berikut:
a. Lisiansi bagi para produsen ,roavctire efficievc,,, yaitu eisiensi perusahaan dalam
menghasilkan barang-barang dan jasa. Perusahaan dikatakan eisien apabila dalam
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa perusahaan tersebut dilakukan dengan biaya yang
serendah-rendahnya karena dapat menggunakan sumber daya yang dihasilkan yang sekecil
mungkin.
b. Lisiensi bagi masyarakat ,attocatire efficievc,,, adalah eisinsi bagi masyarakat konsumen.
Dikatakan masyarakat konsumen eisien apabila para produsen dapat membuat barang-
barang yang dibutuhkan oleh konsumen dan menjualnya pada harga yang para konsumen itu
bersedia untuk membayar harga barang yang dibutuhkan.
Jadi jelas pada perinsipnya tujuan undang-undang persaingan usaha adalah untuk menciptakan
eisiesni dan keadilan terhadap pelaku pasa, dengan cara menghilangkan distorsi pasar. Menurut
lermansyah dapat menjadi 3 ,tiga, tujuan yaitu :
26

a. Memberikan kesempatan yang sama bagi warga negara dan pelaku usaha untuk menjalankan
kegiatan usahanya.
b. Menciptakan iklim usaha yang sehat, kondusi dan kompetiti
c. Meningkatkan kesejahteraan rakyat ,kepentingan umum,

C. PLNDLKA1AN HUKUM DALAM PLRSAINGAN USAHA

J. Pendekatan Yuridis (hukum)
Pendekatan ini ditekankan pada kriteria ``kosekuensi hukum yang terjadi`` di dalam koridor
penegakan hukum persaingan usaha, maka kriteria tersebut dikenal juga dengan sebutan pendekatan
hukum yang di dasarkan pada kriteria ``pembuktian substanti``. Pendekatan ini digunakan untuk
menganalisis, apakah suatu perbuatan ,berupa perjanjian maupun kegiatan melanggar undang-
undang persaingan usaha atau tidak, Kriteria ini dikenal ,2, macam pendekatan didalam ketentuan
persaingan usaha, yakni pertama : melalui pendekatan ,er .e ittegat aroacb,, kedua : melalui
pendekatan ,rvte of rea.ov arocb,. Kedua macam peraturan tersebut melalui pendekatan hukum
persaingan usaha ini dapat digunakan untuk menghukum pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang persaingan usaha.
a. !er .e ittegat, menurut /i..ave c everof, bahwa suatu perbuatan dalam pengaturan persaingan
usaha dikatakan sebagai illegal secara per se ,perse illegal, apabila :
. pengadilan telah memutuskan secara jelas adanya anti persaingan dimana tidak
diperlukan lagi analisis terhadap akta-akta tertentu dari masalah yang ada guna memutuskan
bahwa tindakan tersebut telah melanggar hukum`.
2

Ada 2 syarat yang harus dipenuhi dalam pendekatan er .e ittegat sebagai berikut :
1. Pendekatan harus ditujukan kepada perilaku usaha,bisnis, untuk diterapkan pada kondisi
pasar yang bersangkutan, karena putusan melawan hukum dijatuhkan tanpa disertakani
pemeriksaaan terlebih dahulu.
2. Adanya identiikasi secara cepat dan mudah tentang jenis praktik atau batasan perilaku
yang dilarang. Penilaian atas tindakan dari pelaku usaha, baik di pasar maupun dalam
proses di pengadilan harus dapat di tempuh secara mudah
b. #vte of rea.ov, yaitu diterapkan terhadap tindakan-tindakan yang tidak bias secara mudah
dilihat ilegalitasnya tanpa menganalisis akibat tindakan itu terhadap kondisi persaingan.
Perbuatan atau kegiatan yang dilarang secara rvte of rea.ov adalah seperti : Oligopoli, Kartel,
1rust, Oligopsoni,Integrasi Vertical, Monopoli, Monopsoni, Penguasaan Pasar, Kegiatan
Menjual Rugi ,Predatory Pricing,, Persekongkolan 1ender, Jabatan Rangkap, Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan.
2. Pendekatan Lkonomi
dalam pendekatan ekonomi ada beberapa teori yang dikenal, yaitu sebagai berikut :
a. #eteravt var/et
Artinya ada saling keterkaitan dengan pengukuran pasar yang merupakan salah satu tugas
dalam menganalisis adanya tingkat persaingan pada pasar bersangkutan.
pasar bersangkutan adalah pasar yang berkaitan dengan jangkauan atau daerah
pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang atau jasa yang sama atau sejenis atau
substitusi dari barang atau jasa tersebut`
28

Mengidentiikasi pasar yang relean dibutuhkan 2 pendekatan, yaitu berdasarkan produk


yang diperdagangkan dan berdasarkan jangkauan geograir

b. Mar/et orer
Market power sangat erat kaitannya dengan pangsa, karena pelaku usaha dalam kekuatan
pasar ditentukan berdasarkan berdasarkan pangsa pasar yang dikuasainya serta
mencerminkan kekuatran pasar dari produsen ,si pelaku usaha, kemudian digunakan
untuk mengatur harga supra kompetiti` atau untuk menghemat adanya persaingan
;barrier to evtr,)
c. Strategi harga ;ricivg .trateg,)
larga merupakan salah satu tolak ukkur untuk mengamati, apakah terdapat
dugaaan,indikasi terjadinya pelanggaran atau tidak. Pelanggaran tersebut antara lain
berupa : larangan penetapan harga, diskriminasi harga, jual rugi, banting harga, kartel,
oligopsoni, dan sebagainya yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam rangka menentukan
harga dan tingkat harga yang ada pada suatu pasar tertentu

D. PLRJANJIAN YANG DILARANG DALAM UNDANG-UNDANG NO. S 1AHUN J999

Jenis-jenis perjanjian yang dilarang diatur dalam Pasal 4 hingga Pasal 16 UU No. 1ahun 1999
sebagai berikut
a. Oligopoli
Oligopoly menurut Pasal 4 ayat ,1, dan ,2, yaitu:
29

,1, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara
bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat.
,2, Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan
produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud ayat ,1,,
apabila 2 ,dua, atau 3 ,tiga, pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih
dari 5 ,tujuh puluh lima persen, pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

b. Penetapan harga ,ricivg fiivg)
Penetapan harga adalah kesepakatan diantara para penjual yang ada di pasar yang sama untuk
menaikkan atau menetapkan harga dengan tujuan membatasi persaingan di antara mereka
dan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak lagi.
Perjanjian penetapan harga dibedakan dalam 4 kategori :
1. Penetapan harga ,ricivg fiivg, diatur dalam Pasal 5 ayat ,1, dan ,2, :
,1, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk
menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama.
,2, Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1, tidak berlaku bagi:
a, suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan, atau
b, suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.
30

2. Diskriminasi harga ;rice ai.crivivatiov) yaitu penetapan harga kepada satu konsumen
berbeda dari harga kepada konsumen lain atau barang dan,atau jasa yang sama dengan
alasan yang tidak terkait dengan biaya produksi. Substansi pengaturan terhadap praktik
diskriminasi harga` diatur dalm Pasal 6 UU No. 5 1ahun 1999.
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus
membayar dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain
untuk barang dan atau jasa yang sama`.
3. Penetapan harga dibawah pasar reaator, ricivg) adalah suatu strategi yang biasa dilakukan
oleh perusahaan yang dominan untuk menyingkirkan pesaingnya di suatu pasar dengan
cara menetapkan harga yang sangat rendah dan umumnya dibawah biaya ariabel. Diatur
dalam Pasal UU No. 5 1ahun 1999 : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah harga pasar, yang
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat
4. Penetapan harga jual kembali ,re.ate rice vaivtevavce) adalah kesepakatan antara pemasok
dan distributor tentang pemasokan barang dan,atau jasa tertentu didasarkan pada
kondisi kesepakatan bahwa pihak distributor akan menjual kembali pada harga yang
ditetapkan oleh pihak pemasok. Penetapan harga jual kembali menurut Pasal 8 :
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok
kembali barang dan atau jasa yang diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada
harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha
tidak sehat.`
31


c. Pembagian wilayah
Adalah melarang pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan jasa
dengan pengaturan secara er.e.
Diatur dalam Pasal 9 UU No. 5 1ahun 1999 :
` Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan
untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat`.

d. Pemboikotan
Diatur dalam Pasal 10 ayat ,1, dan ,2, UU . No. 5 1ahun 1999 :
,1, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang dapat
menghalangi pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan
pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
,2, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, untuk
menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan
tersebut:
a, merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain, atau
b, membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau
jasa dari pasar bersangkutan.

32

e. Kartel
Diatur dalam Pasal 11 UU No. 5 1ahun 1999 :
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat`.

. 1rust
Diatur dalam Pasal 12 UU No.5 1ahun1999:
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja
sama dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan
tetap menjaga dan mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau
perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas
barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat`.
g. Oligopsoni
Diatur dalam Pasal 13 UU No.5 1ahun 1999 :
,1, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan
untuk secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat
mengendalikan harga atas barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
33

,2, Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian atau
penerimaan pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1, apabila 2 ,dua, atau 3 ,tiga,
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 5 ,tujuh puluh lima
persen, pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu`.

h. Integrasi Vertikal ,rerticat ivtegratiov)
Diatur dalam Pasal 14 UU No. 5 1ahun1999 :
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk
menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan
atau jasa tertentu yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau
proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan masyarakat`.

i. Perjanjian 1ertutup
Diatur dalam Pasal 15 UU No. 5 1ahun 1999 :
,1, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat
persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau
tidak memasok kembali barang dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada
tempat tertentu.
,2, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan
bahwa pihak yang menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang
dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok.
34

,3, Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas
barang dan atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang
dan atau jasa dari pelaku usaha pemasok:
a, harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok, atau
b, tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha
lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.

j. Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri
Diatur dalam Pasal 16 UU No.5 1ahun 1999 :
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat
ketentuan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat`.

L. KLGIA1AN YANG DILARANG DALAM UNDANG-UNDANG N0. S 1AHUN J999

a. Monopoli
Larangan kegiatan monopoli diatur dalam Pasal 1 ayat ,1, dan ,2,
,1, Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
,2, Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1, apabila:
35

a, barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya, atau
b, mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha
barang dan atau jasa yang sama, atau
c, satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50 ,lima
puluh persen, pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

b. Monopsoni
Ketentuan yang mengatur mengenai monopsoni diatur dalam Pasal 18 ayat ,1, dan ,2, :
,1, Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas
barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
,2, Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi
pembeli tunggal sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1, apabila satu pelaku usaha atau
satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50 ,lima puluh persen, pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu

c. Pengusaan Pasar
Ketentuan yang mengatur larangan penguasaan pasar terdapat dalam Pasal 19, Pasal 20 dan
Pasal 21
Pasal 19
36

Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama
pelaku usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat berupa:
a, menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha
yang sama pada pasar bersangkutan, atau
b, menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan
hubungan usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu, atau
c, memibatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan,
atau
d, melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.
Pasal 20
Pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang dan atau jasa dengan cara melakukan
jual beli atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan
atau mematikan usaha pesaingnya di pasar bersangkutan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 21
Pelaku usaha dilarang melakukan kecurangan dalam menetapkan biaya produksi dan biaya
lainnya yang menjadi bagian dari komponen harga barang dan atau jasa yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat

d. Persekongkolan
Persekongkolan diatur dalam Pasal 22, Pasal 23 dan Pasal 24 :
3

Pasal 22
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan
pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 23
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mendapatkan inormasi
kegiatan usaha pesaingnya yang diklasiikasikan sebagai rahasia perusahaan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 24
Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk menghambat produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa pelaku usaha pesaingnya dengan maksud agar barang dan
atau jasa yang ditawarkan atau dipasok di pasar bersangkutan menjadi berkurang baik dari
jumlah, kualitas, maupun ketepatan waktu yang dipersyaratkan.

. POSISI DOMINAN DALAM UNDANG-UNDANG NO. S 1AHUN J999

a. Posisi dominan yang bersifat umum
Posisi dominan yang bersiat umum diatur dalam Pasal 25 ayat ,1, dan ,2, :
,1, Pelaku usaha dilarang menggunakan posisi dominan baik secara langsung maupun
tidaklangsung untuk :
a, menetapkan syarat-syarat perdagangan dengan tujuan untuk mencegah dan atau
menghalangi konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing, baik dari
segi harga maupun kualitas, atau
38

b, membatasi pasar dan pengembangan teknologi, atau


c, menghambat pelaku usaha lain yang berpotensi menjadi pesaing unntuk emasuki
pasar bersangkutan.
,2, Pelaku usaha memiliki posisi dominan sebagaimana dimaksud ayat ,1, apabila:
a, satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai 50 ,lima puluh
persen, atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu, atau
b, dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai 5 ,tujuh puluh
lima persen, atau lebih pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

b. Posisi dominan jabatan rangkap
Jabatan rangkap secara tegas diatur dalam Pasal 26 :
Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan,
pada waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi Direksi atau Komisaris pada
perusahaan lain, apabila perusahaan-perusahaan tersebut:
a, berada dalam pasar bersangkutan yang sama, atau
b, memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha, atau
c, secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu,
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat

c. Posisi dominan pemilik Saham mayoritas
Posisi dominan pemilikan saham diatur dalam Pasal 2
39

Pelaku usaha dilarang memiliki saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang
melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau
mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada pasar
bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan:
a, satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50 ,lima
puluh persen, pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu,
b, dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 5 ,tujuh
puluh lima persen, pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

d. Posisi dominan karena penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
Posisi karena penggabungan, peleburan dan pengambilalihan diatur dalam Pasal 28 dan Pasal
29
Pasal 28
,1, Pelaku usaha dilarang melakukan penggabungan atau peleburan badan usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
,2, Pelaku usaha dilarang melakukan pengambilalihan saham perusahaan lain apabila
tindakan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
,3, Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan atau peleburan badan usaha yang
dilarang sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1,, dan ketentuan mengenai pengambilalihan
saham perusahaan sebagaimana dimaksud ayat dalam ,2, Pasal ini, diatur dalam
Peraturan Pemerintah
40

Pasal 29
,1, Penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 yang berakibat nilai aset dan atau nilai penjualannya melebihi
jumlah tertentu, wajib diberitahukan kepada Komisi, selambat-lambatnya 30 ,tiga puluh,
hari sejak tanggal penggabungan, peleburan atau pengambilalihan tersebut.
,2, Ketentuan tentang penetapan nilai aset dan atau nilai penjualan serta tata cara
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ,1, diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

G. KOMISI PLNGAWAS PLRSAINGA USAHA (KPPU) DAN PLNLGAKAN HUKUM
PLRSAINGAN USAHA.
Pasal-Pasal yang member mandate kepada KPPU adalah sebagai berikut :
Pasal 30
,1, Untuk mengawasi pelaksanaan Undang-undang ini dibentuk Komisi Pengawas
Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut Komisi.
Pasal 34
,1, Pembentukan Komisi serta susunan organisasi, tugas, dan ungsinya ditetapkan dengan
Keputusan Presiden.
a. Keanggotaan KPPU
Dalam hal keanggotaan KPPU, diatur dalam Pasal 31-Pasal 34 UU No. 5 1ahun 1999
b. 1ugas dan Wewenang Komisi
1ugas dan wewenang KPPU diatur dalam Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 5 1ahun 1999
41

Pasal 35
a, melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 16,
b, melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 sampai dengan Pasal 24,
c, melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan
yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28,
d, mengambil tindakan sesuai dengan wewenang Komisi sebagaimana diatur dalam Pasal
36,
e, memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan
dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
, menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-undang ini,
g, memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja Komisi kepada Presiden dan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Pasal 36
\ewenang Komisi meliputi :
a, menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
42

b, melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku
usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidaksehat,
c, melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku
usaha atau yang ditentukan oleh Komisi sebagai hasil dari penelitiannya,
d, menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang ada atau tidak adanya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
e, memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
undang-undang ini,
, memanggil dan menghasilkan saksi, saksi ahli, dan setiap oran.g yang dianggap
mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini,
g. meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi akhli, atau
setiap orang sebagaimana dimaksud huru e dan huru , yang tidak bersedia memenuhi
panggilan Komisi.
h. meminta keterangan dari instansi Pemerintah dalam kaitannya dengan penyelidikan dan
atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini,
i. mendapatkan, meneliti, dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna
penyelidikan dan atau pemeriksaan,
j. memutuskan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat,
k. memberitahukan putusan Komisi kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat,
43

l. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administrati kepada pelaku usaha yang


melanggarketentuan Undang-undang ini.

c. Penegakan Hukum Persaingan Usaha
Langkah KPPU dalam penegakan hukum persaingan dapat dikatakan telah menuai
keberhasilan lebih baik jika dibandingkan masa delapan tahun yang lalu ketika berdirinya lembaga
persaingan yang indepensen ini. Penegakan hukum persaingan semata tidaklah cukup untuk
menciptakan iklim usaha yang sehat tetapi lebih bersiat menimbulkan eek jera bagi oelaku usaha
agar melkukan kegiatan bisnisnya secara jujur.
Upaya pengembangan kebijakan persaingan dalam komunitas persaingan usaha dikenal
dengan sebutan adokasi persaingan, yaitu sebagai upaya lembaga persaingan dalam penciptaan
persaingan usaha yang sehat diluar mekanisme penegakan hukum. Adokasi persaingan usaha
dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu pemberian saran dan pertimbangan sosialisai. Secara garis besar
saran dan pertimbangan KPPU telah memberikan beberapa manaat sperti beikut
1. 1ersedianya harga barang,jasa yang wajar dengan kualitas terbaik
2. 1ersedianya pilihan
3. 1erasilitasinya inoasi
4. 1ersedianya Kepastian lukum
Perjuangan KPPU dalam menegakkan adokasi persaingan usha kerap tidak berjalan mulus,
hal ini terjadi mungkin karena belum terinternalisasinya kebijakan persaingan kepada pembuat
kebijakan yang menimbulkan resitensi,perlawanan khususnya instansi pemerintah dalam
mengadopsi saran dan pertimbangan KPPU.
44


H. SANKSI 1LRHADAP PLLANGGARAN UU. NO S 1AHUN J999
Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran Undang-undang No. 5 1ahun 1999 mengenal 3
jenis sanksi, yaitu 1indakan Administrati, Sanksi Pidana dan Sanksi 1ambahan .
a. 1indakan administratif
1indakan administrati diatur dalam Pasal 4 ayat ,1, dan ayat ,2, Undang-undang No. 5
1ahun 1999
b. Pidana Pokok
Sanksi pidana pokok diatur dalam Pasal 48 ayat ,1,, ,2, dan ,3, Undang-undang No. 5
1ahun 1999
c. Pidana tambahan
Selain tindakan administratie, sanksi pidana pokok dapat juga dikenakan sanksi pidana
tambahan terhadap pelaku usahsa yang melanggar ketentuan UU antimonopol sebagaimana
diatur dalam Pasal 49 UU No. 5 1ahun 1999.

I. PROSLDUR PLNANGANAN PLRKARA DALAM HUKUM PLRSAINGAN USAHA
DI INDONLSIA

1ata cara penangan perkara di KPPU
Prosedur penanganan perkara terhadap pelanggaran UU No. 5 1ahun 1999 diatur dalam
pasal 38 sampai dengan Pasal 46. Prosedur penanganan perkara atas dugaan pelanggaran UU No. 5.
45

1ahun 1999 diatur dalam Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006
tentang tata cara penanganan perkara di KPPU

, 1ahap Penelitian dan klarifikasi Laporan
J) Penyampaian laporan
Penyampaian laporan atas dugaan pelanggaran UU No. 5 1ahun 1999 pada Pasal 38
diatur dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No.
1 1ahun 2006,
2) Kegiatan Penelitian dan Klarifikasi Laporan
Penelitian dan Klariikasi Laporan diatur dalam Pasal Peraturan Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006, tterhadap ketentuan ini setiap laporan yang
disampaikan kepada KPPU perlu dilakukan penelitian dna klariikasi untuk menemukan
kejelasan dan kelengkapan tentang dugaan pelanggarannya.
) Kegiatan Penelitian dan Klarifikasi
Penelitian dan klariikasi sebagaiman diatur dalam Pasal 14 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006, bertujaun untuk menemukan
kejelasan dan kelengkapan laporan tentang dugaan pelanggaran undang-undang anti
monopoli
4) Hasil Penelitian dan Klarifikasi Laporan
lasil penelitian dan klariikasi sebagaiman diatur dalam Pasal 14 dilakukan penilaian
sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha
No. 1 1ahun 2006.
46

S) Jangka waktu Penelitian dan Klasrifikasi Laporan


Penelitian dan klariikasi laporan dilakukan selambat-lambatnya 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari. lal ini diatur dalam Pasal 16 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.

- Pemberkasan
J) Pemberkasan
Pemberkasan resemu laporan yang dilakukan secretariat KPPU diatur dalam pasal 1
Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
2) Kegiatan pemberkasan
Kegiatan pemberkasan diatur dalam Pasal 18 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan
Usaha No. 1 1ahun 2006.
) Hasil pemberkasan
Penyampaian berkas laporan dugaan pelanggaran kepada komisi, perbaikan terhadap
resume laporan atau resume monitoring, dan penghentian penanganan laporan diatur
dalam Pasal 20 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
4) Jangka waktu pemberkasan
30 ,tiga puluh, hari sebagaimana diatur dalam pasal 21 Peraturan Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.

. Gelar laporan
J) Rapat gelar laporan
4

Dalam gelar laporan Sekretariat komiSI memaparkan Laporan Dugaaan pelanggaran


dalam suatu rapat gelar laporan yang dihadiri oleh Pimpinan Komisi dan sejumlah
Anggota Komisi yang memenuhi kuorum. lal ini diatur dalam Pasal 22 Peraturan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
2) Hasil gelar laporan
1entang hasil gelar laporan diatur dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 25 Peraturan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
) Jangka waktu
Gelar laporan dilakukan selambat-l,ambatnya 14 hari sejak selesainya pemeriksaan

/ Pemeriksaan pendahuluan
J) 1im pemeriksaan pendahuluan
Mengenai pemeriksaan pendahuluan atas dugaan pelanggaran terhadap UU No. 5 1ahun
1999 diatur dalam Pasal 39.selanjutnya diatur dalam Pasal 2 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
2) Kegiatan pemeriksaan pendahuan
Pemeriksaan pendahuluan diatur dalam Pasal 29 dan Pasal 30 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006. Pemeriksaan pendahuluan tersebut
dilakukan dalamsuatu ruang Komisi atau tempat lain yang ditentukan oleh Komisi
dengan syarat harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 1 anggota tim pemeriksa
pendahuluan, dan dicatat dalam Berita Acara Pemeriksaan Pendahuluan yang
ditandatangani oleh pihak yang diperiksa dan sekertaris Komisi.
48

) Hasil pemeriksaan pendahuluan


1erhadap hasil kegiatan pemeriksaan pendahuluan, 1im pemeriksaan menyimpulkan
pengakuan terlapor dan atau bukti awal yang cukup terhadap dugaan perlanggaranyang
dituduh terhadap terlapor sebagaimana ditentukan dlam Pasal 31 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
4, Pengecualian berkaitan dengan pemeriksaan lanjutan terhadap terlapor
Adanya pengecualian dalam proses pemeriksaan te rhadap terlapor yang diduga
melakukan pelanggaran diatur dalam Pasal 3 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan
Usaha No. 1 1ahun 2006.

0 Pemeriksaan lanjutan
J) 1im pemeriksaan lanjutan
Secara teknis pemeriksan lanjutan diatur dalam Pasal 42 dan tentang teknis diatur dalam
Pasal 43 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
2) Kegiatan pemeriksaan lanjutan
Kegiatan pemeriksaan lanjutan diatur dalam Pasal 44 sampai dengan Pasal 4 Peraturan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
) Hasil pemeriksaan lanjutan
1erhadap hasil kegiatan pemeriksaan lanjutan mengambil kesimpulan ada tidaknya bukti
telah terjadinya pelanggaran, sekurang-kurangnya 2 alat bukti. Pasal 49 Peraturan Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006, menjelaskan bahwa kesimpulan dari
49

1im Pemriksaan Lanjutan tersebut dibuat dalam bentuk laporan hasil Pemeriksaan
lanjutan berikut surat dll.
4) Jangka waktu pemeriksaan lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukukan dalam jangka waktu paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal ditetapkannya Pemeriksaan
Lanjutan, Pasal 50 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.

1 Sidang majelis komisi
J) Majelis komisi
Menurut ketentuan Pasal 51 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1
1ahun 2006, bahwa untuk memutus telah terjadi atau tidaknya pelanggaran sebagai
mana dimaksud dalm Pasal 49 ayat ,2, komisi memberntuk majelis komisi sekurang-
kurangnya terdiri atas 3 ,tiga, anggota
2) Sidang majelis komisi
Sidang Majelis Komisi diatur dalam Pasal 52 Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan
Usaha No. 1 1ahun 2006.
siding majelis komisi dilakukan untuk menyimpulkan dan memutuskan perkara
berdasarkan alat bukti yang cukup tentan g telah terjadi atau tidak terjadinya
pelanggaran`.
) Putusan komisi
Setelah melalui tahap pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lanjutan dan siding
Komisim, maka Majelis Komisi harus membuat putusan sebagaimana diatur dalam Pasal
50

43 ayat ,3, dan ,4, UU No. 5 1ahun 1999 dna juga diatru dalam Pasal 54 Peraturan
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006
Dalam memutus perkara yang dilakukan melalui musyawarah, diatur dalam Pasal 55
Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006. Jika ada anggota
majelis mempunyai pendapat yang berbeda ,dissenting opinion, diatur dalam pasal 56.
4) Jangka waktu siding majelis komisi
30 ,1iga puluh, hari sejak terhitung berakhirnya jangka waktu Pemeriksaan Lanjutan.

Pelaksaaan putusan komisi
J) Penyampaian petikan putusan
Aturan mengenai pelaksanaan putusan Komisi tercantum dalam Pasal 44 ayat ,1,
UU No. 5 1ahun 1999. Dari ketentuan tersebut memiliki kesamaan dengan Pasal 60
ayat ,1, dan ,2, Peraturan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha No. 1 1ahun 2006.
2) Monitoring pelaksanaan putusan
1entang monitoring pelaksanaan putusan Komisi diatur dalam Pasal 61 hingga Pasal 63
Peraturan Komisi pengawas persaingan usaha No.1 1ahun 2006.
lasil monitoring pelaksanaan putusan komisi itu disusun dalam Laporan Monitoring
Putusan yang sekurang-kurangnya memuat: Amar Putusan Komisi, pernyataan
pelaksanaan putusan Komisi oleh terlapor, dna bukti yang menjelaskn bahwa telah
dilaksanakannya putusan KOMISI

Pengajuan Upaya Hukun Keberatan terhadap Putusan KPPU
51

a. Dasar hukum pengajuan upaya hukum


Berdasarkan ketentuan hukum, pihak terlapor dapat mengajukan keberatan terhadap
putusan KPPU, yang diatur dalam Pasal 1 Peraturan MA. No. 3 1ahun 2005 tentang
1ata Cara Pengajuan Upaya lukum Keberatan 1erhadap Putusan KPPU disebutkan
keberatan adalah upaya hukum bagi pelaku usaha yang tidak menerima putusan KPPU.
b. 1ata cara pengajuan hukum keberatan terhadap putusan KPPU
1ata cara pengajuan hukum keberatan terhadap putusan KPPU diatur dalam Pasal 4
Peraturan MA. No. 3 1ahun 2005 tentang 1ata Cara Pengajuan Upaya lukum
Keberatan 1erhadap Putusan KPPU
c. 1ata cara Pemeriksaan Keberatan
1ata cara pemeriksaan keberqatan diatur dalam Pasal 5 Peraturan MA No. 3 1ahun 2005
tentang 1ata Cara Pengajuan Upaya lukum Keberatan 1erhadap Putusan KPPU.
d. Pemeriksaan tambahan
Dalam memeriksa perkara keberatan terhadap putusan KPPU, majelis hakim melalui
putusan sela dapat memerintahkan kepada KPPU untuk melakukan pemeriksaan
tambahan terhadap perkara dugaan pelanggaran. Prosedur pemeriksaan tambahan ini
diatur dalam Pasal 6 Peraturan MA No. 3 1ahun 2005.
e. Pelaksanaan putusan
Secara khusus pelaksanaan putusan ini diatur dalam Mahkamah Agung RI No. 3 1ahun
2005 tentang 1ata Cara Pengajuan Upaya lukum Keberatan 1erhadap Putusan KPPU,
dalam Pasal ayat ,1, dan ,2,.

52


Upaya hukum keberatan terhadap putusan pengadilan Negeri
Pihak yang keberatan atas putusan Pengadilan Negeri dapat mengajukan upaya hukum kasasi
ke Mahkamah Agung dalam waktu 14 hari setelah putusan pengadilan Negeri, kemudian
Mahkamah Agung akan memberikan putusan 30 hari sejak permohonan kasasi diterima.
Pengajuan permohonan kasasi ini sesuai dengan tata cara permohonan kasasi yang diatur dan
berpedoman kepada hukum acara perdata.

Anda mungkin juga menyukai